Anda di halaman 1dari 10

ARUS BOLAK BALIK

Pada bagian II telah dibahas tentang arus mantap (I) dalam suatu penghantar dan
rangkaian listrik sederhana. Pada bagian IV, telah dibahas tentang timbulnya arus
listrik yang berubah dengan waktu dengan mengubah rapat fluks magnetic yang
dilingkupi oleh suatu konduktor atau kumparan.
Pada bagian ini, kita akan melihat bagaimana sifat-sifat arus yang berubah dengan
waktu jika melewati konduktor resistor, kapasitor dan induktor.
Arus mantap biasa disebut arus searah (Direct Current = DC) dan arus yang
berubah secara sinusoidal dengan waktu disebut arus bolak-balik (Alternating
Current AC).

1. Generator Alternating Current

Secara garis besarnya, generator bolak-balik terdiri atas suatu kumparan yang
berputar relatif terhadap medan magnet luar, seperti pada gambar 5.1 berikut ini:

Gambar 5.1
Rapat fluks yang dilingkupi kumparan adalah:
 
 = B . A = B A cos
A menyatakan luas penampang kumparan dan  adalah sudut antara normal

bidang kumparan dengan induksi magnet B . Jika laju putar kumparan relatif
terhadap magnet adalah  , maka  =  . t , dan jika jumlah lilitan pada kumparan
adalah N, maka GGL induksi yang dihasilkan generator adalah:
dm
= N (B A cos t )
d
 = −N
dt dt
 = N B A sin  t (5.1)

Arus Bolak-Balik 38
Karena harga maksimum  tercapai jika sin  t = 90 0 , maka harga NBA =  m
disebut sebagai ggl maksimum atau amplitudo tegangan.
 =  m sin  t (5.2)

Grafik hubungan antara  dan t dapat kita lukiskan sebagai berikut:

m

t =T
t = 12 T t
0

−m

Gambar 5.2

2. Resistor dalam Rangkaian AC

Suatu resistor dengan tahanan R dihubungkan dengan sumber tegangan AC seperti


pada gambar 5.3 beda potensial antara a dan b adalah:
Vab = V = Vm sin  t (5.3)

Seperti pada rangkaian arus searah, pada rangkaian AC juga berlaku hukum Ohm,
sehingga arus sesaat yang melalui resistor adalah:
V
I=
R
V
= m sin  t
R
Vm
= I m = arus maksimum (5.4)
R
Sehingga:
I = I m sin  t (5.5)

Dari persamaan 5.2 tampak bahwa arus yang melalui resistor sefase dengan
tegangan yang dipergunakan:

Arus Bolak-Balik 39
a b
R I,V I Im
I
V
t
V
0 Vm
V = Vm sin  t
(a) (b) (c)
Gambar 5.3. (a) Resistor pada sebuah sumber tegangan AC
(b) Grafik tegangan sesaat dan arus sesaat sebagai fungsi waktu.
(c) diagram fasor tegangan dan arus.

3. Kapasitor dalam Rangkaian AC

Perhatikan suatu kapasitor dengan kapasitas C dihubungkan pada sebuah sumber


tegangan AC seperti pada gambar 5.4a. Apabila q adalah muatan sesaat pada
kapasitor, maka:
q = C Vab = C Vm sin  t (5.6)

Arus sesaat pada rangkaian adalah:


dq
I=
dt
= (C Vm sin  t )
d
dt
=  C Vm cos  t
 
=  C Vm sin   t + 
 2
 C Vm = I m = arus maksimum (5.7)

Sehingga:
 
I = I m sin   t +  (5.8)
 2
Dari persamaan 5.8 tampak bahwa arus yang melalui kapasitor mendahului
 / 2 terhadap fase tegangannya.
Perhatikan gambar 5.4 berikut ini!

Arus Bolak-Balik 40
I,V Im
I
C
V t
0 Vm

(a) (b) (c)


Gambar 5.4. (a) Kapasitor C dihubungkan pada sebuah sumber tegangan AC
(b) Grafik tegangan sesaat dan arus sesuai sebagai fungsi waktu.

(c) diagram fasor, arus mendahului terhadap tegangan.
2
Dengan mendefenisikan besaran yang disebut reaktansi kapasitif:
1
XC = (5.9)
C
Maka bentuk persamaan 5.7 menyerupai hukum Ohm.
Vm
Im =
1/  C
Atau
Vm
Im = (5.10)
XC
Dari persmaan 5.10 jelas bahwa XC menyatakan tahanan yang disebabkan oleh
kapasitor terhadap arus yang melewatinya sehingga XC mempunyai satuan ohm
(Ω). Walaupun demikian, terdapat perbedaan yang mendasar antara R dan C
sebagai penghambat arus, yaitu tahanan yang dihasilkan C bergantung pada
frekuensi arus bolak-balik yang melewatinya, sehingga XC berharga tak berhingga
untuk  = 0 (arus searah) yang berarti bahwa kapasitor tidak dapat dilewati arus
searah. Karena itu, kapasitor digunakan juga sebagai penyaring (filter) atau
penahan arus searah dalam rangkaian listrik.

4. Induktor dalam Rangkaian AC

Apabila sebuah induktor murni (yaitu induktor yan tahanannya nol) dengan
induktansi L, dihubungkan pada sebuah sumber tegangan AC seperti pada gambar
5.5a. Bila I adalah arus sesaat yang melalui induktor, maka beda potensial antara
ujung-ujung induktor adalah:
dI
 = −L
dt
Menurut Hukum II Kirchoff :

Arus Bolak-Balik 41
dI
Vm sin t − L =0
dt
dI
L = Vm sin  t
dt
V
dI = m sin t . dt
L
Integrasi kedua ruas persamaan tersebut menghasilkan:
Vm
I= (− cos  t )
L
Vm  
= sin   t − 
L  2
Vm
= I m = arus maksimum (5.11)
L
Sehingga arus sesaat dapat ditulis:
 
I = I m sin   t −  (5.12)
 2
Dari persamaan 5.11 tampak bahwa fase arus yang melalui inductor tertinggal
terhadap fase tegangannya.
Perhatikan gambar berikut ini!

V
I,V
Vm
V
L I t
0

Im
V = Vm sin  t I

(a) (b) (c)


Gambar 5.5. (a) Induktor L dihubungkan pada sebuah sumber tegangan AC
(b) Grafik tegangan sesaat dan arus sesuai sebagai fungsi waktu.
(c) diagram fasor, arus tertinggal terhadap tegangan.
Dari persamaan (5.10) arus maksimum dapat pula ditulis dalam bentuk:
Vm
Im = (5.13)
XL
Dengan X L = L (5.14)

Arus Bolak-Balik 42
XL dinamakan reaktans induktif induktor. Satuan reaktansi induktif XL adalah volt per
ampere atau ohm.
(Lihat contoh soal V no. 1,2)

5. Rangkaian R-L-C

Perhatikan rangkaian seri terdiri atas resistor (R), kapasitor (C), dan induktor (L),
dihubungkan pada sebuah sumber tegangan AC seperti pada gambar 5.6 Andaikan
tegangan sumber diberikan dengan persamaan:
V =Vm sin  t
Maka arus yang melalui rangkaian dapat dinyatakan dengan persamaan:
I = I m sin ( t −  )
Dimana Im (arus maksimum) dan  (beda fase antara arus dan tegangan sumber)
besaran-besaran yang harus ditentukan.

C
R L
a b
V = Vm sin  t

Gambar 5.6.
Dengan teorema loop yang merupakan rumusan lain bagi hukum II Kirchoff, maka:
V = VR + VC + VL (5.15)

Semua besaran dalam persamaan tersebut adalah besaran-besaran yang berubah


terhadap waktu secara sinusoida, masing-masing dengan harga maksimm Vm,
VR(=Im.R), VC(=Im.XC), VL(=Im.XL), .
Masalah menemukan hubungan antara fasor I dan V rangkaian tersebut lebih
mudah diselesaikan dengan memperhatikan bahwa pada rangkaian seri, arus yang
melalui masing-masing elemen tentu mempunyai amplitudo dan fase yang sama,
karena hanya ada satu saluran arus.
Dengan memperhatikan beda fase antara arus dan tegangan pada masing-masing
elemen, yaitu VR sefase dengan Im, VC tertinggal  / 2 terhadap Im, dapat dilukis
diagram fasor seperti pada gambar 5.7.

Arus Bolak-Balik 43
 
VL Vm
VL Im VL Im
VR
VL − VC VR

VC VC VC

(a) (b)
Gambar 5.7 (a) diagram fasor rangkaian seri
(b) diagram fasor yang sama, yang memperlihatkan hubungan arus
tegangan sumber AC.
Persamaan (1.15) dapat diartikan bahwa tegangan V sama dengan jumlah aljabar
proyeksi fasor VR, VC dan VL pada sumbu vertikal. Jumlah proyeksi fasor-fasor
tersebut sama dengan proyeksi jumlah semua fasor, sehingga vektor Vm tidak lain
adalah beda potensial antara titik a dan b.
Untuk memperoleh hasil penjumlahan vektor (Vm), mula-mula fasor VL dikurangi
dengan fasor VC (karena keduanya selalu terletak pada garis yang sama) sehingga
diperoleh fasor VL-VC. Karena fasor ini tegak lurus dengan fasor VR (seperti terlihat
pada gambar 5.7), maka:

Vm = VR + (VL − VC )
2 2
(5.16)

Dengan menggunakan hubungan persamaan 5.4, persamaan 5.10 dan persamaan


5.13, maka persamaan 5.16 menjadi:

Vm = ( I m R) 2 + (I m X L − I m X C )
2

Vm = I m R 2 + ( X L − X C )
2
(5.17)

1
Dengan X L =  L dan X C =
C
Dari persamaan 5.16 dapat diperoleh arus maksimum rangkaian, yaitu:
Vm
Im = (5.18)
R + (X L − X C )
2 2

R 2 + ( X L − X C ) didefenisikan sebagai impedans (Z) atau:


2
Harga

Z = R 2 + (X L − X C )
2
(5.19)

Sehingga untuk rangkaian seri R-C-L dapat ditulis:


Vm = I m . Z
(5.20)
Atau

Arus Bolak-Balik 44
Vm
Im = (5.21)
Z
Satuan impedansi Z adalah volt per ampere (V/A) atau ohm (  ). Sudut  pada
sudut fase atau beda antara tegangan Vm dan arus rangkaian Im dan dari gambar
tersebut tampak bahwa:
VL − VC I m ( X L − X C )
tan  = =
Vm I m .R
Atau:
(X L − XC )
tan  = (5.22)
R
Bila XL > XC, maka sudut fase positif, artinya arus tertinggal/terhadap tegangan yang
dipasang, dan bila XL < XC, sudut fase nol. Dalam hal ini impedans Z setara dengan
R dan arus rangkaian mempunyai harga maksimum, yaitu :
Vm
Im =
R
Frekuensi pada keadaan ini dinamakan frekuensi resonansi, yaitu:
Z = R dan XL = XC
1
L=
C
ingat:  = 2  f
1
2 =
LC
1 1
f = (5.23)
2 LC
(Lihat contoh soal V no.3)

6. Rangkuman
• GGL generator AC :  = N B  sin (t ) ; Vm = N B 

• Tegangan sesaat pada R dalam AC : V (t ) = Vm sin ( t )

Vm
• Arus sesaat pada R dalam AC : I (t ) = sin ( t )
R
• Hambatan pada R dalam AC :R=R
• Tegangan sesaat pada C dalam AC : V (t ) = Vm sin ( t )

• Arus sesaat pada C dalam AC : I (t ) = ( C Vm ) sin ( t + 90)

1
• Hambatan pada C dalam AC : XC =
C

Arus Bolak-Balik 45
• Tegangan sesaat pada L dalam AC : V (t ) = Vm sin ( t )

Vm
• Arus sesaat pada L dalam AC : I (t ) = ( ) sin ( t − 90)
L
• Hambatan pada L dalam AC : XC =  L

• Tegangan pada rangkaian RLC seri dalam AC: VS = VR + VL + VC

VS
• Arus pada rangkaian RLC seri dalam AC : I=
ZS

( )
1

• Hambatan pada RLC seri dalam AC : Z S = R2 + ( X L − X C )2 2

1 1
• Frekuensi resonansi pada RLC seri dalam AC: f =
2 LC
1 1 1 1
• Tegangan pada rangkaian RLC paralel dalam AC: = + +
V P V R V L VC
VP
• Arus pada rangkaian RLC seri dalam AC : I =
ZP
1

1  1  1 1  
2 2

• Hambatan pada RLC seri dalam AC : = + −


Z P  R 2  X L X C  
 
• Daya listrik pada AC : P = I ef .Vef cos( t ) = I ef2 . Z

Vm Im
• Harga efektif : Vef = dan I ef =
2 2
• Daya listrik pada AC : P = I ef .Vef cos( t ) = I ef2 . Z

• Keterangan : Z = Impedansi (satuannya ohm)


1
= admitansi (satuannya mho)
Z

Arus Bolak-Balik 46
7. Pertanyaan dan Soal

1) Gunakan persamaan yang sesuai dan arti simbol besaran yang digunakan
untuk menjelaskan secara kuantitatif apa yang dimaksud dengan:
a. Arus dan tegangan efektif pada AC
b. Impedansi dan reaktansi
c. Faktor daya lsitrik pada ACktansi silang
d. Frekuensi osilasi listrik pada RLC
2) Sebuah rangkaian seri R-C-L dihubungkan dengan sumber AC dengan
frekuensi sudut  dan tegangan maksimum Vm. Tentukan:
a. Impedansi rangkaian
b. Arus maksimum dalam rangkaian
c. Sudut fase antara arus dan tegangan yang digunakan.
d. Harga-harga maksimum dan harga-harga sesaat tegangan pada R,
pada C, dan pada L
3) Gunakan persamaan arus, resistansi, dan tegangan sesaat:
a. Pada R dalam AC
b. Pada C dalam AC
c. Pada L dalam AC
4) Apa syarat terjadinya impedansi resonansi pada rangkaian RLC seri?
Bagaimana menentukan frekuensi resonansinya?
5) Analisis rangkaian berikut untuk menentukan:
a. IR, IC dan IL?
b. Arus maksimum (Im) dalam rangkaian.
c. Impedansi rangkaian dan sudut fase antara Im dan Vm.
a c e

R C L

b d f

Arus Bolak-Balik 47

Anda mungkin juga menyukai