Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Dosen Pengampu : Surahman S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Andi Suilstya Wahyu Ningsih A40122002


2. Sandryna S.Butudoka A40122003
3. Andi Suilstya Wahyu Ningrum A40122008
4. Nastaina A40122027
5. Nurul Arifa A40122038
6. Ilmi Tri Ayuni A40122039
7. Nur Tilawati A40122041

KELAS A PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
nikmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kami yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF”.
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah model
pembelajaran matematika SD. Kami ucapkan terima kasih banyak kepada Bapal
Surahman S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu kami yang telah menuntun kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sangat menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, karena itulah kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan agar kedepannya kami dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah
yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Palu, 7 Februari 2024

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif ............................................... 4
2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif ......... 7
2.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ....................... 12
2.4 Model yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika SD ... 14
2.5 Cara menerapkan salah satu model dalam pembelajaran
matematika SD ............................................................................... 15

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 17


3.2 Saran ................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model kooperatif dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD)
menjadi suatu pendekatan yang mendasar untuk meningkatkan interaksi antar
siswa, membangun pemahaman konsep matematika, dan mengembangkan
keterampilan sosial. Latar belakang model kooperatif ini bermula dari
pemahaman bahwa pembelajaran matematika bukan hanya tentang penerimaan
informasi, tetapi juga melibatkan konstruksi bersama dan penggunaan
pengetahuan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Salah satu konsep dasar dalam model kooperatif adalah "belajar bersama-
sama." Dalam konteks matematika, hal ini sangat relevan karena memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide, memecahkan masalah
secara kolektif, dan memahami konsep matematika dengan cara yang lebih
mendalam. Latar belakang ini didasarkan pada filosofi bahwa setiap siswa
memiliki kekuatan dan kelemahan unik, dan dengan bekerja bersama, mereka
dapat saling melengkapi dan memperkaya pemahaman masing-masing.
Selain itu, model kooperatif muncul sebagai respons terhadap kebutuhan
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa di samping pemahaman
konsep matematika. Dalam kehidupan nyata, kemampuan berkolaborasi dan
berkomunikasi menjadi keterampilan yang sangat berharga. Oleh karena itu,
latar belakang model kooperatif mencakup aspirasi untuk membentuk siswa
yang tidak hanya mahir dalam matematika tetapi juga dapat bekerja sama
secara efektif dengan orang lain.
Seiring dengan perkembangan pendekatan ini, penelitian menyebutkan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi siswa,
memperkuat ikatan sosial di kelas, dan memberikan pengalaman pembelajaran
yang lebih bermakna. Ini terutama relevan dalam konteks matematika di SD,

1
di mana siswa seringkali dihadapkan pada konsep yang mungkin sulit dipahami
secara individual.
Model kooperatif dalam pembelajaran matematika di SD juga diperkuat
oleh teori perkembangan kognitif, seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget.
Teori ini menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembentukan
pemahaman konsep. Oleh karena itu, latar belakang model kooperatif
mencakup pemahaman bahwa kolaborasi antar siswa tidak hanya memperkaya
proses pembelajaran tetapi juga dapat mempercepat perkembangan kognitif
mereka.
Dengan demikian, model kooperatif dalam pembelajaran matematika SD
tidak hanya berfokus pada aspek pendidikan, tetapi juga menggabungkan
dimensi sosial dan kognitif. Ini menciptakan suatu kerangka pembelajaran
yang holistik, di mana siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan matematika
tetapi juga mengembangkan keterampilan kolaboratif yang akan menjadi dasar
keberhasilan mereka di masa depan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian model pembelajaran kooperatif ?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran
kooperatif?
3. Bagaimana langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif ?
4. Apa saja model yang cocok diterapkan pada pembelajaran matematika
SD?
5. Bagaimana cara menerapkan salah satu model dalam pembelajaran
matematika SD

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif.
2. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan dari model
pembelajaran kooperatif.

2
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah dari model pembelajaran
kooperatif.
4. Untuk mengetahui apa saja model yang cocok diterapkan pada
pembelajaran matematika SD.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan salah satu model dalam
pembelajaran matematika SD.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran perlu dipahami oleh guru agar dapat melaksanakan


pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam
penerapannya, model pembelajaran harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki tujuan, prinsip, tekanan
utama yang berbeda-beda.

Model adalah pola atau bentuk yang di jadikan sebagai acuan pelaksanaan.
Miils berpendapat bahwa model adalah representasi akurat sebagai proses aktual
yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. Menurut Kemp dalam Rusman model pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai efektif dan efisien.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams


Achievement Division (STAD) ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-
kawannya dari Universitas John Hopkins. Model ini merupakan salah satu model
yang banyak digunakan dalam pembelajaran kooperatif, karena model yang praktis
akan memudahkan melaksanakannya. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe
STAD guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil atau tim belajar
dengan jumlah anggota setiap kelompok 4 atau 5 orang secara heterogen. Setiap
kelompok menggunakan lembar kerja akademik dan saling membantu untuk
menguasai materi ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota kelompok.
Kemudian seluruh siswa diberi tes dan tidak diperbolehkan saling membantu dalam
mengerjakannya.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dan


teman-temannya di Universitas Texas (disebut Jigsaw I) kemudian diadaptasi oleh

4
Slavin dan teman- temannya di Universitas John. Hopkins menjadi Jigsaw II. Pada
Jigsaw I (orisinil) siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi
spesialisasi sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan
teman satu timnya. Jigsaw orisinil membutuhkan waktu yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan Jigsaw II. Sedangkan pada Jigsaw II setiap siswa memperoleh
kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum ia belajar spesialisasinya
untuk menjadi ahli.

Pengertian Group Investigation (GI). Investigasi kelompok (Group


Investigation) dikembangkan oleh shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas
Tel Aviv, Israel.37 Metode pembelajaran Group Investigation merupakan salah satu
bentuk metode yang menekankan pada partisipasi dan aktifitas peserta didik untuk
mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahanbahan tersedia, misalnya melalui dari buku pelajaran atau melalui internet.
Metode ini dapat melatih peserta didik untuk menumbuhkan kamampuan berfikir
mandiri dan keterampilan berkomunikasi. Peserta didik dilibatkan sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya
melalui investigasi. Peserta didik terlibat secara aktif mulai dari tahap pertama
sampai tahap terakhir pelajaran. Hal itu akan memberikan kesempatan peserta didik
untuk lebih mempertajam pemahamannya terhadap materi.

Team Ganes Tournament (TGT) dikebangkan oleh David DeVries dan


Keith Edwards, ini merupakan model pembelajaran pertama dari Jhons Hopkins.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan pembelajaran kooperatif yang
menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuiskuis dan sistem skor
kemajuan individu, di mana peserta didik berkompetensi sebagai wakil dari tim
mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara mereka.
Metode TGT melibatkan aktivitas seluruh peserta didik tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran peserta didik sebagai tutor teman sebaya dan mengandung
unsur permainan dan penguatan (reinforcement). Metode TGT memberi peluang
kepada peserta didik untuk belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung
jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

5
Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) atau berpikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Teknik belajar mengajar
berpikir berpasangan (berempat) dikembangkan oleh Farnk Lyman (think pair
share) sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini
memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Metode TPS
berarti memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan
atau permasalahan yang akan diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam
menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing–
masing. Setelah itu dijabarkan atau menjelaskan di ruang kelas.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran


TPS merupakan salah satu model pembelajaran yang memberi waktu bagi siswa
untuk dapat berpikir secara individu maupun berpasangan.

Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah


merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional.
Model pembelajaran NHT ini adalah salah satu model dalam pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Teknik ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model NHT merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk
mempelajari materi yang telah ditentukan.

Model pembelajaran make a match merupakan suatu model pembelajaran


yang mengajak peserta didik mencari jawaban atas suatu pertanyaan atau pasangan
dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Make a match (mencari
pasangan) merupakan model yang dikembangkan pertama kali oleh Lorna Curran
pada tahun 1994. Make a match ini merupakan model yang mengajarkan siswa
unruk dapat aktif dalam mencari/ mencocokan jawaban dan disiplin terhadap waktu
yang telah ditentukan. Make a match saat ini merupakan salah satu strategi penting

6
dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi ini anatra lain: pendalaman materi,
penggalian materi, dan edutainment. Rusman menjelaskan bahwa make a match
merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu
keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik, dalam suatu yang menyenangkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Rotating Trio, Exchange yang


dikembangkan oleh Melvin L. Silberman adalah sebuah cara mendalam bagi siswa
untuk berdiskusi mengenai berbagai masalah dengan beberapa teman kelasnya.
Dalam Rotating Trio Exchange siswa dapat saling bekerjasama dan saling
mendukung, selain itu juga dapat mengembangkan social skill siswa. Hubungan
yang baik dengan teman sekelas penting dalam perkembangan siswa di kelas,
namun terkadang siswa mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan semua
siswa dalam kelompok yang berbeda-beda. Selain itu juga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik dengan anggota
kelompoknya, anggota kelompok lain ataupun dengan guru. Pembelajaran
kooperatif tipe Rotating Trio Exchange rancang untuk melibatkan siswa secara
langsung ke dalam mata pelajaran untuk membangun perhatian serta minat mereka,
memunculkan keinginan mereka dan merangsang berfikir.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

A. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif

Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model


pembelajaran kooperatif, yaitu:

Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,


sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka
dan demokratis. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah
dimiliki oleh siswa. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan
keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.

Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar
karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. Siswa dilatih untuk

7
bekerja sama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami
pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya
lebih bermakna bagi dirinya.

Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah,


memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya
kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif
melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.

B. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki


kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (1999: 29) yaitu:

Siswa yang dibagi dalam kelompok kemudian diberikan tugas. Akibatnya


siswa merasa ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa
bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut
sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.

Berdasarkan pendapat sebelumnya, jelas bahwa di samping kelebihan atau


manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif,
juga terdapat kelemahan di mana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama
dalam belajar yang dilakukan oleh siswa.

Thabrany (1993: 94) mengemukakan kelebihan atau keuntungan dan


kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Keuntungan kerja kelompok


a. Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
b. Dapat merangsang motivasi belajar.
c. Ada tempat bertanya
d. Kesempatan melakukan resitasi oral

8
e. Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah
diingat.
2. Kekurangan kerja kelompok
a. Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip.
b. Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok, bisa terjadi kesalahan
kelompok.
c. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif di atas, berikut
diuraikan satu-per satu:
1) Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a) Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun
datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik
perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang
punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada
kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan
kebosanan.
b) Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada
saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan
ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat
mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan
agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c) Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang
lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar
sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari
sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal
yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat
dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam
kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat

9
pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu
masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d) Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan
menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik
untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri.
Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam
pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e) Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah
diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi
dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika
ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit
tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah
mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat
begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar,
mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang
menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca
sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat
kurang kuat
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
Kelemahan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di
sekolah yaitu:
a) Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah
dapat menjadi tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok
tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat,
mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga
tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b) Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok

10
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini
sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu,
dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25
menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab
lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak
terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c) Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang
lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah,
maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya,
setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau
membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui,
cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.

Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga


mengandung beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok tidak menyadari
makna kerjasama dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96)
menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih
dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling
mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.

Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran


kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi
pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme
guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid
mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah
meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan
memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan
materi pelajaran atau kurikulum.

11
2.3 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Penggunaan pembelajaran kooperatif seharusnya mengikuti langkah-
langkah atau prosedur tertentu dalam penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat efektif meningkatkan kemampuan
belajar dan hasil belajar siswa.
Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan langkah-langkah
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
 Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan
target pembelajaran yang ingin dicapai.
 Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil.
 Guru mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun
kelompok.
 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempersentasekan
hasil kerjanya.

Keempat langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif di atas diuraikan


sebagai berikut:
1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru sesuai dengan tuntutan materi
pembelajaran. Guru juga menetapkan sikap dan keterampilan-keterampilan
sosial yang diharapkan dapat dikembangkan oleh guru selama
berlangsungnya proses pembelajaran. Selain itu, guru juga mengorganisir
materi tugas-tugas yang dikerjakan bersama-sama dalam dimensi kerja
kelompok oleh siswa melalui keaktifan semua anggota kelompok.
2) Guru merancang lembar observasi kegiatan siswa dalam belajar secara
bersama-sama dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam penyampaian materi
pelajaran, pemahaman dan pendalamannya akan dilakukan siswa ketika
belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Pemahaman dan konsepsi
guru terhadap siswa secara individual sangat menentukan kebersamaan dari
kelompok yang dibentuk oleh guru dalam proses pembelajaran.

12
3) Dalam melakukan kegiatan observasi terhadap siswa, guru mengarahkan dan
membimbing siswa, baik secara individual maupun kelompok, dalam
pemahaman materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
4) Langkah selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempersentasekan hasil kerjanya. Guru juga memberikan penekanan
terhadap nilai, sikap, dan perilaku sosial yang dikembangkan dan dilatih oleh
para siswa dalam kelas.

Ibrahim (2000: 10) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran


kooperatif yang terdiri atas 6 langkah, yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
5. Evaluasi
6. Memberikan penghargaan

Langkah-langkah di atas menunjukkan bahwa pelajaran dimulai yaitu guru


menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. langkah ini
diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada
secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar.
Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas bersama mereka. Langkah terakhir pembelajaran
kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang
apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu agar siswa dapat termotivasi dalam mengikuti model
pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok.
Jadi pembelajaran kooperatif sangat positif dalam menumbuhkan
kebersamaan dalam belajar pada setiap siswa sekaligus menuntut kesadaran dari
siswa untuk aktif dalam kelompok, karena jika ada siswa yang pasif dalam

13
kelompok maka hal itu dapat mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran
kooperatif khususnya berkaitan dengan rendahnya kerjasama dalam kelompok.

2.4 Model yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika SD


Beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada mata pelajaran
Matematika antara lain:
1. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction disebut juga sebagai
active teaching. Penyebutan ini berdasarkan pada gaya mengajar dimana
guru terlibat aktif dalam menyampaikan isi pelajaran kepada peserta
didik dan mengajarkan secara langsung kepada seluruh kelas (Agus
Suprijono, 2009: 47)
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Agus Suprijono (2009: 71) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis
masalah berorientasi pada kecakapan peserta didik memproses
informasi.Pemrosesan informasi mengacu pada stimulus dari
lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan
konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan
lambanglambang verbal maupun non verbal.
3. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL) merupakan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga
dan masyarakat (Agus Suprijono, 2009: 79).
4. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara
berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan
pengalaman agar kelompok kohesif (kompakpartisipatif), tiap anggota

14
kelompok terdiri dari 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender,
karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil
kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran
koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok
heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan
(Elin Rosalin, 2008: 112).Pembelajaran dengan model kooperatif dapat
meningkatkan belajar siswa menuju belajar lebih baik dan sikap tolong-
menolong dalam beberapa perilaku sosial (Isjoni, 2009: 62).
2.5 Cara menerapkan salah satu model dalam pembelajaran matematika SD
 Cara menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran
matematika SD
Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang melibatkan kerja
sama antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam konteks
pembelajaran matematika di SD, penerapan model kooperatif dapat
meningkatkan pemahaman dan keterampilan matematika siswa. Berikut
adalah langkah-langkah untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran matematika di SD:
1. Pembentukan Kelompok :
▪ Bagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-5 anggota.
▪ Pastikan kelompok memiliki kombinasi keberagaman kemampuan
dan latar belakang siswa.
2. Penetapan Tugas Kelompok :
▪ Berikan tugas atau proyek matematika kepada setiap kelompok.
▪ Pastikan tugas tersebut mencakup konsep atau keterampilan
matematika yang ingin diajarkan.
3. Struktur Tugas Kooperatif :
▪ Tentukan struktur tugas yang mendorong kerja sama, seperti tugas
yang membutuhkan pemecahan masalah bersama atau presentasi
kelompok.

15
4. Peran dalam Kelompok :
▪ Tetapkan peran dalam kelompok, seperti pengamat, pencatat,
pemimpin, dan anggota lainnya.
▪ Gantilah peran secara berkala untuk memastikan semua siswa
terlibat dalam semua aspek tugas.
5. Monitoring dan Dukungan :
▪ Pantau setiap kelompok secara teratur untuk memberikan bimbingan
dan dukungan.
▪ Pastikan bahwa setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam
tugas.
6. Diskusi dan Refleksi :
▪ Berikan waktu untuk diskusi kelompok terkait dengan pemecahan
masalah matematika.
▪ Setelah selesai, adakan sesi refleksi di mana setiap kelompok dapat
berbagi pengalaman dan pemahaman mereka.
7. Pemberian Umpan Balik :
▪ Berikan umpan balik positif terhadap kerja kelompok.
▪ Berikan umpan balik konstruktif untuk membantu siswa
memperbaiki pemahaman mereka.
8. Evaluasi Bersama :
▪ Buat sesi presentasi atau kegiatan evaluasi bersama di mana setiap
kelompok dapat mempresentasikan solusi atau temuan mereka
kepada kelas.

Penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika


di SD tidak hanya meningkatkan pemahaman konsep matematika, tetapi
juga mengembangkan keterampilan sosial dan kerja sama siswa. Dengan
memberikan kesempatan untuk bekerja bersama, siswa dapat membangun
pemahaman matematika mereka melalui interaksi dan diskusi kelompok.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah bahwa model pembelajaran
kooperatif, seperti STAD, Jigsaw, Group Investigation, TGT, TPS, NHT, make a
match, dan Rotating Trio Exchange, memiliki kelebihan dalam meningkatkan
partisipasi siswa, merangsang motivasi belajar, dan mengurangi rasa kantuk.
Namun, ada juga kelemahan seperti potensi mengobrol atau debat yang tidak
produktif. Langkah-langkahnya melibatkan perencanaan, pengorganisasian
kelompok, bimbingan guru, dan presentasi hasil kerja. Dalam pembelajaran
matematika SD, model pembelajaran kooperatif menjadi salah satu alternatif yang
memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif dan berkolaborasi.

3.2 Saran
Penting bagi guru untuk memahami bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif memerlukan kesadaran akan kelebihan dan kelemahan
serta kemampuan untuk mengelola dinamika kelompok secara efektif. Guru perlu
memotivasi siswa untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran kooperatif
dan memberikan arahan yang jelas serta dukungan yang memadai. Selain itu,
refleksi terhadap proses pembelajaran dan evaluasi terhadap hasilnya juga
merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran kooperatif.
Dengan demikian, pembelajaran kooperatif dapat menjadi sarana yang efektif
dalam membangun keterampilan sosial, kemampuan belajar mandiri, serta
meningkatkan hasil belajar siswa secara menyeluruh.

17
DAFTAR PUSTAKA

2019. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif. Niatku.com .


Diakses pada 7 Februari 2024. Tersedia pada
https://www.niatku.com/2019/03/kelebihan-dan-kelemahan-model-
pembelajaran-kooperatif.html
Andi Sulistio, S.S, M.Pd.I, Dr. Nik Haryanti, M.Pd.I. 2022. MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING
MODEL). Jawa Tengah : EUREKA MEDIA AKSARA. Diakses pada 7
Februari 2024. Tersedia pada
https://repo.iain-tulungagung.ac.id/7396/5/BAB%20II.pdf
Diah Eka Pratiwi, Mawardi Mawardi. 2020. Penerapan Model Pembelajaran
Inquiry dan Discovery Learning Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis
Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu. 4
(2). Diakses pada 7 Februari 2024. Tersedia pada
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=beberapa+m
odel+yang+dapat+diterapkan+pada+pembelajaran+matematika+SD&btnG
=#d=gs_qabs&t=1707273667033&u=%23p%3D-33LBLF4P9cJ
Didiskpora.(2016). Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif. Diakses pada 7
Februari 2023.
https://disdikpora.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/langkah-
langkah-pembelajaran-kooperatif-13 https://repo.iain-
tulungagung.ac.id/7396/5/BAB%20II.pdf
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10903/1/T1_292012102_BAB%
20I.pdf
Rida Adhari Yanti, Novaliyosi Novaliyosi. 2023. Systematic Literature Review:
Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) terhadap Skill yang
dikembangkan dalam Tingkatan Satuan Pendidikan. Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika. 7 (3). Diakses pada 7 Februari 2024.
Tersedia pada

18
https://scholar.google.com/scholar?as_ylo=2023&q=beberapa+model+yan
g+dapat+diterapkan+pada+pembelajaran+matematika+SD&hl=id&as_sdt
=0,5#d=gs_qabs&t=1707274607278&u=%23p%3DuiqzHQFLZ70J
Rien Anitra. 2021. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia. 6 (1).
Diakses pada 7 Februari 2024. Tersedia pada
https://scholar.google.com/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=beberapa+m
odel+yang+dapat+diterapkan+pada+pembelajaran+matematika+SD&btnG
=#d=gs_qabs&t=1707273685859&u=%23p%3DO7J6EjOknxYJ

19

Anda mungkin juga menyukai