Anda di halaman 1dari 15

Perilaku Sosial dan Konflik Sosial

MAKALAH
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah Materi dan
Pembelajaran IPS pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Dosen Pengampu: Diana Pramesti, S.Pd.,M.Pd.


Kelompok : 5

NAMA NIM

Syaid Alfany 170141640

Umi Kulsum 190141647

Wira Yudha 190141654

Desvitasari 190141667

Ardini Nur Sabrina 190141669

Afriyani 190141678

Kelas: PGSD 3D

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. atas Rahmat dan Hidayah-
Nya. Shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW. beserta para
sahabat yang telah memperjuangkan Islam, sehingga kita bisa merasakan
indahnya iman.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Materi dan Pembelajaran IPS program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asyraf Suryadin, M.Pd, selaku Ketua Universitas Muhammadiyah
Bangka Belitung.
2. Bapak Romadon, S.T., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
3. Ibu Maulina Hendrik, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Ibu Diana Pramesti, S.Pd.,M.Pd., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Materi dan Pembelajaran IPS.
5. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu proses penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari berbagai kelemahan dan kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pendidikan, khususnya di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung.
Akhir kata, saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi perbaikan
dan pengembangan makalah ini.

Pangkalanbaru, 17 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Sosial ........................................................................ 3

B. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial ................................................................. 3

C. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial ................................................. 5

D. Pengertian Konflik Sosial ......................................................................... 6

E. Bentuk-bentuk Konflik Sosial .................................................................. 6

F. Solusi dari Konflik Sosial ......................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................................... 11

B. Saran ......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial ditunjukkan oleh adanya
saling ketergantungan antara individu satu dengan individu lainnya. Dalam
suasana ketergantungan tersebut terkadang timbul ketidakharmonisan yang
berujung pada timbulnya konflik sosial berkenaan dengan predikat manusia
sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari baik perorangan
maupun kelompok, manusia selalu menunjukkan perilaku dan tindakan sosial
untuk mendapatkan respons dari pihak lain sehingga terjadi interaksi sosial.
Interaksi sosial yang terjalin di dalam suatu masyarakat jika tidak di
bina dan di jaga dengan baik, maka akan melahirkan konflik sosial di dalam
masyarakat tersebut. Konflik dapat dikatakan sebagai bentuk pertentangan
alamiah yang dihasilkan oleh individu atau kelompok yang berbeda etnik
(suku bangsa, ras, agama, golongan), karena diantara mereka memiliki
perbedaan dalam sikap, kepercayaan nilai atau kebutuhan. Dengan banyaknya
perbedaan sudah seharusnya harus beriringan, saling melengkapi, bahkan
mampu untuk saling menyesuaikan.
Di Indonesia hidup berkembang berbagai agama. Dan ada enam agama
yang diakui di Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Kong Hu Cu. Dengan berbagai keberagamaan yang ada di Indonesia
memberikan pengaruh besar dalam konflik sosial. Konflik sosial tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat karena akan selalu ditemukan
perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok. Dan konflik sosial
cenderung negatif karena dapat menimbulkan kondisi tidak teratur sosial dan
perpecahan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari perilaku sosial ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk dari perilaku sosial ?
3. Apa saja faktor-faktor pembentuk perilaku sosial ?
4. Apa pengertian dari konflik sosial ?
5. Bagaimana bentuk-bentuk dari konflik sosial ?
6. Bagaimana solusi dari konflik sosial ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari perilaku sosial.
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari perilaku sosial.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk perilaku sosial.
4. Untuk mengetahui pengertian dari konflik sosial.
5. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari konflik sosial.
6. Untuk mengetahui solusi dari konflik sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Sosial


Perilaku adalah keseluruhan reaksi baik itu berupa tindakan dan
perkataan seseorang yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat
oleh orang lain akibat dari situasi yang dihadapi. Perilaku sifatnya individual
yang erat kaitannya dengan kepribadian, yang terbentuk sepanjang ia hidup
melalui proses sosialisasi.
Sosial dapat diartikan sebagai hubungan manusia yang saling
membutuhkan dengan dengan orang lain dan terkadang memunculkan rasa
empati, mengasihi, sehingga ada rasa untuk saling bergotong royong dan
tolong menolong dalam kehidupan bersosial. Selain itu sosial tentunya
membahas bagaimana hubungan individu dengan individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan individu, kelompok dengan kelompok yang ada
dimasyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah suatu tindakan
perorangan yang merupakan hasil dari hubungan antar individu dengan
lingkungannya yang merupakan tanggapan pada lingkungan sosialnya. Dalam
hal ini perilaku sosial itu meliputi tanggung jawab, menghormati orang lain,
tolong menolong dan partisipasi sosial. Perilaku sosial dapat ditunjukan
dengan perasaan, sikap keyakinan, dan tindakan atau rasa hormat terhadap
orang lain.
B. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial
Klasifikasi mengenai perilaku sosial atau tindakan sosial menurut Max
Weber (dalam Narwoko dan Suyanto, 2011, hlm 19) adalah sebagai berikut:
1. Rasionalitas Instrumental
Tindakan ini dilakukan seseorang dengan memperhitungkan kesesuaian
antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai.
Contohnya seorang guru bertujuan ingin mengetahui seberapa paham
kemampuan siswa dalam belajar sosiologi dari apa yang telah diajarkan

3
olehnya maka guru tersebut melakukannya dengan cara membuat alat tes
sebagai alat ukur.
2. Rasionalitas Nilai
Tindakan ini bersifat rasional dan memperhitungkan manfaatnya tetapi
tujuan yang hendak dicapai tidak terlalu dipentingkan oleh si
pelaku. Contohnya seorang pemuda memberikan tempat duduknya
kepada seorang nenek karena ia memiliki keyakinan bahwa anak muda
harus hormat kepada orang tua, atau contoh lain seorang mahasiswa yang
mau berteman dengan teman sekelasnya sendiri walaupun temannya
berasal dari luar pulau atau suku dari daerah lain tanpa membeda-
bedakannya.
3. Tindakan Tradisional
Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu
karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang
sadar atau perencanaan. Jadi, tindakan tradisional berdasarkan suatu nilai
yang hanya mengikut pada tradisi yang dilakukan dan hanya berdasarkan
oleh para pendahulunya saja, tidak tahu apa maksud dan tujuan dari
kegiatan tersebut. Tindakan ini bahkan tidak rasional untuk dilaksanakan.
Contohnya Berbagai macam upacara tradisi yang dimaksudkan untuk
melestarikan kebudayaan leluhur.
4. Tindakan Afektif
Tipe tindakan ini didominasi oleh perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif ini sifatnya spontan,
tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu.
Contohnya: hubungan kasih sayang antara dua remaja yang sedang jatuh
cinta atau sedang dimabuk asmara.

4
C. Faktor-faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :
1. Perilaku dan karakteristik orang lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki
karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti
kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan
pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang
berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu.
2. Proses kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan
yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh
terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus
berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi
idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses
mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya.
Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan
dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki
sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku
sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas
jasmani dengan benar.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau
pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya
seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa
lembut dan halus dalam bertutur kata.
4. Faktor budaya
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin
akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan
masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda.

5
D. Pengertian Konflik Sosial
Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Dalam sosiologi, konflik sosial merupakan gambaran tentang terjadinya
perselisihan, ketegangan, atau pertentangan sebagai akibat dari perbedaan-
perbedaan yang muncul dalam kehidupan masyarakat, baik perbedaan secara
individual maupun perbedaan kelompok. Konflik dapat disebut juga dengan
pertentangan yaitu suatu proses sosial dimana individu atau kelompok
berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan
yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Perbedaan pandangan
mengenai berbagai persoalan kehidupan diantara banyak pihak dengan
meletakkan pandangan sendiri sebagai negasi dari pihak lain merupakan akar
konflik
E. Bentuk-bentuk Konflik Sosial
Pada umumnya terdapat enam bentuk konflik sosial yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Konflik Pribadi
Konflik pribadi yaitu merupakan pertentangan yang terjadi secara
individual yang melibatkan dua orang yang bertikai. Misalnya
pertentangan yang terjadi antar dua teman, perselisihan suami dengan
istri, pertentangan antara pimpinan dengan salah seorang stafnya.
2. Konflik Kelompok
Konflik ini terjadi karena adanya pertentangan antara dua kelompok
dalam masyarakat. Misalnya, pertentangan antara dua perusahaan yang
memproduksi barang sejenis dalam memperebutkan daerah pemasaran,
pertentangan antara dua kesebelasan olahraga.

6
3. Konflik antar Kelas Sosial
Konflik antar kelas dapat terjadi pada status sosial yang berbeda, yang
dapat disebabkan oleh perbedaan kepentingan atau perbedaan pandangan.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan bentuk konflik ini, seperti
pertentangan antara majikan dengan buruh, pertentangan antara yang
kaya dengan yang miskin, antara petani dengan tuan tanah.
4. Konflik Rasial
Ras yaitu sekelompok manusia yang memiliki ciri-ciri badaniah yang
sama dan berbeda dengan kelompok lainnya. Ciri-ciri tersebut dapat
terlihat dari bentuk tubuh, warna kulit, corak rambut, bentuk muka dan
lain-lain, yang sifatnya kasat mata sehingga dengan mudah dapat
dibedakan dengan kelompok lain. Jadi, konflik rasial ini adalah
pertikaian yang terjadi karena didasarkan perbedaan pandangan terhadap
ada perbedaan ciri-ciri jasmaniah tersebut. Misalnya, ras kaukasoid
dipandang lebih tinggi derajatnya dibandingkan ras negroid sehingga
sering terjadi pertikaian yang disebabkan oleh perbedaan ras tersebut,
seperti apartheid dan diskriminasi di Amerika.
5. Konflik Politik
Politik merupakan salah satu aspek dalam sistem sosial yang menyangkut
masalah kekuasaan, wewenang dan pemerintahan. Konflik politik yaitu
pertentangan yang terjadi dalam masyarakat karena perbedaan pendapat
atau ideologi yang dianut oleh masing-masing kelompok. Misalnya
pertikaian antara kaum penjajah dengan pribumi, pertentangan antardua
partai politik, pertentangan antara pemerintah dengan rakyat.
6. Konflik Budaya
Budaya erat kaitannya dengan kebiasaan atau adat istiadat yang dianut
oleh anggota masyarakat. Konflik budaya yaitu pertentangan yang terjadi
dalam masyarakat disebabkan oleh adanya perbedaan budaya. Biasanya
bentuk konflik ini sering terjadi pada penduduk yang prularistik dengan
latar belakang budaya yang berbeda sehingga dapat menimbulkan
pertentangan antara budaya yang satu dengan lainnya. Selain itu, dapat

7
pula terjadi pertentangan antara budaya daerah dengan budaya yang
berasal dari luar atau pertentangan budaya barat dan timur.
F. Solusi dari Konflik Sosial
Untuk mengatasi pengaruh konflik yang bersifat negatif terhadap keutuhan
dan integrasi masyarakat maka konflik tersebut harus sesegera mungkin
dicarikan alternatif pemecahannya.Terdapat beberapa cara penyelesaian
konflik berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang digunakan masyarakat untuk
menyelesaikannya, yaitu:
1. Konsiliasi
Konsiliasi berasal dari kata consilation yang memiliki arti perdamaian.
Cara ini digunakan dalam menyelesaikan suatu konflik melalui upaya
mempertemukan dua pihak yang bertikai atau berselisih guna tercapainya
kesepakatan untuk mengadakan damai di antar keduanya. Cara ini
dipandang lebih baik karena kedua belah pihak menyadari akan dampak
negatif dari suatu perselisihan sehingga masing-masing merasa terdorong
untuk mengakhirinya dan terdapat kemungkinan akan terjalin kerja
samayang menguntungkan kedua belah pihak.
2. Mediasi
Mediasi berasal dari kata mediation yang berarti perantara atau media.
Mediasi dijadikan sebagai salah cara untuk menyelesaikan suatu konflik
dengan menggunakan jasa pihak ketiga sebagai perantara (media) yang
menjadi penghubung di antara kedua belah pihak yang berselisih.
Perantara berperan sebagai penampung dan penyampai keluhan serta
aspirasi yang dirasakan oleh masing-masing pihak yang bertikai sehingga
perantara ini tidak memiliki kewenangan dalam menentukan atau
mengambil keputusan untuk menyelesaikan konflik tersebut, melainkan
pihak yang bertikai yang menyelesaikan dan memutuskannya. Misalnya,
UNTAET dalam menyelesaikan pertikaian antara Indonesia dengan
Timor Timur.

8
3. Arbitrasi
Arbitrasi berasal dari kata arbitration dan yang menentukan keputusan
disebut arbiter. Penyelesaian konflik dengan cara arbitrasi, yaitu melalui
pengadilan yang dipimpin oleh seseorang yang berperan untuk
memutuskan. Arbitrasi ini dapat berlangsung tidak saja pada masyarakat
yang sudah memiliki lembaga peradilan secara formal yang disebut
adjudication dimana hakim menjadi arbiter, melainkan dapat pula
dilakukan oleh masyarakat secara informal dengan pemimpin informal
berperan sebagai arbiter, atau secara nonformal dalam kegiatan-kegiatan
sosial seperti wasit menjadi arbiter dalam sepak bola.
4. Paksaan
Paksaan atau coercion dijadikan sebagai alternatif dalam menyelesaikan
konflik apabila terjadi ketidakseimbangan di antara kedua belah pihak
yan bertikai sehingga pihak yang lemah tidak dapat mengambil
keputusan untuk menyelesaikan pertikaiannya, karena pihak lawan lebih
kuat. Sedangkan konflik tersebut harus terselesaikan karena dapat
menimbulkan dampak negatif bagi salah satu pihak yang bertikai
sehingga untuk menyelesaikan konflik tersebut pihak yang kuat lebih
berperan untuk menentukan cara penyelesaiannya, baik melalui paksaan
secara psikologis maupun secara fisik, dengan tujuan supaya pihak yang
lemah mengakhiri pertikaiannya dengan mengadakan kepatuhan kepada
pihak yang kuat. Misalnya penyelesaian konflik di Timur Tengah dengan
menerapkan embargo ekonomi karena aspek ekonomi dipandang dapat
menyelesaikan konflik, interaksi antara tuan dan budak dalam
perbudakan karena budak dipandang tidak memiliki hak di hadapan
tuannya.
5. Detente
Detente memiliki arti mengendorkan atau mengurangi tegangan. Dalam
menyelesaikan suatu konflik, detente lebih bersifat persuasif terhadap
kedua belah pihak yang berselisih. Ketegangan-ketegangan yang
ditimbulkan akibat konflik dapat dikurangi melalui cara-cara diplomatis,

9
yang dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan kepada kedua belah
pihak yang bertikai mempersiapkan diri untuk mengadakan penyelesaian
secara damai. Misalnya diberlakukannya gencatan senjata dalam kurun
waktu tertentu sehingga masing-masing pihak menghentikan aktivitasnya
dalam bertikai. Selama masa gencatan senjata yang telah ditetapkan
tersebut, masing-masing dapat memikirkan peluang dan cara
menyelesaikan konflik yang dipandang lebih baik dan menguntungkan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah
suatu tindakan perorangan yang merupakan hasil dari hubungan antar
individu dengan lingkungannya yang merupakan tanggapan pada lingkungan
sosialnya. Sedangkan konflik sosial adalah gambaran tentang terjadinya
perselisihan, ketegangan, atau pertentangan sebagai akibat dari perbedaan-
perbedaan yang muncul dalam kehidupan masyarakat, baik perbedaan secara
individual maupun perbedaan kelompok.
Ada beberapa faktor pembentuk perilaku sosial seperti dari perilaku
dan karakteristik orang lain, proses kognitif, faktor lingkungan, serta faktor
budaya. Bentuk-bentuk dari perilaku sosial itu sendiri terdiri dari rasionalitas
instrumental, rasionalitas nilai, tindakan tradisional, serta tindakan afektif.
Terdapat enam bentuk konflik sosial yaitu konflik pribadi, konflik
kelompok, konflik antar kelas, konflik rasial, konflik politik, serta konflik
budaya. Setiap konflik pasti ada cara penyelesainnya. Cara yang dapat
ditempuh diantaranya yaitu melalui konsiliasi, mediasi, arbitrasi, paksaan,
dan detente.

B. Saran
Sebagai bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam ras, suku,
agama, dan adat istiadat sebaiknya kita memiliki sikap saling toleransi dan
menjaga tingkah laku antar satu dengan lainnya, sehingga dengan begitu kita
dapat menghindari terjadinya konflik yang dapat meengakibatkan
pertentangan ataupun perpecahan dalam kehidupan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Baron, R.A dan Donn Bryne.2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Hlm. 24.
Dewi, Purnama. 2018. Konflik dan Perubahan Sosial [skripsi]. Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Haryati, Sri. 2016. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Malang: Universitas
Kanjuruhan Malang.
Max Weber (dalam Narwoko dan Suyanto.2011. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group) hlm. 19.
Triantoro, Dony Arung. 2019. “Konflik Sosial dalam Komunitas Virtual di
Kalangan Remaja”. Jurnal Komunikasi, Vol.13, No. 2.
Yunus, Muhammad, dkk. 2016. “Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni
Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah, Vol. 1, No. 1.

12

Anda mungkin juga menyukai