Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI II

INTEGRASI NUMERIK

NAMA : MUHAMAD SYAUGI ARIF NUGAHA


NIM : 08021281820391
HARI / TANGGAL : SENIN/14 AGUSTUS 2020
KLOTER : III (TIGA)
ASISTEN : 1. DIAN ADELITA ZAKIATRI
2. ELDA ASTRITA
3 TIVA PRIMAISELLA

LABORATORIUM FISIKA KOMPUTASI


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

I. Nomor Percobaan : I (Satu)


II. Nama Percobaan : Metoda Beda Hingga - I
III. Tujuan Percobaan : 1. Membuat program komputer (script Matlab(TM)) untuk
aplikasi metode beda hingga pada kasus fisika yang
melibatkan persamaan diferensial parsial.

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI I

IV. Dasar Teori


4.1. Latar Belakang Teori
Metode elemen hinggga merupakan salah satu metode numerik untuk memperoleh
penyelesaian pendekata suatu persamaan differensial parsial dan masalah nilai batasnya.
Secara umum, persamaan differensial dan rnasalah nilai batas dapat diselesaikan dengan
metode Galerkin atau metode Ritz. Secara matematis, metode Galerkin lebih mudah
dari metode Ritz. Metode Ritz memerlukan pengetahuan tentang variational calculus
untuk memperoleh penyelesaian pendekatan. Penerapan metode elemen hingga untuk
menyelesaikan persamaan differensial dan masalah nilai batas dapat dilakukan dengan
metode pendekatan, misalnya metode Galerkin. Metode elemen hingga Galerkin
digunakan menyelesaikan persamaan Maxwell(Sutrasno,2004).

Monado dkk, 2018 menyatakan persamaan diferensial muncul sebagai model


matematika dari berbagai bidang ilmu antara lain: fisika, kimia, biologi, rekayasa, ekonomi
dan lain lain sebagainya. Secara umum persamaan diferensial digolongkan menjadi dua
jenis yaitu:
1. Jika suatu persamaan diferensial hanya mengandung turunan biasa, maka ia disebut
Persamaan Diferensial Biasa (PDB)

2. Jika mengandung turunan parsial ia disebut Persamaan Diferensial Parsial (PDP).


4.2.Persamaan Differensial

Persamaan diferensial adalah persamaan matematika untuk fungsi satu variabel atau
lebih, yang menghubungkan nilai fungsi itu sendiri dan turunannya dalam berbagai orde
.Persamaan diferensial biasa (PDB) - Ordinary Differential Equations (ODE). PDB adalah
persamaan diferensial yang hanya mempunyai satu peubah bebas. Peubah bebas biasanya
disimbolkan dengan x. Orde dan Pangkat PD Orde pada Persamaan Diferensial adalah orde
dari turunan yang terdapat pada persamaan itu yang tingkatannya paling tinggi Pangkat
pada Persamaan Diferensial adalah pangkat tertinggi dari perkalian peubah tak bebas
beserta turunan – turunannya yang terdapat dalam persamaan diferensial(Ibnas,2017)

4.3 Metode Beda Hingga


Rohemah pada Hasan,dkk.2016. Metode beda hingga adalah metode numeric yang umum
digunakan untuk menyelesaikan persoalan teknis dan problem matematis dari suatu gejala fisis.
Prinsipnya adalah mengganti turunan yang ada pada persamaan differensial dengan diskritisasi

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika [1]


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI I

beda hingga berdasarkan deret Taylor. Secara fisis, deret Taylor dapat diartikan sebagai besaran
tinjauan pada suatu ruang dan waktu (ruang dan waktu tinjauan) dapat dihitung dari besaran itu
sendiri pada ruang dan waktu tertentu yang mempunyai perbedaan yang kecil dengan ruang dan
waktu tinjauan

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika [2]


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI I

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika [3]


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

V. Algoritma
Step 1 : Mulai
Step 2 : Inisialisasi matriks A ordo 9x9 dan matriks b ,n=9, i, j, u, v, p, jj, x, w,
S=0, m, k
4 −1 0 −1 0 0 0 0 0 25
0 −1 4 0 0 −1 0 0 0 50
0 −1 0 −1 4 −1 0 −1 0 150
0 0 0 −1 0 0 4 −1 0 0
Step 3 : A = 0 0 0 0 0 −1 0 −1 4 b= 0
−1 4 −1 0 −1 0 0 0 0 50
−1 0 0 4 −1 0 −1 0 0 0
0 0 −1 0 −1 4 0 0 −1 0
[ 0 0 0 0 −1 0 −1 4 −1 ] [ 25 ]
Step 4 : Proses A(i,n+1) = b(i,1) lakukan perulangan dengan i= 1 sampai n
Step 5 : Jika 𝐴(𝑗, 𝑗) = 0
Step 6 : Proses 𝑢 = 𝐴(𝑗, 𝑝)
Step 7 : Proses 𝑣 = 𝐴(𝑗 + 1, 𝑝)
Step 8 : Proses 𝐴 (𝑗 + 1, 𝑝) = 𝑢
Step 9 : Proses 𝐴(𝑗, 𝑝) = 𝑣
Step 10 : Lakukan perulangan untuk step 5 sampai step 13 dengan 𝑝 = 𝑖 sampai
𝑛+1
Step 11 : Jika tidak langsung proses 𝑗𝑗 = 𝑗 + 1
𝐴(𝑖,𝑗)
Step 12 : Proses 𝑚 = 𝐴(𝑗,𝑗)

Step 13 : Proses 𝐴(𝑖, 𝑘) = 𝐴(𝑖, 𝑘) − (𝑚 × 𝐴(𝑗, 𝑘)) lakukan perulangan dari 𝑘 =


1 sampai 𝑛 + 1
Step 14 : Lakukan perulangan untuk step 11 sampai step 13 dengan 𝑖 = 𝑗𝑗 sampai
n
Step 15 : Lakukan perulangan untuk step 5 sampai step 13 dengan 𝑗 = 1 sampai
n-1
𝐴(𝑛,𝑛+1)
Step 16 : Proses 𝑥(𝑛, 1) = 𝐴(𝑛,𝑛)

Step 17 : Proses 𝑆 = 𝑆 + 𝐴(𝑖, 𝑗) × 𝑥(𝑗, 1) lakukan perulangan dengan 𝑗 = 𝑛 + 1


sampai i+1 dengan selang -1
(𝐴(𝑖,𝑛+1)−𝑆)
Step 18 : Proses 𝑥(𝑖, 1) = 𝐴(𝑖,𝑖)

Step 19 : Proses s = 0

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

Step 20 : Lakukan perulangan dari step 15 sampai 18 dengan i=n-1 sampai 1


dengan selang -1
Step 21 : Proses w=x
Step 22 : Cetak w

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

VI. Flowchart

Mulai

Inisialisasi matriks A ordo 9x9 dan matriks b ,n=9, i, j, u,


v, p, jj, x, w, S=0, m, k
4 −1 − 1 0 −1 0 0 0 0 0
0 −1 4 0 −1 −1 0 0 0
0 −1 0 4 −1 −1 0 −1 0
0 0 0 0 −1 0 4 −1 0
A= 0 0 0 0 0 −1 0 −1 4
−1 4 −1 0 −1 0 0 0 0
−1 0 0 4 −1 0 −1 0 0
0 0 −1 0 −1 4 0 0 −1
[0 0 0 0 −1 0 −1 4 −1 ]
25
50
150
0
b= 0
50
0
0
[ 25 ]

i= 1 sampai n

Proses A(i,n+1) = b(i,1)


sampai n-1

Tidak
A(j,j) = 0
sampai
Ya
Proses Proses
,Proses , Proses

jj = j+1
sampai n

Proses

F N R

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

F N R
𝑘 = 1 sampai 𝑛 + 1

Proses 𝐴(𝑖, 𝑘) = 𝐴(𝑖, 𝑘) − (𝑚 × 𝐴(𝑗, 𝑘))

𝐴(𝑛,𝑛+1)
Proses 𝑥(𝑛, 1) = 𝐴(𝑛,𝑛)

i=n-1 sampai 1 𝑗 = 𝑛 + 1 sampai


Proses 𝑆 = 𝑆 + 𝐴(𝑖, 𝑗) × 𝑥(𝑗, 1)
dengan selang -1 i+1 dengan selang -

(𝐴(𝑖,𝑛+1)−𝑆)
Proses 𝑥(𝑖, 1) = 𝐴(𝑖,𝑖)
proses s=0

w=x

Cetak w

Selesai

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

VII. Listing
% solusi persoalan distribusi panas, FDM Elliptik
clear all
clc
n=9;
A=[ 4 -1 0 -1 0 0 0 0 0; -1 4 -1 0 -1 0 0 0 0;
0 -1 4 0 0 -1 0 0 0; -1 0 0 4 -1 0 -1 0 0;
0 -1 0 -1 4 -1 0 -1 0; 0 0 -1 0 -1 4 0 0 -1;
0 0 0 -1 0 0 4 -1 0; 0 0 0 0 -1 0 -1 4 -1;
0 0 0 0 0 -1 0 -1 4];
b=[25; 50; 150; 0; 0; 50; 0; 0; 25];
%&&&&&& Proses Eliminasi Gauss &&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&
%====== Menggabungkan Vektor b kedalam matrik A ======
%====== sehingga terbentuk matrik Augmentasi. ========
for i=1:n
A(i,n+1)=b(i,1);
end
%---------Proses Triangularisasi-----------
for j=1:(n-1)
%----mulai proses pivot---
if (A(j,j)==0)
for p=1:n+1
u=A(j,p);
v=A(j+1,p);
A(j+1,p)=u;
A(j,p)=v;
end
end
%----akhir proses pivot---
jj=j+1;
for i=jj:n
m=A(i,j)/A(j,j);
for k=1:(n+1)

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

A(i,k)=A(i,k)-(m*A(j,k));
end
end
end
%-------------------------------------------
%------Proses Substitusi mundur-------------
x(n,1)=A(n,n+1)/A(n,n);

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI II

VIII. Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan pengertian PDP Elliptik!
2. Jelaskan pengertian syarat batas! Apa bedanya dengan syarat awal?
Jawab
1. PDP Eliptik ialah suatu persamaan diferensial parsial yang mempunyai nilai
deskriminan kurang dari nol ( 𝑩𝟐 − 𝟒𝑨𝑪 < 𝟎 )
2. Syarat batas ialah syarat yang di berikan kepada persamaan Diferensial lebih dari 1
atau nilai khusus yang diberikan kepada konstanta sembarang bergantung kepada
persyaratan awal yang di berikan oleh fungsi tersebut, sedangkan syarat awal ialah
nilai persamaan differensial yang memenuhi kondisi awal tertentu.

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika


Universitas Sriwijaya
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIKA KOMPUTASI I

Daftar Pustaka
Sutrasno,2014. APLIKASI METODE ELEMEN HINGGA PADA MASALAH GELOMBANG
ELEKTROMAGNET. Widyanuklida(2)5:35

Hasan,dkk.2016. Penerapan Metode Beda Hingga pada Model Matematika Aliran Banjir dari
Persamaan Saint Venan. Zeta – Math Journal(1)2:9
Ibnas,R.2017. PERSAMAAN DIFFERENSIAL EKSAK DENGAN FAKTOR
INTEGRASI. JURNAL MSA(2)5:91-92
Monado, F., Koriyanti, E., dan Ariani, M., 2018. Modul Praktikum Fisika Komputasi II.
Indralaya: Universitas Sriwijaya.

Fakultas MIPA – Jurusan Fisika [1]


Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai