Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

DOSEN PENGAMPU
Iis Juniati Lathifah M.Pd

OLEH KELOMPOK 2
YANG BERANGGOTAKAN:
Siti Nurhasanah (190141689)
Feri Herwanto (190141687)
Syahalimah varantasya (190141681)
Ayu Pradina (190141688)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN


MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang merupakan
salah satu tugas mata kuliah Matematika Dasar. Tugas makalah ini penulis susun
dengan mengarahkansegala daya dan upaya yang ada, termasuk bantuan serta
bimbingan sumbang saran dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berkaitan dengan hal tersebut, penyusun ucapkan terimakasih dan rasa
hormat kepada : 
1. Bapak Dr. Asyraf Suryadin M.Pd Selaku Ketua STKIP Muhammadiyah
Bangka Belitung;
2. Ibu Yuanita S.Pd., MPd Selaku Ketua Prodi PGSD STKIP Muhammaduah
Bangka Belitung;
3. Bapak Iqbal Arrosyad selaku Pembimbing Akademik;
4. Ibu Iis Juniati Lathifahi M.Pd Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Matematika Dasar di STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung;
5. Semua Pihak yang telah berkontribusi terhadap penyelesaian makalah ini;
Penulis menyadarin dalam penyusunan makalah ini masih belum
sempurna maka saran dan kritik yang konstruktif sangat peserta harapkan demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga tugas makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.

Pangkalan Baru,16 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

Kata Pengantar .......................................................................................... ii

Daftar Isi ..................................................................................................... iii

BAB I (PENDAHULUAN )

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

BAB II (PEMBAHASAN)

A. Pemecahan Masalah Matematika............................................... 4

B. Contoh Masalah Matemaatika di sekolah dasar ......................... 6

C. Contoh Strategi Masalah Matematika ...................................... 7

BAB III (PENUTUP)

A. Kesimpulan ........................................................................................ 11

B. Saran .................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika adalah ilmu deduktif dan abstrak dengan menggunakan
bahasa simbol yang sulit untuk dipahami oleh tahap perkembangan berpikir anak-
anak usia SD yang belum formal dan relatif masih konkret. Menurut psikologi
bangsa Swiss, Jean Piaget anak SD pada umumnya berada pada tahap berpikir
operasional konkret yang belum dapat berpikir secara deduktif. Menurut Heruman
(2008:2) mengemukakan bahwa “setiap konsep yang abstrak yang harus dipahami
siswa perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam
memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya”.
Matematika salah satu mata pelajaran penting yang memiliki tujuan umum
berdasarkan NCTM yaitu: komunikasi matematis, penalaran matematis,
pemecahan masalah matematis, koneksi matematis, representasi matematis.
Winarni dan Harmini (2015:113) tujuan belajar matematika yang tertera dalam
kurikulum mata pelajaran matematika sekolah pada semua jenjang pendidikan,
yaitu: mengarah pada kemampuan siswa pada pemecahan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran di SD matematika menjadi mata pelajaran yang
dianggap sulit bagi sebagian siswa. Selaras dengan pendapat Sriyanto, Russefendi
dan Abdurrahman (dalam Husna dkk :176) mengatakan bahwa matematika
merupakan momok yang menakutkan, mata pelajaran yang tidak disenangi dan
mata pelajaran yang paling sulit dari mata pelajaran yang diajarkan. Beberapa
penyebabnya yaitu pembelajaran yang dilakukan di sekolah tidak menyenangkan
atau masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga konsep
matematika tidak tersampaikan, kemampuan siswa yang berbeda-beda,
kesenangan/minat siswa terhadap matematika, tidak termotivasinya siswa untuk
belajar matematika, kurang tersedianya alat peraga yang dapat membantu siswa
memahami konsep matematika.

1
Silver (dalam Turmudi, 2009 : 11) beragumentasi bahwa aktivitas siswa
sehari-hari dalam pembelajaran matematika di kelas terdiri atas “menonton”
gurunya, menyelesaikan soal-soal di papan tulis, kemudian
bekerja sendiri dengan masalah-masalah (persoalan) yang disediakan dalam buku
tradisional atau lembaran-lembaran kerja atau LKS.
Hasil survey Programme for International Student Assesment (PISA) oleh
OECH mengenai kemampuan pemecahan masalah siswa pada domain pemecahan
masalah matematis menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat
64 dari 65 negara peserta (Putri, 2016). Hasil penelitian yang dilakukan Novianti,
dkk. (2016: 402-403) mengemukakan bahwa rendahnya kemampuan pemecahan
masalah dilihat dari hasil uji coba terbatas dengan jumlah 33 siswa diperoleh rata-
rata 0,23. Berdasarkan hasil wawancara guru SD 1 Bae Kudus yang dilakukan
oleh Ulya (2016: 92) yaitu sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal pemecahan masalah, karena soal tersebut memerlukan lebih dari
satu langkah penyelesaian. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru SD
kelas tinggi ditemukan permasalahan dalam pembelajaran matematika yaitu
kurangnya kemampuan siswa dalam pemecahan masalah khususnya dalam
penyelesaian masalah soal cerita. Siswa tidak terbiasa mengerjakan latihan tidak
rutin, sehingga siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Kurang
memahami maksud dari soal cerita pada matematika menjadi faktor rendahnya
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Ketika siswa mengerjakan soal
cerita guru membantu untuk memberikan pemahaman soal cerita tersebut, seperti
memberitahu operasi perhitungannya, jika tidak diberi arahan seperti itu siswa
akan kesulitan dan pada akhirnya siswa tidak bisa mengerjakan soal cerita dengan
baik.
Berdasarkan fakta tersebut, diperlukan model pembelajaran dengan
harapan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dapat tumbuh dan
berkembang lebih baik. Upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa melalui pembelajaran matematika, diharapkan dapat
mengarahkan siswa untuk menyelesaikan pemecahan masalah matematika dalam
kehidupan sehari-harinya.

2
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini dengan rumusan sub masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komponen dan organisasi kurikulum ?
2. Bagaimana pengembangan komponen tujuan pada kurikulum ?
3. Bagaimana pengembangan komponen isi pada kurikulum ?
4. Bagaimana pengembangan komponen metode/ strategi pada kurikulum ?
5. Bagaimana pengembangan komponen evaluasi pada kurikulum ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan komponen dan organisasi kurikulum
2. Menjelaskan pengembangan komponen tujuan pada kurikulum
3. Menjelaskan pengembangan komponen isi pada kurikulum
4. Menjelaskan pengembangan komponen metode/ strategi pada kurikulum
5. Menjelaskan pengembangan komponen evaluasi pada kurikulum

3
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Pemecahan Masalah Matematika (Mathematical problem Solving)
Matematika memainkan peranan yang penting dalam kehidupan manusia.
Sebagian besar permasalahan manusia dalam kehidupan, menggunakan ilmu
matematika sebagai alat pemecahannya. NCTM (dalam Phonapichat, dkk, 2014)
menyebutkan bahwa pemecahan masalah (problem solving) menjadi ekspektasi
utama dalam ilmu matematika. Selain itu, Liljedahl, Santos-Trigo, Malaspina, dan
Bruder (2016) menjelaskan bahwa pemecahan masalah matematika telah menjadi
perhatian, baik dalam pengajaran maupun pembelajaran matematika. Penelitian
terkait pemecahan masalah matematika berkembang dengan pesat pada abad ke-
20.
Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda ketika membahas
masalah matematika (mathematical problem). Anderson dan pingry (dalam
Phonapichat, dkk, 2014) mendefinisikan masalah matematika (mathematical
problem) sebagai sebuah situasi atau pertanyaan yang membutuhkan penyelesaian
dalam bentuk jawaban yang berupa angka (numerical answer). Agar dapat
menyelesaikan masalah, maka peserta didik butuh menemukan metode yang tepat
untuk situasi yang diberikan, menggunakan pengetahuan dan pengalaman belajar
yang dimiliki. Sementara itu, Adam, dkk (dalam Phonapichat, dkk, 2014)
menyebutkan bahwa masalah matematika (mathematical problem) adalah sebuah
masalah yang disajikan dalam bentuk kata-kata atau cerita atau disampaikan
secara verbal. Dalam hal ini, masalah matematika dideskripsikan sebagai sebuah
situasi dalam kata-kata atau gambar yang membutuhkan jawaban berupa angka.
Akan tetapi, Cruikshank dan Sheffield (dalam Phonapichat, dkk, 2014)
menjelaskan bahwa masalah matematika adalah pertanyaan atau situasi yang

4
berhubungan dengan matematika dan tidak hanya berupa sebuah gambar. Dalam
hal ini, masalah matematika memungkinkan berupa sifat-sifat fisik atau alasan
logis (logical reasoning) yang tidak berkaitan dengan angka sama sekali. Dengan
demikian, masalah matematika adalah sebuah situasi atau pertanyaan yang
bentuknya sangat beragam dan membutuhkan matematika untuk
menyelesaikannya. Heibert (dalam Saharill, Putri, Zulkardi, dan Prahmana, 2018)
menyebutkan bahwa masalah matematika dapat dinyatakan dalam beberapa
bentuk. Pertama, using procedure yaitu masalah matematika yang cara
penyelesaiannya membutuhkan prosedur atau langkah-langkah tertentu. Kedua,
stating concept yaitu masalah matematika yang penyelesaiannya butuh untuk
menyebutkan sebuah konsep matematika. Ketiga, making connection yaitu
masalah matematika yang penyelesaiannya butuh untuk menghubungkan beberapa
konsep matematika, fakta maupun prosedur. Boaler (dalam Laine, dkk, 2014)
menyebutkan bahwa permasalahan matematika juga dapat dibagi menjadi (1)
close problem dan (2) open problem.
Permasalahan matematika yang berupa close problem hanya
membutuhkan satu jawaban. Sementara permasalahan matematika yang bersifat
open problem akan membutuhkan cara maupun jawaban yang bervariasi. Nohda
(dalam Laine, dkk, 2014) menjelaskan bahwa pada 1970 an, jepang telah
mengembangkan sebuah model permasalahan matematika yang disebut dengan
open approach atau openended problem. Dalam hal ini, permasalahan awal
diberikan, akan tetapi jawaban di akhir bersifat terbuka dan bervariasi. Contoh
permasalahan dengan model open-ended problem adalah “Bagilah sebuah persegi
menjadi tiga buah segitiga. Dapatkah kamu menemukan alternatif jawaban yang
lain? Berapa banyak jawaban yang mungkin?”
Menurut Bruder (2016), model pemecahan masalah yang ditawarkan oleh
Polya banyak digunakan untuk memecahkan masalah. Selain itu, menurut Laine,
Naveri, Ahtee, dan Pehkonen (2014), model pemecahan masalah yang dirancang
oleh Polya ini, menjadi dasar penelitian modern tentang pemecahan masalah.
Model pemecahan masalah yang disampaikan Polya ini dapat digunakan untuk
mengajarkan pemecahan masalah matematika. Menurut Liljedahl (2016),

5
beberapa langkah yang dapat digunakan sebagai model untuk pemecahan masalah
menurut Polya adalah, pertama, memahami masalah (understand the problems).
Kedua, merancang rencana untuk memecahkan masalah (devise a plan). Ketiga,
melakukan rencana yang telah dirancang (carryout the plan). Keempat, melihat
kembali langkah-langkah yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah (look
backward). Tahap kelima ini digunakan untuk melihat apakah langka langkah
yang ditempuh dapat memecahkan masalah ataukah tidak. Jika masalah tidak
dapat diselesaikan dengan menggunakan langkah-langkah yang telah dilakukan,
maka langkah-langkah pemecahan masalah dapat diperbaiki. Dengan demikian,
model pemecahan masalah di atas adalah sebuah siklus yang dapat diulang sesuai
dengan kebutuham peserta didik.
B. Contoh Masalah Matematika di Sekolah Dasar
Masalah (problem) bersifat relatif bagi setiap peserta didik. Suatu
permasalahan matematika bisa menjadi masalah bagi sebagian peserta didik tetapi
tidak bagi peserta didik yang lain. Berikut adalah contoh masalah matematika di
sekolah dasar bagi peserta didik yang baru belajar konsep penambahan dan
pengurangan.
Contoh masalah matematika bagi peserta didik yang baru belajar konsep
penambahan:
8
+
1 7
... ...
... ...
... ...

Contoh masalah matematika bagi peserta didik yang baru belajar konsep
pengurangan:
2
-
4 2
... ...
... ...
... ...

6
Ketika peserta didik sering dilatih menggunakan permasalahan matematika
di atas, maka suatu saat contoh permasalahan matematika di atas bukan lagi
sebagai sebuah masalah (problem) bagi peserta didik. Akan tetapi sudah berubah
menjadi latihan biasa (routine task) bagi peserta didik.

C. Contoh Strategi Pemecahan Masalah di Sekolah Dasar


Berikut adalah contoh strategi pemecahan masalah matematika di sekolah
dasar. Berdasarkan definisi yang telah diberikan tentang masalah matematika,
dalam contoh berikut, masalah matematika diberikan dalam bentuk soal cerita.
Selain itu, masalah matematika pada contoh di bawah ini, di susun mirip dengan
kondisi dalam kehidupan di dunia nyata.
Contoh 1 (Surya, 2013: 39-40)
Di dalam lemari besar ada 5.000 buku. Karena banjir, buku-buku ini
hilang sebanyak 1.600 buku. Ibu guru membeli lagi 2.000 buku supaya bisa
dibagikan kepada 900 siswa di sekolah ini. Berapa banyak buku yang diperoleh
tiap siswa?
Contoh strategi pemecahan masalah:
Ada 5.000 buku di lemari.
Buku yang hilang sebanyak 1.600.
Berarti buku yang masih ada adalah 5.000 – 1.600 = 3.400 buku.
Ibu guru membeli lagi buku sebanyak 2.000 buku, sehingga jumlah buku sekarang
adalah 3.400 + 2.000 = 5.400 buku.
Buku dibagikan ke 900 anak, sehingga masing-masing anak mendapatkan 5.400 :
900 = 6 buku.

Contoh 2 (Surya, 2013: 104)


Rosdiana terbang dengan pesawat dari Jakarta ke New York selama 16 jam.
Waktu di Jakarta dengan New York berbeda 12 jam, artinya kalau di New York
pukul 12 malam, di Jakarta pukul 12 siang (New York lebih lambat). Rosdiana
berangkat pukul 9 pagi. Pukul berapa Rosdiana tiba di New York?
Contoh strategi pemecahan masalah:

7
Berangkat pukul 9 pagi. Waktu perjalanan 16 jam. Tiba pukul 9 + 16 = 25 = pukul
1 malam waktu Jakarta Karena berbeda 12 jam, 25 – 12 = 13 berarti tiba di New
York pukul 1 siang

Contoh 3 (Surya, 2013: 108)


Empat orang anak mampu membersihkan rumah dalam waktu 8 jam. 2 orang
dewasa mampu membersihkan rumah dalam waktu 4 jam. Berapa lama pekerjaan
akan selesai jika dilakukan 3 orang dewasa dan 2 orang anak?
Contoh strategi pemecahan masalah:
Dalam 4 jam, 2 orang dewasa membersihkan 1 rumah.
Dalam 1 jam, 2 orang dewasa membersihkan ¼ rumah.
Dalam 1 jam, 1 orang dewasa membersihkan ¼ : 2 = 1/8 rumah.
Dalam 1 jam, 3 orang dewasa membersihkan 3 x 1/8 = 3/8 rumah.
Dalam 8 jam, 4 anak membersihkan 1 rumah.
Dalam 1 jam, 4 anak membersihkan 1/8 rumah.
Dalam 1 jam, 1 anak membersihkan 1/8 : 4 = 1/32 rumah.
Dalam 1 jam, 2 anak membersihkan 2 x 1/32 = 1/16 rumah.
Sehingga dalam 1 jam, 3 orang dewasa dan 2 anak dapat menyelesaiakan 3/8 +
1/16 = 7/16 rumah.
1 rumah selesai dalam waktu 1: 7/16 jam = 1 x 16/7 = 16/7 jam.

Contoh 4
Rian pergi ke toko alat tulis untuk membeli bolpoin. Harga 1 buah bolpoin Rp
1.750. Jika Rian membeli 1 lusin bolpoin dan Ia membayar 5 lembar uang
lima ribuan. Berapa uang kembalian yang Rian terima?
Penyelesaian:
Harga 1 buah bolpoin =  Rp1.750
1 lusin = 12 buah
Jika Rian membeli 12 buah bolpoin.

8
Maka total harga bolpoin yang dibeli Rian adalah 12 x Rp1.750 = Rp21.000
Rian membayar 5 lembar uang lima ribuan artinya 5 x Rp.5.000 = Rp25.000
Maka uang kembalian Rian adalah Rp25.000- Rp21.000 = Rp4.000

CONTOH 5
Setyo mempunyai  tiga lembar uang sepuluh ribuan, empat lembar uang lima
ribuan dan lima lembar uang dua puluh ribuan. Jika Ia akan membeli mainan
seharga Rp55.000. Berapa jumlah uang Setyo setelah membeli mainan?
Penyelesaian:
Uang Setyo =   3 lembar sepuluh ribuan (artinya = 3 x Rp10.000= Rp30.000)
4 lembar lima ribuan (artinya = 4 x Rp5.000= Rp20.000)
5 lembar dua puluh ribuan (artinya = 5 x Rp20.000= Rp100.000)
Maka total uang Setyo = Rp30.000 + RP 20.000+ Rp100.000 = Rp150.000
Karena untuk membeli mainan Rp55.000 maka uang Setyo sisa Rp150.000-
Rp55.000= Rp95.000,00

Contoh 6
Di dalam gudang terdapat 275 karung beras dengan berat 50 kg tiap karung.
Beras tersebut akan dibagikan kepada 5 pedagang sama banyak. Berapa kg
yang diterima tiap pedagang?
Penyelesaian:
Diketahui 275 karung beras, tiap karung beratnya 50kg. Maka berat seluruh
karung beras 275 x 50 kg =13.750 kg
Jika dibagikan 5 pedagang, maka masing masing pedagang mendapat beras
13.750 : 5 = 2.750 kg = 2,75 ton

Contoh 7
Pak Herman memiliki 8 batang pohon durian. Setiap pohon menghasilkan 45
buah durian. Durian tersebut dijual dengan harga Rp25.000 tiap buahnya. Jika
durian itu habis terjual, berapa uang yang diterima pak Herman dari penjualan
durian tersebut?

9
Penyelesaian
Banyak pohon = 8 pohon
Banyak durian tiap pohon = 45
Harga per buah durian = Rp25.000
Sehingga, banyak buah durian 8 pohon = 8 x 45 = 360 dan karena durian
terjual semua dengan harga tiap buah Rp25.000 maka
Uang yang diterima Pak Herman adalah 360 x Rp25.000 = Rp9.000.000

Contoh 8
Hery akan membeli bola basket dengan harga Rp180.000. Ibu memberi uang
Rian Rp85.000 Jika 5 orang teman club basketnya menyumbang masing-
masing Rp 15.000. Berapa kekuranganya uang yang dibutuhkan untuk
emmebli bola basket tersebut?
Penyelesaian
Harga bola basket = Rp180.000
Jumlah uang Hery =  Rp85.000 + (5 x Rp15.000)
    = Rp85.000 + Rp75.000
    = Rp160.000
Jadi, uang Hery untuk membeli bola basket kurang Rp20.000 (karena
Rp180.000-Rp160.000=Rp20.000)

10
Contoh9

Pak Beni seorang pedagang buah. Pak Beni membeli 362 buah semangka.
Sebanyak 226 semangka dijual ke pasar, kemudian Pak Beni membeli lagi 238
semangka. Berapa buah semangka Pak Beni sekarang?
Penyelesaian
Buah semangka mula-mula 362 buah karena dijual sebanyak 226 buah maka
berkurang. Sehingga sisa buah 362 buah – 226 buah = 136 buah
Kemudian Pak Beni membeli buha semangka lagi sebanyak 238 semangka,
maka jumlah semangka Pak Beni = 136 buah+ 238 buah = 374 buah.

Contoh 10
Vita membeli 8 strip obat untuk sakit kepala di Apotik Sehat. Harga 1 strip
obat Rp7.250. Setiap 1 strip berisi 12 tablet. Vita menjual obat tersebut secara
eceran dengan harga Rp750 per tablet. Berapakah keuntungan yang diperoleh
Vita jika semua obat habis terjual?
Penyelesaian
Diketahui harga 1 strip = Rp7.250
maka harga 8 strip obat adalah 8 x Rp7.250 = Rp58.000 (Harga Beli)
Jika 1 strip isi 12 tablet, maka 8 strip = 8×12=96

11
Harga per tabletnya adalah Rp750 maka 96 tablet = 96 x Rp750=Rp72.000
(Harga Jual)
INGAT! untuk mencari ke keuntungan yaitu Harga Jual – Harga Beli
Sehingga keuntungan = Rp72.000-Rp58.000=Rp14.000

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengajarkan masalah matematika penting untuk dimulai sejak jenjang


sekolah dasar. Hal ini disebabkan karena pengalaman belajar di sekolah dasar
sangat berpengaruh terhadap pengalaman belajar di jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Berdasarkan penelitian, rendahnya capaian matematika pada peserta didik
disebabkan karena lemahnya kemampuan pemecahan masalah peserta didik.
Sementara kelemahan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik
disebabkan karena kemampuan tersebut tidak diasah sejak peserta didik di jenjang
sekolah dasar.
Mengajarkan pemecahan masalah pada peserta didik di jenjang sekolah
dasar, tentunya disesuaikan dengan perkembangan kognitif peserta didik.
Permasalahan matematika yang disajikan, disesuaikan dengan kemampuan
kognitif peserta didik. Selain itu, permasalahan matematika yang diberikan juga
masih dalam jangkauan ZPD (zone of proximal development) peserta didik.

12
B. Saran
Beberapa saran yang berhubungan dengan mengajarkan permasalahan
matematika di sekolah dasar adalah sebagai berikut:
1. Sebelum mengajarkan pemecahan masalah matematika kepada peserta didik,
guru sebaiknya mendiagnosis kelemahan yang mungkin menghalangi peserta
didik untuk belajar pemecahan masalah matematika.
2. Guru sebaiknya menyesuaikan permasalahan matematika yang disajikan
dengan pengetahuan prasyarat siswa (previous knowledge) dan pengalaman
belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Aydogdu, M. Z., & Kesan, C. 2014. A Research on geometry problem solving


strategies used by elementary mathematics teacher candidates. Journal of
educational and instructional studies in the world, February 2014, Volume
4, issue 1, Article 07. ISSN: 2146-7463. Diunduh dari www.ijonte.org.
Bruder, R. 2016. Problem solving in mathematics education: Survey on the state
of art. DOI: 10.1007/978-3-319-40730-2. ISBN: 978-3-319-40730-2.
Diunduh dari www.Springer.com.
Laine, A., Naveri, L., Ahtee, M., & Pehkonen, E. 2014. Development of finnish
elementary pupils’ problem-solving skills in mathematics. CEPS Journal 4
(2014) 3, S. 111-129. Diunduh dari www.pef.uni-ij.si.

13

Anda mungkin juga menyukai