Anda di halaman 1dari 22

Ciri, Perwujudan, Jenis dan Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Psikologi Pendidikan


Dosen Pengampu : Said Akhmad Maulana, M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Frisca Melani NIM : 190141672


2. Navita Hasybyah NIM : 190141681
3. Rida Fitria NIM : 190141671

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
nikmat dari-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “ CIRI,
PERWUJUDAN, JENIS dan FAKTOR yang MEMPENGARUHI
BELAJAR” dapat diselesaikan, sholawat serta taslim tak lupa kami kirimkan atas
junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu’alahi wa sallam yang telah membawa
umat ini dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang.
Dalam rangka penyelesaian makalah ini, penulis dapat bantuan dari
berbagai pihak yang ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam
memberikan arahan dan bimbingan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini.
Walaupun dengan usaha maksimal telah kami lakukan, tapi sebagai manusia
biasa tentunya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati kami dari penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini, dan kiranya makalah ini dapat memberikan
masukkan dan informasi kepada semua pihak yang berkaitan dengan hal ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala
kekhilafan dan kesalahan. Kiranya segala bantuan pengorbanan yang telah
diberikan oleh semua pihak, mendapat ridho dari Allah SWT. Amin...
Wassalamu’alaikum wr.wb

Pangkalpinang, 19 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Ciri-ciri Belajar..........................................................................................3

B. Perwujudan Belajar....................................................................................4

C. Jenis-jenis Belajar......................................................................................6

D. Efisiensi dan Pendekatan Proses Belajar...................................................9

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar..............................................11

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

A. Kesimpulan..............................................................................................17

B. Saran.........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “ belajar” merupakan kata
yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu dilembaga pendidikan
formal.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses menuju hal yang belum
anak ketahui dengan cara berinteraksi dengan lingkungan belajar yang
sengaja diciptakan maupun lingkungan secara alami. Disanalah anak akan
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang akan membentuk suatu konsep
dalam pikiran anak itu sendiri. Belajar bukan hanya pada aspek kognitif dan
pengetahuan saja tetapi dalam proses belajar terdapat perubahan perilaku
yang terwujud ke arah positif .
Serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar pada anak untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman
disebut Pembelajaran. Di sinilah, pendidik merancang tentang strategi,
materi, media, lingkungan belajar, tujuan serta kegiatan apa saja yang akan
dilakukan untuk belajar bagi anak. Pembelajaran yang menyenangkan dan
melibatkan keaktifan anak serta adanya permainan di dalamnya akan
membuat proses belajar menjadi aktif dan tidak membosankan. Lebih dari itu,
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh anak akan bertahan lama dan
membentuk konsep pada diri anak bahwa belajar adalah hal yang asyik dan
menyenangkan.

1
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang yang telah penulis kemukakan,
maka penulis merumuskan masalah :
1. Apa saja ciri khas perilaku belajar?
2. Bagaimanakah perwujudan perilaku belajar?
3. Apa saja jenis-jenis belajar?
4. Apa saja efesiensi dan pendekatan belajar?
5. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi belajar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan latar belakang, penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui ciri khas perilaku belajar
2. Mengetahui perwujudan perilaku belajar
3. Mengetahui jenis-jenis belajar
4. Mengetahui efesiensi dan pendekatan
5. Mengetahui faktor-faktor yang mrmpengaruhi belajar

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ciri-ciri Belajar

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang


spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan,
antara lain Psikologi Pendidikan oleh Surya (1982), disebut juga sebagai
prinsip-prinsip belajar. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi
karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah :
1. Perubahan Intensional
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat
pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau
dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik inni mengandung konotasi
bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau
sekurang-kurangnya ia merasa adanya perubahan dalam dirinya, seperti
penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan pandangan sesuatu,
keterampilan dan sebaginya.
Di samping perilaku belajar itu menghendaki perubahan yang
disadari juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Namun
demikiann, perlu pula dicatat bahwa kesengajaan belajar itu, menurut
Anderson (1990) tidak penting, yang penting cara mengelola informasi
yang diterima siswa pada waktu pembelajaran terjadi. Di samping itu, dari
kenyataan sehari-hari juga menunjukkan bahwa tidak semua kecakapan
yang kita peroleh merupakann hasil kesengajaan belajar yang kita sadari.
2. Perubahan Positif dan Aktif
Positif artinya baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Hal ini
juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan
penambahan, yaknni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman
dan keterampilan baru) yang lebih bak daripada apa yang telah ada
sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan

3
sendirinnya seperti proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa
merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.
3. Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena belajar bersifat efektif, yakni berhasil
guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna dan
manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar
bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat
apabila dibutuhkann, perubahan tersebut dapat direproduksi dan
dimanfaatkan.
B. Perwujudan Belajar
Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya leihh sering
tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya
akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu timbul
karena proses penyusutan kecendruangan respons dengan menggunakan
stimulasi yang berulang-ulang. Dalam Proses belajar, pembiasaan juga
meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses
penyusutan inilah, munculah suatu pola bertingkah laku baur yang relatif
menetap dan otomatis.
2. Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf
dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahhraga dan sebagainya. Meskipun
sifatnya motoric, namun keterampilan memerulukan koordinasi gerak yang
teliti dan kesadarann yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang
melakukan gerak motoric dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah
dapat dianggap kurang trampil.
Menurut Rebber (1988), keterampilan adalahh kemampuan melakukann
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun secara mulus dan
sesuai dengan keadaan untuk mencapai mutu hasil tertentu.

4
3. Pengamatan
Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dam memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti telinga dan mata.
Berkat pengalaman belajar seorang siswa akann mampu mencapai
pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai pengertian.
Pengamatan yang salahh akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang
salah pula.
4. Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
Berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan
hubungan antara rangsangan dan respons. Disamping itu daya ingat
merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan unsur pokok dalam
berfikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami poses belajar akan
ditandai dengan bertambanya pengetahuan dalam memori, serta
meningkatnnya kemampuan menghubungkan materi tersebut dengan
stimulus atau situasi yang sedang dihadapi.
5. Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang
berpikir rasional akan menggunakan prinsip dan dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana.
6. Sikap
Menurut Bruno (1987) sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap
untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang
tertentu. Pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderuanga
siswa untuk bertindak dengan cara tertentu
7. Inhibisi
Inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu
respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang
berlangsung (Reber, 1988). Dalam porses belahar inhibisi adalah
kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang

5
tidak perlu lalu memilihh melakukan tindakan lain yang lebihh baik ketika
ia berinteraksi dengan lingkungan.
8. Apresiasi
Apersepsi adalah gejala rana afektif yang pada umumnya ditunjukan pada
karya seni budaya. Tingkat apersepsi siswa terhadap nilai sebuah karya
sangat bergantung pada tingkat pengalaman berlajarnya.
9. Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan seperti: takaut, marah, sedih, gembira dan
sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh
pengalaman belajar.
Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Dalam belajar, seseorang
tidak dapat menghindari diri suatu situasi. Situasi akan menetukan
aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi
itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar apa yang
dilakukan kemudian. Setiap situasi dimanapun dan kapanpun memberikan
kesempatan belajar kepada seseorang.
C. Jenis-jenis Belajar
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang
memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek
materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah
laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia
pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga
bermacam-macam. Untuk belajar itu sendiri memilki jenis-jenis yang
berbeda, layaknya orang yang memiliki berbagai kebutuhan dan tujuan yang
berbeda pula. Di bawah ini akan kami paparkan tentang apa saja yang
termasuk jenis-jenis belajar:
1. Belajar Abstrak
Belajar jenis ini sering diartikan dengan belajar yang menggunakan
cara-cara berpikir abstrak. Tujuan belajar jenis ini adalah untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah yang tidak nyata. Dalam

6
mempelajari hal-hal yang abstrak, diperlukan nalar yang kuat disamping
penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Seperti ilmu tauhid,
filsafat Islam dan lain-lain.
2. Belajar Keterampilan
Belajar jenis ini adalah belajar dengan menggunakan gerakan-
gerakan motorik, yakni yang berhubungan dengan urat-urat saraf dan otot-
otot. Tujuan belajar jenis adalah untuk memperoleh dan menguasai
keterampilan-keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini,
latihan-latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan. Misalnya :
wudhu, tayammum, haji dan pelajaran lain yang menyangkut soal
keterampilan dalam Islam.
3. Belajar Sosial
Belajar jenis ini adalah belajar memahami masalah-masalah dan
teknik-teknik untuk memecahkan masalah-masalah social. Tujuan belajar
jenis ini adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam
memecahkan masalah-masalah social seperti keluarga, persahabatan,
kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat social atau
kemasyarakatan. Belajar social juga bertujuan untuk mengatur dorongan
nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada
orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara
berimbang dan proposional. Dalam pembelajan PAI muatan belajar sosial
ini adalah pendidikan Akidah Akhlak.
4. Belajar Pemecahan Masalah
Belajar jenis ini adalah belajar dengan menggunakan metode-metode
ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Artinya,
belajar jenis ini tampak pada penggunaan pendekatan sistematis, logis,
teratur, dan teliti sebagai dasar pemecahan masalah. Tujuan belajar jenis
ini adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk
memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk mencapai
tujuan belajar jenis ini, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-

7
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat
diperlukan.
5. Belajar rasional
Belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan
rasional sering disebut belajar rasional. Tujuan belajar jenis ini adalah
untuk memperoleh bermacam-macam keecakapan menggunakan prinsip-
prinsip dan konsep-konsep. Belajar jenis ini erat kaitannya dengan belajar
pemecahan masalahnya. Melalui belajar jenis ini, diharapkan memiliki
kemampuan rasional, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan
menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis.
Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar
rasional, sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan
masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak member tekanan khusus
pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya, bidang-bidang studi
noneksakta pun dapat member efek yang sama dengan bidang studi
eksakta dalam belajar rasional
6. Belajar kebiasaan
Belajar jenis ini diartikan dengan proses pembentukan kebiasaan-
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar
jenis ini selain menggunakan perintah, contoh atau tauladan, dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hokum-hukum dan ganjaran.
Tujuan belajar ini adalah agar siswa memperoleh sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti
selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu. Dengan perkataan lain, selaras
dengan norma-norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat
religious maupun tradisional dan cultural.
7. Belajar apresiasi
Belajar jenis ini sering diartikan dengan belajar mempertimbangkan
arti penting atau nilai suatu objek. Tujuan belajar jenis ini adalah agar
siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa seperti
kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu

8
misalnya apresiasi sastra, music, dan sebagainya. Mata pelajaran yang
menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi, antara lain bahasa dan
sastra, kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar. Dalam mata
pelajaran agama islam, jenis belajar ini tampak pada apresiasi siswa
terhadap seni membaca alqur’an dan kaligrafi.
8. Belajar pengetahuan
Belajar jenis ini dikenal dengan belajar studi. Belajar pengetahuan
adalah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap
suatu objek pengetahuan tertentu. Tujuan belajar jenis ini adalah agar
siswa memperoleh tambahan informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu. Seperti dengan menggunakan alat-alat laboratorium
dan penelitian lapangan.
D. Efisiensi dan Pendekatan Proses Belajar
Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat
melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk factor-faktor yang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sering terjadi seorang
siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi
daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama
dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan bukan hal yang mustahil jika
suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai ke
titik yang lebih rendah daripada temnnya yang berkapasitas rata-rata
1. Efisiensi Belajar
Pada umumnya orang melakukan usaha atau bekerja dengan harapan
memeroleh hasil yang banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga, dan
waktu yang banyak pula, atau dengan kata lain efisien. Efisien adalah
sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha
dengan hasilnya (Gie, 1985). Dengan demikian, ada dua macam efisiensi
yang dapat dicapai siswa, yaitu :
a. Efisiensi usaha belajar adalah suatu kegiatan belajar mengajar dapat
dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai
dengan usaha yang hemat atau minim.

9
b. Efisiensi hasil belajar merupakan sebuah kegiatan belajar dapat pula
dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan
prestasi belajar tinggi.
2. Ragam Pendekatan Belajar
Banyak pendekatan belajar yang dapat Anda ajarkan kepada siswa untuk
mempelajari bidang studi atau materi pelajara yang sedang mereka tekuni.
Diantara pendekata-pendekatan belajar yang dipandang representatif
(mewakili), yaitu:
a. Pendekatan Hukum Jost
Menurut Reber (1988), salah satu asumsi penting yang mendasari
Hukum Jost adalah siswa yang lebih sering mempraktikan materi
pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang
berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Selanjutnya,
berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5x3
adalah lebih baik daripada 3x5 walaupun hasil perkalian kedua kiat
tersebut sama.
Maksudnya, mempelajari sebuah materi atau bidang studi, dengan
alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lebih efektif daripada
mempelajari materi tersebut dengan alokasi 5 jam sehari tetapi hanya
selama 3 hari.
b. Pendekatan Ballard & Clanchy
Menurut Ballard & Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa
pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan
(attitude to knowledge). Ada dua macam siswa dalam nenyikapi ilmu
pengetetahuan, yaitu:
1) Sikap melestarikan materi yang sudah ada (conserving)
Siswa menggunakan pendekatan belajar reproduktif (bersifat
menghasilkan kembali fakta dan informasi).
2) Sikap memperluas materi (extending)
Siswa biasanya menggunakan pendekatan belajar analitis
(berdasarkan pemilahan dan interpretasi fakta dan informasi). Siswa

10
cukup banyak yang menggunakan pendekatan belajar yang lebih
ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran
mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan
melainka juga mengembangkannya.
3. Metode Belajar SQ3R
SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah-langkah
mempelajari teks yang meliputi:
a. Survey, maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi
seluruh teks;
b. Question, maksudnya menyusun daftar pertanyaan yang relevan dengan
teks;
c. Read, maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun;
d. Recite, maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan;
e. Review, maksudnya meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan
yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat


kita bedakan menjadi tiga macam, yakni:

1. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa)


Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni:
a. Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai
tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, dapat menurunkan kualitas
ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang
atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap
bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman

11
yang bergizi, memilih pola istirahat dan olahraga yang ringan secara
teratur dan berkesinambungan.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan
indera pendengar dan indera penglihat, sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
Apabila daya pendengaran dan daya penglihatan siswa rendah, akan
menyulitkan sensory register dalam menyerap item-iten informasi yang
bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akan berakibat
terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori
siswa tersebut.
b. Aspek Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikis tentu saja berpengaruh terhadap
proses belajar yang bersifat psikis juga. Beberapa factor psikis yang
utama, yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar, ialah:
1) Intelegensi
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi,
intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan
“menara pengontrol” hamper seluruh aktivitas. Tingkat kecerdasan
(IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
2) Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency)
dengan cara yang relative tetap terhadap objek, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap (attitude)
siswa yang positif, terutama pada guru dan mata pelajaran yang di
bawanya pertanda awal yang baik bagi proses belajar belajar siswa
tersebut.

12
3) Bakat
Hampir tak ada orang yang membantah, bahwa belajar pada
bidang yang sesuai dengan bakat yang dimilki, akan memperbesar
kemungkinan berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak hal-hal yang
selalu menghalangi untuk trcipatanya kondisi yang sangat diingini
oleh setiap orang. Dalam lingkungan sekolah (SMP, SMA) belum
semua sekolah member pelajaran pilihan bebas, yang memang sesuai
dengan bakat anak-anak. Memang diakui alat pengukur bakat yang
benar-benar dapat diandalkan sampai saat ini masih langka. Secara
mudah, bila dijumpai muruid-murid berprestasi sangat menonjol
dalam bidang tertentu kiranya ini perlu mendapatkan perhatian
khusus, sebab ada kemungkinan anak tersebut mempunyai bakat
dalam bidang itu.
4) Minat
Jika seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat, maka
dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik, sebaliknya kalau
seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuata, jangan
diharapkan bahwa akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal
tersebut. Karena persoalan yang biasa timbul ialah bagaimana
mengusahakan agar hal yang diinginkan sebagai pengalaman belajar
itu menarik minat para pelajar atau bagaimana cara menentukan agar
para pelajar dapat belajar sesuai dengan minatnya.
5) Motivasi
Motivasi belajar artinya bagaimana permulaannya seseorang
itu mau belajar. Karena, belajar merupakan suatau keharusan.
Keinginan untuk hidup sebagai manusia haruslah melakukan belajar.
Belajar terjadi karena timbulnya kebutuhan. Kebutuhan inilah yang
mendorong sesorang ntuk belajar.
6) Emosi
Sesuai dengan proses belajar dalam perkembangan kehidupan
sesorang maka terbentuklah suatu tipe atau keadaan kepribadian

13
tertentu, antara lain menjadi seseorang yang emosional, mudah putus
asa. Hal ini tentu ikut menentukan bagaimana ia menerima,
menghayati pengalaman yang diperoleh. Keadaan emosi yang labil,
mudah marah, mudah tersinggung, merasa tertekan, dapat
menggangu keberhasilan anak dalam belajar. Sedangkan, perasaan
gembira, bebas, merupakan aspek yang mendukung dalam kegiatan
belajar.
7) Kemampuan Kognitif
Yang dimaksud dengan kemampuan kognitif adalah
kemampuan menalar yang dimiliki oleh siswa. Perlu diketahui
bahwa penalaran kognitif tidak akan berkembang dengan baik, tanpa
adanya latihan. Untuk itu, belajar secara teratur akan meningkatkan
kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa)
Faktor eksternal terdiri dari tiga macam, yaitu:
a. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan alami, yaitu kondisi alam yang dapat berpengaruh
terhadap proses dan hasil belajar, seperti: suhu udara, kelembaban
udara, cuaca, musim yang sedang berlangsung, termasuk kejadian
alam yang ada.
2) Lingkungan sosial, yaitu ingkungan sekolah seperti para guru, para
tenaga kependidikan, teman sekelas, masyarakat, keluarga. Para guru
yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan
memperlihat suri tauladan yang baik. Kondisi masyarakat yang serba
kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Yang
lebih banyak mempengaruhi ialah orang tua dan keluarga siswa.
3) Lingkungan non sosial, faktor-faktor yang termasuk lingkungan non
social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal
siswa dan letaknya, alat-alat belajar dan waktu yang digunakan
siswa. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.

14
b. Faktor-Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan pengujiannya
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Factor inilah
yang dapat dimanipulasi untuk mencapai tujuan belajar yang telah
dirancang. Faktor instrumental antara lain:
1) Kurikulum
Kurikulum sekolah yang belum mantap, dapat mengganggu proses
belajar siswa. Terutama siswa yang terkena aturan perubahan
kurikulum. Kurikulum yang baik, jelas, dan mantap memungkinkan
para siswa untuk dapat belajar lebih baik pula.
2) Program
Program pendidikan dan pengajaran di sekolah yang telah dirinci
dalam suatu kegiatan yang jelas, akan memudahkan siswa dalam
merencanakan dan mempersiapkan untuk mengikut program
tersebut. Program-program yang jelas tujuannya, sasarannya,
waktunya, dan kegiatannya membantu siswa dalam proses belajar
3) Bahan atau hal yang dipelajari
Bahan atau hal yang dipelajari akan menentukan bagaimana proses
belajar itu terjadi dan akan menentukan pula kuantitas maupun
kualitas belajar. Berbeda dalam prose, berbeda pula dalam hasil
belajar.
4) Sarana dan fasilitas
Keadaan gedung/tempat belajar siswa, termasuk penerangan,
fentilasi, dan tempat duduk dapat mempengaruhi keberhasilan dalam
belajar. Penerangan yang cukup, fentilasi yang memungkinkan
pergantian udara secara baik, tempat duduk yang memadai dan
ruangan yang bersih akan membuat iklim yang kondusif untuk
belajar.
5) Guru/tenaga kerja
Kelengkapan jumlah tenaga pengajar dan kualitas dari guru tersebut
akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Disamping

15
itu, cara guru mengajar akan mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa.Kemampuan guru, kedisiplinan dan cara mengajar yang baik
yang dimiliki oleh setiap guru, memungkinkan para murid belajar
secara baik.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik. Di antara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik
perilaku belajar yang terpenting adalah: Perubahan Internasional, Perubahan
Positif Dan Aktif, serta Perubahan Efektif Dan Fungsional

Perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam


perubahan-perubahan kebiasaan, keterampilan, pengamatan, berpikir
Asosiatif Dan Daya Ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi,
apresiasi dan tingkah laku efektif.

Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan


sejalan dengan kebutuhan manusia yang juga bermacam-macam, yaitu :
Belajar Abstrak, Belajar Keterampilan, Belajar Sosial, Belajar Pemecahan
Masalah, Belajar Rasional, Belajar Kebiasan, Belajar Apresiasi, dan Belajar
Pengetahuan

Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat


melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sering terjadi seorang
siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi
daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama
dengan yang dicapai teman-temannya. Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) dan
faktor eksternal (faktor dari luar siswa).

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun ini. Semoga apa yang telah
kami susun ini dapat berguna selanjutnya untuk membatu baik untuk
peningkatan nilai maupun untuk membantu proses belajar-mengajar. Sekali

17
lagi kami meminta maaf apabila dari keseluruhan isi makalah yang kami
susun ini terdapat beberapa kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena kesediaan
teman-teman, bapak/ibu guru, atau para pembaca untuk memberikan
sumbangsih saran dan kritiknya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pengertian Belajar, Ciri, Jenis, Bentuk serta Alat yang Digunakan
dalam Mengajar. Diakses pada tanggal 23 Novenber 2019.
https://hapidzcs.wordpress.com/2012/10/03/pengertian-belajar-ciri-jenis-
bentuk-serta-alat-yang-digunakan-dalam-mengajar/
Mustofa, Bisri. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Prama Ilmu
Suryabrata, Sumardi. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
Syah, Muhibbin. 2017. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya

19

Anda mungkin juga menyukai