Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertanyaan pokok sebelum penilaian ialah apa yang harus dinilai itu. Terhadap pertanyaan
ini kita kembali pada unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar-mengajar. Ada empat
unsur utama proses belajar-mengajar yakni tujuan-bahan metode dan alat sertta penilaian.
Tujuan sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya ada adalah rumusan
tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau menempuh
pengalaman belajarnya. Bahan adalah seperangkat pengetahuan ilmiah yang dijabarkan dari
kurikulum untuk disampaikan atau dibahas dalam proses belajar-mengajar agar sampai
kepada tujuan yang telah ditetapkan. Metode dan alat adalah cara atau teknik yang dugunakan
dalam mencapai tujuan. Sedangkan penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian
berfungsi sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa.
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam tujuan pengajaran, sedangkan
hasil belajar adalah kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud taksonomi tujuan pendidikan ?
2.      Apa yang dimaksud evaluasi hasil belajar ?
3.      Apa hubungan antara taksonomi tujuan pendidikan dan evaluasi hasil belajar ?
C. Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui apa itu Taksonomi Tujuan Pendidikan
2.     Untuk mengetahui apa itu Evaluasi Hasil Belajar
3.      Untuk mengetahui Hubungan antara Taksonomi tujuan pendidikan dan Evaluasi Hasil
belajar
BAB II
PEMBAHASAN

1. Taksonomi Tujuan Pendidikan


a. Pengertian taksonomi
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi,
dan “nomos” yang berarti aturan. Suatu pengklasifikasian atau pengelompokan yang disusun
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Klasifikasi berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Klasifikasi bidang ilmu, kaidah, dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian
objek.
b. Arti dan letak taksonomi tujuan pendidikan
Sejak lahirnya kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan) yang
kemudian disusul oleh lahirnya kurikulum tahun 1975, telah mulai tertanam kesadaran para
guru bahwa tujuan pelajaran harus di rumuskan sebelum proses belajar-mengajar
berlangsung. Jadi, tujuan pendidikan bukanlah sesuatu yang perlu di rahasiakan.
Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga tingkatan yaitu:
1)      Tujuan umum pendidikan
2)      Tujuan yang didasarkan atas tingkah laku (taksonomi)
3)      Tujuan yang lebih jelas yang dapat dirumuskan secara operasional

c. Taksonomi Bloom

Model taksonomi Bloom merupakan salah satu pengembangan teori kognitif, yang
biasa sering dikaitkan dengan persoalan dalam merumuskan tujuan pembelajaran dan
masalah standar evaluasi atau pengukuran hasil belajar sebagai pengembangan sebuah
kurikulum. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain
tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Adapun
prinsip dasar taksonomi tujuan pendidikan menurut Bloom dan krathwohl, yaitu :

1)      Prinsip metodelogis


2)      Prinsip psikologis
3)      Prinsip logois
4)      Prinsip tujuan
Taksonomi tujuan pendidikan merupakan suatu kategorisasi tujuan pendidikan, yang
umumnya digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan kurikulum dan tujuan
pembelajaran. Taksonomi tujuan terdiri dari domain-domain kognitif, afektif dan psikomotor.

Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada
umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005) sebagai tujuan
pembelajaran, yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).

Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:

1). Ranah kognitif; ranah yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar, di
dalamnya mencakup:
a)      pengetahuan (knowledge),
b)      pemahaman (comprehension),
c)      penerapan (application),
d)     penguraian (analysis),
e)      memadukan (synthesis),
f)       penilaian (evaluation)
2). Ranah afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat,
sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup:
a)      Pandangan atau pendapat (oponion)
b)      sikap atau penilaian (attitude,value)
3). Ranah psikomotor; ranah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Ranah
ini terdiri dari :
a)      kesiapan (set),
b)      peniruan (imitation),
c)      membiasakan (habitual),
d)     menyesuaikan (adaptation)
e)      menciptakan (origination).

Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu
dan efektivitas pembelajarannya.

Dalam setiap aspek taksonomi terkandung kata kerja operasional yang menggambarkan
bentuk perilaku yang hendak dicapai melalui suatu pembelajaran.
2. EVALUASI HASIL BELAJAR
a. Pengertian Evaluasi
Evaluasi (bahasa Inggris:Evaluation) adalah proses penilaian. Dalam perusahaan,
evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan
dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut
akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya. Adapun menururt ahli mereka
mendefinisikannya sebagai berikut :
a.       Guba dan Lincoln (hamid hasan, 1988) mendefinisikan evaluasi itu merupakan suatu
proses memberikan pertimbangan mengenai nilai dan arti sesuatu yang dipertimbangkan
(evaluation).
b.      Wiersma dan jurs evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pungukuran dan
mungkin juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai.
c.       Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai.

Sedangkan evaluasi hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan
pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi, pengolahan, dan
penggunaan hasil evaluasi.

Dari konsep yang di kemukakan oleh Guba dan Lincoln diatas ada dua karakteristik evaluasi.
Pertama, evaluasi merupakan suatu proses, kedua evaluasi berhubungan dengan nilai.1
b. Hasil belajar sebagai objek penilaian
Pertanyaan pokok sebelum melakukan penilaian ialah apa yang harus di nilai.
Terhadap pertanyaan ini kita kembali kepada unsur-unsur yang terdapat dalam proses belajar-
mengajar. Dalam sistem pendidikan nasioanal rumusan tujuan pendididikan, baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif dan
psikomotoris. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak nilai oleh para pendidik di sekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Selanjutnya,
kami akan memaparkan masing-masing dari ranah tersebut.

1
1). Penilaian ranah kognitif terdiri atas :
a)  Tipe hasil belajar : pengetahuan
Istilah pengatahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi
Bloom, pengetahuan adalah aspek yang paling dasar dalam taksonomi Bloom. Namun, tipe
hasil belajar ini menjadi prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Dalam jenjang
kemampuan ini seseorang di tuntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep,
fakta, dll tanpa harus mengetahui atau dapat menggunakannya. Bentuk soal yang sesuai untuk
mengukur kemampuan ini antara lain: benar-salah, menjodohkan isian atau jawaban singkat
dan pilihan ganda.
b)      Tipe hasil belajar: pemahaman
Kemampuan ini pada umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar-mengajar. Siswa
dituntut memahami atau mengerti apa yang di ajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubunkan dengan hal
yang lain. Bentuk soal yang sering di gunakan adalah pilihan ganda atau uraian. Kemampuan
pemahaman dapat dibedakan kedalam tiga kategori yaitu:
· Menerjemahkan (translation)
· Menginterprestasi (interprestation)
· Mengekstrapolasi (extrapolation)
c)      Tipe hasil belajar: penerapan
Penerapan adalah pengguaan abstraksi pada situasi yang kongkret atau situasi khusus. Dalam
jenjang kemampuan ini peserta didik di tuntut kesanggupan umum, tata cara, ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan kongkret. Pengukuran
ini umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving)
d)     Tipe hasil belajar: analisis
Dalam jenjang kemapuan ini seseorang di tuntut untuk dapat menguraikan situasi atau
keadaan tertentu kedalam unsur-unsur atau komponen-komponen pembentuknya.
Kemampuan analisis diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu :
· Analisis unsur
· Analisis hubungan
· Analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi

e)      Tipe hasil belajar: sintetis


Pada jenjang ini seseorang dituntut untuk dapat menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan
menggabungkan faktor yang ada. Hasil yang diperoleh dari penggabungan ini dapat berupa:
tulisan dan rencana atau mekanisme.
f)       Tipe hasil belajar: evaluasi
Dalam jenjang kemapuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi situasi, keadaan,
pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria tertentu. yang terpenting dalam evaluasi
ialah menciptakan kriteria tertentu. Yang penting dalam evaluasi ialah menciptakan
kondisinya sedemikian rupa sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria standar, atau
ukuran untuk mengevaluasi sesuatu.
2)      Penilaian ranah afektif
Ranah afektif meliputi lima jenjang kemapuan yaitu:
a)      Meneriama, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar
yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.
b)      Menjawab, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari
luar
c)      Menilai, yaitu yang berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus.
d)     Organisasi, yakni pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk
hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
e)      Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan sistem nilai yang telah dimiliki
sesorang , yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.
3)      Penilaian ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan
bertindak individu. Ranah psikomotoris meliputi tiga tingkatan keterampilan yakni :
a)      Keterampilan motorik (muscular or motor skills) yaitu: memperlihatkan gerak, menunjukan
hasil, menggerakan, menampilkan, melompat dan sebagainya.
b)      Manipulasi benda (manipulation of materials or objects) : menyusun, membentuk,
memindahkan, menggeser, mereparasi, dan sebagainya.
c)      Koordinasi neuromuscular, menghubungkan, mengamati, memotong dan sebagainya.

3.      Hubungan antara taksonomi tujuan pendidikan dan evaluasi hasil belajar
Pada dasarnya kedua pengertian ini sama-sama mempunyai tujuan yang sama dalam
dunia pendidikan. Dengan objek yang sama yaitu peserta didik, disini dibahas tentang
bagaimana tujuan pendidikan tercapai dan mengukur hasil akhir belajar dengan evaluasi.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan membaginya menjadi tiga
ranah, a) ranah kognitif, b) ranah afektif, c) ranah psikomotoris. Semua ranah ini dilakukan
untuk membantu berjalannya kegiatan belajar mengajar agar tujuan pendidikan yang
ditentukan tercapai, begitu pula dengan evaluasi hasil belajar itu untuk membantu mengukur
seberapa mampu peserta didik menguasai materi yang diajarkan. Tujuan pengajaran pada
intinya adalah diperolehnya bentuk tingkah laku menjadi lebih baik, yang belum tahu jadi
lebih banyak tahu tentang ilmu pengetauan melalui belajar yang di sampaikan oleh seorang
pendidik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulann
Dari pembahasan evaluasi dan taksonomi di atas dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1.      Evaluasi dalam sistem pendidikan dan pengajaran adalah komponen yang urgen yang harus
dilakukan terutama untuk tujuan mengetahui pencapaian keberhasilan proses pendidikan dan
pengajaran yang telah dijalankan.
2.      Tujuan pengajaran pada dasarnya adalah diperolehnya bentuk perubahan tingkah laku baru
pada peserta didik yang menurut Benyamin S Bloom terbagi dalam tiga ranah tujuan
pengajaran yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang dikenal dengan taksonomi
Bloom.
3.      Taksonomi Bloom dikembangkan dari teori psikologi kognitif dan dirumuskan pertama
kali tahun 1956. Setiap ranah/domain tersusun atas kategori-kategori atau subkategori yang
menunjukkan tingkat kemampuan yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik.
4.      Dalam evaluasi pendidikan taksonomi Bloom dapat digunakan sebagai acuan melakukan
penilaian secara lebih komprehensif dan terperinci mencakup ketiga ranah (kognitif, afektif
dan psikomotor) dan mencakup sub-sub kategorinya.

DAFTAR PUSTAKA
Ari Kunto Suharsisni, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, Bumi Aksara ; jakarta : 2012
Daryanto , “Evaluasi Pendidikan”, Rineka Cipta ; jakarta : 2008
Sanjaya Wina, “ Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran”, Kencana Prenada Media
Grup ; jakarta : 2010
Sudjana Nana, “ Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar” , PT.Remaja Rusda Karya ;
Bandung : 2006

Anda mungkin juga menyukai