Makalah
OLEH:
MARLYD TALAKUA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
pertolonganNya saya dapat menyelesaiakan tugas yang diberikan dengan baik. Saya
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
mengerjakan makalah ini baik itu dari media internet maupun sumber-sumber tertulis
lainnya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang
sudah memberi masukan baik langsung maupun tidak langsung dalam makalah ini.
Saya menyusun makalah ini, agar pembaca lebih memahami mengenai
“Generalisasi Ide-ide Geometri”. Saya menyadari makalah yang disusun ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu, saya harapkan para pembaca dapat memberi kritik dan
saran guna memperkaya wawasan saya mengenai makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
A Kesimpulan………………………………………………………………..
B Saran…………………………………………………………………........
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika dipahami melalui penalaran, sedangkan penalaran dipahami dan
dilatihkan melalui belajar matematika. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang
dilakukan Prowsri dan Jearakul (Priatna, 2003) pada siswa sekolah menengah
Thailand, terdapat keterkaitan yang signifikan antara kemampuan penalaran dengan
hasil belajar matematika mereka. Hal ini menunjukkan kemampuan penalaran berperan
penting dalam keberhasilan siswa. Siswa dengan kemampuan penalaran yang baik
diharapkan memiliki prestasi belajar matematika yang baik pula. Salah satu penalaran
yang penting dik uasai oleh siswa adalah generalisasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diangkat
adalah
a. Apa yang dimaksud dengan kemampuan generalisasi matematis?
b. Bagaimana generalisasi ide-ide dalam geometri?
c. Apa yang dimaksud dengan titik di ruang?
d. Apa yang dimaksud dengan vektor geometri?
e. Bagaimana menggeneralisasi vektor?
f. Apa yang dimaksud dengan ruang vektor?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah
a. Untuk mengetahui kemampuan generalisasi matematis dan generalisasinya
dalam geometri
b. Untuk mengetahui titik di ruang
c. Untuk mengetahui vektor geometri
d. Untuk mengetahui generalisasi vektor
e. Untuk mengetahui ruang vektor
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahap ini siswa baru sampai pada tahap mengenal sebuah aturan/pola.Pada
tahap ini siswa juga telah mampu mempersepsi atau mengidentifikasi pola.Siswa
telah mengetahui bahwa masalah yang disajikan dapat diselesaikan menggunakan
aturan/pola.
b. Tahap Expression of Generality
Pada tahap ini siswa telah mampu menggunakan hasil identifikasi pola untuk
menentukan struktur/data/gambar/suku berikutnya.Pada tahap ini siswa juga telah
mampu menguraikan sebuah aturan/pola, baik secara numerik maupun verbal.
c. Tahap Symbolic Expression of Generality
Pada tahap ini siswa telah mampu menghasilkan sebuah aturan dan pola
umum.Selain daripada itu siswa juga telah mampu memformulasikan keumuman
secara simbolis.
d. Tahap Manipulation of Generality
Pada tahap ini siswa telah mampu menggunakan hasil generalisasi untuk
menyelesaikan masalah, dan mampu menerapkan aturan/pola yang telah mereka
temukan pada berbagai persoalan.
Generalisasi didasari oleh prinsip apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi
tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi
(Soekadijo, 1999). Oleh karena itu hasil penalaran secara generalisasi hanya suatu
harapan atau dugaan.Hal ini sejalan dengan Ruseffendi (Trisnadi, 2006) yang
menyatakan bahwa membuat generalisasi adalah membuat perkiraan atau terkaan
berdasarkan pengetahuan (pengalaman) yang dikembangkan melalui faktafakta
khusus. Kesimpulan dari hasil penalaran generalisasi hanya suatu harapan, suatu
kepercayaan yang berupa suatu probabilitas.Tinggi-rendahnya probabilitas konklusi itu
dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang disebut faktor-faktor probabilitas.
Oleh karenanya, di dalam logika induktif (generalisasi dan analogi), tidak ada
konklusi (kesimpulan) yang mempunyai nilai kebenaran, akan tetapi hanya berupa
suatu probabilitas atau peluang. Hasil analisa dan rekontruksi penalaran induktif itu
hanya berupa ketentuan-ketentuan mengenai bentuk induksi yang menjamin konklusi
dengan probabilitas setinggi-tingginya25 . Kesimpulan dalam generalisasi bersifat
probabilistik artinya mungkin benar atau mungkin juga tidak benar26 . Hal ini berarti
hasil generalisasi tidak berlaku umum untuk semua kasus, karena ada kasus yang
mungkin tidak bisa diselesaikan dengan hasil generalisasi yang telah didapat. Maka
dari itu, hasil generalisasi dapat digunakan untuk suatu kasus akan tetapi belum tentu
berlaku untuk kasus yang lain. Penalaran induktif matematis tipe generalisasi yang
akan diukur pada penelitian ini adalah dengan melakukan kegiatan mengamati,
menduga dari informasi yang ada untuk merumuskan suatu generalisasi (kesimpulan).
Kemudian untuk mengukur kemampuan penalaran induktif matematis tipe
generalisasi, diperlukan indikator sebagai acuan penilaiannya
B. Titik Di Ruang
Di dalam geometri, topologi, dan cabang-cabang matematika yang saling
berkaitan, sebuah titik spasial menggambarkan objek yang spesifik di dalam ruang
yang diberikan, yang tidak melibatkan volume, luas, panjang, atau analog-analog
lainnya pada dimensi yang lebih tinggi. Dengan demikian, titik adalah objek 0-dimensi.
Karena sifatnya sebagai salah satu konsep geometri paling sederhana, ia sering
digunakan di dalam satu bentuk atau bentuk lain sebagai konstituen dasar
geometri, fisika, gambar vektor, dan banyak lapangan lainnya.
Titik sering dipandang di dalam kerangka kerja geometri
Euklides, di mana ia adalah salah satu objek yang
mendasar. Euclid mulanya mendefinisikan titik secara kabur,
sebagai "yang tak memiliki bagian". Di dalam ruang
Euclidean dua dimensi, titik dinyatakan oleh pasangan
terurut, (x,y) , bilangan, di mana bilangan pertama yang
menurut konvensi menyatakan horizontal dan sering
dituliskan sebagai x, dan bilangan kedua secara konvensi
menyatakan vertikal dan sering dituliskan sebagai y. Gagasan
ini mudah diperumum ke dalam ruang Euclid tiga dimensi, di mana titik dinyatakan
oleh pasangan terurut ganda-tiga, (x,y,z), dengan bilangan tambahan ketiga
menyatakan kedalaman dan diwakili oleh z. Perumumuman lebih lanjut dinyatakan
oleh pasangan terurut ganda-n, (a1, a2, a3,…,an) di mana n adalah dimensi ruang
tempat titik berada.
Banyak objek yang dibangun di dalam geometri Euclid terdiri dari tak
hingga banyaknya kumpulan titik-titik yang sesuai dengan aksioma-aksioma tertentu.
Hal ini biasanya dinyatakan oleh himpunan titik-titik; misalnya, garis adalah himpunan
tak hingga banyaknya titik-titik. Juga terdapat konstruksi-konstruksi serupa yang
mendefinisikan bidang, ruas garis, dan konsep-konsep lainnya yang saling berkaitan
Tiga unsur pangkal dalam geometri, yaitu titik, garis, dan bidang. Ketiga unsur
tersebut, dapat juga disebut sebagai tiga unsur yang tak didefinisikan. Sebuah titik
dipikirkan sebagai suatu tempat/posisi dalam ruang. Titik tidak memiliki panjang
maupun ketebalan. Bekas tusukan jarum, atau bekas ujung pensil di atas kertas, dapat
dipikirkan sebagai model fisik dari sebuah titik. Sebuah titik direpresentasikan dengan
sebuah noktah dan diberinama dengan suatu huruf kapital.
Sebuah garis dipikirkan sebagai suatu himpunan titik berderet yang panjang tak
terbatas, tetapi tidak memiliki lebar. Seutas benang yang diregangkan, goresan pensil
mengikuti tepi sebuah penggaris dapat difikirkan sebagai model sebuah garis. Sebuah
garis direpresentasikan dengan sebuah gambar sinar dengan mata di kedua ujungnya
yang menunjukkan bahwa garis tersebut tak berakhir. Untuk memberinama sebuah
garis, dapat memanfaatkan dua buah titik pada garis tersebut, atau dengan sebuah huruf
kecil. Cara menuliskannya: , CA,BA,BC,AC,AB atau g.
Sebuah bidang difikirkan sebagai suatu himpunan titik berderet dan berjajar
secara rapat dan tak terbatas, tetapi tidak memiliki ketebalan. Permukaan sebuah meja,
atau permukaan selembar kertas putih polos, yang dibentang ke segala arah tak terbatas,
dapat difikirkan sebagai model fisik sebuah bidang. Sebuah bidang direpresentasikan
dengan gambar sebuah jajargenjang, dan nama sebuah bidang dapat menggunakan
sebuah huruf capital
Kedudukan dua titik
Definisi : Dua titik berimpit adalah dua titik yang sama. Dua buah titik dapat
terjadi keduanya berimpit atau keduanya berlainan. Dua buah titik yang berimpit dapat
dipikirkan sebagai sebuah titik yang memiliki dua nama.
Kedudukan titik dan garis
Definisi Titik-titik segaris (kolinear) adalah titik-titik yang terletak pada satu
garis (titik- titik yang tidak terletak pada satu garis disebut titik-titik tak segaris (non-
kolinear)). Sebuah titik dan sebuah garis dapat terjadi sebuah titik tersebut terletak pada
sebuah garis tersebut atau sebuah titik tersebut tidak terletak pada sebuah garis tersebut.
Jika sebuah titik terletak pada suatu garis, maka dapat juga dikatakan garis tersebut
melalui sebuah titik. Jika sebuah titik tidak terletak pada suatu garis, maka dapat
dikatakan sebuah titik di luar sebuah garis.
Kedudukan titik dan bidang
Sebuah titik dapat terletak pada suatu bidang atau sebuah titik tidak terletak
pada sebuah bidang. Jika sebuah titik A terletak pada suatu bidang- , maka dapat
dikatakan pula bidang- melalui titik A, atau titik A pada bidang- .
C. Vektor Geometri
Vektor adalah ruas garis berarah, sehingga suatu vektor memiliki panjang dan
arah. Menyatakan vektor dapat dengan satu huruf kecil atau dua huruf besar.
Sedangkan vektor nol adalah vektor yang memiliki panjang nol satuan dan tidak
mempunyai arah (dilambangkan dengan O) sehingga gambarnya berupa sebuah titik.
Sebagai Contoh sebuah balok ABCD.EFGH seperti gambar di bawah memiliki
panjang rusuk AB = 4 cm, AD = 2 cm dan AE = 5 cm.
Dua vektor dikatakan sama jika panjangnya sama dan arahnya juga sama.
Sebagai contoh pada sebuah kubus ABCD.EFGH terdapat titik P perpotongan diagonal
EFGH dan titik Q perpotongan diagonal ABCD (Seperti gambar berikut ini)
Vektor negatif a ditulis – a yaitu vektor yang panjangnya sama dengan pajang vektor
a tetapi arahnya berlawanan dengan arah vektor a
Sehingga pengurangan vector adalah penjumlahan dengan vector negatifnya
Atau a – b = a + (– b )
Sebagai contoh dua vector a dan b diatas, maka vector resultan dari a – b dan b – a
dapat digambar sebagai berikut
D. Generalisasi Vektor
Tensor adalah generalisasi dari skalar dan vektor. Skalar adalah tensor orde nol,
sedangkan tensor orde satu menggambarkan suatu vektor. Dalam ruang 3 dimensi,
suatu skalar mempunyai komponen sebanyak 30 = 1 komponen, sedangkan suatu
vektor mempunyai jumlah komponen sebanyak 31= 3 buah komponen. Demikian juga
tensor orde 2 akan mempunyai 32 = 9 komponen dalam ruang 3 dimensi. Dari tensor
orde dua keataslah kita memerlukan analisis yang berbeda dari scalar dan vektor.
Misalnya tensor yang menggambarkan gaya persatuan luas yang dialami oleh suatu
titik pada material yang mengalami stress dan strain.
Kita menggeneralisasikan konsep vektor lebih lanjut lagi. Kita akan menyusun satu
himpunan aksioma yang jika dipenuhi oleh suatu golongan objek yang disebut sebagai
“vektor”. Vektor – vektor yang di generalisasi inin antara lain berbagai matrik dan fungsi.
Dalam bab ini akan memberikan suatu cara yang sangat berguna untuk mengembangkan
visualisasi geometrik dalam berbagai variasi soal matematika, dimana instuisi geometrik tidak
dapat digunakan. Kita dapat memvisualisasikan vektor – vektor pada dan sebagai anak panah,
sehingga kita dapat menggambar atau menyusun gambar – gambar untuk membantu
menyelesaikan soal karena aksioma – aksioma yang dapat digunakan untuk mendefinisikan
vektor – vektor pada dan , maka vektor – vektor baru tersebut akan memiliki banyak sifat.
Matriks adalah sekumpulan angka, variabel atau fungsi matematik yang
disusun dalam bentuk persegi panjang atau bujur sangkar. Matriks dalam halaman-
halaman site ini akan dilambangkan dengan huruf besar bercetak tebal. Misalnya:
Vektor
Matriks yang hanya memiliki satu kolom atau satu baris saja disebut dengan vektor,
vektor kolom (column vector) jika hanya memiliki satu kolom, dan vektor baris (row
vector) jika hanya memiliki satu baris. Dalam site ini, untuk alasan efisiensi, kata
vektor akan selalu mengacu pada vektor kolom. Jika ada situasi ketika vektor baris
digunakan, maka penulis akan menyebutkan kedua vektor secara lengkap: vektor baris
dan vektor kolom. Notasi yang digunakan untuk merepresentasi vektor kolom adalah
huruf kecil bercetak tebal. Misalnya:
E. Ruang Vektor
A. Kesimpulan
B. Saran
Mengingat adanya perbedaan kemampuan penalaran pada masing – masing
siswa, maka penting untuk mengetahui kemampuan penalaran siswa sebagai salah satu
persiapan pelaksanaan pembelajaran matematika agar tujuan pembelajaran matematika
dapat terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
Fatima, Sk. 2008. Reasoning Ability of Adolescents Students. New Delhi : Discovery
Publishing House Keraf, Gorys. 1987 . Argumentasi dan Narasi . Jakarta :
Gramedia
Mulyana, E. (2003). Masalah Ketidaktepatan Istilah dan Simbol dalam Geometri SLTP
Kelas 1. Makalah FPMIPA UPI. Priatna, N. (2003).Kemampuan Penalaran dan
Pemahaman Matematika Siswa Kelas 3 SLTP di Kota Bandung. Disertasi UPI
Bandung
Rahman, A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Kemampuan
Generalisasi Siswa SMA melalui pembelajaran Berbalik.Tesis UPI Bandung:
Sabandar, J. (2002). Pembelajaran Geometri dengan Menggunakan Cabri Geometry II.
Kumpulan Makalah, Pelatihan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Siregar, N. (2009). Studi Perbandingan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa
Madrasah Tsanawiyah Pada Kelas yang Belajar Geometri Berbantuan
Geometer‘s Sketchpad dengan Siswa yang Belajar Geometri Tanpa Geometer‘s
Sketchpad. Tesis UPI Bandung
Skemp, R.R. 1987. Psychology of Learning Mathematics. Expanded American.
Edition. Lawrence Erlbaum associates Publishers. (text book)
Soekadijo, Logika Dasar tradisional, simbolik, dan induktif, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2003), h. 134 (text book)
Soekadijo, R.G. 1991. Logika Dasar Tradisional, Simbolik dan Induktif. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama (text book)
Surajiyo, dkk. 2006. Dasar – Dasar Logika. Jakarta : PT Bumi Aksara Suryabrata,
Sumadi. 2011. Metodologi Pendidikan . Jakarta : Raja Grafindo Persada
Trisnadi, A. (2006). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Generalisasi
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pembelajaran Penemuan
Terbimbing dalam Kelompok. Tesis UPI Bandung
Utari sumarmo, “Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA
dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur
Proses Belajar Mengajar”, disertasi Pascasarjana UPI, Bandung, 1987,h.39
Yanto Permana dan Utari Sumarmo, Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan
Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal
Educationist Vol. 1 No. 2, Juli 2007, h. 117