Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI II

METODE BEDA HINGGA : PDP PARABOLIK

NAMA : MUHAMAD SYAUGI ARIF NUGRAHA


NIM : 08021281823091
HARI / TANGGAL : SENIN, 21 SEPTEMBER 2020
KLOTER : III (TIGA)
ASISTEN : 1. DIAN ADELITA ZAKIATRI
2. ELDA ASTRITA
3. TIVA PRIMAISELLA

LABORATORIUM FISIKA KOMPUTASI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

I. Nomor Percobaan : II (Dua)


II. Nama Percobaan : Metoda Beda Hingga: PDP Parabolik
III. Tujuan Percobaan : 1. Membuat program komputer (script Matlab(TM)) aplikasi
metode beda hingga pada kasus fisika terkait persamaan
diferensial tipe parabolik.

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

IV. Dasar Teori


4.1 Latar Belakang Teori
Banyak fenomena fisika yang dapat dimodelkan menjadi Persamaan Diferensial
Parsial (PDP) jenis Parabolik. Salah satu contohnya adalah kasus distribusi panas
bergantung waktu pada sebuah objek. Misalkan distribusi panas pada sekeping logam
„satu‟ dimensi yang perumusannya seperti pada persamaan (4.1)

( ) (4.1)

Dengan batasan dengan adalah sebuah konstanta.


Persamaan 4.1 dapat diselesaikan dengan menggunakan FDM pendekatan forward-
difference, backward difference, atau pendekatan Crank-Nicolson. Berikut ini adalah
perumusan umum FDM Forward-difference:
( ) (4.2)

Dengan (4.3)

(Monado dkk, 2018).


4.2 Persamaan Differensial

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel atau lebih,
yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde. Pada
dasarnya persamaan diferensial dibagi menjadi dua, yaitu persamaan diferensial biasa(PDB)
dan persamaan diferensial parsial (PDP) Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah
persamaan berbentuk: 𝐹𝐹( ,𝑦𝑦,𝑦𝑦′,𝑦𝑦" … 𝑦𝑦(𝑛𝑛))=0 yang menyatakan hubungan antara
peubah bebas x, peubah terikat 𝑦𝑦( ) dan turunannya yaitu 𝑦𝑦′,𝑦𝑦" … 𝑦𝑦(𝑛𝑛) Jadi suatu
persamaan diferensial disebut mempunyai orde n jika turunan yang tertinggi dalam
persamaan diferensial tersebut adalah turunan ke n(Ibnas 2017).
4.3 Persamaan Differensial Parabolik
Hanafi 2011 bahwa persamaan parabolik merupakan persamaan yang
bergantung pada waktu dan penyelesaiannya memerlukan kondisi awal dan syarat batas.
Persamaan parabolik yang paling sederhana adalah persamaan perambatan panas, yaitu
dengan memisalkan u( x, t, z, y ) merupakan temperatur dalam benda (3 dimensi ) dan
H(t) merupakan panas dalam kalori yang dimuat benda. Hubungan panas dan
temperatur adalah panas merupakan massa dikali temperatur dan kapasitas panas benda

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

PDP parabolik yang kita pelajari disini adalah persamaan difusi dimana t dalam
dimensi waktu, yang berlaku pada kondisi
( ) ( ) (4.4)
( ) ( ) . (4.5)
Dimana t dalam dimensi waktu, sementara x berdimensi jarak
4.4 Metode – Metode Penyelesaian
a) Metode Forward-difference
Solusi numerik diperoleh menggunakan forward-difference dengan langkah-
langkah yang hampir mirip seperti yang telah dibahas pada PDP eliptik. Langkah
pertama adalah menentukan sebuah angka , yang dengannya, nilai ditentukan

oleh rumus . Langkah kedua adalah menentukan ukuran time-step dimana

Adapun mesh points ditentukan oleh ( ) dimana , dengan


… dan dengan … Namun, sebagaimana pendekatan finite-
difference pada umumnya, pendekatan forward-difference selalu mengabaikan suku
terakhir (Suparno, 2016).
b) Metode Backward-difference
Kalau kita ulang lagi pelajaran yang lalu tentang forward-difference, kita akan
dapatkan formula forward-difference adalah sebagai berikut :

(4.6)

Sekarang, dengan sedikit modifikasi, formula backward-difference dinyatakan sebagai

(4.7)

Jika di tetapkan (4.8)

maka backward-difference disederhanakan menjadi :


( ) (4.9)
Berbeda dengan operasi matrik forward difference, operasi matrik backward difference
ini bukan perkalian matrik biasa. Operasi matrik tersebut akan dipecahkan oleh metode
Eliminasi Gauss. Untuk jumlah iterasi hingga j = 50, perhitungannya dilakukan dalam
script Matlab. Hasilnya menunjukkan bahwa kinerja metode backward-difference lebih
baik dibanding metode forward-difference, ini ditunjukkan dari selisih yang relatif kecil
antara solusi numerik dan solusi analitik (Suparno, 2016).

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

c) Metode Crank-Nicolson
Metode Crank-Nicholson merupakan gabungan dari metode beda hingga skema eksplisit
dan skema implisit [4]. Metode Crank - Nicholson digunakan untuk mecari solusi dari suatu
ditribusi temperatur [5]. Durmin [6] melakukan perbandingan studi perpindahan panas
dengan menggunakan metode Crank - Nicholson dan metode beda hingga skema eksplisit.
Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah metode Crank – Nicholson lebih
efektif dalam memperoleh solusi permasalahan perpindahan panas. Penelitian – penelitian
tersebut mempunyai bentuk persamaan diferensial parsial tipe parabolic
(Miranti,dkk.,2014)

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

V. Algoritma
Step 1= Mulai
Step 2= Inisialisasi n=9, alpha=1.0, k=0.0005, h=0.1, lambda, i,j, suhu, Matriks w0,
Matriks A, iterasi=1000, Matriks w.
Step 3= Proses membersihkan variabel dan membersihkan command window
Step 4= Proses format long (mengatur format keluaran yang dipakai 15 digit dibela-
kang koma)
(alpha 2 )  k
lambda 
Step 5= Proses (h 2 )

Step 6= Kondisi perulangan i=1 sampai i=n lakukan


Step 7= Proses suhu (i )  sin(  i  0.1) akhir Step 1= Mulai
Step 2= Inisialisasi n=9, alpha=1.0, k=0.0005, h=0.1, lambda, i, suhu, Matriks w0,
Matriks A, iterasi=1000, Matriks w.
Step 3= Proses membersihkan kondisi perulangan step 6
Step 8= Kondisi perulangan i=1 sampai i=n lakukan
Step 9= Proses w0 (i,1)  suhu (i) akhir kondisi perulangan step 8
Step 10= Proses Matriks A ordo 9x9
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
[ ( )]
Step 11= Kondisi Perulangan k=1 sampai k=iterasi lakukan
Step 12= Cetak “perkalian matriks”
Step 13= Kondisi perulangan i=1 sampai i=n lakukan
Step 14= Proses w(i,1)  0.0 akhir kondisi perulangan step 13
Step 15= Kondisi perulangan i=1 sampai i=n lakukan
Step 16= Kondisi perulangan j=1 sampai j=n lakukan
Step 17= Proses w(i,1)  w(i,1)  A(i, j )  w0 ( j,1) , kondisi akhir perulangan step 16,
kondisi akhir perulangan step 15

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

Step 18= Cetak w


Step 19= Proses
Step 20= Selesai

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

VI. Flowchart
Mulai

Inisialisasi n=9, alpha=1.0, k=0.0005, h=0.1, lambda, i,j, suhu,


Matriks w0, Matriks A, iterasi=1000, Matriks w.

Proses membersihkan variabel dan membersihkan command window


Proses format long (mengatur format keluaran dipakai 15 digit dibelakang koma)
(alpha 2 )  k
Proses lambda 
(h 2 )

Proses suhu (i )  sin(  i  0.1) i=1→ i=n

i=1→ i=n w0 (i,1)  suhu (i)


Proses

Proses Matriks A ordo 9x9


( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
[ ( )]

k=1→ k=iterasi
Cetak “perkalian matriks”

i=1→ i=n
Proses w(i,1)  0.0

Proses

i=1→ i=n j=1→ j=n


Cetak w
N

Z
Fakultas MIPA – Jurusan Fisika
Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

Z N

w0  w
Proses

Selesai

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

VII. Listing
% Modul FDM-2
% distribusi panas bergantung waktu 1D
% FDM Forward-Difference
clear all
clc
format long;
n=9;
alpha=1.0;
k=0.0005;
h=0.1;
% menghitung lambda
lambda=(alpha^2)*k/(h^2);
% Kondisi awal
for i=1:n
suhu(i)=sin(pi*i*0.1);
end
%Mengcopy kondisi awal ke w
for i=1:n
w0(i,1)=suhu(i);
end
% menuliskan Matriks A
A=[ (1-2*lambda) lambda 0 0 0 0 0 0 0;
lambda (1-2*lambda) lambda 0 0 0 0 0 0;
0 lambda (1-2*lambda) lambda 0 0 0 0 0 ;
0 0 lambda (1-2*lambda) lambda 0 0 0 0;
0 0 0 lambda (1-2*lambda) lambda 0 0 0;
0 0 0 0 lambda (1-2*lambda) lambda 0 0;
0 0 0 0 0 lambda (1-2*lambda) lambda 0 ;
0 0 0 0 0 0 lambda (1-2*lambda) lambda ;
0 0 0 0 0 0 0 lambda (1-2*lambda) ];
iterasi=1000;
for k=1:iterasi

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

disp('perkalian matriks')
%================================
for i=1:n
w(i,1)=0.0;
end
for i=1:n
for j=1:n
w(i,1)=w(i,1)+A(i,j)*w0(j,1);
end
end
%===============================
w
w0=w;
end

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

VIII. Tugas Pendahuluan


1. Buktikan bahwa persamaan 4.1) adalah PDP parabolik!

2. Apakah perbedaan FDM forward-difference, FDM backward-difference, dan


FDM Crank-Nicolson?

Jawaban

1. ( ) ;................................................................................................(4.1)

Dengan adalah sebuah konstanta. dimana t dalam dimensi


waktu, yang berlaku pada kondisi
( ) ( ) ....................................................................................(8.1)
( ) ( ) .....................................................................................(8.2)
Persamaan Diferensial Parsial mempunyai bentuk umum :

𝐹 ..............................................(8.3)

Persamaan difusi jika maka persamaan ini memiliki nilai A=1, B=0 dan C=0.
Maka nilai diskriminan nya menjadi :

( ) ( )( )
D = 0.................................................(8.3)
maka didapat nilai Diskriminan dari Persamaan Difusi yaitu D=0 yang mana
menandakan bahwa Persamaan Difusi merupakan PDP Parabolik.

2. Perbedaan FDM forward-difference, FDM backward-difference, dan FDM Crank-


Nicolson adalah :
 PERBEDAAN SOLUSI:
- FDM forward-difference = ( )

- FDM backward-differenc = ( )

- FDM Crank Nicolson = ( )

( )

 PERBEDAAN PENYELESAIN AKHIR

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

a) FDM forward-difference : Menggunakan invers dan perkalian matriks yang


( ) ( )
dilakukan dalam beberapa iterasi. Notasinya ( ) )
b) FDM backward-difference : Menggunakan eliminasi gauss
c) FDM Crank-Nicolson : Menggunakan invers dan perkalian matriks yang
( ) ( )
dilakukan dalam beberapa iterasi. Notasinya ( ) )

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, M., 2011. Penyelesaian Persamaan Diferrensial Parabolik Non-Linier Dengan
Menggunakan Metode Iterasi Variasi. Pekanbaru: UIN Sultan Syarif Kasim.
Ibnas, S., 2017. Persamaan Differensial Eksak Dengan Faktor Integrasi. Jurnal MSA, -
2(5); 91.
Miranti, T., Hidayat,R.,dan Kusbudiono .2014. Solusi Persamaan Laplace
Menggunakan Metode Crank-Nicholson . Jember : Universitas Jember

Monado, F., Koriyanti, E., dan Ariani, M., 2018. Modul Praktikum Fisika Komputasi II.
Indralaya: Universitas Sriwijaya.
Suparno, S., 2014. Komputasi untuk Sains dan Teknik Menggunakan Matlab.
Depok: Universitas Indonesia.

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai