Anda di halaman 1dari 88

Pencetus 23 problem matematika yang terkenal

David Hilbert
(1862 – 1943)

Riwayat
David Hilbert menuntut ilmu di Gymnasium yang terdapat di kota tempat kelahirannya,
Konigsberg. Setelah lulus, memasuki universitas Konigsberg, dimana dia diajar oleh
Lindemann. Pernah kuliah selama satu semester di universitas Heidelberg di bawah
bimbingan analis [Lazarus] Fuchs.

Hilbert lulus pada tahun 1885 dengan thesis tentang teori invarian dan mempunyai teman
kuliah, [Hermann] Minkowski, dimana mereka saling mempengaruhi satu dengan
lainnya. Pada tahun 1884, [Adolf] Hurwitz mengajar di universitas Konigsberg dan cepat
menjalin persahabatan dengan Hilbert. Persabahatan ini adalah faktor paling penting bagi
perkembangan matematikal Hilbert. Tahun berikutnya, 1886, Hilbert menjadi staf
pengajar di Konigsberg sampai tahun 1895, diangkat sebagai dosen utama sampai tahun
1892, diangkat menjadi asisten profesor sebelum menjadi profesor penuh pada tahun
1893. Pimpinan Konigsberg pada saat ini adalah Heinrich Weber yang sangat dikenal
karena menghadirkan untuk pertama kalinya difinisi-difinisi abstrak untuk himpunan dan
bidang pada periode 1880-1890., juga mengarang tiga buku teks aljabar. Hilbert sering
melakukan perjalanan ke mancanegara guna menghadiri konggres matematikawan yang
menjadi “ciri” abad itu.

Suksesi
Tahun 1892, Schward pindah dari Gottingen ke Berlin untuk menggantikan posisi
Weierstrass dan Klein memberi penawaran kepada Hilbert untuk mengisi jabatan yang
kosong di Gottingen itu kepada Hilbert. Klein gagal membujuk Hilbert dan posisi itu diisi
oleh Heinrich Weber yang pindah dari Konigsberg. Posisi Weber, pada tahun 1883,
diganti oleh Lindemann yang belum lama menerbitkan pembuktian bahwa Л adalah
bilangan transenden. Lindemann pula yang menyarankan agar thesis Hilbert tentang teori
invarian dan mendukung agar topik ini terus dipelajari.

Weber hanya menjabat selama tiga tahun sebelum pindah ke Strasbourg dan, akhirnya,
posisi itu diisi oleh Hilbert. Sejak tahun 1895, Hilbert menduduki posisi kepala bidang
matematika di Gottingen.

Ketenaran Hilbert dalam dunia matematika baru bersinar setalah tahun 1900 sehingga
banyak institusi-institusi pendidikan berusaha menariknya dari Gottingen, sebelum untuk
akhirnya pindah ke universitas Berlin pada tahun 1902 untuk menggantikan posisi Fuchs.
Penggantinya di Gottingen adalah temannya, Hermann Minkowski.

Teori invarian Hilbert


Karya pertama Hilbert adalah teori invarian pada tahun 1888, dimana dia dapat
membuktikan theorema basis yang tersohor. Pembuktian ini dikirimkan sebagai artikel
pada Mathematische Annalen. [Paul] Gordan adalah profesor matematika di Erlangen
sekaligus pakar dalam teori invarian, namun cara dan metode Hilbert yang revolusioner
ini sulit dipahami sehingga perlu pihak ketiga yang menilai. Juri yang ditunjuk adalah
Klein. Lewat teman akrabnya, Hurwitz, Hilbert mengetahui bahwa Gordan mengirim
surat Klein guna membicarakan artikel tersebut. Mengetahui hal ini Hilbert menulis surat
kepada Klein yang isinya menyatakan bahwa dia tidak akan melakukan perubahan pada
artikel yang sudah dikirim. Klein menerima dua surat dari Hilbert dan Gordan, dimana
saat itu Hilbert adalah asisten pengajar dari Gordan yang sangat terkenal di dunia karena
teori invarian. Sisi lain Gordan juga mengetahui hubungan antara Klein dan Hilbert yang
sudah terjalin lama. Akhirnya, Klein mengemukakan terobosan invarian dari Hilbert ini
dan berjanji akan menerbitkan sebagai artikel pada Annalen, tanpa perubahan sedikitpun.

Merasa bahwa karyanya dihargai, Hilbert mengembangkan metode lain dalam teori
invarian untuk kembali diterbitkan dalam Mathematische Annelen dimana sebelumnya
dikirim kepada Klein. Komentar dari Klein adalah: “Tidak perlu diragukan lagi, bahwa
makalah ini adalah karya maha penting dalam bidang aljabar umum yang pernah
diterbitkan oleh Annalen.”

Sistimatika invarian Hilbert secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut. Misalkan
bentuk x dengan pangkat n, untuk menemukan bilangan terkecil dari invarian dan
covarian rasional integral dapat dinyatakan sebagai bentuk rasional integral dengan
koefisien-koefisien numerikal dari himpunan lengkap.

Kiprah Hilbert
Saat masih di Konigsberg, tahun 1893, Hilbert mengarang Zahlbericht untuk teori
bilangan aljabarik. Komunitas matematika Jerman (German Mathematical Society) yang
baru didirikan tiga tahun sebelumnya mendaulat agar karya ini dianggap sebagai laporan
hasil perkembangan dari komunitas ini selama tiga tahun. Isi pokok buku ini adalah
sistesis dari karya Kummer, Kronecker dan Dedekind namun dirangkai dan diisi dengan
gagasan-gagasan Hilbert yang cemerlang. Semua gagasan ini sekarang lebih dikenal
dengan sebutan teori bidang kelas (Class field theory).

Karya penting Hilbert adalah makalah “On the Theory of Algebraic Forms” yang dimuat
pada Mathematische Annalen pada tahun 1890. Di sini Hilbert mendifisnikan bentuk
aljabarik sebagai fungsi homogen integral rasional dalam peubah-peubah tertentu dimana
koefisien-koefisien adalah bilangan-bilangan dalam “wilayah rasionalitas” (domain of
rationality). Theorema yang menyatakan bahwa untuk deret tak-terhingga S = F1, F2, F3,
… dari bentuk-bentuk peubah-peubah n, x1, x2, x3, … xn terdapat bilngan m dalam
bentuk berurutan yang diekspresikan sebagai

F = A1F1 + A2F2 + … AmFm

Dimana Ai adalah bentuk-bentuk yang sama dengan peubah-peubah n. Hilbert


mengaplikasikan hasil ini untuk membuktikan sistem terbatas untuk invarian dengan
bentuk-bentuk arbitrari banyak peubah.

Tidak puas dengan teori invarian, Hilbert menjelajahi geometri. Geometri rekaan Hilbert
dapat disebut sebagai sebuah karya besar setelah Eucklid sendiri. Dari pembelajaran
secara sistematik dari geometri Euclidian, Hilbert merumuskan dua puluh satu aksioma
dan melakukan analisis terhadap masing-masing signifikansinya. Karya dalam geometri
dituang dalam buku berjudul Grundlagen der geometrie pada tahun 1899, dimana
geometri ditempatkan dalam tatanan aksioma yang formal. Buku ini terus diperbaharui
dalam setiap edisinya dan kelak memberi dampak besar bagi pendekatan aksiomatik
dalam matematika yang akan menjadi karakteristik utama bagi geometri saat memasuki
abad 20.

23 problem matematika
Hilbert juga dikenal karena mengemukakan 23 problem atau tantangan matematika bagi
para matematikawan. Lewat pidatonya pada konggres internasional matematikawan
kedua di Paris, disebutkan 23 problem yang menantang kreativitas para matematikawan.
Disebutkan bahwa suatu problem matematika mampu merangsang otak-otak kreatif
untuk berusaha menemukan solusi, namun apa yang diperoleh terkadang jauh dari
harapan. Bukan berarti hasil sampingan (by-product) ini tidak berguna, justru hal ini akan
memperkaya khasanah matematika. Fermat (baca: Fermat dan Wiles), sebagai contoh,
meninggalkan TTF (Theorema Terakhir Fermat) yang mendorong adanya penemuan
bilangan-bilangan ideal dari Kummer dan melakukan generalisasi dalam bidang aljabar
yang diprakarsai oleh Dedekind dan Cantor akan mendasari teori bilangan modern dan
akhirnya teori fungsi.

Problem bilangan kardinal kontinuum dari Cantor

1. Keselarasan (compatibility) aksioma-aksioma dalam aritmatika


2. Kesamaan isi dari dua tetrahera yang mempunyai alas dan tinggi sama
3. Problem garis lurus sebagai jarak terpendek antara dua titik
4. Konsep transformasi kelompok (grup) berkesinambungan tanpa asumsi yang
dapat berbedaa (differentiability) dari fungsi-fungsi dalam kelompok dari Lie.
5. Perlakuan matematikal terhadap aksioma-aksioma dalam fisika.
6. Bilangan-bilangan irrasional dan transenden tertentu
7. Problem bilangan-bilangan prima
8. Pembuktian dari hukum umum ketimbalbalikkan (reciprocity) dari berbagai
bilangan dalam bidang.
9. Determinasi dari solvabilitas persamaan Diophantus
10. Bentuk-bentuk kuadratik dengan koefisien-koefisien aljabarik numerikal
11. Perluasan theorema Kronecker pada bidang Abelian bagi rasionalitas dalam
lingkup aljabarik.
12. Ketidakmungkinan mencari solusi persamaan untuk dalam bentuk pangkat tujuh
dengan menggunakan fungsi-fungsi yang mempunyai dua argumen.
13. Pembuktian terbatasnya sistem fungsi-fungsi lengkap tertentu
14. Dasar tak terbantahkan dari kalkulus enumeratif Schubert
15. Problem topologi dari kurva-kurv dan permukaan-permukaan aljabarik.
16. Ekspresi bentuk-bentuk tertentu dari persegi panjang
17. Membangun ruang dari polyhedra congruent
18. Apakah solusi untuk problem-problem umum dalam variasi kalkulus selalu
membutuhkan analitik
19. Problem umum nilai-nilai batas
20. Bukti keberadaan persamaan-persamaan diferensial linier mempunyai kelompok
monodromik yang sudah dijabarkan
21. Penyeragaman relasi-relasi analitik dalam fungsi-fungsi otomorphik
22. Pengembangan lebih lanjut metode variasi-variasi kalkulus

Ruang Hilbert
Karya Hilbert tentang persamaan-persamaan integral yang terbit pada tahun 1909,
merintis penelitian dalam analisis fungsional (cabang matematika dimana fungsi-fungsi
dipelajari secara terpisah). Karya ini juga memberi dasar kiprahnya dalam ruang
dimensional tak terhingga (infinite-dimensional space), yang kemudian lebih dikenal
dengan sebutan ruang Hilbert. Konsep ini berguna dalam analisis matematikal dan
mekanika quantum. Penggunaan persamaan-persamaan integral, Hilbert mampu memberi
sumbangsih bagi perkembangan fisika matematikal dan yang paling penting adalah
memoarnya tentang teori gas kinetik dan teori radiasi.

Ada beberapa orang yang menyebut bahwa pada tahun 1915, Hilbert sudah menemukan
persamaan-persamaan bidang untuk relativitas umum sebelum dicetuskan oleh Einstein.
Terdapat catatan yang menyebutkan bahwa Hilbert mengirimkan artikel tersebut pada
tanggal 20 November 1915, lima hari sebelum Einstein menyerahkan artikel yang
berisikan ralat terhadap persamaan-persamaan bidang. Artikel Einstein muncul pada
tanggal 2 Desember 1915, tapi bukti bahwa makalah Hilbert (tertanggal 6 Desember
1915) tidak mencantumkan persamaan-persamaan bidang.

Dasar-dasar Geometri
Hilbert menekuni suatu bidang sampai benar-benar tuntas. Setelah usai dengan
“Zahlbericht”, dia mulai beralih ke geometri. Sejak tahun1894 dia mengajar geometri
non-Euclidian dan pada periode 1898-1899mengeluarkan buku “Dasar-dasar Geometri”
(Grundlagen der Geometrie). Buku ini dapat disebut karya besar karena kemudian
diterjemahkan ke bahasa negara terkemuka dan membawa dampak besar bagi
perkembangan geometri pada abad 20. Geometri yang selama ini seakan dilupakan sejak
Euclid, dijabarkan ulang dan banyak direvisi ulang oleh Hilbert. Hilbert merintis dengan
memasukkan “karanter: aljabar dan analisis ke dalam geometri. Sistematika geometri
dilakukan dengan membagi menjadi 3 obyek: titik, garis dan bidang dan enam
kemungkinan keterhubungan. Lewat buku itu, Hilber mengukuhkan diri sebagai
penggagas “aliran aksiomatik” yang memberi dampak besar terhadap matematika dan
pendidikan matematika. Pangantar buku diawali dengan kutipan [Immanuel] Kant;
“Semua pengetahuan manusia, diawali oleh intuisi, menghasilkan konsep-konsep, dan
diakhiri dengan ide-ide.” Kutipan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya anti-
Kant. Menurutnya tidak ada [peran] intuisi dalam mempelajari geometri, dimana titik,
garis dan bidang adalah elemen-elemen dari suatu himpinan tertentu. Teori himpunan (set
theory) yang selama ini masuk wilayah aljabar dan analisis dipakai dalam geometri.
Karya bersama
Hermann Minkowski meninggal pada tahun 1909, meninggalkan kepedihan mendalam
bagi Hilbert. Setelah merasa tuntas dengan geometri dan analisis - tidak diuraikan,
Hilbert masuk fisika matematika. Sebelum dan setelah PD I, meneliti aplikasi persamaan-
persamaaan integral untuk memecahkan teori-teori fisika seperti teroi kinetik dari gas.
Penjelajahan ini membuat dia berkolaborasi dengan Emmy Noether (1888-1935) dalam
mempelajari invarian diferensial. Emmy adalah anak aljabaris, Max Noether yang ditarik
dari Gottingen oleh Hilbert dan Kelin untuk melakukan penelitian bersama. Hasil
sampingan adalah Emmy mampu mengeluarkan buku pada tahun 1918 yang berisikan
“Theorema Noether.”

Sejak tahun 1990, Hilbert sudah mengerjakan aksiomatisasi, yang dimaksudkan untuk
memecxahkan problem fisika yang terkait dengan mekanika quantum. Hasil akhir sudah
akan diraih namun karena problem kesehatan, maka tongkat estafet penelitian diserahkan
- lewat kolaborasi – dengan L. Nordheim dan J. von Neumann. Karya puncak Hilbert
dalam aksiomatisasi aritmatikda dan logika dapat kita nikmati lewat para penerusnya.
Karya Dasar-dasar matematika dan Dasar-dasar logika matematika lebih mengenalkan
kolaboratornya sebagai Hilber-Bernays dan Hilbert-Ackermann.

Sumbangsih
Banyak cabang matematika yang ditekuni oleh Hilbert, dimana masing-masing mampu
menunjukkan kualitasnya sehingga sangat sulit menyebutkan sumbangsih Hilbert secara
spesifik. Dapat disebutkan teori invarian, bidang-bidang bilangan aljabarik, analisis
fungsional, persamaan-persamaan integral, fisika matematikal dan variasi-variasi
kalkulus. Ada yang menyebutkan bahwa bakat matematikal ditunjang dengan
mengemukakan pemikiran-pemikiran baru dan menghubungkan semua disiplin-disiplin
ilmu tersebut merupakan betapa banyaknya “jasa” Hilbert bagi perkembangan
matematika dan fisika – khususnya mekanika quantumm baik secara sendiri maupun
sebagai karya kolaborasi. Problem yang dikompilasi akan terus berupaya dipecahkan oleh
matematikawan era berikutnya.

Thales
(624 – 550 SM)

Riwayat
Perintis matematika dan filsafat Yunani adalah Thales. Lahir dan meninggal di kota kecil
Miletus yang terletak di pantai barat Asia Kecil, sebuah kota yang menjadi pusat
perdagangan. Kapal-kapal pedagang dengan mudah berlayar ke Nil di Mesir, sedangkan
karavan melakukan perjalanan lewat darat menuju kota di Babylon. Pendudulk Militus
suka melakukan kontak dagang dengan kota-kota di Yunani dan warga Phoenisia. Di kota
ini juga merupakan tempat pertemuan [dunia] Timur dan Barat, dan tempat lahirnya
Thales.

Awalnya, Thales adalah seorang pedagang, profesi yang membuatnya sering melakukan
perjalanan. Dalam suatu kesempatan berdagang ke Mesir dan Babilonia (pada maka
pemerintahan Nebukadnesar), dalam waktu senggangnya, Thales mempelajari astronomi
dan geometri. Hal ini dipicu ketertarikannya bahwa dengan menggunakan ‘alat-alat’
tersebut, mereka dapat memprediksi gerhana matahari setiap tahunnya.

Theorema Thales
Thales mengemukakan proposisi yang dikenal dengan theorema Thales, yaitu:

1. Lingkaran dibagi dua oleh garis yang melalui pusatnya yang disebut dengan
diameter.
2. Besarnya sudut-sudut alas segitiga sama kali adalah sama besar.
3. Sudut-sudut vertikal yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong oleh
sebuah garis lurus menyilang, sama besarnya.
4. Apabila sepasang sisinya, sepasang sudut yang terletak pada sisi itu dan sepasang
sudut yang terletak dihadapan sisi itu sama besarnya, maka kedua segitiga itu
dikatakan sama sebangun.
5. Segitiga dengan alas diketahui dan sudut tertentu dapat digunakan untuk
mengukur jarak kapal.

Tidak ada catatan lebih jauh tentang prestasi Thales yang dapat disimak karena tidak ada
bukti-bukti akurat. Bukti dicoba dicari lewat catatan dari para muridnya seperti:
Aristoteles dan Eudemus dari Rhodes (± 320 SM), yang kurun waktunya relatif terlalu
lama. Catatan Eudemus menyebutkan bahwa Thales adalah orang yang ‘mengubah
geometri menjadi bentuk formal yang dapat dipelajari oleh semua orang’ karena
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip dan melakukan investigasi terhadap theorema-
theorema dengan sudat pandang seorang intelektual. Thales berbicara tentang garis,
lingkaran dan bentuk-bentuk lainnya dengan cara membayangkan (abstrak). Garis bukan
hanya susutatu yang dapat digurat dan dilihat di atas pasir, tapi merupakan obyek yang
terpeta pada imajinasi kita. Artinya secara abstrak bahwa suatu garis lurus atau lingkaran
bulat berada dalam mental kita.

Matematikawan serba bisa


Aktivitas Thales lebih dikenal – dari berbagai sumber terpisah, sebagai matematikawan
terapan. Mengukur tinggi piramida dengan mengukur tinggi bayangan dengan
menggunakan tongkat, memprediksi gerhana matahari, menentukan setahun adalah 360
hari (sudah dikenal lama oleh bangsa Mesir) maupun jarak kapal di laut dengan lewat
cara proporsi/memadankan bentuk segitiga adalah catatan “kehebatan” Thales. Gerhana
matahari disebutkannya akan terjadi pada tanggal 28 Mei atau 30 September pada tahun
609 SM. Catatan yang ada menyebutkan bahwa gerhana matahari terjadi setiap kurun
waktu 18 tahun 11 hari. Ketepatan prediksi ini membuat namanya sangat terkenal dan
diabadikan sebagai salah satu dari tujuh orang bijak (sage) yang terdapat pada hikayat
Yunani

Naluri pedagang yang ada pada dirinya, dimana diketahui Thales “memeras” buah zaitun
(olive) untuk dijadikan minyak ketika panen melimpah dan akhirnya memberikan
keuntungan berlimpah, menjadi pedagang garam sama seperti komentar tentang dirinya
sebagai pengamat bintang, penentang hidup selibat bahkan sebagai negarawan yang
mempunyai visi jauh ke depan. Tulisan Thales dalam bidang astronomi lebih dikenal
daripada karyanya dalam bidang geometri.

Ketenaran ini membuat dirinya mempunyai banyak murid. Anaximander, Anaximenes,


Mamercus dan Mandryatus adalah nama dari beberapa muridnya, namun yang sangat
terkenal adalah nama yang disebutkan pertama. Anaximander (611 – 545 SM), sukses
menggantikan posisi Thales di Miletus.

Sebuah kisah
Thales hidup dalam masa kerajaan yang saling serang untuk memperluas wilayahnya.
Keahlian Thales dalam bidang rekayasa diuji pada masa perang ini. Raja Croesus, yang
mengagumi Thales, ingin menyerang negara tetangga dan para prajurit harus
menyeberangi sungai Halys. Kerajaan Croesus diperkirakan ada di Mesopotamia atau
Mesir.

Belum ada jembatan ponton pada masa itu dan tidak ada waktu membangun jembatan
permanen.Croesus menyuruh Thales sebagai seorang filsuf sekaligus matematikawan
untuk memecahkan problem ini. Di bawah pengarahan Thales dibuatlah kanal untuk
mengalihkan aliran sungai untuk sementara. Begitu para prajurit menyeberang dan sukses
merebut negara tetangga, kanar kembali ditutup dan aliran sungai kembali seperti semula.

Namun dalam perang tidak ada yang menang selamanya. Raja Cyrus dari Persia akhirnya
dapat menangkap dan menawan penerus kerajaan Croesus, Lydia, dalam sebuah
pertempuran. Bagaimana akhir atau keruntuhan kerajaan itu sendiri tidak pernah
diketahui.

Sebuah Anekdot
Diperkirakan Olimpiade mulai diselenggarakan pada tahun 776 SM, dimana ketika itu
sastra Yunani sedang berkembang pesat. Homer dan Hesoid, seperti diketahui, berkarya
pada masa-masa ini.

Dalam suatu malam Thales terlalu asyik memandangi bintang-bintang di langit sambil
berjalan. Tidak menyadari bahwa di depan terdapat parit, Thales terjatuh ke dalam parit.
Seorang nenek yang melihat berkata, “ Bagaimana kamu dapat menjelaskan apa yang
terdapat di langit, sedangkan parit yang ada didepanmu saja tidak terlihat?”

Sumbangsih
Barangkali dapat disebut matematikawan pertama yang merumuskan theorema atau
proposisi, dimana tradisi ini menjadi lebih jelas setelah dijabarkan oleh Euclid. Landasan
matematika sebagai ilmu terapan rupanya sudah diletakkan oleh Thales, sebelum muncul
Pythagoras yang membuat bilangan adalah sesuatu yang sakral, selain memanfaatkan
imajinasi.
Anaximander
(611 S.M. – 545 S.M.)

Riwayat
Anaximander sukses meneruskan jabatan kepala sekolah di Miletus setelah
Thales meninggal. Menurut Suidas, Anaximander menulis makalah tentang
geometri, yang lebih memberikan penekanan diri pada penelitian tentang bola
dan mengembangkan ide-ide filsafat yang berhubungan dengan ruang dan
waktu. Dikatakan pula bahwa Anaximander sudah membuat globe.

Anaximander adalah orang yang untuk pertama kali mengenalkan penggunaan


gnomon (= tongkat penunjuk yang dipasang di tanah datar untuk menghitung
waktu), kelak teknik ini menjadi dasar terciptanya piringan matahari (sundial)
guna menentukan waktu.

Mengajar Pythagoras
Pemikiran Thales tidak secara langsung dapat dipahami oleh Pythagoras.
Diduga Pythagoras memahami pemikiran-pemikiran Thales lewat Anaximander.
Menurut legenda, ayah Pythagoras meninggal pada saat Pythagoras bermur 18
tahun. Pamannya memberinya perak dan surat pengantar, dan mengirimnya
untuk belajar pada filsuf Pherecydes yang tinggal di pulau Lesbos (asal kata
lesbian).

Pherecydes mengenalkan ajaran tentang hidup abadi (immortaility) dan


reinkarnasi kepada Pythagoras. Keduanya kemudian menjadi sahabat kental,
namun Pythagoras tidak lama tinggal di Lesbos. Pada kisaran usia 20 tahun,
Pythagoras meninggalkan Lesbos dan melakukan perjalanan ke Miletus dan
menimba ilmu di sini yaitu di bawah bimbingan Anaximander. Ada versi lain yang
menyebut bahwa pada saat ini Pythagoras belajar langsung di bawah bimbingan
Thales, tapi mengingat perbedaan umur antara keduanya, hipotesis ini sulit
terjadi. Thales meninggal tahun 550 S.M. sedang Pythagoras lahir pada tahun
589 S.M., dimana yang satu sudah tua renta dan lainnya masih muda usia dan
ada perbedaan lokasi. Banyak kemungkinan selama Miletus, Pythagoras belajar
dari Anaximander. Tidak lama di Miletus, Pythagoras melanjutkan perjalanan
menuju Mesir.

Sumbangsih
Dari riwayat yang sangat singkat ini sulit menentukan sumbangsih Anaximander,
namun kiprahnya adalah merintis studi tentang bola dan membuat globe yang
tentunya masih sangat sederhana layak dianggap peran penting Anaximander.
Terlebih penting adalah menjembatani pemikiran Thales ke Pythagoras.

“Apabila bilangan mengatur alam semesta, Bilangan adalah kuasa yang diberikan kepada kita
guna mendapatkan mahkota, untuk itu kita menguasai bilangan.
If “Number rules the universe, Number is merely our delegate to the throne, for we rule Number.”
Pythagoras

Pencetus sekaligus penguasa nisbah dan segitiga

Pythagoras
(580 - 475 SM)

Masa kecil
Pythagoras lahir di pulau Samos, Yunani selatan sekitar 580 SM (Sebelum
Masehi). Dia sering melakukan perjalanan ke Babylon, Mesir dan diperkirakan
pernah sampai di India. Di Babylon, teristimewa, Pythagoras menjalin hubungan
dengan ahli-ahli matematika. Setelah lama menjelajah pulau kecil, Pythagoras
meninggalkan tanah kelahirannya dan pindah ke Crotona, Italia. Diperkirakan
Pythagoras sudah melihat 7 keajaiban dunia (kuno), dimana salah satunya
adalah kuil Hera yang terletak di kota kelahirannya. Sekarang, kuil Hera sudah
runtuh dan hanya tersisa 1 pilar yang tidak jauh dari kota Pythagorian (namanya
dipakai untuk mengenang putra terbaiknya). Menyeberangi selat dan beberapa
mil ke utara adalah Turki, terdapat keajaiban lain yaitu: Ephesus.
Pythagoras adalah anak Mnesarchus, seorang pedagang yang berasal dari Tyre.
Pada usia 18 tahun dia bertemu dengan Thales. Thales, seorang kakek tua,
mengenalkan matematika kepada Pythagoras lewat muridnya yang bernama
Anaximander, namun yang diakui oleh Pythagoras sebagai guru adalah
Pherekydes.
Pythagoras meninggalkan Samos pada tahun 518 SM. Tidak lama kemudian dia
membuka sekolah di Croton yang menerima murid tanpa membedakan jenis
kelamin. Sekolah itu menjadi sangat terkenal bahkan Pythagoras akhirnya
menikah dengan salah satu muridnya. Gambaran rinci tentang Pythagoras tidak
terlalu jelas. Dikatakan setelah itu, dia pergi ke Delos pada tahun 513 SM untuk
merawat penolong sekaligus gurunya, Pherekydes. Pythagoras menetap di sana
sampai dia meninggal pada tahun 475 SM. Sepeninggalnya, sekolah Croton
berjalan terseok-seok dan banyak konflik internal, tetapi dapat terus berjalan
sampai 500 SM sebelum menjadi alat politik.
Bagaimana Pythagoras menciptakan kultus terhadap angka?

Angka adalah “dewa”


Matematika dan “mitos-mitos” palsu tentang angka tidak dapat dipisahkan.
Setiap angka adalah simbol atau melambangkan sesuatu yang terkait dengan
metafisik adalah hal lumrah di Cina. Pythagoras pun tidak luput dari “perangkap”
mitos tentang angka. Dia mengajarkan bahwa: angka satu untuk alasan, angka
dua untuk opini, angka tiga untuk potensi, angka empat untuk keadilan, angka
lima untuk perkawinan, angka tujuh untuk rahasia agar selalu sehat, angka
delapan adalah rahasia perkawinan. Angka genap adalah wanita dan angka
ganjil/gasal adalah pria. “Berkatilah kami, angka dewa,” adalah kutipan dari para
pengikut Pythagoras yang memberi perlakuan khusus terhadap angka
empat,”yang menciptakan dewa-dewa dan manusia, O tetraktys suci yang
mengandung akar dan sumber penciptaan yang berasal dari luar manusia.
Pemujaan angka seperti layaknya tukang sihir dengan bola kristalnya
barangkali – di kemudian hari, mendasari para matematikawan setelah
Pythagoras. Ucapan Plato “Tuhan memahami geometri” atau kutipan
Galileo “Buku terbesar tentang alam ditulis dengan simbol-simbol
matematika.” Apakah itu termasuk ilmu sihir atau matematika. Yang
jelas matematika lebih sulit untuk dipahami.
Hubungan matematika dengan musik dekat sekali. Tidaklah
mengherankan apabila Pythagoras juga mampu menjadi seorang
musisi. Mitos bilangan Pythagoras terkandung lewat “keajabiban”
pentagram. Bentuk segi-lima yang makin lama makin kecil sampai takterhingga.

Pythagoras sebagai pemusik


Pythagoras juga dikenal sebagai musisi berbakat, seorang pemain lira.
Penemuan musik terkait dengan matematika diawali ketika Pythagoras bermain
monokord, sebuah kotak dengan bentangan tali-tali di atas salah satu sisinya.
Dengan menggerakkan jari naik dan turun pada garis-garis yang sengaja dibuat,
Pythagoras mengenali bahwa suara yang dihasilkan dapat diperkirakan. Ketika
bagian tengah ditekan, setiap bagian atas tali dan bawah tali menghasilkan nada
sama: nada yang tepat 1 oktaf * lebih tinggi dibandingkan apabila monokord
tidak ditekan. Dengan membagi monokord dengan nisbah 3/4 dan 2/5, ternyata
setiap nisbah menghasilkan nada yang berbeda, merdu atau fals. Baginya,
harmoni musik adalah aktivitas matematika. Harmoni dari monokord adalah
harmoni matematika – dan harmoni alam semesta. Pythagoras menyimpulkan
bahwa nisbah tidak hanya berlaku pada musik tetapi juga pada pelbagai jenis
keindahan lain. Para pengikut Pythagoras menyimpulkan bahwa nisbah dan
proporsi mengendalikan keindahan musik, kecantikan fisik dan keanggunan
matematika.
Contoh: sebuah tali panjang yang menghasilkan nada C, kemudian 16/15 dari
panjang tali C menghasilkan notasi B; 6/5 panjang tali C menghasilkan notasi A,
4/3 panjang tali C menghasilkan notasi G; 3/2 panjang tali C menghasilkan notasi
F; 8/5 panjang tali C menghasilkan notasi E; 16/9 panjang tali C menghasilkan
notasi D dan 2/1 panjang tali C menghasilkan notasi C rendah.
Penelitian tentang suara mencapai puncaknya pada abad 19 setelah John
Fourier mampu membuktikan bahwa semua suara – instrumental maupun vokal
– dapat dijabarkan dengan matematika, yaitu jumlah fungsi-fungsi Sinus
sederhana. Menurutnya, suara mempunyai 3 kategori – pitch, loudness dan
quality. Penemuan Fourier ini memungkinkan ketiga kategori tersebut digambar
dan dibedakan. Pitch terkait dengan frekuensi kurva, loudness terkait dengan
amplitudu dan quality terkait dengan bentuk dari fungsi periodik. Lewat motto
“Angka adalah dewa”, Pythagoras mampu menggalang sejumlah pengikut.

Para pengikut Pythagoras (Pythagorean)


Pythagoras barangkali dapat disebut sebagai pemikir new ages pada jamannya.
Dia juga seorang orator ulung, intelektual terkenal sekaligus guru yang
kharismatik. Semua itu membuat banyak orang ingin belajar darinya. Tidaklah
mengherankan apabila tidak lama kemudian dia mempunyai banyak pengikut
dan disusul dengan mendirikan sekolah.
Falsafah dasar yang paling penting bagi Pythagoras adalah: angka. Yunani
mewarisi pemahaman tentang angka dari geometrik Mesir. Hasilnya, ahli
matematika Yunani tidak dapat membedakan antara bentuk (shapes) dengan
bilangan (numbers). Pada saat ini untuk membuktikan theorema matematika
biasa digunakan gambar-gambar yang digambar dengan menggunakan sejenis
penggaris yang terbuat dari logam atau batu dan kompas.
Nisbah-nisbah adalah kunci untuk memahami alam, Pythagorean dan
matematikawan lebih modern menghabiskan banyak energi dengan menggali
lebih dalam teori-teori mereka. Akhirnya mereka memilah proporsi ke dalam
sepuluh kategori berbeda yang disebut dengan titik tengah harmonis (harmonic
means). Salah satu dari titik tengah ini mengandung angka paling “cantik” di
dunia: nisbah emas (golden ratio). Tidak ada yang istimewa dari nisbah emas ini,
tetapi sesuatu yang terinspirasi oleh nisbah emas tampaknya merupakan obyek-
obyek yang sangat indah. Bahkan sampai saat ini, artis dan arsitek secara intuitif
mengetahui bahwa obyek-obyek yang mengandung nisbah emas nampak
artistik. Dan nisbah ini mempengaruhi banyak pekerjaan pada bidang seni dan
arsitektur. Parthenon, kuil Athena terbesar, dibangun dengan kaidah nisbah
emas ada pada setiap aspek kontruksinya. Dalam pikiran Pythagorean, nisbah
mengendalikan alam semesta dan berarti sahih bagi seluruh dunia Barat pula.

Cacat pada doktrin Pythagorean


Angka nol tidak mendapat tempat dalam kerangka kerja Pythagorean. Angka nol
tidak ada atau tidak dikenal dalam kamus Yunani. Menggunakan angka nol
dalam suatu nisbah tampaknya melanggar hukum alam. Suatu nisbah menjadi
tidak ada artinya karena “campur tangan” angka nol. Angka nol dibagi suatu
angka atau bilangan dapat menghancurkan logika. Nol membuat “lubang” pada
kaidah alam semesta versi Pythagorean, untuk alasan inilah kehadiran angka nol
tidak dapat ditolerir. Pythagorean juga tidak dapat memecahkan “problem” dari
konsep matematika – bilangan irrasional, yang sebenarnya juga merupakan
produk sampingan (by product) rumus: a² + b² = c². Konsep ini juga menyerang
sudut pandang mereka, namun dengan semangat persaudaraan tetap dijaga
sebagai sebuah rahasia. Rahasia ini harus tetap dijaga jangan sampai bocor
atau kultus mereka hancur. Mereka tidak mengetahui bahwa bilangan irrasional
adalah “bom waktu” bagi kerangka berpikir matematikawan Yunani.
Nisbah antara dua angka tidak lebih dari membandingkan dua garis dengan
panjang berbeda. Anggapan dasar Pythagorean adalah segala sesuatu yang
masuk akal dalam alam semesta berkaitan dengan kerapian (neatness), proporsi
tanpa cacat atau rasional. Nisbah ditulis dalam bentuk a/b bilangan utuh, seperti:
1, 2 atau 17, dimana b tidak boleh sama dengan nol karena dengan itu akan
menimbulkan bencana. Tidak perlu dijelaskan lagi, alam semesta tidak sesuai
dengan kaidah tersebut. Banyak angka tidak dapat dinyatakan semudah itu ke
dalam nisbah a/b. Kehadiran angka irrasional tidak dapat dihindari lagi adalah
konsekuensi matematikawan Yunani.
Persegi panjang adalah bentuk paling sederhana dalam geometri, tetapi
dibaliknya terkandung bilangan irrasional. Apabila anda membuat garis diagonal
pada persegi panjang – muncul irrasional, dan kelak besarnya ditentukan oleh
akar bilangan. Bilangan irrasional terjadi dan akan selalu terjadi pada semua
bentuk geometri. Contoh lain, segi tiga siku-siku dengan panjang kedua sisi
adalah satu, dapat dihitung panjang sisi lain – dengan rumus Pythagoras, yaitu:
v2. Sangatlah sulit menyembunyikan hal ini bagi orang yang paham geometri
dan nisbah.

Hippasus menyangkal
Rahasia ini akhirnya dibocorkan oleh seorang pengikut Pythagorean yang
merasa bahwa dia harus mengungkapkan kebenaran. Hippasus adalah
matematikawan yang menjadi murid sekaligus pengikut Pythagoras. Hippasus
berasal dari Metapontan. Pengungkapan rahasia membuat dia dijatuhi hukuman
mati. Cerita tentang bagaimana meninggalnya Hipassus ada berbagai versi.
Beberapa mengatakan bahwa Hippasus ditenggelamkan di laut, sebagai
konsekuensi menghancurkan teori indah dengan fakta-fakta menyesatkan.
Sumber lain menyebutkan bahwa para pengikut Pythagoras mengubur dia hidup-
hidup. Lainnya menyebutkan bahwa Hippasus, dibuang atau diasingkan dalam
ruangan tertutup tanpa pernah bertemu orang lagi.
Tanpa usaha mengklarifikasikan mana yang benar, namun yang jelas
pengungkapan oleh Hippasus ini mengoncangkan fondasi-fondasi doktrin
Pythagoras. Dalam hal ini Pythagorean menanggap bahwa bilangan irrasional
hanya sebagai suatu perkecualian. Mereka tidak dapat membuktikan bahwa
bilangan irrasional mencemari pandangan mereka tentang alam semesta.

Meninggalnya Pythagoras
Para pengikut Pythagoras menyatakan bahwa guru mereka meninggal dengan
cara yang unik. Beberapa dari mereka menyatakan Pythagoras mogok makan,
sebagian lagi menyatakan bahwa dia mengurung dan berdiam diri. Cerita lain
menyatakan bahwa konon rumahnya dibakar oleh para musuhnya (mereka yang
merasa tersingkirkan oleh kehadiran Pythagoras di tempat itu). Semua
pengikutnya ke luar dari rumah terbakar dan lagi ke segala penjuru untuk
menyelamatkan diri. Massa yang membakar rumah itu kemudian membantai
para pengikutnya (pythagorean) satu per satu. Persaudaraan sudah
dihancurkan. Pythagoras sendiri berusaha melarikan diri tetapi tertangkap dan
dipukuli. Dia disuruh berlari di suatu ladang, namun mengatakan bahwa dia lebih
baik mati. Kemudian diambil keputusan bersama dan diputuskan: Pythagoras
dihukum pancung di muka umum.
Meskipun persaudaraan sudah bubar dan pemimpinnya terbunuh, esensi ajaran
Pythagoras terus bertahan sampai sekarang. Falsafah Barat banyak dipengaruhi
oleh pemikiran Pythagoras – seperti halnya doktrin Aristoteles, ternyata mampu
bertahan hampir 2 milenium. Angka nol dan bilangan irrasional bertentangan
dengan doktrin tersebut, tetapi memberi landasan bagi para matematikawan
berikutnya agar memperhatikan angka nol dan bilangan irrasional.

*) Oktaf artinya 8 yaitu: nada dari 1(do) sampai 1 (do tinggi) atau dari C sampai C lagi
Sumbangsih
Penemuan Pythagoras dalam bidang musik dan matematika tetap hidup sampai
saat ini. Theorema Pythagoras tetap diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan
untuk menghitung jarak suatu sisi segitiga. Sebelum Pythagoras belum ada
pembuktian atas asumsi-asumsi. Pythagoras adalah orang pertama yang
mencetuskan bahwa aksioma-aksioma, postulat-postulat perlu dijabarkan
terlebih dahulu dalam mengembangkan geometri.
Manfaat ini, kelak, membuat matematika tetap dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam melakukan perhitungan terhadap pengamatan terhadap fenomena-
fenomena alam, setelah melalui pengembangan dan penyempurnaan oleh para
matematikawan setelah Pythagoras. Theorema Pythagoras mendasari adanya
theorema Fermat (tahun 1620): xn + yn = zn yang baru dapat dibuktikan oleh Sir
Andrew Wiles pada tahun 1994.

“Tujuan kehidupan adalah hidup selaras dengan alam”


(“The goal of life is living in agreement with nature.”)

Zeno

Matematikawan bengal pencipta banyak paradoks

Zeno
(490 – 435 SM)

Riwayat
Zeno dikenal banyak orang karena namanya tercantum pada halaman pertama
buku Parmenides karangan Plato. Diperkirakan bahwa saat itu Zeno berumur 40
tahun, sedang Socrates masih remaja, kisaran usia 20 tahun. Dengan
mengetahui bahwa Socrates lahir pada 469 SM, maka diperkirakan Zeno lahir
pada tahun 490 SM. Disinyalir bahwa Zeno mempunyai hubungan “khusus”
dengan Parmenides. Catatan Plato menyebutkan adanya gosip bahwa mereka
saling jatuh cinta saat Zeno masih muda, dan tulisan Zeno tentang paradoks
digunakan untuk melindungi filsafat Parmenides dari para pengkritiknya. Semua
catatan itu tidak pernah ada dan cerita itu dituturkan oleh tangan kedua. Tulisan
Aristoteles yang terdapat pada Simplicius - terbit ribuan tahun setelah Zeno -
digunakan sebagai acuan.
Zeno dari Elea, lahir pada awal mulainya perang Persia – konflik antara Timur
dan Barat. Yunani dapat menaklukkan Persia, tapi semua filsuf Yunani tidak
pernah berhasil menaklukkan Zeno. Zeno mengemukakan 6 paradoks, teka-teki
yang tidak dapat dipecahkan oleh logika filsuf terkemuka Yunani saat itu.
Paradoks yang dilontarkan Zeno membingungkan semua filsuf Yunani, namun
tidak seorang pun dapat menemukan kesalahan pada logika Zeno. Paradoks ini
menjadi sangat termasyur karena terus “mengganggu” pemikiran para
matematikawan; dan baru dapat dipecahkan hampir 2000 tahun kemudian. Dari
enam paradoksnya, yang paling terkenal, adalah paradoks lomba lari Achilles
dan kura-kura.
Latar belakang
Parmenides menolak faham pluralisme dan realitas dalam berbagai macam
perubahan: baginya segala sesuatu tidak dapat dibagi, realitas tidak berubah,
dan hal-hal yang tampak dan berbeda hanyalah ilusi belaka, sehingga dapat
dibantah dengan argumen/alasan. Tidak perlu disangsikan lagi, faham ini
mendapat banyak kritikan tajam.
Tanggapan terhadap kritik Zeno memicu sesuatu yang lebih nyata, namun
mampu memberi dampak mendalam bagi filsafat Yunani bahkan sampai saat ini.
Zeno berusaha menunjukkan bahwa suatu kemustahilan diikuti oleh logika dari
pandangan Parmenides. Segala sesuatu dapat menjadi sangat kecil atau
menjadi sangat besar. Paradoks ini sebagai bukti kontradiksi atau kemustahilan
akibat asumsi-asumsi yang (tampak) masuk akal. Apabila dilihat lebih dalam
maka paradoks mengarah kepada target spesifik yaitu menyangkut lebih atau
kurang: pandangan orang atau aliran pemikiran tertentu. Zeno – lewat paradoks -
berusaha menyatakan bahwa alam semesta ini tidak berubah dan tidak
bergerak.
Mencoba menyingkap siapa yang menjadi target serangan Zeno relatif lebih
mudah daripada mencoba memecahkan paradoksnya. Tahun kelahiran Zeno,
menunjuk bahwa dunia remajanya dipenuhi dengan pandangan Pythagoras (580
– 475 SM) dan para pengikutnya (pythagorean). Tampaknya doktrin
Pythagorean mau diserang Zeno, meskipun dugaan ini masih terlampau dini
untuk disebut karena topik ini masih menjadi ajang perdebatan sampai sekarang.
Paradoks Zeno mengungkapkan problem-problem yang tidak dapat diselesaikan
oleh semua teknik matematika yang tersedia pada saat itu. Penyelesaian
paradoks Zeno baru dimulai pada abad 18 (atau lebih awal dari itu). Paradoks itu
mampu merangsang otak-otak kreatif matematikawan dan memberi warna pada
sejarah perkembangan matematika.

Matematikawan “hitam”
Zeno (490 – 435 SM) dari Alea dan Eudoxus (408 – 355 SM) dari Cnidus
menghadirkan pertentangan dua kubu pemikiran matematika: penghancuran
kritikal dan pengembangan kritikal. Pertentangan kedua pemikiran ini layak
disebut dengan ajang pertempuran logika antara matematikawan “hitam” dan
matematikawan “putih.”
Duel “aliran” tidak hanya terjadi pada jaman kuno, matematikawan modern juga
mengekor atau menjadi pengikut salah satu idola mereka.
Penghancuran kritikal seperti pemikiran Zeno diteruskan oleh Kronecker (1823 –
1891) dan Brouwer (1881 - 1966), sedangkan pemikiran Eudoxus diteruskan
oleh Weierstrass (1815 – 1897), Dedekind (1831 – 1916) dan Cantor (1845 –
1918).

Paradoks Zeno
Ada 4 paradoks Zeno yang terkenal, meskipun yang paling terkenal adalah
paradoks kedua, perlombaan lari Archilles dan kura-kura.
1. Dikhotomi
Paradoks ini dikenal sebagai “dikhotomi” karena selalu terjadi pengulangan
pembagian menjadi dua. Gerak adalah tidak dimungkinkan, sebab apapun yang
terjadi gerak harus mencapai (titik) tengah terlebih dahulu sebelum mencapai
(titik) akhir; tapi sebelum mencapai titik tengah terlebih dahulu mencapai
seperempat dan seterusnya, suatu ketakterhinggaan. Jadi, gerak tidak akan
pernah ada bahkan pada saat untuk memulainya.

2. Perlombaan lari Achilles dan kura-kura


Achilles - kesatria pada perang Troya, mitologi Yunani, berlomba lari dengan
kura-kura, tetapi Achilles tidak dapat mengalahkan kura-kura yang berjalan lebih
dahulu. Untuk memudahkan penjelasan, maka diberikan ilustrasi dengan
menggunakan angka pada paradoks ini.
Bayangkan: Achilles berlari dengan kecepatan 1 meter per detik, sedangkan
kura-kura selalu berjalan dengan kecepatan setengahnya, ½ meter per detik,
namun kura-kura mengawali perlombaan dari ½ jarak yang akan ditempuh
(misal: jarak tempuh perlombaan 2 km, maka titik awal/start kura-kura berada
pada posisi 1 km, sedang Archilles pada titik 0 km). Kura-kura berjalan begitu
Achilles mencapai tempatnya. Begitu Achilles mencapai posisi 1 km, kura-kura
berada pada posisi 1,5 km; Achilles mencapai posisi 1,5 km, kura-kura mencapai
posisi 1,75; Achilles mencapai posisi 1,75 km, kura-kura mencapai posisi 1,875
km. Pertanyaannya adalah kapan Achilles dapat menyusul kura-kura?.

3. Anak panah
Anak panah bergerak (karena dilepaskan dari busur) pada waktu tertentu, diam
maupun tidak diam. Apabila waktu tidak dapat dibagi, panah tidak akan
bergerak. Apabila waktu kemudian dibagi. Tetapi waktu juga tersusun dari setiap
(satuan) saat. Jadi panah tidak dapat bergerak pada suatu saat tertentu, tidak
dapat bergerak pula pada waktu. Oleh karena itu anak panah selalu diam.

4. Stadion
Paradoks tentang gerakan urutan orang duduk di dalam stadion. Urutan [AAAA]
yang diam diperbandingkan dengan urutan bergerak pada tempat duduk stadion
dari dua arah yang berlawanan, [BBBB]: urutan orang yang bergerak ke kiri dan
[CCCC]: urutan orang duduk yang bergerak ke kanan.

Paradoks tentang stadion ini dapat digambarkan sbb.:


AAAA: urutan berhenti
BBBB: urutan bergerak ke kiri
CCCC: urutan bergerak ke kanan
Semuanya bergerak dengan kecepatan tetap/sama.

Posisi I Posisi II
AAAA AAAA
BBBB BBBB
CCCC CCCC

Posisi I:
Urutan duduk AAAA, BBBB dan CCC terletak rapi, baris dan kolom sama.
Gerakan dimulai, dengan kecepatan sama, urutan BBBB dan urutan CCCC
bergerak. Urutan B paling kiri melewati 2 orang: C paling kiri dan A paling kiri.
Jarak B paling kiri dengan C paling kiri adalah 2 kali jarak B paling kiri dengan A
paling kiri, dengan waktu yang sama.
Zeno mempertanyakan mengapa dengan waktu yang sama dan kecepatan sama
ada perbedaan jarak yang ditempuh?

Pemecahan modern
Semua orang tahu bahwa dalam dunia nyata, Achilles pasti dapat menyusul
kura-kura, namun dari argumen Zeno, Achilles tidak akan pernah dapat
menyusul kura-kura. Para filsuf jaman itu pun tidak mampu membuktikan
paradoks tersebut, walaupun mereka tahu bahwa kesimpulan akhirnya adalah
salah. “Senjata” filsuf hanya logika, dan deduksi tidaklah berguna dalam kasus
ini. Semua langkah tampaknya masuk akal, dan jika semua prosedur sudah
dijalani, bagaimana kesimpulan yang didapat ternyata salah?
Mereka terperangah dengan problem tersebut, tetapi tidak memahami akar
permasalahan: ketakterhingga (infinite). Hal ini sama dapat terjadi apabila anda
membagi sebuah mata uang menjadi 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64 dan
seterusnya sampai tidak terhingga tetapi hasilnya akhirnya jelas, yaitu: tetap 1
mata uang. Matematikawan modern menyebut fenomena ini dengan istilah limit;
angka 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64, 1/128 dan seterusnya mendekati angka 0
sebagai titik akhir (limit).
Angka berurutan dengan pola tertentu sampai tidak mempunyai batas akhir;
mereka makin kecil dan bertambah kecil sampai tidak dapat dibedakan lagi.
Orang Yunani tidak mampu menangani ketakterhinggaan. Mereka berpikir keras
tentang konsep kosong (void) tetapi menolak (angka) 0 sebagai angka. Hal ini
pula yang membuat mereka pernah dapat menemukan kalkulus.

Dua paradoks tambahan


Tidak puas dengan empat paradoks yang dilontarkan. Zeno menambahkan dua
paradoks lain yang tidak kalah rumitnya.

5. Paradoks tentang tempat


Paradoks ini cukup singkat, sehingga Zeno sulit menjelaskannya. Secara garis
besar dapat disederhanakan sbb.: keberadaan segala sesuatu benda (misal:
batu) adalah suatu tempat tertentu (misal: meja), sedangkan tempat tertentu
itupun (meja) memerlukan suatu tempat (misal: rumah) dan seterusnya sampai
ketakterhinggaan.
6. Paradoks tentang bulir gandum
Apabila anda menjatuhkan sebuah karung berisi gandum yang belum dikupas
kulitnya akan terdengar suara keras; tetapi suara itu adalah akibat gesekan bulir-
bulir gandum dalam karung; akibatnya setiap bagian dari bulir-bulir gandum
menimbulkan suara saat jatuh ke tanah. Kemudian pertimbangkanlah
menjatuhkan setiap bagian dari bulir gandum itu; kita semua tahu bahwa tidak
ada suara yang terdengar.

Zeno boleh mati, tetapi paradok tetap hidup


Karena kecerdikan sendiri, Zeno akhirnya menghadapi problem serius. Sekitar
tahun 435 SM, dia bersekongkol untuk mengulingkan tirani Elea saat itu,
Nearhus. Zeno membantu menyelundupkan senjata dan mendukung
pemberontakan. Sialnya, Nearchus mengetahui skenario itu, dan Zeno akhirnya
ditangkap. Berharap dapat mengungkap konspirasi itu, Zeno disiksa. Tidak tahan
oleh siksaan, Zeno menyuruh para penyiksanya untuk menghentikan siksaan
dan dia berjanji akan menyebutkan nama rekan-rekannya.
Ketika Nearchus mendekat, Zeno meminta agar tiran itu lebih mendekat lagi
karena dia akan menyebutkan nama-nama komplotan rahasia itu langsung di
telinga Nearchus. Setelah telinga ada dalam jangkauan, tiba-tiba Zeno menggigit
telinga Nearchus. Nearchus menjerit-jerit kesakitan, namun Zeno menolak untuk
melepaskan gigitannya. Para penyiksanya hanya dapat melepaskan gigitan Zeno
dengan jalan menusuk mati Zeno. Ini adalah akhir hayat, pencipta paradoks atau
guru ketakterhinggaan.

Sumbangsih
Jasa Zeno paling besar adalah pengaruhnya bagi filsafat. Sasaran ‘tembak’ Zeno
adalah pluraliti dan gerak – sesuatu ditanamkan pada opini-opini geometrikal
yang lazim dikenal – selain akal sehat, menyerang doktrin-doktrin Pythagorean,
ternyata mampu memberi inspirasi para teori relativitas (paradoks keempat) dan
fisika quantum. Kenyataannya ruang dan waktu bukanlah struktur matematika
utuh (continuum). Alasan bahwa ada cara untuk melestarikan realitas gerak
mengingkari bahwa ruang dan waktu terbentuk dari titik-titik dan saat-saat.
Paradoks ini sangat terkenal, terutama paradoks Archilles dan kura-kura, kelak
dipecahkan oleh Cantor. Hampir seluruh buku matematika mencantumkan nama
Zeno pada indeksnya. Paradoks tidak hanya merupakan pertanyaan terhadap
matematika abstrak tetapi juga pada realitas fisik. Memperkecil skala seperti
halnya paradoks bulir gandum, sampai tidak dapat dibagi memicu orang
“membedah” suatu benda sampai tingkat atom.

Archytas
(428 – 347 SM)

Setelah Pythagoras meninggal, tidak ada lagi peninggalan tersisa dalam bentuk
karya-karya tertulis, namun ide-ide besar dibawa oleh para murid-muridnya.
Mereka yang lolos dari pembantaian membawa doktrin-doktrin ajaran tersebut ke
bagian wilayah lain Yunani. Salah seorang pengungsi ini adalah Philolaus dari
Tarentum. Fanatisme para pengikut Pythagoras (Pythagorean) ditularkan oleh
Philolaus lewat bentuk tetractyis (segi lima), sama seperti ajaran Pythagoras
tentang kosmologi.

Gambar: segi lima

Pandangan ini disebut dengan Philolean, kemudian dimodifikasi oleh


pengikutnya: Ecphantus dan Hicetas yang mencetuskan geosentris (pandangan
bahwa bumi sebagai pusat alam semesta). Dan yang paling ekstrim dari
modifikasi Philolean dilakukan oleh Archytas, murid Philolaus.
Archytas melanjutkan tradisi Pythagorean dengan menempatkan aritmatika di
atas geometri, tetapi dia tidak lagi terlalu antusias terhadap angka. Angka tidak
lagi dianggap religius dan mistikal dibandingkan dengan gurunya. Dia menulis
aplikasi aritmatika, geometri dan musik. Pernyataan paling penting dari Archytas
adalah nisbah dua bilangan n : (n+1), disebutkan bahwa hasilnya bukanlah
integer tetapi titik geometri. Archytas lebih banyak berkutat di bidang musik
dibandingkan dengan para pendahulunya.

Kurikulum Archytas
Archytas menempatkan posisi matematika sebagai kurikulum pendidikan dengan
membagi menjadi 4 kelompok, yaitu:
- Aritmatika
- Geometri
- Musik
- Astronomi
Digabungkan dengan 3 obyek yang terus dipelajari dari Aristoteles hingga Zeno,
yaitu:
- Tata bahasa
- Retorik (keahlian berpidato)
- Dialektik (terkait dengan dialek)

Tiga-dimensi versi Archytas


Hal lain tentang Archytas adalah memberikan solusi tiga-dimensi yang dalam
bahasa modern disebut dengan geometri analitik, notasi akar yang digunakan
untuk menuntaskan “keterbatasan” rumus Pythagoras. Solusi tiga-dimensi
Archytas digunakan untuk menyelesaikan problem Delian yang barangkali
mudah untuk diuraikan tetapi lebih sering disebut mendahului jamannya. Misal: a
adalah sisi sebuah kubus, dan titik (a, 0, 0) adalah titik pusat bidang yang saling
bersilangan secara tegak lurus dengan lingkaran berjari-jari a terletak
didalamnya yang tegak lurus dengan koordinat. Persamaan dengan tiga sisi x² =
y² + z² dan 2 ax = x² + y² dan (x² + y² + z²)² = 4a²(x² + y²). Ketiga bidang saling
bersinggungan/berpotongan pada sumbu x pada titik a ³√12; merupakan,
panjang potongan garis pada kubus. Prestasi Archytas lebih impresif saat kita
melihat bahwa solusi yang diberikan tanpa menggunakan bantuan sistem
koordinat.

Sumbangsih
Solusi tiga-dimensi dari Archytas mampu memberi gambaran awal tentang
terjadinya sistem ordinat dan absis (Kartesian), meskipun di sini sudah
membahas tiga-dimensi yang dapat dikatakan sebagai non-Euclidian. Pada
masa Euclidian dianggap salah, namun dengan tampilnya non-Euclidian makin
lengkaplah [peralatan] matematika agar mempunyai kemampuan menyelesaikan
problem-problem yang dihadapi sehari-hari. Kelak sistem ini dikembangkan lebih
jauh oleh Lobachevsky, Bolyai, Riemann dan menjadi dasar teori relativitas dari
Einstein, karena ternyata Euclidian sudah tidak mampu lagi digunakan untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi. Memasukkan musik dalam kurikulum
dapat disebut salah satu jasanya, sekaligus menjadi bukti bahwa musik tidak
jauh berbeda dengan matematika.

Eudoxus
(408 – 355 SM)

Riwayat
Eudoxus adalah anak Arsghnes lahir di Cnidus, Asia kecil (sekarang Turki). Dia
pergi ke Tarentum, Italia untuk belajar pada Archytas *. Archytas adalah salah
seorang pengikut Pythagoras (pythagorean). Problem menggandakan kubus
(problem klasik) yang “menyihir” Archytas juga menarik hati Eudoxus, selain
mempelajari teori angka dan teori musik.
Bosan menetap di satu tempat, Eudoxus pergi ke Sisilia, dan belajar obat-obatan
pada Philiston, sebelum menuju Athena bersama-sama dengan fisikawan masa
itu, Theomedon. Selama 2 bulan di Athena, Eudoxus secara teratur mengikuti
kuliah Plato dan filsuf-filsuf lain pada akademi Plato.
Tidak lama meninggalkan Athena, dia menghabiskan beberapa tahun di Mesir
untuk belajar astronomi pada pendeta-pendeta Heliopolis. Tidak betah, dia
pulang ke tanah kelahirannya, Cyzidus di bagian barat laut Asia kecil, selatan
laut Maruma. Di sini dia mendirikan sekolah yang sangat terkenal dan
mempunyai banyak pengikut. Tahun 368, Eudoxus berkunjung kembali ke
Athena bersama beberapa pengikutnya.

Hubungan dengan Plato


Eudoxus adalah teman sekaligus murid Plato. Eudoxus memperluas jangkauan
menghitung luas bentuk-bentuk geometri dengan menggunakan pertambahan
angka-angka yang sangat kecil (infitesimal). Dia terlalu miskin untuk belajar di
akademi Athena, sehingga di tinggal di Piraeus, dan setiap hari dia berangkat ke
akademi Plato.** Meskipun Plato bukan seorang matematikawan, Plato mencoba
menekuni matematika atas dorongan murid berbakatnya ini, Eudoxus.
Eudoxus menjelajah Mesir dan Yunani untuk belajar Geometri. Eudoxus
menemukan “metode makin lama makin kecil”, untuk menghitung luas bentuk-
bentuk geometri. Sebagai contoh, dia menghitung luas lingkaran dengan
menjumlah luas segi empat-segi empat kecil, yang lebih mudah dihitung luasnya.
Cara yang mirip juga digunakan Archimedes untuk menghitung besar ? (pi),
namun dengan menggunakan seni enam bukan segi empat. Methode ini
sekarang dipakai dalam integral kalkulus.

Teori Planet
Eudoxus juga menciptakan teori tentang planet, yang sangat terkenal dan
diterbitkan dalam buku On Velocities yang sekarang tidak diketahui rimbanya.
Barangkali pengaruh Pythagoras masih kental lewat gurunya, Archytas. Tidaklah
mengherankan dia mengembangkan sistem yang didasarkan pada silinder
mengikuti Pyhtagoras bahwa silender adalah bentuk paling sempurna. Banyak
pemerhati percaya bahwa Plato mendapat inspirasi dari Eudoxus tentang
gerakan planet.

* Archytas (428 – 347 SM) dari Tarentum adalah murid Philolaus yang menjadi
pendukung filosofi Pythagoras bahwa matematika adalah jalan untuk memahami
segala sesuatu.
** Ada dugaan Eudoxus dan Plato tidak cocok. Barangkali karena kemampuan
analitis Eudoxus sebagai matematikawan lebih tinggi dari Plato. Tentang
pemikiran keduanya tidak jelas, siapa memberi pengaruh kepada lainnya.

Sumbangsih
Eudoxus mengembangkan teori proporsi. Kelak, teori proporsi dari Eudoxus
masuk pada bab V, buku Elements dari Euclid. Pada masa ini Eudoxus sudah
membuat difinisi tentang prakiraan panjang suatu bilangan irrasional dengan
methode perkalian silang (cross multiplying), dimana cara ini masih dipakai
sampai sekarang.

Menaechmus
(380 – 320 SM)

Riwayat
Disebutkan bahwa Menaechmus adalah murid Eudoxus yang lahir di
Alopeconnesus, Asia kecil (sekarang Turki). Tempat kelahiran itu letaknya tidak
jauh dari Cnidus, tempat Eudoxus bermukim dan berkarya. Ada yang
menyimpulkan bahwa Menaechmus adalah pembimbing (tutor) dari Alexander
Agung karena profesi sehari-harinya adalah sebagai kepala sekolah di Cnidus.
Menaechmus dikenal karena penemuannya tentang potongan-potongan kerucut
dan dia pula yang pertama kali menunjukkan bahwa bentuk elips, parabola dan
hiperbola diperoleh dengan memotong kerucut - sebagai sebuah ruang - tidak
sejajar dengan dasar kerucut. Istilah parabola dan hiperbola tidak dikenal saat ini
dan baru dinamai oleh Apollonius, meskipun ada bukti yang menyebutkan bahwa
istilah parabola dan hiperbola usianya lebih tua dari Apollonius.
Potongan kerucut
Potongan-potongan kerucut penemuan Menaechmus ditemukan secara tidak
sengaja ketika dia berusaha menyelesaikan problem dalam perbandingan
(nisbah) antara dua garis lurus. Hasilnya adalah menyelesaikan problem
duplikasi kubus dengan menggunakan potongan-potongan kerucut. Misal:
diketahui garis lurus dengan ujung a dan b; kita ingin mencari perbandingan titik-
titik x dan y yang terletak diantaranya:

a : x = x : y = y : b diperoleh a/x = y/b → xy = ab

Perhatikan nilai x dan y ditemukan dari titik-titik potong parabola: x² = ay dan


hiperbola tegak lurus xy = ab. Di sini tidak tampak upaya Menaechmus
menyelesaikan problem, namun di sini ditampilkan pula istilah modern tentang
bagaimana parabola dan hiperbola mampu menjadi solusi bagi problem
matematika.

Perhatikanlah:
a/x = x/y → x² = ay; dan x/y = y/b → y² = bx

Dapat diketahui nilai x dan y adalah titik-titik potong dua parabola x² = ay dan y²
= bx.

Sumbangsih
Penemuan tidak sengaja potongan-potongan kerucut dari Menaechmus kelak
mendasari [Blaise] Pascal untuk menjabarkan lebih lanjut dengan bentuk-bentuk
elips, parabola dan hiperbola. Penjabaran dan pengambaran bentuk geometri
lewat persamaan adalah suatu hal baru. Titik-titik potong pada parabola dan
hiperbola kelak “disederhanakan” oleh Descartes.

“Tidak ada jalan mulus mempelajari geometri”


(“There is no royal road to geometry”)

Euclid

Pemberi dasar bahwa matematika adalah ilmu yang perlu pembuktian

Euclid
(325 – 265 SM)

Riwayat
Tidak lama Pythagoras meninggal, lahirlah Euclid. Pada era ini matematika lebih
dikenal sebagai sains dan kurang mistik. Theorema-theorema baru ditambahkan:
kurva-kurva, lingkaran-lingkaran dan bentuk-bentuk lain dipelajari sama halnya
seperti garis lurus dan bidang–bidang datar. Tahun yang disebut di atas hanya
prakiraan karena tidak adanya sumber yang layak dipercaya. Ada sumber yang
menyebutkan Euclid hidup antara tahun 330 - 275 SM.
Lembaga yang menaungi pembelajaran saat itu adalah akademi Plato. Masa
keemasan Yunani dan kebebasan berekspresi membuat pemikir-pemikir baru
bermunculan. Didirikan pada 380 SM, lolos dari invasi-invasi yang datang silih
berganti, hidup dalam suksesi banyak tiran dan menjadi saksi keruntuhan dua
kebudayaan besar – Yunani dan Romawi – sebelum akhirnya ditutup pada abad
keenam oleh kaisar Justinian.
Euclid diperkirakan belajar pada akademi Plato ini sebelum diangkat menjadi
pengajar matematika di tempat yang sama. Ada cerita Euclid masih mengajar di
akademi ini ketika Alexander Agung menyatakan misinya untuk menaklukkan
dunia. Yunani, bersama Mesir dan Mediterian dan negara-negara di kepulauan
Yunani ditaklukkan oleh angkatan perang Macedonian. Pada tahun 332 SM,
Alexander Agung menetapkan ibukota negara di Alexandria, Mesir dan sembilan
tahun kemudian ia meninggal pada usia 33 tahun. Tahta diberikannya kepada
jendral Ptolemy atau Claudius Ptolemaeus.

Universitas Ptolemy
Ptolemy - orang terpelajar *, membangun bukan saja suatu dinasti, mencakup
salah satu keturunannya yang sangat terkenal, Kleopatra, tetapi juga mendirikan
universitas yang lebih besar dari akademi Plato dan mengundang Euclid untuk
mengajar di sana. Di tempat baru ini, Euclid merintis pengajaran matematika dan
tinggal di sana sampai akhir hayatnya. Sebagai seorang guru, dia barangkali
salah satu mentor Archimedes.
Ada legenda yang menceritakan bahwa anak Ptolemy bertanya kepada Euclid
apabila ada cara mudah belajar geometri dengan mempelajari semua preposisi.
“Tidak ada cara mulus mempelajari geometri,” adalah jawaban Euclid sambil
menyuruh pangeran kembali membaca buku geometri. Jawaban ini menjadi
kutipan (quotation) terkenal dari Euclid.
Euclid meninggal namun universitas Ptolemy di Alexandria terus berjalan. Salah
satu murid terbesarnya – tanpa mengesampingkan teman sesama mahasiswa,
adalah Archimedes. Orang Yunani dari Syracuse yang menimba ilmu di
universitas, dimana salah satu pengajarnya adalah Euclid.

Pribadi Euclid
Euclid dapat disebut sebagai matematikawan utama. Dia dikenal karena
peninggalannya berupa karya matematika yang dituang dalam buku The
Elements sangatlah monumental. Buah pikir yang dituangkan ke dalam buku
tersebut membuat Euclid dianggap sebagai guru matematika sepanjang masa
dan matematikawaan terbesar Yunani.
Pribadi Euclid digambarkan sebagai orang yang baik hati, jujur, sabar dan selalu
siap membantu dan bekerjasama dengan orang lain. Banyak theorema-
theorema yang dijabarkannya merupakan hasil karya pemikir-pemikir
sebelumnya termasuk Thales, Hippokrates dan Pythagoras.
Banyak informasi salah tentang Euclid. Ada yang menyebutkan bahwa dia
adalah anak Naucrates yang lahir di Tyre. Informasi lain mengemukakan bahwa
di lahir di Megara. Memang ada nama yang sama, Euclid dan lahir di Megara,
tetapi hal itu terjadi 100 tahun sebelum kelahiran Euclid dan profesi Euclid dari
Megara adalah filsuf. Euclid sendiri lahir di Alexandria. Kesalahan nama ini
jamak terjadi karena pada masa itu banyak orang bernama Euclid.

Karya besar Euclid


The Element dapat dikatakan karya fenomenal pada jaman itu. Terdiri dari 13
buku yang tersusun berdasarkan tema dan topik. Setiap buku diawali dengan
difinisi, postulat (hanya untuk buku I), preposisi, theorema sebelum ditutup
dengan pembuktian dengan menggunakan difinisi dan postulat yang sudah
disebutkan. Buku ini ke luar Yunani tahun 1482, diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin dan Arab, serta menjadi buku teks geometri dan logika pada awal tahun
1700-an. Garis besar isi masing-masing buku.

Buku I : Dasar-dasar geometri: teori segitiga, sejajar dan luas


Buku II : Aljabar geometri
Buku III : Teori-teori tentang lingkaran
Buku IV : Cara membuat garis dan gambar melengkung
Buku V : Teori tentang proporsi-proporsi abstrak
Buku VI : Bentuk yang sama dan proporsi-proporsi dalam geometri
Buku VII : Dasar-dasar teori angka
Buku VIII : Proporsi-proporsi lanjutan dalam teori angka
Buku IX : Teori angka
Buku X : Klasifikasi
Buku XI : Geometri tiga dimensi
Buku XII : Mengukur bentuk-bentuk
Buku XIII : Bentuk-bentuk tri-matra (tiga dimensi)

Euclid mencetuskan 5 postulat yang kemudian menjadi pokok bahasan. Agar


tidak terjadi salah interpretasi, maka postulat kelima juga disajikan dalam bahasa
Inggris. Hal ini disengaja, karena munculnya geometri non-Euclidian, dirintis oleh
Gauss, diawali dengan menganggap postulat kelima salah total..

1. Garis lurus dapat digambar dari (sembarang) titik sampai (sembarang) titik
lainnya.
2. Ujung garis lurus dapat dilanjutkan terus sebagai garis lurus.
3. Lingkaran dapat digambar dari sembarang titik pusat dan dengan jari-jari
berbeda.
4. Semua sudut-sudut di sisi kanan besarnya sama dengan sisi lainnya.
5. Apabila garis lurus terpotong menjadi dua garis lurus, menyudut di sisi dalam
pada kedua garis pada sisi yang sama daripada dua sudut yang sejajar, jika
diteruskan sampai ke (titik) tak terhingga, akan berpotongan pada sisi dimana
sudutnya lebih kecil dibandingkan sudut yang terbentuk dari dua garis.
(If a straight line falling on two straight lines makes the interior angles on the
same side together less than two right angles, the two straight lines, if produced
indefinitely, meet on that side on which the angles are together less than two
right lines)
Theorema-theorema pada Elements adalah kompilasi karya para
matematikawan sebelumnya – Pythagoras, Eudoxus, Menaechunus,
Hippocrates, menampilkan pembuktian-pembuktian kuno dengan mengganti
dengan baru dan disederhanakan. Element menjadi – dan abadi – buku teks
baku dalam geometri. Saat mesin cetak ditemukan, buku ini termasuk buku
pertama yang dicetak.
Euclid mencoba memecahkan problem irrasional yang membuat Pythagoras
putus-asa. Dengan menggunakan contoh segitiga siku-siku dengan panjang
kedua sisinya 1, maka sisi panjang segitiga adalah x² = 2. Euclid membuat
asumsi bahwa solusinya dapat ditemukan. Solusi versi Euclid hanya
menyebutkan bahwa v2 adalah (bilangan) irrasional yang artinya bilangan
tersebut tidak dapat dibuat nisbah (ratio), bukan karena bilangan tersebut
“kurang waras.” Rasanya ketiga-belas buku dan “kandungan” lima postulat sulit
dibantah. Ternyata ada ‘cacat’ pada postulat kelima.

Cacat pada postulat Euclid


Semua postulat membawa apa yang disebut dengan pembuktian diri (self-
evidence). Postulat kelima dibuktikan oleh Euclid tanpa memberikan cara
pembuktian. Upaya pertama untuk membuktikan postulat kesejajaran ini
dilakukan oleh Girolamo Saccheri, pendeta Jesuit berkebangsaan Italia, yang
mendukung Euclid dengan menerbitkan buku berjudul Euclides ab omni naevo
vindicatus (“Euclid bebas dari semua kesalahan”) pada tahun 1733. Buku
tersebut tidak dapat menuntaskan kesalahan Euclid. Matematikawan terkemuka
Jerman, Gauss, pertama kali menemukan kesalahan postulat kelima tapi malu
untuk mempublikasikannya sehingga kehormatan diberikan kepada dua
matematikawan lain yang mengungkapkannya dengan cara penemuan Gauss.
Janos Bolyai dari Hongaria dan Nicolai Lobachevsky secara terpisah mampu
membuktikan cacat postulat kelima Euclid dengan cara berbeda pula.
Penemuan kesalahan ini membuat berkembangnya geometri model baru. Dirintis
oleh Beltrami dari Italia, disusul Cayley dari Inggris, Poincare dari Perancis dan
Felix Klein dari Jerman. Terakhir, dirombak, diubah dan dilakukan penyesesuai
kecil terhadap postulat-postulat Euclid oleh [Bernhard] Riemann dari Jerman
sehingga muncul bentuk-bentuk baru: hiperbola, parabola, ellips yang
merupakan jawaban bahwa alam semesta bukanlah pengikut aliran Euclid (non-
Euclidian).

Tiga problem matematika klasik


Para matematikawan sejak dahulu berkutat dengan tiga problem yang tidak
dapat dipecahkan pada saat itu. Memang ketiga problem itu menjadi mudah
setelah ada “campur-tangan” pada matematikawan modern yang terus
menyempurnakan alat-alat matematika. Adapun ketiga problem ini adalah:

1. Persamaan pangkat 3

4x³ - 3x - a = 0
a adalah angka tertentu. Saat itu Yunani tidak mengenal pangkat tiga (kubik).
Dengan penggaris dan kompas mereka hanya mampu menyelesaikan
persamaan linier (pangkat 1) dan persamaan kuadrat (pangkat 2).

2. Menggandakan kuadrat

2x³ = y³ atau x³ = 2.

Problem yang tidak dapat dipecahkan terjadi karena sebuah legenda. Bangsa
Athena, menurut cerita, konsultasi dengan Orakel (tempat dibangun kuil dan
dewa bersabda) sebelum melakukan kampanye perang dan dijawab bahwa
untuk mempertahankan kejayaan mereka harus menggandakan lebar altar
pemujaan terhadap Apolo (Anak Zeus yang dipercayai oleh ayahnya untuk
menyingkapkan keputusan-keputusan ayahhandanya untuk umat manusia),
yang berbentuk kubus. Mereka segera membuat altar dengan dua kali panjang,
dua kali lebar dan dua kali tinggi dibanding altar aslinya.
Percaya bahwa mereka sudah memenuhi keinginan Oracle, mereka dengan
penuh percaya diri menuju perang – dan kalah. Ternyata, mereka membuat altar
delapan kali besarnya, bukan 2 kali.

3. Menggambar lingkaran.
Karena tidak ada alat yang tersedia, pada saat itu, tidaklah dimungkinkan
menggambar lingkaran bahkan dinyatakan dalam bentuk persamaan aljabar.
Problem menyangkut menentukan besaran p (pi), nisbah antara lingkaran dan
diameter. Kendala datang dari p yang merupakan bilangan irrasional sekaligus
transendental (= bukan bilangan yang dapat diekspresikan dalam aljabar. Sulit
‘memahami alam tanpa kehadiran bilangan ini. Ada 2 bilangan transendental
yang terkenal: p dan e).

Ketiga problem klasik ini akan selalu membayangi kiprah para matematikawan.
Tidak terkecuali Euclid, tanpa pernah dapat menyelesaikan. Matematikawan
berikutnya akan selalu menghadapi dan berupaya memecahkan problem
tersebut. Penyelesaian suatu problem berarti nama baik sekaligus prestasi.
Tidak jarang terjadi kecurangan, saling “curi” ide, penghianatan. Dan hal ini
selalu terjadi di jaman dulu sampai jaman sekarang. Banyak contoh dapat dibaca
pada riwayat-riwayat para matematikawan selanjutnya.

Euclid dan bilangan prima


Euclid, seperti matematikawan jaman sekarang, mempelajari bilangan prima,
mencari untuk menentukan bilangan mana yang masuk kategori prima atau
bukan. Euclid tidak pernah dapat menentukan bilangan prima, tetapi dia mampu
memberikan jawaban tentang bilangan prima: bilangan prima itu tidak terhingga.
Anak SD sekarang sudah terbiasa dengan bilangan prima. Dari angka 2 sampai
dengan 50 terdapat 15 bilangan prima (2, 3, 5, 7, 11, 13, `7, `9, 23, 29, 31, 37,
41, 43, 47) ; dari 50 sampai dengan 100 hanya 10 bilangan prima.
Euclid membuat pernyataan: jika bilangan prima terbesar adalah n, maka pasti
ada bilangan > n, di mana dapat dicari dengan menggunakan 1 x 2 x 3 dan
seterusnya sampai n, kemudian ditambah 1 untuk mendapatkan hasilnya. Simbol
matematika untuk mengekspresikan adalah n! + 1 (n faktorial ditambah 1).

Kondisi sekarang
Apabila dahulu Euclid dipuja, sekarang keadaan berbalik. Banyak pengikutnya
mulai “menyerang” Euclid dengan menyebut dia terlalu arogan dan memaksakan
suatu pembuktian yang dibuatnya selalu benar, misalnya: salah satu sisi segitiga
tidak akan lebih panjang daripada jumlah kedua sisi lainnya. Matematikawan
modern mengkritik Euclid dari sudut pandang lain, yaitu: Euclid tidak cermat
dalam melakukan pembuktian. Terdapat beberapa kesalahan dan ide-ide yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Yang paling mencolok adalah postulat
kelima yang juga lazim disebut dengan postulat kesejajaran.
Para matematikawan berikutnya tidak dapat menerima pernyataan-pernyataan
(postulat) yang tidak dapat dibuktikan itu. Kemudian, muncul geometri non-
Euclidian yang menggantikan postulat-postulat itu dengan pernyataan yang
dapat diterima umum.

Masa tua Euclid


Pindah untuk mengajar di Alexandria yang lebih kosmopolitas, modern tidak
membuat Euclid gembira dibandingkan tinggal di kota-kota di Yunani yang makin
lama makin sepi. Di sini dia melihat aplikasi matematika. Pompa air, air terjun
buatan bahkan motor yang digerakkan tenaga uap tidak memberi makna
kehidupan bagi Euclid. Ia lebih suka matematika untuk dipelajari bukan untuk
aplikasi. Euclid meninggal di Alexandria.

* Seorang astronomer yang menghitung gerakan bumi, bulan dan matahari.


Perhitungan ini kelak akan disempurnakan oleh Newton.

Sumbangsih
Format yang dibuat Euclid membantu terjadi standarisasi matematika Yunani.
Subyek-subyek yang dibahas oleh Euclid mencakup bentuk-bentuk, theorema
Pythagoras, persamaan dalam aljabar, lingkaran, tangen, geometri ruang, teori
proporsi, bilangan prima, bilangan sempurna, integer positif, bilangan irrasional,
gambar tri-matra (tiga dimensi). Euclid meninggalkan warisan yang berguna bagi
pengembangan matematika.
Kompilasi hasil-hasil karya matematikawan sebelumnya lewat buku Elements,
menunjukkan “benang merah” bahwa pengembangan matematika tidak lepas
dari peran pemikir Yunani. Kritik terhadap Euclid justru memicu munculnya non-
Euclidian yang melengkapi bahasan Euclid. Bentuk parabola, hiperbola dan elips
mulai mendapatkan perhatian dari para matematikawan.

“Berikan saya tempat untuk berdiri dan


saya akan mengangkat bumi”
(“Give me a place to stand on and I will move the earth”)

Archimedes

Apabila Matematikawan dan fisikawan ikut perang

Archimedes
(287 – 212 SM)

Riwayat
Archimedes adalah seorang arsitokrat. Archimedes adalah anak astronom
Pheidias yang lahir di Syracuse, koloni Yunani yang sekarang dikenal dengan
nama Sisilia. Dia mempunyai hubungan keluarga dengan tiran (raja) Hieron II
yang berkuasa di Syracuse pada jaman itu. Archimedes berteman dengan
Gelon, anak Hieron II, dimana keduanya adalah matematikawan andalan raja.
Membicarakan Archimedes tidaklah lengkap tanpa kisah insiden penemuannya
saat dia mandi. Saat itu dia menemukan bahwa hilangnya berat tubuh sama
dengan berat air yang dipindahkan. Dia meloncat dari tempat mandi dan berlari
terlanjang di jalanan Syracuse sambil berteriak “Eureka, eureka!” (saya sudah
menemukan, saya sudah menemukan). Saat itulah Archimedes menemukan
hukum pertama hidrostatik. Kisah di atas diawali oleh tukang emas yang tidak
jujur dengan mencampurkan perak ke dalam mahkota pesanan Hieron. Hieron
curiga dan menyuruh Archimedes untuk memecahkan problem tersebut atau
melakukan pengujian tanpa merusak mahkota. Rupanya saat mandi tersebut,
Archimedes memikirkan problem tersebut. Tentang nasib tukang emas itu sendiri
tidak ada yang mengetahuinya.

Masa sekolah
Saat muda usia dia menuntut ilmu di Alexandria, Mesir. Pada saat itu dia
menjalin persahabatan dengan dua orang “istimewa.” Teman pertama, Conon
adalah matematikawan berbakat yang sangat dihormati Archimedes baik secara
pribadi maupun intelektual. Teman kedua, Eratosthenes *), juga seorang
matematikawan sekaligus astronom, meski mempunyai “kelainan” yaitu: suka
bersolek. Dengan kedua teman ini, teristimewa Conon, Archimedes dapat
berbagi pemikiran dan berdiskusi. Akhirnya, Conon meninggal dan surat
menyurat antar keduanya digantikan oleh Dositheus, murid Conon.
Tahun 1906, J.L. Heiberg, membuat penemuan dramatis di Konstantinopel yaitu:
“surat” Archimedes kepada Erastosthenes: Theorema mekanikal, suatu metode.
Dalam suratnya ini, Archimedes mengukur berat, dalam imajinasi, guna
menghitung luas atau mengetahui volume (isi) sesuatu yang tidak diketahui lewat
sesuatu yang diketahui, dia merintis ilmu pengetahuan berdasar penggalian
fakta; fakta ini digunakan sebagai pembanding untuk kemudian dibuktikan
secara matematis.
Ada versi lain yang menyebut bahwa Archimedes diperkirakan berguru pada
murid Euclid. Archimedes dapat disebut sebagai matematikawan sekaligus
fisikawan pertama, dimana selain menemukan “mesin perang”, alat-alat mekanis
serta pompa air untuk mengangkat air sungai Nil guna mengairi (irigasi) tanah-
tanah di seluruh negeri.

Sifat eksentrik Archimedes


Dalam hal eksentrik Archimedes sering dibandingkan dengan Weierstrass (1815
– 1897). Menurut penuturan saudarinya, Weierstrass – pada waktu sekolah,
tidak pernah diberi kepercayaan untuk memegang pinsil. Apabila memegang
pinsil, maka dia akan menggambari apapun yang dianggapnya masih kosong.
Dari wallpaper sampai balik kerah baju. Sebaliknya, Archimedes - belum
mengenal kertas, selalu menggambar di pasir atau tanah yang lembek sebagai
ganti fungsi “papan tulis.” Dia akan menggambar sesuka hatinya. Apabila duduk
di dekat perapian, dia akan mengambil arang atau sisa pembakaran dan
digunakan untuk menggambar. Setelah mandi, biasanya dia akan melumuri
seluruh tubuhnya dengan minyak zaitun, yang lazim dipakai pada jaman itu,
daripada mengenakan pakaian, dia akan menggambar diagram-diagram dengan
menggunakan jari kuku dengan “papan tulis” adalah seluruh tubuhnya yang
berminyak. Ada sifat yang lazim diidap oleh para matematikawan seperti: lupa
makan. Sifat lupa makan Archimedes, saat menekuni problem matematika,
ternyata diwariskannya kepada [Isaac] Newton dan [William Rowan] Hamilton.

Archimedes terlibat perang


Saat ini Romawi adalah kerajaan dengan banyak pejabatnya korup. Di
Mediteranian, sekarang Tunisia, dan kota Carthage, muncul dan menjadi
penguasa dengan koloni meliputi wilayah sepanjang pantai Afrika sampai
Spanyol. Romawi merasa iri hati dan menyerbu. Dua kali serangan yang disebut
dengan perang Punic, mampu menaklukkan Carthage. Tetapi tidak lama
kemudian, Carthage mampu bangkit kembali, sehingga memaksa Romawi
kembali melancarkan serangan, perang Punic ketiga. Kali ini, tentara Romawi
tidak memberi ampun lagi. Begitu dapat menaklukkan, mereka menghancurkan
kota dan membunuhi para penghuninya (146 SM).
Di atas adalah latar belakang terjadinya perang Punic. Selama perang Punic ini,
Romawi mengirim pasukan di bawah komando Claudius Marcellus pada tahun
214 SM untuk menyerang Syracuse. Alasan utamanya adalah karena raja
Syracuse menjalin hubungan dengan Carthage; alasan lain, tentara Romawi
selalu dapat menaklukkan wilayah kecil dengan mudah. Tetapi saat ini mereka
ketemu batunya.
Tentara Romawi menyerbu Syracuse dari segala penjuru, daratan dan lautan,
terhadang oleh rekayasa sains; tidak canggih namun cerdik. Penduduk Syracuse
sudah diajari bagaimana menggunakan tuas (lever) dan berbagai macam bentuk
pelontar, dan mereka menerapkan kemampuan ini pada perang di darat maupun
di laut. Tentara Romawi dipaksa mundur dan lari lintang-pukang di bawah
hantaman “badai” batu dan panah yang dilontarkan oleh ketapel-ketapel buatan
Archimedes. Belum lagi adanya serangan dari pelontar tali berisi peluru dan
busur kecil (crossbow) yang menembakkan anak panah besi.
Serangan pasukan Romawi lewat laut, hasilnya tidak jauh berbeda, hampir
semua armada kapal perang mereka hancur. Besi-besi besar dijatuhkan oleh
pasukan Syracuse lewat derek (crane) yang dibangun, mampu
menenggelamkan kapal-kapal Romawi. Derek lain digunakan mengangkat kapal-
kapal Romawi dan pasukan-pasukan berebut menyelamatkan diri dengan terjun
ke laut. Masih ditambah dengan cermin pembakar, maka lengkaplah “derita”
kapal-kapal Romawi. Seorang tua menciptakan cermin heksagonal dan di sela-
sela cermin berukuran proporsional tersebut dipasang empat cermin segi empat,
digerakkan dengan besi yang dibentuk seperti engsel jaman modern, diarahkan
ke matahari. Berkas sinar yang dipantulkan oleh cermin-cermin tersebut
diarahkan ke kapal, menimbulkan api dan kapal terbakar. Pengoperasian cermin
dilakukan dari ketinggian di tengah kota oleh seorang lelaki tua.
Siasat lain mulai dicari. Tentara Romawi mencoba membangun tembok di luar
tembok kota, namun tidak pernah selesai dibangun. Muasalnya adalah derek
dengan bandulan besi berputar mengelilingi kota Syracuse untuk
menghancurkan tembok-tembok tersebut sekaligus menghalau pasukan Romawi
yang akan maju.
Gagal dengan serangan frontal, Marcellus menggunakan cara lain. Saat
penduduk Syracuse merayakan kemenangan, diselimuti oleh gelapnya malam,
dikirimlah mata-mata (Buku legendaris “Seni Berperang” Sun Tzu – hidup 500
SM, tentang penggunaan mata-mata, bab 13, bab terakhir, barangkali
mengilhami atau barangkali ide dari perang Troya dengan taktik kuda Troya)
untuk menghancurkan “monster-monster” ciptaan Archimedes dan membuka
pintu gerbang kota. Perang berlangsung selama 3 tahun, sebelum Romawi dapat
mengalahkan si kecil cerdik, Syracuse.

Penemuan-penemuan Archimedes
Minat Archimedes adalah matematika murni: bilangan, geometri, menghitung
luas bentuk-bentuk geometri. Archimedes dikenal karena kehebatannya
mengaplikasikan matematika. Kehebatan inilah yang akan diuraikan di bawah ini.
Archimedes berjasa menemukan ulir Archimedes, alat untuk mengangkat air
dengan jalan memutar gagang alat ini dengan tangan. Penggunaan awal alat ini
adalah untuk membuang air yang masuk ke dalam perahu atau kapal. Tapi
dalam perkembangannya digunakan untuk memompa air dari dataran yang lebih
rendah ke tanah yang lebi tinggi. Alat ini sampai sekarang masih dipakai oleh
para petani di seluruh dunia.
Penggunaan cermin pembakar, memberi indikasi bahwa beberapa bentuk
geometri sudah diketahui Archimedes, teristimewa bentuk hiperbola. Bentuk
lingkaran, elips dan hiperbola terbentuk hanya bagaimana cara kita mengiris
suatu bidang. Parabola adalah bentuk istimewa: dapat “mengambil” sinar
matahari, dari arah manapun, dan difokuskan pada suatu titik, dan
konsentrasikan semua energi cahaya pada bidang sempit untuk dipancarkan
kembali dalam berkas sinar yang sangat panas.
Archimedes sudah mencoba menghitung luas parabola, elips, hiperbola dan
menentukan titik pusat gravitasi pada setengah lingkaran dan lingkaran. Tidak
diketahui secara pasti berapa banyak karya-karya Achimedes yang hilang atau
belum ditemukan satu yang terpenting, Metode (The Method, sebagian besar
sudah ditemukan pada tahun 1906), tapi karya lain termasuk: On Spiral, On the
Measuremant of the Circle, Quadrature of the Parabola, on Conoids &
Spheroids, on the Sphere & Cylinder, Books of Lemmas dll. tidak sesuai dengan
segala sesuatu yang dihasilkan Archimedes pada jaman Romawi.
Archimedes adalah orang pertama yang memberi metode menghitung besar ?
(pi) dengan derajat akurasi yang tinggi. Menghitung besar ? dilakukan dengan
cara membuat lingkaran diantara dua segi enam. Luas segi enam kecil < luas
lingkaran < luas segi enam besar. Dengan memperbesar jumlah segi -
Archimedes membuat 96 sisi, diperoleh besaran:

3 10/71 < Л < 3 1/7


(3,14084 < Л < 3,14285)

Dalam menghitung ?, jaman modern, para matematikawan mengikuti jejak


Archimedes. Sebagai contoh, pada abad 17, Ludolph van Ceulen dari Jerman,
menggunakan segi 262. Upaya gigih guna mencari besaran ? ini dilakukannya
sampai dia meninggal. Jadi tidaklah mengherankan, apabila orang Jerman –
untuk menghormati jasa, pada nisan dipahat “Angka Ludolphian” yang berarti ?
di Jerman.
Penggunaan tuas dalam perang dengan menciptakan crane, menunjuk bahwa
Archimedes sudah memahami prinsip tuas, yaitu: dua benda yang mencapai
keseimbangan berat pada suatu jarak tertentu memiliki besar yang proporsional
secara timbal-balik.

Archimedes meninggal
Apabila pada tahun-tahun sebelumnya, penemuan-penemuan Archimedes selalu
membuat pasukan Romawi frustrasi. Mereka tidak dapat menaklukan Syracuse
untuk dijadikan koloni. Alat-alat mekanik ciptaan Archimedes selalu dapat
mementahkan dan menghancurkan semua serangan mereka. Salah satu kisah
menarik adalah tentang Archimedes dalam perang ini adalah menciptakan
“cermin-cermin pembakar” yang mampu membakar kapal-kapal Romawi dari
kejauhan. Tahun 212 SM, Syracuse akhirnya jatuh ke tangan Romawi, setelah
terjadi penyusupan di malam hari.
Singkat kata, Marcellus dengan didampingi para prajuritnya mendatangi pencipta
alat yang membuat semua petaka bagi tentara Romawi. Saat itu Archimedes
sedang menggambar diagram di pasir. Pikiran dan matanya hanya terpusat pada
diagram-diagram yang digambarnya. Tidak memperdulikan sekelilingnya.
Marcellus dan prajurit pengikutnya diam mengamati sampai akhirnya seorang
prajurit kehilangan kesabaran. Seorang prajurit Marcellus datang menghampiri
dan memerintahkan agar Archimedes segera menghadap komandan mereka,
namun dia tidak menuruti perintah dan baru akan menghadap setelah
menyelesaikan problem dan memberikan pembuktiannya.
Kesabaran prajurit itu habis dan maju untuk menangkap Archimedes. “Jangan
sentuh lingkaran-lingkaran yang saya buat!” adalah teriakan terakhir Archimedes
ketika prajurit itu menginjak gambar diagram di atas pasir. Prajurit yang tidak
diketahui namanya itu marah, menghunus pedang dan membunuh Archimedes
yang sudah berusia 75 tahun.

*) Eratoshenes (273 – 192 SM) melakukan penghitungan diameter bumi pada


tahun 230 SM. Dia menengarai bahwa kota Syene di Mesir terletak di equator,
dimana matahari bersinar vertikal tepat di atas sumur pada hari pertama musim
panas. Eratoshenes mengamati fenomena ini tidak dari rumahnya, dia
menyimpulkan bahwa matahari tidak akan pernah mencapai zenith di atas
rumahnya di Alexandria yang berjarak 7° dari Syene.
Jarak Alexandria dan Syene adalah 7/360 atau 1/50 dari lingkaran bumi yang
dianggap lingkaran penuh adalah 360°. Jarak antara Syene sampai Alexandria
+/- 5000 stade. Dengan dasar itu dibut prakiraan bahwa diameter bumi berkisar:
50 x 5000 stade = 25.000 stade = 42.000 Km.
Pengukuran tentang diameter bumi diketahui adalah 40.000 km. Ternyata,
astronomer jaman kuno juga tidak kalah cerdasnya, dengan deviasi kurang dari
5%.

Sumbangsih
Prinsip-prinsip fisika dan matematika diaplikasikan oleh Archimedes baik untuk
tujuan “mulia” – pompa ulir, untuk mengangkat air dari tempat yang lebih rendah
maupun untuk tujuan perang. Memang tidak dapat dihindari bahwa suatu
penemuan biasanya akan dipicu oleh suatu kebutuhan mendesak. Cermin
pembakar, derek (crane) untuk melontarkan panah dan batu atau
menenggelamkan kapal adalah penguasaan fisika Archimedes yang dapat
dikatakan luar biasa pada jamannya.
Kontribusi penghitungan Л (pi) dari Archimedes barangkali dapat disebut sebagai
awal bagi para pengikut untuk meniru metode yang dipakai untuk menghitung
luas lingkaran. Terus memperbanyak jumlah segi enam untuk menghitung
besaran Л (pi) mengilhami para matematikawan berikutnya bahwa adanya suatu
ketidakhinggaan - seperti paradoks Zeno, dimana hal ini mendorong penemuan
kalkulus.

Music adalah pengalaman paling mengaysikan bagi pikiran manusia mulai dari berhitung
tanpa menyadari bahwa yang dilakukan adalah berhitung
(Music is the pleasure the human mind experiences from counting without being aware
that it is counting)

Gottfried Leibnitz

Pemecah Theorema Terakhir Fermat

Andrew Wiles
(1879 – 1955)

Masa kecil
Sewaktu berusia sepuluh tahun, Wiles pergi ke perpustakaan umum di kota kecil tempat
tinggalnya, Milton Road library, di Inggris dan mencari buku matematika. Pada saat itu
dia terkesima dengan TTF (Theorema Terakhir Fermat), yang terdapat pada buku
karangan Eric Temple Bell, The Last Problem yang dibacanya. Theorema, yang
dianggap, sangat sederhana, sehingga anak kecilpun dapat memahaminya. Cuma
menemukan pangkat x, y dan z, seperti dalam bentuk x4 + y4 = z4 aupun x5 + y5 = z5,
dan seterusnya. Tampaknya sangat mudah. Dan diketahui bahwa theorema ini sudah
lebih dari tiga abad tidak dapat dibuktikan. Saya ingin membuktikannya adalah tekadnya.

Tahun 1971, Wiles masuk Merton College, Oxford dan meraih gelar B.A. pada tahun
1974. Lulus dari College ini melanjutkan lagi ke Clare College, Cambridge untuk meraih
gelar doktorat. Yang menjadi pembimbingnya di Cambridge adalah profesor John Coates.
Niatnya untuk membuktikan TTF tertunda karena topik yang saat itu sedang marak
adalah teori bilangan tentang kurva-kurva elips. Alasan lain adalah riset untuk tujuan itu
memakan banyak waktu dan tidak ada mahasiswa tingkat lanjut yang menekuninya.
Akhirnya, Wiles melakukan riset pada kurva-kurva elips dalam bidang yang lebih
spesifik yang disebut dengan teori Iwasawa. Sejak tahun 1977 sampai 1980, Wiles adalah
peneliti junior di Clara College, Cambridge merangkap sebagai asisten profesor di
Universitas Harvard. Wiles menyelesaikan disertasi, dan begitu mendapatkan gelar Ph. D,
dia memperoleh kedudukan di universitas Princeton di Amerika, meski sempat
mendalami matematika teori di Bonn selama beberapa bulan. Selama tahun 1985 – 1986
pernah melakukan kunjungan ke Ecole Normale di Paris. Sambil mengajar, di Princeton,
Wiles meneruskan risetnya tentang kurva-kurva elips dan teori Iwasawa.

Evolusi pemikiran matematikawan “kuno”


Banyak matematikawan, setelah Fermat meninggal, punya obsesi untuk membuktikan
TTF. Diawali oleh Kummer yang merintis teori bilangan-bilangan ideal untuk
menyelesaikan. Mampu membuktikan bahwa thorema itu benar untuk bilangan-bilangan
eksponen, dimana dapat dibagi dengan bilangan-bilangan prima “biasa.” Semua itu
hanya berlaku bagi bilangan prima tanpa pola di bawah 100, yaitu: 37, 59 dan 67.

Menggunakan bilangan prima sudah diawali oleh Euler yang mampu membuktikan untuk
n = 3 dan n = 4, disusul oleh Dirichlet yang membuktikan untuk n = 5. Dengan cara yang
sama Gabriel Lame dan Henri Lebesgue mampu membuktikan untuk n = 7.

Gauss sebenarnya sudah berusaha membuktikan sebelum akhirnya menyerah.


Kepenasaran diteruskan oleh Dedekind yang mengembangkan teori ideal-ideal, yang
merupakan abstraksi dari bilangan-bilangan ideal Kummer. Karya Dedekind ini
mengilhami Barry Mazur, dimana akhirnya karya Mazur menjadi acuan Wiles untuk
membuktikan TTF.

Tidak mau kalah dengan kiprah matematikawan Jerman, Poincare dari Perancis, yang
sering disebut dengan universalis terakhir, memulai pembuktian. Tahun 1895, Poincare
menerbitkan buku berjudul Analysis Situs. Topologi – ilmu yang mempelajari bentuk-
bentuk dan permukaan-permukaan dan fungsi-fungsi berkesinambungan (continuous).
Penjelasan Poincare diawali dengan melakukan penelitian terhadap fungsi Sin dan Cos
dari deret Fourier (Fourier series) sebelum akhirnya menggunakan cara invarian. Suatu
fungsi invarian dalam kelompok-kelompok transformasi dikenal dengan nama bentuk-
bentu otomorphik. Terus dikembangkan oleh Poincare sehingga diperoleh bentuk-bentuk
modular, yang terletak pada setengah sisi atas bidang bilangan kompleks, dan merupakan
geometri hiperbolik.

“Bendera” lain
Tahun 1983, seorang matematikawan Jerman muda usia (27 tahun), Gerd Faltings, juga
berusaha membuktikan TTF. Ketika masih berada di universitas Wuppertal, dia mampu
membuktikan prakiraan (conjecture) Mordell. [Louis J.] Mordell pada tahun 1922 berpkir
tentang adanya hubungan antara solusi-solusi persamaan aljabarik dengan topologi.
Elemen dari topologi adalah permukaan-permukaan (surfaces) – menjelaskan bidang -
dan ruang (space) untuk menggambarkan bentuk tiga-dimensi.

Pembuktian ini menjadi awal pengembangan geometri aljabarik. Faltings, dalam upaya
membuktikan, mengisolasi TTF ke dalam teori bilangan. Penemuan Faltings ini, menjadi
“senjata” dua matematikawan, Granville dan Heath-Brown, untuk menemukan beberapa
solusi untuk menyelesaikan TTF. Pada tahun 1983, theorema berupaya dibuktikan untuk
n sampai dengan satu juta, dan pada tahun 1992 ditingkatkan lagi menjadi n sampai
dengan empat juta.
Ada sekelompok orang yang gemar melakukan diskusi matematika – dilakukan sambil
duduk minum kopi - dimana mereka bernaung di bawah naungan nama Bourbarki *.
Cetusan ide ini terjadi di Paris oleh matematikawan universitas Paris. Anggota utama
kelompok ini adalah Andre Weil (1906 - ), yang kemudian migrasi ke Amerika dan
berada di Princeton. Anggota lain adalah Jean Dieudonne yang mengarang makalah
dengan nama ‘samaran’ Bourbaki.

Andre Weil, pada kisaran tahun 1950-an, pernah bertemu dengan Taniyama dan Shimura
di Jepang. Yutaka Taniyama berteman dengan Goro Shimura. Keduanya adalah lulusan
universitas Tokyo tahun 1953 untuk disiplin ilmu matematika.

Diskusi Timur-Barat
Pada September 1955, di Tokyo diadakan simposium dengan topik teori bilangan
aljabarik. Pada kesempatan ini, Andre Weil, yang sudah meninggalkan Perancis dan
menjadi profesor di Universitas Chicago termasuk salah satu undangan. Lima tahun
silam, Weil mengejutkan komunitas matematika pada konggres internasional, dengan
mengemukakan prakiraan (conjecture) Hasse. Kedatangan Weil ini menarik perhatian
Taniyama dan Shimura sehingga mereka terlibat diskusi. Matematikawan asing lain yang
datang adalah Jean-Pierre Serre dari Perancis, yang masih muda usia, namun bukan
termasuk kelompok Bourbaki, namun ikut terlibat diskusi ketiga matematikawan di atas.
Hasilnya adalah muncul prakiraan (conjecture) Shimura yang beberapa tahun kemudian
juga pindah ke Princeton sedangkan Taniyama tetap di Tokyo. Tidak ada nama
Taniyama di sini karena tanpa diketahui alasan pastinya, bunuh diri di apartemen pada
tahun 1958. Prakiraan Shimura ini menyebutkan bahwa setiap kurva eliptik dengan
bilangan-bilangan rasional adalah seragam dalam bentuk modular. Awal tahun 1960-an,
Shimura – sudah di Princeton - bertemu kembali dengan J.P. Serre. Serre teatp tidak mau
mengakui prakiraan Shimura dan mencari dukungan dari Weil. Weil tetap tidak mau
mengakui kesahihan prakiraan Shimura. Tahun-tahun berlalu dan pada tahun 1970-an,
Weil mengesampingkan prakiraan Shimura, dan mencetuskan prakiraan Weil-Taniyama
yang menyebut kurva-kurva eliptik modular yang kemudian disebut dengan “kurva-kurva
Weil.” Seiring dengan munculnya “prakiraan Weil-Tanitama”, Serre yang tetap
melakukan penelitian tentang topik itu namun tetap mengingkari nama Shimura, dan
lebih percaya kepada Weil, namun juga mencetuskan prakiraan (conjecture) yang
memakai namanya.

Titik terang
Kontroversi terus berkembang sampai akhirnya terdengar sampai “pelosok” Jerman.
Gerhard Frey yang memperoleh diploma dari universitas Tubingen dan gelar Ph.D. dari
universitas Heidlberg tertarik jalinan antara teori bilangan dan geometri aljabarik
terhadap matematika yang berkambang selama lima-puluh tahun terakhir. Frey juga
menyukai geometri artimatika sehingga mencoba menjalin semua disiplin ini ke dalam
bentuk “hibrid.” Pada tahun 1970-an, Frey banyak berkecimpung dengan kurva-kurva
eliptik dan persamaan-persamaan Diophantine, dimana pada tahun 1978 membaca
makalah “Kurva-kurva modular dan ideal dari Einsenstein” karya Barry Mazur dari
Universitas Harvard.

Terpengaruh oleh makalah itu dan pemikiran pakar teori bilangan Kenneth Ribet dari
Berkeley dan Andrew Wiles dari Princeton, Frey tertarik menekuni aplikasi kurva-kurva
modular dan representasi dari Galois tentang teori kurva-kurva eliptik. Tidak hanya mau
sekedar teratik, Frey, pada tahun 1981, berangkat ke universitas Harvard dan melakukan
diskusi dengan Barry Mazur, disusl ke Berkeley bertemu dengan Ken Ribet. Pulang ke
Jerman, Frey membawa banyak pemikiran baru, dan pada tahun 1984 penelitiannya
tentang teori bilangan diungkapkan dalam konferensi. Diungkapkannya bahwa apabila
prakiraan Shimura-Taniyama terbukti benar, maka TTF dapat dibuktikan. Penyataan
yang diucapkan Frey ini mengundang reaksi. Ken Ribet yang menyatakan akan berpikir
kembali dan J.R. Serre – dengan surat dan nama samaran – menyatakan tidak setuju dan
menyebut ulang prakiraan Serre.

Theorema Ribet
Ken Ribet yang memutuskan untuk berpikir ulang tentang penyataan Frey, mulai tertarik
dengan TTF, berusaha menekuni matematika lebih mendalam. Bidang yang ditekuni
adalah kimia di universitas Brown. Di bawah bimbingan dan pengaruh Kenneth F.
Ireland, Ribet mempelajari matematika dan tertarik dengan fungsi zeta, jumlah
eksponensial, dan teori bilangan. Awalnya dia tidak tertarik dengan TTF. Baginya TTF
sudah ketinggalan jaman dan tidak ada prinsip yang dapat digunakan sebagai acuan untuk
memecahkannya. Theorema yang harus dipecahkan oleh banyak disiplin dari
matematika, lebih dari sekedar teori bilangan: aljabar, analisis, geometri dan topologi
atau semua disiplin matematika.

Ribet, akhirnya, meraih gelar Ph.D. matematika dari Harvard dan menjadi profesor
matematika pada universitas California dengan penelitian pada teori bilangan. Ketika
mendengar pernyataan Frey dan kurva Frey yang diasosiasikan dengan kurva elips yang
berbeda dengan modular. Pada saat ada pertemuan matematika di California pada tahun
1985, Ribet mulai memikirakan kurva Frey dan pernyataan Frey yang terus tergiang
dikepalanya sampai beberapa tahun ke depan. Ketika cuti mengajar di Berkeley, Ribet
pergi ke Jerman dan melakukan penelitian matematika di institut Max Planck. Di sini,
Ribet hampir dapat membuktikan prakiraan Frey.

Ketika pulang ke Berkeley, Ribet menemui Mazur yang datang dari Harvard dan terlibat
diskusi di kantin kampus universitas California. Dalam diskusi singkat ini, ucapan Mazur
memberi pencerahan kepada Ribet, yang serta merta mampu membuktikan bahwa
prakiraan Shimura-Taniyama adalah benar. Jalan untuk membuktikan TTF terbuka.

Prakiraan (conjecture) Shimura-Taniyama


Lama melupakan obsesi masa kecil, namun dalam tahun 1985-1986, ketika sedang
berada Perancis, dirinya terhentak karena ada penemuan: pembuktian yang dilakukan
oleh Gerhard Frey dan Ken Ribet (mengembangkan ide Barry Mazur dan Jean-Pierre
Serre) bahwa TTF dapat dibuktikan lewat prakiraan (conjecture) Shimura-Taniyama
bahwa setiap kurva elips yang diketahui mengandung bilangan-bilangan rasional adalah
modular.

Apabila: an + bn = cn

adalah contoh TTF dan dibandingkan dengan kurva elips:

y2 = x(x – an)(x + bn)

bukanlah modular, sehingga tidak dapat membuktikan prakiraan Shimura-Taniyama.


Prakiraan ini terus dikembangkan oleh Shimura yang sudah ada di Princeton yang
kemudian disebut dengan prakiraan (conjecture) Shimura. Prakiraan Shimura
menyebutkan bahwa setiap kurva eliptik dengan menggunakan bilangan-bilangan
rasional adalah seragam yaitu dalam bentuk modular. Bentuk modular adalah elemen
yang lebih spesifik terhadap bidang [bilangan] kompleks lebih dari sekedar fungsi-fungsi
otomorphik yang digagas oleh Taniyama.

Jika kita “melipat” bidang [bilangan] kompleks sehingga menjadi bentuk “donat”, maka
permukaannya akan memberi selua solusi pada persamaan-persamaan elipstik yang
menggunakan bilngan-bilngan rasional, dimana hal ini merupakan pengembangan dari
persamaan-persamaan Diophantus.

Pembuktian “perdana”
Bulan Juli tahun 1993, Andrew Wiles terbang menuju Inggris. Kembali ke universitas
Cambridge yang sudah ditinggalkannya selama lebih dari 20 tahun, dimana dia meraih
gelar di sana. Pembimbing thesis doktoral di Cambridge, Profesor John Coates,
memprakarsai konferensi tentang teori Iwasawa – suatu bidang dalam teori bilangan yang
menjadi topik disertasinya dan sangat dikuasainya. Mantan mahasiswanya ini ditanya,
topik apa yang akan dibawakan? Dan apakah waktu satu jam untuk presentasi memadai?
Wiles tidak menjawab pertanyaan pertama namun menjawab pertanyaan kedua dengan
mengatakan bahwa presentasinya akan memakan waktu tiga jam.
Hampir selama enam tahun Wiles, berusaha membuktikan TTF, dengan bekerja secara
diam-diam. Rupanya otaknya sudah buntu, sehingga pada Januari 1993, idenya untuk
membuktikan TTF dibocorkan kepada orang yang amat sangat dipercayainya agar rela
membantu. Orang yang diajak berunding adalah profesor Nick Katz, rekannya di
universitas Princeton. Agar diskusi diantara mereka tidak dicurigai, maka dibuat
“skenario” Wiles menawarkan pelajaran tambahan kepada Katz.

Bulan Mei 1993, Wiles membuka makalah Barry Mazur dari Harvard, yang berisikan
penemuan-penemuan terbaru dalam teori bilangan – penemuan yang memberi inspirasi
bagi pakar pada bidang ini termasuk Ribet dan Frey, yang memberi jalan bagi Wiles. Apa
yang dikatakan Mazur bahwa dapat dilakukan himpunan kurva eliptik dapat didasarkan
pada bilangan prima. Ide ini mampu menjawab hambatan Wiles.

Pembuktian tidak dikirim untuk menghindari publikasi sehingga membuat orang terpicu
untuk ikut-ikutan membuktikan TTF yang sudah matang guna meraih ketenaran diri.
Makalah pembuktian setebal 200 halaman, mengundang keingintahuan para pakar dalam
teori bilangan. Ken Ribet yang melihat makalah itu bertanya apakah pembuktian ini
disertai dengan sistem Euler? Meskipun makalah sudah dibawa Wiler, namun Katz tetap
memeriksa setiap bari pembuktian dan menanyakan hal-hal yang tidak jelas ke Wiles
lewat email sehari dua kali. Salmapi akhirnya, Katz menemukan “lubang” pembuktian
seperti yang disebutkan oleh Ken Ribet, sistem Euler. Penemuan kesalahan pembuktian
ini membuat runtuh semua harapan Wiles.

Pembuktian akhir
Kembali ke Princeton bulan September 1993, hatinya dipenuhi: rasa malu, terhina,
marah, frustasi, semua bercampur menjadi satu. Janji pembuktian TTF yang dicanangkan
hanya membuat namanya tercemar. Simpati datang dari sesama matematikawan dan
menyediakan diri membantu membangun pembuktian lagi. Richard Taylor dari
Cambridge datang ke Princeton untuk membantu Wiles. Taylor juga mahasiswa yang
dibimbing profesor John Coates.

September 1994, senin pagi, Wiles duduk di meja kerjanya di Princeton, matanya tidak
sengaja melirik berkas pembuktian yang sudah lama dibiarkan teronggok dan terpuruk di
sana. Diambil dan dilihat ulang, bagian mana yang tidak mengandung sistem Euler? Dia
hanya ingin tahu, demi kepuasan diri, mengapa dia salah?.

Berpikir keras selama dua puluh menit dengan menatap makalah itu. Tidak diduga,
berkelebat sebuah pemikiran, dan Wiles mampu memahami semua kesalahan selama ini.
Apa yang sekarang disadari oleh Wiles adalah pembuktian itu sangat sederhana dan
anggun dan tampir tidak dapat dipercayainya. Ditatapnya makalah ini untuk beberapa
saat. Rasanya mimpi. Pembuktian itu ditinggalkan untuk dicerna lebih lanjut. Makalah
disempurnakan dan dikirimkan lewat email kepada para matematikawan di seluruh dunia
sebelum akhirnya diterbitkan dalam jurnal Annals of Mathematics. Terima kasih secara
khusus diberikan kepada Richard Taylor. Upaya pembuktian TTF sudah berakhir di
tangan Andrew Wiles yang menjadi mimpi dirinya semasa anak.
* [Nicolas] Bourbaki (1816-1897) adalah nama seorang jenderal Yunani yang memegang
peran penting pada perang Franco-Prussia. Nama ini dipakai setelah PD II oleh orang-
orang terkenal seperti Hemingway, Picasso sering duduk-duduk, bertemu teman di café-
café di pinggiran jalan di Paris. Timbul keinginan matematikawan Perancis untuk
melestarikan nama ini namun untuk mendiskusikan sesuatu yang spesifik …matematika.

Sumbangsih
Kepopuleran Wiles terjadi karena memecahkan TTF – meskipun sempat salah – justru
memicu orang untuk terus mengenangnya. Problem TTF memicu banyak
matematikawan menemukan metode-metode matematika baru. Pada awalnya TTF
berhadiah, namun sejak PD I hadiah ditiadakan, ternyata tidak menyurutkan minat orang
untuk terus mencoba membuktikannya. Nama Wiles menduduki peringkat pertama
sebagai matematikawan paling dikenal yang saat ini masih hidup.

Orang rendahan membicarakan orang lain, orang agak terpandang membicarakan barang,
orang besar membicarakan ide-ide.
(Small people talk about other people, mediocre people about things, great people talk
about ideas)

Anonymous

[Trilogi] seorang matematikawan: Jenius, kegilaan dan kebangkitan kembali

John Nash
(1928 – )

Masa kecil
Seorang pengurus sekolah bernama John Nash Sr. menikah dengan seorang wanita
Margaret Virginia Martin. John Nash adalah penduduk asli perdesaan di Texas namun
leluhurnya berasal dari Inggris. Sangat menyukai sains dan dan lulus sebagai insinyur
listrik pada tahun 1912 dan bekerja pada GE, sebelum menjadi tentara pada PD I. Pulang
dari perang kembali ke Texas dan tidak mau bekerja di GE lagi, namun pada perusahaan
yang lebih kecil. Virginia Martin adalah anak kedua seorang fisikawan, James Everett
Martin. Demam semasa kecil membuat Virginia sejak remaja tuli sebelah. Menguasai
bahasa Inggris, Jerman, Perancis dan Latin dan menjadi guru di desa kelahirannya. Empat
tahun setelah pernikahan, lahirlah John Nash Jr. pada tanggal 13 Juni 1928. Tidak lama
disusul adik perempuan, Martha.

Masa kecilnya, relatif cukup berbeda. Apabila saudarinya, Martha, bermain atau
berenang bersama-sama teman-temannya, John asyik sendirian bermain dengan pesawat
dan mobil mainan. Pendidikan awal John diperoleh dari sang ibu yang masih suka
bertindak sebagai seorang guru teladan. Di sekolah, John suka melamun dan nilai di
bidang musik dan matematika di bawah rata-rata. Apa yang membuat John tertarik pada
matematika? Tahun 1937, terbit buku laris dari E.T. Bell, Men of Mathematics, dimana
berisikan kisah-kisah para matematikawan dengan gaya tutur ‘indah’ mampu menarik
perhatian John yang saat itu berusia 14 tahun. Tidak lama kemudian Pearl Harbor
diserang Jepang dan pecah PD II. Timbul bayangan dalam otak John bahwa tentara
Jepang akan menyerang kota mereka, dan meledakkan kereta api, dan hanya dia yang
mampu memecahkan sandi-sandi mereka. Namun karena masih sekolah maka bayangan
itu tidak ditanggapi dan menganggap John sebagai anak aneh. Di sekolah lanjutan, soal
kimia, perlu ditulis oleh anak-anak lain di kertas, namun John cukup memandangi rumus
dan menemukan jawaban – rupanya sudah tertera diotaknya. Berkat semua
kecemerlangan ini membuat John mendapat bea siswa memasuki Carnegie Institute of
Technology.

Genius
Apa yang terjadi di Carnegie adalah titik balik sekaligus titik awal Nash terhadap
matematika? Awalnya ‘kalah’ dalam kompetisi matematika, namun hal ini membuat dia
gagal masuk Harvard – syaratnya harus menjadi pemenang kontes matematika itu
[Putnam]. Setahun kemudian, justru adalah kegagalan ini membuat Nash memperoleh
bea siswa di Princeton yang – ternyata – menawarkan bea siswa yang lebih besar
daripada di Harvard. Tahun pertama Nash adalah kesendirian, karena sulit bergaul
dengan siswa-siswa lain, hanya beberapa siswa mengetahui – lewat pintu kamar yang
terkuak - bahwa jendela kamarnya dipenuhi dengan rumus-rumus fisika maupun
matematika. Nash hampir tidak pernah membaca buku karya orang lain, karena
dianggapnya ‘mencampuri’ kemurnian ide sendiri.

Sewaktu masuk Princeton ini, Nash dapat menciptakan permainan yang merupakan
kombinasi dari permainan Go dan Kriegspiel yang diberi nama, oleh kalangan kampus,
Nash. Permainan ini merupakan perombakan Nash terhadap teori permainan (game
theory) yang diciptakan oleh von Neumann. Dalam permainan ini pula terdapat istilah
Nash equilibrium. Ketika di Princeton pula Nash pernah menemui Einstein guna
mengungkapkan pemikirannya tentang gravitasi, friksi dan radiasi. Einstein dengan
ramah menyarankan agar Nash mempelajari fisika. Kelak pemikiran Nash ini dikenal
dengan nama “unified field theory”, namun dicetuskan oleh fisikawan Jerman beberapa
dekade kemudian. Di bawah bimbingan Tucker, Nash menulis disertasi dan lulus pada
umur 21 tahun. Seperti lazimnya genius lain, maka Nash langsung diterima untuk bekerja
di RAND.

Mencetuskan theorema
RAND adalah singkatan dari Research And Development, yaitu ‘perusahaan’ yang
didirikan untuk mengaji perang, dan tentunya demi kemenangan perang. Para pakar dari
ilmu-ilmu murni (fisika, matematika) bercampur dengan ilmu ekonomi harus
berkolaborasi untuk menentukan cara atau alat yang mampu membuat perang makin
‘efisien’ dan ‘efektif.’ Tidaklah mengherankan apabila rudal antar-benua (ICBM) atau
Radar tercipta dari ‘perusahaan’ ini. Paul Samuelson adalah seorang pakar ekonomi dan
pemenang Nobel ekonomi awalnya juga bernaung di bawah RAND. Teori permainan
dikembangkan lebih lanjut dengan memberi kondisi kompromi bukan kondisi menang-
kalah (zero-sum-game) yang menjadi ciri teori permainan von Neumann. Tidak lama di
RAND, pecah perang Korea (1950-1951), dan Nash wajib milisi karena umurnya masih
di antara 21 - 26 tahun. Nash, termasuk kedua orang tuanya, merasa kuatir dengan
kewajiban ikut perang ini dan Nash berusaha menghindar dengan menyebut bahwa dia
pernah kerja di RAND dalam rangka proyek militer dan meminta dukungan Princeton
bahwa dirinya lebih berharga sebagai ilmuwan dibandingkan sebagai prajurit di lapangan.

Resep itu manjur dan Nash tidak ikut milisi. Lingkungan RAND yang sudah tidak
kondusif lagi mulai ditinggal oleh para pakar-pakarnya. Nash juga ikut ke luar dan
kembali ke Princeton. Beberapa bulan di Princeton, Nash mencetuskan theorema tentang
manifold *. Theorema yang diberi nama theorema Nash yaitu: apabila diketahui bentuk
manifold dengan jumlah dimensi k disebut M, maka terdapat berbagai jenis aljabarik riil,
V dalam bentuk R2k+1 yang terhubung dengan komponen W yang menjadi bagian dari
V adalah manifold berbentuk mulus (smooth) diffeomorphic untuk M. Rupanya
Princeton tidak mau menaungi Nash lagi karena dianggap asosial dan tidak dapat
mengajar mahasiswa. Nash melamar dan akhirnya diterima dengan tangan terbuka di
MIT (Massachusetts Institute of Technology), yang sedang berusaha menaikkan
pamornya setelah mengetahui kehebatan Nash lewat paparan theoremanya.

Keluarga
Gejala sakit mulai sering dirasakan oleh Nash sehingga secara rutin harus pergi ke rumah
sakit untuk diperiksa. Dalam proses pemeriksaan, Nash berkenalan dengan Eleanor,
seorang perawat rumah sakit di Boston, sebelum akhirnya dilanjutkan menjadi hubungan
yang lebih intim. Hubungan ini berbuah dengan lahirnya seorang anak laki yang diberi
nama John David pada tahun 1953. Reputasi Nash, seorang profesor, yang ‘rela’
menyunting perawat ini rupanya membuat dirinya tidak bersedia menikahi Eleanor,
seperti janji semula. Pada periode ‘kekosongan’ atau perlu berpikir lagi ini muncul
Alicia, seorang mahasiswi fisika. ‘Hobi’ Nash suka ke perpustakaan dan perpustakaan
musik, terus dipantau dan diikuti oleh Alicia. Pada saat bersamaan proses persidangan
tentang status Eleanor mencuat, disusul kepergoknya Alicia dan Nash berdua oleh
Eleanor, yang membuat proses hukum (status pernikahan) menjadi makin sulit. John
Nash Sr. yang berada di Bluefield bahkan mengetahui dan dengan gusar menyuruh agar
Nash segera mengawini Eleanor. Untuk menghindari gunjingan Nash pergi ke New York.
Alicia, kemudian, memutuskan mencari pekerjaan di New York dan tinggal di hotel.
Dalam rangka kunjungan bisnis, September 1956, John Nash Sr. datang ke New York,
Nash sempat menemui dan berbincang-bicang. Namun perbincangan ini adalah yang
terakhir karena tidak lama kemudian John Nash Sr. terkena serangan jantung di Bluefield.
Nash datang pada hari penguburan dengan memendam kesedihan yang mendalam.

Sebulan setelah John Nash Sr. meninggal, Alicia datang bersama dengan Nash guna
menemui Virginia, ibu Nash, yang serta merta terkesima dengan gaya Alicia. Alicia yang
saat itu sudah bekerja di sebuah perusahaan reaktor nuklir, sambil berlibur dan
merayakan thankgiving bersama Martha – adik Nash yang sudah menikah - dan Virginia.
Tidak lama setelah itu, Nash dan Alicia menikah. Rupanya Virginia memberi restu.

Prestasi lain
Para matematikawan awal jaman berkutat dengan kurva-kurva sederhana, dilanjutkan
dengan permukaan (surface) dan akhirnya, Riemann mencetuskan, geometri dimensi
tinggi (higher dimensions). Riemann menemukan manifold-manifold dalam bidang
Euclid yang sulit dijabarkan oleh para matematikawan. Bayangkan sebuah balon tidak
dapat diletakkan pada papan tulis karena hanya dua dimensi (bidang), namun balon dapat
menjadi bagian subset dari ruang (tiga dimensi) atau dimensi yang lebih tinggi. Theorema
Nash, rumus sudah dicantumkan di atas, menyebut bahwa: segala sesuatu dengan bentuk
yang mulus (smoothness) dapat ditempatkan dalam ruang Euclidian.

Ketika Nash di New York University, bekerja di Courant Institute of Mathematical, ada
tantangan dari Louis Nirenberg yang memberikan problem yang belum dapat dipecahkan
dalam bidang baru teori non-linier. Problem yang sudah muncul sejak tahun 1930-an
dapat dituntaskan Nash. Suatu problem matematika selalu berusaha dipecahkan oleh
Nash dengan jalan memutar, bukan ‘diserang’ langsung. Begitu pula problem di atas
diselesaikan dengan terlebih dahulu mengubahnya menjadi persamaan linier sebelum
digunakan untuk non-linier.

Kehebatan Nash dibuktikan lagi saat dia menerima Bocher Prize dari American
Mathematical Society. Kemenangan yang lebih membanggakan karena hanya untuk satu
orang dan diselenggarakan setiap lima tahun, dibandingkan dengan hadiah Nobel yang
diberikan setiap tahun untuk lebih dari satu orang.

Depresi?
Muncul matematikawan muda usia, Paul J. Cohen yang tidak kalah dengan Nash.
Reputasi Cohen menanjak pesat. Barangkali perasaan ‘takut kalah’ Nash setelah dulu
ketika muda usia merasa dikesampingkan oleh von Neumann membuat Nash menderita
depresi. Membawa koran yang disebutkan bahwa di dalamnya tersembunyi pesan rahasia
dan bumi ada dalam ancaman kaisar dari Antartika. Setiap hari Nash membeli koran New
York Times dan selalu berguman tentang perang, Paus dan hal-hal yang lain tidak ada
kaitannya sama sekali. Kondisi Nash membuat semua orang yang berhubungan
dengannya menjadi heran dan bingung. Alicia kemudian mengabarkan kondisi ini kepada
Virginia dan Martha. Ternyata saran dari ibu dan adik Nash adalah membawa Nash
dalam pengawasan dan pengobatan dari rumah sakit. Saat itu penyakit yang diidap oleh
Nash belum banyak diketahui obatnya, sehingga dicoba dilakukan terapi-terapi kategori
baru, salah satunya dengan memberi suntikan insulin dan yang paling membuat Alicia
sedih adalah terapi shok listrik (electroshock). Beberapa bulan di rumah sakit, melihat
tidak ada kemajuan, Virginia dan Martha memindahkan Nash ke rumah sakit lain. Besar
biaya pengobatan membuat pihak-pihak yang pernah berhubungan dengan Nash
menggalang dana, dimana Oppenheimer menjadi pemrakarsanya.

Lahirnya John Charles


Alicia sedang mengandung John Charles ketika Nash masih harus menjalani perawatan di
rumah sakit. Nash yang sudah sering mengancam akan menjual semua hartanya dan
pindah ke Eropa, sehingga Alicia memutuskan untuk bercerai. Awalnya mereka berdua
berangkat ke Perancis, namun karena Nash menjadi tidak berketentuan – karena
penyakitnya, dan kehabisan uang membuat Nash sendiri sering berkelana ke Swiss,
Swedia dan Spanyol, bahkan pernah meminta suaka politik di Swiss. Alicia yang merasa
sendiri dan tidak berdaya lagi kembali ke Amerika.

Kelahiran John Charles membawa beban tersendiri bagi Alicia yang harus membesarkan
anak sendirian. Butuh biaya besar untuk membesarkan anak sedang Nash yang sudah
kembali dari Perancis terus dirawat di rumah sakit, sehingga Alicia memutuskan untuk
bercerai. Tidak lama kemudian, Virginia meninggal sedangkan pembagian warisan diatur
oleh perwalian (trustee). Ke luar dari rumah sakit, Nash pulang ke Bluefield. Lebih
kurang selama satu tahun di tempat kelahirannya ini, Nash merasa terasing.
Hubungannya dengan para tetangga dan terutama adiknya, Martha, memburuk. Martha
menganggap Nash sudah memberi aib bagi keluarga, sedangkan Nash merasa dendam
karena yang membuat dianya harus mengalami semua terapi di rumah sakit adalah
prakarsa Virginia dan Martha.

Pada sisi lain, Alicia mengalami kesulitan keuangan dalam membesarkan John Charles.
Beban ini, kemudian, diringankan dengan mengundang ibunya, Alicia Lopez yang sudah
menjadi janda, datang mengasuh John Charles sedangkan dia sendiri kembali bekerja.
Ada beberapa hambatan sehingga akhirnya Alicia batal menikah lagi – dengan rekan
Nash, dan setia menunggu Nash yang berangsur pulih. Begitu pula Nash yang
kesehatannya berangsur pulih menemukan bahwa rekan, teman, sesama ilmuwan dan
keluarganya seakan-akan menjauhi dirinya, tidak mempunyai pilihan lain, kembali
kepada Alicia.

Memenangkan Nobel
Alfred Nobel menciptakan hadiah Nobel untuk bidang fisika, kimia, pengobatan, sastra
dan perdamaian sejak tahun 1894. Hadiah Nobel untuk bidang ekonomi baru diadakan
setelah hampir 70 tahun kemudian, dimana hadiah diprakarsai oleh Bank Sentral Swedia
dan diadministrasikan oleh Royal Swedish Academy of Sciences dan Yayasan Nobel.
Paul Samuelson, Gunnar Myrdal dan Kenneth Arrow adalah nama-nama ekonom yang
menerima hadiah tersebut pada awal penyelenggaraannya. Pengajuan nama Nash oleh
sebagian anggota komite agak mengejutkan komite penilai pada saat itu.

Alasan bahwa game theory gagasan Nash dianggap sudah kadaluwarsa dan kondisi Nash
paska-schizophrenia, sudah banyak diketahui orang, dianggap tidak layak tampil di
panggung kehormatan penerimaan Nobel yang akan dihadiri oleh Raja Swedia atau
muncul gugatan dari pihak-pihak tertentu yang mungkin dirugikan sehingga dapat
muncul istilah skandal pemberian Nobel.

Tidaklah mengherankan apabila terjadi tarik-ulur dalam komite dan waktu


pengumumannya diundur lebih dari dua jam. John Nash bersama dengan John C.
Harsanyi dan Reinhard Selten memenangkan Nobel ekonomi tahun l994. Apa yang
terjadi di balik semua pemilihan itu tidak akan pernah terungkap, seperti yang dikatakan
oleh Carl Olof Jacobson, Sekretaris jenderal, Royal Swedist Academy of Sciences, “You
will have to wait to find out [the story of Nash’s prize] in fifty years. We will never reveal
it.”

Paska-Nobel
Harold Kuhn sebagai pimpinan Princeton sudah mengetahui terlebih dahulu dan Alicia
sudah diberitahu bahwa Nash akan menerima Nobel, namun ada ketentuan untuk
merahasiakan. Selesai penyerahan hadiah bahkan Nash sempat bercanda dengan Raja
Swedia tentang mobil. Beberapa hari kemudian, memberikan kuliah di universitas
Uppsala. Kemenangan ini membangkitkan kembali gairah Nash karena banyak orang
datang mengunjungi, mahasiswa meminta konsultasi darinya, memberi kuliah dan
terlebih penting lagi tidak ada lagi orang menganggap dirinya sebagai ‘orang aneh’ yang
selalu bergentayangan di perpustakaan Princeton. Seiring dengan kemenangan ini kondisi
keuangan keluarga Nash membaik. Mampu melunasi hipotik dan mengganti atap rumah
adalah beberapa hal yang dapat dilakukan keluarga Nash berkat hadiah Nobel ini.

Ketika Nash (bersama Alicia) menerima hadiah Nobel, John Charles sedang dirawat di
rumah sakit. Rupanya schizophrenia merupakan penyakit keturunan, dibawa oleh
chromosom. Waktu-waktu luangnya digunakan untuk mengunjung Eleanor dan John
David di Boston yang kuliah bidang perawatan (nursery). John Charles yang sukses
meraih gelar Ph. D tinggal bersamanya. Apabila Alicia berangkat bekerja, mereka sering
sarapan bersama, diajak ke perpustakaan, bermain catur melawan komputer, dalam dalam
waktu-waktu tertentu diantar oleh Nash untuk terapi karena menderita schizophrenia
pula. Kondisi John Charles ini menjadi sumber problem bagi hubungan Nash dan Alicia,
namun dengan kemajuan di bidang pengobatan, maka dampak penyakit itu dapat
diminimalisir. John Charles juga mempunyai minat pada matematika dan ketekunan Nash
dalam merawat John Charles membuat Alicia dapat memaklumi keadaan ini.

Penutup
Nash sendiri mengumpulkan hasil-hasil karyanya, bukan untuk diterbitkan namun
digunakan sebagai bahan pemikiran bagi perjalanan hidupnya. Minat Nash sedikit
berubah. Apabila dahulu menekuni matematika, sekarang menggunakan teori matematika
guna memahami alam semesta (universe), seperti yang pernah diungkapkan pada
pertemuan singkatnya dengan Einstein, saat masih muda. Hubungan dengan Martha
kembali membaik dan Nash setiap minggu selalu menghubungi Martha lewat telepon.

Riwayat Nash tidak banyak diketahui orang apabila tidak ada riset mendalam seperti
yang dilakukan oleh Sylvia Nasar yang tertuang dalam buku berjudul Beautiful Mind,
The Life of Mathematical Genius and Nobel Laureate John Nash. Diawali dari buku ini,
tidak lama kemudian dibuat film dengan judul Beautiful Mind dengan pemeran utama
Russell Crowe.

Komentar tentang kehidupannya yang dibuat film, John Nash mengucapkan pesan
singkat ketika pemeran dirinya, Russell Crowe, menyambangi dirinya, “You’re going to
have to go through all these transformation!” Sampai hari ini kesehatan Nash terus
membaik.

*) Manifold adalah suatu obyek yang tidak punya ujung atau batasan namun bukan
merupakan ketakterhinggaan, namun tertutup seperti bentuk globe dan tidak mempunyai
lengkungan atau permukaan yang tajam. Salah satu jenis aljabarik, seperti manifold, juga
merupakan obyek-obyek geometri yangdapat dinyatakan dalam persamaan. Contoh: x2 +
y2 = 1 adalah bentuk lingkaran, sedangkan xy = 1 adalah bentuk hiperbola. Penjabaran
Nash lewat manifold ini mengegerkan mengejutkan kalangan matematikawan terutama
Michael Artin di MIT dan Barry Mazur di Harvard (baca: Andrew Wiles).
Sumbangsih
John Nash dengan menggunakan game theory banyak berkutat dengan problem-problem
sehari-hari sehingga tidaklah mengherankan apabila mendapat Nobel dalam bidang
ekonomi. Game theory versi Nash membiarkan terjadi kondisi kooperatif, dimana hal ini
tidak dijelaskan dalam game theory versi von Neumann yang hanya mengenal kondisi
menang dan kalah. Gagasan Nash ini, meskipun diilhami oleh perang dingin antara
Soviet dan Amerika, ternyata dapat diaplikasikan dalam [transaksi] lelang, dimana pihak
pemenang tidak akan terlalu mengecewakan pihak yang kalah.

Terdapat dua macam sumbangsih matematika: karya yang penting bagi sejarah
matematika dan karya yang menyederhanakan kemenangan jiwa manusia.
(There are two kinds of mathematical contributions: work that’s important to the history
of mathematics and work that’s simply triumph of the human spirit.

Paul J. Cohen

Matematikawan yang selalu kuatir dengan kesehatannya

Kurt Godel
(1906 – 1978)

Masa kecil
Ayah Kurt Godel adalah Rudolf Godel yang warga negara berasal dari Wina dan ibunya
bernama Marianne Hadschuh. Rudolf tidak mempunyai rencana tentang pendidikan bagi
Kurt karena diharapkan akan meneruskan jabatan menjadi direktur utama bagi pabrik
tekstril besar milik keluarga yang terletak di Brunn (sekarang Brno masuk wilayah
Republik Czech). Ibu Kurt berasal dari Rhineland adalah anak Gustav Handschuh yang
mempunyai hubungan usaha tekstil juga tinggal di Brunn. Tidak seperti Rudolf yang
tidak mengenyam pendidikan, sedangkan Marianne sebaliknya pernah bersekolah di
Perancis. Kurt mempunyai kakak kandung yang diberi nama sama dengan ayahnya,
Rudolf. Kurt kecil hidup berkecukupan. Ketika berumur 6 tahun terserang rematik dan
sembuh. Setelah umur 8 tahun mulai membaca buku-buku kedokteran untuk mengetahui
penyakit dirinya sebelum diketahui bahwa jantungnya lemah dan ada kemungkinan
mengalami komplikasi. Mengetahui ‘kelemahan’ dirinya, maka hari-harinya selalu
dipenuhi dengan rasa kuatir tentang penyakit tersebut.

Tahun 1923, menyelesaikan sekolah menengah di Bruun dengan nilai bahasa dan
matematika di atas nilai sastra dan sejarah dan memasuki universitas Wina dengan minat
studi matematika atau fisika teori. Dengan dosen pengajar kompeten seperti: Furtwangler,
Hahn, Wirtinger ternyata membuat Kurt sadar diri dan memutsukan bahwa matematika
menjadi kuliah utama. Furtwangler, matematikawan handal dan seorang guru teladan,
yang harus mengajar di atas kursi roda karena tubuhnya lumpuh, rupanya memberi
pengaruh besar bagi Kurt untuk menekuni matematika.

Lulus Universitas Wina


Kurt yang selalu kuatir dengan kesehatannya, ternyata mulai menyukai matematika dan
mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh Schlick yang membahas buku Introduction
to Mathematical Philosophy karya [Bertrand] Russell. Hahn yang menekuni dan
mengajar logika menjadi dosen Kurt serta merta mengetahui bakat besar Kurt
menyediakan diri apabila Kurt membutuhkan bantuannya. Tidaklah mengherankan
apabila pada tahun 1929, disertasi doktoral Kurt di bawah bimbingan Hahn yang diberi
judul Proving the Completeness of the First Order Functional Calculus.

Lulus dan diangkat menjadi anggota fakultas Universitas Wina terhitung tahun 1930.
Jabatan pengajar positifisme logikal (logical positivism) sampai ini tahun 1938.
Bersamaan dengan lulusnya Kurt, ayahnya meninggal dan meninggalkan harta yang
sangat besar nilainya. Keuangan keluarga terjamin, dan ibunya lebih memilih tinggal di
sebuah flat besar bersama kedua anak lelakinya. Ibu bahagia ini kembali menekuni minat
lamanya yaitu mempelajari budaya Wina dan ‘rajin’ menghadiri theatre bersama kedua
anaknya. Rudolf, kakak Kurt, sukses menjadi seorang radiologis.

Theorema Godel
Godel dikenal lewat pembuktian “Theorema-theorema Ketidaklengkapan Godel” (Godel
Incompleteness Theorems) yang dicetuskan pada tahun 1931. Godel melakukan
pembuktian terhadap hasil-hasil yang diperoleh lewat sistem aksiomatik, yaitu sistem
aksiomatik matematikal yang digunakan untuk membuktikan salah atau benar proposisi-
proposisi yang terkandung dalam sistem aksioma. Kiprah Godel ini merupakan lanjutan
dari upaya para matematikawan abad sebelumnya yang itu membakukan aksioma dalam
matematika yang mendasarkan diri pada aksiomatika. Upaya paling muktahir tentang
aksiomatik telah dilakukan oleh Russell dalam buku Principia Mathematica (1910-1913)
yang dikarang bersama Whitehead. Matematikawan lain yang berkecimpung dalam
aksiomatik adalah Hilbert yang dirombak oleh Godel. Theorema Godel memang tidak
menghancurkan semua ide dasar kaum formalis, namun di sini dipaparkan bahwa sistem
apapun dapat menjadi lebih komprehensif daripada yang dijabarkan oleh [David] Hilbert.
Prestasi Godel ini menjadi tonggak matematika pada awal abad 20, menunjukkan bahwa
matematika bukan suatu obyek yang matang, seperti yang diyakini selama ini. Implikasi
lain adalah komputer tidak dapat diprogram untuk menjawab semua problem-problem
matematikal. Pakar logika lain yang menekuni bidang ini adalah Zermelo yang
memperoleh hasil sama dengan Godel. Mereka berdua bertemu dalam suasana damai di
Bad Elster pada tahun 1931. Godel menyampaian makalah “Ketidaklengkapan” di
universitas Wina pada akhir tahun 1932, sebelum diangkat menjadi dosen universitas
Wina pada tahun 1933.

Pindah ke Princeton
Tahun 1933, kekuatan Hitler di Jerman tumbuh. Awalnya perkembangan politik tidak
mempengaruhi kehidupan Godel di Wina. Tahun 1934, Godel memberikan kuliah di
Princeton tentang “On undecidable propositions of formal mathematical system.” Bahan
kuliah ini kemudian diterbitkan secara bersambung di Princeton sebelum Godel kembali
ke Eropa dengan kelelahan mental. Godel memberitahu Rudolf bahwa dirinya mengalami
depresi dan tinggal di Paris. Beberapa bulan Godel dirawat di sanatorium guna
penyembuhan diri.
Meski sakit, namun Godel terus melakukan riset sampai akhirnya ditemukan Axiom of
Choice dengan aksioma-aksioma lain untuk teori himpunan (set theory) pada tahun 1935.
Dalam suatu kesempatan menjadi pembicara dalam seminar pada tahun 1936, ide-ide
logika Godel ‘dibantai’ oleh para mahasiswa yang menghadiri, dimana hal ini membuat
dirinya kembali mengalami depresi. Sempat mengunjungi Gottingen pada tahun 1938,
dan memberi penjelasan tentang riset terhadap teori himpunan yang sedang
dilakukannya. Pulang ke Wina untuk menikah dengan Adele Porkets dikenalnya sejak
tahun 1927 pada punghujung tahun 1938. Maret 1938, Austria menjadi bagian Jerman
namun Godel sudah tidak tahan dengan situasi ini. Saat melakukan kunjungan Princeton
untuk kedua kalinya dan mengajar pada tahun 1938 –1939, Godel akhirnya migrasi ke
Amerika bersama keluarganya pada tahun 1940. Perang yang mulai pecah dan takut
dengan tentara Jerman karena dirinya keturunan Yahudi membuat dia melewati Rusia
dan Jepang sebelum ke Amerika.

Karya-karya Godel
Tahun 1940, Godel kembali sampai di Amerika Serikat dan mendapat kewarganegaraan
Amerika pada tahun 1948. Selama itu, Godel menjadi anggota tetap Institute for Advance
Study sampai tahun 1953. Terhitung sejak tahun 1953 menjadi pejabat di Princeton
sampai meninggalnya, tanpa ada kewajiban untuk mengajar. Pada saat itu pula di
Princeton berkumpul ilmuwan-ilmuwan seperti Einstein dan von Neumann. Barangkali
pengaruh Einstein pula, Godel juga tertarik dan memberi sumbangsih dalam teori
relativitas. Godel memperoleh penghargaan Einstein (Einstein Award) pada tahun 1951.
Menjadi anggota Royal Society, London Mathematicak Society, Institute of France.
Menolak kehormatan yang akan diberikan oleh Akademi Sains di Wina dan penghargaan
yang ditawarkan oleh Pemerintah Austria karena perlakuan pemerintah terhadap
keluarganya dianggapnya tidak adil. Ibunya meninggalnya kota Wina pada tahun 1937,
dan memilih tinggal di vilanya di Brno. Rudolf tetap tinggal di Wina sampai 1944 sambil
berharap Jerman kalah dan pada tahun itu pula ibunya kembali dan tinggal bersama
Rudolf di Wina. Setelah pe rang berakhir vilanya di Brno diperebutkan antara
Pemerintah Austria dan Czech, dan hanya keluarganya hanya menerima sepersepuluh.
Rupanya hal ini yang membuat Godel berang dan tidak ingin kembali ke Austria lagi.

Di Amerika Godel mengeluarkan karya besarnya Consistency of the axiom of choice and
of the generalized continuum-hypothesis with the axioms of set theory pada tahun 1940.
Lewat karya ini, Godel membuktikan bahwa sistem aksiomatik teori himpunan yang
dicetuskan oleh Russell dan Whitehead dalam Principia Mathematica adalah konsisten,
dan akan tetap konsisten meski ditambah dengan aksioma pilihan dan hipotesis-
kontinuum yang digeneralisasi. Kelak bidang kajian ini dikembangkan lebih lanjut oleh
Cohen pada tahun 1963.

Masa akhir
Godel selalu merasa kuatir dengan kesehatannya sendiri dan terlalu keras kepala
menerima pendapat orang lain. Disebutkan oleh Rudolf bahwa Godel belajar mengobati
diri sendiri selain mempelajari matematika. Hal ini membuat dokter sulit menangani
pendarahan pada usus duabelasjari Godel. Selalu menjaga makanan (diet) dengan ketat
sehingga berat badannya dengan cepat merosot. Adeli, istrinya, selalu memberi
dukungan, namun akhirnya mengalami dua kali stroke dan harus dioperasi. Menjelang
kematiannya, Godel masih mempunyai pikiran bahwa dirinya diracuni. Pada masa tua ini
Godel tidak pernah bepergian atau mengajar lagi, namun hanya menyukai diskusi tentang
filsafat saja. Setelah lama dirawat di rumah sakit Princeton akhirnya Godel meninggal
pada tanggal 14 Januari 1978 dengan meninggalkan warisan berupa ide-ide cemerlang
yang membantu para matematikawan yang hidup di kemudian hari.

Sumbangsih
Sistem aksioma dengan menggunakan proposisi-proposisi ini mendasari perkembangan
ilmu logika dan pada akhirnya menjadi struktur pemrograman komputer. Godel
mempercepat revolusi program komputer dengan melengkapi apa yang sudah dirintis
oleh [George] Boole dan memperbaharui aksiomatik dari Russell dan Whitehead.

Andre Weil
(1906 – 1998)

Masa kecil
Andre Weil lahir di Paris, anak pasangan suami-istri keturunan Yahudi. Belajar
matematika di universitas Paris, dilanjutkan di Roma dan Gottingen. Memperoleh gelar
D. Sc. dari Universitas Paris pada tahun 1928. Setelah lulus, Weil mulai mengajar di
Universitas Aligarh Muslim di India dari tahun 1930 – 1932, disusul di Universitas
Strasbourg, Perancis mulai tahun 1933 sampai pecah PD II. Perang adalah malapetaka
bagi Weil dan berusaha keras menghindari wajib militer. Weil meninggalkan Paris
menuju ke Firlandia sampai perang pecah dan tetap berusaha menolak menjadi tentara,
namun hal ini tidak mudah karena seluruh Eropa dilanda perang. Akhirnya, Weil
ditangkap di Firlandia karena tuduhan mata-mata dan selamat dari hukuman tembak
karena campur tangan Rolf Nevanlinna. Weil kemudian dipulangkan ke Perancis dan
dimasukkan ke dalam penjara. Kehidupan Weil, pada saat itu ibarat telur di ujung tanduk.
Sebagian karena Weil keturunan Yahudi dan sebagian lainnya, karena saudarinya,
Simone Weil, adalah seorang filsuf yang menjadi tokoh utama penentang (oposan)
pemerintah Perancis. Memahami situasi sulit ini, akhirnya, Weil memilih menjadi tentara.
Kesediaan ini membuat Weil dikeluarkan dari penjara dan ingin ‘mengabdi’ sebagai
tentara sebatas ketentuan saja. Begitu ada kesempatan, Weil langsung ke Amerika.

Nama Weil tercemar


Nama Weil mencuat pada saat orang berusaha memecahkan theorema Fermat yang
akhirnya dapat dibuktikan oleh Andrew Wiles (baca:Andrew Wiles). Weil mencetuskan
prakiraan (conjecture) Weil-Taniyama yang ternyata merupakan contekan (plagiat).
Untuk mengetahui kisah ini harus dirunut kembali pada masa tahun 1950-an di Tokyo.
Ada dua orang bersahabat lulus dalam bidang matematika yaitu Yutaka Taniyama dan
Goro Shimura. Keduanya selalu bertemu dan berdiskusi tentang matematika dan mereka
berdua juga ikut membantu mengorganisasi untuk penyelenggaraan simposium Tokyo-
Nikko pada tahun 1955 dengan pokok bahasan teori bilangan aljabarik.

Dalam simposium itu, Weil bertemu dengan mereka berdua, sambil ditemani oleh [Jean-
Pierre] Serre, Nama Weil, saat itu, dalam kapasitasnya sebagai profesor universitas
Chicago, sangatlah terkenal. Bagi kedua pemuda Jepang nyang belum dikenal ini,
simposium ini membuka kesempatan untuk melanjutkan studi di Eropa atau Amerika.
Beberapa tahun kemudian, Shimura berangkat ke Paris, sebelum akhirnya menetap di
Princeton. Taniyama, tanpa alasan yang jelas, bunuh diri pada tahun 1958.

Selama di Princeton ini, Shimura mengemukakan prakiraan (conjecture) yang


menyatakan bahwa setiap kurva eliptik laksana bagian dari gunung es yang muncul di
atas permukaan air sehingga dapat dapat disebut dengan kurva modular. Sempat bertemu
dengan Serre yang merasa skeptis dengan prakiraan tersebut sebelum mengemukakannya
kepada Weil. Tidak lama Weil menerbitkan makalah tentang toik di atas dengan adaptasi
sehingga muncul prakiraan Weil-Taniyama menggantikan Shimura-Taniyama. Prakiraan
ini tidak ada yang perduli, namun pada tahun 1995-an banyak matematikawan
mengetahui kejanggalannya dan merujuk kembali kepada nama Shimura-Taniyama
sebagai pencetus awal.

Selain kisah ‘plagiat’ itu, Weil memberi temuan penting dalam menemukan hubungan
antara topologi dan teori bilangan, formulasi ini lebih dikenal dengan sebutan conjecture
Weil (kelak akan dibuktikan oleh Grothendieck dan Deligne); teori himpunan (group
theory); “hipotesis Riemann” bagi bidang-bidang fungsi (function fields), meletakkan
dasar mekanika kuantum; teori modern tentang variasi-variasi Abelian; dasar teori
bentuk-bentuk modular. Teori modular ini memberi jalan buat pembuktian TTF. Kajian
Weil juga mencakup bidang di luar matematika, seperti fisika partikel dasar dan string
theory.

Karya-karya Weil yang terkenal adalah Foundations of Algebraic Geometry (1946) dan
Elliptic Functions According to Einsenstein dan Kronecker (1976).

Kelompok Bourbaki
Banyak buku-buku matematika terkemuka yang terbit di Perancis, dalam bahasa
Perancis, dengan pengarang Nicolas Bourbaki. Nama ini adalah nama seorang jenderal
Yunani kuno (1816-1897), dimana pada tahun 1862 ditawari tahta Yunani, namun
ditolak. Jenderal ini memegang peran besar pada perang Franco-Prusia, dan patungnya
terdapat di kota Nancy. Apa hubungan jenderal dengan ini dengan matematika?

Alkisah, setelah PD I berakhir, Hemingway, Picasso dan Matisse sering duduk-duduk


bertemu dengan teman-teman lama mereka di café, tidak jauh letaknya dari Universitas
Paris, dimana saat ini mempunyai komunitas matematika.

Di Amerika
Menuju ke Pennsylvania yang mengajar di Haverford College dan Swarthmore College
terhitung tahun 1941, sebelum mengajar di Universitas Sao Paulo, Brazil, pada tahun
1945. Selama da tahun di Brazil, sebelum kembali ke Amerika pada tahun 1947 dan
mengajar di universitas Chicago sampai tahun 1958. Lepas dari universitas Chicago
mulai bekerja di Institute for Advance Study di universitas Princeton (baca pula: Kurt
Godel dan John Nash). Pensiun pada tahun 1976 dan diangkat menjadi profesor emiritus.
Para profesor pengajar sering menemui teman-temannya di café-cafes tersebut dan
berdiskusi tentang …matematika. Nama Bourbaki tercetus karena setiap tahun
Universitas Paris selalu menghadirkan aktor profesional yang mengatasnamakan fakultas
dan para lulusan yang menyebut dirinya Nicolas Bourbaki. Di balik semua karya
matematika ini, rupanya Weil bersama dengan [Jean] Dieudonne dan rekan-rekannya,
para ilmuwan Perancis menulis banyak artikel dengan nama samaran Nicolas Bourbaki,
proyek yang dimulai pada awal tahun 1930-an ini mempunyai misi yaitu memberi
gambaran komplit tentang matematika.

Tahun 1979, Weil menerima penghargaan Wolf Prize dan pada tahun yang sama
American Mathematical Society memberi Steele Prize. Jepang juga memberi
penghargaan kepada Weil pada tahun 1994 yaitu Kyoto Prize dari Inamori Foundation of
Japan.

Sumbangsih
Terlepas dari tragedi plagiat, sumbangsih Weil terhadap perkembangan matematika
cukup besar terutama prakiraan (conjecture) yang mengabadikan namanya sehingga teori
modular memperoleh momentum. Kelak teori inilah yang mendasari Wiles membuktikan
TTF.

Tetaplah tegar pada sikap menolak anda agar selalu menaruh perhatian terhadap pelajaran
aljabar. Dalam dunia nyata, saya jamin, tidak ada sesuatupun yang mirip dengan aljabar.
(Stand firm in your refusal to remain conscious during algebra. In real life, I assure you, there is
no such thing as algebra)

Fran Lebowitz

Matematikawan perintis institut matematika

Richard Courant
(1888 – 1972)

Masa kecil
Richard Courant (untuk selanjutnya disebut Courant) mempunyai ayah bernama
Siegmund Courant dan ibunya bernama Martha Freund. Siegmund mempunyai
kakak lelaki bernama Jakob, namun hubungan mereka berdua tidak akur. Pada
waktu Courant lahir, saham perusahaan keluarga milik Siegmund yang berada di
Lubliniec (sekarang masuk Polandia) dijual dan mereka sekeluarga pindah ke
Glantz dan membeli suatu usaha di Glantz ketika Courant berusia 3 tahun dan
adik ketiganya masih bayi.

Saat Courant berusia 9 tahun, mereka sekeluarga pindah lagi ke Breslau.


Rupanya kepindahkan ke Breslau dengan membeli suatu perusahaan di sana,
setelah terlebih dahulu menolak saran dari Jakob, membuat problem sendiri. dan
Courant bersekolah di sana. Pada awal sekolah ini Courant sudah berusah-
payah namun nilai matematika yang didapat jauh dari memuaskan.
Umur 14 tahun, Courant mulai dapat mencari uang sendiri guna membiayai
hidup dengan cara memberi bimbingan atau les. Tragedi tidak dapat ditolak,
usaha keluarga yang dikelola Jakob bangkrut dan Jakob bunuh diri. Semua
saudaranya menyalahkan Siegmund dan Martha yang tidak mau meneruskan
bisnis keluarga. Tidak lama usaha Siegmund bangkrut dan Siegmund bekerja
pada sebuah perusahaaan asuransi di Breslau sedangkan Courant mulai
menghadapi kesulitan, baik dalam sekolah maupun memberi les. Peruntungan
dicoba diperbaiki Siegmund dengan pindah ke Berlin pada tahun 1904,
sedangkan Courant mencari pondokan di Bleslau dan tetap memberikan les.

Asisten Hilbert
Meskipun tidak lulus ujian masuk universitas, namun pada tahun 1905, Courant
mampu menghadiri kelas matematika dan fisika di Universitas Breslau. Tahun
1906, lulus tes masuk universitas, terus belajar dan sekarang secara resmi
tercatat sebagai mahasiswa. Pelajaran fisika yang menjadi minat utamanya
namun dalam penyajiannya membuat dirinya tidak suka dan menjadi lebih
tertarik dengan matematika.

Courant diajar oleh dosen-dosen matematika ternama seperti: [Adolf} Kneser,


[Georg] Landsberg an [Jakob] Rosanes. Semua dosen hebat ini ternyata belum
mampu membangkitan gairah matematika Courant. Semasa bersekolah di
Breslau ini, Courant mempunyai dua orang teman baik: Otto Toeplitz dan Ernst
Hellinger.

Umur mereka berdua terpaut beberapa tahun dengan Courant dan mereka
meneruskan kuliah di Gottingen dimana setelah beberapa tahun memberitahu
Courant bahwa kuliah Hilbert di Gottingen sangat menarik. Mengetahui hal ini
Courant pergi meninggalkan Breslau pada awal tahun 1907 dan masuk
universitas Gottingen pada bulan November 1907.

Courant mulai kuliah matematika yang dibawakan oleh Hilbert dan Minkowski
dan diperkenankan mengikuti seminat dari kedua matematikawan terkemuka
Gottingen ini dalam fisika matematikal. Masih ada waktu luang, Courant juga
mengambil kuliah di bidang fisika dan filsafat. Asisten Hilbert sudah lulus doktoral
dan Courant ditunjuk untuk menggantikannya dan peristiwa ini terjadi pada tahun
1908. Empat semester pertama Courant menjadi asisten Hilbert untuk bidang
analisis yang ternyata menjadi subyek yang mampu menarik hatinya.

Ikut perang
Courant memperoleh gelar doktorat Gottingen di bawah bimbingan Hilbert pada
tahun 1910 dengan tesis berjudul On the Application of Dirichlet’s principle to the
problems of conformal mappings pada tahun 1910. Akhir tahun 1910, Courant
wajib mengikuti milisi. Pada saat bersamaan Hensel memberi tawaran mengajar
di Marburg karena Gottingen belum memberi tawaran, namun begitu Courant
akan membalas tawaran Hensel, Hilbert menyarankan agar tetap di Gottingen
dan meninggalkan milisi. Hilbert juga bersedia membewi tunjangan kepada
kedua orang tua Courant yang masih tinggal di Berlin.

Kembali Courant menekuni prinsip Diricletsebelum akhirnya lulus pada tahun


1912 dan menjadi dosen pengajar di Gottingen sampai mulainya Perang Dunia I.
Begitu lulus ini, Courant langsung menikah dengan Nelly Neumann, bekas
temannya sewaktu di Breslau yang juga seorang matematikawan.

Perang pecah dan Courant terdaftar sebagai pasukan. Sebelum perang, Courant
terserang penyakit tipus. Begitu sembuh langsung ikut perang, namun karena
mengetahui bahwa hampir semua rekan sesama pasukan meninggal, Courant
mendaftar sebagai prajurit yang bertugas merancang sistem telegrap, sehingga
dia harus kembali ke Gottingen untuk mendiskusikan hal ini. Gagasan yang
timbuk diaplikasikan dengan menciptakan kotak yang mampu mengtransmisikan
sinyal, untuk kemudian dibawa kembali ke tengah medan perang.

Kembali ke Gottingen
Akhir tahun 1915, Courant terluka dan dipulangkan. Tidak lama bercerai dengan
Nelly Neumann. Beruntunglah Courant terluka, tertolong kotak ciptaannya,
karena tugas hanya memberi pelatihan cara menggunakan bukan terjun sebagai
prajurit ke kancah perang. Pada masa perang inipun, Courant selalu membawa
penelitian matematika.

Sewaktu Springer menerbitkan jurnal baru Mathematische Zeitschrift pada awal


tahun 1918, makalah karya Courant muncul pada edisi kedua jurnal tersebut. PD
I berakhir dan Courant kembali ke Gottingen. Menikah kembali dengan Nerina
Runge sambil terus melakukan penelitian matematika. Pada awal tahun 1920,
Courant menjabat sebagai kepala departeman matematika di Munster,
menggantikan Killing yang pensiun. Rupanya kepergian Courant membuat
Gottingen merasa kehilangan sehingga Hilbert dan Klein mengundang kembali
Courant untuk menggantikan Hecke yang pindah ke Hamburg.

Tahun 1922, Courant mencetuskan gagasan mendirikan Institut matematika


yang pada awalnya masih belum mempunyai gedung kuliah, dimana gedung
baru dibangun pada tahun 1927. Tahun 1922, Courant meneribitkan buku
tentang teori fungsi. Sempat berkolaborasi dengan Hurwitz yang meninggal pada
tahun 1919, namun karya yang berasal dari bahan kuliah Hurwitz ditambah
dengan beberapa bahan baru.

Migrasi ke Amerika
Masa tenang ini membuat Courant produktif. Pada tahun 1924 bersama dengan
Hilbert menerbitkan buku teks Methoden der mathematischen Physik. Di sini,
kembali, peran Courant adalah mengkompilasi bahan-bahan kuliah Hilbert, dan
diberi tambahan disana-sini. Minat tampak Courant pindah ke fisika matematikal,
karena pada tahun berikutnya, setelah mempunyai asisten, Friedrichs, Courant
menulis lanjutan Courant-Hilbert tentang topik di atas. Institut Matematika sudah
hampir berdiri sendiri pada tahun 1928 dan berjalan penuh pada penghujung
tahun 1929. Tahun 1932, Courant diundang mengajar di universitas-universitas
ternama di Amerika.

Begitu Nazi dan Hitler mulai berkuasa pada tahun 1933, Courant meninggalkan
Gottingen dan berlibur ke Swiss sambil berusaha menyelesaikan jilid kedua
Courant-Hilbert dengan bantuan Friedrich. Rencana cuti ini akhirnya di luar
rencana karena alasan politis. Ke luar larangan agar semua keturunan Yahudi
tidak boleh lagi memegang jabatan di universitas dan jabatan-jabatan lain atau
dipensiun lebih cepat. Weyl ditunjuk menggantikan posisinya di Institut
matematika, sedangkan Courant sendiri diberi penawaran mengajar di Istambul.

Awalnya menerima tawaran ke Cambridge, namun akhirnya hanya bertahan


setahun sebelum berangkat ke universitas New York. Sebagai perintis dan tidak
ada matematikawan handal membuat Courant sulit mengembangkan gagasan
Institut matematika seperti di Gottingen.

Kebijakan Hitler membuat banyak matematikawan Jerman pindah ke Amerika,


termasuk asistennya, Friedrich, pada tahun-tahun menjelang PD II. Lewat
kampanye dan menggalang dana dari orang-orang Yahudi yang tinggal di New
York, Courant mampu mengembangkan Institut dan menarik matematikawan
dari universitas lain maupun menampung matematikawan yang berasal dari
Jerman. Diketahui bahwa John Nash sempai ‘mampir’ di New York sebelum ke
Princeton.

Masa tua
Tahun 1940-1941 mengarang buku bersama Herbert Robbins, seorang topologis
muda dari Harvard, berjudul What is mathematics? Buku ini sangat terkenal dan
masih dicetak sampai hari ini (direvisi oleh Ian Stewart, Mathematics Institute
universitas Warwick). Courant memberikan aplikasi metode numerikal guna
menyelesaikan problem torsi pada tahun 1943, meskipun baru terbit pada tahun
1960.

Terhitung mulai tahun 1947 sampai meninggalnya, hampir setiap tahun Courant
pergi ke Jerman, namun tidak ada keinginan untuk menetap lagi. Kedudukan
bergengsi sebagai direktur Institute of Mathematical Science di universitas New
York yang terus dijabat sampai tahun 1958, dan pada tahun 1964, untuk
menghormati, nama institut diubah menjadi Institut Courant. Adalah sebuah
ironis, sukses Institut Gottingen diadopsikan di Amerika sedang di Gottingen
sendiri akhirnya tidak berkembang.

Diserang stroke, dan harus tinggal di rumah sakit selama dua bulan, sebelum
akhirnya Courant meninggal.

Sumbangsih
Peninggalan utama dari Courant tidak pelak lagi adalah buku What is
mathematics? Buku ini berisi pandangan Courant, namun penyajian yang
sederhana dan menarik menjadikan buku ini buku teks klasik untuk matematika.
Sumbangsih lain adalah mengembangkan Institut di New York dengan reputasi
tidak kalah dengan Harvard dan Princeton yang dianggap sebagai acuan bagi
para matematikawan terkemuka.

Apabila Anda tidak dapat menyelesaikan problem, maka ada problem termudah yang
tidak dapat Anda selesaikan: menemukannya.
(If you can’t solve a problem, then there is an easier problem you can’t solve: find it)

George Polya

Bapak problem solving

George Polya
(1887 – 1985)

Masa kecil
Pasangan suami istri berdarah Yahudi, Jakab Polya dan Anna Deutsch, menikah dan
lahirlah Geolge Polya sebagai anak keempat dari lima bersaudara. Keluarga ibu sudah
beberapa generasi tinggi di kota Buda, namun pada tahun 1872, kota Buda digabung
dengan kota Obuda dan Pest dan hasil merjer kota ini adalah kota Budapest. Meskipun
menyandang nama Polya sebagai nama keluarga dan anaknya awalnya bernama Gyorgy
(kemudian disebut George) ketika baru lahir, namun nama Polya ini hanya disandang
selama lima tahun. Jakab Polya berganti nama menjadi Jakab Pollak. Untuk mengetahui
pergantian nama ini, kita perlu mengetahui karir Jakab dan sedikit tentang sejarah
Hongaria.

Jakab adalah seorang pengacara, dan kantor hukum ini kemudian bangkrut sebelum
bekerja pada perusahaan asuransi. Minat Jakab sesungguhnya adalah karir dalam bidang
akademis dan melakukan riset subyek yang disukainya yaitu: ilmu ekonomi dan statistik.
Tahun 1867, Hungaria terbebas dari sistem monarkhi, dimana pada saat ini Jakab melihat
kesempatan untuk menekuni subyek yang diminati. Untuk memperbesar peluang masuk
universitas, maka Jakab mengubah nama Yahudi menjadi nama yang berkesan orang
Hongaria asli yaitu Pollak. Semua ini terjadi pada tahun 1882 sebelum Jakab diangkat
menjadi dosen di universitas Budapest, namun jabatan itu tidak lama diembannya karena
pada saat umur George 10 tahun, Jakab meninggal.

Mempelajari bahasa
Anna Deutsch yang berusia 44 tahun berusaha payah guna menghidupi 5 anak. Kakak
laki sulung, Jeno, sedang kuliah di bidang kedokteran, sedangkan dua kakak
perempuannya, Ilona dan Flora terpaksa bekerja sebagai karyawan perusahaan asuransi.
George mempunyai seorang adik lelaki, Laslo, yang sangat cerdas, namun tidak berumur
panjang karena meninggal ketika berkecamuk Perang Dunia I. Minat utama Jeno
sebenarnya adalah matematika, namun salah kuliah di bidang kedokteran, dimana minat
ini rupanya justru menjadi jalur hidup adiknya, George.
Ibunya ingin agar George meneruskan profesi ayahnya sebagai seorang pengacara
dengan kuliah di bidang hukum. George lulus sekolah dasar pada tahun 1894, sebelum
melanjutkan di Daniel Berzsenyi Gymnasium guna belajat bahasa Yunani klasik dan
bahasa Latin selain bahasa Jerman modern maupun bahasa asli Hongaria. Minat George
adalah biologi dan studi kepustakaan, namun menonjol dalam bidang geografi dan
subyek-subyek lain. Matematika bukan bidang yang disukai George.
Di sekolah, nilai mata pelajaran geometri mendapat nilai sedikit lebih baik dibanding
aritmatika. Disinyalir bahwa cara mengajar guru yang salah membuat anak tidak dapat
berprestasi.

Banting ‘setir’
George lulus dan masuk universitas Budapest pada tahun 1905 dengan biaya ditanggung
oleh Jeno yang sudah menjadi seorang ahli bedah. Awalnya George mengambil jurusan
hukum, namun hanya bertahan satu semester karena dianggapnya membosankan. Banting
setir dengan belajar berbagai bahasa dan kepustakaan yang menjadi minat utamanya,
namun bertahan selama 2 tahun yang memperoleh sertifikat sebagai bekal untuk
mengajar bahasa Latin di sekolah menengah. Kecewa dengan kenyattan ini, George
memutuskan untuk belajar filsafat, namun seorang profesor, Bernat Alexander,
menyarankan agar George mengambil mata pelajaran fisika dan matematika untuk
membantu memahami filsafat. Nasihat ini dituruti dan George belajar matematika.
Disebutkannya bahwa fisika terlalu sulit dan filsafat terasa terlalu mudah, sedang
matematika berada di tengah-tengah.

Di universitas Budapest, Polya belajar fisika di bawah Eotvos dan matematika dibimbing
oleh Fejer. Fejer, pada saat itu, adalah salah seorang matematikawan terkemuka
Hongaria. Bersama Fejer, Polya membuat karya-karya kolaborasi, dimana pengartuh
Fejer *) sangat terasa pada karya-karya Polya di kemudian hari.

Tahun 1910 - 1911, Polya kuliah di universitas Vienna, dengan uang yang diperoleh
lewat mengajar anak-anak orang kaya sebagai dosen pribadi. Di sini, kembali, Polya
mendapatkan matematika dari tangan Wirtinger dan Mertens meskipun menambah
pengetahuan fisika dengan kuliah teori relativitas, optik dan topik-topik lainnya.

Tahun berikutnya, Polya kembali ke Budapest dan dianugerahi dengan gelar doktorat di
bidang matematika, terutama, dengan belajar sendiri, teori probabilitas geometri. Tahun
1912 dan 1913 kembali menekuni matematika di Gottingen lewat kumpulan
matematikawan terkemuka di dunia seperti: Hilbert, Weyl, Edmund Landau, Runge,
Courant, Hecke dan Toeplitz.

Pergi dari Gottingen


Polya meninggalkan Gottingen dalam situasi yang kurang menguntungkan. Dalam
perjalanan dengan menggunakan kereta api, Polya terlibat pertengkaran dengan seorang
anak muda. Diawali dengan koper jatuh, sebelum akhirnya Polya meninju telinga anak
itu. Anak muda itu ternyata adalah anak seorang terpandang dan juga seorang mahasiswa
di Gottingen. Kembali ke Gottingen, senat universitas memerintahkan agar Polya
meninggalkan Gottingen.
Sempat mendapat tawaran di Frankfurt, namun sebelum mengambil keputusan, dia
berangkat ke Paris untuk kunjungan singkat, yaitu menemui Emile Picard dan Hadamard.
Akomodasi sangat sulit karena Perang Dunia I tengah berkecamuk. Setelah Fejer,
pandangan matematika Polya sangat dipengaruhi oleh matematikawan idolanya, Hurwitz.
Selama kunjungan ke Paris ini, sempat bertemu dengan Hurwitz yang mengupayakan
agar dirinya dapat diterima sebagai dosen di ETH (Einstein lulus dari sekolah ini),
Zurich, dimana Hurwitz adalah pemimpin departemen matematika.

Mengajar bersama Hurwitz, Geiser, Bernays, Zermelo dan Weyl di Zurich ini rupanya
salah waktu karena pada tahun itu pula pecah PD I. Meskipun Polya tidak dipilih sebagai
tentara Hongaria karena cedera ketika bermain sepak bola, namun kehidupan menjadi
sangat sulit. Tentara Hingaria yang tidak banyak akhirnya harus memanggil Polya,
namun ditolaknya. Konsekuensinya adalah ketika perang usai, Polya tidak diterima di
Hongaria. Mengetahui hal ini, Polya menjadi warga negara Swis dan menikah dengan
wanita Swis, Stella Vera Weber, yang tidak lain adalah anak seorang profesor fisika di
universitas Neuchatel. Meskipun rindu dengan kampung halaman, namun niatnya baru
terlaksana pada tahun 1967.

Karya kolaborasi Polya


Polya bertemu dengan Szego di Budapest pada kisaran tahun 1913, ketika yang baru saya
pulang menuntut ilmu di mancanegara. Szego pada saat itu masih mahasiswa di Budupest
dan bersama dengannya Polya mendiskusikan praduga (conjecture) karyanya terntang
koefisien-koefisien Fourier. Szego tertarik untuk membuktikan praduga Polya yang
dijadikan karya publikasi perdananya. Beberapa tahun kemudian, ketika Polya
memutuskan untuk menulis buku tentang problem-problem dalam analisis, maka dia
meminta bantuan Szego dan hampir selama dua tahun mereka bekerja bersama.

Hasilnya buku karya Polya dan Szego tentang problem-problem dalam analisis sangat
berbeda. Polya menjelaskan bahwa bukan problem yang menjadi subyek, tapi metode
dalam solusi lebih menjadi penekanan. Mereka bersama-sama menemui penerbit pada
tahun 1923 dan karya mereka diterbitkan dalam dua jilid.

Tahun 1920, Polya diangkap menjadi profoseor luar biasa di ETZ disusul memperoleh
bea siswa dari Rockefeller (Rockefeller Dellowship) pada tahun 1924, yang
memungkinkan dirinya belajar bersama Hardy di Inggris. Mulai tahun itu, Polya
terkadang berada di Oxford atau Cambridge, bekerja bersama Hardy dan Littlewood.
Buku karya trio matematikawan ini terbit pada tahun 1934 dengan judul Inequalities.
Sambil mengerjakan buku itu, Polya juga membuat 31 makalah pada kurun waktu 1926-
1928. Jangkauan topik, kedalaman dan banyaknya publikasi yang dilakukannya membuat
diangkat menjadi Ordinary profesor di ETH pada tahun 1928.

Matematikawan generalis
Polya layak disebut matematikawan paling berpengaruh pada abad 20. Riset mendasar
yang dilakukan pada bidang analisis kompleks, fisika matematikal, teori probabilitas,
geometri dan kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi perkembangan
matematika. Sebagai seorang guru yang piawai, minat mengajar dan antusiasme tinggi
tidak pernah hilang sampai akhir hayatnya.

Semasa di Zurich-pun, karya-karya di bidang matematika sangat beragam dan produktif.


Tahun 1918, mengarang makalah tentang deret, teori bilangan, sistem voting dan
kombinatorik. Tahun berikutnya, menambah dengan topik-topik seperti astronomi dan
probabilitas. Meskipun pikiran sepenuhnya ditumpahkan untuk topik-topik di atas,
namun Polya mampu membuat hasil mengesankan pada fungsi-fungsi integral.

Tahun 1933, Polya kembali mendapatkan Rockefeller Fellowship dan kali ini dia pergi ke
Princeton. Saat di Amerika, Polya diundang oleh Blichfeldt untuk mengunjungi Stanford
yang menarik minatnya. Kembali ke Zurich pada tahun 1940, namun situasi di Eropa –
menjelang PD II, memaksa Polya kembali ke Amerika. Bekerja di universitas Brown dan
Smith College selama 2 tahun, sebelu menerima undangan dari Stanford yang
diterimanya dengan senang hati.

Sebelum meninggalkan Eropa, Polya sempat mengarang buku How to solve it yang
ditulis dalam bahasa Jerman. Setelah mencoba menawarkan ke berbagai penerbit
akhirnya dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris sebelum diterbitkan oleh Princeton.
Buku ini ternyata menjadi buku best seller yang terjual lebih dari 1 juta copy dan kelak
dialihbahasakan ke dalam 17 bahasa.

Buku ini berisikan metode-metode sistematis guna menemukan solusi atas problem-
problem yang dihadapi dan memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya sendiri
karena memang sudah ada dan dapat dicari.

Menyelesaikan problem (problem solving)


Di bawah ini disajikan ringkasan dari buku How to solve it. Disebutkan ada beberapa
tahapan untuk menyelesaikan problem, yaitu:

1. Memahami problem

Problem apa yang dihadapi? Bagaimana kondisi dan datanya? Bagaimana memilah
kondisi-kondisi tersebut?

2. Menyusun rencana

Menemkan hubungan antara data dengan hal-hal yang belum diketahui. Apakah pernah
problem yang mirip?

3. Melaksanakan rencana

Menjalankan rencana guna menemukan solusi, periksa setiap langkah dengan seksama
untuk membuktikan bahwa cara itu benar.

4. Menengok ke belakang
Melakukan penilaian terhadap solusi yang didapat.

Keempat tahapan ini lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan (menyusun
rencana), Do (melaksanakan rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi
jargon sehari-hari dalam penyelesaian problem sehingga Polya layak disebut dengan
“Bapak problem solving.”

Masa tua
Masih terus mengarang buku namun temanya tetap, yaitu tentang pemecahan problem.
Buku Mathematics and plausible reasoning terbit pada tahun 1954 disusul buku
Mathematical discovery yang tediri dari dua jilid terbit pada tahun 1962 dan 1965.

Pernah mengajar sekolah menengah sehingga dapat memahami pelajaran matematika


bagaimana yang harus diberikan kepada siswa agar mereka tetap menyukai matematika.
Disebutkan bahwa matematika adalah tentang angka dan angka adalah abstraksi,
sehingga untuk memecahkan problem sehari-hari terlebih dahulu harus membuat abstrak.

Tahun 1951, Polya pensiun dari Stanford namun waktu-waktu luangnya tetap dicurahkan
untuk mengembangkan pendidikan matematika. Diangkat oleh Stanford sebagai Profesor
Emeritus pada tahun 1977 menjelang ulang tahun ke-90, meskipun masih aktif mengajar
di Departemen komputer di Stanford.

Memperoleh banyak penghargaan dari lembaga di berbagai negara seperi Hungarian


Academy, London Mathematical Society, Swiss Mathematical Society, American
Acedemy of Arts and Sciences, Academie des Sciences adalah beberapa beberapa
diantaranya.

Antusiasme dalam mengajar dan banyaknya topik masih bergema meskipun Polya sudah
meninggal pada tanggal 5 September 1985 di Palo Alto, California.

*) Penduduk Jerman (tidak termasuk Austria dan Swis) pada tahun 1800 lebih kurang 24
juta sedangkan penduduk Hongaria pada tahun 1900 lebih kurang 8,7 juta. Negara kecil
ini mampu melahirkan matematikawan terkemuka dengan proporsi tertinggi di dunia.
Nama-nama Bollobas, Elderyi, Erdos, Fejer, Haar, Kerekjarto, Konigs, Kurschak,
Lakatos, Rado, Renyi, Rieszes, Szasz, Szego, Szokefalvi-Nagy, Turan, von Neumann
dikenal dalam pecaturan matematikawan kelas dunia.

Sumbangsih
Jangkauan matematika Polya sangat beragam, namun yang memberi nama besar padanya
adalah sistem gagasannya yang menjadi pedoman dalam penyelesaian problem (problem
solving). Pedoman dalam menyelesaian problem yang disingkat dengan: See (lihat), Plan
(rencana), Do (kerjakan) dan Check (periksa kembali) adalah warisan yang tidak lekang
atau lapuk dimakan waktu dan dapat kita manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari bukan
hanya dalam bidang matematika.
dapat diselesaikan lewat jalur formalis.
Setiap jawaban tertentu memicu pertanyaan-pertanyaan baru. Kemajuan sains adalah
sejalan dengan meningkatnya hal yang tersembunyi dan misterius
(Every answer given arouses new questions. The progress of science is matched by an
increase in the hidden and mysterious)

Leo Baeck

Matematikawan India paling terkemuka

Srinivasa Aiyangar Ramanujan


(1887 – 1920)

Masa kecil
Srinivasa Ramanujan lahir di Erode, sebuah kota kecil, 400 km sebelah barat laut Madras.
Erode adalah tempat tinggal neneknya sehingga saat berusia beberapa tahun, dia dibawa
oleh ibunya ke kota Kumbakonam yang lebih dekat dengan Madras (160 km). Profesi
ayahanda Ramanujan adalah sebagai penjaga sebuah toko pakaian. Memasuki usia 5
tahun, Ramanujan memasuki sekolah dasar di Kumbakonam. Terus berpindah sekolah
sebelum memasuki sekolah menengah di Kumbakonam pula pada awal tahun 1898.
Kepandaiannya cukup menonjol untuk semua pelajaran dan pada tahun 1900 memulai
belajar sendiri melakukan penjumlahan deret geometrik dan deret aritmatika. Mampu
menemukan cara menyelesaikan persamaan pangkat tiga (kubik) pada tahun 1902 dan
metode menyelesaikan persamaan pangkat empat (quartik). Tahun berikutnya mencoba
menyelesaikan persamaan pangkat lima (quintik) namun gagal karena dia tidak pernah
mengetahui bahwa quintik tidak dapat diselesaikan dengan menggunakan radikal-radikal.
(baca: Abel dan Galois)

Ketika masih menuntut ilmu di sekolah menengah ini, Ramanujan membaca buku G.S.
Carr yang berjudul Synopsis of elementary results in pure mathematics. Penulisan buku
yang sederhana membuat dia mudah mempelajarinya. Hal ini kelak memberi dampak
padanya. Cara penulisan pada buku itu memberi patron padanya bahwa penulisan buku
yang benar harus mengandung misi: “Mudah dipelajari oleh para pembacanya” dan
penulisan argumen-argumen matematikalnya yang jelas kelak di kemudian hari akan
selalu menyertai semua makalah dan manuskrip karyanya. Buku ini berisi theorema-
theorema, formula-formula dan pembuktian-pembuktian singkat. Buku kuno ini (terbit
1856), juga mempunyai indeks untuk makalah-makalah matematika murni yang pernah
diterbitkan oleh European Journals of Learned Societies pada awal abad ke-19.

Melakukan riset matematika sendiri


Tahun 1904 Ramanujan mulai melakukan riset lebih dalam. Mengupas deret ∑(1/n) dan
menghitung konstanta Euler sampai 15 desimal. Mulai mempelajarai bilangan-bilangan
Bernoulli, meskipun semua yang disebut di atas bukan murni temuannya. Prestasi
mencolok ini membuat Ramanujan memperoleh bea siswa untuk kuliah pada College
negeri di Kumbakonam terhitung sejak tahun 1904. Namun pada tahun berikutnya, bea
siswa tidak diperoleh lagi karena Ramanujan lebih menekuni bidang matematika dan
menelantarkan pelajaran-pelajaran lainnya. Tanpa uang dan menghadapi banyak
hambatan, tanpa restu orang tua, dia minggat ke kota Vizagapatnam yang terletak 650 km
di sebelah utara kota Madras. Terus melakukan riset matematika, dimana pada saat ini dia
mengerjakan deret-deret hipergeometrik dan membedah hubungan antara deret dengan
integral, sebelum dilanjutkan dengan mempelajari fungsi-fungsi eliptik.

Tahun 1906, Ramanujan pergi ke Madras dan masuk College Pachaiyappa. Dia berharap
lulus test awal untuk kemudian dapat masuk universitas Madras. Diterima masuk
College, namun belum genap 3 bulan dia sakit. Sembuh dan ikut test masuk. Lulus hanya
untuk bidang matematika sedang subyek-subyek lain tidak lulus. Kegagalan masuk
universitas membuat dia mengembangkan ide-ide matematikanya sendiri tanpa bantuan
dan tanpa informasi dari orang lain kecuali memegang buku G.S. Carr. Tahun 1908,
Ramanujan mulai mempelajari fraksi-fraksi dan deret divergen. Hal ini tidak berlangsung
lama karena kemudian sakit dan harus dioperasi pada tahun 1909 setelah kesehatannya
sudah cukup pulih. Menikah pada tahun 1909 dengan gadis berusia 9 tahun, namun tidak
dapat tinggal bersama sampai si gadis berusia 12 tahun.

Terlunta-lunta
Tahun 1911, tetap mengembangkan gagasan-gagasan matematikanya sendiri dan mulai
mendalami problem-problem dan membuat penyelesaian problem yang dimuat pada
Jurnal of the Indian Mathematical Society. Mengembangkan hubungan antara persamaan-
persamaan modular eliptik pada tahun 1910. Makalah karyanya tentang bilangan-
bilangan Bernoulli diterbitkan pada tahun 1911 pada Jurnal sehingga namanya mulai
diperhitungkan dalam komunitas matematika. Meskipun tidak memperoleh pendidikan
universitas, nama Ramanujan sangat terkenal di Madras sebagai jenius matematika. Pada
tahun iyu pula, dia memohon kepada pendiri Jurnal agar dicarikan pekerjaan tetap.
Pekerjaan akhirnya diperoleh yaitu menduduki jabatan sementara di kantor akuntan di
Madras. Suatu langkah pertama, sebelum memohon kepada salah seorang anggota
Masyarakat matematikal India (Indian Mathematical Society), Ramachandra Rao, yang
tinggal di Nellore, untuk membangun perpusatakaan matematika. Ramachandra
menyarankan agar dia kembali ke Madras dan mencoba, namun gagal, bea siswa untuk
Ramanujan. Akhirnya, tahun 1912, Ramanujan menjadi karyawan di bagian akunting di
sebuah perusahaan di Madras.

Tanpa pendidikan universitas, namun namanya sangat kondang dalam kalangan


matematikawan di Madras sehingga pekerjaan di atas diperoleh lewat rekomentasi E.W.
Middlemast yang menjadi profesor matematika di Presidency College di Madras.
Lingkungan kerja yang sangat akrab dengan matematika karena kepala bagian akunting,
S.N. Aiyar, adalah seorang matematikawan ulung sekaligus mengarang makalah On the
distribution of primes pada tahun 1913 yang merupakan karya Ramanujan.

Kuliah di Cambridge
Seorang profesor di Madras mengenali bakat matematika Ramanujan, karena lulusan
Inggris, mengirim karya-karya Ramanujan kepada rekannya di College London. M.J.M.
Hill tidak dapat memahami karya Ramanujan tentang deret-deret divergen. Begitu pula
surat Ramanujan kepada E.W. Hobson dan H.F. Baker tidak pernah dibalas. Awal tahun
1913, Ramanujan mengirim surat kepada G.H. Hardy dengan melampirkan karyanya
Orders of infinity, sambil memperkenalkan dirinya dan riset-riset yang sedang
dilakukannya.

Hardy bersama dengan Littlewood, mempelajari daftar panjang theorema-theorema yang


disertakan bersama surat itu. Kurang dari dua bulan, Hardy membalas surat Ramanujan
yang intinya menyebutkan:

Saya sangat tertarik dengan surat dan teorema-theorama yang anda tulis. Saya tidak
mempunyai wewenang untuk menilai namun karya-karya anda dapat dipilah menjadi
tiga kategori:

1. Berisikan beberapa hasil yang sudah pernah ada, atau mudah dibuktikan dari
theorema-theorema yang pernah ada.
2. Terdapat beberapa hal baru dan menarik, yaitu mengusik rasa ingin tahu,
menarik, dan sulit, namun kurang terlalu penting.
3. Ada beberapa penemuan baru dan sangat penting

Surat balasan dari Hardy ini menggembirakan hati Ramanujan, sehingga dia langsung
mengirimkan surat kedua. Isi surat kedua, intinya, menyebutkan bahwa dirinya sedang
menderita kelaparan dan mohon bantuan Hardy agar mengupayakan untuk memperoleh
bea siswa dari pemerintah India agar dapat masuk universitas. Ternyata bukan bea siswa
masuk ke universitas Madras yang diperoleh Ramanujan. Pada pertengahan tahun 1913,
Hardy sukses mengusahakan bea siswa untuk Ramanujan agar menuntut ilmu di Trinity
College, Cambridge. Setelah melalui prosedur yang “cukup” sulit akhirnya Ramanujan
berlayar dari India menuju London. Ramanujan adalah pemeluk Brahma ortodoks yang
melarang para pemeluknya melakukan perjalanan jauh dan menganut vegetarian.

Lulus universitas
Ramanujan mendarat di London pada pertengahan bulan April 1914. Beristirahat
beberapa minggu dengan tinggal di rumah E.H. Neville, rekan kerja Hardy, sebelum
diantar ke Cambridge dan tinggal di asrama Trinity College pada akhir bulan April 1914.
Dampak PD I (Perang Dunia I) sangat terasa sehingga makanan sulit diperoleh dan diet
vegerarian membuat kesehatan Ramanujan yang tidak prima menjadi makin parah pada
tahun-tahun ini.

Sejak awal, hampir semua karya Ramanujan berkolaborasi dengan Hardy, karena tidak
ada pendidikan formal yang dikecap oleh Ramanujan. Littlewood sempat membantu
membimbing Ramanujan dengan mengajarkan metode-metode matematikal baku. Hal ini
tidak berlangsung lama karena kemudian Littlewood pergi perang ketika ada panggilan
tugas dan mulailah Ramanujan bekerja sama dengan Hardy yang tetap berada di
Cambridge. Tahun 1915, Ramanujan sakit selama lima bulan, karena tidak “cocok”
dengan musim dingin. Tidak dapat berkarya dan hanya mengeluarkan karya-karyanya
selagi masih di India, namun berjanji kepada Hardy bahwa dirinya akan menerbitkan
karya-karya baru setelah PD I usai. Pada tahun 1916, Ramanujan lulus dari Cambridge
dengan gelar BS (Bachelor of Science) dengan melakukan riset (pada tahun 1920 gelar
BS diganti dengan Ph.D.). Disertasinya membahas tentang Highly composite numbers
dan dibagi ke dalam tujuh makalah dan diterbitkan di Inggris.

Sakit-sakitan
Pada tahun 1917, Ramanujan sakit akut dan dikuatirkan meninggal oleh dokter di Inggris.
Namun kekuatiran ini ternyata tidak terjadi bahkan pada akhir tahun 1918, kesehatannya
sangat cepat membaik. Tahun 1918 adalah tahun kejayaan Ramanujan. Dipilih menjadi
anggota Cambridge Philosophical Society dan selang tiga hari kemudian diangat menjadi
anggota Royal Society of London. Nama Ramanujan, akhirnya, dapat bersanding dengan
matematikawan kesohor seperti: Hardy, Forsyth, Whitehead, Bromwich, MacMahon,
Littlewood, Hobson. Menjelang akhir tahun yang sama, juga dipilih menjadi anggota
Trinity College, Cambridge.

Dalam suatu kesempatan, ketika Hardy yang menjenguk Ramanujan yang sedang
terbaring di kasur rumah sakit Putney, dihadapkan pada pertanyaan: “Ke rumah sakit
dengan mengendarai kendaraan apa?” Sempat terkejut, namun Hardy langsung
menjawab: “Taksi nomor 1729”, jawab Hardy singkat. “Nomor yang menarik karena
bilangan itu menggambarkan perjumlahan bilangan pangkat tiga (kubik) yang berbeda.”
Anda juga Ingin tahu alasan dari jawaban pasien yang jenius ini. Perhatikan: 1³ + 12³ =
1729 = 9³ +10³.

Meskipun dalam kondisi sakit namun bakat matematika Ramanujan tidak berkurang, dan
mampu berkarya dengan kualitas yang sama. Setelah sembuh, Ramanujan pulang ke
India dengan mengemban pesan Hardy, bahwa: ”Perkembangan sains dan reputasi
matematika Ramanujan adalah suatu harta karun, namun tidak mengubah pribadi
Ramanujan yang tetap tampil sederhana.”

Riset matematika
Dalam suratnya kepada Hardy pada tahun 1913, Ramanujan sudah menunjukkan bahat
matematikanya yang luar biasa. Saat ini dia sudah mengupas deret Riemann, integral-
integral elipstik, deret-deret hipergeometrik dan persamaan-persamaan fungsional dari
fungsi zeta. Secara terpisah, juga mendalami karya-karya Gauss, Kummer dan
matematikawan lainnya tentang deret-deret hipergeometrik. Kiprah Ramanujan dalam
bidang ini adalah melakukan perjumlahan parsial dan deret-deret hipergeometrik
berpangkat yang akhirnya memicu perkembangan topik ini. Barangkali karya
Ramanujan yang paling utama adalah partisi-partisi bilangan p)n) dar integer n ke dalam
SUMMAND?? . MacMahon membuat tabel nilai r(n) untuk bilangan n kecil, dan
Ramanujan menggunakan data numerikal untuk membuat prakiraan (conjecture) untuk
hal-hal lain yang sudah digunakannya dalam membuktikan fungsi-fungsi eliptik.
Beberapa lainnya baru dapat dibuktikan setelah Ramanujan meninggal. Beberapa
makalahnya yang belum diterbitkan berisi theorema-theorema yang perlu dibuktikan oleh
matematikawan berikutnya. G.N. Watson, profesor matematika murni di Birmingham
antara tahun 1918 sampai 1951 menerbitkan 14 makalah dengan judul Theorems stated
by Ramunujan, juga menerbitkan hampir 30 makalah yang diinspirasi oleh karya-karya
Ramanujan, Hardy juga menyerahkan manuskrip-manuskrip yang ditulisnya bersama
Ramanujan sebelum tahun 1914 serta karya-karya akhir Ramanujan sebelum meninggal
di India.

Kembali ke India
Awal tahun 1919, Ramanujan kembali ke India. Tidak ada rumah sakit dengan fasilitas
yang memadai, sehingga akhirnya Ramanujan meninggal setahun kemudian. Peran dan
sumbangsih Ramanujan diabadikan oleh pemerintah India dengan menerbitkan prangko
bergambar wajahnya bersamaan dengan ulang tahun ke-75.

Sumbangsih
Nasib Ramanujan mirip dengan Abel dalam hal meninggal pada usia muda karena masa
kecil yang malnutrisi. Kiprahnya cukup banyak, meskipun hampir semua dilakukan
bersama (kolaborasi) dengan G.H. Hardy. Yang patut disimak adalah semangat dan
gagasan matematikanya banyak yang relatif baru. Meskipun juga mempelajari topik-topik
lama (misal: bilangan-bilangan Bernoulli), namun ide tentang fungsi-fungsi elips
merupakan modular adalah relatif baru pada jaman itu.

Emmy Amalie Noether


(1882 – 1935)

Masa kecil
Max Noether, seorang matematikawan dan profesor di Erlangen menyunting Ida
Kaufmann yang berasal dari keluarga bangsawan di Cologne, mempunyai putri bernama
Emmy Noether. Kedua orang tuanya adalah keturunan Yahudi dan Emmy anak sulung
yang mempunyai tiga orang adik laki. Terhitung dari tahun 1889 sampai dengan 1897,
Emmy mengenyam pendidikan di Erlangen. Mempelajari bahasa Jerman, Inggris,
Perancis, aritmatika bahkan belajar piano. Kepiawaian ini membuat Emmy berniat
menjadi guru bahasa dan setelah mendalami bahasa Inggris dan Perancis, mengikuti ujian
di Bavaria. Lulus pada tahun 1900 dengan sebagai guru bahasa Inggris dan Perancis
bersertifikat, sebelum mengajar sekolah khusus untuk wanita di Bavaria.

Tampaknya profesi guru kurang menantang sehingga memutuskan untuk kuliah


matematika di Universitas – sesuatu yang janggal bagi seorang wanita. Ijin kuliah
diberikan oleh pihak Universitas dan selama lebih dari 2 tahun (1900 – 1902), Emmy
kuliah di Universitas Erlangen. Tahun 1903, lulus ujian matrikulasi yang diselenggarakan
di Nurnberg, sebelum kuliah di Gottingen dengan pengajar-pengajar berkualitas seperti:
Hilbert, Kelin dan Minkowski.

Karir lanjutan
Mulai tahun 1904 Noether mulai diperkenankan menjadi matrikulasi di Erlangen dan
pada tahun 1907 mendapat gelar doktorat setelah bekerja di bawah bimbingan Paul
Gordan. Jika theorema utama Hilbert yang menunjukkan keberadaan adanya invarian
dalam jumlah terbatas untuk jumlah peubah, n. Gordan dengan menggunakan metode
kontruktif sampai juga pada kesimpulan yang sama. Thesis Noether menggunakan cara
kontruktif dari Gordan dan dapat ditemukan ada 331 bentuk kovarian. Rupanya
pendidikan tinggi belum mau menerima wanita sebagai pengajar sehingga Noether tetap
di Erlangen dengan status membantu sang ayah, yang sudah diungguli oleh kehebatan
anaknya sendiri. Tidak mau sekedar membantu, Emmy aktif melakukan penelitian
sendiri. Pengaruh Fischer (pengganti Paul Gordan) membuat Noether kembali menekuni
invarian, namun dengan menggunakan metode abstrak dari Hilbert. Reputasinya segera
terdongkrak sehingga negara-negara lain, seperti Italia dan Belanda memberinya
penghargaan. Tahun 1913, pulang menghadiri pertemuan tahunan di Salzburg, Noether
langsung didauluat menjadi pengajar di Wina.

Tahun 1915, Hilbert dan Kelin memohon agar Noether kembali ke Gottingen, karena
keduanya memperjuangkan agar Noether dapat mengajar di sana, namun ijin baru
diberikan pada tahun 1919. Selama kurun waktu itu (1915-1919), Noether mengajar
namun hanya sebagai asisten Hilbert.

Karya-karya
Tulisan Noether pertama kali dibuat begitu pulang ke Gottingen yaitu tentang fisika teori
yang mengukuhkan namanya lewat cetusan theorema Noether, dimana membutktikan
adanya keterhubungan simetris antara fisika dan prinsip-prinsip pelestarian
(conservation). Karyanya tentang teori invarian memberi inspirasi bagi formulasi
beberapa konsep yang termaktub dalam teori relativitas umum Einstein. Dalam suratnya
kepada Hilbert, Einstein tidak lupa memberi pujian kepada Noether.

Setelah di Gottingen (1919), Noether meninggalkan teori invarian dan menekuni teori
ideal, menghasilkan teori abstrak yang nantinya digunakan untuk pengembangkan aljabar
modern. Tahun 1924, Noether berkolaborasi dengan van der Waerden yang datang ke
Gottingen. Sekembalinya ke Amsterdam, Waerden mengarang dua jilid buku Moderne
Algebra, dimana dalam jilid kedua dicantumkan pemikiran-pemikiran Noether. Tahun
1927, berkolaborasi dengan [Helmut] Hasse dan [Richard] Brauer, mengembangkan
aljabar komutatif. Selain itu, Noether masih membantu mengedit jurnal Mathematische
Annalen.

Peran dalam teori relativitas umum


Hilbert yang mengangkat Noether sebagai asisten sangat terbantu. Namun, Einstein
mengaku bahwa karya Noether sangat membantu dirinya seperti yang dikatakan bahwa,
”Noether adalah jenius matematika yang sangat menonjol ketika pendidikan tinggi untuk
wanita dibuka.” Kata pujian ini disampaikan setelah Noether meninggal, dimana pada
saat itu kebetulan sama-sama bermukim di Princeton.

Noether menjadi asisten Hilbert dan theorema yang dicetuskan membantu Einstein,
sehingga dapat dikatakan sebenarnya ada ‘adu kecepatan’ dalam siapa yang pertama kali
mencetuskan teori relativitas umum? Hilbert atau Einstein. Keduanya sama-sama menjadi
penemu namun yang terlanjur dikenal oleh khalayak adalah Einstein. Tidaklah
mengherankan apabila hubungan kedua ilmuwan ini sangat buruk. Namun konflik ini
membawa hikmah karena kemudian Hilbert menekuni hal lain yang kemudian dicetuskan
dan dikenal dengan nama teori kuantum.

Ada dua peran utama Noether dalam membantu Einstein menuntaskan teori relativitas
umum. Pertama, theorema Noether tentang keterhubungan konservasi (conservation
relationship) untuk momentum-energi tensor, T, melengkapi persamaan bidang (field
equation); kedua, identiti-identiti dari Bianchi yang memperjelas bahwa kovarian umum
berlaku di sini: bentuk kura (curvature) memungkinkan hukum-hukum fisikal tetap tidak
berubah meskipun sistem koordinat digerakkan.

Pindah ke Princeton
Tahun 1933, Noether tidak dapat berkiprah lagi karena dinonaktifkan dari Gottingen
karena Nazi melarang keturunan Yahudi menduduki jabatan. Noether segera menerima
tawaran menjadi dosen tamu di Bryn Mawr College di Amerika dan menjadi pengajar di
Institute for Advance Study, Princeton.

Sumbangsih
Pengembangan teori invarian dengan cara Hilbert ternyata membantu Eistein
mengungkapkan teori relativitas umum. Meskipun kedudian Noether banyak
mengembangkan bidang ilmu lain, namun sumbangsih terbesar adalah teori invarian.

Tuhan ada sejak matematika adalah konsisten, dan setan ada sejak kita tidak dapat
membuktikan konsistensi.
(God exists since mathematics is consistent, and the devil exists since we connot prove the
consistency)

Morris Kline

Luitzen Egbertus Jan Brouwer


(1881 – 1966)

Riwayat
Luitzen Egbertus Jan Brouwer yang lebih sering ditulis dengan singkatan L.E.J.
Brouwer lahir di sebuah kota di Overschie (sejak 1941 kota ini termasuk wilayah
Rotterdam), Belanda. Di kalangan teman-temannya, Brouwer sering dipanggil
dengan nama “Bertus.” Pada tahun 1897, Brouwer mengikuti kuliah di universitas
Amsterdam untuk belajar matematika dan fisika. Salah seorang dosennya,
Diederik Korteweg, dosen matematika, kelak memberi pengaruh besar bagi
dirinya. Korteweg terkenal karena mengemukakan suatu persamaan yang
disebut persamaan Korteweg – de Vries. Dosen lain yang mempengaruhinya
adalah Gerrit Mannoury, dosen filsafat.

Tahun 1904, memperoleh gelar MA dalam bidang matematika. Karya pertama


adalah rotasi pada ruang empat dimensi di bawah bimbingan Korteweg. Pada
tahun yang sama, Brouwer menikah dengan Lize de Holl dan pindah ke
Blaricum, sebuah kota kecil dekat Amsterdam sampai akhir hayatnya.

Karakteristik intuisionisme Brouwer


Dasarnya adalah filsafat dari pikiran, dimana pemikiran ini banyak dipengaruhi
oleh pandangan Kant dan Schopenhauer. Matematika, menurut Brouwer, adalah
aktivitas berpikir secara bebas namun eksak, suatu aktivitas yang ditemukan dari
intuisi pada suatu saat tertentu. Tidak ada realisme terhadap obyek-obyek dan
tidak ada bahasa yang mampu menjembatani di sini. Ditambahkannya bahwa
tidak ada penentu kebenaran metamatikal di luar aktivitas berpikir, proposisi
yang hanya berlaku setika subyek sudah dibuktikan kebenarannya (dibawa ke
luar dari kerangka pemikiran); singkat kata Brouwer menyatakan (dalam kalimat
negatif) bahwa “Tidak ada kebenaran-kebenaran tanpa dilakukan pembuktian”
(there are no non-experienced truths).

Brouwer Konsisten dengan falsafahnya. Hal ini dinyatakan apalah matematika


perlu dibenahi agar kompartible atau tidak-kompartible dengan matematika klasik
adalah pertanyaan yang kurang penting lagi, dan tidak dijawab. Pandangannya
terhadap matematika tradisional, dia menganggap dirinya hanya sekedar
menjadi seorang tukang revisi. Disimpulkan, dimana artimatika intusionistik
adalah bagian (sub-sistem) dari aritmatika klasik, namun hal ini tidak berlaku
untuk analisis.

Untuk analisis: tidak semua analisis klasikal diterima atau dipahami secara
intusionistikal, tetapi tidak ada analisis intusionistik secara klasik diterima.
Brouwer mengambil langkah ini dengan segala konsekuensinya dengan
sepenuh hati. Bukan berarti pandangan Brouwer ini tidak ada yang mendukung.
Di luar negaranya, Belanda, pandangan ini didukung oleh Hermann Weyl.

Karya-karya utama
Karya utama Brouwer adalah pada teori topologi yang dirintisnya antara tahun
1909 sampai 1913. Menemukan karakteristik pemetaan topologikal dari bidang
Kartesian dan theorema-theorema bilangan pada titik tertentu (number of fixed
point theorems). Pemikiran Brouwer sangat berbeda dengan David Hilbert,
penganut formalis dan Bertrand Russell yang menganut aliran logika.

Sebelumnya, pada tahun 1905, mengarang buku kecil Life, Art and Mysticism
berisi bukan pengembangan dasar-dasar matematika, namun merupakan kunci
untuk mengembangkan dasar-dasar matematika yang kelak terangkum dalam
desertasi yang dikerjakan secara bersamaan pada saat itu dan baru dapat
diselesaikan dua tahun kemudian.

Thesis doktoralnya pada tahun 1906 adalah dasar-dasar matematika


mempertanyakan dasar-dasar matematika logikal dan bentuk utama dari aliran
intuisionis. Brouwer banyak mementahkan pembuktian-pembuktikan prinsip tidak
termaktub di tengah (Principle of the Excluded Middle disingkat PEM) yang pada
akhirnya dijabarkan dalam bentuk pernyataan benar atau salah. Tahun 1918,
Brouwer menerbitkan teori himpunan (set theory), tahun 1919 menerbitkan teori
pengukuran (measure theory) dan pada tahun 1923 menerbitkan fungsi-fungsi
teori yang semuanya dikembangkan tanpa menggunakan PEM. Sejak tahun
1914 sampai 1928, Brouwer adalah anggota dewan redaksi Mathematische
Annalen dan menjadi editor utama Compositio Mathematica yang terbit pertama
kali pada tahun 1934.

Merombak teori himpunan Cantor


Brouwer memegang prinsip bahwa matematika adalah aktivitas tanpa-perlu-
diutarakan (languageless) yang penting, dan bahasa itu sendiri hanya dapat
memberi gambaran-gambaran tentang aktivitas matematikal setelah ada fakta.
Hal ini membuat Brouwer tidak mengindahkan metode aksiomatik yang
memegang peran utama dalam matematika. Membangun logika sebagai studi
tentang pola dalam linguistik yang dibutuhkan sebagai jembatan bagi aktivitas
matematikal, sehingga logika bergantung pada matematika (suatu studi tentang
pola) dan bukan sebaliknya. Semua itu digunakan sebagai pertimbangan dalam
memilah antara matematika dan metamatematika (istilah yang digunakan untuk
‘matematika tingkat kedua’), yang kelak akan didiskusikan dengan [David] Hilbert
pada tahun 1909.

Berdasarkan pandangan ini, Brouwer bersiap merombak kembali teori himpunan


Cantor. Ketika upaya ini mulai dilakukan dengan ‘membongkar’ kategori bilangan
sekunder (bilangan ordinal tak terhingga/infinite) dan kategori bilangan ordinal
infiniti yang lebih besar, tapi juga gagal. Disadari bahwa metodenya tidak berlaku
dan tidak dapat menyelesaikan kategori-kategori bilangan lebih tinggi, dab hanya
meninggalkan bilangan ordinal terbatas (finite) dan tidak dapat diselesaikan atau
terbuka (open-ended) bagi sekumpulan bilangan ordinal tak-terhingga/infinite.

Tetap konsisten dengan pandangan falsafatnya, Brouwer mencoba


mengesampingan semua itu dan mau memahami matematika apa adanya. Tidak
lama dia juga mau menerima prinsip dalam logika, prinsip tidak termaktub di
tengah (PEM/Principle of the Excluded Middle), namun dalam disertasinya dia
tetap berpikir bahwa semua itu benar dan sahih namun tidak memberi manfaat,
menginterpretasikan p v ‫ ד‬p sebagai ‫ ד‬p → ‫ ד‬p

Membalas kritik
Lewat tulisanannya pada tahun 1908, The Unreliability of the logical Principles,
Brouwer mengformulasikan, dalam istilah-istilah umum, kritiknya terhadap PEM:
meskipun dalam bentuk sederhana p v ‫ ד‬p, prinsip yang tidak akan memicu
kontradiksi, dimana Brouwer memberikan contoh-contoh, diucapkan, tanpa ada
alasan positif untuk menerima bahwa hal itu benar dan sahih.

Inovasi ini memberi intuisionisme mempunyai ruang gerak lebih besar daripada
matematika konstruktif aliran-aliran lainnya (termasuk di sini disertasi Brouwer)
adalah pilihan-pilihan dalam melihat suatu deret. Banyak diketahui deret-deret
bilangan tak-terhingga (atau obyek-obyek matematikal lain) dipilih mendahului
yang lainnya oleh setiap matematikawan sesuai keinginan mereka masing-
masing. Memilih suatu deret memberi mereka impresi awal secara intuisi
menerima obyek yang ditulisnya pada buku yang terbit pada tahun 1914.;
prinsip yang membuat secara matematika mudah dikerjakan, prinsip
berkesinambungan, yang diformulasikan pada kuliah Brouwer pada tahun 1916.
Tujuan utama memilih deret merupakan rekonstruksi analisis; titik-titik dalam
(nidang) kontinuum (bilangan-bilangan nyata) yang diidentifikas dengan memilih
deret yang memenuhi persyaratan kondisi-kondisi tertentu. Memilih berbagai
pilihan deret dapat dilakukan dengan menggunakan alat uang disebut dengan
‘spread’, yang mempunyai fungsi mirip dengan analisis klasik Cantorian, dan
awalnya Brouwer menggunakan istilah ‘gabung’ (‘himpunan’) untuk berbagai
spread.

Guna mengukuhkan teori spread dan teori titik-titik ini yang digunakan sebagai
dasar ini, termaktub dalam dua makalah yang diterbitkan pada tahun 1918/1919,
Founding Set Theory Independently of the Principle of the Excluded Middle.

Merombak pemikiran matematikawan lain


Apakah setiap bilangan nyata mempunyai bilangan desimal (di belakang koma)
yang terus makin panjang (ekspansi)? Jawaban dari Brouwer adalah tidak,
namun guna alasan yang diberikan ditulis lewat makalah yang terbit pada tahun
1921. Di sini Brouwer menunjukkan bahwa seseorang dapat membangun suatu
pilihan atas deret yang memenuhi kondisi Cauchy bahwa suatu perkembangan
tertentu bergantung kepada problem yang akan diselesaikan. Tidak ada
ekspansi desimal dapat dipilih sebelum suatu problem dapat diselesaikan; dalam
pandangan Brouwer membatasi hal ini, yang dapat diartikan bahwa tidak ada
keberadaan ekspansi desimal sampai suatu problem dapat diselesaikan.
Termasuk di sini, seseorang dapat dapat membentuk bilangan nyata (misal:
mengurangi deret-deret yang dipilih) yang tidak mempunyai ekspansi desimal.
Pada tahun 1923, kemali, dengan menggunakan deret-deret terpilih dan
promblem-problem terbuka, Brouwer mengembangkan teknik umum yang
disebut dengan ‘Brouwerian counterexamples’ yang dipilah menjadi 2 kelompok:
kuat dan lemah.

 Lemah karena pengalaman kita tidak dapat mengetahui bagaimana


sesuatu itu dinyatakan benar ataupun salah. Dengan dasar deret bilangan
rasional, a(n), yang didefinisikan sesuai dengan praduga (conjecture)
Goldbach dapat ditulis sebagai:

a(n) = -(1/2)n apabila untuk setiap j ≤ n, 2j+4 adalah jumlah dua bilangan
prima
a(n) = -(1/2)k apabila untuk setiap k ≤ n, 2k+4 bukan merupakan jumlah
dua bilangan prima

 Kuat, dimulai dengan P(x) = ‘x adalah bilangan rasional’ dan Ŕ adalah


kontinuum intuisionistik, dalam konteks bilangan riil dipahami secara
intuisi. Awal sudah diketahui bahwa Ŕ adalah kontinuum sehingga tidak
dapat dipilah, atau dalam notasi himpunan dapat ditulis A U (union) B = Ŕ
dan A П (intersection) B = 0; apabila fungsi f: Ŕ →Ŕ didefinisikan sebagai:
f(x) = 0 jika x Є A
f(x) = 1 jika x Є B

Pengajar abadi

Menjadi pengajar tidak digaji di universitas Amsterdam sejak 1909, dimana dia
adalah profesor bidang teori himpunan, teori fungsi dan aksiomatis sejak 1912
sampai 1951. [David] Hilbert pernah menawari Brouwer untuk menggantikan
jabatannya di Gottingen namun akhirnya terjadi konflik.

Tahun 1928-1929, Hilbert mengetahui bahwa umurnya tidak lama lagi, dan dia
perlu merasa yakin bahwa setelah meninggalnya pandangan matematika
Brouwer jangan terlampau jauh sehingga mendepak Brouwer dari posisi sebagai
dewan editorial jurnal Mathematische Annalen. Einstein, yang ikut sebagai dalam
dewan editorial menolak menggunakan cara itu, meskipun anggota dewan lain –
agar tidak menyinggung perasaan Hilbert – menyatakan setuju dengan keinginan
Hilbert. Hal ini memberi luka mendalam bagi Brouwer, namun tetap
mendarmabaktikan dirinya sebagai pengajar. Pernah mengajar di Jenewa
(1934), Cambridge (1945-1951) sebelum pensiun dari universitas Amsterdam
(1951), mengajar di Afrika selatan (1952), di Amerika (1953) termasuk di
Princeton, Chicago, MIT. Sempat ditawari mengajar di Vancouver (1959) namun
batal karena pada tahun tersebut istrinya meninggal dan di Montana (1962).
Tahun 1966, Brouwer meninggal di Blaricum, Belanda, karena kecelakaan lalu-
lintas.

Sumbangsih
Dasar pemikiran aliran intusionis berbeda dan relatif sulit dicerna oleh mereka
yang tergolong pada aliran formalis. Pandangan Hilbert akan berbeda dengan
Brouwer dalam memandang problem yang sama. Brouwer adalah seorang
intuisionis yang buah pikirnya sangatlah cemerlang - setelah Riemann - dan
mampu memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika dari sisi intuisi
yang kemudian akan memicu para matematikawan melakukan pembuktian
dengan menggunakan intuisi mereka karena tidak semua problem matematika
dapat diselesaikan lewat jalur formalis

Pola-pola milik matematikawan, ibarat pelukis atau penyair, haruslah indah; ide-ide,
laksana rona warna-warna atau kota-kata, harus serasi secara hamonis. Keindahan adalah
ujian pertama: tidak ada tempat abadi di dunia ini bagi matematika buruk.
(The mathematician’s patterns, like the painter’s or the poet’s, must be beautiful; the
ideas, like the colours or the words, must fit together in a harmonious way. Beauty is the
first test: there is no permanent place in the world for ugly mathematics)

G.H. Hardy
Matematikawan penggemar cricket

Godfrey Harold Hardy


(1877 – 1947)

Masa kecil
Isaac Hardy seorang bendahara sekaligus guru seni di sekolah Cranleigh mempunyai istri
bernama Sophia, seorang guru dan sekolah pelatihan guru di Lincoln, dan mempunyai
anak lelaki yang diberi nama Godfrey Harold Hardy atau lebih sering ditulis dengan G.H.
Hardy. Meskipun mempunyai orang tua terpelajar dan termasuk golongan intelektual,
namun latar belakang keluarganya yang miskin membuat Hardy tidak dapat menikmati
pendidikan universitas. Hardy kecil bersekolah di tempat ayahnya menjadi guru sampai
berusia 12 tahun, dimana para gurunya terkesan dengan kejeniusan anak ini. Murid paling
pandai untuk semua mata pelajaran, sehingga tidak mengherankan banyak penghargaan
diraih dan bea siswa diperolehnya.

Pada usia remaja ini tidak terlintas suatu pikiranpun bahwa kelak dia akan menekuni
matematika. Hal ini berbeda dengan masa kecil matematikawan lain. Disebutkan alasan
bahwa karir dalam bidang matematika tidak mampu memberi kebanggaan, matematika
hanya mata pelajaran yang harus diambil dan diuji terutama untuk mendapatkan bea
siswa.

Mulai menyukai matematika


Hardy mendapatkan bea siswa dari Winchester College pada tahun 1889, namun baru
masuk setahun kemudian. Winchester, pada saat ini, adalah sekolah terbaik untuk
matematika, namun entah mengapa kehidupan sekolah di sini tidak disukai oleh Hardy.
Barangkali karena sekolah ini tidak cocok dengan pribadi Hardy yang pendiam dan
pemalu. Tidak pernah ikut aktivitas non-akademis, meskipun Hardy suka bermain
cricket. Semasa masih bersekolah di Winchester ini, Hardy, sekali lagi, mendapat bea
siswa untuk masuk Trinity College, Cambridge, dan Hardy mulai kuliah di sini pada
tahun 1896.

Di bawah bimbingan mentor yang sangat terkenal, R.R. Webb, Hardy dengan cepat
mampu belajar untuk memperoleh nilai tinggi. Akhirnya dia kecewa, karena mentornya
ini lebih suka mencari nilai tinggi dalam ujian matematika dan mengajar trik-trik dalam
perdagangan, namun pada hakikatnya sama sekali tidak tertarik dengan matematika.
Tidak puas, maka Hardy mohon ganti mentor dan beralih minat dari matematika menjadi
sejarah.

Mentor kedua Hardy adalah A.E.H. Love, seorang profesor yang dengan cepat mampu
memahami karakter Hardy. Tidak lama Hardy mulai diajar konsep-konsep analisis,
menyarankan agar membaca analisis dari Jordan. Karya ini dapat membuka cakrawala
pemikiran matematika Hardy dan menjadi sangat tertarik dengan matematika.

Hardy mampu mulai dapat berprestasi dalam matematika. Menduduki posisi keempat
pada lomba Mathematical Tripos pada tahun 1898. Terpilih sebagai anggota Trinity pada
tahun 1900, dan memperoleh hadiah Smith bersama-sama dengan J.H. Jeans.

Bertemu Ramanujan
Setelah itu tak terhitung makalah yang dibuat mulai dari deret konvergen, integral.
Meskipun Hardy lebih dikenal sebagai Analis namun karya utamanya bagi matematika
adalah A course of pure mathematics (1908) yang berisi topik seperti bilangan
berpangkat, fungsi, limit yang terutama diperuntukkan bagi mahasiswa baru dan bahan
mengajar di universitas. Banyak makalah yang ditulis namun hanya kurang dari lima
buah yang dianggapnya memuaskan.

Perubahan terbesar terjadi setelah pada tahun 1911 berkolaborasi dengan J.E. Littlewood
yang bertahan sampai 35 tahun. Pada tahun 1913, Hardy menerima surat pertama dari
Ramanujan (baca: Ramanujan), mengundang Ramanujan ke Inggris sebelum akhirnya
menulis bersama dengannya. Pecah PD I pada tahun 1914, dan Ramanujan berada di
Cambridge, sehingga memudahkan mereka saling berkomunikasi meskipun kehidupan di
Inggris pada masa itu dapat dikatakan buruk.

Littlewood meninggalkan Cambridge untuk tugas perang dan ditempatkan di Royal


Artilerry. Hardy ingin menjadi sukarelawan perang namun ditolak karena alasan
kesehatan. Pernyataan Hardy yang menyebut bahwa: “Bangsa Jerman mempunyai sistem
pendidikan yang lebih unggul dan politikus Inggris tidak dapat dipercaya” membuat
Cambridge tidak berkenan lagi kepadanya. Melihat tidak ada lagi peluang di Cambridge,
Hardy pergi ke Oxford dengan menjadi profesor geometri. Mengajar di Oxford ternyata
menggembirakan hatinya, dan pada masa ini karya matematika Hardy berkolaborasi
dengan Littlewood dilanjutkan meskipun Littlewood masih di Cambridge.

Kembali ke Cambridge

Ketika masih di Cambridge, Hardy tinggal di tempat yang dapat dikatakan sangat
sederhana, sehingga Hilbert pernah menulis surat kepada pimpinan Cambride untuk
memperlakukan Hardy dengan lebih baik karena disebutkannya bahwa Hardy adalah
matematikawan terkemuka Inggris masa itu.

Hardy tetap hidup sederhana dengan menjadi Presiden asosiasi pekerja saintifik. Pada
masa 1928-1929, adalah masa berat (depresi yang melanda dunia diawalai oleh kejatuhan
Wallstreet terjadi pada bulan Oktober 1929) dan Hardy menjadi dosen di Princeton dalam
program pertukaran dosen dengan Veblen yang mengajar di Oxford.
Dasar berjodoh dengan Cambrigde, pada tahun 1931, Hardy kembali ke Cambridge dan
menduduki jabatan Hobson yang pesiun. Disebutkan bahwa ada dua alasan utama Hardy
kembali. Pertama, Cambridge dianggapnya tetap sebagai pusat matematika di Inggris
dan kedua, tidak dapat menempati tempat tinggalnya dahulu dimana hal ini tidak
dimungkinkan ketika di Oxford.

Minat matematika Hardy beragam namun hanya berkutat dengan matematika murni –
analisis Diophantine, jumlah deret divergen, deret Fourier, fungsi zeta dari Riemann,
distribusi bilangan prima adalah beberapa topik yang menarik hatinya. Kolaborasi dengan
Littlewood dengan kemampuan teknik matematikal tinggi ccocok untuk Hardy yang
akhirnya mampu menulis makalah yang mudah dimengerti.

Karya kolaborasi
Hardy adalah metematikawan tulen yang tidak pernah berharap matematika dapat
diterapkan. Selain dengan Ramanujan dan Littlewood, Hardy juga menulis makalah
dengan berkolaborasi dengan Titchmarsh, Ingham, Edmund Landau, Polya, E.M. Wright,
W.E. Rogosinski dan Marcel Riesz.

Meskipun Hardy tidak mau menekuni matematika terapan, namun pada awal karirnya
(1908), mencetuskan hukum yang menggambarkan bagaimana proporsi pelakuan genetik
untuk gen dominan dan gen resesif yang lahir dalam suatu populasi yang besar. Bagi
Hardy hal ini tidak penting, namun orang lain menyebutkan bahwa hukum ini menjadi
penting dalam menentukan distribusi kelompok dalam darah.

Kesenangan lain Hardy selain matematika adalah cricket. Setelah makan pagi, mulai
melakukan riset matematika mulai dari 09.00 sampai 13.00. Selesai makan siang, Hardy
berjalan ke lapangan untuk menonton pertandingan cricket di lapangan universitas atau
mengamati skor pertandingan cricket dari koran The Times. Menjelang sore hari jalan
kaki pulang, sebelum makan malam yang selalu ditutup dengan minum anggur atau
bermain tenis di malam hari.

Masa tua
Sebagai profesor tentunya mempunyai sifat unik. Hardy juga mempunyai sifat ini. Tidak
suka melihat cermin dan difoto. Saat menginap di hotel, cermin selalu ditutupi handuk.
Meskipun Hardy tidak percaya akan Tuhan, namun Hardy bermain dengan ‘mengecoh
Tuhan’ (fool God).

Dalam kunjungan ke Denmark, dia mengirim kartu pos yang menyatakan dapat
membuktikan hipotesis Riemann. Ketika ditanya apa alasannya, dijawab dengan ringan
bahwa jika dalam perjalanan pulang dengan kapal dia mati tenggelam, maka dia akan
meninggalkan teka-teki yang terkenal seperti halnya TTF (Theorema Terakhir Fermat).

Pada kesempatan lain, Hardy menonton cricket dengan memakai jas hujan, membawa
payung. Begitu ada orang bertanya apa alasannya memakai semua atribut di hari cerah
ini, dikatakan bahwa Tuhan akan berpikir bahwa dirinya mengharapkan terjadi hujan.

Perang Dunia II kembali memberi penderitaan pada Hardy. Pada masa ini dia terserang
penyakit jantung dan begitu perang usai kesehatannya sangat buruk. Tidak mampu
berjalan kaki lagi karena menjadi sesak nafas dan akhirnya Hardy meninggal karena
jantung pada tanggal 1 Desember 1947.

Karya Hardy yang menjadi peninggalan adalah A Mathematicians apology (1940) berupa
gambaran tentang bagaimana matematikawan berpikir dan menikmati matematika.
Sumbangsih

Tidak banyak matematikawan yang konsisten dengan menekuni matematika, tanpa


berupaya membumikan matematika. Hardy rupanya menyukai matematika terlepas dari
matematika terapan. Tidak banyak gagasan sendiri, namun karya-karya kolaborasinya
dapat dikatakan sangat banyak. Seperti yang dikatakan Hilbert, Hardy disebutkan salah
satu matematikawan terkemuka lagi setelah Newton.

Matematika adalah satu-satunya ilmu pengetahuan dimana tak seorangpun mengetahui


apa yang dikatakan begitu pula jika apapun yang dikatakan adalah benar.
(Mathematics is the only science where one never knows what one is talking about nor
whether what is said is true)

Bertrand Russell

Matematikawan pemenang Nobel kesusastraan

Bertrand Arthur William Russell


(1872 – 1970)

Masa kecil
Merupakan suatu keberuntungan bahwa Bertrand Russell terlahir sebagai cucu dari Lord
John Russell, yang menjabatan sebagai Perdana Menteri selama dua kali pada masa
pemerintahan Ratu Victoria, sehingga sejak kecil Russell dapat menikmati pendidikan
bermutu tinggi. Ayah Bertrand Russell bernama Viscount Amberley dan ibunya bernama
Katherine, anak perempuan kedua dari Baron Stanley dari Alderley.

Awal pendidikan dilakukan dengan mengundang guru secara privat sebelum masuk
Trinity College, Cambridge untuk mempelajari matematika dan sains moral dan terutama
sekali tentang bahasa dan sejarah Perancis dan Jerman. Ketika Russell berusia 2 tahun,
ibunya meninggal, disusul ayahnya pada saat Russell masih berusia 4 tahun. Masih belum
selesai. Kakeknya meninggal saat Russell kecil berusia 6 tahun sehingga Russell,
akhirnya, ada di bawah bimbingan neneknya, Lady Russell. Mengenyam pendidikan
kelas wahid karena dididik guru-guru privat terbaik sebelum masuk ke Trinity College,
Cambridge dengan mengambil jurusan ilmu tentang moral dan matematika. Lulus
Cambridge pada tahun 1894 dan beberapa bulan kemudian diangkat menjadi atese
Kedutaan Inggris di Perancis.

Paradoks Russell
Tahun 1901, Russell mengungkapkan apa yang kemudian dikenal sebagai paradoks
Russell (Russell paradox), yang muncul pada karyanya Principles of Mathematics (1903).
Paradoks ini timbul dalam kaitannya antara suatu himpunan yang menjadi bagian dari
berbagai himpunan namun bukan anggota itu sendiri. Signifikansi paradoks ini
mengikuti, menurut pandangan logika klasik, semua pernyataan akan selalu diikuti oleh
kontradiksi. Menurut pandangan matematikawan lain (termasuk Hilbert dan Brouwer)
tidak ada pembuktian yang layak untuk menjawab logika semua pernyataan matematika
yang kontradiktif. Pada awal abad ini karya-karya yang menyangkut logika, teori
himpunan, filsafat dan dasar-dasar matematika tumbuh dengan suburnya.

Paradoks ini rupanya hasil sampingan dari pernyataan aksioma tak difinisi (unrestricted)
atau abstraksi yang menjadi bagian dari teori himpunan. Aksioma yang dimunculkan oleh
Cantor dalam bentuk penyataan P(x), dimana x adalah peubah bebas, dimana akan
menentukan himpunan yang anggota-anggotanya memenuhi kriteria P(x).
Mengawali paradoksnya, Russell membedakan himpunan menjadi dua, yaitu: himpunan
normal dan himpunan tak-normal.
* Himpunan normal adalah himpunan yang tidak berisikan dirinya sendiri sebagai
anggota himpunan.
Contoh: himpunan semua kucing, himpunan siswa disebut sebagai himpunan normal,
karena himpunan itu sendiri bukanlah kucing atau siswa.
* Himpunan tak-normal adalah himpunan yang berisikan dirinya sendiri sebagai anggota.
Contoh: himpunan semua yang bukan kucing, himpunan semua yang bukan siswa.

S = {x x €/ x}

Apakah S anggota dari S?


- Apabila S €/ S, maka S memenuhi kriteria (x €/ x) menjadi anggota himpunan S, dan
paradoksial terjadi, S € S.
- Apabila S €/ S, tidak dapat memenuhi kriteria (x €/ x) menjadi anggota himpunan S, dan
paradoksial terjadi, S €/ S.

* €/ (Bukan anggota himpunan); € (anggota himpunan)

Kontradiksi: Jika S €/ S maka S € S; jika S € S, maka S €/ S disebut dengan paradoks


Russell.
Untuk memperjelas (atau membuat makin tidak jelas) paradoks tersebut, Russell
memberi puisi yang berjudul Paradoks tukang cukur:

Saya mencukur semua orang di desa, yaitu hanya orang yang tidak mencukur dirinya
sendiri.

Tertarik dengan matematika


Desember 1894, Russell menikah dengan Alys Pearsal Smith, sebelum pergi ke Berlin
untuk mendalami demokrasi sosial selama beberapa bulan. Setelah itu menetap di dekat
Haslemere, yang mencurahkan waktunya untuk mempelajari filsafat. Tahun 1900,
menghadiri konggres matematikal di Paris. Pada kesempatan ini Russell tertarik dengan
pemikiran matematikawan Italia, Peano, sehingga serta merta mempelajari makalah-
makalah Peano. Tidak lama dia menulis Principles pada tahun 1903, namun teori
temuannya baru muncul sebagai artikel pada tahun 1908 Mathematical Logic as Based on
the Theory of Type.

Terpilih sebagai anggota Royal Society pada tahun 1908. Tidak lama kemudian bersama,
rekannya, Alfred North Whitehead berkolaborasi mengarang Principia Mathematica
yang terdiri dari 3 jilid dan terbit pada tahun 1910, 1912 dan 1913 yang dapat disebut
karya puncaknya. Dalam buku ini mereka berdua memberi penjelasan rinci tentang
turunan-turunan (derivation) dari theorema-theorema utama dalam teori himpunan,
aritmatika terhingga dan tak-terhingga dan teori pengukuran dasar. Berencana mengarang
buku tentang geometri, namun tidak pernah dapat diselesaikannya.

Memilih karir di Trinity, namun karirnya di Trinity tidak bertahan lama karena Russell
dicurigai dan banyak terlibat dengan kegiatan-kegiatan anti-perang sehingga tahun 1916,
diberhentikan dari Trinity. Pihak Trinity pernah memberi peringatan, namun tidak
digubris sehingga dilaporkan ke pihak berwajib, dan Russell sempat masuk penjara
selama 6 bulan. Di dalam penjara ini, Russell menulis Introduction to Mathematical
Philosophy (1919).

Menjadi dosen
Tahun 1920, Russell mengunjungi Rusia guna mempelajari kondisi-kondisi
Bolshevikisme secara langsung, sebelum pergi ke Cina untuk mengajar filsafat di
Universitas Peking. Bercerai, kembali menikah dengan Dora Black dan tinggal di
Chelsea. Tahun 1927, bersama istrinya mendirikan sekolah untuk anak-anak, namun
tidak dilanjutkan pada tahun 1932. Kembali cerai pada tahun 1935, namun pada tahun
yang sama menikah dengan Patricia Helen Spence. Tahun1938 pergi Amerika dan
mengajar di pelbagai universitas terkemuka di sana. Terlibat masalah hukum ketika
mengajar filsafat di College of the City of New York karena pandangan Russell tentang
moralitas ‘sedikit’ berbeda. Kontrak mengajarnya serta merta diputus, sebelum akhirnya
Russell menerima kontrak mengajar selama 5 tahun pada Yayasan Barnes yang diketuai
oleh Albert C. Barnes pada tahun 1943.

Tidak pernah mau kembali ke Trinity sampai tahun 1944. Menikah empat kali dan
banyak terlibat dengan affair-affair, dimana semua ini membuat dirinya gagal menjadi
kandidat Parlemen pada tahun 1907, 1922 dan 1923. Diangkat menjadi Earl Russell pada
tahun 1931, setelah saudaranya meninggal.

Pemikiran Russell
Russell mencetuskan teori tipe-tipe pada tahun 1908. Teori dipilah menjadi dua versi,
“teori sederhana” dan “teori turunan (ramified).” Kedua versi teori ini mendapat kritik
tajam. Disebutkan bahwa teori ini terlalu dangkal karena tidak dapat menyelesaikan
paradoks-paradoks yang diketahui. Bagi pihak lain teorinya terlalu mendalam karena sulit
dipraktekkan ke dalam difinisi-difinisi matematika karena terlalu konsisten, dan
melanggar prinsip lingkaran tak-berujung (vicious circle).

Tanggapan Russell bagi yang kritik kedua adalah, dalam lingkup teori turunan (ramified),
aksioma diubah menjadi lebih sederhana (reducibility). Meskipun aksioma ini dapat
‘mengendurkan’ prinsip lingkaran tak-berujung dalam aplikasinya, namun banyak orang
yang menyatakan bahwa cara ini terlalu disederhakan guna diselaraskan dengan filsafat.

Pada saat bersamaan Russell juga menekuni logika, teori bahwa matematika dapat diubah
secara sistematis (reducible) menjadi logika. Sanggahan pertama terdapat dalam
Principles, dan sanggahan lebih rinci ada dalam Principia Mathematica, logika Russell
terdiri dari dua proposisi atau argumen (thesis). Pertama, semua kebenaran-kebenaran
matematikal dapat ditetapkan sebagai bagian dari logika. Kedua, semua pembuktian-
pembuktian matematikal dapat dimanifestasikan sebagai pembuktian-pembuktian logikal
atau dengan kata lain theorema-theorema matematika menjadi bagian tak terpisahkan dari
logika.

Seperti [Gottlob] Frege, gagasan awal Russell mempertahankan logika yang menyatakan
bahwa bilangan-bilangan dapat diidentifikasikan sebagai kelompok dalam kelompok dan
pernyataan-pernyataan bilangan-theoritik.

Contoh: bilangan 1 dapat diidentifikasikan dengan semua satuan kelompok dari suatu
kelompok, dan bilangan 2 diidentifikasi sebagai kelompok yang beranggotakan dua
kelompok dan seterusnya. Pernyataan, misal, ada “dua buah buku” dapat dinyatakan
sebagai “Ini buku x dan ada buku y, dimana y dan x tidak identik. Disusul dengan
operasi-operasi bilangan –teoritis yang dapat dijelaskan dengan notasi dan istilah yang
biasa dipakai dalam himpunan seperti: interseksi, union, dan sejenisnya.

Dengan cara yang sama Russell berupaya menggunakan logika untuk menjelaskan
problem-problem mendasar dalam matematika, selain itu juga digunakan untuk
menyelsaikan problem-problem dalam filsafat. Sebagai salah satu penggagas “filsafat
analitik’, Russell dikenang dalam karyanya dengan menggunakan logika tingkat pertama
(first order) untuk menunjukkan bagaimana berbagai jenis kalimat dapat dipilah ke dalam
predikat-predikat dan peubah-peubah kualitiatif.

Aktivis sampai tua


Russell kembali terpilih sebagai anggota Royal Society pada tahun 1944. Mendapatkan
medali Sylvester dari Royal Society dan tahun 1934 mendapat medali de Morgan dari
London Mathematical Society. Puncaknya adalah memperoleh hadiah Nobel dalam
bidang kesusastraan pada tahun 1950. Rupanya makalah “Logical Atomism” yang
dikarang pada tahun 1924 tentang pandangan filsafat mampu memberi sumbangsih bagi
perkembangan sejarah filsafat.

Selama tahun 1950-an sampai dengan tahun 1960-an, Russell menjadi inspirasi bagi
kalangan remaja karena kampanye anti-perang dan protes anti-nuklir yang
dicanangkannya. Bersama dengan Einstein, pada tahun 1955, mengeluarkan manifesto
yang berisikan pelucutan senjata nuklir.

Keterlibatan Russell dengan pelucutan senjata nuklir makin gencar sehingga ditangkap
masuk penjara. Dihukum penjara selama dua bulan namun sakit dan harus dirawat di
rumah sakit penjara. Russell tetap menjadi figur publik sampai meninggalnya di usia 97
tahun.

Sumbangsih
Memberi kelengkapan dan warna matematika. Menggunakan matematika, khususnya
teori himpunan, untuk menyelesaikan problem-problem matematika, filsafat dan
mencoba dengan problem-problem kualitatif. Pandangan-pandangan filsafat dan berbagai
karya yang menyangkut banyak topik merupakan peninggalan Russell.

Adalah suatu baru ujian bagi teori-teori yang sahih tidak hanya untuk disimpan namun
digunakan untuk memprediksi suatu fenomena
(It is a test of true theories not only to account for but to predict phenomena)

William Whewell

Matematikawan yang mengalami dua Perang Dunia

Jacques Salomon Hadamard


(1865 – 1963)

Masa kecil
Amedee Hadamard menikah dengan Claire Marie Jeanne Picard dan setahun kemudian
lahirlah Jacques Salomon Hadamard (selanjutnya disingkat Hadamard) di Versailles,
Perancis. Amedee adalah keturunan Yahudi adalah guru yang mengajar banyak subyek
seperti: klasik, tata-bahasa, sejarah dan geographi, sedangkan ibunya adalah guru piano
yang mengajar piano di rumah. Ketika Hadamard lahir sebagai anak sulung, Amedee
masih mengajar di Versailles, namun saat Hadamard berusia tiga tahun, mereka pindah
ke Paris dan Amedee menduduki suatu jabatan di Lycee Charlemagne.

Pada masa itu tinggal di Paris bukanlah hal yang menyenangkan. Perang Perancis dengan
Jerman yang dimulai pertengahan tahun 1870 berakhir tragis bagi Perancis karena tidak
sampai 2 bulan Paris sudah dikepung pasukan Jerman. Penduduk yang kena ‘embargo’
ini membunuhi kuda, kucing dan anjing guna menyambung hidup mereka. Hadamard
bahkan memakan daging gajah untuk bertahan hidup. Awal tahun 1871, Paris menyerah
dan harus menandatangani perjanjian Frankfurt pada tanggal 10 Mei 1871, yang memberi
aib bagi Perancis. Selang waktu antara keharusan untuk menyerah dan penandatanganan
perjanjian itu, pecah perang sipil di Paris dan rumah Hadamard rata dengan tanah karena
dibakar.

Perang membawa petaka sendiri bagi Hadamard. Adik perempuan Hadamard, Jeanne
meninggal pada tahun 1870 sebelum Paris dikepung dan aik perempuan lainnya, Suzanne
yang lahir pada tahun 1871, meninggal pada tahun 1874.

Masa sekolah
Hadamard sekolah di tempat ayahnya mengajar, Lycee Charlemagne. Semua pelajaran
diraih dengan nilai memuaskan kecuali matematika. Keahlian utama adalah bahasa
Yunani dan bahasa Latin, sedangkan untuk matematika sampai kelas V selalu menduduki
ranking hampir paling buncit. Pengaruh guru ternyata besar, pertengahan tahun pada
kelas V ini, Hadamard mampu meraih ranking 2 dalam bidang matematika karena senang
dengan cara mengajar guru matematika. Tahun 1875 terpilih sebagai murid teladan dan
menang dalam beberapa kejuaraan karena mampu memenangkan kompetisi antar siswa.
Rupanya tahun ini pula merupakan titik balik dalam hidup Hadamard.
Ayahnya dipindahkan ke Lychee Louis-le-Grand karena bukan pengajar yang cocok oleh
Lychee Charlemagne lagi dan kembali Hadamard bersekolah di sini mulai tahun 1876.
Lulus tingkat sarjana muda pada tahun 1882 dengan meraih penghargaan dalam bidang
sains. Menjadi juara pertama dalam aljabar dan mekanika pada kontes yang
diselenggarakan di Concours General pada tahun 1883.

Menjadi guru sekolah


Tahun 1884, Hadamard mengikuti ujian masuk Ecole Polytechnique dan Ecole Normale
Superieure. Di kedua universitas terkemuka ini Hadamard diterima dan masuk peringkat
satu. Hadamard memilih masuk Ecole Normale Superieure, dimana tidak lama berteman
dengan Hermite, Darboux, Appell, Jules Tennery, Goursat dan Emile Picard. Di
universitas ini Hadamard banyak melakukan riset, investigasi pada problem-problem
guna memperkirakan determinan yang terbentuk dari koefisien-koefisien deret-deret
berpangkat. Menjelang penghujung tahun 1888, Hadamard lulus.

Setelah lulus ini, sambil melakukan riset untuk meraih gelar doktorat, Hadamard menjadi
guru sekolah. Mengajar di Lychee Saint-Louis selama beberapa bulan sebelum bertahan
di Lychee Buffon selama tiga tahun. Menjadi guru sekolah yang kurang populer karena
mengajar mata pelajaran dan sulit serta banyak menuntut anak berprestasi. Salah seorang
muridnya, Frechet, kelak terus menjalin hubungan dengannya lewat korespondensi.
Gelar doktorat baru diraihnya pada tahun 1892 dengan tesis tentang fungsi-fungsi dari
deret Taylor. Karyanya tentang fungsi-fungsi peubah kompleks merupakan karya
rintisannya ini dapat digunakan untuk memeriksa teori umum fungsi-fungsi analitik,
teristimewa sekali tesisnya yang berisikan karya umum pertama tentang singulariti.

Pada tahun ini pula Hadamard mendapatkan Grand Prix des Sciences Mathematique
untuk makalahnya yang berjudul Determination of the number of primes less than a given
number. Makalah ini berusaha mengisi celah-celah pada karya Riemann tentang fungsi-
fungsi zeta, disertai dengan dukungan dari teman-temannya terutama Hermite dan
Stieltjes. Memang Stieltjes pernah menyatakan pada tahun 1885 bahwa dia dapat
membuktikan hipotesis Riemann, namun tidak pernah menerbitkan “pembuktian”, namun
setelah tahun 1890 disebutkan bahwa ada hadiah bagi siapapun yang dapat membuktikan
hipotesis itu, Stieltjes mengakui bahwa masih ada “lubang” dalam pembuktiannya yang
belum dapat “ditambal” olehnya.

Membuktikan theorema Riemann


Tahun 1892 adalah tahun istimewa bagi Hadamard. Selain meraih prestasi di atas terjadi
perubahan dalam kehidupan pribadinya. Pada tahun ini, Hadamard menikah dengan
Louise-Anna Trenel yang seperti halnya Hadamard mempunyai darah Yahudi. Mereka
saling mengenal sejak masa kanak-kanak dan sama-sama menyukaui musik. Setahun
setelah menikah mereka pindah ke Bordeaux dan Hadamard menjadi dosen universitas di
sana. Awal tahun 1896, Hadamard diangkat sebagai profesor bidang astronomi dan
mekanika di universitas Bordeaux. Selama empat tahun mengajar, Hadamard mempunyai
dua orang anak, Pierre dan Etienne, disamping terus melakukan riset.

Produktivitas Hadamard pada periode ini dapat dikatakan sangat luar biasa karena
mampu menerbitkan 29 makalah matematika dengan beragam topik, namun hasil yang
terpenting adalah pembuktian tentang theorema bilangan prima yang dicetuskan pada
tahun 1896 yaitu:

Jumlah bilangan prima ≤ n cenderung menjadi ∞ apabila n/ln n

Theorema cetusan Riemann ini (1851) memang menjadi topik favorit para
matematikawan pada sampai hari. Pada saat bersamaan (meskipun secara terpisah)
Poussin juga berusaha membuktikan dengan cara berbeda, yaitu menggunakan analisis
kompleks, namun tetap tidak dapat membuktikan theorema itu. Topik lain yang menjadi
perhatian Hadamard adalah menghitung lintasan (trajectory) yang memicu penemuan
persamaan-persamaan diferensial non-liner – dituang dalam bentuk makalah - ternyata
mampu memberi solusi pada bidang geodesi. Karya ini memberi sumbangsih dalam
bidang geometri dan hukum gerak (dinamik).

Karya lain yang diterbitkan semasa masih di Bordeaux adalah ketidaksamaan determinan
(inquality determinant). Matriks yang mempunyai determinan-determinan yang
memenuhi kuatilas tertentu dalam hubungannya dengan matriks disebut dengan matriks
Hadamard dan memegang peran penting dalam teori persamaan-persamaan integral,
coding theory dan bidang-bidang lain yang terkait.

Terlibat dengan politik


Di Bordeaux, Hadamard menerjunkan diri dalam dunia politik. Keterlibatan ini atas
ajakan Alfred Dreyfus, masih saudara jauh istrinya, yang datang dari Alsace. Dreyfus
adalah keturunan Yahudi dan mempunyai karir dalam bidang militer. Tahun 1894, dia
dituduh menjual rahasia perang kepada Jerman dan dihukum dengan penjara seumur
hidup. Ada nuansa diskriminasi di sini. Pada awalnya, Hadamard, sama seperti lainnya,
percaya bahwa Freyfus bersalah, namun begitu dokumen-dokumen diungkapkan,
tampaknya kasus ini direkayasa untuk kepentingan tertentu. Ketidakadilan ini membuat
Hadamard berujuk rasa menuntut tegaknya keadilan dengan segala upaya membebaskan
Dreyfus dari hukuman.

Pada tahun 1898, Hadamard mendapat dukungan dari novelis Emile Zola yang penuh
semangat menuntut Dreyfus dibebaskan dan pemerintah merehabilitasi nama baiknya.
Bahkan Zola pernah dipenjara dan didenda 3000 frank, namun Hadamard terus berupaya
keras memberisihkan nama Dreyfus sampai akhirnya disetujui pembebasan Dreyfus pada
tanggal 22 Juli 1906. Keterlibatan Hadamard dalam politik ini dilakukan setelah dia
mengundurkan diri dari jabatannya di Bordeaux pada tahun 1897 dan tinggal di Paris.
Pada masa ini pula Hadamard pernah menduduki jabatan kurang penting pada Fakultas
Sains di Sorbonne.

Kembali menekuni matematika


Sampai di Paris, Hadamard kembali produktif. Pada akhir tahun 1897, dia menerbitkan
buku pertama dari Lecons de Geometrie Elementaire, dilakukan sedikit perubahan pada
awal tahun 1898 dan disusul buku kedua yang terbit pada tahun 1901. Karya-karya
geometri dari Hadamard ini membawa dampak besar bagi pengajaran matematika di
sekolah-sekolah Perancis setelah direkomendasikan oleh Darboux.

Pada tahun ini pula Hadamard menerima Poncelet Prix atas penelitian-penelitian
matematika yang dilakukan selama kurun waktu sepuluh tahun. Di Paris, penelitiannya
beralih ke fisika matematikal, meskipun dia tetap bersikeras bahwa dirinya adalah
seorang matematikawan, bukan fisikawan. Karya utamanya tentang persamaan-
persamaan diferensial dalam fisika matematikal sangatlah penting dengan topik bahasan
tentang geodesik di atas permukaan negatif (negative curvature) menjadi dasar bagi
dinamika simbolik (symbolic dynamics). Masih ada karya lain yang menyangkut
elastisitas, optik, hidrodinamik dan problem-problem nilai batas (boundary value),
dimana topik terakhir ini dirintis olehnya.

Selama lima tahun tinggal di Paris, Hadamard mempunyai dia anak lagi yaitu: Mathieu,
Cecile dan Jacqueline. Berbagai penghargaan dalam matematika masih terus diperoleh
bahkan pada tahun 1906 dipilih menjadi Presiden French Mathematical Society. Tahun
1909 diangkat menjadi kepala departemen mekanika di College de France. Setahun
kemudian mengeluarkan buku Lecons sur le des variations yang membantu meletakkan
dasar bagi analisis fungsional. Puncaknya, pada tahun 1912 diangkat menjadi profesor
analisis di Ecole Polytechnique menggantikan Jordan dengan dukungan kuat Poincare
yang beberapa bulan kemudian meninggal dan Hadamard serasa mempunyai tanggung
jawab meneruskan tugas-tugas pendukungnya ini. Lewat kerja keras, karena karya
Poincare sangalah beragam, Hadamard dapat menghasilkan dua karya utama.

Sukses akademis
Sukses terus mengiringi Hadamard, karena pada penghujung tahun 1912, dia sukses
menggantikan jabatan Poincare di Academy of Science. Sejak menikah sampai masa-
masa menjelang Perang Dunia I disebutkan oleh Hadamard adalah masa-masa behagia.
Perang Dunia membawa tragedi bagi Hadamard karena kedua putranya meninggal dalam
mengemban tugas perang. Pierre meninggal ketika Hadamard sedang mengajar di Roma
dan baru diberitahu setelah sampai di Paris. Disusul terbunuhnya Etienne dua bulan
kemudian. Kedua anak lakinya itu meninggal di Verdun.

Guna mengalihkan rasa duka itu, Hadamard menghabiskan waktu dengan makin
mendalami matematika. Ditawari untuk meneruskan jabatan Appell sebagai kepala
bidang analisis di Ecole Centrale pada tahun 1920 namun dia tetep hanya mau memegang
jabatan di Ecole Polytechnique dan College de France saja. Tahun-tahun beritunya dia
lebih sering melakukan perjalanan ke mancanegara. Tahun 1933, mengunjungi Amerika,
Spanyol, Ceko, Italia, Swis, Brazil, Argentina dan Mesir.

Hadamard adalah matematikawan terkemuka setelah Poincare. Bukan hanya meneruskan


sukses pendahulunya dan orang yang digantikannya. Pada ulang tahun ke 50 Institut de
France, Hadamard memperoleh kehormatan dengan disemati dengan medali emas dari
Institut dan mendapat pujian dari berbagai ilmuwan di seluruh dunia. Tidak terhitung
artikel dan sumbangsih Hadamard dalam bidang matematika. Karyanya meliputi 300
makalah ilmiah dan buku dengan jangkauan yang lebih luas. Karyanya berjudul The
psychology of invention in the mathematical field (1945) adalah suatu karya spektakuler
dalam bidang matematika. Pengabdiannya sebagai seorang guru selalu dikenang oleh
para muridnya dan karya-karyanya dalam bidang analisis memberi dampak besar baik
langsung maupun tidak langsung.

Masa tua
Setelah perang berakhir, Hadamard banyak melibatkan diri dengan kampanye
perdamaian dan memberi dukungan bagi matematikawan Amerika. Puncaknya Hadamard
mengikuti International Congress di Cambridge, Massachusetts pada tahun 1950, dan
diangkat menjadi presiden kehormatan Kongres tersebut. Sebuah tragedi kembali dialami
oleh Hadamard pada tahun 1962, ketika seorang cucunya Etienne - sama dengan nama
anaknya, meninggal dalam pendakian gunung. Merasa kehilangan dan semangatnya
runtuh membuat dia tidak pernah ke luar rumah lagi

Sumbangsih
Bidang matematika yang ditekuni dan diteliti oleh Hadamard sangatlah luas, namun yang
memberi nama besar padanya adalah kajian dan upayanya untuk memecahkan theorema
Riemann yang sampai hari in belum dapat dibuktikan namun cara atau metode yang
dikembangkan oleh Hadamard, kemudian banyak dipakai sebagai salah satu kunci guna
membuka ‘rahasia’ theorema itu.
Sukses meneruskan kejayaan matematikawan Perancis yang dilanjutkan lewat tongkat
estafet yang diberikan oleh Poincare. Rupanya pandangan Poincare tidak salah karena
Hadamard mampu meneruskan karya-karya dan sukses menggantikan jabatannya.

Hermann Minkowski
(1864 – 1909)

Riwayat
Meskipun lahir di Alexotas, Rusia (sekarang masuk bagian Lithuania), Hermann
Minkowski menimba ilmu di universitas Berlin dan Konigsberg. Tahun 1885
memperoleh gelar Doktorate dari universitas Konigsberg, sebelum menjadi dosen di
berbagai universitas seperti: Bonn, Konigsberg dan Zurich. Di Zurich, salah seorang
mahasiswa yang menghadiri kuliahnya adalah Einstein.

Tahun 1902, Minkowski menerima tawaran menjadi pimpinan universitas Gottingen,


yang terus disandangnya sampai meninggalnya. Di Gottingen ini, Minkowski
mempelajari fisika matematikal dari Hilbert dan rekan-rekan lainnya. Pernah menghadiri
seminar tentang teori elektron pada tahun 1905 dan belajar sendiri teori tentang
elektrodinamika.

Tahun 1907, Minkowski mengungkapkan bahwa karya Lorenz dan Einstein akan lebih
mudah dipahami lewat konsep ruang non-Euclidian. Menggagas ruang dan waktu, yang
awalnya disangka dapat dipisahkan, ternyata menjadi “pasangan abadi” dalam dimensi
keempat dari ‘kontinuum ruang-waktu’. Temuan ini digunakan sebagai kerangka acuan
dalam elektrodinamika. Karya-karya ini dituang dalam Raum und Zeit (1907) dan Zwei
Abhandlungen uber die grundgleichungen der Elektrodynamik (1909).
Peninggalan
Kerangka acuan “kontinuum ruang-waktu” ini digunakan sebagai pelengkap dasar
matematikal dalam teori relativitas. Gagasan ini kelak digunakan oleh Einstein dalam
mengembangkan teori relativitas umum. Matematika ruang-waktu dicetuskan Minkowski
lewat paparan tiga jenis ruang berbeda yang semuanya dilalui oleh (garis) panah waktu
yang berawal dari titik origin. Tiga jenis ruang itu masing-masing berbentuk: kerucut,
hiperbolik dan titik, dimana semua ruang itu, digambarkan, mempunyai satu titik origin.
Cara revolusioner Minkowski ini memungkinkan orang mengukur jarak dalam ruang-
waktu. Matematika ini relatif sederhana karena hanya menggunakan vektor.

Einstein, seperti sudah disebut di awal, pernah menjadi murid Minkowski, namun karena
namanya tidak termasuk dalam daftar nama murid-murid yang direkomendasikan oleh
pihak akademi, sehingga Einstein tidak mendapat perhatian. Setelah lulus dari ETH
(1900), Einstein yang tidak mendapat posisi di ETH, pergi ke Swiss dan mendapat
kewarganegaraan di sana. Beruntungkah Einstein karena pada kuliah Minkowski ini
berteman dengan mahasiswa tekun bernama Marcel Grossman (1878 – 1936) *) bahkan
saat dia tidak memperoleh pekerjaan di Swiss, ayah Grossman memberi referensi
sehingga Eistein diterima sebagai karyawan kantor patent.

Ketika Einstein mengeluarkan teori relativitas spesial, Minkowski membahas implikasi


matematika yang digunakan Einstein dengan menggunakan kerangka ruang empat
dimensi yang acapkali disebut dengan ruang Minkowski.

Minat Minskowski sepenuhnya pada matematika murni dengan mengeluti bentuk-bentuk


kuadratik dan fraksi-fraksi berupa deret tak terhingga. Karya besarnya adalah “bilangan-
bilangan geometri.” Sayang umur Minkowski tidak panjang karena meninggal pada usia
44 tahun karena radang usus buntu.

*) Marcel Grossman belajar matematika di Politeknik Zurich dan meraih gelar doktorat
pada tahun 1912. Diangkat menjadi profesor geometri deskriptif di ETH pada tahun
1907. Grossman mengenalkan Einstein pada diferensial kalkulus yang dicetuskan oleh
Elwin Bruno Christoffel (1864) dan kemudian dikembangkan di universitas Padova oleh
Gregono Ricci Curbastro dan Tullio Levi Civita (1901). Dari sintesa antara matematika
dan fisika teoritis ini dihasilkan teori relativitas umum.

Sumbangsih
Namanya lebih banyak terkait dengan konsep ruang-waktu yang mendasari teori
relativitas umum Einstein. Ruang Minkowski (Minkowski space) adalah gagasan
matematika Minkowski – dengan menggunakan vektor - yang memungkinkan orang
mengukur jarak dalam ruang-waktu, dua hal yang sudah mengkristal menjadi satu
kesatuan.

Tujuan-tujuan dari pemikiran saintifik adalah untuk mengetahui sesuatu yang berlaku
umum dalam sesuatu hal yang berbeda dan memahami keabadian dari hal yang fana.
(The aims of scientific thought are to see the general in the particular and the eternal in
the transitory)

Alfred North Whitehead

Dosen adalah jalan hidup matematikawan ini

Alfred North Whitehead


(1861 – 1947)

Masa kecil
Ayah Alfred North Whitehead bernama Alfred Whitehead (nama sama) adalah seorang
pendeta Anglikan yang tinggal di Ramsgate. Ibu Alfred North Whitehead adalah Maria
Sarah Buckmaster yang berasal di London. Gambaran tentang ayah Whitehead adalah
mempunyai banyak teman dan sangat bangga dengan pekerjaannya, sehingga sering
disebut bahwa lebih menguasai isi Perjanjian Baru daripada tugas keluarga.

Keluarga ini mempunyai empat orang anak dan Alfred adalah anak bungsu. Mempunyai
dua kakak laki dan seorang kakak perempuan. Kedudukan sebagai anak bungsu,
membuat Alfred kecil mudah sakit dan manja. Hal ini membuat Alfred tidak pernah
menikmati sekolah dasar dan pendidikan diperoleh lewat ajaran ayahnya sampai dia
berumur 14 tahun. Sebenarnya Alfred adalah anak yang sehat, namun menurut
pandangan kedua orangtuanya dianggap anak yang sakit-sakitan. Disayang oleh ayah
dan kedua saudara lakinya, namun kurang mendapat perhatian dari ibunya sehingga dia
menyatakan bahwa masa kecilnya tidak bahagia dan kesepian, meskipun materi tidak
menjadi kendala bagi dirinya.

Sang ayah mengajarinya bahasa latin pada umur 10 tahun disusul dengan bahasa Yunani
begitu usianya 12 tahun. Meskipun tidak dapat dikatakan mahir, namun penguasaan
Whitehead terdapat kedua bahasa ini tidaklah terlalu buruk. Sampai usia ini tidak ada
gejala bahwa Whitehead kelak menjadi orang jenius. Mempelajari matematika lewat sang
ayah, namun tidak diketahui alasan apa yang membuat dirinya sangat tertarik dengan
matematika. Baru pada tahun 1875, dia meninggalkan tempat tinggal ayahnya dan masuk
Sherbourne Independent School. Setahun kemudian, 1876, kakaknya menjadinya
pengajar di sekolah ini, ketika Whitehead sudah menginjak tahun kedua.

Bakat matematika
Masuk di sekolah dengan mutu standar ini, Whitehead tidak mempunyai banyak pilihan
jurusan sehingga semua murid belajar subyek-subyek mayor seperti: bahasa Latin, bahasa
Yunani dan bahasa Inggris, dan subyek-subyek minor seperti: matematika, fisika, sejarah,
geographi dan bahasa-bahasa modern yang kurang mendapat perhatian.

Ternyata Whitehead menunjukkan bakat di bidang matematika dan bahkan belajar


matematika setelah lulus sekolah, mengabaikan pelajaran komposisi pada bahasa dan
membaca puisi bahasa Latin hanya untuk menekuni matematika.
Tahun 1879, Whitehead mengikuti ujian masuk Trinity College, Cambridge dan sukses
mendapatkan bea siswa. Seperti layaknya mahasiswa penerima bea siswa, Whitehead
harus tinggal di asrama College. Di sini Whitehead mendapat bimbingan dari J.W.L.
Glaisher, H.M. Taylor dan W.D. Niven. Masih ditambah kuliah Stokes dan Cayley
dengan pembimbing E.J. Routh. Salah satu teman akrabnya adalah D’Arcy Thompson.
Tahun kedua, Whitehead tetap mendapat bea siswa. Mengambil ujian matematikal Tripos
pada tahun 1883 dan mampu mempertahankannya pada tahun berikutnya.

Disertasi Whitehead adalah melakukan pembahasan teori Maxwell tentang teori


elektrisiti dan magnetisme memenangkan perlombaan pada tahun 1884. Thomson dan
Forsyth yang menjadi juri terkejut dengan hasil ini, karena Whitehead sekali lagi
memenangkan salah satu dari lima bea siswa yang disediakan.

Menjadi pengajar
Setelah mendapat bea siswa, Whitehead diwajibkan menjadi pengajar dan tugas pertama
adalah menjadi asisten dosen. Memberi kuliah matematika, namun sampai lima tahun
kontraknya sebagai pengajar selesai, belum ada satupun makalah yang menjadi karyanya.
Tidak diketahui apakah Whitehead melakukan penelitian matematika selama periode
tersebut. Yang diketahui hanya bahwa dirinya suka menyendiri dan jarang melakukan
komunikasi dengan sesama matematikawan. Setelah mengajar selama 12 tahun,
Whitehead mengeluarkan 2 makalah secara bersamaan pada tahun 1889 tentang gerak
tekanan pada zat cair. Rupanya topik yang menarik hatinya ini terpengaruhi oleh kuliah
Stokes tentang materi tersebut.

Meskipun tidak ada tulisan ilmiah, namun Whitehead dipromosi sebagai pengajar di
Cambridge pada tahun 1888. Pada saat itu dia juga merangkap sebagai pengajar di Girton
College. Disadarinya bahwa ‘kekuatan’ dirinya adalah mengajar bukan mengarang. Titik
balik terjadi setelah dia menikah dengan Evelyn Wade di London pada akhir tahun 1890.
Whitehead yang pendiam dan suka menyendiri kontras dengan istrinya yang aktif dan
mudah bergaul. Hasilnya Whitehead yang getol mempelajari matematika murni dan
mencanangkan proyek penulisan Treatise on Universal Algebra pada awal tahun 1891,
beberapa minggu setelah hari pernikahannya. Proyek ini sampai tahun 1998, juga belum
selesai. Perkawinan ini berbuah dengan lahirnya dua anak laki dan seorang anak
perempuan.

Setelah menikah
Perubahan lain dari Whitehead setelah menikah adalah kepercayaan. Ayahnya adalah
seorang biarawan Anglikan, dan sebagai anak Whitehead secara otomatis mempunyai
kepercayaan yang sama. Namun pada kisaran tahun 1890, dia mulai berpaling untuk
menjadi Katholik. Terjadi pertentangan batin selama tujuh tahun sebelum memutuskan
apakah tetap Anglikan atau Katholik. Akhirnya yang dipilih adalah faham agnostik
(kepercayaan bahwa tidak ada bukti tentang keberadaan Tuhan, namun tidak menutup
kemungkinan bahwa Tuhan itu ada). Faham ini dianut karena menurut pendapatnya,
faktor paling utama dalam dalam perkembangan sains adalah bersikap agnostik. Dasar
pandangan ini adalah Whitehead menganggap bahwa fisika Newton adalah keliru.
Tampaknya upaya untuk mengkoreksi teori Newton ini menjadi dasar pandangan religius
seseorang. Dari aspek di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Whitehead punya minat
dalam mengembangan filsafat dan metafisika.

Meskipun Whitehead menjadi produktif setelah menikah, namun tidak ada hal-hal baru
yang termaktub dalam karyanya. Ide-ide matematikanya hanyalah mengulas ulang dari
matematikawan sebelumnya seperti: Sylvester (invarian), Hamilton (quaternions),
Grassman (pengembangan kalkulus/calculus of Extension) dan Boole (aljabar simbolik).
Namun semua itu mampu memuaskan Universitas Cambridge sehingga pada tahun 1903,
dia diangkat menjadi dosen senior sekaligus sebagai anggota penguji pada Mathematical
Tripos.

Whitehead terus berkarir di Cambridge sampai tahun 1910. Merasa karirnya sudah
berhenti, dia pindah ke Universitas London yang kurang terkenal setelah sempat beberapa
bulan menganggur. Empat tahun di tempat baru ini, Whitehead meraih kedudukan tinggi,
menjadi profesor matematika terapan di Imperial College of Science and Technology.

Bertemu Russell
Russell masuk Cambridge pada tahun 1890 dan pada saat itu Whitehead adalah seorang
penguji. Rupanya penguji ini tertarik dengan kepiawaian Russell setelah membaca
makalah-makalah karyanya. Dengan dukungan Whitehead, Russell memperoleh bea
siswa, dimana baru tahun kedua Russell diajar oleh Whitehead. Kolaborasi ini dimulai
pada tahun 1900 dengan menggagas, kelak menjadi karya besar mereka, Principia
Mathematica. Apabila ditelusuri lebih jauh, maka kolaborasi ini terjadi setelah mereka
berdua tertarik dengan karya Peano tentang dasar-dasar matematika yang dipaparkan
pada konggres matematikawan di Paris pada tahun 1900.

Ketika mereka berkolaborasi, Whitehead sedang menyelesaikan artikel Memoir on the


algebra of symbolic logic sedangkan Russell dalam tahap akhir penulisan naskah
Principles of Mathematics. Sebenarnya Whitehead akan melanjutkan tulisan, jilid kedua,
untuk Tratise on Universal Algebra, namun rencana ini gagal saat pada tahun 1901,
Russell menemukan paradoks dalam teori himpunan yang kemudian lebih dikenal dengan
nama paradoks Russell. Buku Principia Mathematica (terdiri dari 3 jilid yang terbit pada
tahun 1910, 1912 dan 1913) hasil kolaborasi ini dapat dikatakan luar biasa karena
merupakan karya gabungan antara dua orang yang mempunyai latar belakang yang
berbeda: Russell sebagai filsuf dan Whitehead sebagai matematikawan. Keduanya
berupaya membangun dasar-dasar matematika dengan dasar logika.

Masa tua
Whitehead menjadi profesor di London selama 10 tahun sebelum menerima tawaran
menjadi dosen filsafat di Harvard pada tahun 1924, dan terus mengajar hingga pensiun
pada tahun 1937. Semasa menjadi pengajar ini berbagai penghargaan diperoleh
Whitehead. Terpilih menjadi anggota Royal Society pada tahun 1903, dan memperoleh
medali Sylvester pada tahun 1925. Banyak universitas memberi penghargaan atau gelar
kehormatan kepada Whitehead termasuk Manchester, St. Andrews, Wisconsin, Harvard,
Yale dan Montreal.
Sumbangsih
Tidak banyak yang diketahui tentang sumbangsih dari Whitehead. Yang dikenal dari
Whitehead justru adalah karya kolaborasi bersama Bertrand Russell. Karya-karya
matematika pra-kolaborasi banyak berisik rangkuman karya-karya matematikawan
Inggris.

Florian Cajori
(1859 – 1930)

Masa kecil
Seorang insinyur dengan pekerjaan membangun jalan dan jembatan di Swiss
yang banyak gunung dan bukit, membutuhkan keahlian dan kemampuan tinggi.
Georg Cajori adalah salah seorang daripada orang yang menenuhi kriteria itu
adalah ayah dari Florian Cajori dan beristrikan Catherine Camenisch. Keduanya
tinggal di Swiss dan Florian Cajori lahir di sebuah kota kecil. Cajori Mengenyam
baku pendidikan di Zillis sebelum pindah ke kota yang lebih besar, Chur. Masa
remaja Cajori justru di Amerika, karena pada tahun 1875, migrasi ke sana dan
melanjutkan sekolah di Whitewater, Wisconsin. Setelah lulus Cajori menjadi guru
di desa, sebelum akhirnya mengambil jurusan matematika di Universitas
Wisconsin. Lulus tahun 1883, dan melanjutkan ke Universitas John Hopkins
namun hanya bertahan 18 bulan. Pergi dari Universitas John Hopkins, Cajori
ditunjuk sebagai asisten profesor di Universitas Tulane di New Orleans meski
tidak lama kemudian baru diangkat sebagai master oleh universitas Winconsin
pada tahun 1885. Tahun 1887, Cajori menjadi profesor untuk matematika
terapan di Tulane. Jabatan ini tidak lama dipegang karena tidak lama kemudian
pindah ke Corolado Collage sebagai ketua jurusan fisika yang dijabat dari tahun
1889 sampai tahun 1898. Rupanya bosan dengan fisika, sehingga dilanjutkan
menjabat sebagai ketua jurusan matematika pada College yang sama yaitu
mulai tahun 1898 sampai tahun 1918, meskipun selama tahun itu juga dekan
departemen rekayasa di Colorado Springs. Baru setelah tahun 1918, Cajori
memasuki bidang yang menjadi minat utamanya yaitu sejarah matematika. Topik
baru ini teristimewa baginya karena baru pertama kalinya ada di Amerika dan di
universitas ternama pula, University of California, Berkeley.

Karya-karya
Peran Cajori tidak pernah lepas dari sumbangsihnya terhadap sejarah
matematika. Keberadaan ilmu ini, sehingga diterima sebagai subyek studi secara
umum, memberinya banyak gelar kehormatan selain kesadaran akan perlunya
topik itu bagi para matematikawan. Cajori, awalnya, menulis buku teks
matematika yang sama sekali tidak mengandung kata sejarah seperti An
introduction to the modern theory of equations (1904) dan Elementary algebra:
First year course (1915). Sebelumnya, memang ada karya Cajori dengan judul
sejarah matematika yang berjudul The teaching and history of mathematics in
the United States (1890) yang isinya hanyalah ulasan terhadap 22 lembaga di
Amerika. Setelah buku ini disusul oleh A History of Mathematics (1894 &
1919/edisi 2). Namun karya puncak Cajori tidak pelak adalah A History of
Mathematical Notation (1928-1929) yang sampai saat ini masih menjadi acuan
bagi para matematikawan maupun sejarawan di seluruh dunia. Masih banyak
karya-karya Cajori lain yang tidak disebutkan.

Prestasi dan penghargaan banyak diperoleh oleh Cajori. Terpilih menjadi


presiden Mathematical Association of America pada tahun 1917-1918, wakil
presiden American Association for the Advancement of Science pada tahun 1923
adalah beberapa diantaranya.

Masa tua
Begitu memasuki usia 70 tahun, kesehatan Cajori menurun jauh. Meski sempat
mengalami dioperasi besar pada tahun 1930, namun tidak pernah pulih total
sehingga 6 bulan kemudian Cajori meninggal dunia di rumahnya di Berkeley.
Setelah meninggal Cajori, buku spektakuler karya Newton “Mathematical
principles” of Natural Philosophy and His System of the World diterbitkan pada
tahun 1934. Cajori mengubah buku Newton agar layak dibaca dengan
mengalihbahasakannya ke dalam bahasa Inggris dari bahasa Latin.

Sumbangsih
Mengenalkan sejarah matematika sebagai bahan bacaan wajib bagi para
matematikawan sekaligus menjabarkannya ke dalam suatu ilmu yang layak
untuk dipelajari. Karyanya yang dibuat dalam A History of Mathematical
Notations membuktikan bahwa dirinya sangat rinci dan mendalam dalam
mengupas suatu kajian terhadap suatu topik matematika tertentu.

Bapak teori analitik dari pecahan berkesinambungan

Thomas Joannes Stieltjes


(1856 – 1895)

Masa kecil
Thomas Joanne Stieltjes (selanjutnya disingkat Stieltjes) lahir di Zwolle, sebuah kota
kecil yang masuk wilayah Overijssel, Belanda. Stieltjes mempunyai dua saudara laki dan
empat saudari. Ayahnya adalah seorang insinyur sipil lulusan universitas Leiden
merangkap sebagai anggota parlemen. Nama ayahnya cukup dikenal karena prestasinya
cukup membanggakan yaitu sukses membangun pelabuhan Rotterdam. Untuk
mengenangnya dibuatlah patung oleh teman-teman dan para pengagumnya dan dipasang
di Burgemeester Hoffman Plein, Rotterdam.

Stieltjes mulai kuliah pada tahun 1873 di sekolah Polytechnical di Delft (sekarang
Universitas Technical). Bukannya menghadiri kuliah, waktunya lebih banyak dihabiskan
di perpustakaan dengan mempelajari karya-karya Gauss dan Jacobi. Akibatnya, mudah
diduga, tidak lulus. Mengulang ujian pada tahun 1875 dan 1876, namun kembali gagal.

Matematika adalah jalan hidup


Mengetahui permasalahan yang dihadapi anaknya, sang ayah mengirimkan Stieltjes
untuk membantu temannya, Prof. H.G. van de Sande-Bakhuyzen, Direktur observatorium
Leiden. Di sini Stieltjes diangkat sebagai asisten untuk perhitungan-perhitungan
astronomikal. Pada masa ini, di sela-sela waktu luang, Stieltjes mempelajari matematika.
Pekerjaannya yang banyak terlibat dengan gerakan di ruang angkasa (celestial
mechanics) membuat dia berhubungan dengan [Charles] Hermite di Paris. Lewat surat-
menyurat dengan Hermite ini, Stieltjes dengan cepat dapat menguasai matematika dan
menggunakan waktu luangnya guna melakukan penelitian matematika.

Pada awal tahun 1883, Sande-Bakhuyen menyadari bahwa asistennya ini menyukai
matematika, menerima permohonan pengunduran diri Stieltjes dari melakukan
pengamatan di observasi dan membiarkannya berkutat lebih jauh dengan topik-topik
matematika. Pada tahun ini pula, Stieltjes menikah dengan Elizabeth Intveld, yang sangat
mendukung penelitian matematika Stieltjes dan mendorong untuk meninggalkan
pekerjaan di bidang astronomi.

September 1883, Stieltjes dimohon untuk mengajar di university of Delft mengantikan


F.J. van den Berg yang sedang sakit. Sampai Desember 1883, Stieltjes mengajar geometri
analitik dan geometri deskriptif. Setelah mengajar beberapa bulan, Stieltjes menyadari
bahwa minatnya adalah bidang matematika, sehingga memutuskan akan berkarir di sana
dan mengajukan surat pengunduran diri dari observatorium pada tanggal 1 Desember
1883.

Dalam suratnya kepada Hermite pada awal tahun 1884, disebutkan bahwa: “Saya
ditawari menjadi guru besar bidang analisis (kalkulus integral dan diferensial) di
universitas Groningen. Saya langsung menerima tawaran ini dan saya percaya bahwa
saya dapat lebih berguna.” Tak lupa disebutkan ucapan terima kasih atas jasa dan
dukungan yang diberikan Direktur observatorium, Sande-Bakhuyzen.

Kecewa dengan pihak universitas


Jabatan guru besar yang disandang olehnya di universitas Groningen rupanya tidak
memuaskannya karena kualifikasi dirinya yang dianggap kurang. Jabatan itu diberikan
padanya namun hanya sebagai dosen pengganti dan tidak memungkinkan Stieltjes untuk
menjalai standar yang ada, sehingga tidak ada gelar yang diperoleh oleh Stiltjes dari
universitas Groningen. Memang jabatan kosong itu diperebutkan oleh 3 kandidat. Urutan
pertama adalah Korteweg disusul Stieltjes pada urutan kedua. Setelah
mempertimbangkan, Korteweg memutuskan untuk tetap tinggal di Amsterdam dan
mengajar universitas Amsterdam. Jabatan di Groningen jatuh ke tangan Stieltjes,
meskipun sempat bersaing dengan Floris de Boer.

Stieltjes memang menduduki jabatan itu, namun Floris de Boer, oleh Dewan Kerajaan
(Royal Decree) diangkat menjadi pemimpin universitas. Rupanya Stieltjes ‘dikorbankan’
karena tidak mempunyai gelar akademis dan jabatan itu hanyalah formalitas belaka.

Bulan Mei 1884, Hermite yang menghadiri perayaan ulang tahun ke 300 universitas
Edinburg di Skotlandia. Dalam kesempatan ini Hermite berbicara dengan Bieren de
Haan, profesor matematika dari negara Belanda, yang juga hadir di sana tentang karir dan
jabatan Stieltjes. Mereka berdua kemudian merencanakan agar Stieltjes diangkat sebagai
profesor kehormatan (honoris causa) di universitas Leiden dalam bidang matematika dan
astronomi. Sande Bakhuyzen, setelah mendengar gagasan ini, serta-merta memberi
dukungan. Setelah dirundingkan, Dewan universitas Leiden menulis surat kepada
Stieltjes, namun rupanya surat datang terlambat dan rencana itu gagal.

Pindah ke Perancis
April 1885, Stieltjes bersama keluarganya pindah ke Paris, meskipun pada saat yang
bersamaan dia terpilih menjadi anggota Royal Academy of Sciences di Amsterdam.
Setahun kemudian, Stieltjes memperoleh gelar doktorat dengan tesis mengupas tentang
deret asimtotik (asymptotic series). Pada tahun ini pula Stieltjes diangkat menjadi kepala
departemen integral dan diferensial kalkulus di universitas Toulouse pada tahun 1889.

Merasa mapan dan senang, Stieltjes menekuni hampir semua bidang analisis, bilangan
pecahan dan teori bilangan bahkan mendapat julukan “bapak teori analitik dari pecahan-
pecahan berkesinambungan” karena kiprahnya ini. Pertengahan tahun 1894 menerbitkan
makalah singkat Recherches sur les fractions continues yang dimuat pada Jurnal Sains
Academie des Sciences. Versi lengkap makalah topik itu dimuat pada Jurnal Fakultas
Sains universitas Toulouse.
Di bawah ini adalah deret pecahan berkesinambungan:

1
a1z + 1
a2 + 1
a3z + 1
a4 + 1
a5z + …

atau dapat pula ditulis:

1 1 1 1 1
a1z + a2 + a3z + a4 + a5z +

Jika deret pecahan terus sampai n, maka diperoleh fungsi rasional Pn(z)/Qn(z), dan
Stieltjes mengamati bahwa fungsi rasional ini mempunyai hubungan dengan akar-akar
(bilangan) polinomial Pn(z) dan Qn(z).

Topik-topik lain yang membuat nama Stieltjes dikenang adalah integral Stieltjes yang
digunakan untuk menyelesaikan problem momen. Jika diketahui semua susunan momen
dari suatu benda, maka dapat diketahui distribusi massanya. Problem ini timbul dalam
pembelajaran tentang dua fungsi yang muncul sebagai hasil limit dari deret
P2n(z)/Q2n(z) dan P2n+1(z)/Q2n+1(z)

Masa akhir
Makalah pertama Stieltjes setebal 120 halaman sudah dimuat Juni 1894, sedangkan
makalah lanjutannya setebal 40 halaman baru diterbitkan setelah dia meninggal.
Karyanya dalam deret peccahan ini memperoleh penghargaan Ormoy (Ormoy Prize) dari
Academie des Sciences pada tahun 1893. Karya penting Stieltjes lainnya adalah
mendalami teori ruang dari Hilbert selain menekuni deret divergen, persamaan
deferensial parsial, fungsi gamma, interpolasi, fungsi-fungsi tak-berkesinambungan
(discontinuous) serta fungsi-fungsi elips.

Seperti sudah dibetahui bersama dengan Hermite, Stieltjes adalah teman korenspondensi
seumur hidup. Ketika Stieltjes meninggal, ditemukan 432 surat dari Hermite. Surat
terakhir dari Hermite kepada Stieltjes tertanggal 15 Desember 1894 adalah dua minggu
menjelang Stieltjes meninggal dunia.
Stieltjes meninggal pada tanggal 31 Desember 1894 dan dimakamkan di Terre Cabade di
Toulouse yang terus dirawat oleh keluarganya.

Sumbangsih
Deret pecahan adalah kiprah utama dari Stieltjes. Memang pada masa itu belum banyak
matematikawan yang mendalami deret pecahan. Kelak deret temuan Stieltjes ini
digunakan sebagai salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyelesaikan hipotesis
Riemann yang masih belum dapat dipecahkan.

Anda mungkin juga menyukai