Anda di halaman 1dari 14

Matakuliah Dasar-Dasar Pendidikan IPA

PRINSIP-PRINPIP DAN KARAKTERISTIK


KETERAMPILAN PROSES SAINS

Di Susun Oleh:

1. Dwi Setyorini (0402518016)


2. Muhammah Khorul Rois (0402518011)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wataala atas limpahan Rahmat


dan Nikmat yang diberikan sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk sebaik mungkin. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan bagi para pembaca dalam bidang
ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan.

Harapan semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi agar lebih baik lagi.

Dalam makalah ini masih banyak kekurangan karena sumber yang


masih kurang ataupun proses menganalisis yang masih terbatas. Oleh karena
itu, diharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritik dan masukan
demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 29 Agustus 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang


dewasa dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalikan diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal I ayat (1) yang menyatakan:

“Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan


yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional. Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pengembangan kurikulum berdasarkan standar
nasional memerlukan langkah dan strategi yang harus dikaji berdasarkan
analisis yang cermat dan teliti. Peserta didik merupakan anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu.”

Wujud perhatian dalam pendidikan saat ini adalah adanya tuntutan


dari masyarakat terhadap perubahan paradigma pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Selama ini, pembelajaran di sekolah masih
cenderung berpusat pada guru (teachers oriented) artinya bahwa
pembelajaran masih berpusat pada guru dan tidak melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran, guru menjadi satu-satunya sumber
pengetahuan dan peserta didik diibaratkan dengan gelas kosong yang harus
diisi dengan pengetahuan dan kete-rampilan sebanyak-banyaknya. Dengan
diberlakukannya Kurikulum 2013, paradigma pembelajaran di sekolah
menjadi berpusat kepada siswa. Perubahan paradigma ini menuntut para
guru dan pihak sekolah untuk menciptakan pembelajaran kreatif, inovatif
dan berkua-litas yang muaranya adalah terbentuknya pri-badi peserta didik
yang unggul dan mampu bersaing dalam kehidupan bermasyarakat.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan kumpulan pengetahuan


yang berupa fakta, konsep, prinsip serta proses penemuan. IPA berkaitan
dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis. Pada
hakikatnya sains mencakup proses, produk, dan sikap. Sains sebagai proses,
lebih mengutamakan pada proses bagaimana cara memperoleh ilmu
pengetahuan alam. Sains sebagai produk, lebih menekankan hasil yang
diperoleh dalam kegiatan sains itu, baik konsep, maupun persamaan-
persamaan. Sains sebagai sikap lebih menekankan pada upaya membekali,
melatih, atau menanamkan nilai-nilai positif dalam diri peserta didik
(Gunawan, 2015).

Dasna dan Sutrisno 2011 menyatakan salah satu indikator rendahnya


kualitas pendidikan kita adalah siswa kurang mampu menyelesaikan
permasalahan kontekstual yang dihadapinya. Hal ini disebakan karena
proses pembelajaran mentitikberatkan pada penghafalan materi dan
prosedur tanpa pernah sekalipun dihadapkan pada kenyataan di lapangan.

Oleh karenanya itu, seyogyanya dalam meningkatkan kemampuan


peserta didik dalam matapelajaran IPA/Sains maka dierlukan suatu metode
yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berproses
dalam memecahkan suatu permasalahan. Tidak hanya lebih menekankan
pada aspek hafalan melainkan siswa lebih pada praktek langsung sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam berfikir kritis,
kolaborasi dan komunikasi. Dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai
prinsip-prinsip dan karakteristik keterampilan proses sains.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan maslah dalam makalah ini ialah Bagaimana Prinsip
dan karakteristik keterampilan proses sains?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalh ini ialah untuk mengetahui dan karakteristik
keterampilan proses sains
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keterampilan Proses

Keterampilan Proses, menurut Muh. Azhar (1991) adalah


keterampilan siswa untuk mengelola hasil ( perolehan) yang didapat dalam
KBM yang memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk
mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
merencanakan penelitian dan mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.
Menurut Daud (2018) menyatakan bahwa keterampilan proses sains
(KPS) merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual yang mendiskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisir pengalaman belajar dan pembelajaran dan untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.
Selanjutnya Amnie, dkk (2011) menyatakan bahwa keterampilan
proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang
diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan keterampilan dalam
memperoleh pengetahuan menjadi suatu penekanan tersendiri dalam
pembelajaran sains. Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam
pembelajaran sangat penting karena menumbuhkan pengalaman selain
proses belajar.

2.2. Prinsip dan Karakteristik Keterampilan Proses Sains

Prinsip dan karakteristik keterampilan proses sains terdapat enam


macam. Enam karakteristik dari keterampilan proses sains ini sangat penting
baik secara individu maupun kelompok. Prinsip dan karakteristik
keterampilan proses sains menurut (Nuryani, 1995) yaitu :
1. Pengamatan (Observasi)

Mengamati adalah keterampilan proses sains yang paling awal.


Mengamati benda-benda dan peristiwa menggunakan panca indera, yang
berarti belajar tentang dunia dan sekitar. Kemampuan untuk membuat
pengamatan yang baik sangat penting untuk perkembangan keterampilan
proses sains lainnya, yaitu: berkomunikasi, mengklasifikasinya, mengukur,
menyimpulkan dan memprediksi.

Pengamatan sederhana dibuat hanya menggunakan indra, yang


biasanya menghasilkan pengamatan kualitatif. Pengamatan yang melibatkan
angka atau kuantitas adalah pengamatan kualitatif. Pengamatan kuantitatif
memberikan infomasi yang lebih tepat dibandingkan informasi dari indea
saja. Tidak mengherankan, jika siswa teutama yang masih kecil,
membutuhkan bantuan untuk membuat pengamatan yang baik. Pengamatan
baik jika hasil pengamatan rinci dan akurat. Siswa harus diminta untuk
mendeskripsikan pengamatan berupa penulisan atau gambar selengkap
mungkin. Informasi hasil pengamatan siswa haus dibuat dengan penuh
rincian karena akan dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang
konsep yang sedang dipelajari.

Apabila siswa mengamati dengan panca indera atau dengan


instrumen, dapat membimbing agar membuat deskripsi lebih baik dan lebih
rinci. Dapat melakukan ini dengan mendengarkan pengamatan awal siswa
dan kemudian mendorong mereka untuk menjelaskan. Misalnya, jika
seorang siswa menjelaskan apa yang dia lihat, mereka mungkin hanya
menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak ukuran atau bentuknya.
Seorang siswa mungkin menggambarkan warna suatu objek tetapi tidak
ukuran atau bentuknya. Seorang siswa mungkin menggambarkan volume
suara namun tidak pitch atau iramanya. dapat mendorong siswa untuk
menambahkan rincian deskripsi mereka dan tidak hanya dari lima indea
yang meeka gunakan..
2. Komunikasi
Komunikasi adalah keterampilan proses sains yang ke dua, bergan
dengan dengan pengamatan. Siswa harus berkomunikasi dalam rangka
membagikan hasil pengamatan kepada orang lain, dan komunikasi harus
jelas dan efektif agar orang lain dapat memahami informasi tersebut. Salah
satu kunci untuk berkomunikasi efektif adalah dengan menggunakan
rujukan (referensi). mungkin mengatakan langit biru, rumput hijau, atau
lemon kuning untuk menggambarkan nuansa biru, hijau, atau kuning.
Idenya adalah untuk berkomunikasi menggunakan deskripsi kata-kata yang
baik untuk berbagi pemahaman dengan orang-orang pada umumnya.Tanpa
rujukan, telah membuka pintu kesalahpahaman. Jika hanya mengatakan
panas atau kasar, mungkin pendengar mempunyai gagasan yang berbeda
tentang bagaimana panas atau kasar. Jika siswa mencoba untuk menjelaskan
ukuran diameter kelereng mereka mungkin menggunakan ukuran
sepatunya sebagai suatu rujukan. Diameter kelereng bisa lebih besar atau
lebih kecil dari sepatu siswa tersebut.

3. Pengukuran
Poses tambahan keterampilan mengukur menjadi kasus khusus dari
mengamati dan berkomunikasi. Ketika mengukur berapa benda,
membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan rujukan yang
disebut satuan. Sebuah informasi hasil pengukuran berisi dua bagian yaitu
angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk
memberitahu berapa banyak dengan rujukan apa. Siswa dapat
mengkomunikasikan hasil pengamatan mereka secara lisan, secara tertulis,
atau dengan gamba meggambar. Metode lain untuk mengkomuniukasikan
hasil pengamatan yang sering digunakan adalah grafi8k, diagram, peta dan
demonstrasi visual.

4. Pengelompokkan/ Klasifikasian
Siswa di kelas-kelas awal diharapkan dapat memilah benda-benda
atau fenomena ke dalam kelompok berdasarkan pengamatan mereka.
Pengeompokkan obyek atau peristiwa adalah cara memilah objek
berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Ini merupakan langkah
penting menuju pemahaman yang lebih baik tentang objek yang berbeda dai
gejala alam.
Ada beberapa metode yang berbeda dalam melakukan klasifikasi.
Metode yang paing sederhana adalah klasifikasi serial. Objek ditempatkan
dalam urutan peingkat didasarkan pada persyarata, misalnya siswa
dikelompokkan berdasarkan tingginya. Dua metode lainnya adalah
klasifikasi biner dan klasifikasi bertingkat. Misalnya, hewan dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu hewan dengan tulang
punggung dan hewan tanpa tulang unggung. Sebuah klasifikasi biner jugab
dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu persyaratan. Objek
dalam satu kelompok harus memiliki semua sifat-sifat yang diperlukan, jika
tidak mereka akan menjadi kelompok lain.

5. Kesimpulan
Tidak seperti pengamatan yang buktinya langsung terkumpul di ser
obyek, kesimpulan adalah penjelasan atau tafsiran (interpretasi) yang dibuat
berdasarkan pengamatan. Ketika mampu membuat kesimpulan,
menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa disekitar, memiliki
apresiasi yang lebih baik terhadap lingkungan. Siswa perlu diajarkan dalam
membedakan antara pengamatan dan kesimpulan. Mereka harus mampu
membedakan dengan bukti yang mereka kumpulkan mengenai alam antara
pengamatan dengan tafsiran mereka berdasarkan pengamatan dan
kesimpulan. Dengan begitu siswa dapat terbantu untuk membuat perbedaan
dengan terlebih dahulu memberikan stimulus /dorongan untuk
dapat mendeskripsikan pengamatan mereka menjadi rinci. Kemudian,
dengan member pertanyaan-pertanyaan siswa tentang pengamatan mereka
dapat mendorong siswa untuk berpikir tentang makna dari pengamatan.
Berpikir untuk membuat kesimpulan dengan cara ini mengingatkan untuk
mengkaitkan kesimpulan apa yang telah diamati dengan apa yang sudah
diketahui dari pengalaman sebelumnya. menggunakan pengalaman masa
lalu untuk membantu menafsirkan hasil pengamatan.

Seringkali kesimpulan yang berbeda dapat dibuat


berdasarkan pengamatan yang sama. Kesimpulan juga bisa berubah seiring
dengan hasil pengamatan tambahan. Pada umumnya lebih percaya diri
tentang kesimpulan ketika pengamatan yang diperoleh cocok dengan
pengalaman masa lalu. juga lebih percaya diri tentang kesimpulan saat
mengumpulkan lebih banyak bukti pendukung. Ketika siswa mencoba untuk
membuat kesimpulan, mereka sering harus kembali dan membuat
pengamatan tambahan agar menjadi lebih percaya diri dalam mengambil
kesimpulan kesimpulan. Kadang-kadang membuat pengamatan tambahan
akan memperkuat kesimpulan, tapi kadang-kadang informasi tambahan
akan menyebabkan untuk memodifikasi atau bahkan menolak kesimpulan
sebelumnya. Dalam ilmu pengetahuan, kesimpulan tentang bagaimana
segala sesuatu bekerja secara terus menerus dibangun, diubah dan bahkan
ditolak berdasarkan pengamatan baru.

6. Ramalan
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara
logis tentang hasil dari kejadian masa depan. Kemampuan untuk
membuat ramalan tentang kejadian di masa depan memungkinkan untuk
berhasil berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ramalan ini didasarkan
pada pengamatan yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian
yang diamati. Seperti kesimpulan, ramalan didasarkan pada apa yang amati
dan masa lalu sehingga mengalami model mental yang terbangun dari
pengalaman-pengalaman. Jadi meramal tidak hanya sekedar menebak, tetapi
harus berdasarkan kesimpulan atau hipotesis tentang
peristiwa yang memberi cara untuk menguji kesimpulan atau hipotesis.
Jika ramalan tersebut ternyata benar, maka memiliki keyakinan lebih
besar pada inferensi/hipotesis. Ini adalah dasar dari proses ilmiah yang
digunakan oleh para ilmuwan yang bertanya dan menjawab pertanyaan
dengan mengintegrasikan bersama-sama enam keterampilan ilmu dasar
proses.
Keberhasilan dalam mengintegrasikan keterampilan proses sains
dalam pelajaran di kelas dan penyelidikan (investigasi) lapangan akan
membuat pembelajaran memberikan pengalaman yang lebih kaya dan lebih
bermakna bagi siswa. Siswa akan belajar keterampilan sains serta isi sains,
dan secara aktif terlibat dengan sains yang mereka pelajari dan dengan
demikian dapat mencapai pemahaman yang lebih
dalam. Akhirnya, keterlibatan aktif dengan sains kemungkinan akan
menyebabkan siswa menjadi lebih tertarik dan memiliki sikap lebih positif
terhadap sains.

2.3. Kelebihan Keterampilan Proses Sains


Menurut Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah:
1. Keterampilan proses sains dapat memberikan rangsangan ilmu
pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep
ilmu pengetahuan dengan baik.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu
pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita
tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih
aktif.
3. Keterampilan proses sains membuat siswa menjadi belajar proses
dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses perlu


memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Mulyasa, 2011):
1. Keaktifan peserta didik didorong oleh kemampuan untuk belajar
karena adanya tujuan yang ingin dicapai (asas motivasi)
2. Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan
pendayagunaan potensi yang dimilkinya
3. Suasana kelas dapat mendorong atau menguarangi aktivitas peserta
didik. Suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas
dan kerativitas peseta didik
4. Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan
kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai
tujuan.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk
keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Dalam
keterampilan proses sains memiliki prinsip-prinsip dan karakteristik yaitu
pengamatan/observasi, Komunikasi, Pengukuran, Pengelompokan/
klasifikasi, Ramalan dan Kesimpulan.
Kelebihan dari keerampilan sains ialah dapat memberikan
rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan
konsep ilmu pengetahuan dengan baik; Memberikan kesempatan kepada
siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau
mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa
menjadi lebih aktif.; Keterampilan proses sains membuat siswa menjadi
belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus

3.2. Saran
Diharapkan pada makalah selanjutnya lebih didasarkan pada analisis
jurnal terkait keterampilan proses. Selain itu, perlu adanya saran agar
makalah ini lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar Muhammad. 1997. Proses Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha


Nasional
Dasna I Wayan dan Sutrisno. 2011. Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning). FMIPA Universitas Negeri Semarang
Dimyati dan Mudjiyono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta
Gunawan. 2015. Model Pembelajaran Sains Berbasis ICT. Mataram: FKIP
UNRAM.
Mulyasa. (2011). Menejmen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan
Implementasi. Bandung; PT. Remaja Rosdakarya
Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.(SISDIKNAS). Jakarta: Sinar Grafika.

Anda mungkin juga menyukai