Anda di halaman 1dari 11

KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

A. PENGERTIAN VARIASI

Dalam buku keterampilan dasar mengajar yang ditulis oleh LP31 (2010: 131),
Keterampilan menggunakan variasi merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus
dikuasai guru.

Menurut Soetomo (1993: 100) pemberian variasi dalam interaksi belajar mengajar dapat
diartikan sebagai perubahan pengajaran dari yang satu ke orang lain dengan tujuan
menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pengajaran yang
diberikan guru, sehingga siswa dapat aktif lagi dan berpartisipasi dalam belajarnya.

Sedangkan menurut Hamid Darmadi (2010 : 3) menjelaskan bahwa dalam kegiatan


pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru yang disengaja
ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk mengacu dan mengingat perhatian siswa
selama pelajaran berlangsung.

1) Menurut Ahmad Sabri dalam bukunya“ Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching” ketrampilan
mengadakan Variasi ialah suatu kegiatan guru dalam mengenal konteks interaksi belajar yang ditujukan
untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid senantiasa
menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Untuk sebagai calon guru perlu melatih
agar menguasai keterampilan tersebut agar nantinya menjadi guru yang profesional yang benar-benar
menjalankan tugasnya, sehingga kemajuan pendidika dinegara Indonesia semakin meninggkat dan tidak
tertinggal lagi oleh negara-negara lain.[1]

2) Menurut Didi Supardie dan Deni Darmawan dalam bukunya“Komunikasi Pembelajaran”

Keterampilan mengadakan Variasi ialah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kondisi
belajar sehingga pembelajaran selalu menarik dan efektif.[2]

3) Menurut kamus Bahasa Indonesia, keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cakap dalam
melaksanakan tugas.[3] Sedangkan Variasi berarti selingan.[4] Jadi keterampilan mengadakan variasi
ialah kecakapan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran untuk diketahui atau dipahami oleh peserta
didik dengan cara berseling-seling agar peserta didik lebih mudah mengetahui atau memahami
pembelajaran. maksudnya berseling-seling ialah guru mengunakan cara yang berbeda-beda dalam
menyampaikan pembelajaran yang tidak monoton dengan satu cara saja.

4) Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk
pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan yang dimaksudkan untuk
memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung.
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa keterampilan mengadakan variasi ialah
keterampilan yang harus dimiliki oleh guru serta diamalkan oleh guru tersebut dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi peserta didik sehingga
peserta didik tertarik dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan mengajar Kejenuhan atau kebosanan sering dialami oleh peserta didik. Ditambah lagi
kondisi ruangan yang tidak nyaman, guru yang kurang menyejukkan hati peserta didik dan materi yang
diajarkan kurang menarik, hal ini merupakan hal yang tidak diingikan atau dikehendaki oleh peserta
didik, sesuatu yang membosankan merupakan sesutu yang tidak menyenangkan. Dengan memperbaiki
gaya mengajar saja belum tentu mengatasi persoalan yang terjadi, namun dengan bervariasinya
kegiatan pembelajaran yang diberikan akan menghilangkan kejenuhan atau kebosan peserta didik.

b. Jenis-jenis Variasi

Minimal ada tiga jenis variasi stimulus yang dapat dilakukan guru, yaitu:

1. Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan proses pembelajaran.

2. Variasi dalam mengunakan media/alat bantu pembelajaran.

3. Varisasi dalam melakukan pola interaksi.

B. TUJUAN DAN MANFAAT KETERAMPILAN MEMBERIKAN VARIASI

Setiap usaha atau upaya yang dilakukan oleh guru pasti meiliki tujuan dan maanfaat. Pengunaan Variasi
dalam mengajar terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa.

Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan
siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pembelajaran.[5]

Tujuan penggunaan variasi ditujukan kepada anak didik dan bermaksud :

1. Meningkatkan dan memelihara anak didik terhadap elevansi proses belajar mengajar

2. Memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui eksplorasi dan penyelidikan
terhadap situasi yang baru

3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian gaya mengajar yang
bersemangat dan antusias sehingga meningkatkan iklim belajar siswa.

4. Memberi pilihan dan fasilitas dalam belajar individual.


5. Mendorong anak didik untuk belajar dengan melibatkannya dalam berbagai pengalaman yang
menarik pada berbagai tingkat kognitif.[6]

Variasi stimulus itu adalah suaru kegiatan guru dalam konteks proses interaksi pembelajaran yang
diajukan untuk mengatasi kebosanan peserta didik, sehingga dalam proses situasi pembelajaran
senantiasa menunjukkan ketekunan dan penuh partisipasi.

Tujuan proses pembelajaran variasi adalah menumbuhkembangkan perhatian dan minat peserta didik
agar belajar lebih baik. Sedangkan manfaat keterampilan variasi dalam proses pembelajaran adalah:

1. Menumbuhkan perhatian peserta didik

2. Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam berbai kegiatan proses pembelajaran

3. Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan proses pembelajaran, maka akan membentuk sikap
positif bagi peserta didik terhadap guru

4. Dapat meenanggapi rasa ingin tahu dan ingin menyelidiki peserta didik.

5. Melayani keinginan dan pola belajar para peserta didik yang berbeda-beda.[7]

C. PRINSIP-PRINSIP KETERAMPILAN MEGADAKAN VARIASI

Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan
pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan
belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip
penggunaan variasi dalam mengajar.

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak
dicapai.

b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian
siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.

c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi
ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan.

Dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat
dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan
guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru.

Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian
siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhi, misalnya
faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi diluar kelas yang dirasakan siswa lebih
menarik dari pada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi yang
diberikan guru.

Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian
yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang dijelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.

Motivasi memang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik
dan tekun jika tidak ada motivasi didalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan
melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan
berusaha agar tetap bergejolak didalam diri setiap siswa selama belajar berlangsung.

Dalam proses belajar mengajar dikelas, tidak semua siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap
sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi bahan yang lain
boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi guru dalam setiap kali
mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi, guru selalu ingin memberikan
motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.

Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa.
Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru, siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan
guru barang sehari disekolah tidak jarang dipertanyakan, siswa merasa rindu untuk selalu dekat disisi
guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan
psikologi siswa. Variasi mengajar mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa, disela-sela penjelasan
selalu diselingi dengan humor pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.

D. KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Variasi Gaya Mengajar


Agar tidak terjadi kebosanan pada peserta didik dalam belajar, maka guru dapat
melakukan variasi dalam gaya mengajarnya, yang mana dalam memberi variasi gaya
mengajar diantaranya: variasi dalam suara, variasi kesenyapan, variasi dalam bentuk gerak
badan dan mimik, variasi dalam pergantian posisi dalam kelas, variasi pemusatan dan variasi
kontak pandang.

Suara guru (teacher voice)


Suara guru dapat dikatakan faktor yang sangat penting didalam kelas karena sebagian
besar kegiatan dikelas akan bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan.
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah,
dari cepat berubah menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat
memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dari
intonasi, volume, nada dan kecepatan.
Pemusatan perhatian
Dalam mengajar guru sering menginginkan agar siswa memperhatikan butir-butir penting
yang sedang disampaikan. Hal ini dapat dilakukan guru dengan mengucapkan kata-kata
tertentu secara khusus disertai dengan isyarat atau gerakan seperlunya. Teknik pemusatan ini
digunakan untuk mengarahkan atau memusatkan perhatian siswa pada suatu persoalan dalam
kegiatan pembelajaran. Jenisnya ada dua macam yaitu pemusatan verbal dan pemusatan non
verbal.

Pemusatan verbal berupa ucapan guru yang singkat tetapi mempunyai pengaruh yang
besar. Pengaruh tersebut dapat mendorong atau memacu kedepan tetapi dapat pula
menghentikan suatu aktivitas siswa. Misalnya: “dengarkan baik-baik” !!!!!.

Pemusatan non verbal berupa tindakan atau perbuatan guru, misalnya: menggerak-
gerakan tangan, tersenyum, mengerut dahi, menunjuk. Contoh: sambil menunjuk kegambar
guru berkata “lihat gambar itu”.

Pemberian waktu/ kesenyapan (pausing)


Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah
menerangkan sesuatu.Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian siswa.

Dengan keadaan senyap/diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian


siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan
pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan
memberi kesenyapan supaya siswa bisa kembali mengingat informasi-informasi yang
mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab petanyaan guru dengan baik dan tepat.

Kontak pandang (eye contact)


Bila guru yang sedang berbicara/ berintraksi dengan siswanya, sebaiknya pandangan
menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk menunjukkan adanya
hubungan yang intim dengan mereka.

Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan untuk mengetahui
perhatian atau pemahaman siswa.[12] Hal tersebut mencerminkan keakraban hubungan
antara guru dan siswanya ketika mendengarkan hal tersebut berbicara menunjukkan sikap
penuh perhatian terhadap masalah yang dibicarakan.
Gerakan badan dan mimik
Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif, variasi mimik dan
gerakan badan yang dilakukan secara tepat dapat mengkomunikasikan pesan secara leih
efektif dibandingkan dengan bahasa yang bertele-tele. Mimik dengan gerakan badan yang
dapat divariasikan antara lain:

1. Ekspresi wajah: tersenyum, mengerutkan dahi, mengangkat alis, cembrut, tertawa.


2. Ekspresi kepala: menggeleng, mengangguk, tegak/ mengangkat kepala, menunduk.
3. Ekspresi tangan: mengangkat tangan, mengacungkan jempol, mengepal tinju untuk
menegaskan, tepuk tangan.
4. Eksperi bahu: mengangkat bahu
5. Ekspresi badan secara keseluruhan: berdiri kaku, bersikap santai, gerak mendekati atau
menjauhi.
Yang perlu diingat adalah bahwa gerakan badan dan mimik tersebut harus sesuai dengan
pembawaan guru sendiri, tujuan yang ingin disampaikan, serta latar belakang sosial budaya
didaerah tersebut. Oleh karena itu, guru harus berhati-hati mengekspresikan mimik dan gerakan
badan ini.

Perubahan posisi guru


Pergantian posisi guru didalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian
siswa. Terutama bagi calon guru dalam menyajikan pelajaran didalam kelas, biasakan bergerak
bebas tidak kikuk atau kaku dan hindari tingkah laku negatif. Berikut ini ada beberapa yang perlu
diperhatikan:

Biasakan bergerak bebas didalam kelas,


Jangan biasakan menerangkan sambil menulis menghadap kepapan tulis,
Jangan biasakan menerangkan dengan arah pandangan kearah langit, kearah lantai,
ataupun keluar, tetapi arahkan pandangan menjelajahi seluruh kelas,
Bila diinginkan untuk mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan-lahan dari
belakang kearah depan untuk mengetahui tingkah laku murid.
Variasi dalam prubahan posisi guru hendaknya dilakukan secara wajar, maksudnya tidak
berlebihan, karena dilakukan secara berlebihan anak didik bisa menjadi bingung dan dapat
mengganggu proses belajar anak.

Variasi Media dan Bahan Ajaran


Tiap peserta didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun
penglihatan, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang labih enak atau senang membaca,
ada yang lebih senang mendengar dulu baru membaca, dan ada yang sebaliknya. Dengan variasi
penggunaan media adalah Wahana menyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Kelemahan indra yang dimiliki tiap peserta didik misalnya, guru dapat memulai dengan
berbicara terlebih dahulu, kemudisan menulis dipapan tulis, dilanjutkan dengan melihat contohj
konkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus terhadap peserta didik. Yang mana
media mempunyai pranan yang penting dan proses belajar mengajar yang tidak bisa
ditinggalkan, karena media dapat:

1. Menghemat waktu belajar


2. Memudahkan pemahaman
3. Meningkatkan perhatian siswa
4. Meningkatkan aktivitas siswa
5. Mempertinggi daya ingat siswa.

Variasi media pandang


Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajar khusus
untuk komunikasi, seperti buku, majalah globe, peta, majalah dinding, film, film strip, TV, radio,
tape recorder, gambar grafik, model, dokumentasi, dan lain-lain.

Variasi media dengar


Pada umumnya proses belajar mengajar dikelas, suara guru adalah alat utama dalam
berkomunikasi, variasi dalam penggunaan media sangat memerlukan saling bergantian atau
kombinasi dengan media pandang dan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media
dengar yang dapat dipakai untuk itu, diantaranya ialah pembicaraan peserta didik, rekaman bunyi
dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, bahkan rek suara ikan lumba-lumba,
yang semua itu dapat memiliki relevansi dengan pengajaran.

Variasi media taktil


Komponen terakhir dari keterampilan menggunakan variasi media dan bahan ajar adalah
penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada peserta didik dan memanipulasi benda
atau bahan ajar. Dalam hal ini akan melibatkan peserta didik dalam kegiatan menyusun
pembuatan model, yang hasilnya dapat disebut sebagai media taktil.

3. Variasi Pola Interaksi


Yang dimaksud dengan variasi intreaksi adalah frekuensi atau banyak sedikitnya pergantian
aksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa secara tepat. Mengajar bukanlah
menuangkan seperangkat pengetahuan kepada sesuatu yang mati.

Siswa bukanlah kaleng yang kosong melainkan sesuatu yang hidup dan dinamis serta penuh
emosi. Siswa berintraksi terhadap lingkunga tidak hanya secara intelektual tetapi secara
fisik,emosional dan sosial.

Sudah sewajarnya dalam pergaula antara individu didalam kelas akan tercipta bentuk saling
aksi dan mereaksi yang disebut intraksi edukatif.[16] Dalam interaksi edukatif diharapkan semua
yang terbuat di dalamnya berperan aktif sehingga tercipta komunikasi timbal balik antara guru
dengan siswa, dan siswa dengan siswa.

Ada tiga macam interaksi, yaitu:

Interaksi guru-kelompok siswa


Pola ini dalam kegiatan pembelajaran di dominasi oleh guru, sehingga bersifat”teacher
centered” gaya interksi ini misalnya guru berceramah untuk seluruh kelas bukan kepada individu
tertentu. Pola ini juga merupakan pendahuluan bahan pengajaran baru untuk merangsang
perhatian murid. Cara ini dimaksutkan agar murid menyadari betapa terbatasnya pengetahuan
mereka tentang suatu masalah tertentu.

Pembicaraan di kelas ini memberikan manfaat kapada pengajar karena itu dapat menjajaki
sejauh mana murid telah mengetahuai hal yang akan diajarka. Selanjutnya ia dapat menentukan,
dari mana serta sampai berapa dalam ia akan membahas bahan pengajaran yang bersangkutan.

Interaksi guru-siswa
Dalam interksi guru-siswa ini, pertanyaan ataupun penjelasan guru langsung diarahkan
kepada individu siswa tertentu dan interaksi yang terjadi bersifat dua arah. Pola interaksi ini
digunakan jika siswa tertentu telah ditugasi membaca buku di dalam atau di luar jam pelajaran.
Untuk itu guru telah menyiapkan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan isi buku yang
dibaca ini. Guru langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.

Intereaksi siswa-siswa.
Pola ini bersifat “student centered” sesudah memberikan pengarahan, guru melontarkan
masalah keseluruh kelas agar terjadi diskusi antara siswa untuk memecahkan masalah. Bentuk
diskusi yang kecil atau secara berpasangan.
D. KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang diharapkan dapat dicapaisiswa penting diketahui oleh
guru, agar guru dapat merancang/mendesain pengajaransecara tepat dan penuh arti. Setiap belajar
mengajar keberhasilannya diukur daribeberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur
dari segi proses.Artinya seberapa jauh hasil belajar yang dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harusnampak
dalam tujuan pengajaran (tujuan intruksional), sebab tujuan itulah yang akandicapai oleh proses belajar
mengajar.7Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa untuk mencapai tujuanpengajaran
tujuan intruksional, yaitu hasil belajar maka guru harus merancang pengajaran secara tepat penuh arti,
salah satunya memilih pembelajaran yang tepat seperti pembelajaran mengadakan variasi. Sobry
Sutikno menjelskan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu proses usaha perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Dari definisi diatas menunjukkan bahwa hasil belajar ditandai dengan adanya
“perubahan”, yaitu perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan
aktivitas tertentu Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa hasil belajar merupakan
tingkah laku terjadi pada siswa dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini adalah meningkatkan hasil
belajar siswa. . Pengaruh Keterampilan Mengadakan Variasi terhadap Hasil Belajar Siswa

Menurut sebuah teori bahwa keanekaragaman atau dengan istilah lain disebut

variasi sangat pengaruh dalam kehidupan kita, apalagi sangat berpengaruh pada hasil

belajar siswa, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat contohnya, kita

cendrung untuk merasa jenuh apabila menghadapi hal yang itu-itu saja. Disepanjang hari,

mulai matahari terbit sampai terbenam matahari, kegiatan yang dihadapi tetap sama. Hal

ini menyebabkan kita kehilangan semangat, dorongan, dan timbul kekosongan dalam

hidup.Makanan yang dihidangkan dirumah itu-itu terus, secara tidak sadar menjadi biasakita untuk jajan
diwarung. Apabila hal ini sering terjadi, kurang ekonomis, bukan ? “ituitu saja”, yang itu-itu juga”,
disebut rutin.
Dan sekarang kita kaitkan dengan keadaan sekolah, apakah ada kecenderungan

tugas-tugas yang dibebankan kepada anak didik itu-itu saja, dalam hal ini siapa yang rugi

?tentunya anak didik itu sendiri. Keluhan sering kita dengar dari para siswa, dari pihak

siswa sudah merupakan rahasia umum bahwa guru mengajar dengan gaya yang itu-itu

saja alias ceramah melulu, materi yang diberikan “kering gersang”. Tugas utama para

siswa adalah duduk, dengar, catat, dan hafal (DDCH).Dan yang menyedihkan, hal itu

berlangsung dari tahun ketahun. Dapat direnungkan bersama efek bagi peserta didik yaitu

hasil belajar siswa sangat berpengaruh sekali, mengapa dikatakan demikian karena cara

guru guru mengajar yang itu-itu saja, apabila guru mampu mengadakan variasi dalam

proses pembelajaran maka guru itu termaksud terampil dan hasil belajar siswa akan

meningkat tapi sebaliknya jika seorang guru tidak mampu mengadakan variasi dalam

proses pembelajaran maka guru tersebut tidak terampil dan hasil belajar siswa akan
menurun,maka jelas bahwa mengadakan variasi itu sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa.

E. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

1. Kelebihan

Setiap keterampilan yang digunakan oleh guru tentu memiliki kelebihan-kelebihan sehingga guru
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, adapun kelebihan dari keterampilan mengadakan variasi
diantaranya:

Kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan baik bagi guru maupun bagi peserta didik.
Peserta didik menjadi semangat, penuh perhatian serta ikut berpartisipasi dalakegiatan
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efisien.

2. Kekurangan

Selain memiliki kelebihan keterampilan mengadakan variasi tentunya juga memiliki berbagai
kekurangan-kekurangan. Kekurangan ini sering terjadi karena guru yang kurang terampil atau kurang
mampu menerapkan keterampilan mengadakan variasi, sehingga muncullah permasalahan-
permasalahan diantaranya:

Apabila guru salah atau keliru dalam mengadakan variasi yang dilakukannya, maka peserta didik
juga akan salah penafsirannya dari pesan yang ingin disampaikan oleh guru.
Apabila guru berlebih-lebihan dalam mengadakan variasi, maka pelajaran akan tergangu dan tujuan
pembelajaran pun tidak dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Tidak semua siswa dapat menerima variasi yang diberikan oleh guru, sehingga kadang siswa malah
binggung dengan adanya variasi.[16]

Anda mungkin juga menyukai