Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

TAKSONOMI BLOOM DAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM


PEMBELAJARAN IPA SD
Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti mata kuliah Pendidikan
Kepramukaan yang dibina oleh : Ibu Esti Untari, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Offering H8

1. Muhammad Sofwan Raharjo (180151602238)


2. Novi Ratnasari (180151602225)
3. Nanda Wahyu Herdiyanti (180151602181)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRA SEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
September 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun telah mampu
menyelesaikan makalah berjudul “Taksonomi Bloom dan Penilaian Autentik
Dalam Pembelajaran IPA SD” penyusun yakin tanpa ridha dan izin-Nya tidak
mungkin makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya dan
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Kepramukaan. Penyusun menyadari bahwa selama penulisan makalah ini
penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Esti Untari S.Pd., M.Pd. selaku dosen matakuliah yang telah membantu
penulis selama menyusun makalah ini.
2. Rekan-rekan yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
3. Semua pihak yang tidak bias disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaannya dan semoga bermanfaat bagi kita
semua.

Blitar, 1 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Taksonomi Bloom....................................................................................................5
2.2 Asesmen Di Kelas Tinggi Dan Kelas Rendah..........................................................9
2.3 Asesmen Kinerja....................................................................................................17
2.4 Asesmen Portofolio................................................................................................26
2.5 HOTS (Higher Order of Thinking Skill).................................................................30
BAB III............................................................................................................................33
PENUTUP.......................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan............................................................................................................33
DAFTAR RUJUKAN......................................................................................................35

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses pembelajaran sains di SD menuntut keterlibatan peserta didik
secara aktif dan bertujuan agar penguasaan dari kognitif, afektif, dan
psikomotor terbentuk pada diri siswa. Bentuk atau sistem penilaian yang
digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa sangat berpengaruh terhadap
strategi pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan guru. Sistem penilaian
yang benar adalah yang selaras dengan tujuan dan proses pembelajaran.
Tujuan pembelajaran Sains di SD dirangkum kedalam tiga aspek sasaran
pembelajaran yaitu penguasaan konsep Sains, pengembangan keterampilan
proses/kinerja siswa, dan penanaman sistem ilmiah.
Asesmen otentik meliputi asesmen kinerja, observasi dan pertanyaan,
presentasi dan diskusi, proyek dan investigasi, serta portofolio dan jurnal.
Salah satu asesmen yang cocok digunakan pada pembelajarna IPA di SD
untuk menggambarkan kemajuan siswa adalah asesmen kinerja dan portofolio.
Agar hasil belajar dapat diungkap secara menyeluruh, maka selain
digunakan alat ukur tes objektif dan subjektif perlu dilengkapi dengan alat
ukur yang dapat mengetahui kemampuan siswa dari aspek kerja ilmiah dan
seberapa baik siswa dapat menerapkan informasi yang diperolehnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan taksonomy bloom ?
2. Bagaimana asesmen dikelas tinggi dan kelas rendah?
3. Bagaimana asesmen kinerja dalam pembelajaran IPA?
4. Bagaimana asesmen portofolio dalam pembelajaran IPA?
5. Apa yang dimaksud dengan HOTS?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui taksonomy bloom.
2. Untuk mengetahui asesmen dikelas tinggi dan kelas rendah.
3. Untuk mengetahui asesmen kinerja dalam pembelajaran IPA.
4. Untuk mengetahui asesmen portofolio dalam pembelajaran IPA.
5. Untuk mengetahui HOTS.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Taksonomi Bloom
Secara bahasa Taksonomi sendiri berasal dari kata tassein dan nomos.
Keduanya merupakan bahasa Yunani yang memiliki makna tassein
mengklasifikasi dan nomos berarti aturan. Sementara menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Taksonomi merupakan klasifikasi bidang ilmu: kaidah dan
prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian Taksonomi Bloom
adalah hierarkhi klasifikasi atas aturan atau prinsip dasar. Sedangkan
taksonomi untuk tujuan pendidikan adalah pengklasifikasian terhadap tujuan
pendidikan yang kemudian digunakan untuk merumuskan tujuan
pembelajaran dan tujuan kurikulum.
Taksonomi pendidikan lebih dikenal dengan sebutan “Taksonomi Bloom”.
Taksonomi ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Bloom dan kawan-
kawan pada tahun 1956. Sejarahnya bermula ketika pada awal tahun 1950-an,
dalam Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, sebagai kelanjutan kegiatan
serupa tahun 1948, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa
persentase terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di
sekolah hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka. Hapalan
tersebut sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berpikir (menalar,
“thinking behaviors”). Artinya, masih ada taraf lain yang lebih tinggi. Bloom,
Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl kemudian pada tahun 1956 merumuskan
ada tiga golongan domain kemampuan (intelektual, “intellectual behaviors”)
yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah:
penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa
domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut

5
dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan
secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai
tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
penjelaskan ketiga domain tersebut adalah:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif)
Cognitive Domain adalah yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan
keahlian mentalitas. Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan
keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses
berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai
sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga
mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam
keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru
sebagai produk inovasi pikirannya.
Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri
dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian
kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
a. Pengetahuan ( Knowledge ).
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,
prinsip dasar, dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika diminta
menjelaskan manajemen kualitas, orang yang berada di level ini bisa
menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk
yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk, dan
sebagainya.
b. Pemahaman ( Comprehension ).
Dikenali dari kemampuan untuk membaca dan memahami
gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan, peraturan, dan sebagainya.
Sebagai contoh, orang di level ini bisa memahami apa yang diuraikan
dalam fish bone diagram, pareto chart, dan sebagainya.

6
c. Aplikasi ( Application ).
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan
gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam
kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang
penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yang berada di
tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan
penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
d. Analisis ( Analysis ).
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi
yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke
dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit. Sebagai contoh,
di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab
meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari
setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam
tingkat keparahan yang ditimbulkan.
e. Sintesis ( Synthesis ).
Satu tingkat di atas analisa, seseorang di tingkat sintesa akan
mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang
sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi
yang harus didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu
memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi
berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya
kualitas produk.
f. Evaluasi ( Evaluation )
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap
solusi, gagasan, metodologi, dan sebagainya dengan menggunakan
kriteria yang cocok atau standar yang ada untuk memastikan nilai
efektivitas atau manfaatnya. Sebagai contoh, di tingkat ini seorang
manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yang sesuai

7
untuk dijalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai
ekonomis, dan sebagainya.
2. Affective Domain (Ranah Afektif)
Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol.
a. Penerimaan ( Receiving/Attending ).
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di
lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan
perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya.
b. Tanggapan ( Responding ).
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya.
Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan
tanggapan.
c. Penghargaan ( Valuing ).
Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada suatu objek,
fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari
serangkaian nilai tertentu yang diekspresikan ke dalam tingkah laku.
d. Pengorganisasian ( Organization )
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di
antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga
menjadi karakteristik gaya-hidupnya.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor).
Psychomotor Domain berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin,dan lain-lain.
Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain
berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
a. Persepsi (Perception)

8
Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu
gerakan.
b. Kesiapan (Set).
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan.
c. Merespon (Guided Response).
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk
di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
d. Mekanisme ( Mechanism ).
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil
dengan meyakinkan dan cakap.
e. Respon Tampak yang Kompleks ( Complex Overt Response ).
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola
gerakan yang kompleks.
f. Penyesuaian ( Adaptation ).
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan
dalam berbagai situasi.
g. Penciptaan ( Origination ).
Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau
permasalahan tertentu.
2.2 Asesmen Di Kelas Tinggi Dan Kelas Rendah
Asesmen merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembelajaran
di bidang studi apapun. Asesmen hendaknya dibedakan dari pengukuran
prestasi belajar (pengumpulan informasi tentang prestasi murid-murid
melalui tes dan lembar kerja) sedangkan assemen merupakan konsep yang
lebih luas yang mencakup penilaian profesionlal pendidik, perasaan dan
pengamatan, serta informasi-informasi lain yang di kumpulkan dari
lingkungan belajar.
Fungsi assesmen:
a. Sebagai alat untuk merencanakan, pedoman, memperkaya pembelajran
IPA di kelas.
b. Sebagai alat komunikasi dengan murid-murid, administrator dan orang
tua murid, tentang pentingnya IPA.

9
c. Sebagai alat untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan
pembelajaran.
d. Sebagai alat untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA.
 Jenis-Jenis Asesmen Menurut Tujuan
Ada tiga jenis asesmen menurut tujuan asesmen yaitu tujuan diagnostik,
tujuan formatif, dan tujuan sumatif. Gunanya asesmen diagnostik adalah
untuk hal-hal apa yang belum diketahui murid, dan hal-hal apa apa saja yang
telah diketahui murid. Asesmen diagnostik dalam pembelajaran IPA
bertujuan untuk melacak miskonsepsi IPA secara sendiri. Asesmen formatif
memberikan balikkan dalam bimbingan kepada murid-murid dalam
menyelesaikan tugasnya. Asesmen formatif diberikan disetiap proses
pembelajaran. Asesmen sumatif dilangsungkan sesudah proses pembelajaran
selesai. Kegunaan asesmen sumatif adalah untuk menilai beberapa banyak
yang dapat diserap oleh murid-murid dan untuk mendapatkan nilai akhir
murid-murid.
Tabel 1
Jenis-jenis Asesmen dan Cara Pelaksanaannya
Cara
Jenis
Saat asesmen Alasan asesmen pelaksanaan
asesmen
asesmen
Mendeteksi kebutuhan murid Empat cara:
Medeteksi miskonsepsi, dan  tes tertulis (tes
Diagnosti Sebelum
apa–apa yang sudah dan apa– pensil & dan
k pembelajaran
apa yang belum diketahui kertas)
murid  laporan tertulis
Formatif Untuk mendapatkan balikan
proyek yang di
segera untuk memodifikasi
Selama kerjakan murid
pembelajaran konsep, atau
pembelajaran  porto folio
membimbing murid dalam
 observasi dan
menyelesaikan tugas
Sumatif Untuk mengumpulkan nilai, kinerja murid
Setelah
mengases beberapa banyak
pembelajaran
yang di serap murid

10
1. Peranan Asesmen Diagnostik
Tes tertulis dapat digunakan dalam tes diagnostik. Tes semacam ini
disebut (prates atau pretes) dan tes lisan. Dari data tes tersebut maka dapat
membantu guru mengidentifikasi minat, kelebihan dan kelemahan murid
dalam bidang studi IPA. Membantu guru melihat apakah seorang murid
memerlukan bantuan dalam belajar atau tidak, dan memberi imformasi
tentang perbedaan-perbedaan cara belajar murid-murid. Adapun minat dan
motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara:
a. Mengajak siswa menjadi rekan yang aktif dalam proses pembelajaran
dan mulailah membiasakan sedikit demi sedikit melepaskan mereka
dari situasi dimana mereka hanya sebagai pendekar yang aktif.
b. Mengajak siswa menetapkan tujuan pembelajaran yang realistis bagi
dirinya dan selalu menginformasikan kemajuan mereka dalam
pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
c. Membimbing siswa agar menjadi mandiri dalam belajar dan dilihat
dimana / bagaimana prestasi akademis pada saat ini dan pada masa
mendatang.
d. Menunjukan bahwa kita benar-benar peduli akan keberhasilan mereka.
2. Peranan Asesmen Formatif dalam pembelajaran
Asesmen formatif kadang-kadang diperlukan ditengah-tengah
pembelajaran. Bila guru mengalami konsep-konsep yang sukar, maka
diadakan asesmen mendapatkan data bagaimana caranya memoditikasi
sebagian atau keseluruhan pembelajaran. Asesmen ini juga dapat
dilaksanakan bila siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
Jenis tes yaitu berbentuk lisan, tertulis, atau bentuk unjuk kinerja murid
terutama untuk penguasaan keterampilan proses IPA.
3. Peranan Asesmen Sumatif dalam Pembelajaran
Asemen ini dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir untuk menjaring
data seberapa banyak dari bahan pelajaran yang dapat dipahami oleh murid-
murid, sebelum beralih ke pokok bahasan berikutnya. Peranan asesmen ini
erat hubungannya dengan tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang

11
jelas akan memudahkan perancangan asesmen. Menurut Bloom enam
tingkat intelegensia dalam ranah koknitif yaitu:
a. Pengetahuan tentang fakta–fakta dan prinsip–prinsip
b. Pemahaman (memahami fakta-fakta dan ide-ide)
c. Penerapan (menerapkan fakta dan ide pada situasi baru)
d. Analisa (memecahkan/membagi konsep dalam bagian-bagiannya
kemudian melihat hubunganya satu sama lain)
e. Sintesa (mengumpulkan fakta-fakta dan ide-ide)
f. Evaluasi (mementukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide)
Dua tingkat intelegensi yang pertama yaitu pengetahuan dan
pemahaman dikategorikan golongn pikir tingkat rendah, sedangkan
keempat tingkat intelegensi berikutnya dikategorikan dalam golongan
berpikir tingkat tinggi. Menurut hasil penelitian guru-guru hanya menuntut
para murid-muridnya, penguasaan berpikir tingkat rendah yaitu
pengetahuan yang memerlukan hafalan belaka. Aspek-aspek penerapan,
analisa, sintesa dan avaluasi hampir selalu diabaikan.
 Jenis-jenis Asesmen Autentik
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus
memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Beberpa hal yang harus
dipertimbangkan sebelum melakukan penilaian autentik adalah : (1) sikap,
keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian
akan dilakukan, misalnya, berkaitan dengan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti
penalaran, memori, atau proses. Berikut ini adalah beberapa jenis penilaian
autentik :
1. Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-
unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini, guru dapat
memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk

12
laporan naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk
merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
a. Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau
tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang
harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
b. Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan
dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan
oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari
laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik
memenuhi standar yang ditetapkan.
c. Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 =
baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
d. Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru
dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu,
dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari
memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil
atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup
dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis
kompetensi tertentu.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang
dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan oleh
peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran.Keempat,
fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial
yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan
peserta didik yang akan diamati.
Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai
konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk
menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan
berbicara, misalnya, guru dapat mengobservasinya pada konteks yang,

13
seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan
diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk
mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen,
seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau
pertanyaan pribadi.
Penilaian-diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian
kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta
didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses
dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
 Penilaian ranah sikap.Misalnya, peserta didik diminta
mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu
berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
 Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta
untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya
oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
 Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk
menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai
hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan atas
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
 Teknik penilaian-diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat
positif. Pertama, menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
Kedua, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya.
Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju
secara personal.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi
yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan

14
data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan
demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik
memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Karena itu, pada setiap penilaian proyek, setidaknya ada
tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
a. Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi
makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b. Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik.
c. Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang
dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, danproduk
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan
data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat
menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan
penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan
penilaian khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk
menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik.
Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan peserta
didik menghasilkan produk. Penilaian secara analitik merujuk pada semua
kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu.
Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara
keseluruhan atas produk yang dihasilkan.
3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak
yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia

15
nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik
secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil
tes (bukan nilai), atau informasi lain yang releban dengan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.Fokus penilaian portofolio adalahkumpulan karya
peserta didik secara individu atau kelompok pada satu periode
pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski
dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Memalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan
atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam
menyusun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar,
foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-
lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta didik dapat melakukan
perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah
seperti berikut ini.
a. Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b. Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis
portofolio yang akan dibuat.
c. Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di
bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
d. Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e. Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f. Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas
bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.

16
g. Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil
penilaian portofolio.
4. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap
tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian
tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri
dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan
mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan
benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban
terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan
uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atasmateri yang sudah
dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan
memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya,
namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tersulis berbentuk
esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka
(extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini
sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam
ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar
peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
2.3 Asesmen Kinerja
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan
kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada prinsipnya
lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan
untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan,

17
atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika
melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil
pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi.
Misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat praktikum
untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan
sebelum atau setelah alat dirancang.
IPA terdiri atas substansi dan proses ilmiah dimana keduanya memiliki
tingkat esensial setara sehingga perlu dimasukkan pada kurikulum. Oleh
karenanya, pengujian dan penilaian terhadap pencapaian hasil belajar kedua
hal tersebut, termasuk proses ilmiah pada praktikum, harus dilakukan.
Penilaian hasil belajar aspek substansi dengan tes dan penilaian praktikum
melalui laporan atau tes telah biasa dilakukan. Namun penilaian hasil belajar
proses IPA dan atau praktikum dengan menilai kinerjanya melalui
pengamatan masih jarang dilakukan. Penilaian atau asesmen memerlukan alat
atau instrumen yang valid dan reliabel, yang diperoleh melalui prosedur
pengembangan instrumen yang benar, dan dilengkapi dengan rambu-rambu
penilaian yang jelas.
Asesmen merupakan suatu proses terintegrasi untuk menentukan ciri dan
tingkat belajar dan perkembangan belajar siswa. Menurut Mardapi dalam
Rasyid (2007) bahwa prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam asesmen
adalah akurat, ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.
Oleh karena itu sistem penilaian yang digunakan di setiap lembaga pendidikan
harus mampu (1) memberi informasi yang akurat, (2) mendorong peserta didik
belajar, (3) memotivasi tenaga pendidik mengajar, (4) meningkatkan kinerja
lembaga, dan (5) meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut Linn & Gronlund (1995:6-8) dalam Jacob (2011), proses asesmen
sangat efektif apabila prinsip-prinsip berikut diperhatikan:
a. Menentukan secara jelas apa yang diases memiliki prioritas dalam
proses asesmen.
b. Suatu prosedur asesmen dapat dipilih karena relevansinya terhadap
karakteristik atau kinerja yang diukur.
c. Asesmen komprehensif membutuhkan berbagai prosedur.

18
d. Penggunaan prosedur asesmen murni membutuhkan suatu kesadaran
keterbatasannya.
e. Asesmen merupakan suatu makna terakhir, bukan suatu makna
terakhir dalam dirinya-sendiri.
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan
kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja adalah suatu
prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh
informasi tentang apa dan sejauhmana yang telah dilakukan dalam suatu
program. Pemantauan didasarkan pada kinerja (performance) yang
ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau permasalahan yang
diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari unjuk kerja
tersebut. Asesmen kinerja adalah proses mengumpulkan data dengan cara
pengamatan yang sistematik untuk membuat keputusan tentang individu.
Asesmen kinerja terutama sangat sesuai dalam menilai keterampilan proses
sains. Keterampilan proses siswa yang dapat dinilai meliputi keterampilan
proses intelektual (seperti keterampilan observasi, berhipotesis, menerapkan
konsep, merencanakn serta melakukan penelitian, dan lain-lain). Asesmen
kinerja sangat tepat bila digunakan dalam kegiatan praktikum biologi. Bentuk
asesmen kinerja yaitu kinerja klasikal, asesmen kinerja kelompok, asesmen
kinerja personal.
Menurut Popham (1995) dalam Rasyid (2007), syarat yang digunakan
untuk menggunakan asesmen kinerja yaitu:
a. Generability, yakni apakah kinerja peserta tes dalam melakukan tugas
yang diberikan sudah memadai untuk digeneralisasikan kepada tugas-
tugas lain,
b. Authenticity, yakni apakah tugas yang diberikan sudah serupa dengan
apa yang dihadapi dalam praktek kehidupan nyata sehari-hari,
c. Multiple foci, yakni apakah tugas yang diberikan kepada peserta tes
sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan,

19
d. Teachability, yakni apakah tugas yang diberikan merupakan tugas
yang relevan yang hasilnya semakin baik akibat adanya usaha
mengajar pengajar di kelas,
e. Fairness, yakni apakah tugas yang diberikan sudah adil, tidak
mengandung bias berdasar latar untuk semua peserta tes,
f. Feasibility, yakni apakah tugas-tugas yang diberikan dalam penilaian
keterampilan atau penilaian kinerja memang relevan untuk dapat
dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti biaya, ruangan/tempat,
atau peralatannya,
g. Scorability, yakni apakah tugas yang diberikan nanti dapat skor dengan
akurat dan reliabel, karena salah satu tahap dalam penilaian kinerja
yang sensitif adalah perlakuan dalam pemberian skor.
Asesmen kinerja tidak menggunakan kunci jawaban dalam menentukan
skor, melainkan menggunakan pedoman penskoran berupa rubrik. Untuk
menjamin reliabilitas, keadilan dan kebenaran penilaian maka perlu
dikembangkan kriteria atau rubrik untuk pedoman menilai hasil kerja pebelar.
Rubrik dapat disusun bersama dengan pebelajar, sehingga jelas dasar yang
dipakai untuk menilai.
Tes essay merupakan contoh yang sangat umum dari suatu asesmen
berbasis kinerja, tetapi ada banyak contoh lain, meliputi produksi artistik,
eksperimen dalam sains, presentasi lisan, dan menggunakan matematika untuk
menyelesaikan masalah dunia-nyata. Penekanan pada melakukan, tidak hanya
mengetahui; pada proses dan juga produk. Selain itu, asesmen dari
kemampuan siswa untuk membuat observasi, memformulasikan hipotesis,
mengumpulkan data, dan menggambarkan konklusi saintifik valid dapat
membutuhkan penggunaan asesmen kinerja. Asesmen kinerja menentukan
suatu basis bagi guru dengan mengevaluasi keefektivan proses atau prosedur
yang digunakan (misalnya pendekatan untuk pengumpulan data, manipulasi
instrumen) dan produk yang dihasilkan dari kinerja suatu tugas (misalnya,
laporan hasil lengkap, senikerja lengkap) (Jacob, 2011).
Asesmen kinerja seringkali menunjuk pada asesmen otentik dengan
menekankan bahwa guru mengases kinerja sementara siswa terlibat dalam

20
pemecahan masalah dan pengalaman belajar yang dinilai dalam kebenaran diri
mereka sendiri, bukan sebagai makna menilai prestasi siswa. Bagaimanapun,
tidak semua asesmen kinerja adalah otentik dalam pengertian bahwa guru
melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah real (Linn & Gronlund,
1995:13) dalam Jacob (2011). Asesmen kinerja diperlukan siswa untuk
mendemonstrasikan keterampilan dengan melakukan secara aktual. Asesmen
kinerja diperlukan untuk mengobservasi dan evaluasi keterampilan.
Menurut UPI (2011), cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Asesmen Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa
secar keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan. Menurut Wulan
Asesmen kinerja klasikal terbukti paling mudah dan efisien untuk
digunakan dalam kegiatan praktikum sehari-hari. Format penilaiain ini
paling sederhana dan dapat menilai kinerja siswa secara keseluruhan.
Guru juga dapat memperoleh feed back lebih menyeluruh tentang
keterampilan siswa di kelasnya. Melalui penilaian kinerja klasikal ini,
pencapaian tujuan praktikum dapat dilihat secara umum dan langsung
pada seluruh siswa.
b. Asesmen Kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara
berkelompok. Menurut Wulan Asesmen kinerja kelompok sangat
efektif untuk melihat kerjasama di antara anggota kelompok dan
kualitas kerja tim selama kegiatan praktikum. Untuk kemudahan
jalannya asesmen kinerja kelompok. Guru dapat mengawali dengan
hanya mengakses beberapa kelompok sesuai dengan kesanggupan
guru. Sebagian kelompok lainnya dapat dinilai kinerjanya pada
praktikum selanjutnya, sehingga dengan beberapa kegiatan praktikum,
guru dapat menilai kinerja seluruh kelompok.
c. Asesmen Kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara
individu. Menurut Wulan Asesmen kinerja secara individual paling
tepat dipilih untuk mengungkap sikap dan keterampilan personal
siswa. Dengan jumlah siswa yang sangat banyak, asesmen kinerja
individual ini agak sulit dilakukan. Untuk kemudahan proses asesmen

21
kinerja individual, guru dapat mengawali dengan dengan hanya
mengakses beberapa siswa sesuai kesanggupan guru. Sebagian siswa
lainnya dapat dinilai kinerjanya pada paraktikum selanjutnya sehingga
dengan beberapa kegiatan praktikum guru dapat menilai kinerja
seluruh siswa.
Terdapat tiga komponen utama dalam asesmen kinerja, yaitu tugas
kinerja (performance task), rubrik performansi (performance rubrics), dan
cara penilaian (scoring guide). Tugas kinerja adalah suatu tugas yang
berisi topik, standar tugas, deskripsi tugas, dan kondisi penyelesaian tugas.
Rubrik performansi merupakan suatu rubrik yang berisi komponen-
komponen suatu performansi ideal, dan deskriptor dari setiap komponen
tersebut. Cara penilaian kinerja ada tiga, yaitu (1) holistic scoring, yaitu
pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap
kualitas performansi; (2) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap
aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi; dan (3)
primary traits scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan beberapa unsur
dominan dari suatu performansi (Marhaeni, 2007).
Asesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses
keterampilan dan kecakapan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses,
kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai
melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk
kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap
aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap
kemampuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana
dilakukan selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat
dirancang (UPI, 2011).
Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang membutuhkan unjuk
keterampilan tertentu dan/atau penciptaan hasil yang telah ditentukan.
Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru untuk
menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat
dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja

22
memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau
melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat
dicapai, serta menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang dicapai
siswa (UPI, 2011).
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau
salah. Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi yang
dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan
subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini
didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar
excellent (keunggulan, prestasi) yang telah dicapai sebelumnya (UPI,
2011).
Sebagaimana tes essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar
penempatan kinerja siswa pada suatu kesatuan/kontinum tingkatan-
tingkatan prestasi yang terentang mulai dari tingkatan yang sangat rendah
sampai tingkatan yang sangat tinggi. Hal-hal yang harus kita pahami
tentang asesmen kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan
asesmen kinerja untuk digunakan kelak di kelas kita sendiri. Metodologi
asesman kinerja bukanlan suatu obat yang mujarab, bukan penyelamat
guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum
yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang
memberikan cara-cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa
(bukan keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang
berguna (UPI, 2011).
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-
kinerja yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua
semester guru merencanakan untuk mengases keterampilan setiap siswa
dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut
empat kali kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru
dapat membagi siswa ke dalam empat kelompok siswa yang akan di akses
Siswa kelompok pertama akan diases pada kegiatan pembuatan larutan
pertama, kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan yang
berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk

23
dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja yang
digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat
perencanaan. asesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu :
 Fase 1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja
apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop
dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan benar,
menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu,
mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan
bayangan benda.
 Fase 2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan
dinilai ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran
yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul.
Misalnya guru akan menilai kemampuan menggunakan mikroskop,
maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan
mikroskop.
 Fase 3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan
bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika
meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan
tentang kapan mengadopsi metode-metoda assesman kinerja. Pada
dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi
assesman sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan
metodologi assesman kinerja. Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas
memilih dari suatu rentangan sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen
kinerja dapat difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil
tiga keputusan desain: merumuskan jenis kinerja yang
dinilai,mengidentifikasi siapa yang akan dinilai; dan menetapkan kriteria
kinerja (UPI, 2011).
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan
hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat
merefleksikan tingkat penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai.

24
Karena itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan hakekat latihan,
banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunjuk aktual bagi
siswa untuk melakukan latihan tersebut. Dalam hal penskoran, penilaian
sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas
dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja
dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya – tidak) atau skala
rentang (sangat baik -baik – agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh
nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan
mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan
demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan
skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap
penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum
di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua (UPI, 2011).
Berikut ini adalah contoh-contoh asesmen kinerja dalam melakukan
percobaan dengan teknik penilaian daftar ceklis.

Aspek penilaian skala


No ya tidak
1 Membawa alat percobaan dengan benar.
2 Menggunakan alat percobaan dengan
hati-hati.
3 Melakukan percobaan sesuai dengan
langkah-langkah percobaan.
4 Membersihkan tempat percobaan dengan
bersih.

2.4 Asesmen Portofolio


Secara etimologi, portofolio berasal dari dua kata, yaitu port (singkatan
dari report) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuh atau lengkap.
Jadi portofolio berarti laporan lengkap segala aktivitas seseorang yang
dilakukannnya. Secara umum portofolio merupakan kumpulan dokumen
seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, perusahaan atau sejenisnya yang

25
bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan suatu proses dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil
pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama
guru, sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai
kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.
Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen penilaian
atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi
siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio demikian disebut juga
‘portofolio untuk penilaian’ atau ‘portofolio penilaian’.
Penilaian portofolio merupakan satu metode penilaian
berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara
sistematik atas hasil pekerjaan seseorang. Aspek yang diukur dalam penilaian
portofolio adalah tiga domain perkembangan psikologi anak yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai
suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai ajektif. Sebagai suatu wujud
benda fisik portofolio adalah bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi hasil
pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundel. Misalnya hasil tes
awal (pre-test), tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan
melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test) dan sebagainya.
Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah collection of
learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik baik yang
berwujud pengetahuan (kognitif), keterampilan (skill), maupun sikap (afektif).
Adapun sebagai suatu ajektif portofolio seringkali dihubungkan dengan
konsep pembelajaran atau penilaian yang dikenal dengan istilah pembelajaran
berbasis portofolio atau penilaian berbasis portofolio.
Portofolio sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan
oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai
tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.
Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrument penilaian atau
salah satu komponen dari instrument penilaian, untuk menilai kompetensi

26
siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio demikian disebut juga
portofolio untuk penilaian atau asesmen portofolio.
Berdasarkan pengertian tentang evaluasi, penilaian, asesmen dan
portofolio, maka dapat disimpulkan bahwa asesmen portofolio dalam
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memperoleh berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses,
hasil pertumbuhan, perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumen
pengalaman belajarnya di dalam suatu pembelajaran. Dalam konteks
penilaian, asesmen portofolio juga diartikan sebagai upaya menghimpun
kumpulan karya atau dokumen peserta didik yang tersusun secara sistematis
dan terorganisir yang diambil selama proses pembelajaran, digunakan oleh
guru dan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Surapranata S dan Hatta
M, 2004 dalam Nahadi danCartono, 2007).
Portofolio siswa untuk penilaian atau assesmen portofolio merupakan
kumpulan produksi siswa, yang berisi berbagai jenis karya seorang siswa,
misalnya:
1. Hasil proyek, penyelidikan, atau praktik siswa yang disajikan secara
tertulis atau dengan penjelasan tertulis.
2. Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa, dalam rangka
melaksanakan tugas untuk mata pelajaran yang bersangkutan.
3. Analisis situasi yang berkaitan atau relevan dengan mata pelajaran
yang bersangkutan.
4. Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah dalam mata
pelajaran yang bersangkutan.
5. Laporan hasil penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep
dalam mata pelajaran atau antar mata pelajaran.
6. Penyelesaian soal-soal terbuka.
7. Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang
berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah, atau dengan cara yang
berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya.
8. Laporan kerja kelompok.

27
9. Hasil kerja siswa yang diperoleh dengan menggunakan alat rekam
vidio, alat rekam audio dan computer.
10. Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima
oleh siswa yang bersangkutan.
11. Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan, yang tidak
ditugaskan oleh guru (atas pilihan siswa sendiri, tetapi relevan dengan
mata pelajaran yang bersangkutan).
12. Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan siswa  terhadap mata
pelajaran yang bersangkutan.
13. Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan
psikologis, atau usaha peningkatan diri, dalam mempelajari mata
pelajaran yang bersangkutan.
14. Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran.
Bagi seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi
bisa memiliki banyak kegunaan. Seperti misalnya:
1. Mendorong pembelajaran mandiri
2. Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari
3. Membantu mempelajari pembelajaran
4. Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang
diidentifikasikan
5. Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian
6. Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai
pemelajar
7. Memberikan kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’
8. Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses
persiapan
9. Aspek yang diukur dalam asesmen portofolio adalah tiga ranah
perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Terdapat 3 langkah dalam menerapkan portofolio yaitu:
a. Tahap persiapan yang meliputi:
 Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan.

28
 Menentukan tujuan penyusunan portofolio.
 Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio.
 Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam
portofolio.
 Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik
merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dlam menentukan
kualitas portofolio. Rubrik dapat disepakati bersama oleh guru dan
siswa.
b. Mengatur portofolio Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu
semester. Siswa harus diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa
tugas tersebut akan dijadikan bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang
dijadikan dokumen harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata
dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi masingmasing. Portofolio
dapat disimpan di dalam folder khusus untuk setiap siswa. Setiap bukti
pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.
c. Pemberian nilai akhir portofolio. Bagian akhir yaitu menilai portofolio
yangtelah lengkap. Asepek yang dinilia meliputi isi portofolio, dan
kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian sampul, nama
pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta refleksi diri.
Contoh Implementasi portofolio Mata Pelajaran :
Sains Kelas/Semester : I (tiga)/gasal 2007
Sekolah : SD Laboratorium UPI
Langkah-Langkah Penyusunan Portofolio
a. Persiapan, meliputi:
• Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan yaitu
portofolio individu.
• Menentukan tujuan penyusunan portofolio yaitu mengetahui
gambaran perkembangan pemahaman siswa tentang sains,
mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, serta mengetahui
perkembangan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas
sains.

29
• Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dijadikan dokumen
bukti portofolio, misalnya hasil tes formatif, hasil observasi guru
tentang aktivitas belajar, hasil pengamatan guru tentang kemandirian,
hasil wawancara guru dan sebaginya.
 Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan
dalam portofolio.
 Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa.
Rubrik merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam
menentukan kualitas portofolio.
 memutuskan bagaimana menilai portofolio yang sudah lengkap dan
terorganisasi dengan baik (nilai akhir portofolio).
b. Mengatur Portofolio. Siswa mengumpulkan dan mengkoleksi portofolio
selama satu semester. Tugas-tugas yang akan dijadikan bukti dalam
portofolio dimasukkan dalam file folder. Setiap bukti yang dikumpulkan
harus diberi tanggal. Selanjutnya siswa menata dan mengorganisir tugas-
tugas yang sudah terkumpul. Untuk kelas satu langkah ini dapat dibantu
oleh guru.
c. Memutuskan bagaimana portofolio tersebut dinilai. Penilaian akhir
portofolio meliputi isi yang mengacu pada rubrik yang telah dibuat.
2.5 HOTS (Higher Order of Thinking Skill)
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir
kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Higher Order of Thinking Skill (HOTS)
atau kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan
berpikir yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja,
namun membutuhkan kemampuan lain yang lebih tinggi, seperti
kemampuan berpikir kreatif dan kritis.
Pemberian materi Sains disesuaikan dengan hakikatnya yaitu sebagai
produk, proses, dan sikap ilmiah, sehingga diharapkan akan terbentuk juga
sikap ilmiah pada siswa. Penerapan beberapa model pembelajaran seperti
pembelajaran berbasis proyek (Project based learning), pembelajaran
berbasis masalah (Problem based learning), belajar penemuan (Discovery/

30
inquiry) menjadi peluang bagi guru untuk menerapkan kegiatan
pembelajaran pada level HOTS (Higher order thinking skill). Pada
prakteknya, penerapan pembelajaran HOTS bukan hal yang mudah
dilaksanakan oleh guru. Disamping guru harus benar-benar menguasai
materi dan strategi pembelajaran, guru pun dihadapkan pada tantangan
dengan lingkungan dan intake siswa yang diajarnya. Adapun karakteristik
pembelajaran pada HOTS (Higher Order of Thinking Skill) yaitu:
 Berfokus pada pertanyaan
 Menganalisis / menilai argumen dan data
 Mendefinisikan konsep
 Menentukan kesimpulan
 Menggunakan analisis logis
 Memproses dan menerapkan informasi
 Menggunakan informasi untuk memecahkan masalah
Soal-soal HOTS (Higher Order of Thinking Skill) bukan berarti soal
yang sulit, redaksinya panjang dan berbelit-belit sehingga banyak
membuang banyak waktu membacanya dan sekaligus memusingkan siswa,
tetapi soal tersebut disusun secara proporsional dan sistematis untuk
mengukur Indikator Ketercapaian Kompetensi (IKK) secara efektif serta
memiliki kedalaman materi sehingga siswa pun terangsang untuk menjawab
pertanyaan dengan baik.
HOTS (Higher Order of Thinking Skill) menunjukkan pemahaman
terhadap informasi dan bernalar (reasoning) bukan hanya sekedar mengingat
informasi. Guru tidak hanya menguji ingatan, sehingga kadang-kadang perlu
untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
dan siswa menunjukkan pemahaman terhadap gagasan, informasi dan
memanipulasi atau menggunakan informasi tersebut. Teknik kegiatan-
kegiatan lain yang dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan
kreatif siswa dalam bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif.
Berikut kata kerja operasional yang dapat digunakan guru untuk membuat
soal LOTS, MOTS dan HOTS (Anderson,2001).
Tabel 1. Kata Kerja Operasional (Anderson, 2001)

31
Kata kerja: mengingat,
Mengetahui Mengingat kembali mendaftar, mengulang,
menirukan
LOTS
Kata kerja: menjelaskan,
Menjelaskan
Memahami mengklasifikasikan,
ide/konsep
menerima, melaporkan

Menggunakan Kata kerja: menggunakan,


Mengaplikasi informasi pada mendemonstrasikan,
domain berbeda mengilustrasikan
MOTS
Kata kerja: membandingkan,
Menganalisis konsep
Menganalisis memeriksa, mengkritisi,
dan ide
menguji

Kata kerja: menilai,


Mengambil
Mengevaluasi memutuskan, memilih,
keputusan sendiri
mendukung
HOTS
Kata kerja: mengkonstruksi,
Mengkreasi
Mengkreasi mendesain, kreasi,
ide/gagasan sendiri
mengembangkan, menulis

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses pembelajaran sains di SD menuntut keterlibatan peserta
didik secara aktif dan bertujuan agar penguasaan dari kognitif, afektif,
dan psikomotor terbentuk pada diri siswa. Bentuk atau sistem penilaian
yang digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa sangat berpengaruh
terhadap strategi pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan guru.
Sistem penilaian yang benar adalah yang selaras dengan tujuan dan
proses pembelajaran.
Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik
yang bermanfaat, penting, dan bermakna diantaranya asesmen kinerja.
Asesmen kinerja yaitu penilaian terhadap proses perolehan penerapan
pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang
menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen ini
digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja.
proses, kegiatan, atau unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap
siswa ketika melakukannya. Dalam mengases kinerja siswa, guru dapat
mengaurr apakah secara keseluruhan siswa dalam satu kelas, secara
berkelompok atau secara individu. Dalam mengembangkan asesmen
kinerja ada tiga fase yang harus diperhatikan yaitu mendefinisikan
kinerja, mendesain latihan-latihan kinerja. Dan melakukan penskoran dan
perekaman/pencatatan hasil.
Asesmen portofolio merupakan asesmen otentik yang
menggambarkan kemajuan belajar siswa dengan bukti-bukti yang
diseleksi bersama oleh siswa dan guru. Bukti-bukti yang dikumpulkan
dalam portofolio merupakan hasil seleksi bersama antara siswa dan guru

33
yang dianggap karya terbaik dan berarti bagi siswa. Portofolio dapat
digunakan untuk berbagai keperluan mendokumentasikan kemajuan
siswa selama kurun waktu tertentu, mengetahui bagian-bagian yang perlu
diperbaiki, membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar,
dan mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
HOTS (Higher Order of Thinking Skill) menunjukkan pemahaman
terhadap informasi dan bernalar (reasoning) bukan hanya sekedar
mengingat informasi. Guru tidak hanya menguji ingatan, sehingga
kadang-kadang perlu untuk menyediakan informasi yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan dan siswa menunjukkan pemahaman
terhadap gagasan, informasi dan memanipulasi atau menggunakan
informasi tersebut. Teknik kegiatan-kegiatan lain yang dapat
mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan kreatif siswa dalam
bentuk menjawab pertanyaan-pertanyaan inovatif

34
DAFTAR RUJUKAN
Azmiyawati, Choiril. dkk. 2008. IPA Salingtemas untuk kelas V SD/MI.  Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Stiggins, R.J., (1994), Student Centered Classroom Assessment, New york:
Maxwell Macmillan International. Gronlund, Norman E. (1998). Assesment of
Student Achievment Sixth Edition. Boston : Allyn and Bacon. Paulson, F
Leon, PasrI R & Meyer, Carol A. (1991). What makes a Portofolio ? Eight
thoughtful guidelines will help educators encourage self-directed learning.
Educational Leadership. February 1991

35

Anda mungkin juga menyukai