Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP GEOMETRI MENGGUNAKAN

THREE-TIER DIAGNOSTIC TEST

Ratna Istiyani, Arif Muchyidin, dan Hendri Rahardjo


IAIN Syekh Nurjati Cirebon
email: ratnaistiyani19@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil analisis miskonsepsi siswa pada mata
pelajaran matematika pada konsep geometri bidang, dan (2) mengetahui besar persentase siswa yang
mengalami miskonsepsi pada konsep geometri bidang menggunakan Three-Tier Test. Subjek penelitian
adalah siswa SMA MIPA kelas X sejumlah 43 orang. Insrumen pengumpulan data meliputi pedoman
wawancara dan soal Three-Tier Test. Analisis data dilakukan dilakukan secara deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 24,1% siswa menguasai konsep, sedangkan sisanya 6,2% siswa
menebak atau tidak percaya diri atas jawaban, 22,2% siswa tidak paham konsep dan 47,5% siswa
mengalami miskonsepsi. Siswa mengalami miskonsepsi terendah pada subkonsep menyelesaikan
masalah dalil segitiga dan segmen garis 36,5% dan miskonsepsi tertinggi yang dialami siswa pada
subkonsep menjelaskan kesimetrian dan sudut 59,5%.Urutan ketiga kategori miskonsepsi tertinggi
hingga terendah pada konsep Geometri Bidang yang terjadi adalah sebagai berikut: miskonsepsi murni
(22%), false positive (17,9%), dan false negative (7,6%).

Kata Kunci: miskonsepsi, three-tier test, false positive, false negative

ANALYSIS OF STUDENT MISCONCEPTION ON GEOMETRY CONCEPTS USING


THREE-TIER DIAGNOSTIC TEST

Abstract: This study aims to determine (1) the results of students misconception analysis on mathematics
subjects on the concept of geometry fields, (2) know the percentage of students who misconception on
the concept of geometry using Three-Tier Test. Data collection testicles include interview guides and
Three-Tier Test questions. Data analysis was done descriptively quantitative. The results showed that
24.1% of students mastered the concept, while the remaining 6.2% of students guessed or did not believe
in the answers, 22.2% of students did not understand the concept and 47.5% of students experienced
misconceptions. Students experiencing the lowest misconception on the subconscious solve the problem
of triangle proposition and line segment 36,5% and the highest misconception experienced by the
student on subconcept describes symmetry and angle 59,5%. While the sequence of the third category
of misconception highest to lowest on the concept of Geometry Field that occurred is as follows: pure
misconception (22%), false positive (17.9%), and false negative (7.6%).

Keywords: misconception, three-tier test, false positive, false negative

PENDAHULUAN jari oleh siswa dapat diaplikasikan untuk menye-


Matematika adalah salah satu mata pela- lesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
jaran yang diajarkan diberbagai jenjang pen- (Karim, 2011).
didikan, mulai dari jenjang pendidikan dasar Akan tetapi faktanya selama proses pem-
sampai dengan jenjang pendidikan lanjutan pada belajaran tidak selalu siswa dapat menyerap in-
tingkat sekolah menengah atas atau sederajat. formasi yang diberikan oleh guru secara utuh,
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran- siswa merasa kesulitan dalam memahami ber-
an matematika dalam dunia pendidikan dan bagai konsep terlebih lagi pada mata pelajaran
perkembangan teknologi sekarang ini, mengin- matematika yangmemuat banyak konsep yang
gat pentingnya peranan matematika maka siswa bersifat kompleks dan abstrak. Dalam mema-
selalu diarahkan untuk memahami materi de- hami sebuah konsep yang kompleks siswa harus
ngan sebaik-baiknya sehingga apa yang dipela- bisa mengaitkan konsep satu dengan konsep

223
224

yang lainnya secara benar dan begitupun juga parno (Suparno, 2013) antara lain peta konsep,
dalam memahami konsep-konsep yang abstrak, tes multiple choice dengan reasoning terbuka,
siswa dituntut untuk dapat berfikir lebih keras tes esai tertulis, wawancara diagnosis, diskusi
lagi dalam memecahkan masalah-masalah yang dalam kelas dan praktikum dengan tanya jawab.
tidak dapat diamati secara langsung. Kirbulut (2014) mengemukakan bahwa berbagai
Berdasarkan studi awal yang dilakukan di jenis penilaian sebagai tes diagnostik yang po-
SMAN I Babakan, pada kelas X MIPA pada ma- puler yang digunakan dalam pendidikan sains
teri Geometri Bidang, ditemukan bahwa sekitar untuk menganalisis miskonsepsi siswa antara
72,78% siswa belum memahami konsep-konsep lain wawancara (Osborne, 1980), peta konsep
yang tersusun pada materi geometri bidang yang (Kaya, 2008), dan multiple choice test (Tamir,
terdiri atas konsep-konsep kesimetrian, sudut, 1971). Beberapa peneliti telah berhasil mengem-
dalil pada segitiga dan dalil segmen garis yang bangkan instrumen tes diagnostik dalam me-
digunakan dalam penelitian ini(Kurnia & Shar- ngungkapkan kesalahpahaman atau miskonsepsi
ma, 2013). Belum pahamnya siswa pada materi pada siswa yang hasilnya dapat diketahui de-
tersebut disebabkan oleh karena kesalahan siswa ngan cepat dan akurat, diantaranya CRI (Saleem
sendiri, seperti kesalahan menghitung, adanya Hasan, Diola Bagayoko, & Ella L Kelley, 1999),
kesalahan konsep dan menjawab tidak sesuai pilihan ganda bertingkat dua (two tier) (Trea-
dengan prosedur yang akan mengakibatkan mis- gust, 1988), pilihan ganda bertingkat tiga (three
konsepsi pada siswa (Suwito, 2015). tier) (Eryilmaz & Sürmeli, 2002).
Miskonsepsi yang terjadi pada siswa Instrumen diagnostik tes yang dikembang-
tidak akan pernah lepas dari adanya penyebab kan oleh Eryilmaz & Surmeli (2002) adalah lan-
dari ketidaksesuaian konsep tersebut. Suparno jutan pengembangan Two-tier Multiple Choice
(2013)mengemukakan bahwa penyebab mis- yang dikembangkan oleh Treagust (Treagust,
konsepsi yang dimiliki oleh siswa dapat berasal 1988), dapat mengungkapkan kesalahpahaman
dari pengetahuan awal (prakonsepsi) yang salah atau miskonsepsi pada siswa lebih baik diban-
yang mereka miliki sebelumnya melalui penga- ding dengan tes diagnostik one tier atau two
laman hidup mereka sendiri, yang terbentuk tier (Arslan, Cigdemoglu, & Moseley, 2012).
karena kurang lengkapnya suatu informasi yang Dalam perkembangannya Three-Tier Test yang
mereka terima sebelumnya (Ausubel, 2000). Hal dikembangkan oleh Pesman & Eryilmaz (2010)
ini menjadi dasar yang buruk bagi siswa dalam menjelaskan bahwa tes dalam bentuk Three-Tier
mengkonstruksi pemahaman dalam struktur Test adalah tes perpaduan dari two-tier dan CRI,
kognitifnya yang harus segera diatasi (Posner, dan tes ini sangat mudah untuk digunakan oleh
Strike, Hewson, & Gertzog, 1982). Mengingat, guru SMA karena tes ini sangat cocok dan akurat
miskonsepsi sendiri bersifat mengakar dan sulit dalam mengukur miskonsepsi yang terjadi pada
untuk dihilangkan (Dahar, 2011), analisis mis- siswa, tes ini juga dapat memantau kemajuan dari
konsepsi siswa melalui penelitian sering dilaku- keberhasilan pembelajaran siswa karena nilai
kan oleh para pendidik dan peneliti. hal ini pen- yang dihasilkan dalam tes ini valid dan reliabel
ting agar dapat menjadi sumber informasi bagi sehingga tes ini dapat mengukur persentase dari
para pendidik dan peneliti dalam mengupayakan tingkat pemahaman siswa. Dalam tes ini juga da-
pengembangan pembelajaran di kelas untuk pat membedakan antara siswa yang mengalami
mengatasi dan memperbaiki miskonsepsi. miskonsepsi dan tidak paham konsep (lack of
Salah satu cara yang dipandang efektif knowledge) dengan ditambahnya soal dua tahap
dalam mengatasi dan memperbaiki miskonsepsi (two-tier) sebelumnya. Tes ini juga dapat mem-
yang dialami siswa adalah dengan pemberian tes bedakan antara kondisi false positive dan false
diagnostik yang dapat mengukur kesalahpaham- negative.
an atau miskonsepsi yang dimiliki siswa sehingga Kondisi false positive adalah siswa men-
dengan demikian maka hal tersebut akan segera jawab benar pada tier pertama dan salah pada tier
ditindak lanjuti melalui penanganan yang tepat kedua atau dapat diartikan bahwa pada kondisi ini
(Arikunto, 2013). Adapun berbagai bentuk alat siswa kurang paham (deficiency understanding)
deteksi yang sering digunakan oleh para peneliti dengan suatu konsep, kurang pahamnya siswa
dan guru yang dapat mengungkapkan kesalahpa- yang mengindikasikan terjadinya miskonsepsi
haman atau miskonsepsi pada siswa menurut Su- pada kondisi ini sangat sulit untuk dihilangkan

Cakrawala Pendidikan, Juni 2018, Th. XXXVII, No. 2


225

bahkan tidak dapat dihilangkan sama sekali. Se- METODE


dangkan pada kondisi false negative, siswa men- Prosedur yang digunakan dalam peneli-
jawab salah pada tier pertama dan menjawab tian ini menyesuaikan alur yang dikembangkan
benar pada tier kedua atau dapat diartikan bah- oleh Kutluay (2005) Istanbul. While developing
wa dalam kondisi ini sedikitnya informasi (less the test, interviews and open-ended tests were
informasi) yang diperoleh siswa, miskonsepsi used to collect data to create the three-tier test.
pada kondisi ini dianggap tidak bermasalah ka- An interview questionnaire was developed based
rena hal itu disebabkan oleh kecerobohan siswa on the literature review. 15 11th grade students
dalam memberikan jawaban (Hestenes & Hal- were interviewed by this questionnaire. Then,
loun, 1995). Oleh karena itu, dengan mengguna- an open-ended test was created based on the in-
kan three-tier test dalam menganalisis miskon- terview results and also the literature review. It
sepsi siswa akan memberikan gambaran kepada was applied to 114 11th grade science students.
guru dalam membedakan antara siswa yang pa- The responses of the students for each item were
ham konsep, miskonsepsi, tidak paham konsep categorized considering the frequencies. Then,
dan kecerobohan siswa dalam menjawab soal, these categories were used in the development of
sehingga dapat memperbaiki miskonsepsi yang the Three-tier Geometric Optic Misconception
mereka miliki dengan perubahan konsep yang Test (TTGOMT, Pesman dan Eryilmaz (2010),
salah menuju konsep yang benar. dan Treagust (1988). Adapun secara garis di-
Penelitian yang relevan dan telah meng- antaranya sebagai berikut: 1) mengidentifikasi
gunakan instrumen three tier test adalah Cetin- konten, 2) mendapatkan informasi tentang mis-
Dindar dan Geban (2011) menyimpulkan bahwa konsepsi siswa, 3) melakukan wawancara untuk
three tier test adalah insrumen yang baik dalam mengeksplorasi miskonsepsi yang dialami oleh
menilai pemahaman siswa dibandingkan dengan siswa, 4) melakukan tes open ended sehingga
tes konvensional pilihan ganda biasa, karena respon siswa dijadikan distracters pada tingkat
dengan menggunakan Three-tier Test juga da- kedua, dan 5) mengembangkan produk dengan
pat membedakan konsep alternatif siswa dari menggunakan hasil dari wawancara dan perta-
kurangnya pemahaman siswa terhadap materi nyaan terbuka.
melalui menganalisis tingkatan. Taslider (2016) Mengidentifikasi konten ditentukan ber-
dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dasarkan kurikulum matematika dan buku teks
three-tier tes yang dikembangkannya adalah alat yang digunakan disekolah yang diperiksa dan
ukur yang reliabel dan valid untuk menginves- divalidasi konten dilakukan oleh dua dosen pem-
tigasi pemahaman konseptual dan miskonsepsi bimbing dan satu guru mata pelajaran matema-
siswa. tika. Melakukan wawancara terstruktur dan tes
Penelitian ini bertjuan untuk mengetahui open ended untuk yang berujuan untuk menda-
besar persentase dan hasil analisis miskonsepsi patkan sebanyak-banyaknya informasi tentang
yang bersumber dari dalam diri siswa pada ma- miskonsepsi siswa. Dari hasil pertimbangan do-
teri geometri bidang dengan menggunakan in- sen pembimbing dan guru bidang studi matema-
strumen diagnostik three tier test. Hasil peneli- tika didapatkan 15 pertanyaan yang digunakan
tian diharapkan dapat memberikan wawasan dan untuk wawancara klinikal, yang kemudian re-
pengetahuan baru bagi penulis dan bagi pendidik spon para siswa dalam wawancara kemudian
guna mengatasi dan menindaklanjuti miskon- dianalisis untuk dijadikan pilihan jawaban pada
sepsi yang terjadi pada siswa pada setiap kon- pertanyaan tingkat pertama pada soal three-tier
sep geometri bidang dengan cara pertimbangan test. Selanjutnya pada tes open ended didapat 36
dalam memilih dan merancang strategi pembe- soal yang kemudian dianalisis untuk dijadikan
lajaran yang tepat agar kesalahpahaman konsep pilihan jawaban pada pertanyaan tingkat kedua
(miskonsepsi) dapat diminimalisirkan atau bah- pada soal three-tier test, setelah Two-tier Test
kan dihilangkan. Oleh karena itu, peneliti me- dibuat, peneliti kemudian menambahkan ting-
nganggap bahwa perlu dilakukannya analisis katan ketiga (tier 3) dengan memberikan tingkat
miskonsepsi siswa pada konsep geometri dengan keyakinan (confident level) terhadap soal tingkat
menggunakan three tier diagnostic test. pertama dan soal tingkat kedua. Pemberian dua
tingkat keyakinan yaitu yakin dan tidak yakin
pada setiap soal yang telah dibuat. Two-tier test

Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Geometri Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test
226

yang dikombinasikan dengan tingkat keyakin- untuk soal penguasaan konsep three tier dapat
an (confident level) ini selanjutnya dinamakan dilihat di tabel 3.
Three-tier Test. Validitas dan reabilitas instrumen three
Instrumen diagnostik berbentuk three tier tier test juga ditentukan. Uji validitas terdiri dari
test terdiri atas 20 soal. Setiap soal terdiri atas Validitas isi yang diperoleh dari dua dosen pem-
tiga tingkatan, yaitu tingkat pertama berupa pi- bimbing dan satu guru mata pelajaran matema-
lihan ganda konvensional, pada tingkat kedua tika. Validitas konstruk dan Validitas Korelasi
berupa (two tier) yang terdiri dari satu set pi- antara Tingkat Kepercayaan (confident level)
lihan alasan untuk menjawab pertanyaan pada dan skor 2 ditentukan melalui uji coba instrumen
tingkat pertama, dimana siswa harus memilih pada 42 siswa SMA yang telah menerima materi
alasan atas jawaban yang mereka pilih pada per- geometri bidang. Reliabilitas instrumen diper-
tanyaan tingkat pertama. Ruang kosong juga oleh sebesar 0,780 yang termasuk kategori dapat
disediakan bagi siswa untuk memilih alasan lain diterima (George & Mallery, 2003). Instrumen
pada pertanyaan tingkat kedua dan pada tingkat diagnostik three tier testyang digunakan telah
ketiga (three-tier) siswa dapat memilih sebuah memenuhi syarat untuk dapatdigunakan dalam
keyakinan atas jawaban yang mereka pilih pada penelitian. Pada Tabel 1 disajikan konsep dan
tingkat pertama dan kedua (Kaltakci & Didis, miskonsepsi jawaban siswa pada tahap wawan-
2007). Delapan kemungkinan kombinasi jawab- cara dan tes open ended.
an siswa dan pedoman pengkategorian jawaban
Tabel 1. Konsep dan Miskonsepsi Jawaban Siswa pada Tahap Wawancara dan Test Openended
Nomor
Konsep yang terkait Miskonsepsi
butir soal
Bangun datar dikatakan memiliki simetri lipat karena bangun tersebut dibagi
oleh garis diagonal, yaitu garis yang dapat menghubungkan dua titik sudut
yang saling berhadapan.
Menyebutkan Konsep Dari dua garis lurus sejajar yang dipotong oleh garis lurus lainnya akan 1, 2
Kesimetrian dan Sudut terbentuk sudut saling bertolak belakang, sudut simetri, sudut siku-siku,
sudut tumpul, sudut lancip dan sudut yang saling berhimpit, sudut saling
berpotongan, sudut sepihak luar yang sama besar dan sepihak dalam yang
memiliki besar sudut sama besar juga
Belah ketupat menyerupai bentuk seperti bujur sangkar yang memiliki empat
simetri lipat
Belah ketupat memiliki bentuk sama dengan persegi yang memiliki sisi sama
panjang dan memiliki empat simetri lipat dan simetri putar yang apabila
diputar sebesar 90o
Menjelaskan Kesimetrian Sudut yang memiliki besar tidak 3, 4, 5
dan Sudut sama dengan sudut C adalah sudut B
karena sudut B saling berseberangan
luar dengan sudut C

Oval memiliki simetri putar sebanyak dua apabila diputar dengan sudut
putar 90o
∠a + ∠b adalah 110o, karena ∠b
berpelurus dengan 110 o dan ∠a
sehadap dengan 40o
Memahami Teknik
Penyelesaian Kesimetrian 6, 7, 8, 9
dan Sudut
Besar sudut x adalah 50 , mereka
o

menganggap bahwa ketiga sudut yaitu


∠DFE, ∠AEC dan ∠DCE membentuk
sudut segitiga yang memiliki besar sudut
180o.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2018, Th. XXXVII, No. 2


227

Siswa menganggap bahwa batako yang


berbentuk segienam beraturan memiliki
simetri lipat sebanyak 2 karena terdapat
dua sumbu simetri yaitu kearah vertikal
dan horizontal.

Segitiga sama sisi memiliki satu simetri lipat dan satu sumbu
simetri, AB akan berhimpit dengan

Menyelesaikan Masalah 10, 11, 12,


Kesimetrian dan Sudut Siswa menganggap bahwa terdapat 13
dua simetri putar dengan sudut
putarnya sebesar 180o.

Siswa menganggap bahwa besar


sudut memiliki besar sudut sama
dengan ∠FDG yaitu 55° karena
saling berseberangan luar dengan
∠FDG.

Siswa menganggap bahwa garis penghubung titik tengah pada segitiga


memiliki panjang sama dengan garis ketiga pada segitiga
Siswa menganggap bahwa bunyi dalil
intersep adalah jika terdapat dua garis
atau lebih yang sejajar kemudian
dipotong oleh kedua garis yang saling
berpotongan maka perbandingan rasio
Menyebutkan bunyi Dalil dari kedua ruas garis yang saling 14,15
Segitiga dan Segmen Garis berpotongan bernilai satu

Siswa menganggap bahwa jika terdapat


sebuah titik pada suatu garis dapat
dibentuk dua garis yang saling tegak
lurus hal itu sesuai dengan dalil lima
segmen garis

Siswa menganggap bahwa x memiliki


panjang 10 cm, karena x sejajar dengan
AC

Menjelaskan Dalil Segitiga


Siswa menganggap bahwa pernyataan 16, 17
dan Segmen Garis
~ DE, karena
yang benar adalah AB =
AD =~ BE maka AD + DE = EB + DE

Siswa menganggap bahwa panjang EF =


10 cm karena sejajar dengan BC

Menyelesaikan Masalah
Dalil Segitiga dan Segmen 18, 19, 20
Garis Siswa menganggap bahwa pernyataan
~ TE karena
yang benar adalah DR =
~ TS
Karena RT =

Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Geometri Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test
228

Tabel 2. Penilaian Skor Tingkat 3


Tingkat Pertama Tingkat Kedua Skor 2 Tingkat Ketiga Skor 3
Benar (1) Benar (1) 1 Yakin (1) 1
Benar (1) Benar (1) 1 Tidak Yakin (0) 0
Benar (1) salah (0) 0 Tidak Yakin (0) 0
Benar (1) salah (0) 0 Yakin (1) 0
Salah (0) salah (0) 0 Tidak Yakin (0) 0
Salah (0) Benar (1) 0 Tidak Yakin (0) 0
Salah (0) Benar (1) 0 Yakin (1) 0
Salah (0) salah (0) 0 Yakin (1) 0

Tabel 3. Kategori Jawaban Three Tier Test


Tingkat pertama Tingkat kedua Tingkat ketiga Kategori
Benar Benar Yakin Paham Konsep
Benar Salah Yakin Miskonsepsi (False Positive)
Salah Benar Yakin Miskonsepsi (False Negative)
Salah Salah Yakin Miskonsepsi
Benar Benar Tidak Yakin Menebak, Tidak percaya diri
Benar Salah Tidak Yakin Tidak Paham Konsep
Salah Benar Tidak Yakin Tidak Paham Konsep
Salah Salah Tidak Yakin Tidak Paham Konsep
(Arslan et al., 2012)

Setelah data terkumpul dari hasil pengum- (43 orang) yang menjadi subjek penelitian, hasil-
pulan data dengan menggunakan three-tier test. nya ditunjukkan pada Gambar l.
Selanjutnya menghitung skor pada soal three-
tier diagnostic test, peneliti mengadopsi teknik
penskoran berdasarkan skor yang ditetapkan
pada jurnal yang ditulis oleh Haki Pesman dan
Erylmaz (Pesman & Eryilmaz, 2010). Adapun
kriteria penskoran berdasarkan tingkat pertama,
kedua dan ketiga tertera pada Tabel 2.
Perhitungan ini memiliki tujuan pengate-
gorian untuk menempatkan individu kedalam
kelompok terpisah secara berjenjang berdasar- Gambar 1. Analisis Pengelompokkan
kan variabel yang diukur menurut tingkatannya Jawaban Siswa
dalam menentukan siswa yang mengalami mis- Secara garis besar siswa mengalami mis-
konsepsi, tidak tahu konsep (lack of knowledge), konsepsi lebih tinggi dua kali lipat dibanding
menebak atau tidak percaya diri atas jawaban siswa yang paham konsep, tidakpaham konsep
yang telah diberikan dan yang paham konsep. dan menebak atau tidak yakin dalam menjawab.
Adapun dalam menghitung presentase tingkat Tingginya persentase miskonsepsi yang terjadi
pemahaman siswa dengan menggunakan rumus pada siswa kelas X MIPA 3 SMAN I Babakan
sebagai berikut. menunjukkan bahwa siswa kurang paham atau
sedikitnya informasi yang mereka peroleh da-
(jumlah skor konsepsi) lam proses pembelajaran pada konsep geometri
persentase = x 100%
(jumlah skor maksimal) bidang. Kurang atau sedikitnya informasi yang
(Kusairi, & Zulaikah, 2017) diperoleh siswa disebabkan karena siswa sen-
diri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Selanjutnya miskonsepsi yang terjadi pada
Analisis Konsepsi Siswa secara Keseluruhan siswa dibagi menjadi menjadi tiga kategori yang
Konsep dalam Instrumen Diagnostik mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh
Hasil analisis data dari instrumen diagnos- Arslan, Cigdemoglu dan Moseley (Arslan et al.,
tik three tier test siswa terhadap sejumlah siswa 2012). Pengkategorian ini didasari pada jawaban
siswa yang memunculkan miskonsepsi pada ka-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2018, Th. XXXVII, No. 2


229

tegori miskonsepsi pada kondisi false negative, Analisis Jawaban Siswa Berdasarkan Skor
false positive dan miskonsepsi murni. Dari ke- Perbandingan skor 1 diperoleh dari tingkat
tiga kategori tersebut didapat berdasarkan Ta- pertama (pilihan ganda), skor 2 diperoleh dari
bel 4 rata-rata total kategori miskonsepsi pada tingkat pertama dan kedua serta skor 3 diperoleh
kondisi false negative sebesar (7,6%), miskon- dari tingkat pertama, kedua dan tingkat keyakin-
sepsi pada kondisi false positive sebesar (17,9%) an. Hasil rekapitulasi skor 1, skor 2 dan skor 3
dan kategori miskonsepsi murni sebesar (22%). dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan Gambar 1 dan Tabel 4 dapat disim- Pada skor 1 siswa umumnya menjawab
pulkan bahwa hampir sebagian siswa dikelas X benar paling tinggi yaitu sebesar 56,1% itu arti-
MIPA 3 SMAN I Babakan mengalami miskon- nya, pada tingkat pertama (pilihan ganda) dika-
sepsi dengan persentase miskonsepsi murni lebih tegorikan bahwa tingkat pertama memiliki ting-
tinggi dibanding kategori miskonsepsi lainnya. kat kesulitan rendah. Semakin naik tingkatannya
maka jawaban benar siswa semakin rendah kare-
Tabel 4. Persentase Kategori Jawaban Mis- na tingkat kesulitan semakin tinggi, walaupun
konsepsi Siswa tingkat kedua dan ketiga memiliki persentase
yang tidak jauh berbeda jika dibandingkan skor
Kategori Jawaban Siswa (%)
No. 1. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
False False
Soal
Negatif Positif
Miskonsepsi dengan mengerjakan soal bentuk Three-Tier Test
siswa lebih tinggi mengalami miskonsepsi dari
1 7,1 21,4 9,5
2 9,5 9,5 21,4 pada paham konsep setelah diberikan konsep
3 16,7 31,0 33,3 geometri bidang pada proses belajar dan pem-
4 7,1 28,6 19,0 belajaran. Bentuk soal Three-Tier Test memiliki
5 0,0 21,4 21,4 perbedaan dengan tes pada umumnya karena tes
6 7,1 11,9 14,3
7 19,0 19,0 14,3
ini memiliki tiga tingkat proses, akibatnya dibu-
8 9,5 9,5 7,1 tuhkan pemikiran dan pemahaman lebih dalam
9 7,1 14,3 35,7 lagi sehingga waktu pengerjaan lebih lama.
10 0,0 4,8 33,3
11 9,5 9,5 16,7
Konsepsi Siswa tentang Menyebutkan Kon-
12 2,4 38,1 23,8
13 7,1 21,4 16,7 sep Kesimetrian dan Sudut
15 7,1 7,1 40,5 Butir soal untuk mengungkapkan kon-
14 7,1 9,5 38,1 sepsi siawa tentang menyebutkan konsep kesi-
16 7,1 31,0 21,4 metrian dan sudu disajikan pada soal nomor 2.
17 2,4 33,3 9,5
18 7,1 19,0 19,0
Jawaban yang tepat dari pernyataan tersebut
19 19,0 9,5 7,1 pada tier pertama adalah A dan pada tier ke-
20 0,0 11,9 16,7 dua adalah B. Berdasarkan data tersebut tampak
Mean 7,6% 18,1% 21,0% bahwa persentase siswa mengalami miskonsepsi
sebesar 40,4% hanya 26,2% siswa yang mema-
hami konsep, 16,7% siswa tidak paham konsep
dan 16,7% siswa menebak jawaban yang telah

Gambar 2. Grafik Persentase Perbandingan Skor Jawaban Siswa

Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Geometri Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test
230

diberikan. Persentase siswa mengalami miskon- jawaban terbanyak siswa terjadi pada pilihan D-
sepsi murni lebih tinggi yaitu sebesar 21,4% den- C-A sebesar 42,8%.
gan pilihan jawaban terbanyak siswa mengalami
miskonsepsi murni pada pilihan C-A-A sebesar
44,4%.

Pada indikator ini sebelumnya sudah


Miskonsepsi siswa pada indikator ini ditemukan pada saat penyusunan soal Three-
sudah ditemukan pada penyusunan soal Three- Tier Test tahap pertama yaitu wawancara, siswa
Tier Test tahap pertama yaitu wawancara, siswa menganggap bahwa belah ketupat sama dengan
menganggap bahwa sudut-sudut pada dua garis persegi yang memiliki sisi sama panjang dan
sejajar yang dipotong oleh garis lainnya akan memiliki empat simetri lipat, sedangkan pada ta-
terbentuk sudut-sudut saling bertolak belakang, hap kedua yaitu tes open endedsiswa mengang-
dan pada tahap kedua yaitu tes open endedsiswa gap bahwa belah ketupat menyerupai bentuk
menganggap bahwa sudut-sudut pada dua garis seperti bujur sangkar (persegi) yang memiliki
sejajar yang dipotong oleh garis lainnya akan empat simetri lipat, belah ketupat memiliki dua
terbentuk sudut-sudut saling bertolak belakang simeri lipat yang jika di tarik garis akan mem-
yang membelakangi titik potongnya. bentuk bangun segitiga sama sisi karena ma-
Kesalahan atau miskonsepsi murni yang sing-masing sisinya sama panjang dan yang lain
terjadi pada siswa dikarenakan siswa salah da- menganggap bahwa belah ketupat memiliki satu
lam memberikan jawaban pada kedua tingkat simetri lipat yang masing-masing sisinya tidak
sebelumnya dan yakin atas jawaban yang telah sama panjang.
diberikan, sehingga miskonsepsi disebabkan Miskonsepsi terjadi karena siswa men-
oleh perkembangan kognitif siswa yang tidak se- jawab salah pada tingkat pertama dan tingkat
suai dengan apa yang sudah dipelajari, biasanya kedua dengan yakin terhadap kedua tingkat sebe-
terjadi pada bahan yang abstrak sehingga siswa lumnya. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa
sulit menangkap dan sering salah mengerti ten- pada indikator soal nomor tiga merupakan mis-
ang konsep (Suparno, 2013). konsepsi yang terjadi disebabkan oleh pemikiran
asosiatif siswa, siswa menganggap bahwa belah
Konsepsi Siswa tentang Menjelaskan Konsep ketupat ketika dilipat akan membentuk bangun
Kesimetrian dan Sudut persegi karena belah ketupat memiliki bentuk
Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi yang sama dengan persegi karena keduanya
siawa tentang menyebutkan konsep kesimetrian memiliki sisi sama panjang.
dan sudu disajikan pada soal nomor 3. Jawaban
yang tepat dari pernyataan tersebut pada tier per- Konsepsi Siswa tentang Memahami Teknik
tama adalah B dan pada tier kedua adalah B. Ber- Penyelesaian Kesimetrian dan Sudut
dasarkan data tersebut tampak bahwa persentase Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi
siswa mengalami miskonsepsi sebesar 80%, siawa tentang menyebutkan konsep kesimetrian
hanya 4,8% siswa memahami konsep dan 14,3% dan sudu disajikan pada soal nomor 9. Jawab-
siswa tidak paham konsep. Persentase siswa an yang tepat dari pernyataan tersebut pada tier
mengalami miskonsepsi murni lebih besar yaitu pertama adalah D dan pada tier kedua adalah
33,3% dibandingkan dengan miskonsepsi pada D.Berdasarkan data tersebut tampak bahwa
kondisi false negative dan false positive. Siswa persentase siswa mengalami miskonsepsi sebe-
mengalami miskonsepsi murni, dengan pilihan sar 57,1%, hanya 7,1% siswa memahami kon-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2018, Th. XXXVII, No. 2


231

sep, 4,8% siswa menebak dalam menjawab soal, mengalami miskonsepsi murni menganggap
dan 31% siswa tidak paham konsep. Persentase bahwa batako yang memiliki sisi saling bera-
siswa mengalami miskonsepsi murni lebih besar turan memiliki 2 sumbu simetri B-salah dengan
yaitu 35,7% dengan pilihan jawaban terbanyak alasan bahwa bidang tersebut memiliki simetri
siswa mengalami miskonsepsi murni pada pilih- putar tingkat dua pilihan jawaban B-salah.
an C-A-A sebesar 26,7%. Siswa yang mengala-
mi miskonsepsi murni menganggap bahwa besar
∠DCE adalah 105o jawaban salah yang diberi-
kan pada tingkat pertama dengan alasan yang
tidak sesuai pada tingkat kedua, bahwasanya
∠DCE memiliki hubungan saling sehadap de-
ngan ∠BAF serta meyakini jawaban yang telah
diberikan pada kedua tingkat sebelumnya.

Miskonsepsi ini juga sudah ditemukan


pada tahap kedua pembuatan soal Three-Tier
Test, yaitu tes open ended siswa menganggap
bahwa batako yang berbentuk segienam bera-
turan memiliki simetri lipat sebanyak 1 lipatan
karena hanya dapat dilipat sebanyak satu kali.
Kesalahan atau miskonsepsi murni terjadi kare-
na prakonsep atau konsep awal saat membaca
dan memahami soal. Miskonsepsi yang dialami
Pada tahap sebelumnya miskonsepsi ini siswa diperoleh dari pengalaman hidup mereka
juga sudah ditemukan pada tahap kedua pem- sendiri, yang setiap hari melihat dan mengamati
buatan soal Three-Tier Test, yaitu tes open ended secara langsung bentuk dari batako yang memi-
siswa menganggap bahwa besar sudut x adalah liki sisi saling beraturan (Suparno, 2013).
50° karena ∠DFE, ∠AEC dan ∠DCE memben-
tuk sudut segitiga yang memiliki besar sudut Konsepsi Siswa tentang Menyebutkan Bunyi
180o. Kesalahan atau miskonsepsi murni yang Dalil Segitiga dan Segmen Garis
terjadi pada siswa disebabkan oleh penalaran Butir soal untuk mengungkapkan kon-
siswa yang tidak lengkap atau salah. Akibat- sepsi siawa tentang menyebutkan konsep kesi-
nya siswa salah dalam menarik kesimpulan dan metrian dan sudu disajikan pada soal nomor 14.
menggeneralisasikan pengetahuannya (Suparno, Jawaban yang tepat dari pernyataan tersebut
2013). pada tier pertama adalah D dan pada tier ke-
dua adalah A. Berdasarkan data tersebut tampak
Konsepsi Siswa tentang Memecahkan bahwa persentase siswa mengalami miskonsepsi
Masalah Kesimetrian dan Sudut sebesar 54,7%, hanya 14,3% siswa memahami
Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi konsep, 4,8% siswa menebak dalam menjawab
siawa tentang menyebutkan konsep kesimetrian soal, dan 26,2% siswa tidak paham konsep.
dan sudu disajikan pada soal nomor 10. Jawaban Persentase siswa mengalami miskonsepsi murni
yang tepat dari pernyataan tersebut pada tier per- lebih besar yaitu 40,5% dibanding dua miskon-
tama adalah D dan pada tier kedua adalah D. Ber- sepsi lainnya. Siswa mengalami miskonsepsi
dasarkan data tersebut tampak bahwa persentase murni dengan pilihan jawaban terbanyak siswa
siswa mengalami miskonsepsi sebesar 38,1%, mengalami miskonsepsi murni pada pilihan C-
siswa memahami konsep sebesar 31%, siswa C-A sebesar 52,9%. Miskonsepsi ini juga sudah
menebak dalam menjawab soal sebesar 19%, ditemukan pada tahap pertama yaitu wawancara,
dan siswa tidak paham konsep sebesar 11,9%. siswa menganggap bahwa bunyi dalil intersep
Persentase siswa mengalami miskonsepsi murni adalah apabila terdapat dua ruas garis yang sa-
lebih besar yaitu 33,3% dengan pilihan jawaban ling berpotong kemudian dipotong oleh dua garis
terbanyak siswa mengalami miskonsepsi murni yang saling sejajar maka rasionya satu. Pada ta-
pada pilihan B-B-A sebesar 42,8%. Siswa yang hap keduapembuatan soal Three-Tier Test, yaitu

Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Geometri Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test
232

tes open ended siswa menganggap bahwa bunyi


dalil intersep adalah jika terdapat dua garis atau
lebih yang sejajar kemudian dipotong oleh kedua
garis yang saling berpotongan maka perbanding-
an rasio dari kedua ruas garis yang saling berpo-
tongan bernilai satu.

Sebelumnya miskonsepsi siswa pada in-


dikator ini sudah ditemukan pada saat penyu-
sunan soal Three-Tier Test tahap pertama yaitu
wawancara, siswa menganggap bahwa panjang
x adalah 5 cm untuk mencari panjang x mere-
ka menggunakan perhitungan dalil phytagoras.
Siswa mengalami miskonsepsi intuisi yang Pada tahap kedua penyusunan soal Three-Tier
salah yaitu miskonsepsi yang berasal dari pera- Test yaitu pertanyaan terbuka mereka mengang-
saan diri seseorang, yang terjadi secara spontan gap panjang x adalah 10 cm untuk mencari pan-
mengungkapkan sikap atau gagasan (Suparno, jang x mereka menggunakan perhitungan dalil
2013). Siswa menganggap bahwa jika ada dua phytagoras. Siswa mengalami miskonsepsi in-
garis atau lebih yang sejajar kemudian dipotong tuisi yang salah yaitu miskonsepsi yang berasal
oleh kedua garis yang saling berpotongan maka dari perasaan diri seseorang, yang terjadi secara
besar rasio dari ruas garis perpotongan pertama spontan mengungkapkan sikap atau gagasan (Su-
dua kali dari rasio ruas garis perpotongan perta- parno, 2013). Siswa meyakini bahwa panjang x
ma jawaban C-salah, siswa menganggap bahwa adalah 5 cm jawaban A-benar karena menggu-
hal itu merupakan buni dari dalil titik tengah se- nakan perhitungan dalil phytagoras jawaban A-
gitiga jawaban C-salah. salah.

Konsepsi Siswa tentang Menjelaskan Dalil Konsepsi Siswa tentang Menelesaikan


Segitiga dan Segmen Garis Masalah Dalil Segitiga dan Segmen Garis
Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi Butir soal untuk mengungkapkan konsepsi
siawa tentang menyebutkan konsep kesimetrian siawa tentang menyebutkan konsep kesimetrian
dan sudu disajikan pada soal nomor 16. Jawab- dan sudu disajikan pada soal nomor 18. Jawa-
an yang tepat dari pernyataan tersebut pada tier ban yang tepat dari pernyataan tersebut pada
pertama adalah A dan pada tier kedua adalah tier pertama adalah B dan pada tier kedua ada-
B. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa lah A. Berdasarkan data tersebut tampak bahwa
persentase siswa mengalami miskonsepsi sebe- persentase siswa mengalami miskonsepsi sebe-
sar 59,5%, hanya 19% siswa memahami konsep, sar 45,1%, hanya 19% siswa memahami konsep,
2,4% siswa menebak dalam menjawab soal, dan 4,8% siswa menebak dalam menjawab soal, dan
19% siswa tidak paham konsep. Pada indikator 31% siswa tidak paham konsep.
soal nomor enambelas siswa mengalami mis-
konsepsi false positivepada indikator soal nomor
enambelas menjawab A-A-A sebanyak 76,9%.

Pada indikator soal nomor delapanbelas


siswa mengalami miskonsepsi pada kategori
false positive dan miskonsepsi murni sebesar

Cakrawala Pendidikan, Juni 2018, Th. XXXVII, No. 2


233

19%. Miskonsepsi pada kondisi false positive atau membenci mata pelajaran tersebut. Siswa
dan miskonsepsi murni pada indikator soal no- dikatakan tidak memiliki minat dalam pelajaran
mor delapan belas dengan menjawab B-D-A matematika apabila mereka salah dalam mema-
dan C-C-A masing-masing sebesar 44,4% dan hami pelajaran tersebut dan tidak berminat untuk
33,3%. Sebelumnya miskonsepsi siswa pada in- mengetahui mana konsep yang benar dan salah.
dikator ini sudah ditemukan pada saat penyusun- Akibatnya, ia akan semakin menumpuk kesala-
an soal Three-Tier Testtahap kedua penyusunan han yang dibangun berdasarkan miskonsepsi
soal Three-Tier Test yaitu pertanyaan terbuka tersebut (Suparno, 2013). Siswa yang tidak me-
mereka menganggap bahwa pernyataan yang mahami konsep mengindikasikan bahwa mereka
benar adalah AB = ~ DE, karena AD = ~ BE maka tidak mampu menjelaskan kembali konsep yang
AD + DE = EB + DE. telah mereka pelajari sebelumnya. Mereka juga
Berdasarkan gambar 1 diperoleh rendah- akan memberikan respon yang tidak jelas ketika
nya rerata pemahaman siswa yaitu sebesar 24%. dihadapkan pada sebuah pertanyaan (Abraham,
Siswa dikatakan telah memahami konsep apabila Grzybowski, Renner, & Marek, 1992). Respon
ia dapat membedakan contoh dan bukan contoh tidak jelas ini adalah situasi dimana rendahnya
dari konsep iu, persamaan dan bukan persamaan keyakinan siswa atas jawaban yang mereka beri-
dari konsep tersebut serta menggunakannya da- kan pada kedua tingkat sebelumnya, terlepas
lam berbagai situasi (Krismanto, 2003). Siswa jawaban itu benar atau salah pada tingkat perta-
yang memahami konsep tidak akan mengingat ma dan/atau tingkat kedua (Hasan et al., 1999).
konsep yang telah mereka pelajari, akan tetapi Rendahnya keyakinan siswa juga meng-
mereka dapat menggunakan dan menjelaskan indikasikan bahwa jawaban siswa termasuk
konsep tersebut dengan bahasanya sendiri sesuai kedalam kategori menebak (lack of confidence).
dengan pilihan jawaban yang telah disediakan. Ketidak percayaan diri siswa atau menebak da-
Tidak paham konsep terjadi apabila tingkat lam menjawab soal disebabkan karena minim-
pertama memiliki persentase lebih tinggi diban- nya pemahaman siswa terhadap konsep geometri
ding tingkat kedua dengan persentase keyakinan bidang sehingga siswa merasa tidak yakin atas
dibawah 69% (Lestari, 2015). Rerata persentase jawaban mereka yang sudah benar. Adapun re-
tidak paham siswa sebesar 23%, Siswa yang rata persentase miskonsepsi siswa tertinggi yaitu
tidak memahami konsep mungkin saja disebab- sebesar 47,5% dengan urutan subkonsep dengan
kan karena pengetahuan yang diperoleh siswa miskonsepsi tertinggi hingga terendah pada kon-
kurang membantu dalam memahami konsep sep geometri bidang yang terjadi adalah sebagai
geometri bidang atau konsep tersebut asing bagi berikut:
mereka sehingga siswa merasa kesulitan dalam 1. Menjelaskan Kesimetrian dan Sudut (59,5%)
mengabstraksikan konsep tersebut (Tunc, Kubra 2. Menyebutkan bunyi Dalil Segitiga dan Seg-
Cam, & Dokme, 2012) non - scientific beliefs, men Garis (54,8%)
naive theories, mixed conceptions, or concep- 3. Menjelaskan Dalil Segitiga dan Segmen
tual misun derstandings (Driver & Easley, 1978; Garis (52,4%)
Viennot, 1979; Caramazza, Closkey & Green, 4. Menyelesaikan Masalah Kesimetrian dan
1981; Ery\u0131lmaz & Tatl\u0131, 1999; G\ Sudut (47,6%)
u00fcl\u00e7i\u00e7ek & Ya\u011fbasan, 2004; 5. Memahami Teknik Penyelesaian Kesimetrian
Demirci & \u00c7irkino\u011flu, 2004. Ke- dan Sudut (42,3%)
sulitan yang dialami siswa juga diduga karena 6. Menyebutkan Konsep Kesimetrian dan Sudut
pelajaran yang disampaikan guru tidak tersam- (39,3%)
paikan dengan baik sehingga siswa tidak mema- 7. Menyelesaikan Masalah Dalil Segitiga dan
hami konsep. Kemungkinan yang menyebabkan Segmen Garis (36,5%)
hal ini dapat terjadi adalah karena siswa tidak Persentase jawaban siswa pada kondisi
mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan false positive (Tabel 4) memiliki persentase le-
dengan baik atau pengaruh dari kemampuan me- bih besar dibandingkan dengan persentase false
nyerap pelajaran yang berbeda-beda pada siswa negative. Hal ini dikarenakan kondisi false posi-
dalam satu kelas. Mereka yang tidak mendengar- tive sangat sulit atau bahkan tidak bisa dihilang-
kan penjelasan dari guru dengan baik kemung- kan sama sekali. Soal pilihan ganda memiliki
kinannya adalah mereka yang tidak berminat persentase 20% kemungkinan terjadinya false

Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Geometri Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test
234

positive, hal ini disebabkan karena siswa memi- mi miskonsepsi. Hal ini disebabkan oleh, siswa
liki kesempatan untuk memberikan jawaban telah menerima pembelajaran yang membahas
secara acak pada tes pilihan ganda. Selain itu, konsep-konsep yang diujikan namun siswa ke-
pengecoh yang kuat akan memunculkan false sulitan dalam mengabstraksikan konsep terse-
positive pada siswa ( Hestenes & Halloun, 1995). but dengan tepat sehingga intuisi pada pengeta-
Rerata siswa mengalami miskonsepsi false ne- huan awal siswa pada konsep awal yang mereka
gative sebesar 7,9% lebih rendah dari persentase terima sebelumnya masih tetap bertahan dalam
miskonsepsi false positive. Pada kondisi false struktur kognitifnya.
negative, siswa menjawab salah pada tier per- Adapun urutan subkonsep dengan mis-
tama dan menjawab benar pada tier kedua atau konsepsi tertinggi hingga terendah pada kon-
dapat diartikan bahwa dalam kondisi ini sedikit- sep geometri bidang yang terjadi adalah seba-
nya informasi (less informasi) yang diperoleh gai berikut: menjelaskan kesimetrian dan sudut
siswa, miskonsepsi pada kondisi ini dianggap (59,5%), menyebutkan bunyi dalil segitiga dan
tidak bermasalah karena hal itu disebabkan oleh segmen garis (54,8%), menjelaskan dalil segi-
kecerobohan siswa dalam memberikan jawaban. tiga dan segmen garis (52,4%), menyelesaikan
Hal itu menunjukkan bahwa false negative digu- masalah kesimetrian dan sudut (47,6%), mema-
nakan sebagai alat untuk siswa yang tidak teliti hami teknik penyelesaian kesimetrian dan sudut
atau ceroboh ( Hestenes & Halloun, 1995). (42,3%), menyebutkan konsep kesimetrian dan
Perbandingan persentase rata-rata yang sudut (39,3%), menyelesaikan masalah dalil
diperoleh siswa antara skor 1 dan skor 2 (Gam- segitiga dan segmen garis (36,5%). Sedangkan
bar 2) adalah 26,2% dan perbandingan antara urutan ketiga kategori miskonsepsi tertinggi
skor 2 dan skor 3 adalah 6,1%. Perbanding- hingga terendah pada konsep Geometri Bidang
an persentase yang diperoleh dapat dikatakan yang terjadi adalah sebagai berikut:miskonsepsi
bahwa soal memiliki pengecoh yang kuat. Hal murni (22%), false positive (17,9%), dan false
itu juga dapat membuktikan bahwa instrumen negative (7,6%).
three tier test dapat mengungkapkan kesalahpa-
haman atau miskonsepsi pada siswa lebih baik UCAPAN TERIMA KASIH
dibanding dengan tes diagnostik one tier atau Ucapan terimakasih penulis sampaikan
two tier(Arslan et al., 2012). Karena semakin kepada lembaga yang telah memberikan kontri-
naik tingkatannya, jawaban benar siswa semakin busi data peneliti, SMAN I Babakan khususnya
rendah dan tingkat kesulitan semakin tinggi, pada guru mata pelajaran matematika dan siswa
penjelasan diatas membuktikan Three-Tier Test kelas X MIPA tahun ajaran 2016/2017.
efekif dalam mengungkapkan miskonsepsi dan
tidak paham konsep. DAFTAR PUSTAKA
Abraham, M. R., Grzybowski, E. B., Renner, J.
SIMPULAN W., & Marek, E. A. 1992. Understandings
Berdasarkan paparan hasil dan pemba- and misunderstandings of eighth graders
hasan sebagaimana telah diuraikan, dapat disim- of five chemistry concepts found in text-
pulkan bahwa konsep-konsep dasar terkait kon- books. Journal of Research in Science
sep geometri bidang yang meliputi kesimetrian, Teaching, 29(2), 105–120. https://doi.
sifat-sifat sudut, dalil segitiga dan dalil segmen org/10.1002/tea.3660290203.
garis merupakan konsep yang cukup sulit di-
pahami oleh siswa, mereka masih mengalami Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pen-
kesulitan dalam memecahkan soal penguasaan didikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
konsep yang dilandasi konsep-konsep tersebut.
Dari analisis data diagnostik Three-Tier Arslan, H. O., Cigdemoglu, C., & Moseley, C.
Test siswa menunjukkan bahwa dari 42 siswa 2012. A Three-Tier Diagnostic Test to As-
kelas X MIPA-3 SMAN I Babakan yang men- sess Pre-Service Teachers’ Misconcep-
jadi objek penelitian, 24,1% termasuk kriteria tions about Global Warming, Greenhouse
menguasai konsep, sedangkan sisanya 6,2% Effect, Ozone Layer Depletion, and Acid
menebak atau tidak percaya diri atas jawaban, Rain. International Journal of Science
22,2% tidak paham konsep dan 47,5% mengala- Education, 34(11), 1667–1686. https://
doi.org/10.1080/09500693.2012.680618.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2018, Th. XXXVII, No. 2


235

Ausubel, D. P. 2000. The Acquisition and Re- Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis
tention of Knowledge : A Cognitive View. Siswa Sekolah Dasar. Seminar Nasional
Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Matematika Dan Terapan. Retrieved
from http://s3.amazonaws.com/academia.
Cetin Dindar, A., & Geban, O. 2011. Develop- edu.documents/49219245/37-52-1-PB.
ment of a three-tier test to assess high pdf?AWSAccessKeyId=AKIAIWOW
school students’ understanding of acids YYGZ2Y53UL3A&Expires=1496731-
and bases. Procedia - Social and Behav- 716&Signature=D9dA0F9+U91z5sDz
ioral Sciences, 15, 600–604. https://doi. eCRULQ77IXQ=&response-content-
org/10.1016/j.sbspro.2011.03.147. disposition=inline; filename=Penerapan_
Metode_Penemuan_Terbimbing.
Dahar, R. Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Kaya, O. N. 2008. A Student-centred Approach:
Assessing the Changes in Prospective Sci-
Eryilmaz, A., & Sürmeli, E. 2002. Uc-Asamah ence Teachers’ Conceptual Understanding
Sorularla Ogrencilerin Isi ve Sicakhk by Concept Mapping in a General Chem-
Konulanndaki Kavram Yanilgilannin Ol- istry Laboratory. Research in Science
culmesi. Education, 38(1), 91–110. https://doi.
org/10.1007/s11165-007-9048-7.
George, D., & Mallery, P. 2003. SPSS for Win-
dows Step by Step: A Simple Guide and Kirbulut, Z. D. 2014. Using Three-Tier Di-
Reference. Boston: Allyn and Bacon. agnostic Test to Asse ss Students ’ Mis-
conceptions of States of Matter, 10(5),
Hasan, S., Bagayoko, D., & Kelley, E.L. 1999. Mis- 509–521. https://doi.org/10.12973/
conceptions and the Certainty of Response eurasia.2014.1128a.
Index (CRI). Teaching Physics, 35(5),
294–299. Retrieved from https://www. Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Mod-
researchgate.net/profile/Diola_Bagayoko/ el, dan Strategi dalam Pembelajaranan
publication/241530804_Misconceptions_ Matematika. Yogyakarta: Depdiknas.
and_the_Certainty_of_Response_Index_ Retrieved from http://s3.amazonaws.
CRI/links/53d2e74d0cf220632f3cc30a/ com/academia.edu.documents/39328492/
Misconceptions-and-the-Certainty-of-Re- S T R AT E G I P E M B E L A J A R A N -
sponse-Index-CRI.pdf. MATEMATIKA.pdf?AWSAccessKeyI
d=AKIAIWOWYYGZ2Y53UL3A&E
Hestenes, D.& Halloun, I. 1995. Interpreting xpires=1495462488&Signature=dej8qc
the Force Concept Inventory. The Physics Bih%2B5rwPc5uDn66z368Fo%3D&re
Teacher, 33(8), 502–506. Retrieved from sponse-content-disposition=inline%3B
http://www.physics.emory.edu/faculty/ filename%3DSTRATEGIPEMBEL.
weeks/journal/hestenes-tpt95.pdf.
Kurnia, N., & Sharma, S. N. 2013. Matematika
Kaltakci, D., & Didis, N. 2007. Identification SMA Kelas X. Bandung: yudhistira.
of Pre-Service Physics Teachers’ Mis-
conceptions on Gravity Concept: A study Kutluay, Y. 2005. Diagnosis of Eleventh Grade
with a 3-Tier Misconception Test. In Students’ Misconceptions About Geomet-
Sixth International Conference on Bal- ric Optic By A Three-Tier Test. Middle
kan Physical Union (AIP Conference East Technical University.
Proceedings), 899, 499–500. https://doi.
org/10.1063/1.2733255. Lestari, E. 2015. Identifikasi Miskonsepsi pada
Konsep Virus dengan Menggunakan
Karim, A. 2011. Penerapan Metode Penemuan Three-Tier Test. FITK UIN Jakarta. Re-
Terbimbing dalam Pembelajaran Matema- trieved from http://repository.uinjkt.ac.id/
tika untuk Meningkatkan Pemahaman dspace/handle/123456789/26752.

Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Geometri Menggunakan Three-Tier Diagnostic Test
236

Osborne, R. 1980. Some Aspects of The Stu- Tamir, P. 1971. An Alternative Approach to The
dents’ View of The World. Research in Construction of Multiple Choice Test
Science Education, 10(1), 11–18. https:// Items. Journal of Biological Education,
doi.org/10.1007/BF02356304. 5(6), 305–307. https://doi.org/10.1080/00
219266.1971.9653728.
Pesman, H., & Eryilmaz, A. 2010. Develop-
ment of a Three-Tier Test to Assess Taslidere, E. 2016. Development and use of a
Misconceptions about Simple Electric three-tier diagnostic test to assess high
Ciccuits. The Journal of Educational school students’ misconceptions about the
Research, (November 2016). https://doi. photoelectric effect. Research in Science
org/10.1080/00220670903383002. & Technological Education, 34(2), 164–
186. https://doi.org/10.1080/02635143.20
Posner, G. J., Strike, K. A., Hewson, P. W., & 15.1124409.
Gertzog, W. A. 1982. Accommodation of
a scientific conception: Toward a theory Treagust, D. F. 1988. Development and use
of conceptual change. Science Education, of diagnostic tests to evaluate stu-
66(2), 211–227. https://doi.org/10.1002/ dents’ misconceptions in science. In-
sce.3730660207. ternational Journal of Science Edu-
cation, 10(2), 159–169. https://doi.
S., S. N. W., Kusairi, S., & Zulaikah, S. 2017. org/10.1080/0950069880100204.
Diagnosis Miskonsepsi Siswa SMA di
Kota Malang pada Konsep Suhu dan Ka- Tunc, T., Kubra Cam, H., & Dokme, I. 2012. A
lor Menggunakan Three Tier Test. Jurnal Study on Misconceptions of Senior Class
Pendidikan Fisika Dan Teknologi, 2(3), Students in Some Physics Topics and the
95–105. Retrieved from http://jurnalfkip. Effect of the Technique Used in Miscon-
unram.ac.id/index.php/JPFT/article/ ception Studies. Turkish Science Educa-
view/295. tion, 99(33), 137–153. Retrieved from
http://www.tused.org/internet/tused/ar-
Suparno, P. 2013. Miskonsepsi & Perubahan chive/v9/i3/tusedv9i3a9.pdf.
Konsep Dalam Pendidikan Fisika. Jakar-
ta: PT. Grasindo.

Suwito, A. 2015. Reformasi Pendidikan dalam


Memasuki ASEAN Economic communi-
ty (AEC). In Miskonsepsi dan Kesalahan
Konsep Geometri Pada Siswa SMA (p.
8). Jember: FKIP Universitas Jember. Re-
trieved from http://repository.unej.ac.id/
handle/123456789/62858.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2018, Th. XXXVII, No. 2

Anda mungkin juga menyukai