Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana


tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain,
penilaian berfungsi sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil
belajar siswa. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi
hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya
menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik.Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan
dipegangi dalam rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan,
dengan prinsip evaluator dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut
untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
(aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif), dan
pengamalannya (aspek psikomotor).

Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin
dapat dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S.
Bloom dan kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan
pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain(daerah
binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:

a. Ranah proses berfikir (cognitive domain)

b. Ranah nilai atau sikap (affective domain)

c. Ranah keterampilan (psychomotor domain)

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pengukuran ranah kognitif?

2. Bagaimana pengukuran ranah afektif?

1
3. Bagaimana pengukuran pertimbangan psikomotorik?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengukuran Ranah kognitif


Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori yang sederhana sampai
kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hierarkis, yang berarti
tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang rendah
telah dikuasai.1
Taksonomi Bloom digegas oleh Benyamin S. Bloom (1913-1999) membagi
menjadi sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowlage) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip,
fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata
kerja oprasional yang dapat digunakan antara lain: mengenal,
mendefenisikan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan dan
memilih.
b. Pemahaman (comprehension) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut
peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran
yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan
lagi menjadi tiga yakni;menerjemahkan, menafsirkan dan
mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan antara
lain; mungubah, mempertahankan, membedakan, memperkirakan,
menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan dan
meningkatkan.
c. Penerapan (application) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menggunakan ide-ide umum tata cara ataupun metode, prinsip
dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang

1 Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Citapustaka Medi, 2019), hal. 99

2
dapat digunakan diantaranya: mengubah, menghitung, menjalankan,
memanipulasi, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan dan
menggunakan.
d. Analisis (alalysis) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu dalam unsur-unsur
atau komponen-komponen pembentuk. Kemampuan analisis
dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan dan
analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja yang dapat
digunakan antaranya; mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan,
menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan dan
merinci.
e. Sintesis (syntesis) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menghubungkan
berbagai faktor. Hasil yang diperoleh berupa tulisan, rencana atau
mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya:
menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun,
menciptakan, merencanakan, mengkonstruksikan, menyusun,
membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan dan
menceritakan.
f. Evaluasi (evaluation) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi atau keadaan, kenyataan atau
konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga peserta didik mampu
mengembangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan dan menduga.2
Jenjang 1 sampai dengan 3 digolongkan sebagai keterampilan berfikir dasar
(basic thinking skill), sedangkan jenjang 4 sampai 6 dimasukkan ke keterampilan
berfikir yang lebih tinggi. Taksonomi bloom sangat besar manfaatnya dalam
merencanakan pembelajaran dan mengorganisasi keterampilan berfikir dalam 6
jenjang, dari mulai yang paling dasar sampai ketingkat yang lebih rendah.
Perkembangan berikutnya, lorin W. Anderson bersama david R. Krathwohl
menyadari bahwa sesungguhnya belajar itu adalah proses aktif, sehingga jenjang-

2 Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Citapustaka Medi, 2019), hal. 101

3
jenjang dalam taksonomi bloom semestinya juga harus menggambarkan proses
aktif itu. Anderson dan krathwohl pada tahun 2001 merevisi teksonomi Bloom
dalam bukunya yang berjudul : A taxonomi for Learning, teaching and assessing:
A revision of Bloom’s taxonomy of Educational Objectives. Revisi yang mereka
lakukan mencakup beberapa perubahan antara lain: mengubah jenis kata dalam
Taksonomi Bloom, dari jenis kata benda (noun) menjadi kata kerja (verb).
Melakukan organisasi ulang urutan jenjang, taksonomi blomm revisi sebagai
berikut: Creating
Evaluating
Analizing
Applying
Understanding
Remembering

a. Mengingat (remembering)
Indikator-indikator untuk jenjang ini adalah mengenali (recognizing),
mendaftar (lising), menggambarkan (describing), mengidentifikasi
(identifying), menamakan (naming), meletakkan (locating), dan
menemukan (finding).
Contoh :
Apa pengertian kubus?
Sebutkan dua jenis fungsi yang kamu ketahui

b. Memahami (understanding)
Indikatornya adalah menafsirkan (interpreting), mencontohkan
(exampling), merangkum (summarizing), menyimpulkan (inferring),
menyatakan kembali (paraphrasing), mengklasifikasi (classifying),
membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explannimg).3
Contoh :

3 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta,1999), h.37

4
Jelaskan besaran uang rupiah yang dapat digunakan untuk
membayar barang-barang tersebut?
Sebutkan barang-barang di sekitarmu yang mempunyai bentuk
kubus!

c. Menerapkan (Applying)
Indikatornya adalah menjalankan (Implementing), melaksanakan (carrying
out), menggunakan (using), dan menyelesaikan (axecuting).4
Contoh :
Hitunglah kembalian yang kamu terima jika uangmu Rp. 1000, Rp
10.000 atau Rp 20.000 untuk makanan atau minuman yang kamu
beli
Guntinglah atau irislah sebuah karton yang berbentuk kubus
menuruti rusuk-rusuknya sehingga terbentuk jaring-jaring kotak
tersebut yang disebut juga jaring-jaring kubus.
Gambarlah bangun-bangun tersebut dan tentukan ukurannya.
Hitunglah luas permukaan dan volume bangun itu.
Gambarkan grafik masing-,masing contoh itu dalam koordinat
kartesius.

d. Menganalisa (analizing)
Indikatornya adalah membandingkan (comparing)
Contoh :
Ada berapa banyak jaring-jaring kubus yang terbentuk? Untuk
keperluan ini kamu bisa menggunakan kertas berpetak untuk
mengeksplorasi bentuk-bentuk yang berbeda.
Unsur-unsur apakah yang harus diketahui supaya kamu dapat
menemukan volume dan luas permukan bangun tersebebut?
Jika kita ingin menentukan rumus suatu fungsi yang bentuk
grafiknya terbatas, syarat apa yang harus ditambahkan?

4Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta,1999), h.38

5
e. Mengevaluasi (evaluating)
Indikatornya adalah memeriksa (checking),. Membuat dugaan
(hypothesizing), megkritisi (critiquing), melakukan percobaan
(experimenting), menilai (judging), menguji (testing), mendeteksi
(detecting), dan memonitor (monitoring).
Contoh :
Kriteria apa yang kamu gunakan untuk mengetahui apakah
jawabanmu benar atau salah?
Jelaskan alasanmu mengatakan banyaknya jaring-jaring kubus
diatas
Jelaskan alasanmu mengapa barang-barang yang kamu contohkan
mengambil bentu bangun-bangun itu?

f. Menciptakan (creating)
Indikatornya adalah mendesain (designing), mengkonstruksi
(constructing), merencanakan (planning), menghasilkan (producting),
menemukan (intenting), menciptakan (devising), dan membuat (making).5
Contoh :
Buatlah daftar pesanan makanan yang terdiri dari tiga macam
makanan yang harganya mendekati atau seharga Rp. 2.500, Rp
7.500, dan Rp 25.000 hitung harga total pesananmu! Jika kamu
diberikan uang sebesar Rp. 50.000 hitung uang kembaliannya.!
Ciptakan suatu desain kado berbentuk kubus dari lembaran karton.
Gambar sketsa jaring-jaringnya dan berilah alasan mengapa kamu
memilih jaring-jaring terseebut?
Buatlah suatu gambar benda dalam kehidupan sehari-hari (misal,
gambar rumah, perahu, orang dan lain-lain) yang terdiri dari tiga
jenis fungsi yang kamu sebut sebelumnya dalam koordinat
kartesius berilah penjelasan rumus fungsi yang kamu gunakan
beserta domainnya untuk masing-masing grafik.

5 Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta,1999), h.40

6
Untuk mengukur kognitif dapat dilakukan dengan cara:
a. Tes atau pertanyaan lisan di kelas
b. Pilihan ganda
c. Uraian objektif
d. Uraian non objektif atau uraian bebas
e. Jawaban atau isian singkat
f. Menjodohkan
g. Portofolio dan
h. Performance

2. Pengukuran Ranah Afektif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah
salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah
laku tiap orang yang mempunyai sikap yang berbeda beda terhadap suatu objek.
Itu berarti bahwa sikap itu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri
masing-masing seperti perbedaan bakat, minat, pengalaman, pengetahuan,
intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan.
Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya
suatu aktivitas". Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari berbagai unsur
yang terkait seperti sikap dengan kepribadian motif, tingkat keyakinan, dll.
Namun dapat diambil pengertian yang memiliki persamaan karakteristik, dengan
demikian sikap adalah tingkah laku yang terkait dengan kesediaan untuk
merespon objek sosial yang membawa dan menuju ke tingkah laku yang nyata
dari seseorang. Hal itu berarti tingkah lakuu dapat diprediksi apabila telah
diketahui sikapnya.

Pengukuran ranah afektif tidaklah mudah karena tidak dapat dilakukan setiap
selesai menyajikan materi pelajaran. Pengubahan sikap seseorang memerlukan
waktu yang lama, demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta
nilai-nilai. Pengukuran afektif berguna untuk mengetahui sikap dan minat siswa
ataupun untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi afektif pada setiap
tingkat (level). Pada mata pelajaran tertentu, misalnya seorang siswa mendapatkan

7
nilai tertinggi pada mata pelajaran tertentu, akan tetapi siswa tersebut belum tentu
menyenangi mata pelajaran tersebut.

Ellis bependapat bahwa sikap melibatkan beberapa pengetahuan tentang


situasi, namum aspek yang paling esensial dalam sikap adalah adanya perasaan
atau emosi, kecendrungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan
pengetahuan. Situasi disini dapat digambarkan sebagai suatu objek yang pada
akhirnya akan mempengaruhi emosi, kemudia memungkinkan munculnya reaksi
atau kecendrungan untuk berbuat.

Krathwohl, Bloom dan Masri (1964) mengembangkan taksonomi ini yang


berorientasi kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses
seseorang didalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang
menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku.6
Domain afektif krathwohl membagi atas lima kategori atau tingkatan yaitu:

Characterization

Organization
Valuing
Responding
Receiving

a. Kemauan menerima (receiving) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut


peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan
tertentu. Kemampuan ini diawali dengan penyadaran kemampuan unruk
menerima atau memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya:menanyakan, memilih, menggambarkan,
mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, mengunakan.
6 Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran,… h.102

8
b. Kemampuan menanggapi atau menjawab (Responding) yaitu jenjang
kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka kepada
satu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya
pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca
tanpa ditugaskan. Kata operasional yang dapat digunakan diantaranya:
menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan,
mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan,
memberitahu, mendiskusikan.
c. Menilai (valuing) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara
konsisten. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya:
melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil baguan
dan memilih,
d. Organisasi (organization) yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memcahkan masalah,
menentukan suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan diantaranya: mengubah, mengatur, menggabungkan,
membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
e. Karakteristik (characterization) yaitu tingkat tertinggi dari ranah afektif.
Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan
prilakusamai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi dan sosial.7
Afektif yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajar tentunya
sangat tergantung kepada mata pelejaran dan jenjang kelas, namun yang pasti
setiap mata pelajaran memiliki indikator afektif dalam kurikulum hasil belajar.
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah kognitif karena
tidak dapat dilakukan setiap selesai menyajikan materi pelajaran. Pengubahan
sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama, demikian juga
pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.
Didalam matematika komponen afektif yang penting untuk di ukur yaitu:

7 Indra Jaya, Evaluasi Pembelajaran (Medan:Perdana Publishing, 2017), h. 35-36

9
1. Sikap siswa terhadap matematika yang menyangkut perbuatan, perasaan
fikiran siswa yang didasarkan pada pendapat atau keyakinan pribadi. Sikap
siswa dalam belajar matematik dapat positif, negatif atau netral.
2. Minat siswa dalam pelajaran matematika berhubungan dengan
keingintahuan, kecendrungan (hati) siswa yang tinggi, gairah atau
keinginan terhadap pelajaran matematika.
3. Konsep diri siswa terhadap pelajaran matematika berhubungan dengan
pandangan terhadap kemampuan diri dalam belajar matematika. Misalnya
batas kemampuan diri, kemanfaatan belajar matematika dan lain-lain.
Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap
(afektif) yaitu:
1. Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap
sesuatu, misalnya pada mata pelajaran matematika siswa menunjukkan
sikap gemar membahas soal soal latihan, gemar melafalkan rumus-rumus
matematika dan lain lain. Skala Likert terdiri dari dua unsur yaitu
pernyataan dan alternatif jawaban. Pernyataan ada dua bentuk yaitu
pernyataan positif dan negatif , sedangkan alternatif jawaban terdiri atas;
sangat setuju, setuju, netral. Kurang setuju, dan tidak setuju.
Langkah-langkah untuk membuat instrumen skala likert untuk menilai
afektif antara lain:
1. Pilih variabel afektif yang akan di ukur
2. Buat pernyataan positif terhadap variabel yang diukur
3. Minta pertimbangan kepada beberapa orang tentang pernyataan positif
dan negatif
4. Tentukan alternatif jawabanyang digunakan
5. Tentukan penskorannya
6. Tentukan dan hilangkan pernyataan yang tidak berfungsi dengan
pernyatan lainnya.8

Contoh instrumen :

8 Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran… h.106-107

10
Minat terhadap pelajaran matematika

1. Pelajaran matematika bermanfaat SS S TS STS


2. Pelajaran matematika sulit
3. Tidak semua harus belajar
matematika
4. Sekolah saya menyenangkan

Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju

2. Skala Guttman
Skala ini sama dengan skala yang disusun Bogardus yaitu pernyataan
yang dirumuskan empat atau tiga pernyataan. Pernyataan tersebut
menunjukkan tingkatan yang berurutan, apabila responden setuju
pernyataan 2, diduga setuju pernyataan 1, selanjutnya setuju pernyataan 3
diguga setuju pernyataan 1 dan 2 dan apabila setuju pernyataan 4 diduga
setuju pernyataan 1, 2 dan 3.9
Skala Guttman merupakan skala yang digunakan untuk memperoleh
jawaban dari responden yang bersifat jelas dan konsisten. Kata kata yang
digunakan misalnya : ya – tidak, benar-salah, setuju-tidak setuju dan lain
sebagainya.
Langkah-langkah untuk untuk membuat instrumen skala Guttman
adalah sebagai berikut:
1. Susunlah sejumlah pernyataan yang relevan dengan masalah yang ingin
diselidiki
2. Lakukan penelitian permulaanpada sejumlah sampel dari populasi yang
akan diselidiki, sampel yang diselidiki minimal besarnya 50 sampel.
3. Jawaban yang diperoleh analisis, dan jawaban yang ekstrim dibuang.
Jawaban yang ekstrim adalah jawaban yang disetujui atau tidak
disetujui lebih dari 80% respoden.
9 Ibid,.h.107-108

11
4. Susunlah jawaban pada tabel Guttman
5. Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan koefisien skalabilitas.10

Contoh instrumen:
Afektif yang indikatornya sikap terhadap pelajaran matematika
1. saya senang membaca buku matematika
a. setuju b. Tidak setuju
2. saya sering bertanya kepada guru tentang pelajaran matematika
a. setuju b. Tidak setuju
3. saya senang mengerjakan tugas pelajaran matematika
a. setuju b. Tidak setuju
4. saya berusaha mengerjakan soal matematika sebaik – baiknya
a. setuju b. Tidak setuju

3. Skala Thurstone
Skala Thrustone merupakan salah satu skala sikap yang disusun
dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki
kunci dan jika disusu, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama.
Skala Thrustone di buat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang
relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-
40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk
yang hendak diukur.
Skala Thrustone meminta responden untuk memilih pernyataan yang
disetujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan yang
berbeda-beda. Metode pengukuran inidikembangkan untuk menilai secara
spesifik terhadap objek atau subjek yang hendak diteliti.
Langkah-langkah membuat instrumen skala Thrustone sebagai
berikut:
1. Mengumpulkan sejumlah pernyataan misalnya 50-100 tingkatan yang
merepresentasikan secara luas perbedaan tingkat, disenangi, netral dan
tidak disenangi terhadap suatu objek atau subjek yang hendak diteliti

10 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung:Rosda Karya, 2009), h. 90

12
2. Pernyataan ini diberikan pada sejumlah responden misal 50 orang atau
lebih yang cukup mengenal terhadap objek atau subjek agar dapat
memilih ke dalam 11 tingakatan kategori tersebut. Kategori A terdiri
atas pernyataan yang dianggap disenangi atau favorit., E F netral, dan J
K merupakan kategori yang tidak senangi atau tidak favorit.
3. Klasifikasi pernyataan kedalam kategori, dengan pertimbangan
penilaian terhadap objek atau subjek secara psikologis, tetapi hanya
merefleksikan persepsi mereka terhadap kategori pernyataan yang
disediakan
4. Pernyataan yang nilainya menyebar dibuang dan pernyataan yang
mempunyai nilai bersamaan digunakan untuk pembuatan skala.
5. Skor tertinggi pada skala berarti mereka memiliki tingkatan prasangka
terhadap sifat yang ingin diteliti. Skor terendah berarti responden
mempunyai sifat favorit terhadap sifat yang ingin diteliti.
Contoh instrumen skala thrustone:
Minat terhadap pelajaran matematika
7 6 5 4 3 2 1
Saya senang balajar matematika
Pelajaran matematika bermanfaat
Pelajaran matematika membosankan
Dst….

4. Skala Differensial
Skala Differensial yaitu skala untuk mengukur sikap dan lainnya,
tetapi bentuknya bukan pihan berganda atau cheklist tetapi tersusun dalam
satu garis kontinum. Skala ini bertujuan untuk mengukur konsep – konsep
untuk tiga dimensi. Dimensi yang diukur dalam kategori: baik-tidak baik,
lemah-kuat, aktif-pasif.11
Mudah dipahami 7 6 5 4 3 2 1 Sulit dipahami

Menyenangkan 7 6 5 4 3 2 1 Membosankan
Contoh : Matematika adalah pelajaran yang

11 Mas’ud Zain dan Darto, Evaluasi Pembelajaran Matematika (Riau:Daulat Riau,


2009), h. 33

13
5. Skala Pilihan Ganda
Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda yaitu suatu
pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif pendaapat.
6. Pengukuran Minat
Untuk mengetahui/mengukur minat siswa terhadap mata pelajaran
terlebih dahulu ditentukan indikatornya, misal : kehadiran dikelas,
keaktifan bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, kerapian catatan,
mengerjakan latihan, mengulang pelajaran dan mengunjungi perpustakaan
dll. Untuk mengukur minat ini lebih tepat digunakan kuesioner skala likert
dengan skala lima, yaitu : sangat sering, sering, netral, jarang dan tidak
pernah.
Untuk menilai afektif dapat juga dilakukan dengan kolokium yaitu
diskusi mendalam tentang suatu topik tertentu untuk mengungkapkan
pengetahuan dan pengalaman seseorang. Kolokium ini dilakukan untuk
pelengkap portopolio12

3. Pengukuran Ranah Psikomotorik


Menurut Bloom 1979 Ranah psikomotorik adalah ranah yang menitik beratkan
kepada kemampuan fisik dan kerja otot. Dalam pengembangannya pun mata
pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih
berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi-reaksi fisik dan
keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian
seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Buttler membagi hasil belajar psikomotorik menjadi tiga, yaitu: specific
responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding peserta
didik mampu merespon hal-hal yang bersifat fisik (yang dapat didengar, dilihat,
atau diraba) atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal. Pada motor
chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan
dasar menjadi satu keterampilan gabungan. Pada tingkat rule using peserta didik
sudah dapat menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang
kompleks.

12 Mas’ud Zain dan Darto, Evaluasi Pembelajaran Matematika (Riau:Daulat Riau,


2009), h. 34

14
Harrow 1972 menyusun tujuan psikomotorik secara hirarkis dalam lima tingkat
sebagai berikut:
1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini diharapkan peserta didik dapat
meniru suatu prilaku yang dilihatnya.
2) Manipulasi. Tjuan pelajaran pada tingkat ini menuntut peserta didik untuk
melakukan suatu prilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat
meniru. Tetapi diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal.
3) Ketetapan Gerakan. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik
mampu melakukan suatu prilaku tanpa bantuan contoh visual maupun
petunjuk tertulis dan melaukukannya dengan lancar, akurat, tepat dan
seimbang.
4) Artikulasi. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik mampu
menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar dan
kecepatan yang tepat
5) Naturalisasi. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini peserta didik mampu
melakukan gerakan tertentu secara spontan tanpa berfikir lagi cara
melakukan dan urutannya.13

Naturalization

Articulation
Precision
Manipulation
Immitation

Tabel daftar kata kerja Operasional Ranah Psikomotorik


Tingkat kompetnsi Contoh kata kerja operasional
Meniru Mengulagi, mengikuti, megang, menggambar,
mengucapkan, melakukan

13 Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran,… h. 111

15
Manipulasi Mengulangi, menikuti, memegang, menggambar,
mengucapkan, melakukan (tidak melihat contoh atau
tidak mendengar suara)
Ketetapan gerakan Mengulagi, mengikuti, megang, menggambar,
mengucapkan, melakukan, (tepat, lancar tanpa
kesalahan)
Artikulasi Menunjukkan gerakan, akurat benar, kecepatan yang
tepat, sifatnya: selaras, stabil dan sebagainya
Naturalisasi Gerakan spontan atau otomatis, tanpa berfikir
melakukan dan urutannya.
Contoh psikomotorik yang berkaitan dengan pelajaran matematika adalah
sebagai berikut:
Pada materi “kesebandingan”
Misalkan seorang ibu rumah tangga ingin membuat cake dan bahan
resepnya adalah sebagai berikut:
Bahan: 180gr gula pasir, 7 butir telur antero (kurang dari 350 gr), 8 butir
kuning telur dan 1 sdt penuh emulsifier.14
Resep tersebut adalah untuk ukuran loyang 24x24 cm.
Permasalahannya adalah ibu tersebut ingi membuat cake yang lebih besar,
dengan menggunakan loyang ukuran 30x30 cm. Berapa gramkah gula pasir
yang harus digunakan? Berapa butir telur dan lain-lain untuk menghasilkan
cake yang seperti daam resep tersebut?
Menggunakan takaran diatas dengan loyang 30x30 tentu saja hasilnya
akan jelek, cake jadi tipis dan mungkin tidak akan jadi cake yang
sempurna. Jadi bagaimana resep barunya?
Ilmu kesebandingan dalam matematika bisa kita gunakan disini, yaitu
perbandingan senilai. Karena tinggi cake yang diharapkan sama, maka
tinggal membandingkan luas loyangnya yaitu 30x30 cm : 24x24 cm = 900 :
576 = 1, 56
Dengan hasil diatas, kita harus mengalikan jumlah bahan-bahan diatas
dengan 1,56 untuk menggunakan loyang 30x30 , sehingga resep baru
menjadi: 280 gr gula pasir, 11 butir telur antero (kurang lebih 550 gr), 12,5
butir kuning telur dan 1,5 sdt penuh emulsifier.
14 Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran,… h. 112

16
Pengukuran ranah psikomotorik merupakan pengukuran yang dilakukan
dengan mengamati kegiatann peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian
ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik menunjukan unjuk kerja. Pengukuran ranah psikomotorik perlu
memperhatikan hal-hal berikut:

a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk


menunjukan kinerja dari suatu kompetensi.

b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

c. Kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga


semua dapat diamati.

e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan


diamati.15

Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah Psikomotorik antara lain:


1. Daftar cek

Pengukuran ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan


daftar cek (ya-tidak). Pada pengukuran ranah psikomotorik yang
menggunakan daftar cek, peserta didik mendapatnilai apabila kriteria
penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat
diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat
diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah.

2. Skala rentang

Pengukuran ranah psikomotorik yang menggunakan skala rentang


memungkinkan penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara kontinu dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
15 Ibid., h.113

17
Penilaian ini sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar factor
subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.16

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengukuran adalah suatu prosedur untuk memberikan angka
(biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau karakteristik
tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertahankan
hubungan, senyatanya antara seseorang dengan orang lain
sehubungan dengan sifat yang diukur.
16 Ibid., h.113

18
1. Pengukuran ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Bloom mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang
sederhana sampai kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat
hirarkis, yang berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila
tujuan pada level yang rendah telah dikuasai.
 Pengetahuan
 Pemahaman
 Penerapan
 Analisis
 Sintesis
 Evaluasi
2. Pengukuran ranah Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap
adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi
dan tingkah laku. Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu
perangsang. Sikap melibatkan pengetahuan tentang situasi, situasi disini dapat
digambarkan sebagai suatu objek yang pada akhirnya akan mempengaruhi
emosi, kemudian memungkinkan munculnya reaksi atau kecenderungan
untuk berbuat.
 Pengenalan
 Pemberian respon
 Penghargaan terhadap nilai
 Pengorganisasian
 Pengamalan
3. Pengukuran ranah Psikomotorik
Ranah psikomotorik yang sangat tajam dengan kerja otot yang menjadi
penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang paling
sederhana hingga gerakan yang rumit.
 Imitasi
 Manipulasi

19
 Ketepatan
 Artikulasi
 Naturalisasi

DAFTAR PUSATAKA

Asrul dkk, 2019 Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Citapustaka


Media
Daryanto, 1999 Evaluasi Pendidikan Jakarta:Rineka Cipta
Jaya, Indra, 2017 Evaluasi Pembelajaran Medan:Perdana
Publishing

20
Zain, Mas’ud dan Darto, 2009 Evaluasi Pembelajaran Matematika
Riau:Daulat Riau
Arifin, Zainal, Evaluasi 2009 Pembelajaran Bandung:Rosda Karya

21

Anda mungkin juga menyukai