Anda di halaman 1dari 14

Penilaian Hasil Belajar Berdasarkan Aspek Kognitif,

Afektif, dan Psikomotor


Pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu; ranah kognitif,
psikomotor dan afektif. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Setiap mata pelajaran selalu mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu
berbeda. Mata pelajaran praktek lebih menekankan pada ranah psikomotor, sedangkan mata
pelajaran pemahaman konsep lebih menekankan pada ranah kognitif. Namun kedua ranah
tersebut mengandung ranah afektif.
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan
manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang
berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan lain sebagainya. Ranah
kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, rnemahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuan mengevaluasi.
Sedangkan ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai dan
moral.
Dalam paradigma lama, penilaian pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan
cenderung hanya menilai kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian
rupa melalui bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik
kerapkali diabaikan.
Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab,
kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan
kemampuan mengendalikan diri.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide,
gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan
demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yangmengungkapkan tentang kegiatan mental
yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu
evaluasi. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua orang, namun implementasinya masih
kurang. Hal ini disebabkan merancang pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah
seperti pembelajaran kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan
pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.

B. Contoh Item Penilaian Hasil Pembelajaran Berdasarkan Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor
Jika dalam suatu pelajaran seorang pengajar menjelaskan tentang sistem fotosintesis pada
tumbuhan, maka ada beberapa penilaian yang harus dilakukan.
a. Penilaian Kognitif
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Apakah yang dimaksud dengan fotosintesis?
2. Kapan fotosintesis dapat dilakukan?
3. Mengapa tumbuhan harus berfotosintesis?
4. Dimana tempat tumbuhan berfotosintesis?
5. Bagaimana proses fotosintesis pada tumbuhan?
b. Penilaian Afekif
No. Nama Mengemukakan Pendapat Kerjasama Disiplin Skor Nilai

c. Penilaian Psikomotor
No. Kelompok Identifikasi Masalah Hasil Pengamatan Jumlah Skor Nilai

Penilaian akhir dilakukan oleh pengajar dengan memperhatikan skor yang dimiliki oleh siswa.

C. Perbedaan Penilaian Hasil Pembelajaran yang Didasarkan Pada Ranah Kognitif, Afektif, dan
Psikomotor
Dalam suatu pembelajaran berhitung, maka dapat dibedakan proses penilaian antara ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Ranah kognitif dalam berhitung dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami
hitungan secara tepat dan kritis. Aktivitas seperti ini sering disebut sebagai kemampuan
membaca, atau lebih khusus disebut sebagai kemampuan kognisi.
b. Ranah afektif berhubungan dengan sikap dan minat/motivasi siswa untuk membaca ; misalnya
sikap positif terhadap kegiatan membaca atau sebaliknya, gemar membaca, malas membaca dan
lain-lain.
c. Ranah psikomotor berkaitan dengan aktivitas fisik siswa pada saat melakukan kegiatan
berhitung. Aktivitas fisik pada saat berhitung.

D. Mengidentifikasi Komponen Penilaian Proses Pembelajaran


Penilaian dilakukan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
a. Aspek penilaian kognitif terdiri dari:
– Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu kota, rumus).
– Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya: menyimpulkan suatu
paragraf).
– Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan suatu informasi/
pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah).
– Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas menjadi bagian-
bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau arti suatu puisi).
– Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu
kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian di laboratorium).

b. Aspek penilaian afektif terdiri dari:


– Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, respon,
kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar
– Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi, perasaan kepuasan dll
– Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll
– Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam organisasi sistem nilai
– Membentuk watak (Characterization): sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah laku.

c. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari:


– Meniru (perception)
– Menyusun (manipulating)
– Melakukan dengan prosedur (precision)
– Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
– Melakukan tindakan secara alami (naturalization)

E. Kriteria Penilaian Proses Pembelajaran


Kriteria penilaian ditentukan oleh seorang pengajar atas dasar kemampuan peserta didiknya.
Penilaian pembelajaran dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung hingga materi yang
disampaikan habis. Penilaian hasil belajar didasarkan pada:
a. Sahih, didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang akan diukur.
b. Obyektif, menggunakan prosedur dan kriteria penilaian yang jelas.
c. Adil, tidak dipengaruhi oleh kondisi atau alasan tertentu yang dapat merugikan peserta didik,
misalnya: kondisi fisik, agama, suku, budaya, adat, status sosial atau gender.
d. Terpadu, tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka, prosedur, kriteria dan dasar pengambilan keputusan yang digunakan dalam penilaian
harus diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan belum, serta mengetahui
kesulitan peserta didik.
g. Sistematis, terencana, bertahap dan mengikuti langkah-langkah baku.
h. Beracuan kriteria, menilai apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi/ranking seseorang terhadap kelompoknya).
i. Akuntabel, dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun hasilnya.

Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam pembelajaran


A. KRITERIA MENILAI PROSES BELAJAR MENGAJAR

Tujuan pendidikan dapat diturunkan dari tiga macam sumber, yaitu a) pembelajaran dari siswa, b)
pembelajaran dari masyarakat di mana mereka hidup, c) dari pertimbangan para ahli pendidikan.
Tujuan pendidikan yang telah ditetapkan untuk dicapai sebaiknya ditunjukkan sejak dalam
perencanaan, implementasi dan evaluasi pengajaran.

Ada tiga faktor yang perlu dipahami oleh seorang guru dalam proses pembelajaran. Tiga faktor itu
memiliki posisi strategis guna membawa siswa dapat mencapai satu tahapan mampu melakukan
perubahan perilaku. Ketiga faktor yang dimaksud , yaitu metode evaluasi, cara belajar, dan tujuan
pembelajaran.

Dalam PBK (Penilaian Berbasis Kelas) dibedakan antara penilaian (assessment) dan penilaian
(evaluation). Assessment merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian
dan kemajuan belajar siswa, dan mengefektifkan penggunaan informasi tersebut untuk mencapai
tujuan pendidikan. Evaluation kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu sistem
pendidikan secara keseluruhan, termasuk kurikulum, assessment, pelaksanaannya,
pengelolaannya, dll. Maka evaluasi lebih luas ruang lingkupnya daripada penilaian (assessment)
Seorang guru perlu memahami metode evaluasi dan penilaian. Yang dimaksudkan dengan metode
evaluasi yaitu cara-cara evaluasi yang digunakan oleh seorang guru agar memperoleh informasi
yang diperlukan.
Dari pemahaman bermacam-macam metode evaluasi tersebut, kemudian dipilih yang paling tepat
untuk dapat diterapkan kepada para siswa. Tugas guru dalam melakukan evaluasi dan penilaian
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuan dari pendidikan yang telah ditetapkan. Agar
tercapai tujuan pendidikan yang dimaksud, seorang guru perlu bertindak secara aktif dalam
membantu setiap langkah dalam proses pembelajaran.

B. ASPEK PENILAIAN HASIL BELAJAR (KPA)

Dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari aktivitas pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilannya dilakukan apa yang disebut dengan penilaian. Penilaian
yang baik harus didasarkan pada landasan teori yang kemudian diperkuat dengan langkah-langkah
teknis melakukan penilaian tersebut.

Para pengajar seharusnya lebih faham tentang bagaimana melakukan penilaian pembelajaran yang
efektif sesuai dengan aspek-aspek apa yang seharusnya dinilai dan dengan mempergunakan alat
penilaian apa yang tepat untuk mengukur aspek penilaian tersebut.

Penilaian mempunyai sejumlah fungsi di dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Sebagai alat guna mengetahui apakah siswa talah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, norma-
norma dan keterampilan yang telah diberikan oleh guru.
2. Untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar.
3. Mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar.
4. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari siswa.
5. Sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa.
6. Sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

Adapun tujuan penilaian Minimal terdapat 6 tujuan penilaian dalam kaitannya dengan belajar
mengajar yaitu:

1. Menilai ketercapaian tujuan. Ada keterkaitan antara tujuan belajar, metode penilaian, dan cara
belajar siswa. Cara penilaian biasanya akan menentukan cara belajar siswa, sebaliknya tujuan
evaluasi akan menentukan metode evaluasi yang digunakan oleh siswa.
2. Mengukur macam-macam aspek belajar yang bervariasi. Belajar dikategorikan sebagai kognitif,
psikomotoris, dan afektif. Batasan tersebut umumnya dieksplisitkan sebagai pengetahuan,
keterampilan dan sikap/nilai. Semua tipe belajar sebaiknya dievaluasi dalam proporsi yang tepat.
3. Sebagai sarana untuk mengetahui apa yang siswa telah ketahui. Setiap siswa masuk kelas dengan
membawa pengalamannya masing-masing, serta karakteristiknya. Guru perlu mengetahui
keadaan siswanya agar guru dapat berangkat dari pengalaman siswa yang beragam dalam
memulai pembelajarannhya. Guru perlu mengetahui dan memperhatikan kekuatan, kelemahan
dan minat siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar atas dasar apa yang telah mereka
miliki dan mereka butuhkan.
4. Memotivasi belajar siswa. Penilaian juga harus dapat memotivasi belajar siswa. Guru harus
menguasai bermacam-macam teknik memotivasi siswa.Hasil penilaian akan menstimulasi
tindakan siswa. Dengan merencanakan secara sistematik sejak pretes sampai ke postes, guru
dapat membangkitkan semangat siswa untuk tekun belajar secara kontinu.
5. Menyediakan informasi untuk tujuan bimbingan dan konseling. Informasi diperlukan jika
bimbingan dan konseling yang efektif diperlukan, informasi yang berkaitan dengan problem
pribadi seperti data kemampuan, kualitas pribadi, kemampuan bersosialisasi dan skor hasil
belajar.
6. Menjadikan hasil evaluasi dan penilaian sebagai dasar perubahan kurikulum. Hasil evaluasi siswa,
pengalaman kerja siswa, analisis kebutuhan masyarakat, dan analisis pekerjaan merupakan teknik
konensional yang sering digunakan untuk mengubah kurikulum.

C. PENGERTIAN INSTRUMEN EVALUASI

Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrument atau alat evaluasi yang dapat
dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didk.

Insrtument evaluasi hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi deskriftif dan informasi
judgemental yang dapat berwujud tes maupun nontes. Tes dapat berwujud objektif atau uraian.
Sedangkan nontes dapat berbentuk lembar pengamatan atau questioner. Penyusunan instrument
evaluasi baik tes maupun nontes hendaknya memenuhi syarat Instrument yang baik yaitu valid dan
realiabel.

Penggunaan instrument evaluasi harus dilaksanakan secara objektif dan terbuka agar diperoleh
informasi yang sahih, dapat dipercaya sehinnga dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu
pembelajaran.

D. JENIS-JENIS INSTRUMEN EVALUASI

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
Evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 jenis yaitu input, proses dan out put. Apabila
prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 jenis tersebut maka dikhawatirkan hasil yang
digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya
terjadi dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi
pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi,
teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan
instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb).
2. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).
3. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
4. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di
olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah
dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
5. Penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau
diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?)
interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan
tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir
alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.

F. PRINSIP-PRINSIP INSTRUMEN EVALUASI


Terdapat beberapa prinsip dalam instrumen evaluasi yaitu:

1. 1. Keterpaduan

Evaluasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan interusional pengajaran, materi
pembelajaran dan metode pengjaran.

2. Keterlibatan peserta didik

Prinsip ini merupakan suatu hal yang mutlak, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi
bukan alternatif, tapi kebutuhan mutlak.

3. Koherensi

Evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang telah dipelajari dan sesuai dengan ranah
kemampuan peserta didik yang hendak diukur.

4. Pedagogis

Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk melihat perubahan sikap dan prilaku sehingga
pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator bagi diri siswa.

5. Akuntabel

Hasil evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau bahan pertanggungjawaban bagi pihak yang
berkepentingan seperti orang tua siswa, sekolah, dan lainnya.

G. KESIMPULAN

Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan
susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.

Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang
dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok serta Menentukan
apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang
diharapkan.

Evaluasi memegang peranan penting karena hasil evaluasi menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai. Dan sebuah hasil evaluasi diharapkan dapat membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggung jawaban, seleksi, motivasi, menambah
pengetahuan, serta membantu mendapat dukungan dari mereka yang terlibat dalam program
tersebut.

Evaluasi, khususnya dalam bidang pendidikan diharapkan dapat memperbaiki sistem pendidikan
kita yang sering berubah dan tidak seimbang, kurikulum yang kurang tepat, serta mata pelajaran
yang terlalu banyak dan tidak terfokus.
Secara umum evaluasi (evaluation) merupakan alat (tool) dalam mengukur sejauhmana tujuan
yang kita inginkan sudah tercapai. Dalam dunia pendidikan, evaluasi merupakan hal mutlak dalam
melihat kinerja (performance) pelaku pendidikan, utamanya siswa didik. Sistem evaluasi yang
dikembangkan sangat mempengaruhi arah dan tujuan pendidikan itu sendiri.

Proses yang Abadi


Secuil coretan, segenggam harapan

Rabu, 22 Mei 2013


Pengukuran Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik dalam Evaluasi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umpan balik/feed back yang dilakukan oleh pendidik amat menentukan terhadap perencanaan
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya. Serta umpan balik hanya akan tepat jika
evaluasi yang dilakukan berjalan secara tepat dan benar.

Evaluasi dalam pembelajaran salah satunya ialah evaluasi terkait dengan individu. Individu itu diukur
sejauh mana peserta didik mampu menyerap materi yang telah dipelajari bersama yang meliputi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Tiga aspek pengukuran ini masing-masing memiliki fungsi yang berbeda yang dapat digunakan oleh
pendidik untuk mengukur, sejauh mana peserta didik mampu menyerap materi. Untuk kemudian hasil
pengukuran tersebut berguna untuk evaluasi dan umpan balik terhadap kegiatan pembelajaran
selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik?


2. Bagaimanakah pengukuran aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, kaitannya dengan evaluasi
pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan aspek/domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Mengetahui bagaimana cara menilai aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik kaitannya dengan evaluasi
pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

Domain kognitif, afektif dan psikomotorik merupakan pengklasifikasian prilaku individu menurut
Blomm. Yang mana hasil belajar yang berupa perubahan prilaku yang terbagi dalam tiga aspek tersebut.

Kawasan kognitif merupakan kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau
berpikir/nalar. Di dalamnya mencakup pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), penguraian (analyze), pemaduan (synthesis), dan penilaian (evaluation).[1]

Dalam aspek kognitif, sejauh mana peserta didik mampu memahami materi yang telah diajarkan oleh
pendidik, dan pada level yang lebih atas seorang peserta didik mampu menguraikan kembali kemudian
memadukannya dengan pemahaman yang sudah ia peroleh untuk kemudian diberi
penilaian/pertimbangan.

Sedangkan kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Di dalamnya mencakup penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), tata nilai (valuing), pengorganisasian (organization), dan
karakterisasi (characterization).[2]

Dalam aspek ini peserta didik dinilai sejauh mana ia mampu menginternalisasikan nilai-nilai
pembelajaran ke dalam dirinya. Aspek afektif ini erat kaitannya dengan tata nilai dan konsep diri. Dalam
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, aqidah akhlak merupakan salah satu pelajaran yang tidak
terpisahkan dari domain/aspek afektif.

Kawasan psikomotorik yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang
melibatkann fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular system) dan berfungsi psikis. Kawasan ini
terdiri dari kesiapan (set), peniruan (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation), dan
menciptakan (origination).[3]

Ketika peserta didik telah memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai mata pelajaran dalam
dirinya, maka tahap selanjutnya ialah bagaimana peserta didik mampu mengaplikasikan pemahamannya
dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan atau tindakan.
Ketiga domain di atas yang lebih dikenal dengan istilah domain head, heart, dan hand merupakan
kriteria yang dapat digunakan oleh pendidik untuk mengetahui serta mengevaluasi tingkat keberhasilan
proses pembelajaran.

B. Pengukuran Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik

1. Pengukuran Aspek Kognitif

Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980) sebagaimana dikutip Mimin Haryati, kemampuan kognitif
adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.[4]
Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan saja. Pada
tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri,
memberi contoh suatu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk
menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk
menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan
pendapat serta menemukan hubungan sebab akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk
menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan
pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah,
editorial, teori yang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat
kebijakan.[5]
Untuk mengukur keberhasilan aspek kognitif ini, maka guru harus membuat alat penilaian (soal)
dengan formulasi perbandingan sebagai berikut:
40% untuk soal yang menguji tingkat pengetahuan peserta didik.
20% untuk soal yang menguji tingkat pemahaman peserta didik.
20% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan dalam penerapan pengetahuan.
10% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan dalam analisis peserta didik.
5% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan sintesis peserta didik.
5% untuk soal yang menguji tingkat kemampuan petatar dalam mengevaluasi
Dengan menggunakan formulasi perbandingan soal di atas, mempermudah seorang guru untuk
memperjelas cara berfikirnya dan untuk memilih soal-soal yang akan diujikan, selain itu juga dapat
membantu seorang guru agar terhindar dari kekeliruan dalam membuat soal.[6]
Adapun bentuk tes kognitif diantaranya; tes lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif, uraian non
obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan, portopolio, dan performans.
2. Pengukuran Aspek Afektif
Penilaian afektif (sikap) sangat menentukan keberhasilan peserta didik untuk mencapai ketuntasan
dan keberhasilan dalam pembelajaran. Seorang peserta didik yang tidak memiliki minat terhadap mata
pelajaran tertentu, maka akan kesulitan untuk mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Sedangkan
peserta didik yang memiliki minat terhadap mata pelajaran, maka akan sangat membantu untuk mencapai
ketuntasan pembelajaran secara maksimal.
Secara umum aspek afektif yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran terhadap berbagai mata
pelajaran mencakup beberapa hal, sebagai berikut:
a. penilaian sikap terhadap materi pelajaran. Berawal dari sikap positif terhadap mata pelajaran akan
melahirkan minat belajar, kemudian mudah diberi motivasi serta lebih mudah dalam menyerap materi
pelajaran.
b. Penilaian sikap terhadap guru. Peserta didik perlu memilki sikap positif terhadap guru, sehingga ia mudah
menyerap materi yang diajarkan oleh guru.
c. Penilaian sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran, sehingga pencapaian hasil belajar bisa maksimal. Hal ini kembali kepada guru untuk pandai-
pandai mencari metode yang kira-kira dapat merangsang peserta didik untuk belajar serta tidak merasa
jenuh.
d. Penilaian sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya peserta didik mempunyai sikap positif terhadap upaya sekolah melestarikan lingkungan dengan
mengadakan program penghijauan sekolah.
e. Penilaian sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan dengan mata
pelajaran. Peserta didik memiliki sikap positif terhadap berbagai kompetensi setiap kurikulum yang terus
mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan.[7]
Sedangkan untuk mengukur sikap dari beberapa aspek yang perlu dinilai, dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi, dan penggunaan
skala sikap. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan yang khusus
tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan siswa selama di sekolah.[8] Contoh guru membuat
bagan catatan observasi.
Hari/tanggal Nama siswa/i Catatan Tindak lanjut

Senin 12/10/12 Ahmad Belajar bahasa Diberi penjelasan


inggris tidak tentang manfaat
bersemangat belajar bahasa
inggris

Kolom catatan diisi dengan berbagai kejadian yang berhubungan dengan peserta didik yang
bersangkutan baik positif maupun negatif, sedangkan kolom tindak lanjut diisi dengan upaya-upaya yang
ditempuh sebagai solusi dari setiap kejadian yang menimpa peserta didik.[9]
Pertanyaan langsung dapat dilakukan dengan menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang
berkaitan dengan suatu hal[10], contoh guru mengajukan pertanyaan tentang bagaimana upaya
memberantas tauran di lingkungan sekolah, kemudian dari jawaban peserta didik, guru dapat mengambil
kesimpulan tentang sikap peserta didik tersebut terhadap suatu objek.
Sedangkan penggunaan skala sikap, baik menggunakan Skala Diferensiasi Semantik. Teknik ini dapat
digunakan pada berbagai bidang, dan teknik ini sederhana dan mudah diimplementasikan dalam
pengukuran dan skala sikap kelas.[11] Contoh guru membuat skala sikap terhadap kegiatan Ramadhan di
sekolah.

Pilihan sikap
Pernyataan
SS S N TS STS

Kegiatan di sekolah pada bulan


Ramadhan perlu diadakan

Pengaktifan kegiatan Ramadhan


kurang menyenangkan

Kegiatan Ramadhan perlu didukung


oleh guru & wali murid

Kegiatan Ramadhan untuk mengisi


waktu luang

Kemudian hasil penilain sikap dapat digunakan sebagai umpan balik untuk melakukan pembinaan
terhadap peserta didik. Guru dapat memantau setiap perubahan perilaku yang dimunculkan peserta didik
dengan melakukan pengamatan.
3. Pengukuran Aspek Psikomotorik
Menurut singer (1972) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati, bahwa mata ajar yang termasuk
kelompok mata ajar psikomotor adalah mata ajar yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan
pada reaksi-reaksi fisik.[12]
Menurut Ryan (1980) sebagaimana dikutip oleh Mimin Haryati, penilaian hasil belajar psikomotor
dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, pertama melalui pengamatan langsung serta penilaian tingkah
laku siswa selama proses belajar mengajar. Kedua, setelah proses belajar yaitu dengan cara memberikan
tes kepada siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap. Ketiga, beberapa waktu setelah
proses belajar selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Dengan demikian, penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan,
proses, dan produk
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil pemahaman bahwa yang dimaksud dengan domain kognitif ialah
bagian dari peserta didik yang terkait dengan pemikiran/pemahaman yang lebih dikenal dengan sebutan
head. Afektif merupakan aspek perasaan/sikap peserta didik yang dikenal dengan heart. Dan psikomotorik
merupakan aspek yang terkait dengan prilaku/keterampilan atau implementasi atas apa yang telah
mereka (peserta didik) pahami, hal ini dikenal dengan istilah hand.
Pengukuran aspek kognitif meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Dengan cara pengukuran tingkat keberhasilan melalui soal tanya jawab pilihan ganda, portofolio,
uraian, soal lisan, dan sebagainya.
Pengukuran aspek afektif meliputi sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru, terhadap
proses pembelajaran, sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu
materi pelajaran, dan sikap yang berkaitan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang relevan
dengan mata pelajaran. Cara penilaiannya bisa melalui catatan observasi yang dilakukan oleh pendidik
atau melalui angket.
Sedangkan pengukuran aspek psikomotorik meliputi keterampilan yang ditunjukkan oleh peserta
didik yang cara mengukurnya bisa melalui pengamatan langsung.

Anda mungkin juga menyukai