Anda di halaman 1dari 34

EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA

“PENGUKURAN RANAH KOGNITIF”


OLEH KELOMPOK 3 :
Deftri Sekar Ningrum (1910121320003)
Eva Amilia (1910121220023)
Lisa Dwi Yanti (1910121120001)
Norsyifa Azizah (1910121120003)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Mustika Wati, M.Sc


KONSEP DASAR PENGUKURAN RANAH
KOGNITIF

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) seperti
kemampuan berpikir, memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisa,
mensintesa, dan kemampuan mengevaluasi. Menurut taksonomi Bloom,
segala upaya yang mengukur aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai
dari jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang
tersebut yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan penilaian
(evaluation).
Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai
dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang
atau aspek yang dimaksud adalah: 

1. Pengetahuan/ 3. Penerapan/
Knowledge (C1) Application (C3)
Adalah aspek yang mengukur Adalah aspek yang menutut seorang
kemampuan siswa untuk siswa untuk menyeleksi atau memilih
mengenali atau mengingat suatu abstrasi tertentu secara tepat untuk
kembali suatu konsep, fakta atau diterapkan dalam suatu situasi baru dan
istilah, rumus, dan definisi. menerapkannya secara benar.
2. Pemahaman/
Comprehension (C2)
Adalah kemampuan berpikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan. Kemampuan ini
tidak hanya menuntut hafal secara verbalitis tapi
juga mampu memahami konsep yang
diketengahkan.
4. Analisis/Analysis (C4) 6. Penilaian/Evaluation (C6)

Dalam aspek analisis meliputi Merupakan kemampuan seseorang untuk


tiga kemampuan dasar yaitu: membuat pertimbangan terhadap suatu
analisi terhadap elemen, analisis situasi, nilai, atau ide. Mengevaluasi
hubungan, analisis terhadap dalam aspek kognitif ini menyangkut
aturan. masalah “benar/salah” yang didasarkan
atas dalil, prinsip, pengetahuan.

5. Sintesis/Synthesis (C5)
Menutut kemampuan untuk menyusun kembali
elemen-elemen masalah dan menemukan suatu
hubungan dalam penyelesaiannya dengan
menyusun pengetahuan-pengetahuan yang telah
dimiliki.
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam
kawasan kognisi, hasil belajar kognitif tidak merupakan kemampuan
tunggal melainkan kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku
dalam domain kognitif yang meliputi beberapa jenjang atau tingkat
(Purwanto, 2010).
Tujuan pengukuran ranah kognitif adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa
pada ranah kognitif khususnya pada tingkat hapalan pemahaman,
penerapan, analisis, sintesa dan evaluasi.
Manfaat pengukuran ranah kognitif adalah untuk memperbaiki mutu
atau meningkatkan prestasi siswa pada ranah kognitif khususnya
pada tingkat hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa
dan evaluasi.

Ranah kognitif dapat diukur melalui dua cara yaitu dengan tes
subjektif dan objektif. Tes subjektif biasanya berbentuk esay
(uraian), namun dalam pelaksanaannya tes ini tidak dapat
mencakup seluruh materi yang akan diujikan. Oleh karena itu
instrument dalam penelitian ini tidak akan menggunakan tes
subjektif, melainkan menggunakan tes objektif. ada beberapa
macam tes objektif diantaranya yaitu: tes benar salah, pilihan
ganda, menjodohkan, dan tes isian (Arikunto, 2009).
MERANCANG ALAT UKUR
KOGNITIF UNTUK FISIKA
Secara umum alat ukur kognitif untuk fisika bisa
berupa tes, yang mana tes berfungsi sebagai alat
yang digunakan untuk mengukur pengetahuan atau
penguasaan suatu obyek ukur terhadap
seperangkat konten atau materi tertentu.
Tes adalah suatu teknik yang dapat digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran, yang mana didalamnya
terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik.

Tes hasil belajar dilakukan untuk dapat mengukur hasil


belajar, agar dapat mengetahui sejauh mana perubahan
perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran yang
telah dicapai oleh para peserta didik
Adapun menurut para ahli seperti Sanjaya (2008) berpendapat bahwa tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan peserta
didik dalam mencapai kompetensi. Untuk tes yang digunakan dalam evaluasi
pembelajaran terdiri dari 2, yaitu tes objektif dan tes essay.

● Sedangkan menurut Sutomo (dalam Asrul dkk (2014) tes bentuk essay
adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas.
Adapun Menurut (Arikunto, 2006) tes objektif merupakan salah
satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal
(items) yang dapat dijawab oleh teste dengan jalan memilih
salah satu (atau lebih) diantara beberapa kemungkinan
jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing items,
atau dengan jalan menuliskan (mengisikan) jawabannya
berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat
atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir
item yang bersangkutan.
Ciri-ciri Ranah Penilaian Kognitif

Aspek kognitif yaitu berhubungan dengan


kemampuan berfikir, seperti kemampuan
memahami, menghafal, mengaplikasi,
menganalisis, mensistesis dan kemampuan
mengevaluasi.
Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitif merupakan
kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari :

1. Tingkat Pengetahuan 4. Tingkat Analisis

2. Tingkat Pemahaman 5. Tingkat Sintesis

3. Tingkat Aplikas 6. Tingkat Evaluasi


Jenis Penilaian

Jenis penilaian yang dapat digunakan yaitu berbentuk tes,


merupakan semua jenis penilaian yang hasilnya dapat
dikategorikan menjadi benar dan salah, misalnya jenis
penilaian untuk mengungkap aspek kognitif dan
psikomotorik. Adapun jenis penilaian berbentuk non tes
hasilnya tidak dapat dikategorikan menjadi benar dan
salah, dan umumnya dipakai untuk mengungkap aspek
afektif.
1. Tes Tertulis

Tes tertulis dilakukan untuk mengungkap penguasaan


siswa dalam aspek/ranah kognitif mulai dari jenjang
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Tes tertulis terdiri dari 2 macam, yaitu tes
subjektif dan tes objektif.
a. Tes Subjektif

Tes subjektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai
merupakan tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Dilihat dari luas-sempitnya
materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respon items) dan
uraian bebas (extended respon items).

1) Uraian terbatas (restricted respon items)

2) Uraian bebas (extended respon items)


b. Tes Objektif

Tes objektif merupakan tes tertulis yang menuntut peserta didik untuk
memilih jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban
singkat terbatas. Tes objektif merupakan tes yang dalam pemeriksaanya
dapat dilakukan secara objektif. Bentuk-bentuknya terdiri dari:

1) Tes benar- salah ( True-False )


2) Tes pilihan ganda (Multiple Choice Test)
3) Tes berupa Saling Menjodohkan (Matching Test)
4) Tes isian ( Completion Test)
2. Tes Lisan

Tes lisan merupakan tes yang menuntut jawaban dari peserta


didik dalam bentuk lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban
dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah
yang diberikan. Hal ini berguna untuk :

a. Menilai kemampuan dalam memecahkan masalah.


b. Menilai proses berpikir, terutama kemampuan melihat hubungan
sebab-akibat.
c. Menilai kemampuan menggunakan bahasa lisan
d. Menilai kemampuan mempertanggungjawabkan suatu pendapat atau
konsep yang dikemukakan.
MEMBUAT ALAT UKUR KOGNITIF UNTUK
FISIKA
Alat Ukur Kognitif bias dimaknai dengan sebuah tes ataupun
pemberian soal mengenai pengetahuan biasa disingkat C1-C6,
dimana arti dari C adalah Kognitif yang mengacu pada tingkatan
Taksonomi Bloom dan pada Mata Pelajaran Fisika SMA pembuatan
Alat Ukur Kognitif disesuaikan dengan Kompetensi dasar dan
Indikator Pembelajaran. Pengukuran hasil belajar ranah kognitif
dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif diantaranya; (1)
tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian
obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban
atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8)
performans. (Zainal, Kamal, & Muhammad, 2014)
MENGANALISIS BUTIR TES DAN
HASIL TES KOGNITIF UNTUK
FISIKA

Analisis soal atau analisis item adalah pengkajian


pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai.
Menurut (Arikunto, 2010) Terdapat 3 hal yang berhubungan dengan analisis butir
soal, yaitu :

1. Berdasarkan Taraf Kesukaran


Derajat kesukaran atau taraf kesulitan soal (difficulty level) adalah
proporsi/persentase subjek yang menjawab butir tes tertentu dengan benar,
sedangkan tingkat kesukaran adalah suatu pernyataan yang menunjukkan
seberapa sulit atau seberapa muda sebuah butir soal bagi peserta tes
(testee) yang dinamakan indeks kesukaran.

  Tabel 1. Kriteria Indeks Tingkat Kesukaraan Soal ()


Indeks Tingkat Kesukaran (ITK) Kategori
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
0,71 – 1,00 Soal mudah
 
 Untuk menghitung kesukaran tiap  
 Untuk menghitung naskah soal/tes
butir soal
 

Keterangan :
Keterangan :
= Tingkat kesukaran soal
= Tingkat kesukaran naskah soal
= Jumlah peserta yang
   = Jumlah tingkat kesukaran semua
menjawab dengan benar
soal dalam naskah soal
   = Jumlah seluruh peserta
   = Jumlah butir soal dalam naskah
yang mengikuti tes
soal
Langkah-langkah Analisis :
1. Menjumlahkan skor masing-masing butir soal yang dicapai oleh semua peserta.

2. Menghitung p dengan rumus lalu memasukkan semua hasilnya ke dalam rumus pn.

3. Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan. Caranya adalah dengan


mengkonsultasikan hasil perhitungan p tersebut dengan suatu patokan/kriteria seperti
memberikan batas skor maksimal.

Tindak lanjut hasil analisis kesukaran :


1. Item soal yang termasuk kategori baik akan dimasukkan ke dalam bank soal, suatu saat akan
dikeluarkan dan digunakan lagi.
2. Item soal kategori terlalu sukar atau terlalu mudah mendapatkan 3 alternatif :
a. Dibuang atau didrop.
b.  Dipakai lagi setelah diperbaiki kelemahan-kelemahannya.
c. Didokumentasikan di bank soal dan digunakan untuk tes seleksi
 
Contoh :
Jumlah peserta tes ada 50 orang dan yang mengerjakan
dengan benar butir soal nomor 1 ada 30 orang.
Berapakah nilai p nya ?
2. Berdasarkan Daya Pembeda Item
Daya pembeda soal (discrimination) adalah kemampuan suatu soal
atau besar daya sebuah butir soal untuk membedakan kemampuan
antara peserta kelompok tinggi dan kelompok rendah. Indeks Daya
Beda (D) soal berkisar : -1,00 s.d 1,00.

Tabel 2. Kriteria Indeks Daya Beda (D)

Indeks Daya Beda (D) Kategori


Tanda negative Tidak ada daya beda
<0,20 Daya beda lemah
0,20 – 0,39 Daya beda cukup (sedang)
0,40 – 0,69 Daya beda baik
0,70 – 1,00 Daya beda baik sekali
 Untuk menghitung indek daya pembeda
 

Keterangan :
= Indeks Daya Beda 
 = Jumlah jawaban benar pada kelompok atas
 = Jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
   = Jumlah seluruh peserta tes
Langkah-langkah analisis daya beda
a) Susunlah urutan peserta berdasarkan skor yang diperolehnya, mulai
skor tertinggi sampai skor terendah
b) Bagilah peserta tes tersebut menjadi 2 (dua) kelompok :
 Kelompok A: 27% kelompok atas (skor tinggi mulai yang paling atas)
 Kelompok B: 27% kelompok bawah (skor rendah mulai paling rendah)
a) Hitung jumlah kelompok atas yang menjawab benar terhadap butir soal
yang yang akan dihitung daya bedanya (Ba)
b) Hitung jumlah kelompok bawah yang menjawab benar terhadap butir
soal yang yang akan dihitung daya bedanya (Bb)
c) Hitung proporsi peserta yang menjawab benar terhadap butir soal
tersebut untuk masing-masing kelompok
 
Contoh :
Jumlah peserta tes kelompok atas yang benar 20, jumlah peserta tes
kelompok bawah yang benar 8, jumlah keseluruhan peserta 40 orang.
Maka berapakah D soalnya ?
3. Berdasarkan Distractor (Pengecoh)

Distractor (pengecoh) adalah jawaban salah pada tes pilihan ganda yang
berfungsi sebagai pengecoh/pengacau. Berfungsi tidaknya sebuah distractor
dapat dilihat dengan dipilih atau tidaknya distactor tersebut :
1) Pengecoh berfungsi jelek apabila pengecoh tidak dipilih sama sekali
oleh peserta tes.
2) Pengecoh berfungsi baik apabila pengecoh paling tidak ada peserta tes
yang memilih pengecoh tersebut.
MENGINTERPRETASI HASIL TES
KOGNITIF UNTUK FISIKA

Interpretasi (penafsiran) merupakan suatu analisis


seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa tentang
obyektif atau subyektif. Leon H. Levy dalam bukunya yang
berjudul “Psychological Interpretation” (1963) menyatakan
bahwa interpretasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
apabila ada suatu keadaan yang sulit dipahami secara
biasa atau secara langsung.
1. Tujuan Interpretasi
a. Tujuan umum
• Mencapai pencapaian
kompetensi peserta didik.
• Memperbaiki proses b. Tujuan khusus
pembelajaran.
• Sebagai bahan penyusunan • Mengetahui kemajuan dan hasil
laporan kemajuan belajar siswa. belajar siswa.
• Mendiagnosis kesulitan belajar.
• Memberikan umpan
balik/perbaikan proses belajar
mengajar.
• Penantian kenaikan kelas.
• Memotivasi belajar siswa.
2. Jenis Interpretasi Tes
a. Interpretasi kelompok
Adalah penafsiran yang dilakukan
untuk mengetahui karakteristik
kelompok berdasarkan data hasil b. Interpretasi individual
evaluasi. Tujuannya adalah sebagai
berikut : Adalah penafsiran yang hanya tertuju
• Sebagai persiapan untuk kepada individu saja. Tujuannya
melakukan penafsiran kelompok. adalah sebagai berikut :
• Untuk mengetahui sifat-sifat • Untuk melihat tingkat kesiapan
tertentu pada suatu kelompok. siswa (readiness).
• Untuk mengadakan • Pertumbuhan dan kemajuan
perbandingan antarkelompok. siswa.
• Kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya.
3. Cara Melakukan
Interpretasi Hasil Tes
a. Penilaian Acuan Norma (PAN) b. Penilaian Acuan Kriteria (PAK)
Adalah penilaian yang dilakukan untuk Adalah penilaian yang dilakukan
mengetahui posisi untuk mengetahui kemampuan siswa
kemampuan  seseorang dibandingkan dibandingkan dengan kriteria yang
dengan temannya dikelas tersebut. sudah dibuat terlebih dahulu. Didalam
Tujuan penggunaan tes acuan norma : penilaian acuan kriteria berasumsi
• Lebih umum dan komprehensif. bahwa hampir semua orang bisa
• Bersifat relatif artinya tingkat kinerja belajar apa saja namun waktunya
seorang siswa ditetapkan berbeda. Tujuan penggunaan acuan
berdasarkan pada posisi relatif kriteria adalah bersifat absolut
dalam kelompoknya. dan  untuk menyeleksi secara pasti
status individual mengenai domain
perilaku yang ditetapkan/dirumuskan
dengan baik.
KESIMPULAN

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) seperti
kemampuan berpikir, memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisa,
mensintesa, dan kemampuan mengevaluasi. Ranah kognitif dapat diukur melalui
dua cara yaitu dengan tes subjektif dan objektif. Tes subjektif ada dua yaitu
uraian terbatas dan uraian bebas, sedangkan tes objektif meliputi, tes benar-
salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, tes isian. Alat Ukur Kognitif dimaknai
dengan sebuah tes atau pemberian sebuah soal mengenai pengeteahuan, yang
biasa disingkat C1-C6. Penganalisisan terhadap item tes hasil belajar dapat
dilakukan: Dari segi derajat kesukaran itemnya, analisis daya pembeda item,
fungsi distraktor. Interpretasi (penafsiran) pada dasarnya terdiri dari kegiatan
memberikan suatu kerangka referensi yang lain. Ada dua jenis interpretasi tes
yaitu : Interpretasi kelompok dan interpretasi individual. Untuk melakukan
interpretasi hasil tes dapat dilakukan dua cara, yaitu : Penilaian Acuan Norma
(PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK).
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D., Susanto, & Fatahillah, A. (2015). Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan
Himpunan Berdasarkan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom Kelas VII-A di SMPN 14 Jember. Jurnal
Edukasi UNEJ, 2(1), 1-4.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik ; Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurbudiyani, I. (2013). Pelaksanaan Pengukuran Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Pada Mata Pelajaran
IPS Kelas III SD Muhammadiyah Palangkaraya. Pedagogik Jurnal Pendidikan, 8(2), 14-20.
Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sanjaya, W. (2008). Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.
Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajran. Yogyakarta: Pedajogja.
Zainal, V., Kamal, H., & Muhammad, N. (2014). The Economics of Education Mengelola Pendidikan Secara
Profesional untuk Meraih Mutu dengan Pendekatan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai