1. PENGANTAR
Pembahasan dalam bab ini akan ditekankan pada kasus umum untuk gerak partikel
dalam ruang. Kita telah melihat hubungan antara gaya dengan momentum yang dapat
dinyatakan dalam bentuk vektor berikut:
dp
F= (1)
dt
dimana p=mv adalah momentum linear. Persamaan di atas dapat dikembangkan pada ketiga
komponennya dalam ruang.
Dalam pembahasan ini dibatasi bahwa F merupakan fungsi waktu secara eksplisit,
dan momentum p dapat dicari dari implus, yakni dengan melakukan integrasi terhadap
waktu, seperti halnya dalam kasus gerak pada ruang satu dimensi
t
Sekalipun metode yang dipakai di atas kelihatan sah dan dapat diterima, tetapi adalah
sesuatu hal yang sangat jarang dijumpai dimana gaya sebagai fungsi waktu. Dan tentu saja
dalam kasus dimana gaya sama dengan nol, yang berarti bahwa momentum dan
kecepatannya tetap maka persoalannya akan menjadi lebih sederhana.
2. MOMENTUM SUDUT
dp
Perhatikan sekali lagi persamaan umum gerak yang dinyatakan dengan F= . Jika
dt
persamaan tersebut dikalikan dengan operator r × pada kedua sisinya akan diperoleh
dp
r × F=r × (4)
dt
Ruas kiri persamaan di atas, menurut definisi, tak lain adalah momen gaya di sekitar
koordinat asal sistem. Ruas kanan dapat diuraikan sebagai berikut:
d dp
( r × p )=v × p+ r ×
dt dt
Akan tetapi r × p=v ×mv=mv × v=0, sehingga kita dapat menulis:
d
r × F= (r × p) (4)
dt
Besaran r × p disebut momentum sudut partikel di sekitar titik asal, atau dapat dinyatakan
dalam kalimat sebagai berikut: Laju perubahan terhadap waktu momentum sudut partikel
sama dengan momen gaya yang bekerja pada partikel tersebut. Konsep ini akan banyak kita
pakai pada pembahasan mengenai dinamika sistem partikel dan benda tegar.
3. PRINSIP KERJA
dp
Jika pada persamaan umum gerak F= dilakukan perkalian titik pada kedua ruas
dt
dengan vektor kecepatan v maka akan diperoleh:
dp
F.v= .v
dt
Dari aturan deferensial untuk perkalian titik diperoleh bahwa d ( v . v)/dt=2 v . dv /dt. Jika
massa m konstan, maka akan diperoleh:
d 1 dT
F.v= (
dt 2
mv . v = )
dt
(5)
dimana T =1/2 m v2 tak lain adalah energi kinetik. Oleh karena vdt=dr, kita dapat
integralkan persamaan di atas dan akan diperoleh:
∫ F .dr =∫ dT (6)
Ruas kiri dalam persamaan di atas tak lain adalah integral garis yang menyatakan kerja yang
dilakukan oleh gaya F sehingga partikel bergerak sepanjang lintasannya. Sedangkan ruas
kanan tak lain adalah energi kinetik partikel. Persamaan 6 dapat diungkapkan dalam bentuk
pernyataan bahwa kerja yang dilakukan oleh partikel sama dengan pertambahan energi
kinetiknya.
dr
B
Gambar 1. Gaya yang dilakukan oleh gaya F adalah nilai integral garis ∫ F .dr
A
Jika gaya F merupakan fungsi koordinat saja, maka kita dapat mendefinisikan
sebuah medan gaya statik. Selain itu dikenal juga jenis medan gaya yang lain, yakni apabila
∫ F .dr tidak bergantuk pada lintasan integrasi. Medan gaya seperti ini sifatnya konservatif.
Secara matematis, ungkapan F . dr merupakan deferensial eksak. Ketika partikel bergerak di
bawah pengaruh sebuah gaya konservatif, integral kerja dan pertambahan energi kinetiknya
dapat diketahui, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam meramalkan gerak partikel.
konstan
tinggi rendah
Perkalian silang seperti yang didefinisikan di atas dinamakan curlF. Menurut persamaan 14,
komponen-komponen curl sama dengan nol jika gayanya konservatif. Oleh karena itu syarat
yang harus dipenuhi agar gaya konservatif adalah:
∇ × F=0 (16)
Secara matematis persamaan di atas ditafsirkan bahwa persyaratan agar ungkapan F . dr
merupakan deferensial eksak, atau dengan kata lain integral F . dr tak bergantung pada
lintasan integrasi. Secara fisis dapat ditafsikan bahwa nilai nol curl F berarti bahwa kerja
yang dilakukan oleh gaya F pada partikel yang sedang bergerak tidak bergantung pada
lintasan partikel ketika bergerak dari satu titik ke titik lain.
Satu jenis ungkapan yang terkait dengan operator del adalah perkalian titik ∇ . F
yang disebut dengan divergensi F. Dalam kaitannya dengan medan gaya, divergensi
memberi ukuran kerapatan sumber medan pada sebuah titik. Operator ini juga memegang
peranan yang sangat penting dalam teori listrik dan magnet.
Contoh:
1. Diberikan sebuah fungsi potensial yang dinyatakan dengan:
V ( r )=α x2 + βxy + γz+ C
Dimana α, β dan γ adalah tetapan-tetapan. Carilah fungsi gayanya.
Penyelesaian:
Jika kita gunakan operator del:
Ternyata harganya tidak sama dengan nol, yang berarti bahwa medannya tidak konservatif.
4. Berapakah nilai a, b dan c agar vektor F=i ( ax+ b y 2 )+ j cxy konservatif?
Penyelesaian:
i j k
∇ × F=
| ∂
∂x
2
∂
∂y
x +b y cxy
∂
∂z
0
|
=k ( c−2 b ) y
Jadi agar gaya tersebut konservatif, makaa=2 b. Nilai a dapat bernilai berapa saja.
5. Tunjukkan bahwa gaya yang mengikuti hukum yang berbanding terbalik pangkat dua
(inverse-square law of force) dalam tiga dimensi F=(−k /r 2 )e r adalah konservatif dengan
menggunakan konsep curl. Gunakan koordinat bola.
Penyelesaian:
er eθ e ϕ r sin θ
∇ × F= 2
1 ∂
r sin θ ∂ r
Fr
| ∂
∂θ
∂
∂ϕ
r F θ r Fϕ sinθ
|
Dalam hal ini F r=−k /r 2, F θ=0 dan F ϕ =0. Sehingga:
e θ ∂ −k e ϕ ∂ −k
∇ × F=
( )
r sin θ ∂ ϕ r 2
−
r ∂ θ r2
=0
( )
Oleh karena gaya tersebut adalah konservatif.
F x ( x) F y ( y ) F z (z )
=0
|
Komponen x adalah ∂ F z (z )/∂ y −∂ F y ( y )/∂ z, komponen y dan z dapat dicari dari
persamaan di atas. Oleh karena itu medan ini adalah konservatif sebab tiap turunan
parsialnya merupakan tipe campuran dan berharga sama dengan nol, karena koordiinat x, y,
dan z merupakan variabel-variabel yang independen.
Integrasi persamaan diferensial geraknya sangat sederhana, karena tiap komponen
dan persamaan tersebut adalah jenis m ẍ =F x ( x). Persamaan ini telah kita selesaikan pada
bab sebelumnya. Berikut adalah contoh tipe gaya yang dapat dipisahkan.
Jangkauan Mendatar
Jangkauan mendatar peluru dengan kehadiran gaya gesekan udara dapat dicari
dengan mengambil z=0 pada persamaan 20c dan selanjutnya mengeliminasi t diantara
ketiga persamaan. Selanjutnya kita ambil y o =0, sehingga lintasaanya berada pada bidang xz.
γx −ϰ γx
Dari persamaan pertama 20c diperoleh bahwa 1−
ẋ o (
=e , sehingga t=−γ ln 1−
ẋ o )
. Jadi
, ż o=v o sin α , dan 2 ẋ o ż o=2 v 2o sin α cos α =v2o sin 2 α. Selanjutnya jangkauan mendatar dapat
ditulis:
v o cos α 4 v 3o sin2 α sin α
x h= − 2
γ +… (23)
2g 3g
Suku pertama adalah jangkauan horisontal tanpa adanya gesekan udara. Sedangkan suku-
suku berikutnya adalah penurunan jangkauan horisontal oleh pengaruh gesekan udara.
lintasan tanpa
gesekan udara
asimtot vertikal
lintasan dengan
gesekan udara
Gambar 4. Perbandingan lintasan gerak peluru dengan adanya gesekan udara dan tanpa
gesekan udara
Contoh:
Jangkauan bola golf. Untuk benda seukuran bola basket atau bola golf yang bergerak dengan
kecepatan normal, hambatan oleh gesekan udara umumnya berbentuk kuadrat dalam v. Akan
tetapi dengan linearisasi fungsinya gayanya, seperti yang telah dibahas, maka, kita dapat
menuliskan
F ( v )=−v ¿)
Untuk melinearkankannya, kita ambil |v| sebagai kecepatan awal v o sehingga tetapan γ
dapat ditulis:
c 1 +c 2 v o
γ=
m
Untuk bola golf dengan diameter D=0,042m dan massa m=0,046 kg, diperoleh (dengan
mengabaikan c 1)
c2 vo
γ= =0,0084 v o
m
Dengan sebuah pukulan cepat, misalnya v o=20 m/s , maka γ =0,17 s−1, dan jangkauan
horisontal untuk sudut eleveasi 30o
v 2o sin 2 α (20)2 sin 60o
x h= = =27,1 m
2g 9,8
Khusus untuk perbedaan fase ∆ sama denganπ /2, persamaan lintasannya dapat ditulis
x2 y2
+ =1
A2 B2
adalah merupakan persamaan elips dimana sumbu-sumbunya berimpit dengan sumbu
koordinat. Dan jika perbedaan fasenya 0 atau π, maka persamaan lintasannya dapat direduksi
menjadi persamaan garis
B
y=± x
A
Tanda positif diambil jika ∆=0, maka tanda negatif diambil jika ∆=π. Dapat ditunjukkan
bahwa sudut yang dibentuk oleh sumbu x dengan sumbu elips memenuhi hubungan
2 AB cos φ
tan φ= (25)
A 2−B2
Tugas: buktikan persamaan 24 di atas.
Tinjauan Energi
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa fungsi energi osilator
1 2
harmonik satu dimensi adalah sebanding dengan kuadrat pergeserannya, V ( x )= k x .
2
Secara umum untuk osilator harmonil tiga dimensi:
1 1 1
V ( x , y , z ) = k 1 x 2 + k 2 y 2+ k 3 z 2
2 2 2
−∂ V
Oleh karena, F x = =−k 1 x (demikian juga untuk komponen lainnya). Jika osilatornya
∂x
isotropik, maka
1 1 1 1
V ( x , y , z ) = k 1 x 2 + k 2 y 2 + k 3 z 2= k r 2
2 2 2 2
Jadi energi total osilator harmonik dapat ditulis sebagai berikut:
1 1
E= m v2 + k r 2
2 2
Contoh:
Partikel dengan massa m bergerak dalam sebuah bidang dengan fungsi energi potensial:
1
V ( r )= k (x2 + 4 y 2)
2
Carilah persamaan geraknya, jika syarat awal pada saat t=0, x=a, y=0, ẋ=0, ẏ=v
˙ 0
Penyelesaian:
Nampak dari persamaan fungsi potensialnya, bahwa osilatornya non isotropik. Fungsi
gayanya adalah:
F=−∇ V =−ikx− j 4 ky=m r̈
Komponen-komponen persamaan deferensialnya adalah:
m ẍ + kx=0 m ÿ + 4 ky =0
Gerak dalam arah x memiliki frekuensi sudut ω x =(k /m)1/ 2, sedangkan dalam arah y
1
totalnya adalah konstan m v 2+ qϕ.
2
Dengan kehadiran medan magnetik B (yang disebut juga dengan induksi magnetik),
gaya yang bekerja pada partikel yang bergerak dinyatakan dalam bentuk perkalian silang:
F=q (v × B) (31)
dimana v adalah kecepatan parikel dan q adalah muatan partikel. Persamaan diferensial
geraknya adalah:
d2 r
m =q (v × B) (32)
dt 2
Persamaan di atas menyatakan bahwa percepatan partikel selalu tegaklurus dengan arah
gerak. Hal ini juga berarti bahwa komponen tangensial percepatan adalah nol, sehingga
partikel bergerak dengan kecepatan konstan.
Contoh:
Marilah kita tinjau gerak partikel bermuatan dalam satu medan magnetik konstan seragam.
Ambil sumbu z searah dengan arah medan, sehingga
B=kB
Persamaan deferensialnya adalah:
i j k
d2 r
m 2 =q ( v × kB )=qB ẋ ẏ ż
dt 0 0 1 | |
m (i ẍ+ j ÿ+ k z̈ ) =qB(i ẏ− j ẋ)
Persamaan komponen-komponennya menghasilkan:
m ẍ =qB ẏ
m ÿ=−qBx
z̈=0
Disini, kita jumpai persamaan deferensial yang bukan merupakan jenis yang dapat
dipisahkan (separable). Solusinya adalah:
m ẋ =qBy+ c 1
m ẏ=−qBx +c 2
z̈=konstan= ż o
atau: ẋ=ωy + C1, ẏ=ωx +C2 dan ż= ż o (34)
Dalam hal ini kita gunakan ω=qB /m. C 1 dan C 2 merupakan tetapan-tetapan integrasi, C 1=
c 1 /m dan C 2=c 2 /m. Dengan mensubtitusi ẏ dari persamaan 34 pada persamaan 33 kita
peroleh:
ẍ +ω2 x=ω 2 a (35)
dimana a=C 2 /ω . Nyatalah bahwa solusinya adalah:
x=a+ A cos(ωt+θ o) (36)
dimana A dan θo adalah tetapan-tetapan integrasi. Jika dideferensialkan terhadap t akan
diperoleh:
ẋ=− Aω sin(ωt +θ o) (37)
Jika persamaan di atas disubtitusi pada ruas kiri dalam persamaan 34 (persamaan pertama),
maka y dapat dinyatakan
y=b− A sin (ωt +θo ) (38)
Dimana b=−C 1 / ω. Untuk mencari bentuk lintasannya, kita eliminasi t dari persamaan 36
dan 38 dan kita peroleh:
( x−a)2 +( y−b)2= A 2 (39)
Oleh karena itu lintasan geraknya berada pada bidang xy berupa lingkaran dengan jejari A
dengan pusat pada titik (a , b). Karena dari persamaan dalam persamaan 34, kecepatan
partikel dalam arah z, maka dapat disimpulkan bahwa lintasannya berupa heliks. Sumbu
lintasan searah dengan medan magnetik, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 8. Dari
persamaan 38 diperoleh:
ẏ= Aω cos (ωt +θo ) (40)
1/ 2
Jika vi ( ẋ 2+ ẏ 2 ) maka jejari heliks A dapat dinyatakan
v i vi m
A= = (42)
ω qB
Jika tidak ada komponen kecepatan dalam arah z, maka lintasannya berupa lingkaran jejari
A. Nyatalah bahwa A berbanding langsung dengan kecepatan vi , dan frekuensi sudut ω dari
gerak melingkar tak bergantung pada kecepatan.
SOAL-SOAL
1. Carilah gaya untuk setiap fungsi energi potensial berikut:
a. V =cxyz +C
b. V =α x 2+ β y 2+ γ z 2
c. V =c e−(αx+βy+ γz)
d. V =c r n dalam koordinat bola
Kunci:
1. F=−c ( yz i+ xz j+ xy k )
2. F=−2(αx i+ βy j +γz k )
3. F=−c e−(αx+ βy+γz ) (α i+ β j+ γ k )
4. F=−c mn−1 e r
2. Dengan mencari curl, tentukan yang mana persamaan gaya berikut konservatif.
a. F=ix+ jy+kz
b. F=iy− jx+ k z 2
c. F=iy+ jx+k z 3
d. F=−k r n e r dalam koordina t bola
3. Carilah besar tetapan c sedemikian sehingga setiap gaya berikut konservatif.
a. F=i xy + j c x 2+ k z 3
b. F=i(z / y)−cj(xz / y 2)+k ( x / y )
Kunci: a. c=1 /2 b. c=−1
4. Sebuah partikel bermassa m bergerak dalam ruang tiga dimensi dibawah pengaruh
sebuah fungsi energi potensial V ( x , y , z )=αx+ β y 2 + γ z 2 dengan kecepatan v o ketika
melewati titik asal.
a. Berapakah kecepatannya ketika melewati titik (1,1,1)?
b. Jika (1,1,1) adalah titik balik gerak ( v=0), berapakah v o?
c. Bagaimanakah komponen-komponen persamaan deferensial gerak partikel?
5. Perhatikan dua fungsi gaya
1. F=ix+ jy
2. F=iy− jx
Tentukan bahwa (a). konservatif dan (b). tidak konservatif dengan membuktikan bahwa
∫ F dr tidak bergantung pada lintasan integrasi untuk (a) tetapi tidak untuk (b) dengan
mengambil lintasan titik awal (0,0) dan titik akhir (1,1). Salah satu lintasannya ambil
garis x= y. Untuk lintasan lainnya ambil sumbu x kemudian menuju ke titik (1,0) dan
garis x=1 menuju titik (1,1)
6. Sebuah meriam diletakkan di dasar bukit dengan sudut kemiringan φ. Tunjukkan bahwa
jangkauan tembakan di ukur oleh kemiringan bukit adalah:
2 v 2o sin α cos( α −φ)
g cos 2 φ
dimana α adalah sudut elevasi meriam, dan nilai maksimum jangkauan pada bidang
miring adalah:
v 2o
g (l+sin φ)
7. Tuliskan kembali persamaan deferensial gerak peluru jika gesekan udara sebanding
dengan pangkat dua kelajuannya. Apakah persamaan-persamaan dapat dipisahkan.
Tunjukkan bahwa komponen kecepatan dalam arah x dan y adalah
ẋ= ẋ o e−γs ẏ = ẏ o e−γs
dimana s adalah yang ditempuh oleh peluru sepanjang lintasannya dan γ =c2 /m .