Anda di halaman 1dari 17

Bahan ajar minggu ke 4

ASPEK YANG DIEVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

Evaluasi memiliki pengertian yang bervariasi tergantung pada konteks dan tujuan
evaluasi itu sendiri. Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu
adanya trianggulasi atau hubungan erat tiga komponen

1. Tujuan pembelajaran
2. Kegiatan pembelajaran
3. Evaluasi

1. Hubungan tujuan dengan KBM

KBM yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar mestilah mengacu kepada
tujuan, dan sebaliknya.

2. Hubungan antara tujuan dengan evaluasi


Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data sejauh mana tujuan telah tercapai

3. Hubungan KBM dengan Evaluasi


Evaluasi juga mesti sesuai dengan KBM (jika yg diajarkan ketrampilan yang
dievaluasi juga keterampilan, bukan pengetahuan)

Ada 2 macam ALAT evaluasi (tes dan non tes)


Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk
melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.
Alat disebut juga dengan instrumen = instrument evaluasi
Fungsi alat adalah untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

1. Teknik non tes


Yang tergolong teknik non tes adalah
a. Rating skala (skala bertingkat)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu
hasil pertimbangan.
Contoh: skor yang diberikan guru untuk menggambarkan tingkat
prestasi belajar siswa.

b. Questionair
Questionair sering dikenal dengan angket, adalah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden) untuk mengetahui
keadaan/data diri, pengalaman, pengetahuan, pendapat dan sikapnya dll
Jenis questionair
1. Ditinjau dari siapa yang menjawab, dibedakan atas
a. Questionair langsung, jika diisi langsung oleh responden ybs
b. Questionair tidak langsung, yang diisi oleh orang lain yang
dianggap tau dengan keadaan seseorang, misalnya atasan, anak,
tetangga, saudara dll

2. Ditinjau dari cara menjawab, dibedakan atas


a. Questionaei tertutup, jawaban telah disediakan, responden tinggal
memilih
b. Questionair terbuka,…..(dapat membuat jawaban sendiri)

Jika anda bekerja diindustri, beri alasan kenapa memilih pekerjaan


ini: .....................................................................................................
...................

c. Check list (daftar cocok) maksudnya adalah sederetan peryataan, yang


mana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (V)
ditempat yang telah disediakan
Contoh:

Siapakah yang memberikan motivasi kepada anda untuk bekerja atau


berwirausaha
1. Dosen ( )
2. Keluarga ( )
3. Teman ( )
4. Sendiri ( )

d. Interview (wawancara)
e. Observation (pengamatan)
f. Riwayat hidup

2. Teknik tes

Ketika seorang guru atau dosen dalam memberikan evaluasi terhadap seorang
atau sekelompok peserta didik, ada 3 aspek penting yang harus dijadikan pertimbangan
dalam menentukan hasil belajar.

A. Ranah kognitif
Ranak kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang
proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1. Pengetahuan: menyebutkan, menunjukkan, menyatakan, menyusun daftar dsb.
2. Pemahaman : menjelaskan, menguraikan, merumuskan, menerangkan, menyadur dsb.
3. Penerapan : mendemonstrasikan, menghitung, menghubungkan, membuktikan, dsb.
4. Analisis :memisahkan, memilih, membandingkan, memperkirakan dsb.
5. Evaluasi : menyimpulkan, mengkritisi, menafsirkan, memberi argumentasi, dsb
6. Kreasi : mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendisain, mengatur dsb
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan
tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat
yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Hasil belajar aspek pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi
pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Namun, tipe hasil
belajar pengetahuan menjadi prasarat bagi pemahaman.
Aspek hasil belajar pemahaman meliputi tiga kategori, yakni 1) pemahaman
terjemahan, 2) pemahaman penafsiran, dan 3) pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman
terjemahan menyangkut terjemahan atau arti dari suatu konsep. Pemahaman penafsiran,
menyangkut kemampuan menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan pengetahuan
berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau
membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok. Sedangkan pemahaman ekstrapolasi
menyangkut kemampuan melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang
konsekuesi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya.
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau khusus, yang
dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Bloom dalam Sudjana (2006), membedakan
delapan tipe aplikasi, yaitu 1) menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk
situasi baru yang dihadapi, 2) dapat menyusun kembali probelmanya sehingga dapat
menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai, 3) memberikan spesifikasi batas-
batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi, 4) mengenali hal-hal khusus yang
terpampang dari prinsip dan generalisasi, 5) menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan
prinsip dan generalisasi tertentu, 6) meramalkan sesuatu yang terjadi berdasarkan prinsip
dan generalisasi tertentu, 7) menentukan tindakan atau keputusan dalam menghadapi
situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan, dan 8)
menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi
Analisis adalah usaha memilah suatau integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya.
Dengan analisis diharapkan seeorang mempuyai pemahaman yang komprehensif,
dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami
prosesnya, memahami cara bekerjanya, dan memahami sistematikanya. Beberapa
indikator yang termasuk klasifikasi analisis, yakni 1) dapat mengklasifikasikan kata-kata,
frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu, 2)
dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas, 3) dapat
meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan
kriteria dan hubungan materinya, 4) dapat mengetangahkan pola, tata, atau pengaturan
materi dengan mengunakan kriteria seperti relevansi, sebab akibat, atau peruntutan, 5)
dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang
dihadapinya, dan 6) dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan dan tujuan
materi yang dihadapi.
Sintesis adalah penyautan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk
menyeluruh. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis
dapat dipandang sebagai berpikir konvergen, sedangkan berpikir sintesis adalah berpikir
divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawaban belum dapat
dipastikan. Oleh karena itu, berpikir sintesis merupakan salah satu terminal berpikir
kreatif sehingga dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau
menemukan abstraksi dan operasionalnya (Sudjana, 2006: 28). Terdapat tiga tipe
kecakapan sintesis, yakni 1) kemampuan menemukan hubungan yang unik, termasuk
kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk
tulisan, gambar, atau simbol ilmiah, 2) kemampuan menyusun rencana atau langkah-
langkah operasi dari suatu tugas atau problem, dan 3) kemampuan mengabstraksikan
sejumlah besar gejala, data dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis,
skema, atau model.
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat
dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, atau materiil. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan evaluasi, diperlukan kriteria secara eksplisit.
Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan
sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya (Sudjana, 2006: 29). Terdapat enam tipe
kecakapan evaluasi, yakni 1) memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau
dokumen, 2) memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, kesimpulan,
keajegan logika dan organisasinya, 3) memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai
orang dalam mengambil suatu keputusan, 4) mengevaluasi suatu karya dengan
memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan, 5) mengevaluasi suatu karya
dengan menggukan kriteria yang telah ditetapkan, dan 6) memberikan evaluasi tentang
suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.
Pada awalnya Bloom mengklasifikan tujuan kognitif dalam enam level, yaitu
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi (apply), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) dalam satu dimensi, maka
Anderson dan Kratwohl merevisinya menjadi dua dimensi, yaitu proses dan isi/jenis.
Pada dimensi proses, terdiri atas mengingat (remember), memahami (understand),
menerapkan (apply), menganalisis (analyze), menilai (evaluate), dan berkreasi (create).
Sedangkan pada dimensi isinya terdiri atas pengetahuan faktual (factual knowlwdge),
pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural
knowledge), dan pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge).
Untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif dapat menggunakan berbagai tipe
tes, baik tes esai maupun tes pilihan ganda.

B. Ranah afektif
Ranak Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah
memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak
pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata
pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran
agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran
agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru
pendidikan agama Islam dan sebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: (1) receiving (2)
responding (3) valuing (4) organization (5) characterization by evalue or calue complex
1. Penerimaan : menanyakan, memilih, mengikuti, menjawab, melanjutkan, dsb
2. Partisipasi : melaksanakan, membantu, menawarkan diri, menyambut, dsb
3. Penilaian : melaksanakan, mengambil prakarsa, mengusulkan, membela dsb.
4. Organisasi : berpegang pada, mengintegrasikan, mengubah, mempertahankan dsb
5. Pembentukan Pola : bertindak, menyatakan, memperlihatkan, mempersoalkan dsb
Receiving/ attending/ menerima/ memperhatikan adalah semacam kepekaan
dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk
menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. Receiving juga
diartikan sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada
jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan
kepada mereka dan mereka mempunyai kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu
atau mengidentifikasi diri dengan nilai itu.
Responding/ menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya
partisipasi aktif atau kemampuan menanggapi, kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat
reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya. Valuing/
penilaian, menilai atau menghargai artinya memeberikan nilai atau memberikan
penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu idak
dikerjakan kan memebrikan suatu penyesalan. Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena baik atau buruk.
Organization/ Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk kedalam organisasi ialah konsep
tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain.
Characterization by a value or value complex/ karakteristik nilai atau internalisasi
nilai adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisasi nilai telah
menempati tempat tertinggi dalam hierarki nilai.
Bentuk-bentuk aktivitas dalam pembelajaran matematika
1) Menerima: Siswa menanyakan perbandingan perbandingan senilai dan perbandingan
berbalik nilai.
2) Menanggapi: Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru tentang perbandingan
senilai.
3) Menilai: Siswa melengkapi jawaban temannya yang di tampilkan di depan kelas.
4) Mengelola: Siswa dapat mengubah bilangan persen ke bentuk decimal.
5) Menghayati: Siswa melengkapi catatan matematikanya serta membuat tugas yang
diberikan guru.

C. Ranah Psikomotor
Ranak Psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah
psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar
psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar
kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam
bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).
1. Persepsi : membedakan, menunjukkan, memilih, menghubungkan dsb
2. Kesiapan (menyiapkan diri fisik/mental) : mengawali, bereaksi, mempersiapkan,
menanggapi, memprakarsai, dsb.
3. Gerakan terbimbing (meniru contoh) : mempraktikan, mengikuti, mengerjakan,
membuat, mencoba, dsb.
4. Gerakan terbiasa (berpegang pada pola): mengoperasikan, memasang,
mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.
5. Gerakan kompleks (berketerampilan secara lancar,luwes,gesit): mengoperasikan,
mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb.
Penyesuaian pola gerak bervariasi dan kreatif : mengubah, mengadaftasikan, membuat
variasi, merancang, menciptakan, mendesain, merencanakan dsb.
D. KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL EDUCATION)

1. Konsep Dasar Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (PBKH)

Pendidikan berlangsung pada setiap saat dan di setiap tempat. Setiap orang mengalami
proses pendidikan melalui yang dijumpai dan dikerjakannya. Pendidikan berlangsung
secara alamiah walau tanpa kesengajaan. Anak-anak sampai orang dewasa berinteraksi
dengan lingkungannya. Lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan alam,
memberinya pendidikan. Di Minangkabau itulah yang dikenal dengan ungkapan “alam
takmbang jadi guru” (alam terkembang menjadi guru).

Pendidikan merupakan suatu sistem, yaitu sistematisasi dari proses perolehan


pengalaman sehingga menjadi pengetahuan. Oleh karena itu, filsosofi pendidikan
diartikan sebagai proses perolehan pengalaman belajar yang berguna bagi peserta didik
dalam hidup dan kehidupannya. Dengan pengalaman belajar itu, diharapkan pembelajar
mampu mengembangkan potensi dirinya, sehingga siap digunakan untuk memecahkan
problema hidupnya. Pengalaman belajar itu diharapkan juga mengilhami pembelajar
menghadapi problema hidup sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Apa tujuan pendidikan itu secara hakiki bagi manusia? Jawabnya amat sederhana. Tujuan
pendidikan bagi setiap manusia adalah agar peserta didik mampu memecahkan dan
mengatasi permasalahan hidup dan kehidupan yang dihadapinya. Jika selesai
mengikuti pendidikan, mereka belum mampu memecahkan masalah hidup dan
kehidupan, pertanda tujuan pendidikan belum tercapai. Berdasarkan hal itulah, dalam
pelaksanaan pendidikan, peserta didik perlu dibekali dengan kecakapan hidup (life skill).
Pendidikan kecakapan hidup itu kemudian dikenal dengan “Pendidikan Berorientasi
Kecakapan Hidup (PBKH).

Apakah kecakapan hidup itu?

Kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasnya.
Konsep atau pengertian kecakapan hidup, lebih luas dari keterampilan untuk bekerja.
Orang yang tidak bekerja, orang pensiunan, siswa, mahasiswa, dan sejenisnya tetap
memerlukan kecakapan hidup. Seperti orang yang bekerja, mereka juga menghadapi
berbagai masalah yang harus dipecahkan di dalam hidupnya. Hal itu jelas, karena hidup
dan kehidupan ini merupakan masalah yang bersambung-sambung, selesai satu masalah,
akan muncul masalah baru yang perlu dipecahkan dan diselesaikan. Oleh sebab itu,
pembelajar kita perlu dibekali dengan kecakapan hidup.

Kecakapan hidup dapat dipilah atas dua jenis. Kedua jenis itu adalah kecakapan hidup
yang bersifat umum (General Life Skill) dan kecakapan hidup yang bersifat khusus
(Specific Life Skill). Kecakapan hidup yang bersifat umum adalah kecakapan hidup yang
harus dimiliki seorang untuk dapat melakukan hal-hal yang brsifat umum. Kecakapan
hidup yang bersifat khusus adalah kecakapan yang harus dimiliki seseorang untuk dapat
melakukan hal-hal yang bersifat khusus. Dengan bekal kecakapan umum dan kecakapan
khusus itu, dimungkinkan seseorang untuk dapat menghadapi kehidupan dengan wajar
tanpa merasa tertekan dan mampu memcahkan masalah hidup dan kehidupannya.

Kecakapan hidup yang bersifat umum (General Life Skill) dapat dipilah lagi atas tiga
bagian. Ketiga bagian itu adalah kecakapan personal (Personal Skill), kecakapan sosial
(Social Skill), dan kecakapan berpikir (Thinking Skill). Kecakapan hidup yang bersifat
khusus (Specific Life Skill) dapat pula dipilah atas dua bagian. Kedua bagian itu adalah
kecakapan akademika (Academic Skill) dan kecakapan vokasional (Vocational Skill).

Kecakapan personal (personal skill) adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang
untuk memiliki kesadaran atas eksistensi dirinya dan kesadaran akan potensi dirinya.
Kesadaran akan eksistensi diri merupakan kesadaran atas keberadaan diri. Kesadaran
atas keberadaan diri dapat dilihat dari beberapa sisi. Misalnya kesadaran diri sebagai
makhluk Allah, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk hidup, dan sebagainya.
Kesadaran akan potensi diri adalah kesadaran yang dimiliki seseorang atas kemampuan
dirinya. Dengan kesadaran atas kemampuan diri itu seseorang akan tahu kelebihan dan
kekurangannya, kekuatan dan kelamahannya. Dengan kesadaran eksistensi diri dan
potensi diri, seseorang akan dapat menempuh kehidupan dengan wajar tanpa merasa
tertekan dan mampu memecahkan masalah hidup dan kehidupannya.
Kecakapan sosial (social skill) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mampu
berkomunikasi lisan, berkomunikasi tertulis, dan bekerja sama. Kemampuan
berkomunikasi (lisan dan tulisan) diperlukan untuk menghadapi hidup dan kehidupan
dengan wajar. Kemampuan itu bukan hanya sekedar dapat berkomunikasi, tetapi juga
terkait dengan santun berkomunikasi, tatakrama berkomunikasi, dan sebagainya.
Kecakapan bekerja sama sangat diperlukan, karena kehidupan ini dilalui dalam
kebersamaan. Kecakapan bekerja sama ini banyak hal yang terkandung di dalamnya,
seperti memahami perasaan orang lain, memahami kesukaan orang lain, menghormati
orang lain, dan sebagainya. Kecakapan sosial ini diperlukan oleh setiap orang agar ia
mampu menghadapi kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan.

Kecakapan berpikir (thinking skill) meliputi kecakapan menggali informasi, kecakapan


mengolah informasi, kecakapan mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan
masalah. Kecakapan menggali informasi adalah kecakapan untuk memperoleh informasi
dari berbagai sumber dengan berbagai cara. Kecakapan mengolah informasi adalah
kecakapan menyaring, menyeleksi, dan menyimpan informasi. Kecakapan mengambil
keputusan ialah kecakapan memanfaatkan informasi untuk mengambil keputusan-
keputusan tertentu sesuai dengan keperluannya. Sedangkan kecakapan memecahkan
masalah adalah kecakapan dalam memecahkan problema hidup dan kehidupan dengan
menggunakan informasi dan keputusan yang telah ada. Dengan kecakapan berpikir
rasional ini (thinking skill), diharapkan seseorang tidak akan gamang menghadapi
kehidupan, sehingga dia dapat menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar
tanpa merasa tertekan.

Kecakapan akademik (Academic Skill) adalah kecakapan yang dimiliki seseorang di


bidang akademik. Kecakapan akademik sering juga disebut kecakapan berpikir ilmiah
yang merupakan kelanjutan dari kecakapan berpikir rasional. Jika kecakapan berpikir
rasional (thinking skill) masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah mengarah
kepada kecakapan yang bersifat keilmuan (akademik). Kecakapan akademik antara lain
meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel dengan
fenomena tertentu, merumuskan hipotesis, dan merancang serta melakukan penelitian.
Hal ini mungkin dapat dilatihkan dalam skala-skala sederhana kepada siswa SD dan MI
sehingga tidak terkesan memaksakan.
Kecakapan vokasional (Vocational Skill) sering juga disebut kecakapan kejuruan.
Kecakapan kejuruan artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu
yang terdapat di dalam masyarakat. Pada tingkat SD dan MI mungkin dapat dilaksanakan
dalam bentuk pravokasional seperti keterampilan-keterampilan sederhana yang tidak
terlalu memberatkan.

Kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan berpikir, kecakapan akademik, dan


kecakapan vokasional bukanlah kecakapan hidup (life skill) yang dapat dipilah-pilah
dalam pelaksanaan atau dalam kenyataan. Kelima kecakapan itu kadang-kadang bisa
menyatu dalam dan melebur dalam tindakan. Tindakan yang menyatukan dan meleburkan
kecakapan tersebut biasanya melibatkan aspek fisik, mental, emosional, dan intelektual.
Akan tetapi di dalam pembelajaran, guru dapat memberikan stresing (penekanan) kepada
kecakapan tertentu.

2. Pola Pelaksanaan PBKH

Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup dalam pelaksanannya tidak mengubah


kurikulum. Mata pelajaran yang ada di dalam kurikulum saat ini tetap berlaku. Hal yang
diperlukan adalah “menyiasati” pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran agar bergeser
dari orientasi kepada mata pelajaran menjadi orientasi kepada kecakapan hidup.
Pelaksanaannya dilakukan melalui empat cara yaitu: (1) rerorientasi pembelajaran; (2)
pengembangan budaya sekolah; (3) manajemen pendidikan, dan (4) hubungan sinergis
dengan masyarakat.

a. Reorientasi Pembelajaran

Pada reorientasi pembelajaran hal yang diperlukan adalah menyiasati kurikulum,


khususnya mengintegrasikan PBKH ke dalam mata pelajaran. Langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk itu adalah:

1. membaca dan memahami GBPP mata pelajaran atau Daftar Standar Kompetensi
(kurikulum 2004);
2. mengidentifikasi pokok bahasan dan subpokok bahasan, konsep dan subkonsep,
dan pembelajaran yang dapat dikaitkan dengan kecakapan hidup atau menyusun
pengalaman belajar yang dilengkapi dengan kecakapan hidup untuk kurikulum
2004.
3. merancang persiapan mengajar (PSP, RP) yang bermuatan kecakapan hidup;
4. menyiapkan alat penilaian autentik (riil) yang dapat melihat keberhasilan PBKH;
5. melaksanakan pembelajaran yang bermuatan kecakapan hidup;
6. melakukan evaluasi pembelajaran yang bermuatan kecakapan hidup;
7. merefleksi semua kegiatan yang dilakukan.

Di dalam persiapan pembelajaran, kecakapan hidup dapat digambar di dalam Program


Satuan Pelajaran atau Rencana Pembelajaran. Di dalam kedua peangkat administrasi
kegiatan belajar mengajar (KBM) itu, kecakapan hidup diterakan di skenario
pembelajaran.

Basis utama pelaksanaan pembelajaran adalah Garis-garis Besar Program Pengajaran


(GBPP) atau Daftar Standar Kompetensi (kurikulum 2004). Dari dokumen itulah PBM
dilaksanakan. Oleh karena itu, kemampuan guru membaca dan memahami dokumen
tersebut sangat diperlukan. Terkait dengan penyusunan persiapan mengajar yang
bermuatan kecakapan hidup, hal penting yang harus dibaca dan dipahami guru dari GBPP
adalah tujuan pembelajaran dengan kode satu digit di depannya (1.), pokok bahasan
dengan kode dua digit di depannya (1.1), subpokok bahasan dengan kode tiga digit di
depannya (1.1.1), dan pembelajaran yang diberi kode (o) di depannya.

Sedangkan untuk kurikulum 2004, hal yang perlu dipahami adalah standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Dari pemahaman itu dirumuskan
pengalaman belajar yang bernuansa kecakapan hidup dan penilaiannya. Hal-hal tersebut
perlu dibaca dan dipahami untuk merancang silabus dan persiapan mengajar. (PSP atau
RP).

Rencana Pembelajaran (RP) adalah persiapan mengajar yang dibuat oleh guru untuk
setiap kali tatap muka atau untuk setiap kali pertemuan dalam satu mata pelajaran.
Fungsinya adalah agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Komponen
utamanya ialah Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), materi pelajaran, langkah KBM atau
skenario pembelajaran, dan alat penilaian. Sedangkan untuk kurikulum 2004 hal penting
dalam rencana pembelajaran adalah skenario pembelajaran. Dapat dilihat dalam bahan
ajar pembelajaran bahasa terintegrasi. Keempat komponen itu merupakan komponen
utama di samping komponen lain seperti identitas, media pembelajaran, dan sebagainya.
TPK adalah harapan seorang guru terhadap siswanya setelah KBM dilaksanakan. TPK
biasanya diturunkan dari tujuan pembelajarn yang ada di dalam GBPP dan
diformulasikan dengan PB, SPB, dan pembelajaran. Hal itu berlaku untuk semua mata
pelajaran, kecuali Bahasa Indonesia yang TPK-nya diturunkan dari pembelajaran. TPK
ini menjadi penting dalam pembelajaran, karena merupakan harapan dari guru terhadap
siswanya. Jika TPK tidak ada, kemudian guru masuk kelas, berarti guru tidak memiliki
harapan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu, sebelum masuk kelas guru benar-benar
mempersiapkan harapannya yang diaktualisasikan di dalam TPK itu.

Materi pelajaran adalah alat untuk mencapai tujuan. Bukan tujuan, bukan tujuan! Materi
dapat berupa konsep kelimuan, norma, dan cara. Jenis materi itu tergantung kepada sifat
dan karakterisitik mata pelajaran. Formulasi materi yang tepat dan berdaya guna, ialah
formulasi yang mengacu kepada pencapaian tujuan. Dengan demikian, materi hanyalah
sebagai alat semata, bukan tujuan.

Langkah-langkah KBM adalah skenario pembelajaran. Skenario tersebut merupakan


pengalaman belajar yang dirancang guru untuk siswanya dalam rangka mencapai tujuan.
Pengalaman-pengalaman kecil yang dipersiapkan guru untuk dilalui siswa merupakan
kegiatan belajar siswa di kelas. Melalui pengalaman-pengalaman itulah siswa belajar,
siswa mencapai tujuan atau harapan yang telah dirumuskan guru. Dalam konteks ini,
siswa bukan diajari, tetapi dibelajarkan. Di sini pulalah kesempatan bagi guru untuk
membiasakan diri menjaid fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa di kelas.

Alat penilaian adalah seperangkat tes atau nontes untuk melihat atau mengumpulkan data
tentang kemajuan belajar siswa. Informasi yang dikumpulkan dari pembelajaran adalah
meliputi tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif dapat dinilai
melalui tes, aspek afektif melalui observasi, dan aspek psikomotorik melalui tes dan
observasi. Alat penilaian tersebut perlu dirumuskan oleh guru sebagai sarana untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa.

Pelaksanaan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup dapat menggunakan berbagai


pendekatan. Pendekatan yang disarankan antara lain pendekatan konstruktivisme dan
pendekatan pembelajaran kontekstual. Kedua pendekatan itu digunakan sehingga: (1)
siswa lebih aktif; (2) fungsi guru lebih sebagai fasilitator daripada sebagai informan; (3)
materi yang dipelajari bermanfaat untuk menghadapi kehidupan; (4) iklim di dalam kelas
menyenangkan; (5) siswa terbiasa mencari informasi dari berbagai sumber; dan (6)
menggeser teaching menjadi learning. Untuk melaksanakan tuntutan tersebut, salah satu
jalan yang dapat dilakukan guru adalah membuat persiapan mengajar (RP) yang aplikatif,
berdayaguna, dan berhasil guna.

b. Pengembangan Budaya (Kultur) Sekolah

Pendidikan berlangsung bukan hanya di dalam kelas. Pendidikan juga terjadi di luar
kelas. Di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga, di lingkungan masyarakat, dan
lingkungan-lingkungan lain, pendidikan juga berlangsung. Terkait dengan PBKH tidak
dapat dibebankan kepada guru semata, tetapi ditunjang oleh lingkungan yang kondusif.
Lingkungan itu di antaranya ialah lingkungan sekolah.

Pelaksanaan PBKH memerlukan dukungan perubahan budaya sekolah yang mendorong


berkembangnya budaya belajar, sehingga di sekolah tercipta prinsip “belajar bukan
untuk sekolah, tetapi belajar untuk hidup, belajar bukan untuk ujian, tetapi untuk
memecahkan masalah (problema) kehidupan”.

Ada tiga aspek pendidikan yang dapat dikembangkan melalui budaya sekolah yang
kondusif. Ketiga aspek itu adalah pengembangan disiplin diri dan rasa tanggung jawab,
pengembangan motivasi belajar, dan pengembangan rasa kebersamaan. Oleh karena
itu, ketiga aspek itu hendaknya menjadi budaya warga sekolah yang dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.

c. Manajemen Sekolah

Departemen Pendidikan Nasional telah meluncurkan rintisan manajemen berbasis


sekolah. Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah salah satu model manajemen yang
memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mengurus dirinya dalam rangka
peningkatan mutu. Prinsip dasar manajemen berbasis sekolah itu adalah kemandirian,
transparansi, kerja sama, akuntabilitas, dan sustainbilitas. Kelima prinsip dasar itu sangat
terkait dengan prinsip-prinisp kecakapan hidup yang akan dikembangkan di dalam
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup. (untuk manajemen sekolah perlu dibahas
tersendiri pada kegiatan lain).
d. Hubungan Sinergis antara Sekolah dengan Masyarakat

Penanggung jawab pertama terhadap pendidikan anak adalah orang tua. Sekolah hanya
membantu orang tua dalam pelaksanaan pendidikan. Anak-anak, ternyata jauh lebih
berhadapan dengan orang tua dan mayarakat dalam kesehariannya dibandingkan dengan
sekolah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan PBKH keterlibatan orang tua dan
masyarakat tidak dapat dihindari.

Hubungan sinergis artinya saling bekerjasama dan saling mendukung. Orang tua atau
masyarakat dan sekolah perlu bersama-sama menentukan arah pendidikan bagi anak-
anak. Kemudian memikirkan usaha-usaha untuk mencapai arah tersebut. Di dalam
manajemen Berbasis Sekolah, orang tua sebagai orang yang berkepentingan memiliki
kesempatan ikut menentukan kebijakan pendidikan di sekolah. Misalnya, orang tua ikut
menentukan rencana pengembangan sekolah, aplikasi kurikulum, pembiayaan dan
sebagainya. Khusus hubungan sinergis sekolah dengan masyarakat ini perlu dibahas
dalam waktu tertentu.

3. Penilaian

Reorientasi Pembelajaran menuju kecakapan hidup mengandung konsekuensi kepada


evaluasi hasil belajar. Evaluasi dengan bentuk tertulis (paper and pencil test), apalagi
dengan soal-soal pilihan ganda yang bersifat satu jawaban yang benar (konvergen) tidak
lagi memadai. Masalah dalam hidup dapat dipecahkan dengan berbagai alternatif. Oleh
karena itu, soal-soal ujian atau ulangan sebaiknya mengacu kepada pemecahan masalah
(problem based). Hal itu bisa mencakup uji kinerja (performance based test). Yang paling
dianjurkan adalah bentuk evaluasi otentik atau penilaian yang sebenarnya (authentic
assessment).

Penilaian yang sebenarnya dilakukan terhadap proses belajar, bukan hanya hasil belajar.
Penilaian ini meliputi tiga aspek atau ranah pembelajaran. Ketiga ranah itu adalah
kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap dan nilai-nilai), dan ranah psikomotor
(keterampilan dan kemampuan berpraktik). Ketiga ranah itu dinilai melalui alat penilaian
yang sesuai dengan informasi yang akan dikumpulkan.

4. Pertanyaan dan Tugas


a. Pertanyaan

Setelah membaca sarian materi ini, jawablah pertanyaan berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Life Skill ? Jelaskanlah jawaban Anda!


2. Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua yakni, kecakapan hidup yang bersifat
umum dan kecakapan hidup yang bersifat khusus. Jelaskanlah kedua kecakapan
hidup itu dengan rinciannya!
3. Menurut Anda, apakah kelima kecakapan hidup yang dikemukakan di dalam
tulisan ini dapat diterapkan dalam pembelajaran? Berilah alasan atas jawaban
Anda!
4. Ada empat pola pelaksanaan PBKH di sekolah. Jelaskanlah satu persatu!

b. Tugas

Pilihlah indikator dalam silabus mata pelajaran, kemudian rancanglah persiapan mengajar
untuk satu kali pertemuan atau lebih. Kegiatan dapat dilakukan secara individu atau
berkelompok.

Selamat bekerja!

Anda mungkin juga menyukai