Anda di halaman 1dari 7

KEEFEKTIFAN PENERAPAN PEMBELAJARAN MUATAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DI
SEKOLAH DASAR.
Novi Ratnasari
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
E-mail: Novi.ratnasari.1801516@Students.um.ac.id
ABSTRACT
This article is an article with the literature review method. Researchers reviewed several
studies which were sourced from articles and other reference sources. The purpose of this
study is to apply a learning model in Civics in elementary schools that is able to make
learning less monotonous and improve student learning outcomes. In addition, this article
aims to make teachers who are still using the old methods more creative to make learning
more enjoyable so that students become more enthusiastic about learning. The learning
model used is the think pair share (TPS) cooperative learning model. From this research,
the think pair share (TPS) type of cooperative learning model is able to improve student
learning outcomes. This is evidenced by the interaction between teachers and students.
So, this learning can make teachers and students play an active role. However, seen from
other research, the learning process still has shortcomings. Because the teacher has in
implementing this cooperative learning model.
Keywords: Learning, PKN, TPS.
ABSTRAK
Artikel ini merupakan artikel dengan metode kajian pustaka. Peneliti mengkaji dari
beberapa penelitian yang bersumber dari artikel dan sumber rujukan lain. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk menerapkan model pembelaaran pada mata pelajaran PKn di
SD yang mampu membuat pembelajaran tidak monoton dan meningkatkan hasil belajar
siswa. Selain itu, artikel ini bertujuan agar guru yang masih menggunakan metode lama
bisa lebih kreatif untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan sehingga
siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Model pembelajaran yang digunakan
adalah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Dari kebanyakan
penelitian menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya interaksi
antara guru dan siswa. Jadi, pembelajaran ini bisa membuat guru dan siswa berperan
aktif. Namun, dilihat dari penelitian yang lain, proses pembelajarannya masih terdapat
kekurangan. Karena guru memiliki kendala dalam melaksanakan model pembelajaran
kooperatif ini.
Kata kunci : Pembelajaran, PKN, TPS.

PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang penuh dengan persaingan, sumber daya manusia
(SDM) menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dikembangkan.Dalam usaha
pengembangan SDM tersebut, terdapat berbagai faktor yang sangat berpengaruh.
Salah satu di antara faktor tersebut adalah pendidikan yang berkualitas.
Pendidikan yang berkualitas merupakan kunci untuk semua kemajuan dan
perkembangan sumber daya manusiayang berkualitas. Sumber daya manusia yang
berkualitas adalah sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global.
Melalui pendidikan, manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik
sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat.
Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) seutuhnya dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Akan tetapi, pendidikan dewasa ini masih dirasakan adanya permasalahan
yang belum seluruhnya dapat terpecahkan, bermula dari perencanaan,
penyelenggaraan, begitu pula hasil yang dicapai belum seluruhnya memenuhi
harapan. Pada penyelenggaran pendidikan yang efektif, hasil belajar yang baik
dan memuaskan merupakan harapan orang tua siswa dan seluruh pihak yang
terkait. Namun harapan tersebut seringkali tidak terwujud, hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain siswa itu sendiri, materi pelajaran, guru, orang tua, dan
strategi belajar mengajar yang disiapkan guru, paling tidak guru harus menguasai
materi yang diajarkan dan terampil dalam mengajarkan.
Melihat kondisi di beberapa sekolah, ada beberapa masalah dalam
pembelajaran PKn ini, salah satunya yaitu guru kurang memperhatikan
karakteristik siswanya dan masih menggunakan model, pendekatan, metode dan
strategi yang masih terpusat pada dirinya (guru) dalam pembelajaran sehingga
siswa dalam pembelajaran kurang aktif dan membosankan.
Agar pembelajaran PKn dapat berhasil, guru haruslah memiliki kreatifitas
yang tinggi dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan. Guru bisa
mengunakan model, strategi atau metode pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan perkembangan siswa untuk pembelajaran tersebut. Hal ini dilakukan
agar siswa tak merasa jenuh atau bosan saat belajar dan siswa pun akan merasa
lebih semangat dan termotivasi sehingga materi akan tersampaikan dengan baik.
Seorang guru perlu untuk meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan
pembelajaran. Menciptakan suasana belajar yang efektif tentunya dapat diterapkan
dengan melakukan model yang sesuai dengan bantuan media pembelajaran.
Suprijono (2009: 46) mengemukakan bahwa melalui model pembelajaran yang
inovatif di dalam kelas guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
Menurut AECT (Haling dkk, 2006), pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya
belajar pada diri pembelajar. Selanjutnya pengertian pembelajaran yang
dikemukakan Gagne (Haling dkk, 2006) adalah usaha pembelajar yang bertujuan
untuk menolong pebelajar belajar yang merupakan seperangkat peristiwa yang
mempengaruhi terjadinya proses belajar pembelajar. Sementara itu, Degeng (Uno,
2006) mendefenisikan pembelajaran sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan,
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.
Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode didasarkan pada kondisi
pembelajaran yang ada.
Pada pembelajaran PKn menekankan unsur pendidikan dan pembekalan
pada siswa. Penekanan pembelajaran bukan hanya sebatas pada upaya menjejali
siswa dengan sejumlah konsep-konsep yang bersifat hafalan, melainkan pada
upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajari sebagai bekal
dalam memaknai dan ikut serta dalam melakoni kehidupan bermasyarakat, serta
sebagai bekal peserta didik untuk melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Pendidikan kewarganegaraan secara teori dapat dinyatakan sebagai seleksi
dan adaptasi dari lintas disiplin ilmu-ilmu sosial, ilmu kewarganegaraan,
humaniora dan kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
psikologis dan ilmiah untuk mencapai salah satu tujuan IPS (Soemantri,
2001:159). Pendapat lain tentang PKn dijelaskan Djahiri (1994: 1) menyatakan
bahwa: Target harapan dan isi utama PKn adalah memanusiakan dan
mendewasakan serta membudayakan anak manusia (siswa) secara paripurna
berdasarkan nilai, moral Pancasila, agama dan budaya luhur bangsa Indonesia
sehingga kelak dikemudian hari akan hidup suatu generasi manusia Indonesia
pancasila sejati dalam tatanan kehidupan budaya Pancasila.
Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 menegaskan bahwa
“Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan
antara warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi
warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara”. Sementara dalam
Kurikulum 2004 disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (citizenship),
adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri
yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa yang
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2003:7).
Model pembelajaran yang perlu dikembangkan sebagai alternatif yang
sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan agar proses belajar mengajar
lebih efektif dan efisien adalah model pembelajaran yang benar-benar melibatkan
siswa secara aktif selama proses belajar mengajar berlangsung. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif.
Model kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
yang kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sanga dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggota kelompok itu sendiri. Model kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu
struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota
kelompok.
Teori konstruktivisme sosial Vygotsky memberi dukungan terhadap arti
pentingnya model pembelajaran kooperatif. Konstruktivisme sosial Vygotsky
menekankan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara mutual.
Keterlibatan dengan orang lain membuka kesempatan bagi peserta didik
mengevaluasi dan memperbaiki pemahaman. Dengan cara ini, pengalaman dalam
konteks sosial memberikan mekanisme penting untuk perkembangan pemikiran
peserta didik.
Model kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, karena belajar
dalam model kooperatif harus ada struktur dorongan tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interdefensi yang efektif diantara anggota
kelompok (Slavin, dalam Lasmawan, 2010).
Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung di antara kelompok
sangat penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya,
karena setiap mereka akan melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan,
pemahaman dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar.
Tumbuhnya rasa ketergantungan yang positif diantara sesama anggota kelompok
menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekad untuk sukses dalam belajar.
Hal ini terjadi dalam pembelajaran model kooperatif karena siswa diberikan
kesempatan yang memadai untuk memperoleh berbagai informasi yang
dibutuhkannya untuk melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki
dari anggota kelompok belajar lainnya dan guru. Suasana belajar dan rasa
kebersamaan yang tumbuh dan berkembang di antara sesama anggota kelompok
memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran dengan
kebih baik. Proses pengembangan kepribadian yang demikian, membantu siswa
yang kurang berminat menjadi lebih bergairah dalam belajar.
Model pembelajaran kooperatif inipun memiliki banyak tipe, seperti
model kooperatif tipe STAD, Jigsaw, Think Pair Share, guided Note Taking dan
lain-lain. Setiap tipe model pembelajaran kooperatif, tentu saja memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Disnilah peran guru dituntut untuk
memilih sesuai dengan karakteristik pelajaran dan materi yang akan disampaikan.
Model Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menggunakan model
diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno memberikan
kesempatan kepada siswa mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar
menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan
pembelajaran. Think Pair Share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri
serta bekerja sama dengan orang lain. Hal lain yang didapatkan dari pembelajaran
ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share juga dapat
meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, penerimaan terhadap individu lebih
besar, dan meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. (Ibrahim, 2000:
6). Model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dapat meningkatkan hasil
belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keberagaman dan
pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil itu, model
pembelajaran kooperatif Think Pair Share menuntut kerjasama dan interdefensi
peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan dan struktur reward. Struktur
tugas berhubungan dengan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan
reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan maupun reward. Belajar secara kelompok dalam merupakan
miniatur masyarakat yang diterapkan dalam kehidupan di kelas yang akan melatih
siswa untuk mengembangkan mereka menjadi anggota masyarakat yang baik.
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti mengharapkan agar para
siswa bisa lebih meningkatkan prestasinya dalam mata pelajaran PKn dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Sedangkan
untuk guru supaya bisa lebih memusatkan pembelajaran kepada siswa dan lebih
kreatif dalam menggunakan berbagai model pembelajaran dalam pembelajaran
PKn agar para siswa lebih aktif dan mudah memahami apa yang disampaikan oleh
guru.
METODE
Metode yang digunakan adalah studi literatur yang didukung oleh jurnal
yang relevan. Metode penelitian ini menggunakan studi dokumentasi atau hasil
hasil penelitian sebelumnya,yaitu penelitian dengan cara perbandingan data
sesudah tindakan dan sebelum tindakan. Pencarian data dalam jurnal ini dengan di
lakukan pencarian dan penelusuran jurnal di beberapa media elektronik yaitu,
internet, koleksi jurnal, melalui google cendekia. Dari hasilpencarian dan
penelusuran data, di dapatkan 10 jurnal terpublikasi di google cendekia dan
selanjutnya di pilih 7 jurnal yang sudah memenuhi syarat dengan tersedianya hasil
sesudah tindakan penelitian.
Analisis data pada jurnal ini menggunakan metode perbandingan untuk
dapat mengetahui hasil penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair
share (TPS) untuk meningkatkan minat dan hasil belajar pada pembelajaran IPA
SD. Tersedianya data menggunakan metode perbandingan untuk menetukan
efektifitas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
Depertemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Djahiri. 1994. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prima.
Haling, A. dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit
UNM.
Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA-
University Press.
Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik Pendidikan IPS. Singaraja. Mediakom
Indonesia Press Bali.
Soemantri, Nu’man 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Uno, Hamzah B., 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai