MAKALAH
disusun dan diajukan sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep
Dasar Matematika yang diampuh oleh :
Iis Juniati Lathifah, M.Pd
Oleh:
WULAN SARI 190141694
ALMA ALIFFIA 190141696
RISKA APRILLIA 190141699
DHEA NISANABILA 190141700
A.Titik
Titik merupakan salah satu unsur yang tidak dapat didefinisikan. Titik
merupakan konsep abstrak yang tidak berwujud atau tidak berbentuk, tidak
mempunyai ukuran dan berat. Titik disimbolkan dengan noktah.
. .
A P
B.Garis
Garis juga merupakan salah satu unsur yang tidak dapat didefinisikan. Garis
merupakan gagasan abstrak yang lurus, memanjang kedua arah, tidak
terbatas.
1
2
m
A
Sinar garis merupakan bagian dari garis yang memanjang ke satu arah dengan
panjang tidak terhingga.
A
Ruas garis merupakan bagian dari garis yang dibatasi oleh dua buah titik di
ujung dan pangkalnya.
A B
Dua garis g dan h dikatakan sejajar (g // h) jika kedua garis tersebut tidak
mempunyai titik sekutu (titik potong).
Aksioma Kesejajaran
Melalui sebuah titik P di luar sebuah garis g, ada tepat satu garis h yang
sejajar dengan g.
h
3
C. Bidang
Bidang merupakan sebuah gagasan abstrak, sehingga bidang termasuk unsur
yang tidak didefinisikan.
D C
A B
D. Ruang
Ruang diartikan sebagai unsur geometri dalam konteks tiga dimensi.
E. Sudut
Sudut terbentuk oleh dua sinar garis yang berhimpit di titik pangkalnya.
Ukuran sudut berkaitan dengan besar putaran. Untuk mengukur besar sudut,
dapat menggunakan busur derajat.
∠CPD). Dua buah sudut dikatakan kongruen jika besar ukuran dua sudut
sama.
A C
O B P D
(a) (b )
Sudut Siku-siku
Sudut siku-siku adalah sudut yang kongruen dengan suplemennya dan
mempunyai besar sudut 900.
∠AOC ∠COB dan ∠AOC suplemen ∠COB, maka ∠AOC dan ∠COB sudut
siku-siku.
∠BOC=∠AOD
Sudut AOB dan sudut COD disebut bertolak belakang, begitu pula dengan
∠BOC dan ∠AOD, keduanya bertolak belakang.
1. Sifat-sifat Persegi.
a. Dibatasi oleh 4 buah sisi yang sama panjang dan sisi yang berhadapan saling
sejajar.
AB = BC = CD = AD
AB //DC dan AD // BC
b. Mempunyai 4 buah sudut siku-siku.
∠A, ∠B, ∠C dan ∠D, siku-siku.
c. Mempunyai 4 buah sumbu simetri, yaitu :
- Garis yang melalui AC
- Garis yang melalui BD
- Garis yang melalui tengah-tengah AD dan BC
- Garis yang melalui tengah-tengah AB dan DC
d. Mempunyai 2 buah garis diagonal yang saling berpotongan tegak lurus
pada titik M (lihat gambar diatas ).
e. Mempunyai 4 sumbu simetri putar, yaitu:
Sumbu AC, BD,PR dan QS
f. Mempunyai 8 cara untuk dipasangkan menempati bingkainya.
6
2. Keliling Persegi
Keliling persegi = jumlah panjang keempat sisinya
K = AB + BC + CD + AD
Atau
K = 4 x sisi K = Keliling persegi
3. Luas persegi
Luas persegi = sisi x sisi
L =sxs
Atau
L = Luas Persegi
L = s 2
2. PERSEGI PANJANG
Persegi panjang adalah sebuah bangun datar yang dibatasi oleh 4 buah
sisi,dengan sisi-sisi yang saling berhadapan sama panjang dan sejajar, sedangkan
sisi-sisi yang bersebelahan saling tegak lurus (siku-siku).
AB = alas
t = tinggi
Luas jajarangenjang = AB x t
Atau
L = alas x tinggi
9
4. BELAH KETUPAT
Belah ketupat adalah suatu bangun datar yang dibatasi oleh 4 buah sisi yang sama
panjang dengan sisi-sisi yang berhadapan saling sejajar, tetapi sisi-sisi yang
bersebelahan tidak saling tegak lurus.
diagolan BD.
e. Mempunyai emoat cara menepati bingkainya.
2. Keliling Belah Ketupat
Keliling Belah Ketupat = jumlah panjang sisi-sisinya
= AB + BC + CD + AD
Karena AB = BC = CD = AD = sisi, maka
1
Luas belahan ketupat = × (diagonal 1)(diagonal 2)
2
L = luas belah ketupat
1
L= × d2 × d1 d1 = diagonal 1
2
d2 = diagonal 2
5. LAYANG-LAYANG
Layang-layang adalah suatu bangundatar segiempat yang dibentuk oleh dua buah
segitiga samakaki yang alasnya sama panjang dan berlipat.
1. Sifat-sifat Layang-layang
a. Dibatasi oleh empat sisi, dengan sisinya yang sepasang-sepasang sama
panjang.
AB = AD dan BC = DC dan dibentuk oleh dua segitiga samakaki yaitu
11
3. Luas Layang-layang
1
Luas laying-layang = × (diagonal panjang + sisi pendek)
2
1
L = × d1 × d2 L = Luas belah ketupat
2
d1 = diagonal 1
d2 = diagonal 2
6. TRAPESIUM
Trapesium adalah suatu bangun datar segiempat yang sepasang sisinya yang
berhadapan sejajar.
1. Jenis-jenis Trapesium
a. Trapesium Siku-siku
AB sejajar DC AB//DC
AB tegak lurus AD AB⊥AD
12
c. Trapesium Sembarangan
AB // DC
Panjang sisi-sisinya tidak sama
2. Sifat-sifat Trapesium
a. Pada setiap trapesium, jumlah tiap pasang sudut pada sisinya yang sejajar
adalah 180°
∠ A + ∠ D = 180°
∠ B + ∠ C = 180°
b. Pada trapesium siku-siku mempunyai dua buah sudut siku-siku
c. Pada trapesium samakaki, terdapat dua buah diagonal yang sama panjang
dan terdapat dua pasang sudut yang sama besar.
3. Keliling Trapesium
4. Luas Trapesiuam
13
1 atau
Luas trapesium = × jumlah sisi sejajar ×
2
tinggi 1
L= × (AB + DC) × t
2
7. SEGITIGA
Bangun datar yang memiliki 3 sisi adalah segitiga. Sedangkan macam segitiga ada
3. Yakni segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, dan segitiga sembarang.
1. Jenis – jenis dan sifat-sifat segitiga
a. Segitiga Siku-Siku
Segitiga siku-siku dapat dibentuk dari sebuah persegi panjang dengan menarik
salah satu garis diagonalnya.
3. Luas Segitiga
L = 1/2 . a . t Keterangan:
a = alas
t = tinggi
tanda (.) sama dengan tanda (x)
8. LINGKARAN
Lingkaran adalah bangun datar yang bentuknya bulat. Cara menghitung luas dan
kelilingnya tidak sama dengan bangun datar lainnya. Anda membutuhkan phi
untuk mengetahui luas dan kelilingnya.
1. Keliling lingkaran
K= π . d
2. Luas Lingkaran
L= π x r x r
Keterangan :
π ( phi ) adalah 3,14 atau 22/7 (untuk jari jari yang kelipatannya 7)
r = adalah jari jari lingkaran ataupun nilainya setengah diameter
lingkaran.
C. Cara Pengajaran Geometri Bangun Datar Kepada Peserta Didik Sekolah
Dasar
Guru yang baik adalah guru yang mampu membuat muridnya paham dengan
materi yang akan disampaikan. Selain itu, guru yang baik juga mampu membuat
pikiran seorang murid sehingga nalar murid bisa berkembang. Adapun hal-hal yang
harus dilakukan oleh seorang guru untuk membuat muridnya paham akan materi
bidang datar sebagai berikut:
1. Menggunakan metode belajar yang tepat
Maksudnya seorang guru mampu menggunakan metode yang tepat dalam
mengajar materi bidang datar. Bukan hanya menggunakan metode ceramah, namun
menggunakan metode yang membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat
memahami materi bidang datar yang diajarkan. Karena jika hanya menggunakan
metode ceramah saja, siswa akan lebih cepat bosan sehingga tidak dapat menerima
materi yang disampaikan.
2. Menggunakan media pembelajaran
Dengan menggunakan media, siswa bisa mudah memahami materi yang diberikan
oleh seorang guru. Dalam mengajar bidang datar tentulah dibutuhkan media dan alat
dalam pembelajaran, agar siswa dapat terjun langsung untuk mengamati bidang datar
tersebut sehingga mereka bisa mengamati benda dan memahami materi tersebut.
3. Mengembangkan pemikiran siswa dengan soal-soal pemecahan masalah
Agar siswa bisa lebih memahami bidang datar, guru seharusnya dapat memberikan
soal-soal pemecahan masalah pada siswa agar kemampuan bernalar siswa lebih baik
dan guru juga dapat melihat sejauh mana pemahaman siswa pada materi yang telah ia
berikan. Soal pemecahan masalah merupakan solusi untuk melihat pemahaman siswa
karena dengan pemecahan masalah siswa akan berfikir solusi seperti apa yang harus
17
dilakukannya dan guru juga dapat melihat kemampuan siswa dalam memberikan
solusi terhadap soal pemecahan masalah.
Dari jawaban siswa yang diberikan, guru dapat melihat apakah siswa sudah
memahami konsep segiempat atau masih mengalami miskonsepsi. Jika siswa masih
mengalami miskonsepsi, maka guru mengarahkan siswa untuk mendiskusikan
gagasan tersebut baik dengan teman sekelompoknya, dengan guru maupun dengan
kelompok lain. Pada tahap ini, guru menunjukkan kembali bangun-bangun (berupa
benda konkret atau gambar) yang merupakan contoh maupun non contoh tanpa
menjelaskan mengapa bangun tersebut merupakan segiempat atau bukan segiempat.
19
DAFTAR PUSTAKA
Joko, Untoro. 2009. Buku Pintar Matematika Smp. Jakarta Selatan: PT Wahyu media.
Mursalin. 2016. Pembelajaran Geometri Bidang Datar Di Sekolah Dasar
Berorientasi Teori Belajar Piaget. Jurnal Dikma, vol.4, no. 2, hh. 255-257.
Prabawanto, S, Tiurlina, Nuraeni, E. 2008. Pendidikan Matematika II. Bandung: UPI
Press
20