Disusun Oleh :
Kelompok 3
KELAS A PGSD
UNIVERSITAS TADULAKO
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
nikmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF”.
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah model
pembelajaran matematika SD. Kami ucapkan terima kasih banyak kepada Bapal
Surahman S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu kami yang telah menuntun kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, karena itulah kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan agar kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah
yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
di mana siswa seringkali dihadapkan pada konsep yang mungkin sulit dipahami
secara individual.
Model kooperatif dalam pembelajaran matematika di SD juga diperkuat
oleh teori perkembangan kognitif, seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget.
Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembentukan
pemahaman konsep. Oleh karena itu, latar belakang model kooperatif
mencakup pemahaman bahwa kolaborasi antar siswa tidak hanya memperkaya
proses pembelajaran tetapi juga dapat mempercepat perkembangan kognitif
mereka.
Dengan demikian, model kooperatif dalam pembelajaran matematika SD
tidak hanya berfokus pada aspek pendidikan, tetapi juga menggabungkan
dimensi sosial dan kognitif. Ini menciptakan suatu kerangka pembelajaran
yang holistik, di mana siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan matematika
tetapi juga mengembangkan keterampilan kolaboratif yang akan menjadi dasar
keberhasilan mereka di masa depan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif.
2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran kooperatif.
2
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dari model pembelajaran
kooperatif.
4. Untuk mengetahui apa saja model yang cocok diterapkan pada
pembelajaran matematika SD.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan salah satu model dalam
pembelajaran matematika SD.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Model adalah pola atau bentuk yang di jadikan sebagai acuan pelaksanaan.
Miils berpendapat bahwa model adalah representasi akurat sebagai proses aktual
yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. Menurut Kemp dalam Rusman model pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai efektif dan efisien.
4
Slavin dan teman- temannya di Universitas John. Hopkins menjadi Jigsaw II. Pada
Jigsaw I (orisinil) siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi
spesialisasi sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan
teman satu timnya. Jigsaw orisinil membutuhkan waktu yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan Jigsaw II. Sedangkan pada Jigsaw II setiap siswa memperoleh
kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya
untuk menjadi ahli.
5
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) atau berpikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Teknik belajar mengajar
berpikir berpasangan (berempat) dikembangkan oleh Farnk Lyman (think pair
share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Metode TPS
berarti memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan
atau permasalahan yang akan diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam
menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing–
masing. Setelah itu dijabarkan atau menjelaskan di ruang kelas.
6
dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi ini anatra lain: pendalaman materi,
penggalian materi, dan edutainment. Rusman menjelaskan bahwa make a match
merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik, dalam suatu yang menyenangkan.
Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar
karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. Siswa dilatih untuk
7
bekerja sama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya
lebih bermakna bagi dirinya.
8
e. Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah
diingat.
2. Kekurangan kerja kelompok
a. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip.
b. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok, bisa terjadi kesalahan
kelompok.
c. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, berikut
diuraikan satu-per satu:
1) Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a) Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun
datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik
perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang
punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada
kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan
kebosanan.
b) Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada
saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan
ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat
mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan
agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c) Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang
lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar
sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari
sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal
yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat
dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam
kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat
9
pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu
masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d) Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan
menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik
untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri.
Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam
pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e) Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah
diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika
ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit
tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah
mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat
begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar,
mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang
menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca
sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat
kurang kuat
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
Kelemahan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di
sekolah yaitu:
a) Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah
dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok
tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat,
mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga
tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
10
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini
sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu,
dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25
menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab
lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak
terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c) Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang
lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah,
maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya,
setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau
membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui,
cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
11
2.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Penggunaan pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti langkah-
langkah atau prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat efektif meningkatkan kemampuan
belajar dan hasil belajar siswa.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan
target pembelajaran yang ingin dicapai.
Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil.
Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun
kelompok.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan
hasil kerjanya.
12
3) Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan
membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, dalam
pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
4) Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempersentasekan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan
terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh
para siswa dalam kelas.
13
kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran
kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya kerjasama dalam kelompok.
14
kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran
koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok
heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
(Elin Rosalin, 2008: 112).Pembelajaran dengan model kooperatif dapat
meningkatkan belajar siswa menuju belajar lebih baik dan sikap tolong-
menolong dalam beberapa perilaku sosial (Isjoni, 2009: 62).
2.5 Cara menerapkan salah satu model dalam pembelajaran matematika SD
Cara menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
matematika SD
Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang melibatkan kerja
sama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks
pembelajaran matematika di SD, penerapan model kooperatif dapat
meningkatkan pemahaman dan keterampilan matematika siswa. Berikut
adalah langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran matematika di SD:
1. Pembentukan Kelompok :
▪ Bagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 anggota.
▪ Pastikan kelompok memiliki kombinasi keberagaman kemampuan
dan latar belakang siswa.
2. Penetapan Tugas Kelompok :
▪ Berikan tugas atau proyek matematika kepada setiap kelompok.
▪ Pastikan tugas tersebut mencakup konsep atau keterampilan
matematika yang ingin diajarkan.
3. Struktur Tugas Kooperatif :
▪ Tentukan struktur tugas yang mendorong kerja sama, seperti tugas
yang membutuhkan pemecahan masalah bersama atau presentasi
kelompok.
15
4. Peran dalam Kelompok :
▪ Tetapkan peran dalam kelompok, seperti pengamat, pencatat,
pemimpin, dan anggota lainnya.
▪ Gantilah peran secara berkala untuk memastikan semua siswa
terlibat dalam semua aspek tugas.
5. Monitoring dan Dukungan :
▪ Pantau setiap kelompok secara teratur untuk memberikan bimbingan
dan dukungan.
▪ Pastikan bahwa setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam
tugas.
6. Diskusi dan Refleksi :
▪ Berikan waktu untuk diskusi kelompok terkait dengan pemecahan
masalah matematika.
▪ Setelah selesai, adakan sesi refleksi di mana setiap kelompok dapat
berbagi pengalaman dan pemahaman mereka.
7. Pemberian Umpan Balik :
▪ Berikan umpan balik positif terhadap kerja kelompok.
▪ Berikan umpan balik konstruktif untuk membantu siswa
memperbaiki pemahaman mereka.
8. Evaluasi Bersama :
▪ Buat sesi presentasi atau kegiatan evaluasi bersama di mana setiap
kelompok dapat mempresentasikan solusi atau temuan mereka
kepada kelas.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah bahwa model pembelajaran
kooperatif, seperti STAD, Jigsaw, Group Investigation, TGT, TPS, NHT, make a
match, dan Rotating Trio Exchange, memiliki kelebihan dalam meningkatkan
partisipasi siswa, merangsang motivasi belajar, dan mengurangi rasa kantuk.
Namun, ada juga kelemahan seperti potensi mengobrol atau debat yang tidak
produktif. Langkah-langkahnya melibatkan perencanaan, pengorganisasian
kelompok, bimbingan guru, dan presentasi hasil kerja. Dalam pembelajaran
matematika SD, model pembelajaran kooperatif menjadi salah satu alternatif yang
memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif dan berkolaborasi.
3.2 Saran
Penting bagi guru untuk memahami bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif memerlukan kesadaran akan kelebihan dan kelemahan
serta kemampuan untuk mengelola dinamika kelompok secara efektif. Guru perlu
memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran kooperatif
dan memberikan arahan yang jelas serta dukungan yang memadai. Selain itu,
refleksi terhadap proses pembelajaran dan evaluasi terhadap hasilnya juga
merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat menjadi sarana yang efektif
dalam membangun keterampilan sosial, kemampuan belajar mandiri, serta
meningkatkan hasil belajar siswa secara menyeluruh.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
https://scholar.google.com/scholar?as_ylo=2023&q=beberapa+model+yan
g+dapat+diterapkan+pada+pembelajaran+matematika+SD&hl=id&as_sdt
=0,5#d=gs_qabs&t=1707274607278&u=%23p%3DuiqzHQFLZ70J
Rien Anitra. 2021. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. 6 (1).
Diakses pada 7 Februari 2024. Tersedia pada
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=beberapa+m
odel+yang+dapat+diterapkan+pada+pembelajaran+matematika+SD&btnG
=#d=gs_qabs&t=1707273685859&u=%23p%3DO7J6EjOknxYJ
19