Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Guru professional adalah guru yang ahli dalam bidangnya, ahli dan terampil
dalam menyampaikan bidang ilmunya kepada peserta didik. Selain itu guru
professional harus memiliki kepribadian yang dapat diteladani oleh masyarakat
lingkungan sekolah dan lingkungan luar sekolah. Guru professional juga harus
dapat hidup bermasyarakat dengan atasan, teman sejawat, peserta didik, dan
masyarakat.
Sebagai seorang professional, guru harus mampu membuat professional
judgement yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru
juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran pembelajaransecara terus
menerus agar prestasi peserta didik optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru
dituntut memiliki kemampuan melakukan penelitian sederhana dalam rangka
meningkatkan kualitas professional guru. Penelitian sederhana tersebut dinamakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas sangatlah penting dan memiliki peran yang sangat
strategis dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum, profesi, program
sekolah, perencanaan, dan kebijakan sekolah. Karena pentingnya penelitian
tersebut, maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Penelitian Tindakan Kelas ?
2. Bagaimana tujuan Penelitian Tindakan Kelas ?
3. Bagaimana manfaat Penelitian Tindakan Kelas ?
4. Bagaimana prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ?
5. Bagaimana karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ?
6. Bagaimana tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas ?
7. Bagaimana cara pelaporan Penelitian Tindakan Kelas ?
1.3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Penelitian Tindakan Kelas.
2. Untuk mengetahui tujuan Penelitian Tindakan Kelas.

1
3. Untuk mengetahui manfaat Penelitian Tindakan Kelas.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas.
5. Untuk mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas.
6. Untuk mengetahui tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas.
7. Untuk mengetahui cara pelaporan Penelitian Tindakan Kelas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Pengertian Penelitian tindakan kelas atau yang populer disebut PTK berasal
dari istilah classroom action research (CAR). Gagasan ini pertama kali
dipopulerkan oleh Lawrence Sten-house, yang selanjutnya didukung oleh John
Elliot (Hopkins, 1992), khususnya mengisi pada konsep refleksi dalam pengelolaan
pembelajaran untuk melihat mana yang sudah berhasil dan mana yang belum.
Sementara ide penelitian tindakan sendiri dikembangkan oleh Kurt Lewin sebagai
metode intervensi peneliti ke dalam masalah-masalah sosial maupun pendidikan.
Dari ide dasar tersebut lahirlah konsep baru dalam bidang penelitian yang disebut
penelitian tindakan (action research). Dalam konteks proses pembelajaran konsep
ini menjelma menjadi penelitian tindakan kelas (classroom action research).1
Menurut Suharsimi (2002) penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan
paparan gabungan definisi dari tiga kata ”penelitian, tindakan, dan kelas”.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi
peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas
diberbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian siklus
kegiatan. Sementara itu, kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu dan
tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru yang sama.2
Menurut Elliot (1982) bahwa PTK adalah penelitian tentang situasi sosial
dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Seluruh
prosesnya mencakup; telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
dan pengaruh yang menciptakan hubungan antara evaluasi diri dengan
perkembangan profesional.

1
Zaenal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan(Filosofi, Teori, &Aplikasinya) , (Surabaya: Lentera
Cendekia, 2009),hal.141
2
Amir F. Hidayat, Modul Penelitian Tindakan kelas,(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2013),hal.5

3
Sanjaya menyatakan bahwa PTK adalah proses pengkajian masalah
pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut.3
Pendapat lain, Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK adalah
suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam
situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan praktik sosial. 4 Sekaitan dengan
itu, Carr dan Kemmis menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri
yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah) dalam situasi
sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari:
(a) praktik-parktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian
mengenai praktik-praktik tersebut, (c) situasi-situasi (lembaga-lembaga) tempat
praktik-praktik tersebut dilaksanakan.5
Menurut Hopkins (1992) PTK adalah penelitian yang dirancang untuk
membantu guru mengetahui apa yang sedang terjadi di dalam kelasnya, dan
menggunkaan informasi itu untuk membuat keputusan yang tepat untuk
kesempatan berikutnya.6
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja, kualitas proses pembelajaran
di kelas, dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Makna kelas dalam PTK adalah sekelompok peserta didik (siswa) yang sedang
belajar yang tidak hanya terbatas di dalam ruangan tertutup saja, tetapi dapat juga
ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktik di laboratorium, bengkel, di
rumah, atau di tempat lain, atau ketika siswa sedang mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru. Dengan demikian, komponen dalam suatu kelas yang dapat
dikaji melalui PTK adalah:7

3
Ibid,hal.25-26
4
Amir F. Hidayat, Modul Penelitian Tindakan kelas,(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2013),hal.6
5
Ibid
6
Zaenal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan(Filosofi, Teori, &Aplikasinya), (Surabaya: Lentera
Cendekia, 2009),hal.141
7
Amir F. Hidayat, Modul Penelitian Tindakan kelas,(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2013),hal.7

4
a. Siswa, dapat dicermati objeknya ketika siswa yang bersangkutan sedang asyik
mengikuti proses pembelajaran di kelas/lapangan/laboratorium atau bengkel,
maupun ketika siswa sedang asyik mengerjakan tugas rumah di malam hari,
atau ketika mereka sedang mengikuti kerja bakti di luar sekolah.
b. Guru, dapat dicermati ketika yang bersangkutan sedang mengajar di kelas,
sedang membimbing siswa yang sedang berdarmawisata, atau ketika guru
sedang mengadakan kunjungan ke rumah siswa.
c. Materi pelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang mengajar atau sebagai
bahan yang ditugaskan kepada siswa.
d. Peralatan atau sarana pembelajaran, dapat dicermati ketika guru sedang
mengajar dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran, yang dicermati
dapat guru, siswa, atau keduanya.
e. Hasil pembelajaran, merupakan produk yang harus ditingkatkan dan terkait
dengan proses pembelajaran, sarana pembelajaran, guru, atau siswa itu sendiri.
f. Pengelolaan, merupakan kegiatan yang sedang diterapkan dan dapat diatur/
direkayasa dalam bentuk tindakan. Misalnya yang dapat digolongkan kegiatan
pengelolaan adalah cara mengelompokkan siswa, pengaturan tempat duduk,
cara guru memberikan tugas, penataan peralatan pembelajaran, dan sebagainya.

2.2 Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya
permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi
pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik
terhadap proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi sesuatu
program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalahan tersebut,
yang besar kemungkian masih tergambarkan secara kabur, guru kemudian
menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam kalau perlu dengan
mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan atau melakukan
kajian pustaka yang relevan.

5
Kunandar (2008), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru”, menyatakan bahwa tujuan dari PTK adalah
sebagai berikut: 8
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang
dipahami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang
belajar, meningkatkan profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya
akademik dikalangan guru.
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus
mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan
proses pembelajaran.
4. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran
dirinya.
5. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di
kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa.
7. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
8. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan
proses pembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil
pendidikan juga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber
daya yang terintegrasi di dalamnya.9

2.3 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Ada tiga komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu
siswa/pembelajaran, guru dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima
manfaat dari PTK.

8
Totok Sukardiyono, Penelitian Tindakan kelas, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2015),hal.6
9
Amir F. Hidayat, Modul Penelitian Tindakan kelas,(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2013),hal.9-11

6
1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses
pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat
dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan
berlarut-larut. Jika kelasalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka
pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik dan hasil belajar siswa
diharapkan akan meningkat. Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik
antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat
terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.
2. Manfaat bagi guru
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui
suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.
Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru,
karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui
proses pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan
kinerjanya secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi
diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal
ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang sudah merasa puas
terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti
dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif
c. Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya
menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri
berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga
diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran
d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu
merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya
sendiri dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan,
kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan dan

7
mengembangkan alternative masalah/kelemahan yang ada pada dirinya
dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki
kepercayaan diri yang kuat.
3. Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan
perubahan atau perbaikan kinerjanya secara professional, maka sekolah
tersebut akan berkembang pesat. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya
tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan
PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam
melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang
besar, karena meningkatkan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas
pendidikan di sekolah tersebut.

2.4 Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas, perlu dipahami prinsip-prinsip
yang berlaku dalaman tindakan kelas. Prinsip-prinsip ini mengacu pada konsep
dasar PTK sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.
Adapun prinsip-prinsip yang melandasi PTK tersebut adalah sebagai berikut:10
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitin tindakan kelas dilakukan guru tanpa mengubah situasi
pembelajaran rutin. Intervensi atau tindakan uru bersifat melengkapi dan
realitas sesuai dengan kondisi kelas. Ini bukan berarti guru dilarang
menggunakan tindakan yang mengubah suasana belajar rutin menjadi suasana
belajar yang baru. Yang dimaksudkan di sini adalah, jangan sampai terjadi
guru memanipulasi kondisi atau suasana belajar di kelas dengan berbagai
metode atau strategi mengajarnya, tetapi penelitian ini tidak dapat bertahan
dalam situasi aslinya. Dengan demikian tindakan yang dilakukan harus dalam
batas-batas kewajaran. Penelitian tindakan kelas tidak perlu menambah jam
pelajaran, dan tidak perlu mengubah jadwal yang sudah ada.
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

10
Zaenal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan(Filosofi, Teori, &Aplikasinya) , (Surabaya: Lentera
Cendekia, 2009),hal.142-145

8
Penelitian tindakan kelas didasarkan atas filosofi bahwa setiap manusia
pada prinsipnya tidak menyukai hal-hal yang bersifat statis, tetapi selalu
menginginkan sesuatu dinamis atau lebih baik. Peningkatan untuk mencapai
sesuatu yang lebih baik inidilakuakn terus menerus hingga tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai. PTK seharusnya dilakukan bukan karen ada paksaan
atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus ada dasar keikhlasan dan senang
hati. Guru melakukan PTK karena menyadari kekurangan yang dimiliknya
pada kinerja yang dilakukan, dan ia ingin melakukan perbaikan. Dengan
demikian PTK haruslah bersifat dinamis. Guru selalu berupaya mengadakan
perubahan. PTK tidak menekankan topik atau materinya, tetapi lebih
menekankan pada metode, strategi atau teknik penyejiannya melalui sebuah
kegiatan uji coba atau kegiatan eksperimen.
Berbeda dengan eksperimen biasa, karena eksperimen biasa menggunakan
kelompok kontrol, sedangkan penelitian tindakan tidak demikian. Dalam
penelitian tindakan ini, cara tersebut dicoba berulang-ulang sampai
memperoleh informasi yang mantap tentang pelaksanaan metode atau cara itu.
Dengan sifatnya yang berulang-ulang dan terus menerus itulah, maka
penelitian tindakan dapat disebut sebagai penelitian eksperimen
berkesinambungan.
3. SWOT sebagai dasar berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisi SWOT, terdiri
atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness (kelemahan), O-
Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat hal tersebt dilihat dari
sudut guruyang melakukan maupun siswa yang dikenai tindakan. Dengan
berpijak pada hal tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya
apabila ada kesejalanan antara kondisi yang ada pada guru dan juga pada
siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis tindakann yang
akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.
Kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness)yang ada pada diri peneliti
dan subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi
yang lain. Dua unsur yang lain, yaitu kesmpatan (Opportunity) dan ancaman
(Threat), diidentifikasi dari yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di

9
luar diri siswa atau subjek yang dikenai tindakan. Dalam memilih sebuah
tindakan yang akan dicoba, peneliti harus mempertimbangkan apakah ada
sesuatu di luar diri dan subjek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga
sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan subjeknya sehingga dapat
mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian
tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengundang
resiko.
4. Upaya empiris dan sistematik
PTK harus merupakan suatu upaya yang bersifat empiris. Prinsip ini
sebagai implikasi dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya analisis
SWOT, jika guru melakukan penelitian tindakan, berarti ia sudah mengikuti
prinsip empiris (terkait dengan pengelamannya) dan sistematik. Sistematik
berarti berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang
terlibat dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem,
yang keterlaksaannya didukung oleh unsur-unsur yang saling berkaitan. Jika
guru mengupayakan cara mengajar baru, harus juga memikiran sarana
pendukung yang berbeda, megubah jdwal pelajaran, dan hal-hal lain yang
terkait dengan cara baru yang diusulkan tersebut.
5. Mengacu prisip SMART dlam perencanaan
Sebelum menyusun rencana tindakan, guru harus memperhatikan hal-hal
yang harus dipenuhi dalam menyusun tindakan. Beberapa hal tersebut adalah
sebagai berikut.
a. S-Specific (khusus)
Tindakan harus khusus (spesifik), atau tidak terlalu luas. Sebagai
contoh, melakukan penelitian untuk pelajaran bahas (Indonesia, Inggris
atau yang lain). Tetapi hanya satu aspek saja, misalnya aspek berbicara,
aspek membaca, aspek mendengarkan atau aspek menulis. Dengan
demikian, alngkah dan hasilnya dapat jelas karena spesifik. Tetapi khusu
di sini bukan hanya dilihat dari kompetensinya, tetapi juga dilihat dari
tindakannya, seperti penerapan metode mengajar terten, penggunaan alat
peraga atau media tertentu dalam mengajarkan geometri dan sebagainya.
b. M-Managable (dapat dikelola)

10
Mudah dilakukan tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dlam
mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi dan kesulitan bentuk
lain. Atau dengan kata lain tindakan harus sudah dilaksanakan.
c. A-Acceptable (dapat diterima)
Tindakan harus dapat diteima lingkungan, dan subjek yang diteliti.
Tindakan tidak diperkenankanmengandung unsur yang merugikan peserta
didik atau lingkunagn lainnya.
d. A-Achievable (dapat dicapai)
Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan. Artinya siswa tidak
mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak
terganggu karenanya.
e. R-Realistic (operasional, dan dalam jangkauan)
Tidak boleh menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi
dirinya dan subjek yang dikenai tindakan.
f. T-Time Bound (Terikat oleh waktu)
Tindakan harus tertentu jangka waktunya. Dalam arti lamanya terbatas
dan harus segera dapat dilihat hasilnya. Batasan waktu ini diperlukan agar
guru segera mengetahui hasil tindakannya. Jika perlu pengulangan,
rencana pelaksanaannya sudah jelas. Sebagai contoh, sebuah penelitian
tindakan dapat direncanakan dalam waktu satu bulan, dua bulan atau satu
semester.

2.5 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Selain prinsip-prinsip sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, PTK
harus memiliki karateristik sebagai berikut:11
a. Masalah yang diteliti harus cemerlang
Penelitian tindakan harus dapat menunjukkan karakteristik bahwa tindakan
yang dilakukan untuk atau kepada siswa sebagai subjek tindakan harus berbeda
dari apa yang sudah biasa dilakukan guru. Sesuai dengan prinsip kedua, bahwa
harus ada kesadaran dan keinginan untuk meningkatkan kualitas diri, apa yang

11
Zaenal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan(Filosofi, Teori, &Aplikasinya) , (Surabaya: Lentera
Cendekia, 2009),hal.145-147

11
sudah ada, tindakan yang dilakukan harus berbeda dari biasanya. Guru dalam
melakukan tindakan harus memilih masalah dan tindakan yang diperkirakan
akan dapat memberikan hasil yang lebih baik. Jika guru menggunakan metode
inkuiri dalam pembelajaran, harus jelas diterangkan apa pierbedaan inkuiri yang
dilakukan dalam penelian tindakan ini dengan metode yang sudah umum
dilakukan guru dalam mengajar.
Contoh: Guru memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan siswa untuk
dikumpulkan, maka dalam metode inkuiri guru bukan hanya memberikan tugas-
tugas tetapi juga memberikan instruksi kepada siswa untuk melakukan suatu
aktivitas yang relevan kemudian guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing atau mengarah pada pengetahuan yang akan dibangun oleh siswa.
Dengan demikian dalam rancangan harus ada uraian tentang
keunggulan/kecemerlangan tindakan yang dilakukan dibanding dengan yang
dilakukan sebelumnya.
b. Berpusat pada proses
Penelitian tindakan adalah kegiatan yang dilakuakn guru atau peneliti untuk
memperbaiki atau meningkatkan kinerja atau hasil belajar dengan mengubah
cara, metode, pendekatan atau strategi dari yang biasa dilakukan. Cara, metode,
pendekatan atau strategi tersebut berupa proses yang yang harus diamati secara
cermat dilihat kelancarannya, kesesuaiannya dan penyimpangannya dari
rencana, kesulitan maupun hambatan yang dijumpai, dan aspek lain yang
berkaitan dengan proses. Seberapa baik dan efektif proses ini dalam memenuhi
harapan, lalu dikaitkan dengan hasil setelah satu atau dua kali tindakan berakhir.
Dalam melakukan penelitian jenis ini, peneliti tidak harus selalu berpikir dan
mengejar hasil, tetapi juga mengamati proses yang terjadi. Hasil yang diperoleh
merupakan dampak dari prosesnya.
Agar guru dapat mengetahui apakah proses yang terjadi sudah baik atau
belum, guru menggunakan format pengamatan yang terdiri dari butir-butir yang
rinci. Pengamatan bisa langsung dilakukan oleh pengamat, guru itu sendiri, atau
siswa yang dilatih untuk mengamati. Peran serta siswa dalam pengamatan proses
ini cukup penting karena selain itu dapat melihat apa yang terjadi pada
temannya, yaitu yang terjadi di luar dirinya, juga dapat memikirkan dirinya

12
sendiri apabila sedang dikenai tindakan seperti itu. Tatapi, pada umumnya yang
terjadi adalah guru hanya meminta siswa lain memperhatikan, tetapi tidak
menggunakan format. Pengomatan tanpa format, mungkin terkesan dilakukan
dengan tidak seirus, tidak cermat.
c. Adanya inkuiri reflektif
Sesuai dengan konsep dasaranya bahwa PTK muncul dari evaluasi terhadap
praktik kerja sehari-hari, maka jenis penelitian ini memiliki ciri adanya inkuiri
reflektif. PTK dikatakan memiliki ciri inkuiri reflektif, karena dengan tindakan
yang dilakuakan, kemudian dilakukan pengamatan, serta refleksi diharapkan
guru dapat menemukan sesuatu secara bertahap tetapi terencana dan menuju
pada suatu arah tujuan tertentu (terfokus).
d. Adanya kolaborasi
Sesuai dengan konsep dasarnya, dalam PTK selain guru harus
merencanakan dan melaksanakan tindakan secara bersamaan guru juga harus
melakukan pengamatan. Dua kegiatan ini sangat sulit untuk dilakukan secara
bersamaan. Dengan demikian sangat dibutuhkan mitra yang dapat membantu
guru dalam melaksanakan PTK. Pihak yang dijadikan sebagaimitra ini dapat
diambilkan dari tenaga guru (teman peneliti), staf tata usaha (TU), atau pihak
lain yang bersedia dan mampu melakukannya. Upaya melibatkan teman atau
mitra untuk mendukung pelaksanaan PTK ini dikenal dengan istilah kolaborasi.
e. Adanya refleksi
Sesuai ide dasarnya, PTK tidak dapat terlepas dari kegiatan refleksi. Karena
tindakan yang direncanakan dan dilaksanakan pada dasarnya adalah upaya
mencapai sesuatu yang diharapkan (ideal), maka upaya ini perlu dilihat tigkat
keberhasilannya maupun kualitas proses yang dijalankan.

Menurut Winter dalam (Sunader,2008) ada enam karakteristik PTK, yaitu:

1. Kritik Refleksi

13
Adanya upaya refleksi terhadap hasil obeservasi mengenai latar dan kegiatan
suatu aksi. Refleksi dilakukan sebagai upaya evaluasi dan kritik terhadap
perubahan-perubahan.
2. Kritik Dialektis
Kritik yang dilakukan terhadap fenomena yang ditelitinya dengan melakukan
pemeriksaan terhadap konteks hubungan secara menyeluruh dan struktur
kontradiksi internal yang memungkinkan adanya perubahan.
3. Kolaboratif
Adanya suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti kepala sekolah,
kolega guru, dan apakar sebagai sumber data atau narasumber.
4. Resiko
Resiko berubahnya hipotesa, proses dan hasil PTK karena diskusi dialektik dan
pertentangan para kolaborator selama proses penelitian. Resiko dari PTK
diharapkan tetap menuju pada perbaikan.
5. Susunan jamak
Dalam melakukan PTK peneliti bukan berdiri tunggal, namun berada dalam
situasi berjamaah. PTK memiliki struktur jamak karena penelitian ini bersifat
dialektis, reflektis, partisipasi atau kolaboratif. Fenomena yang diteliti bersifat
komprehensif, contohnya proses belajar mengajar, situasi dan kondisinya
meliputi guru, siswa, tujuan, interaksi pembelajaran, hasil dan sabagainya.
6. Internasional teori dan praktik
Menyatunya antara teori dan praktik yang saling mendukung dan bergantung
untuk transformasi dan perubahan. Kajian teori diperuntukan membangun
teori.

2.6 Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Empat tahap dalam penelitian tindakan diusulkan oleh Lewin yaitu,
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi seperti berikut ini.
a. Tahap 1 : Menyusun Rencana Tindakan (Planning).
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian
tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak

14
yang melakukan tindakan dna pihak yang mengamati proses jalannya tindakan.
Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini dikatakan ideal
karena adanya upaya yang mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta
mutu kecermatan amatan yang dilakukan. Dengan mudah dapat diterima bahwa
pengamtan yang diarahkan pada diri sendiri biasanya kurang teliti dibanding
dengan pengamatan yang dilakukan terhadap hal-hal yang berada diluar diri,
karena adanya unsur subjektivitas yang berpengaruh, yaitu cenderung
mengunggulkan dirinya. Apabila pengamtan dilakukan oleh orang lain,
pengamatannya lebih cermat dan hasilnya akan lebih objektif.
Penelitian tindakan ini dapat dilakukan secara mandiri atau melibatkan
orang lain. Penelitian yang melibatkan orang lain bisa disebut dengan
penelitian kolaborasi. Penelitian kolaborasi ini sangat disarankan kepada guru
yang belum pernah ataumasih jarang melakukan penelitian. Meskipun
dilakukan bersama, karena kelasnya berbeda, dan tentu saja peristiwanya
berbeda. Jika hasilnya dilaporkan sebagai karya tuis ilmiah bentuk laporan
penelitian, masing-masing guru akan mendapat nilai yang sama, yaitu 4,0.
Dalam hal ini guru tidak perlu ragu, takut nilainya dibagi 2 seperti kalau
menulis bersama atau melakukan penelitian kelompok. Dalam penelitian
tindakan, masing-masing berdiri sebagai peneliti meskipun ketika menyusun
rencana dilakukan bersama-sama. Dengan demikian, penelitian tindakan yang
baik adala apabila dapat diusahakan sebagai berikut.
Bentuk lainnya adalah peneliti melakukan pengamatan sendiri terhadap
diri sendiri ketika sedang melakukan tindakan. Apabila menerapkan bentuk
kedua ini, peneliti harus mampu melakukan apa ynag disebut mawas diri, yaitu
mengeluarkan jiwa dari badan sementara, untuk mengamati secara objektif apa
yang sedang terjadi pada dirinya.
Pada tahap menyusun rancangan, peneliti menentukan titik atau fokus
peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus, selanjutnya membuat
instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta atau fenomena
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Jika yang digunakan dalam
penelitian ini bentuk terpisah maka peneliti dan pelaksana harus melakukan
kesepakatan antara keduanya. Karena pelaksana harus melakukan kesepakatan

15
antara keduanya. Karena pelaksananya guru, adalah pihak yang paling
berkepentingan untuk meningkatkan kinerja maka pemilihan strategi
pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentingan guru, agar
pelaksanaan tidakan dapat terjadi secara wajar, relistis, dan dapat dikelola
sesuai kemampuannya.
Contoh penyusunan rencana untuk masing-masing tahap PTK adalah
sebagai berikut:
Rencana Tindakan
Tidak sedikit guru yang sudah mengikuti pelatihan Penelitian Tindakan
Kelas(PTK), tetapi masih bingung taua canggung untuk menyususn proposal
atau rencana tindakan maupun proposal penelitian. Oleh karena itu, perlu ada
contoh konkret, dengan permasalahan yang realitis tentang bagaimana
menyusun sebuah rencana penelitian tindakan. Kita akan mulai dengan
mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan objek pnelitian tindakan.
Marilah kita ambil stau contoh mata pelajaran matematika di SD.
Apabila kita cermati proses pembelajaran, hal yang terasa kurang sekali
pada saat ini adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah hitungan
pecahan. Sejak lahirnya matematika modern dengan teori himpunan,
penyelesaian masalah hitungan dilakukan dengan hukum: komutatif, asosiatif,
dan distributif. Masalah hafalan dilarang keras karena dianggap cara yang
mekanistis (siswa dianggap sebagai mesin hitung). Akhirnya guru harus
mencari ide atau gagasan yang dapat membantu siswa terampil dalam
perhitungan dengan penguasaan terhadap konsep operasi secara benar termasuk
prosedur pengoperasiannya.
Andaikan guru kelas 3 ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam
operasi hitung pecahan tersebut melalui penelitian tindakan kelas, guru
membuat model penelitian, yaitu membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan dengan menghadirkan situasi nyata dikelas. Cara ini sekarang
dikenal dnegan istilah pembelajaran matematika realistik. Dengan cara ini
diharapkan siswa memahami konsep pecahan dan operasi hitung secara benar
dan bermakna dari dunia nyata.

16
Karena PTK merupakan kegiatan ilmiah maka sebelum memulai
kegiatan guru mecari dukungan teorinya. Alur penalarannya adalah bahwa
dengan pembelajaran yang menghadirkan situasi nyata siswa dengan mudah
memahami konsep matematika maupun prosedur operasinya dengan
mengkaitkan pengalaman sehari-harinya.
1. Rencana untuk tahap 1
Hal-hal yang perlu direncanakan antar lain (a) perkalian bilangan
pecahan beberapa saja yang akan dioperasikan berturut-turut dalam urutan
pertemuan, (b) bagaimana cara atau prosedur perkaliannya, (c) beberapa
macam kartu yang diperlakukan, (d) siapa yang akan tampil dalam praktek
fragmen “bagi-bagi buah segar” di kelas, (e) siapa yang akan membawa
buah-buahan, pisau maupun sebagai tempatnya, (f) berapa lama waktu
yang diperlakukan, (g) bagaimana guru mengarahkan siswa untuk
mengkaitkan kegiatan bagi-bagi buah segar dengan pengetahuan
mtematika terkait dnegan prosedur melakukan operasi perkalian pecahan,
(h) benda-benda nyata apa saja yang diperlakukan, (i) LKSnya dalam
bentuk seperti apa, dan sebagainya.
Guru bersama siswa merencanakan kati-kartu yang berisi perkalian
tanpa hasil, misalnya ½ x ¼ = ..., ¾ x ½ =..., dan seterusnya. Kartu-kartu
ini sifatnya hanya membantu dan melengkapi lembar kerja yang telah
disiapkan guru. Sedangkan media utamanya adalah benda-benda nyata
yang dapat dipraktikan dalam perhitungan perkalian pecahan.
2. Rencana Untuk Tahap 2
Guru bersama-sama dengan siswa mebicarakan prosedur formal yang
seharusnya dilakukan dan ingat-ingat siswa ketika harus melakukan
operasi hitung pecahan. Perencanaan yang dilakukan adalah (a) berapa
lama kegiatan berlangsung, (b) siapa yang menjadi pemberi buah-buahan
dan siapa yang menjadi orang-orang yang diberi buah, siapa yang bertugas
mencatat atau mengisi lembar kerja, siapa yang mempersiapkan tempat
buah maupun pisau dapur, (c) aksi bagi-bagi buah segar ini akan
disaksikan oleh teman-teman sekelas lainnya, agar dapat melaporkan
fragmen (drama singkat) dengan judul “bagi-bagi buah segar” tersebut, (d)

17
bagaimana guru memanfaatkan model belajar ini untuk memberikan arah
bagi siswa dalam memahami perkalian pecahan, (e) proses memahami
operasi perkalian pecahan ketika melakukan “aksi: bagi-bagi buah”
berlangsung harus diarahkan pada pemahaman terhadap prosedur formal
tentang perhitungan perkalian pecahan.
3. Rencana Untuk Tahap 3
Guru menyiapakan alat untuk melakukan pengamatan diri, yaitu
mencatat hal-hal yang mungkin terjadi ketika tindakan berlangsung. Letak
titik-titik krusial dalam pelaksanaan tindakan anatara lain: (a) semangat
siswa ketika menjalankan fragmen atau aksi, (b) kelancaran kegiatan
realistik tersebut, (c) kesesuaian dengan arahan atau skenario yang telah
ditetapkan, (d)mengidentifikasi tingkat pemahaman prosedur, (e)
mengidentifikais berbagai tipe kesalahan yang mungkin dilakukan siswa
ketika mengkaitkan aktivitas bagi-bagi buah dengan prosedur formal
perkalian pecahan, (f) tanggapan siswa ketika terlibat dalam kegiatan
mengoperasikan pecahan secara formal (matematisasi vertikal). Agar
proses pengamatan hasilnya dapat berlangsung lancar, guru perlu
menyiapkan lembar atau format pengamatan, misalnya sebagai berikut.
Contoh format pengamatan proses;
No Hal-Hal Yang Diamati Baik Cukup Kurang
1 Perhatian siswa ketika menerima ... ... ...
perintah
2 Pengisian lembar kerja kelompok ... ... ...
3 Kesungguhan menjalankan peran ... ... ...
4 Kesungguhan melakukan ... ... ...
pengamatan
5 Kemampuan mengkaitkan ... ... ...
peristiwa relistik dengan cara
perkalian pecahan
6 Tingakt pemahaman perkalian ... ... ...
pecahan
7 Tingkat kesalahan siswa ... ... ...

18
8 Tanggapan siswa ... ... ...
9 Situasi pembelajaram ... ... ...
10 Pengecekan oleh guru ... ... ...

4. Rencana Untuk Tahap 4


Guru memikirkan rencana ketika sudah sampai saat refleksi, meliputi,
(a) waktu dilaksanakan refleksi, (b) cara atau metode yang digunakan
untuk melakukan refleksi, (c) pihak-pihak yang dilibatkan atau yang
diharapkan datang, (d) bagaimana proses refleksi akan terjadi, (e) siapa
pencatat hasil-hasil refleksi, dan sebagainya.
Apabila perencanaan sudah dibuat, langakah berikutnya adalah guru
memaksa apakah semua pelaksananaan dalam tahap berikutnya sudah
selesai dengan apa yang diperoleh, apakah manfaat adapat digunakan
sebagai acuan penyempurnaan siklus berikutnya.
Permasalahan lain yang patut dilihat dalam bentuk penelitian tindakan
kelas adalah pembudayaan sikap tanggap siswa terhadap apa yang ada
dilingkungan sekitarnya untuk meningkatkan ketrampilan kehidupan (life
skill). Penyegaran lingkungan dengan memberbudayakan siswa membuang
sampah pada tempatnya atau menanam pohon apa saja yang dapat
mendukung program pengijauan sekolah perlu diperhatikan
b. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting).
Tahap ke-2 dalam penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan. Langkah
ini merupakan implementasi atau penerapan isi rencana yang telah dibuat, yaitu
memberlakukan tindakan kelas. Hal yng perlu diingat adalah bahwa tahap ke-2
pelaksanaan (guru) harus berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rencana tindakan yang akan dibuat (over acting). Dalam refleksi, keterkaitan
anatara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara cermat dan
teliti terjadi sinkronisasi dengan maksud atau tujuan dilakukan PTK.
Ketika engajukan laporan hasil penelitiannya, peneliti tidak melaporkan
pelaksanaan. Oleh karen itu, bentuk dan isi laporannya harus sudah lengkap
menggambarkan semua kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan sampai
penyelesaiannya. Tidak sedikit karya tulis yang diajuakan oleh guru gagal

19
dalam penelitian atau tidak diterima oleh tim penilai karena isi laporannya
tidak lengkap. Biasanya penulis merasa sudah menjelaskan tahapan metode
yang dilaksanakan dalam tindakan, pedahal baru disajiakan pada kajian
pustaka, belum dijelaskan secara terperinci bagaimana keterlaksanaan tindakan
yang telah direncanakan.
c. Tahap 3 : Pengamatan (Observing).
Istilah pengamatan dalam tahap-tahap PTK tidak bisa disamakan dengan
istilah pengamatan pada penelitian secara umum. Jika pengamatan pada
penelitian secara umum dilakukan pada saat penelitian, pada PTK tahap
pengamatan ini sudah mencakup juga pengukuran hasil tindakan. Jika suatu
tindakan direncankan untuk memperbaiki prestasibelajar siswa, maka pada
tahap observasi ini, sebenarnya guru tidak hanya mengamati maupun
menggunakan instrumen tes. Sesuai dengan pengertiannya pengamatan
dilakukan ketika terjadinya atau dilaksanakannya tindakan. Karena tindakan
dan pelaksanaan kedua berlangsung dalam waktu yang sama.
d. Tahap 4 : Refleksi (Reflecting).
Sesuai dengan karakteristiknya, PTK diakhiri dengan kegiatan refleksi.
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Istilah refleksi ini lebih mengacu pada aktivitas perenungan atau
menengok ke belakang, melihat kembali apa yang telah dilakukan dan
bagaimana hasil-hasilnya. Istilah refleksi ini lebih mengacu pada fungsi
evaluasi yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Kegiatan refleksi ini sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan pengamat atau peneliti mitra untuk mendiskusikan
implementasi rancangan tindakan. Inilah ciri khas penelitian tindakan, ketika
guru pengamat tindakan siap mengatakan kepada pelaksana tindakan tentang
hal-hal yang sudah berjalan secara baik dan langkah-langkah yang belum
dijalankan atau pelaksanaannya masih kurang optimal. Dengan kata lain, guru
pelaksana sedang melakukan evaluasi diri melalui bantuan guru pengamat.
Apabila guru pelaksana juga berstatus sebagai pengamat, dalam hal ini
mengamati apa yang ia lakuakan, maka refleksi dilakukan terhadap diri sendiri.
Dengan kata lain, guru tersebut melihat dirinya kembali melakukan “dialog”

20
untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan cukup baik karena sudah
sesuai dengan apa yang direncanakan.
Dalam refleksi ini peneliti dapat mengemukakan beberapa hal sebagai
tindak lanjut dari melihat kembali apa yang sudah dilaksanakan dalam
pelaksanaan tindakan. Beberapa tindak lanjut tersebut adalah melihat apa yang
masih belum berjalan dengan lancar, bagian-bagian mana yang belum bisa
dijalankan sesuai rencana, mengapa hasilnya bisa seperti ini dan sebagainya.
Pada bagian refleksi juga peru diuraikan pemaknaan dari hasil-hasil yang telah
diperoleh atau pemaknaan terhadap proses yang terjadi selalu selama tindakan
berlangsung. Pemaknaan ini akan lebih baik jika dikaitkan dengan teori-teori
yang sudah dibahas dalam kajian teori atau temuan-temuan penelitian
terdahulu yang sudah dikemukakan dalam latar belakang masalah.
Jika PTK dilakukan dalam beberapa siklus, dalam refleksi, peneliti
menyampaikan rencana yang disarankan kepada mitranya apabila dia
menghentikan kegiatannya. Catatan-catatan penting terkait dengan tugas
observasi yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapapun yang akan
melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah komponen
pembentuk sebuah siklus, yaitu suatu putara kegiatan beruntun, yang kembali
kelangkah semula. Satu siklus adalah serangkaian kegiatan yang dimuali dari
tahap penyusunan rencana samapai dengan refleksi atau evaluasi. Apabila
dikaitkan dengan “bentuk tindakan” sebagaimana yang telah diuraikan, yang
dimaksud bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi, bentuk penelitian
tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi selalu harus berupa
rangkaian kegiatan yang akan kembai ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
Pertanyaan yang sering muncul terkait dengan siklus adalah berapa satu
siklus itu berlangsung, dan berapa kali tatap muka atau pertemuan sebaiknya
yang direncanakan dalam satu siklus? Jawaban yang menunjukkan waktu
sangat relatif, tergantung pada kebutuhan, kemampuan, dan situasi kondisi
yang ada. Mungkin materi yang diajarkan hanya satu pokok bahasan, tetapi
cukup luas sehingga memerlukan waktu beberapa kali pertemuan. Sebaliknya
jika satu pokok bahasan tersebut ruang lingkupnya tidak terlalu luas, maka

21
tidak memerlukan tatap muka yang terlalu banyak. Refleksi dapat dilakukan
apabila peneliti merasa sudah mantap mendapat pengalaman, dalam arti sudah
memperoleh informasi yang perlu untuk memperbaiki cara yang telah dicoba.
Mungkin saja peneliti memutuskan untuk mengadakan pertemuan 3-5 kali
sehingga siswa sudah dapat merasakan proses dan hasilnya, demikian pula
pengamat sudah memperoleh informasi yang dirasakan cukup dan mantap
sebagai masukan yang berarti untuk mengadakan perbaikan pada siklus
berikutnya.
Jiak telah diketahui faktor-faktor keberhasilan dan kekurangan atau
hambatan dari tindakan yang telah dilakukan dalam satu siklus, peneliti
menentukan rencana untuk siklus kedua, demikian seterusnya. Dengan refleksi
peneliti juga akan mendapat petunjuk, apakah ia atau mereka memutuskan
akan mengulangi tindakan sebelumnya, jika belum berhasil, mengulang untuk
meyakinkan kebenaran hasilnya bagi tindakan yng telah berhasil, atau sudah
saatnya merumus atau merencanakan tindakan kedua sebagai upaya
memperbaiki proses tindakan sebelumnya.

2.7 Cara Pelaporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Laporan merupakan istilah yang sangat lazim dipakai dalam kehidupan sehari-
hari oleh berbagai kalangan. Oleh karena itu, setiap orang pasti sudah sangat akrab
dengan istilah ini. Sebagai guru, juga sudah sering membuat laporan. Misalnya laporan
kemajuan peserta didik yang dikirim kepada orang tuaatau disampaikan dalam rapat
guru. dari segi etimologis, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, laporan berasal dari
kata lapor yang berarti segala sesuatu yang dilaporkan; sedangkan laporan penelitian
dimaknai sebagai laporan berdasarkan penelitian terhadap suatu gejala. Beranjak dari
pengertian tersebut, maka laporan penelitian tindakan kelas dimaknai sebagai laporan
yang disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap suatu

22
gejala, dalam hal ini perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di kelasnya
sendiri.12

2. Manfaat Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Pada hakikatnya, laporan penelitian merupakan dokumentasi dari penelitian


yang dilakukan. Dalam penelitian formal, laporan merupakan suatu persyaratan yang
harus dipenuhi oleh penelitim lebih-lebih jika penelitian tersebut dilakukan berdasarkan
misi tertentu atau pesanan dari suatu lembaga. Misalnya saja skripsi, tesis, atau disertai
adalah laporan yang merupakan persyaratan yang harus dipenuhi mahasiswa sebelum
layak untuk menerima gelar sarjana, magister, dan doktor.

Laporan penelitian, termasuk laporan PTK menggambarkan mengapa satu


penelitian dilakukan, apa landasan teorinya, bagaimana cara melakukannya, dan
bagaiman hasilnya. Sehubungan dengan itu, laporan penelitian akan mengungkap
banyak hal tentang masalah yang diteliti. Andaikata laporan ini tidak ada maka orang
lain tidak akan pernah tahu tentang hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, laporan
penelitian merupakan media yang sangat penting untuk mendiseminasikan hasil-hasil
yang diperoleh dari penelitian, sehingga masyarakat luas dapat mengetahuinya dan jika
perlu menindaklanjuti hasil penelitian tersebut.

3. Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas

A. Sistematika Penyusunan Proposal/Usulan Penelitian Tindakan Kelas

Untuk menyusun proposal PTK, peneliti perlu mengikuti sistematika sebagai


berikut :

a. Judul Penelitian

Judul hendaknya ditulis dengan singkat dan spesifik, tetapi cukup jelas menggambarkan
masalah yang akan diteliti dan tindakan untuk mengatasi masalahnya. Dalam judul
PTK, setidaknya mengandung unsur :

- masalah yang akan dipecahkan/diatasi,

12
IGAK Wardhani,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hal 6.4

23
- cara strategi atau model pendekatan apa yang akan digunakan untuk mengatasi
masalahnya, dan

- siapa yang menjadi subjek tindakan.

Contoh judul PTK :

1) Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe Stand


dan Problem secara Variatif untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMAN 9 Malang.
2) Peningkatan Kualitas Pembelajaran Perhitungan Konstruksi Bangunan
Sederhana (PKKBS) melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
pada Siswa Kelas XI A di SMKN 5 Bandung.
b. Pendahuluan
pada bagian pendahuluan setidaknya memuat factor-faktor berikut :
1) Latar belakang masalah
Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pendidikan dan
pembelajaran. Kemukakan secara jelas bahwa masalah yang akan diteliti
merupakan sebuah masalah yang nyata terjadi di sekolah atau bidang pendidikan
sesuai profesi peneliti dengan disertai data faktualnya, dan diagnosis dilakukan
oleh guru atau tenaga kependidikan lainnya di sekolah.
Masalah yang akan diteliti merupakan sebuah masalah penting dan
mendesak untuk dipecahkan, serta dapat dilaksanakan, dilihat dari segi
ketersediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya dalam memperlancar
penelitian tersebut. Setelah diidentifikasi masalah penelitiannya, selanjutnya
perlu dianalisis dan dideskripsikan secara cermat akar penyebab dari masalah
tersebut.
Prosedur yang digunakan dalam identifikasi masalah perlu dikemukakan
secara jelas dan sistematis. Di samping itu, kemukakan perlakuan atau metode
pembelajaran yang biasa digunakan sehingga perlu ada perbaikan.
2) Perumusan dan pemecahan masalah
Rumuskan masalah penelitian dalam bentuk suatu rumusan PTK. Dalam
perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi
batasan penelitian.

24
Setelah diidentifikasi masalah yang akan diteliti, selanjutnya dirumuskan
ke dalam rumusan masalah yang sebaiknya menggunakan kalimat pernyataan
dengan terlihat unsur what, when, who, where, how much, dan how many secara
jelas.
Peneliti diharapkan mencoba menganalisis akar penyebab masalah
dengan mengidentifikasi penyebab, yang kemudian memastikan akar penyebab
masalah yang mendekati kenyataan. Selanjutnya, mengajukan alternatif
pemecahan masalah serta tindakan yang akan dilakukan, dan hasil positif yang
diadaptasi dengan mencoba mengajukan indicator keberhasilan tindakan, dengan
cara pengukuran serta cara mengevaluasinya.
3) Tujuan penelitian
Kemukakan secara singkat tentang tujuan penelitian yang ingin dicapai dengan
berdasarkan pada permasalahn yang dikemukakan pada rumusan masalah.
Tujuan penelitian harus terjawab dalam kesimpulan hasil penelitian. Dalam
menulis tujuan penelitian seharusnya tidak perlu ada tujuan umum dan khusus,
namun kalau harus ada tujuan umum dan khusus itu harus diuraikan dengan jelas
sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya.
4) Manfaat penelitian
Uraikan konstribusi hasil penelitian tentang kualitas pembelajaran sehingga
tampak manfaatnya bagi siswa, guru, maupun komponen pendidikan sekolah
terkait. Kemukakan inovasi yang akan dihasilkan dari penelitian.
c. Kajian Pustaka
Uraikan dengan jelas kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan dan
mendasari usulan rancangan penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan, dan
bahan penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi
permasalahan penelitian digunakan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat
dikemukakan hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan. Pada bagian ini
setidaknya berisi :
1) Teori tentang variabel masalah yang akan diatasi, utamanya yang berkaitan
dengan pengetian tentang variabel tersebut (seperti tentang aktivitas belajar),
faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar, indikator aktif belajar.

25
2) Teori yang berkaitan dengan model/metode/strategi pembelajaran yang
digunakan untuk mengatasi masalahnya. Misalnya, menggunakan model diskusi
partisipatif. Apa pengertian model diskusi partisipatif itu, apa keunggulannya,
bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model itu?
3) Bagaimana keterkaitan antara variabel masalah dengan variabel tindakannya,
bagaimana pola pikir atau pola nalar kita bahwa dengan pembelajaran model
diskusi partisipatif dapat meningkatkan aktivitas belajar.
4) Mungkin pada bagian akhir kajian teori akan dimunculkan kesimpulan
sementara atau hipotesis.
d. Metodologi Penelitian
Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan. Kemukakan
objek, waktu, dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas. Prosedur
hendaknya dirinci berupa perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/pengamatn,
evaluasi-refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus.
Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian dengan menguraikan indikator
keberhasilan yang dicapai dalam setiap siklus sebelum pindah ke siklus berikutnya.
Jumlah siklus diusahakan lebih dari satu siklus, namun harus tetap memperhatikan
jadwal kegiatan belajar di sekolah. dalam rencana pelaksanaan tindakan pada setiap
tahapan hendaknya digambarkan peranan dan intensitas kegiatan masing-masing
anggota peneliti sehingga tampak jelas singkat dan kualitas kolaborasi dalam
kegiatan tersebut.
e. Jadwal Pelaksanaan
Buatlah jadwal kegiatan penelitian yang meliputi persiapan, perencanaan,
pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dalam bentuk Gant chart.
Jadwal penelitian disusun untuk memeberikan prediksi bagi peneliti sendiri dalam
memprogram persiapan usulan pengembangan profesi.
f. Daftar Pustaka
Disusun daftar pustaka dengan menggunakan pedoman yang berlaku.

26
B. Sistematika Laporan Penelitian Tindakan Kelas

Sebuah laporan harus sistematika atau runtut, logis, serta tertata sedemikian rupa
sehingga bagian demi bagian laporan mudah ditemulan dan mudah dipahami. Karena
sebuah laporan penelitian tidak hanya dibaca dan dimanfaatkan oleh si peneliti atau si
pembuat laporan itu sendiri, tetapi juga orang lain. Dengan kata lain, sistematika
laporan adalah penataan isi laporan berdasarkan komponen/bagian-bagian urutan antar
komponen laporan tersebut sehingga membentuk satu keutuhan yang baik.

Pada dasarnya, sistematika sebuah laporan penelitian terdiri dari komponen-komponen


berikut :13

a. Bab I : Pendahuluan, yang menggambarkan latar belakang dilakukannya


penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, landasan teori, dan manfaat
penelitian.
b. Bab II : Tinjauan Pustaka, yang memuat berbagai teori/konsep atau hasil-hasil
penelitian yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
c. Bab III : Metodologi, yang memuat desain penelitian, populasi dan sampel,
teknik dan instrument pengumpulan data, prosedur penelitian, serta analisis data.
d. Bab IV : Temuan dan Pembahasan, yang menyajikan hasil analisis data, temuan
yang didasarkan pada hasil analisis tersebut, serta pembahasan mengapa
hasilnya seperti itu.
e. Bab V : Kesimpulan dan Saran, yang memuat kesimpulan hasil penelitian serta
saran yang dibuat berdasarkan kesimpulan tersebut.

Sistematika Laporan PTK juga tidak jauh berbeda dari sitematika umumnya sebuah
laporan penelitian. Berikut adalah sistematika dalam Laporan PTK .

a. Bagian Pembukaan
1) Halaman judul,
2) Halaman pengesahan,
3) Abstrak (jika diperlukan)

13
Ibid. 6.5

27
Abstrak merupakan kondensasi (pemadatan/sari) dari hasil penelitian,
yang terdiri atas empat unsur pokok, yaitu (a) latar belakang subjek pada
awal/permasalahan penelitian, (b) tujuan penelitian, (c) prosedur
penelitian, dan (d) hasil penelitian. Ditulis dalam satu halaman, satu
spasi, maksimal tiga alinea, ada yang mengharuskan hanya satu alinea,
hal ini sangat tergantung pada sumber data atau ketentuan selingkung
dari penunjang dana atau pemesanan.
Contoh :14
Menumbuhkan Keberanian Mengemukakan Ide Pengerjaan Soal
Optimalisasi Satuan Pembelajaran Matematika melalui Diskusi
Partisipatif pada Siswa Kelas IX SMP 5 Surakarta.

Menurut pengamatan peneliti pada Kelas IX C SMP 3 Surakarta


jumlah siswa yang berani mengemukakan ide pengerjaan soal
Matematika cenderung sedikit (<10%) . Hanya jika dipaksa oleh guru,
siswa baru berani . Fenomena ini merupakan salah satu keprihatinan guru
yang perlu segera dipecahkan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini
adalah peningkatan jumlah siswa yang berani mengemukakan ide
pengajaran soal Matematika.

Upaya pemecahan masalah dilakukan melalui diskusi partisipatif


yang berarti melibatkan semua siswa untuk partisipasi dalam diskusi
kelompoknya. Langkah ini diyakini akan mampu mengatasi masalah
siswa tersebut.

Berikut ini upaya pemecahan masalah dilakukan dengan langkah-


langkah, yaitu (1) Perencanaan tindakan perbaikan (planning), yang
meliputı kegiatan analisis faktor penyebab dan penetapan aksi, (2)
Pelaksanaan tindakan (acting), (3) Pengumpulan data (observing), dan
(4) Analisis efektif tindakan (reflecting). Serangkaian kegiatan ini
disebut satu siklus. Menurut hasil wawancara dengan siswa, observasi
kelas dan refleksi guru yang dilanjutkan dengan kolaborasi dengan teman
sejawat, ditemukan bahwa akar masalah adalah mutu proses

14
Suharsimi Arikunto,dkk,Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2016).hal 239

28
pembelajaran yang belum mendorong siswa berani mengerjakan soal
matematika. Sementara itu, ada tiga tindakan yang menjadi fokus upaya
pemecahan masalah, yaitu (1) peningkatan motivasi, (2) peningkatan
guru yang otoriatif, dan(3) optimalisasi penerapan satuan pembelajaran
matematika. Dengan memberlakukan tindakan di atas, diharapkan tiga
indikator keberhasilan riset tindakan tercapai, yaitu (1) sekurang-
kurangnya 30% siswa berani mengemukakan ide pengerjaan soal, ( 2)
lebih dan 50% , siswa menyetujui ide pengerjaan soal dari teman, dan
93% lebih dari 10% siswa menyanggah/menyetujui ide pengerjaan guru.
Data (informasi) mengenai efektivitas tindakan dikumpulkan dari
observasi kelas, angket, wawancara dengan guru, wawancara dengan
siswa, dan refleksi diri guru/siswa. Validasi instrumen ditempuh melalui
face validity dan critical reflection dari masing-masing kolaborator
penelitian ini.

Berdasarkan analisis data selama siklus ke-I, ke-II, dan ke-III,


dapat disimpulkan (1) dijumlah siswa yang mengemukakan ide
pengerjaan soal meningkat (10% - 42,5%), (2) jumlah siswa yang berani
menyetujui ide pengerjaan tema meningkat dari 20% menjadi 35,97% ,
dan (3) jumlah siswa yang berani menyanggah/menyetujui ide guru
meningkat dari 5% menjadi 53,29%. Perubahan hasil belajar siswa (nilai
harian) cenderung meningkat. Hasil penelitian juga menunjukkan
perubahan suasana kelas yang cenderung demokratis dan perubahan
sikap guru yang lebih peduli terhadap suasana kelas. Mengingat
pelaksanaan penelitian oleh perubahan kalender akademik (liburan
puasa), diharapkan siklus penelitian dapat diperpanjang untuk
mendapatkan signifikasi keterkaitan antara frekuensı siswa mengerjakan
soal matematika di kelas dengan rata-rata hasil belajar .15

15
Mamik Dasanti, Penumbuhan Keberabian Mengemukakan Ide Pengerjaan Matematika Melalui
Optimalisasi Santuan Pembelajaran Matematika Siswa kelas IX SMP 3 Surakarta.Proyek perluasan dan
peningkatan mutu SLTP Kantor Wilayah Depdiknas Provinsi Jawa Tengah, (Semarang : Depdiknas
Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah. 2000)

29
4) Kata Pengantar, yang berisi ucapan terima kasih kepada orang-orang
yang telah membantu pelaksanaan dan penyusunan laporan sehingga
laporan selesai dengan hasil memuaskan. Pada akhir kata pengantar juga
perlu ditulis tanggal terselesaikannya laporan penelitian.
5) Daftar Isi, berisi poin pokok yang ada di dalam laporan.
6) Daftar Lampiran, ditulis dan dijelaskan secara lengkap apa yang
dilampirkan.

b. Bagian Isi
Pada bagian isi laporan memuat lima bab penting yang diperlukan. Bab dalam
bagian isi sebagai berikut :

1) Bab I Pendahuluan

Bagian ini mengetengahkan hal-hal yang melatarbelakangi permasalahan


penelitian yang dialami peneliti, dalam upaya mencari langkah mengatasinya.
Di samping itu, dijelaskan pula bagaimana cara strategi atau teknik untuk
mengatasi masalah tersebut. Dicoba untuk merumuskan masalahnya, agar
penelitian itu lebih terfokus. Pada bab ini, setidaknya dijumpai adanya unsur
sebagai berikut :

a) Latar belakang masalah

Deskripsikan data faktual awal yang menunjukkan terjadi masalah,


tempat/setting, pentingnya masalah dipecahkan dengan cara yang dilakukan.
Uraikan bahwa masalah yang diteliti benar-benar nyata, berada dalam
kewenangan guru/peneliti. Masalah inı juga menguraikan bahwa masalah
tersebut problematik/perlu/mendesak dipecahkan, risikonya kalau masalah
tersebut tidak segera dipecahkan. Masalah tersebut penting ditelit : uraikan
manfaat jangka pendek dan panjang apabila masalah tersebut berhasil
diatasi.

b) Rumusan masalah

30
Yang dimaksud adalah problem statement (formulation), yaitu rumusan
masalah dalam kalimat pernyataan sehingga terlihat unsur-unsur(who, what,
wher when, how much / many). Jadi, sedikit berbeda dengan research
question yang ada dalam penelitian formal.

c) Tujuan penelitian

Yang diuraikan dalam tujuan penelitian yang ingin dicapai (umum dan
khusus) sehingga tampak jelas indikator keberhasilannya. Indikator
keberhasilan itu perlu ditulis karena akan menjadi target tindakan yang akan
dilakukan

d) Manfaat penelitian

Kemukakan secara jelas manfaat bagi siswa, guru, maupun komponen lain
yang terkait Untuk ada konsistensi pada bab ini, peneliti harus melihat
kembali proposal yang pernah disusun dengan lebih rinci dan lengkap. Tidak
dibenarkan bahwa laporan penelitian jauh berbeda dengan proposal yang
pernah dirancang.

2) Bab II Kajian Teori dan Pustaka

Pada penelitian formal (empiris), kajian pustaka disajikan untuk


meningkatkan pemahaman yang lebih tinggi tentang masalah yang lebih tinggi
karena umumnya penelitian formal berasal dari hasil studi terhadap hasil
penelitian sebelumnya. Jadi, ada tuntutan yang tinggi untuk menelaah secara
luas/mendalam literatur terkait dengan permasalahan yang ditelitı dan penelitian
sebelumnya. Sementara itu, pada PTK, kajian pustaka hanya dimaksudkan
untuk memberi petunjuk (guideline) bahwa suatu tindakan itu dibenarkan
secara teoretis. Artinya, tidak ada kebutuhan (tuntutan yang mendasar) untuk
mengujı teori yang sudah ada, dan dapat dipecahkan menggunakan literatur
ataupun tulisan-tulisan tangan kedua, atau dokumen sekunder masih bdipakai
untuk memperkuat dasar teori yang ada di bab ini.

Pada pinsipnya, apa yang disampaikan pada bab ini tidak jauh berbeda
dengan yang disampaikan pada bab kajian teori pada proposal, tetapi lebih baik

31
lagi kalau mampu menambah atua melengkapi yang dimungkinkan masih
kurang. Bagian-bagian masih sama secara garis besarnya sebagai berikut :

a. Ada teori-teori terkait yang memberi arah petunjuk tentang variabel


masalah yang akan dipecahkan melalui penelitian tindakan, secara
lengkap dan rinci.

b. Ada usaha peneliti memberikan argumen teoretis bahwa tindakan yang


diambil didukung oleh referensi yang ada sehingga secara teoretis
tindakan tersebut memiliki dukungan. Sangat diyakıni oleh peneliti
bahwa dengan tindakan yang diberikan melalui model/strategi atau
pendekatan yang dipilih akan mampu mengatasi masalahnya. Dengan
demikian, dimung kinkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran.

c. Dari uraian ini tergambar kerangka berpikir yang memberikan langkah


dan arah penelitian tindakan, bahwa dengan model pendekatan yang
baru tersebut akan dapat memperbaiki masalahnya.

d. Hipotesis tindakan (jika diperlukan) didasarkan pada kerangka berpikir


yang telah disampaikan sebelumnya. 16

3) Bab III Metodologi Penelitian

Bagian ini disebut deskripsi proses penelitian,17 yaitu peneliti


diharapkan mampu menuliskan atau menguraikan langkah-langkah penelitian
secara jelas dan padat.

Contoh :

Kami melakukan pretes kepada anak Kelas V SD 25 Jakarta tentang


kemampuannya membaca pada akhir September. Selama bulan Oktober dan
November, semua siswa dan guru diharuskan untuk menulis catatan kemajuan
membaca setelah siswa diberikan tugas (perlakuan) khusus membaca, termasuk
tugas membaca di kelas a) dan di luar kelas. Pada akhır Desember, semua
siswa diberikan postes. Kami melakukan wawancara melalui random terhadap

16
Suharsimi Arikunto,dkk,.Penelitian Tindakan Kelas.(Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2016), hal 244
17
Sagor.1992.How To Conduct Collaborative Action Reseach.Alexandria U.S:ASPN.

32
25 siswa. Secara bersamaan pula kami melakukan wawancara melalui telepon
kepada para orang tuanya untuk mengetahu kebiasaan membaca anak di luar
sekolah, kesenangan anak siswa dan anak terhadap sekolah . Setiap anggota tim
peneliti sering memantau di kelas-kelas untuk melihat secara dekat penerapan
strategi (intervensi) pembelajaran yang diterapkan. Akhirnya, kami
menganalisis data untuk melihat perkembangan kemajuan berikan kemampuan
membaca: yang tepat membaca (dramatic growth), yang sedang (moderate
growth), dan yang belum menunjukkan kemajuan (no growth) , untuk
memutuskan apakah sudah ada kemajuan yang berarti atau belum.

Apabila contoh di atas kita cermati, ada beberapa hal yang perlu ditulis
dalam metodologi penelitian, yaitu(a) subjek penelitian, (b) setting tempat
penelitian), (c) desain (rancangan atau cara cara pokok penclitian, dalam hal ini
discbut pretes dan pos tes, wawaneara, observasi kela, wawancora melalui
telepon) (d) pelaksanaan tindakan (waktu, urutan, dan lain-lain), (e) cara
pemantauan (monitoring, siapa yang melakukan, di mana, apa yang dipantau),
dan (g) analisis hasil dan refleksi (jenis data yang dianalisis, siapa yang
menganalisis) .

Dengan demikian, pada bab metodologi penelitian atau ada yang menulis
metode penelitian ini terlihat unsur-unsur berikut:

a. Setting penelitian (tempat penelitian)

Uraikan secara jelas tentang waktu pelaksanaan penelitian yang sudah


dilakukan. Uraikan tempat penelitian, diadakan di sekolah, kelas, waktu
dengan mencantumkan pelaksanaan setiap siklus, mata pelajaran serta
spesifikasi pada materi/pokok pelajaran serta karakteristik siswa (jumlah
jenis kelamin, latar belakang, dan sebagainya). Lama penelitian
dilaksanakan mulai dari persiapan sampai dengan akhir penyusunan laporan.

b. Prosedur siklus penelitian

Kemukakan secara jelas jumlah siklus yang telah dilakukan, tiap siklus
berapa kali pertemuan, dan jelaskan secara rinci tahapan di setiap siklusnya

33
(perencanaan, pelak sanaan, pengamatan disertai jenis instrumen yang
digunakan untuk pengumpulan data, dan refleksi). Pada waktu tindakan apa
yang dilakukan siswa dan apa yang dilakukan guru.

c. Teknik pengumpulan data

Jelaskan jenis data yang dikumpulkan dengan metode/cara bagaimana, dan


menggunakan instrumen (alat pengumpulan data) apa . Kapan kegiatan
pengumpulan data dilaksanakan, apakah bersamaan dengan waktu
pelaksanaannya tindakan, atau waktu lain. Hal yang paling tepat adalah
waktu tindakan dlilakukan sambil pengumpulan data utamanya yang
berkaitan dengan akivitas, semangat belajar, serta kedisiplinan dalam
mengikuti pelajaran. Waktu mengungkap hasil belajar, jangan sampai
menggunakan waktu yang panjang misalnya satu kali pertemuan.

d. Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan perlu dilakukan secara jelas sesuai
dengan jenis data yang dikumpulkan. Untuk jenis data yang tidak bisa
dikualifikasikan ke dalam bentuk kata, dapat diuraikan dengan analisis
kualitatif, sedang yang ber bentuk data kuantitatif atau berbentuk angka,
dapat dianalisis dengan statistik deskriptif presentase. Dalam analisis ini,
dapat ditetapkan pula kriteria-kriteria untuk setiap aspek yang diteliti,
sesuai dengan ketentuan yang diinginkan peneliti.

e. Indikator keberhasilan

Hal ini perlu disampaikan untuk memberi bayangan apakah dengan


sejumlah siklus yang telah dilaksanakan mampu berhasil mencapai indikator
yang ditetapkan.

4) Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini merupakan bab dan bagian yang paling penting, bermakna, dan
bergensi bagi peneliti dibanding dengan bab-bab lainnya. Dalam bab ini
merupakan hasil karya dari seluruh pikiran, pengamatan perlakukan yang

34
dilakukan peneliti, tanpa didasarkan pada pendapatan para peneliti atau ahli
lain. Untuk itu, peneliti harus konsentrası penuh dalam menulis pada bab ini,
dengan mendasarkan pada data yang telah diperoleh melalui pengamatan angket,
diskusi, wawancara ataupun tes. Bagian-bagıian yang harus ada pada bab inı
setidaknya sebagai berikut.

a) Gambaran kondisi kelas

Pada bagian ini, perlu disampaikan uraian tentang bagaimana kondisi


kelas selama dan sesudah menggunakan cara/metode mengajar yang baru
itu secara lengkap.

b) Deskripsi hasil penelitian

Dalam bagian ini, disajikan hasil penelitian sesuai dengan urutan tujuan
perbaikan/tujuan penelitian. Misalnya, jika ada tiga tujuan penelitian
maka sajian penelitian perlu diurahkan rumusan dan tujuan yang ingin
dicapai. Kemukakan deskripsı hasil penelitian dari setiap sıklus.
Dimulai dengan melaporkan hasil siklus ke-l, dengan diawali dengan
mengemukakan tindakan yang dilakukan.Tindakan yang dilakukan
peneliti pada siklus ke-l agar disampaikan secara rinci, jelas dan lengkap
setiap pertemuannya . Selanjutnya, peneliti menemukan perubahan yang
terjadi pada semua aspek selama proses dan dampak dari akhir tindakan
yang dilakukan.

Uraian dari masing-masing siklus itu harus disertai data lengkap beserta
narasinya pada aspek-aspek yang direkam/diamati selama proses
tindakan. Data tersebut dapat dituangkan dalam bentuk tabel/grafik.
Rekaman itu menunjukkan perubahan yang terjadi akibat tindakan yang
diberikan. Kemudian kemukakan adanya perubahan/kemajuan/perbaikan
yang terjadi pada diri siswa,lingkungan kelas, guru sendiri, minat,
motivasi belajar, dan hasil belajar.

Pada akhir penjelasan tentang hasil di setiap siklus, dikemukakan hasil


analisis dan refleksi yang memberi gambaran tentang aspek keberhasilan

35
dan kekurangan atau kelemahannya. Kekurangan dan kelemahan inilah
yang dipakai dasar peneliti untuk memperbaiki siklus ke-I, atau
merancang tindakan pada siklus ke-II. Untuk itu, perlu disampaikan
hasil refleksi pada akhir siklus.

Selanjutnya, kemukakan pelaksanaan siklus ke-II beserta data lengkap


seperti pada siklus kc-I, dengan diakhıri hasil analisis data yang
diperolehnya.

c) Pembahasan

Pembahasan dapat dilakukan bersamaan dengan melaporkan hasil


penelitian di setiap siklus, namun akan lebih terarah kalau dibuat sendiri.
Untuk bahan dasar analisis dan pembahasan kemukakan hasil
keseluruhan siklus (siklus ke-I dan ke-II) ke dalam suatu ringkasan
tabel/grafik untuk setiap aspek perubahan yang terjadi selama tindakan.
Dari tabel/grafik rangkuman itu akan dapat memperjelas adanya
perubaharn yang terjadi disertai pembahasan secara rinci dan jelas.
Untuk itu, setiap membuat tabel/grafik harus dinarasikan sesuai dengan
data yang tergambar pada tabel/grafik/bagan.

5) Bab V Simpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Kesimpulan sebaiknya dapat memeniuhi ciri-ciri sebagai berikut :

 Singkat,jelas,dan padat. Sesuai istilah bahwa kesimpulan merupakan


inti sari dari suatu analisis/pembahasan dari suatu masalah.

 Kesimpulan harus sesuai dengan analisis dan pembahasan. Lagi


pula, sering dijumpai tidak adanya konsistenst antara pembahasan
dan kesimpulan.

 Kesimpulan harus disusun dengan mendasarkan pada rumusan


masalah atau tujuan penelitian. Dengan demikian, kalau membaca
kesimpulan akan dapat diperoleh informasi apakah tujuan penelitian

36
telah dicapai atau belum. Informasi ini dengan sendirinya bagi
pembaca karena dapat menentukan apakah akan menggunakan
kesimpulan itu, atau mungkin tidak sama sekali. Bagı peneliti dapat
mengetahui secara jelas usaha-usaha untuk melakukan perbaikan.
Urutan kesimpulan perlu disesuaikan dengan urutan pada tujuan
penelitian. Kemukakan simpulan yang diperoleh dari hasil analisis
pada bab sebelumnya, dengan memperhatikan perumusan masalah
dan tujuan penelitiannya.

Contoh:

Tujuan penelitian :

Dengan menggunakan metode “Diskusi Partisipası Aktif ” siswa :

a. Berani menjawab pertanyaan yang disampaikan guru ke seluruh


siswa.

b. Dapat memahami materi pelajaran yang disampaikan.

c. Bersemangat waktu mendapat giliran untuk membahas tugas


yang diberikan.

Kesimpulan :

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang disampaikan pada


bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa metode partisipasi aktif :

a. Dapat meningkatkan keberanian siswa bertanya yang ditunjukkan


lebih dari 70% siswa berani mengangkat tangannya .

b. Siswa mampu memahamı materi yang disampaikan guru dengan


prestasi hasil ulangan reratanya 84.

c. Semangat siswa cukup tinggi, dengan ketepatan dengan


menyımpulkan tugas yang diberikan pada setiap anggota
kelompok.

37
Dengan demikian, peneliti dalam menyajikan sımpulan dari hasil
penelitian harus didasarkan pada hasil analisis, perumusan masalah, dan tujuan
penelitian yang disampaikan sebelumnya.

b. Saran

Tidak berbeda dengan kesimpulan, dalam menyampaikan perlu mengikuti


kerangka yang ada. Saran digunakan untuk menindaklanjuti hasil penelitian
dalam membuat saran sebagai berikut :

1) Saran yang disampaikan harus berpijak pada kesimpulan hasil penelitian


yang dilakukan.

2) Arah dari saran harus jelas dan operational atau bersifat konkret dan
dapat dilaksanakan

c. Bagian penunjang
1) Daftar Pustaka
Gunakan cara penulisan daftar pustaka yang berlaku. Dalam penulisan
daftar pustaka di lingkungan akademik pada prinsipnya ada dua sistem,
yaitu sistem MLA (Modern Laguage Association) dan sistem APA
(American Psychological Association). Pada prinsipnya, kedua sistem
itu hampir sama, namun mengingat yang sering digunakan di jurnal-
jumal ilmiah adalah APA, maka dianjurkan peneliti menggunakan
sistem itu. Prinsip APA sebagan berikut :
 Baliklah semua nama pengarang dan gunakan nama inisial.
Apabila ada dua atau tiga pengarang, gunakan tanda(&) daripada
dan. Pisahkan nama dengan koma Susun daftar sesuai alfabet.
 Sebutkan semua nama pengarang, jangan gunakan"dkk" kecuali
jumlahnya lebih dari tiga orang.
 Tempatkan tahun penerbit setelah nama pengarang.
 Garis bawahi atau cetak tebal atau cetak miring judul dan sub
judul untuk buku, gunakan huruf besar untuk huruf awal setiap
kata pada nama judul dan sub judul, kecuali untuk kata sambung.
Contoh:

38
Sagor, R. 1994. How to Conduct Collaborative Action Research
Alexandria U.S: ASPN
Ronald&Beatrice. 1990. Kebudayaaan Pembangunan dalam
Perspektif Sejarah.
2) Lampiran Lampiran
Berisi lampiran tentang program pelajaran yang diberikan di setiap
siklus, semua instrumen yang digunakan dalan penelitian, contoh
lembar jawaban dari siswa dan guru, foto-foto kegiatan, izin penelitian,
daftar hadir siswa, dan penyataan kepala sekolah bahwa penelitian guru
tersebut telah disemiparkan. Untuk basil penelitian dapat dinilai di
samping sisteamatik, hal yang dipermasalahkan dan kelengkapan dari isi
laporan, hal lain yang yang sangat penting adalah laporan penelitian
harus diseminarkan di sekolahnya, dengan minimal dikuti oleh 2 sekolah
lain yang setingkat dengan sekolah peneliti, dan minimal dikuti oleh 15
orang peserta.
Untuk itu, agar penelitian dapat dinilai sesuai dengan peraturan yang
ditetapkan, peneliti sangat perlu memperhatikan rambu-rambu yang telah
ditetapkan di atas. Banyak penelti/guru yang menyusun laporan
mengandalkan pada memori, akhirnya kejanggalan sering dijumpai .
Sebagai renungan untuk diminimalkan kelemahan dan kekurangan
laporan hasil penelitian yong dilakukan guru disampaikan dasar pokok
yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
a) Tidak jelas, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang
dilakukan, juga tidak jclas bagaimana hasil evaluasi dan hasil
refleksi yang diperoleh, sebagai dasar untuk menyusun pelaksanaan
tindakan berikutnya.
b) Tidak ada tindakan yang merupakan pembaruan dari kegiatan yang
biasa dilakukan. Tahapan dalam siklus sama dengan tahapan
pembelajaran biasa. PTK bukan pem belajaran biasa, melainkan
proses mencoba dan menganalisis dengan menggunakan metode baru
yang djutama- kan bukan hanya hasil akhir, melainkan proses
tindakan.

39
c) Pada tahapan penelitian belum menyampaikan tahapan dan tindakan
yang jelas pada setiap pertemuan di setiap siklus dan indikator
keberhasilannya. Pada pelaporan dan pembahasan belum
melaporkan data lengkap perubahan perbaikan, serta refleksi di
setiap siklus, perubahan pada sıswa, guru atau kondisi kelas, serta
bahasan terhadap keseluruhan hasil penelitian.
d) Melampirkan secara lengkap berbagai dokumen yang mampu
meyakinkan pembacanya bahwa laporan penelitian tersebut telah
dilakukan sesuai dengan apa yang dilaksanakan.
e) Melaporkan tindakan yang dilakukan dengan perubahan pada setiap
pertemuan di setiap siklus.
f) Akhir bab ini, mengharapkan agar gru dalam mengusulkan kenaikan
pangkat melalui laporan hasil PTK, diwajıbkan membaca secara
utuh. Apakah sudah memenuhi persyaratan seperti yang diuraikan
pada bab ini atau belum? Untuk itu, laporan harus ditulis secara
lengkap dan benar .
Bagian penunjang yang tidak boleh diabaikan dalam menyusun laporan
penelitian adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Setiap karya
ilmiah harus ada daftar pustakanya, utamanya yang berkaitan dengan
bagian yang ada pada laporan.

40
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja, kualitas proses pembelajaran di kelas, dan meningkatkan hasil belajar
siswa. Dengan demikian, PTK berfokus pada kelas atau pada proses pembelajaran
yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun
output (hasil belajar).
Kunandar (2008), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru”, menyatakan bahwa tujuan dari PTK adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang
dipahami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang
belajar, meningkatkan profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya
akademik dikalangan guru.
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus
mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan
proses pembelajaran.
4. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan
metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran
dirinya.
5. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di
kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan
motivasi belajar siswa.
7. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
8. Menubuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
10. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan
proses pembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil

41
pendidikan juga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber
daya yang terintegrasi di dalamnya.
Ada tiga komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu
siswa/pembelajaran, guru dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan
menerima manfaat dari PTK.
Adapun prinsip-prinsip PTK antara lain yaitu :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja
3. SWOT sebagai dasar berpijak
4. Upaya empiris dan sistematik
5. Mengacu prinsip SMART dalam perencanaan
Sedangkan karakterisik PTK adalah :
1. Masalah yang diteliti harus cemerlang
2. Berpusat pada proses
3. Adanya inkuiri reflektif
4. Adanya kolaborasi
5. Adanya refleksi
Tahap-tahap PTK :
1. Tahap 1 : Menyusun Rencana Tindakan (Planning)
2. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)
3. Tahap 3 : Pengamatan (Observing)
4. Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)
Untuk cara pelaporan PTK yaitu dengan cara membuat laporan PTK dengan
sistematika sebagai berikut :
a. Bagian Pembukaan
Berisi halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar,
daftar isi dan daftar lampiran.
b. Bagian Isi
Berisi :
1. Bab I Pendahuluan
a. Latar belakang masalah
b. Rumusan masalah

42
c. Tujuan penelitian
d. Manfaat penelitian
2. Bab II Kajian Teori dan Pustaka
3. Bab III Metodologi Penelitian
a. Setting penelitian (tempat penelitian)
b. Prosedur siklus penelitian
c. Teknik pengumpulan data
d. Analisis data
e. Indikator keberhasilan
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
a. Gambaran kondisi kelas
b. Deskripsi hasil penelitian
c. Pembahasan
5. Bab V Simpulan dan Saran
a. Kesimpulan
b. Saran
c. Bagian penunjang
1. Daftar Pustaka
2. Lampiran-lampiran

43
DAFTAR PUSTAKA

Arifin. Zaenal, Metodologi Penelitian Pendidikan(Filosofi, Teori, &Aplikasinya) ,


(Surabaya: Lentera Cendekia, 2009)

Arikunto,Suharsimi,dkk, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2016)

Dasanti, Mamik, Penumbuhan Keberabian Mengemukakan Ide Pengerjaan Matematika


Melalui Optimalisasi Santuan Pembelajaran Matematika Siswa kelas IX SMP 3
Surakarta.Proyek perluasan dan peningkatan mutu SLTP Kantor Wilayah Depdiknas
Provinsi Jawa Tengah, (Semarang : Depdiknas Kantor Wilayah Provinsi Jawa Tengah.
2000)

Hidayat F. Amir, Modul Penelitian Tindakan kelas,(Bandung: Universitas Pendidikan


Indonesia, 2013)

Sukardiyono, Totok , Penelitian Tindakan kelas, (Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta, 2015)

Wardhani, IGAK , Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007)

Sagor.1992.How To Conduct Collaborative Action Reseach.Alexandria U.S:ASPN.

44

Anda mungkin juga menyukai