Dosen Pengampu:
Takdir Khair, S. Pd. I., M. Pd.
Disusun Oleh:
Nurul Ainulhaq Tiara Putra
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan Makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan
atas Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan sekalian umatnya
yang bertaqwa.
Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Prosedur dan Langkah Pembuatan Tes” ini dengan lancar
tanpa halangan suatu apapun.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Prosedur
dan Langkah Pembuatan Tes”, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun agar dalam
penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih maksimal daripada sebelumnya.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3
A. Definisi Prosedur Pelaksanaan Tes Hasil Belajar ..........................................3
B. Prosedur Pelaksanaan Tes Tertulis.................................................................4
C. Prosedur Pelaksanaan Tes Lisan ...................................................................6
D. Prosedur Pelaksanaan Tes Perbuatan ............................................................9
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 11
A. Kesimpulan .................................................................................................. 11
B. Saran ............................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hasil belajar siswa bukan hanya sekedar angka yang di hadiahkan oleh guru
untuk siswa atas kegiatan belajarnya. Hasil belajar merupakan ukuran kuantitatif yang
mewakili kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Untuk itu tes hasil belajar (THB)
sebagai dasar untuk memberikan penilaian hasil belajar seharusnya memiliki
kemampuan secara nyata menimbang secara adil “bobot” kemmpuan siswa.
Siswa sering mengeluhkan ketidakpuasannya terhadap perolehan hasil belajar.
Beberapa merasa mampu, siap dalam ujian dan belajar bersungguh-sungguh namun
hasil belajarnya rendah. Beberapa yang lain menyadari tidak begitu menguasai, tidak
siap dalam ujian dan tidak terlalu bersungguh-sungguh dalam usahanya namun
memperoleh hasil belajar yang tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak dapat
menemukan hubungan antara kemampuan akademis (ability) dan usaha (effort)
dengan hasil belajar (achievement) yang akan menimbulkan sikap apatisme siswa
terhadap proses dan hasil belajar. Akibatnya siswa memilih menyerahkan takdir,
nasib dan keberuntungannya pada hal-hal yang tidak stabil, eksternal dan tidak
terkontrol. Siswa tidak mempunyai kemauan yang kuat untuk belajar karena hasil
belajar telah kehilangan daya tariknya sebagai sumber harga diri. Ketika hasil belajar
tidak lagi sesuai dengan ekspetasi siswa maka kesuksesan menjadi tidak bernilai.
Keberhasilan tidak menimbulkan kebanggaan dan kegagalan tidak menjadi hal yang
memalukan. Sebagian disebabkan oleh keraguan bahwa THB yang digunakan untuk
mengukur dan menjadi dasar untuk menilai hasil belajar tidak menimbang secara adil
siswa dalam kemampuannya.
Setiap alat ukur yang hendak digunakan untuk mengukur, termasuk THB,
harus dipastikan kemampuannya untuk mengukur secara baik. Oleh karenanya THB
harus dibuat dengan prosedur pengembangan yang menjamin dapat diperoleh kualitas
THB yang baik. Dari THB yang baik dapat diukur dan dikumpulkan data hasil belajar
1
2
yang baik. Keputusan hasil penilaian hasil belajar dapat dilakukan dengan tepat hanya
apabila didasarkan pada data hasil belajar yang baik. Penilaian hasil belajar dilakukan
berdasarkan hasil pengukuran menggunakan THB. Ketepatan penilaian sangat
tergantung kepada akurasi hasil pengukuran THB. Akurasi hasil pengukuran
tergantung pada kecermatan THB melakukan pengukuran. Untuk itu guru penilai
harus memiliki keterampilan mengembangkan alat ukur pengumpulan data hasil
belajar berupa tes hasil belajar (THB).1
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Prosedur Pelaksanaan Tes Hasil Belajar?
2. Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Tes Tertulis?
3. Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Tes Lisan?
4. Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Tes Perbuatan?
B. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Prosedur Pelaksanaan Tes Hasil Belajar.
2. Mengetahui Prosedur Pelaksanaan Tes Tertulis.
3. Mengetahui Prosedur Pelaksanaan Tes Lisan.
4. Mengetahui Prosedur Pelaksanaan Tes Perbuatan.
1
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hlm.81
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
pekerjaan evaluasi pada umumnya. Bayangan yang ada pada diri kita mengenai
dalam rangka pekerjaan evaluasi ini sudah ada pada kita, akan lebih memudahkan
bagi kita untuk membangunkan suatu sistem evaluasi yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam suatu lingkungan pendidikan tertentu.
Dalam praktek, pelaksanaan tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara
tertulis (tes tertulis), dengan secara lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan.2
Pada tes tertulis, soal-soal tes dituangkan dalam bentuk tertulis dan jawaban
tes juga tertulis. Pada tes lisan, soal-soal tes diajukan secara lisan dan dijawab secara
lisan pula. Namun demikian dapat juga soal-soal tes diajukan secara lisan dalam
waktu yang ditentukan, jawaban harus dibuat secara tertulis. Adapun pada tes
perbuatan, wujud soal tesnya adalah pemberian perintah atau tugas yang harus
dilaksanakan oleh testee, dan cara penilaiannya dilakukan terhadap proses
penyelesaian tugas dan hasil akhir yang dicapai setelah testee melaksanakan tugas
tersebut.3
B. Prosedur Pelaksanaan Tes Tulis
Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu sebagaimana dikemukakan berikut ini.
1. Agar dalam mengerjakan soal tes para peserta tes mendapat
ketenangan, seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes dipilihkan
yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk dan lalu
lalangnya orang. Adalah sangat bijaksana apabila diluar ruangan tes
dipasang papan pemberitahuan.
2. Ruangan tes harus cukup longgar, tidak berdesak-desakan, tempat
duduk diatur dengan jarak tertentu yang memungkinkan tercegahnya
kerja sama yang tidak sehat di antara testee.
2
Masrukhin, Pengembangan Sistem Evaluasi PAI, Media Ilmu, STAIN Kudus PRESS, 2012,
hlm.115
3
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Grafindo Persada, Jakarta, 2008,
hlm.151
4
5
5
6
4
M.Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm.151
6
7
2. Sebab butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan
itu, juga harus disiapkan sekaligus pedoman atau ancar-ancar jawaban
betulnya. Hal ini dimaksudkan agar tester disamping mempunyai
kriteria yang pasti dalam memberikan skor atau nilai kepada testee
atas jawaban yang mereka belikan dalam tes lisan tersebut, juga tidak
akan terpukau atau terkecoh dengan jawaban panjang lebar atau
terbelit-belit yang diberikan oleh testee, yang menurut anggapan testee
merupakan jawaban betul dan tepat, padahal menurut kriteria yang
telah ditentukan sesungguhnya sudah menyimpang atau tidak ada
hubungannya dengan soal yang diajukan kepada testee.
3. Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah
seluruh testee menjalani tes lisan. Skor atau nilai hasil tes lisan harus
sudah dapat ditentukan di saat masing-masing testee selesai dites. Hal
ini dimaksudkan agar pemberian skor atau nilai hasil tes lisan yang
diberikan kepada testee itu tidak dipengaruhi oleh jawaban yang
diberikan oleh testee yang lain.
4. Tes hasil belajar yang dilaksanakan secara lisan hendaknya jangan
sampai menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.
Tester harus senantiasa menyadari bahwa testee yang ada di
hadapannya adalah testee yang sedang “diukur” dan di “nilai” prestasi
belajarnya mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu. Dengan demikian apabila terjadi bahwa jawaban yang
diberikan oleh testee yang sekalipun menyimpang dari kriteria yang
telah ditentukan, namun sebenarnya tidak dapat disalahkan atau tidak
sepenuhnya salah, cukup diberikan skor atau nilai dan tidak perlu
disangkal atau diperdebatkan, yang dapat mengakibatkan kegiatan
evaluasi berubah menjadi kegiatan diskusi.
5. Dalam rangka menegakkan prinsip obyektivitas dan prinsip keadilan,
dalam tes yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan
7
8
8
9
Karena tes ini bertujuan ingin mengukur keterampilan, maka sebaiknya tes
perbuatan ini dilaksanakan secara individual. Hal ini dimaksudkan agar masing-
masing individu yang dites akan dapat diamati dan dinilai secara pasti, sejauh mana
kemampuan atau keterampilannya dalam melaksanakan tugas yang diperintahkan
kepada masing-masing individu tersebut. Dalam melaksanakan tes perbuatan itu, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh tester.
1. Tester harus mengamati dengan secara teliti, cara yang ditempuh oleh
testee dalam menyelesaikan tugas yang telah ditentukan.
2. Agar dapat dicapai kadar obyektivitas setinggi mungkin, hendaknya
tester jangan berbicara atau berbuat sesuatu yang dapat mempengaruhi
testee yang sedang mengerjakan tugas tersebut.
5
Djuju Sudjana, Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah untuk Pendidikan Nonformal
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hlm.278
9
10
6
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hlm.53
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Definisi prosedur pelaksanan tes hasil belajar merupakan langkah-langkah
dalam suatu tindakan untuk mengusahakan yang dapat ditempuh dalam
langkah pengukuran dan penilaian yang pada hakikatnya adalah perubahan
tingkahlaku sebagi hasil belajar yang mencakup bidang kognitif, afektif,
psikomotorik sehingga dapat di hasilkan nilai yang melambangkan prestasi.
2. Prosedur pelaksanaan tes tertulis
Dalam melaksanakan tes tertulis ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu sebagaimana dikemukakan berikut ini.
a. Agar dalam mengerjakan soal tes para peserta tes mendapat
ketenangan, seyogyanya ruang tempat berlangsungnya tes dipilihkan
yang jauh dari keramaian, kebisingan, suara hiruk pikuk dan lalu
lalangnya orang. Adalah sangat bijaksana apabila diluar ruangan tes
dipasang papan pemberitahuan.
b. Ruangan tes harus cukup longgar, tidak berdesak-desakan, tempat
duduk diatur dengan jarak tertentu yang memungkinkan tercegahnya
kerja sama yang tidak sehat di antara testee.
c. Ruangan tes sebaiknya memiliki sistem pencahayaan dan pertukaran
udara yang baik. Ruangan yang gelap atau remang-remang disamping
menyulitkan testee dalam membaca soal dan menuliskan jawabannya,
juga akan menyulitkan bagi tester atau pengawas tes dalam menunaikan
tugasnya. Ruang tes yang terlalu terang atau terlalu menyilaukan mata,
disamping dapat menimbulkan udara panas juga dapat menyebabkan
testee cepat menjadi letih.
11
12
12
13
didalamnya telah ditentukan hal-hal apa saja yang harus diamati dan
diberikan penilaian
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat saya susun. Sebagian mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini
bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran dan
kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya. Atas
perhatiannya kami sampaikan terimah kasih.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Masrukhin, Pengembangan Sistem Evaluasi PAI, Media Ilmu, STAIN Kudus PRESS,
2012
14