Anda di halaman 1dari 21

Makalah

THE NAMING OF NUMBERS


TWO MORE KEYS IDEAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Pembelajaran Matematika

Kelompok 5:
1. Hila Liani (P2A922004)
2. M. Eko desryanto (P2A922005)
3. Rahmiyanti. S (P2A922012)

Dosen Pengampu :
1. Dr. Dra. Nizlel Huda, M.Kes
2. Prof. Dr. Drs. Syaful. M.Pd

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah tentang “The Naming of Numbers, Two More Key Ideas”. Dan
penulis juga berterimakasih kepada Dr. Dra. Nizlel Huda. M.Kes selaku dosen
mata kuliah Psikologi Pembelajaran Matematika yang telah diberikan tugas ini
kepada tim penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai “The Naming of Numbers, Two
More Key Ideas”. Penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan jika terdapat
kesalahan dalam makalah ini, demi perbaikan makalah yang telah tim penulis buat
dimasa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat
berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.

Jambi 10 Maret 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2
A. The Naming of Number ........................................................................ 2
2.1 Numerasi ................................................................................................. 2
2.2 Penjumlahan ............................................................................................ 4
2.3 Perkalian ................................................................................................. 5
2.4 Sifat Distributif ....................................................................................... 6
2.5 Dua Sifat pada Penjumlahan ................................................................... 8
2.6 Lima Sifat Sistem Bilangan Asli............................................................. 9
B. Two More Keys Idea ............................................................................. 11
2.7 Ekuivalensi .............................................................................................. 11
2.8 Aturan Pertukaran ................................................................................... 13
2.9 Ekuivalensi dan Persamaan..................................................................... 13
2.10 Model Matematika ................................................................................. 14
2.11 Pengukuran ............................................................................................ 14
2.12 Pembobotan............................................................................................ 15
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17
3.2 Saran ....................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemampuan berhitung dalam matematika merupakan bagaian dari
kebutuhan sehari-hari, baik dalam bidang pekerjaan atau berbagai situasi lainnya.
numerasi berbeda dengan kemampuan memahami matematika, perbedaan
utamanya terletak pada aplikasinya. Seseorang yang mempunya kemampuan
matematika bagus belum tentu memiliki kemampuan numerasi yang bagus pula.
Numerasi berkaitan erat dengan keterampilan dalam menggunakan kaidah
matematika pava situasi sehari-hari.
Selain itu selain kemampuan berhitung dan kemampuan numerasi,
pembahasan tentang ide bilangan-bilangan yang ada juga penting untuk dipahami,
seperti bilangan pecahan, bulat, rasional dan bilangan riil. Dua ide kunci untuk
memahaminya adalah ide ekuvalensi dan model matematika. Kita akan
memperluas ide kita tentang angka yang diambil lebih dari 4 sistem bilangan yaitu
bilangan pecahan, integral, rasional dan bilangan riil. Ide dua kunci untuk
memahami konsep dari ekuivalen dan model matematika. Konsep ini dibatasi oleh
sistem bilangan. Seperti konsep tentang himpunan, konsep ini juga merupakan hal
yang mendasar. Kata “ekuivalen” mempunyai arti “sama”, seperti sama untuk
tujuan yang khusus, atau keterangan-keterangan yang lain. Jika terdapat sebuah
himpunan dari suatu objek, kita dapat membagi himpunan ini ke dalam beberapa
sub himpunan berdasarkan kesamaannya.
Maka, dalam hal ini penulis akan membahas tentang “The Naming of
Numbers, Two More Key Ideas” sebagai salah satu tugas kelompok mata
kuliah Psikologi Pembelajaran Matematika.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana penamaan angka dan bilangan
2. Mengetahui ekuivalensi dan model matematika sebagai sebuah ide
antara fungsi kecerdasan matematika

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Naming of Number
2.1 Numerasi
Seperti yang telah dikemukaan pada bab sebelumnya mengenaio simbol
bahwa ‘five’, ‘cinq’, ‘5’, ‘V’, dan ‘101’ adalah penyimbolan atau penamaan yang
berbeda untuk untuk bilangan yang sama. Numerasi berarti penamaan bilangan,
jadi pertanyaannya sekarang apakah satu sistem numerasi lebih baik dari pada
yang lain, dan jika demikian, apa yang membuatnya seperti itu? Jawaban pada
bagian pertama dari pertanyaan akan segera terjawab jika kita mencoba
menjumlahkan dalam angka Romawi, terlebih lagi jika kita mencoba
mengalikan.
Bandingkan penjumlahan berikut:
XXIV dan 24

+ XXXIX + 39
atau perkalian berikut ini:
XXVII dan 27
x VII x 7
Perkalian yang lebih panjang :
XXIV dan 24
x XXXIX x 39

Angka Romawi bahkan tidak memberitahu kita secara sepintas apa jenis
ukuran suatu bilangan. Meskipun XLIX adalah satu kurangnya dari L, hal itu
tidak terlihat. Tidak heran bahkan perkalian sederhana adalah suatu tugas untuk
ahli matematika yang profesional, dan perhitungan itu harus diselesaikan dengan
bantuan seperti calculi (batu kerikil).
Kesalahan utama sistem Romawi adalah gagal membuat penggunaan
fakta bahwa jika kita menambah satu himpunan dari 2 dan satu himpunan dari 3,
kita mendapat satu himpunan dari 5, anggota dari himpunan ini adalah obyek
tunggal atau bahkan himpunan dari himpunan. Jadi 2 pertandingan dan 3
2
pertandingan bersama. Juga 2 kotak dari 40 dan 3 kotak dari 40 menghasilkan 5
kotak dari 40, dll. Sehingga satu abstraksi 2 + 3 = 5 memuat semua operasi ini.
Dalam sistem Hindu-Arab, hasil ini digunakan dalam bentuk 2 himpunan dari 10
bersama dengan 3 himpunan dari 10 menghasilkan 5 himpunan dari 10, dan
dengan cara yang sama 2 himpunan dari 10 himpunan dari 10 bersama dengan 3
himpunan dari 10 himpunan dari 10 menghasilkan 5 himpunan dari 10 himpunan
dari 10 dst. Lebih jelasnya dapat ditulis sebagai berikut : 20 + 30 = 50 dan 200 +
300 = 500. Jika kita menemukan himpunan pernyataan kedua lebih mudah untuk
diikuti daripada yang pertama, ini tentu saja akan menjadi bagian karena
kebiasaan, tetapi juga menunjukkan nilai singkatnya dalam suatu notasi untuk
penanganan yang mudah dari apa yang terlihat, dengan perluasan ke dalam kalimat
lisan, untuk memperoleh cukup banyak informasi.
Dalam sistem Hindu-Arab kita belajar seperti anak menjumlahkan semua
pasangan bilangan berbentuk n1 + n2 , dimana n1 dan n2 adalah sebarang bilangan
1, 2, 3, … 9. Oleh karena sebarang bilangan pertama dapat ditambahkan
dengan sebarang bilangan kedua, hal ini berakibat 81 hasil hafalan, yang
berkurang sampai 45 berdasarkan fakta bahwa 7 + 5 = 5 + 7 dst. Jika ini hanya
memungkinkan kita untuk menjumlah pasangan bilangan sampai 99, total dari
4950 pasangan, ini akan menjadi suatu penyimpanan 4950 fakta untuk diingat.
Tetapi sistem Hindu-Arab memungkinkan kita untuk menjumlah semua
pasangan bilangan yang mungkin sebesar yang kita inginkan, secara sederhana
dengan menghafal 45 fakta penjumlahan, bersama dengan sedikit aturan sederhana
dari prosedur. sehingga simpanan menjadi tidak dapat dihitung. Ini seperti
perbedaan antara berjalan dan terbang; perjalanan menjadi mudah dengan alat
yang belakangan dibuat dengan susah payah oleh pembuat. Dan ini adalah
kepercayaanku bahwa alasan utama mengapa matematika Romawi tidak pernah
mengalami kemajuan' adalah kekuranganmereka atas notasi aritmatika yang bagus.
Untuk mengetahui bagaimana sistem Hindu Arab mencapai penyimpanan
teaga kerja yang luar biasa ini, kita harus kembali ke prinsip pertama, dan menguji
dengan pemahaman orang dewasa sebagian dari penjumlahan dan perkalian rutin
sederhana yang kita ajarkan pada anak. Kita akan menemukan bahwa
kesederhanaan metoda menyembunyikan suatu kompleksitas gagasan tak diduga,

3
yang mungkin membantu kita untuk menghargai kekuatan yang diberikan oleh
notasi dan teknik yang berhubungan, dan pada sebagian darimana kekuatan ini
berasal. Untuk membatasi tugas kita mengasumsikan, tanpa analisis, ide nilai
tempat, contoh 365 berarti 3 ratusan dan 6 puluhan dan 5 satuan.

2.2 Penjumlahan
Dalam percakapan sehari-hari kita menggunakan ’tambah’ untuk banyak
kegiatan mengkombinasi yang berbeda. Contoh tambahkan telor masak. Disini
kita perlu membedakan antara cara mengkombinasikan 2 himpunan, yang akan
kita sebut penggabungan, dan cara mengkombinasikan dua bilangan yang
akan kita sebut penjumlahan. Sehingga menjumlahkan 2 bilangan sebut 5 dan 7,
berhubungan dengan mengambil sebarang himpunan yang banyak anggotanya
(bilangannya) lima dan sebarang himpunan yang banyak anggotanya
(bilangannya) 7 menggabungkan keduanya menjadi satu himpunan dan
menemukan bilangan dari himpunan baru ini. Himpunan hasilnya disebut
gabungan dari dua himpunan aslinya. Bilangan hasilnya adalah jumlah dari dua
bilangan aslinya.

Gambar 2.1 Konsep penjumlahan dan gabungan himpunan


Kita membutuhkan cara yang lebih ringkas untuk menulis semua ini. Missal
S1 dan S2 adalah sebarang dua himpunan (disjoin), dan S1 ∪ S2 untuk
gabungannya. Maka, secara umum, jika n (S) berarti bilangan dari himpunan S
dan seterusnya.
n(S1) + n(S2) = (S1 ∪ S2).
Secara jelas menunjukkan hubungan antara penggabungan dua himpunan
dan penambahan bilangannya.
Pada tingkat penghitungan bilangan, notasi diorganisasikan untuk kita.
Bilangan yang berada di sebelah kanan merupakan satuan, selanjutnya
disebelah kirinya adalah bilangan puluhan, ratusan dan seterusnya.

4
Jadi dengan menulis bilangan pada kolom yang tepat kita bisa
menjumlahkan setiap satuan, puluhan dan sebagainya, yang sesuai untuk dihitung.
Kita tahu bahwa menjumlahkan tujuh dan lima adalah dua belas. Namun notasi
12, ditulis tiap kolom satu digit (aturan nilai), secara otomatis aturannya 1
sebagai puluhan dan 2 sebagai satuan.

3 7
4 5
7 twelve

1 2
8 2

Cara ini disebut sebagai metode ‘nilai’, yang dapat dilakukan dengan baik
mulai dari bilangan puluhan ke ratusan (puluhan ke puluhan) ini merupakan
penerapan prinsip bahwa bilangan dari himpunan tidak tergantung pada
anggotanya. Bandingkan penjumlahan tersebut dengan notasi yang sama pada
notasi bilangan Romawi yang tidak memberikan bantuan apapun.

2.3 Perkalian
Keuntungan dari notasi bilangan Hindu-Arab menjadi lebih berarti jika
bilangan tersebut dikalikan. Kita mulai dari 6 x 3 = 18 maksudnya dalam
himpunan objek.
Kita mulai dengan himpunan 6,

dan kombinasi dengan 3 dari himpunan tersebut.

Hasilnya dapat disusun ulang dengan 1 himpunan dengan


10 satuan dan 8 satuan

5
Semua satuan menjadi himpunan puluhan dan himpunan puluhan
menjadi himpunan ratusan. Sehingga
6 6 0
x3 x 3
18 1 8 0

Seperti yang dapat kita lakukan pada saat menjumlahkan bilangan dengan
metode yang direpresentasikan berdasarkan satuan, puluhan, ratusan dan
sebagainya, sehingga kita dapat mengalikan bilangan yang besar dengan cara
menjumlahkan satuan, kemudian membawa bilangan yang dibutuhkan pada
kolom selanjutnya dari kanan ke kiri (seperti penulisan versi Arab). Contohnya
586 x 3
Penyingkatan notasi yang sesuai menyebabkan ketidakjelasan hal yang
harus dilakukan. Sebagian besar siswa mempelajari cara ini terlalu cepat, dan
didorong untuk menghilangkan prosedur yang harus dilakukan dengan segera
mungkin.

5 8 6
× 3
1 72 51 8
Teknik yang dilakukan secara cepat dengan mengorbankan pemahaman
matematika. Sebenarnya kita melakukan perkalian sebanyak tiga kali.

5 8 6
× 3

6 × 3 = 1 8
8 0 × 3 = 2 4 0
5 0 0 × 3 = 1 5 0 0
Dijumlah 5 8 6 × 3 = 1 7 5 8

2.4 Sifat Distributif


Pernyataan terakhir merupakan kebenaran berdasarkan :
(6 + 80 + 500) × 3 = (6 × 3) + (80 × 3) + (500 × 3)

6
Tanda kurung tersebut mengindikasikan bahwa operasi yang ada di
dalamnya dilakukan terlebih dulu. Jadi, ruas kiri yang dilakukan lebih dulu adalah
menghitung 6 + 80 + 500, hasilnya 586. kemudian menghitung 586 × 3. Pada
ruas kanan yang harus dilakukan lebih dulu adalah menghitung 6 × 3, 80 × 3,
500 × 3, kemudian menjumlahkan ketiga hasilnya. Persamaan tersebut
menunjukkan bahwa dengan menggunakan kedua metode diperoleh hasil yang
sama.
Bagaimana cara menghitung operasi yang ada pada ruas kanan? Sementara
perkalian 3 yang dikenal hanya sampai pada 9 × 3 dan kita tahu hal ini benar jika
kita gunakan perkalian satuan, puluhan dan ratusan. Namun kita tidak perlu
mempunyai tabel perkalian sampai 586 × 3. Kasus ini dapat dicek dengan
penjumlahan. 586 × 3 adalah banyaknya 3 himpunan yang masing-masing
anggotanya adalah 586 (misalnya menjumlahkan 3 himpunan yang masing-masing
berisi 586 titik).

Kita dapat menjumlahkan bilangan tersebut dengan membuat beberapa


asumsi yang disimpan. Sehingga metode tersebut memberikan jawaban yang
benar pada permasalahan ini. Namun yakinkah kita bahwa setiap bilangan dapat
dilakukan hal yang sama? Berikanlah kasus pada siswa sebagai latihan, maka akan
terdapat perbedaan cara menerapkannya. Ini harus kita lakukan sekarang, namun
cara ini dapat dengan mudah dilakukan dengan memulai pada kasus yang
sederhana.
Ilustrasi berikut menunjukkan perkalian 3 ×
4. (Dimulai dengan sebuah himpunan 3 satuan dan
4 himpunan di dalamnya).
Menyusun ulang ilustrasi tersebut seperti ini,
dimana setiap kolom mewakili himpunan dengan 3
satuan dan himpunan dari 4 kolom mewakili hasil

7
dari kesatuan 4 himpunan

Dengan ilustrasi yang sama menunujukkan perkalian 2 × 4. Gabungan


2 himpunan tersebut menempatkan penjumlahan bilangan tepat pada baris

Tanpa perhitungan hal


itu jelas bahwa hasil ilustrasi
3×4 (3 + 2) × 4
menunjukkanperkalian (3 +
2x4
2) × 4. Karena

(3 × 4) + (2 × 4) = (3 + 2) × 4
2×4
Ini adalah sifat dari bilangan asli, ketika bentuk tersebut ditulis dalam cara
lain:
(𝑎 + 𝑏) × 𝑛 = (𝑎 × 𝑛) + (𝑏 × 𝑛)
bentuk tersebut sering dinyatakan dalam kata-kata yaitu: “perkalian yang
distributif terhadap penjumlahan”. Hal itu kemudian disingkat sifat distributif .
Sifat distributif adalah sebagian karena dengan sifat ini kita dapat menghitung hasil
perkalian seperti 586 × 3. Berdasarkan pengetahuan × 3 kita, tabel daftar angka
hanya sampai pada 9 × 3 dan sama untuk perkalian yang lain. Jadi sifat distributif
sangat penting.

2.5 Dua Sifat pada Penjumlahan


Salah satu sifat yang dapat digunakan ketika menjumlahkan bilangan yang
lebih dari 10. Contohnya :
2 3
5 4
7 7
Dengan perhitungan mental :
3 + 4 = 7 dan 2 + 5 = 7
Berarti 20 + 50 = 70
Ada dua situasi yang tersembunyi disini. Cara ini hanya valid jika :
23 + 54 = (20 + 50) + (3 + 4)
(20 + 3) + (50 + 4) = (20 + 50) + (3 + 4)

8
Menggunakan tanda kurung sebagai kebiasaan untuk menunjukkan operasi
pertama yang dikerjakan. Yang diperlukan dalam hal ini adalah :
1) Bahwa hal itu tidak masalah pasangan mana yang kita jumlahkan
2) Bahwa hasil tidak dipengaruhi perubahan urutan bilangan
Sifat-sifat operasi penjumlahan pada bilangan asli tersebut kita terima benar.
Dengan bentuk, jika a, b, c adalah sebarang bilangan asli, maka :
1) (a + b) + c = a + (b + c)
2) a + b = b + a
pernyataan pertama bahwa hasil sama berapapu dua bilangan yang kita
asosiasikan terlebih dahulu dan pernyataan kedua bahwa hasil sama jika kita
mengubah (menukar) bilangan untuk dijumlahkan. Jadi kedua sifat tersebut boleh
dinyatakan dengan kalimat : penjumlahan pada bilangan asli adalah asosiatif dan
komutatif. Ketika ditunjukkan pada suatu himpunan, sifat-sifat tersbeut jelas
mnejadi intuitif.

2.6 Lima Sifat Sistem Bilangan Asli


Berdasarkan sistem bilangan asli kita mengartikan himpunan bilangan
asli {0∗, 1, 2, 3, … } bersama dengan dua operasi + dan x . Kita telah menemukan
cara umum untuk penjumlahan dan perkalian yang tergantung pada lima sifat
yang dapatdiringkas sebagai berikut.
Dalam Kata-kata Dalam Simbol
Jika n, a,b,c adalah sebarang
bilangan,
maka:
Penjumlahan komutatif a +b =b+a
a + (b+c)=(a+b)+c
dan asosiatif
Perkalian komutatif axb=bxa
(a x b) x c = a x ( b x c)
dan asosiatif
Perkalian distributif terhadap n x (a + b) = (n x a) + (n x b)
penjumlahan

Kebanyakan dari kita menggunakan sifat-sifat tersebut untuk diwarisi tanpa


memperhatikan pentingnya sifat-sifat tersebut. Mereka memungkinkan kita untuk
memperluas kemampuan kita dalam menjumlah dan mengalikan dari pasangan

9
bilangan yang kurang dari 10, seperti 2 + 5, 3 4, untuk penjumlahan dan hasil
bilangan untuk sebarang ukuran, seperti 24372 + 192 205932. Meskipun belajar
mengerjakan jenis perhitungan panjang ini dengan kecepatan mekanis dan
ketelitian bukanlah bagian penting dari matematika sekolah, mesin yang
mengerjakan perhitungan panjang untuk kita menggunakan beberapa sifat.
Berikut ini adalah dua pondasi utama:
(i) bilangan dari suatu himpunan tidak tergantung pada anggota/unsur apa.
Intinya, anggota/unsur boleh bilangan-bilangan itu sendiri yang menjadi
himpunan.
(ii) bilangan dari suatu himpunan tidak tergantung pada bagaimana
anggota/unsur- unsur itu diatur, yang berarti hal itu tidak tergantung
pada urutan ketika kita menghitung bilangan-bilangan itu.

10
B. Two More Keys Idea
2.7 Ekuivalensi

Ekuivalensi merupakan ide untuk menjembatani antara fungsi kecerdasan


matematika, dan berguna untuk memulai dengan contoh sehari-hari sebelum
mendefinisikan secara matematis. Kata “ekuivalen‟ berarti bernilai sama, yaitu
sama pada tujuan tertentu dalam cara tertentu. Misalnya diberikan sebarang
himpunan objek, maka kita dapat mengelompokkannya menjadi beberapa sub- set
yang memiliki kesamaan satu dengan lainnya. Sebagai contoh, {koin dalam
kantong} dapat dikelompokkan menjadi sub-set koin yang bernilai sama. {kaleng
cat di sebuah toko} dapat dikelompokkan menjadi sub-set yang memiliki warna
yang sama. {novel di perpustakaan} dapat dikelompokkan menjadi sub-set yang
penulisnya sama. Metode pengelompokkan tidak sempurna jika ada anggota
himpunan induk yang tidak masuk ke dalam sub-set, justru masuk ke dalam lebih
dari satu himpunan. Jadi, dapat dikatakan bahwa setiap anggota himpunan harus
termasuk dalam satu, dan hanya satu sub-set. Himpunan dari sub-set yang
memenuhi persyaratan ini disebut sebagai partisi dari himpunan induk.
Pengelompokkan elemen himpunan induk ke dalam sub-set dapat dilakukan
melalui dua cara. Pertama, dimulai dengan beberapa karakteristik, lalu membentuk
sub- set berdasarkan sifat tersebut. Contoh:
N Himpunan Sifat Karakteristik Dari Sub-Sub
o Himpunan
1 {koin di dalam kantong} {1p, 2p, 5p, 10p, 20p, 50p }
2 {kaleng cat} merah, biru, hijau, kuning, …
3 {novel di perpustakaan} H.G. Wells‟, C.S. Lewis, Neville Shute …

Tiap-tiap karakteristik kadang saling berhubungan dan membentuk


himpunan yang memiliki sifat karakteristik. Misalnya pada contoh pertama,
menggambarkan nilai mata uang, contoh kedua menggambarkan warna, dan
contoh ketiga menggambarkan pengarang novel.
Cara kedua dengan melakukan prosedur pemasangan, kemudian
mengelompokkan himpunannya dengan cara memasangkan anggota himpunannya
dengan sub-set sama. Contohnya, seorang ilmuwan mungkin saja
mengelompokkan {kupu-kupu yang ada di sebuah kota} dengan memasangkan

11
temuannya berdasarkan warna dan pola sayapnya. Masing- masing sub-set dari
kupu-kupu tersebut akan membentuk spesies dan nama yang berbeda. Metode ini
sering digunakan pada saat menemukan objek baru.
Prosedur pemasangan ini jika dilakukan dengan tepat, maka disebut sebagai
relasi ekivalen. Ketepatan sebuah pemasangan dapat dicapai dalam ide
matematika, akan tetapi tidak mudah dalam dunia nyata. Contohnya:
pengelompokkan papan kayu berdasarkan panjangnya. Papan A dan B hanya
berbeda 5 mm, begitu pula papan B dan C, C dan D, dan seterusnya. Tapi tidak
dapat dikatakan bahwa papan A dan J berbeda 5 mm, karena ada kemungkinan
papan A dan J berbeda 45 mm. Jadi metode pemasangan „hampir memiliki
panjang yang sama‟ tidak bersifat transitif. Jika kita mengukur panjang papan kayu
mendekati 5 mm dan memasankannya tanpa melihat secara fisik, maka sifat
transitif terpenuhi, dan kita memiliki relasi ekivalen yang lain.
Pentingnya sifat transitif adalah dua elemen sub-set yang sama dalam sebuah
partisi saling terhubung oleh relasi ekivalen. Jika menggunakan metode kedua
maka terlihat jelas sifat transitifnya. Jika menggunakan metode pertama, maka
kita akan selalu dapat menemukan relasi ekivaken antara dua elemen sub-set yang
sama. Contoh:
Himpunan Partisi Relasi Ekivalen
{koin dalam Sub-set dari koin yang Mempunyai nilai yang
kantong} bernilai sama sama
dengan
{kaleng cat} Sub-set dari kaleng cat Berwarna sama dengan
yang berwarna
sama
{novel di Sub-set dari novel yang penulis yang sama
perpustakaan} pengarangnya dengan
sama
Sebarang Sebarang partisi Sub-set yang sama
himpunan dengan
Sub-set yang yang termasuk dalam partisi disebut sebagai kelas ekivalen.
Hubungan ekivalen yang dapat digunakan pada semua elemen himpunan,
mempartisi himpunan tersebut ke dalam kelas ekivalen. Dan sebarang partisi
himpunan dapat digunakan untuk mendefinisikan relasi ekivalen.

12
2.8 Aturan Pertukaran

Ide implisit pada ekivalensi, yaitu konsep pertukaran untuk tujuan tertentu.
Contohnya, untuk membeli sebotol minuman bersoda, semua koin pada sub-set 5p
dapat ditukarkan. Untuk mengecat kapal dengan warna biru, cat warna biru dapat
ditukarkan. Seseorang yang meminta kepada pustakawan buku karangan H.G.
Wells‟, tidak akan masalah untuk diberi sebarang buku karangan H.G. Wells‟.
Ekivalensi tergantung kepada sifat tertentu, yaitu sifat pada kelas ekivalen. Jadi,
dalam kelas, kita dapat memilih anggota tertentu yang lebih menguntungkan.
Di dalam kelas ekivalen koin yang bernilai sama, kolektor akan memilih uang
yang masih bagus. Dalam kelas ekivalen cat berwarna biru, maka cat yang tahan
pada sinar matahari dan air laut akan lebih dipilih. Pembaca novel H.G. Wells‟
juga akan lebih memilih buku yang belum dibacanya.
Akibat dari pertukaran adalah adanya cara lain untuk menamai kelas
ekivalensi. Cara pertama berdasarkan karakteristiknya (contohnya 5p). Cara
konkretnya yaitu menggunakan salah satu elemen himpunan sebagai representasi
himpunan tersebut (koin 5p). Sebuah representasi harus menggambarkan
kelasnya, jadi kita harus memahami dulu relasi ekivalen yang digunakan. Metode
penamaan kelas dengan menggunakan representasi menjadi baik apabila kita
sudah memahami tujuan dari penamaan tersebut.

2.9 Ekuivalensi dan Persamaan


Dua buah objek dikatakan ekivalen jika kedua objek tersebut memiliki
kesamaan tertentu. Dua objek dikatakan sama jika kedua objek tersebut memiliki
kesamaan disemua bagian. Karena sebuah objek hanya bisa sama dengan objek
itu sendiri, maka kita akan menganggap pernyataan persamaan tersebut trivial.

Sebuah persamaan menunjukkan sebuah objek yang sama (baik objek fisik
maupun ide) dalam dua cara yang berbeda. Jadi
Tiga = 3 (benar)
‘Tiga’=’3’ (salah)

Jika kita mendefinisikan sebuah kelas ekivalen menggunakan sifat


karakteristiknya dimana semua nama anggotanya sama, maka kita menggunakan
simbol ≅ (ekivalen), maka

13
‘Tiga’ ≅ ‘3’ (benar)

2.10 Model Matematika


Misalnya kita berencana ingin membuat sebuah dapur, kita perlu
membuat rencana dalam skala dan mengambar berbagai furnitur yang ada secara
terpisah. Kita kemudian akan mencoba meletakkan furniture tersebut dalam
berbagai posisi, sehingga memperoleh posisi yang tepat. Apa yang kita lakukan
tersebut berarti kita melakukan abstraksi terhadap benda-benda fisik dengan
kualitas dan tujuan tertentu. Inilah yang disebut bekerja dengan model.
Model dapur yang telah dibuat adalah model fisik yang dibuat dengan
tujuan tertentu, sedangkan dalam sistem bilangan adalah model non-fisik.
Akan tetapi, prinsipnya sama yaitu dengan melakukan abstraksi, abstraksi
manipulasi bukan abstraksi obyek fisik. Contohnya, jika ada kunjungan dari
teman yang terdiri dari empat orang seusia kita, dua orang dewasa, dan tiga
anak- anak. Langkah pertama adalah melakukan abstraksi dengan prinsip dasar.
Dengan tujuan tertentu kita abaikan usia, jenis kelamin, tuan rumah atau
pengunjung. Kita dapat mengabstraksikan masalah sebagai 4, 3, 2.
Kemudian dilakukan operasi penjumlahan: 4 + 2 + 3 = 9. Dapat
disimpulkan bahwa orang yang berkunjung adalah sembilan orang. Pada level
abstraksi ini, kita menyesuaikan sekumpulan orang dengan sekumpulan bilangan.

2.11 Pengukuran
Satu hal yang paling penting dalam sistem bilangan asli adalah pemodelan.
Bilangan dapat mewakili orang, cangkir, domba, barang perdagangan, sel-sel
darah merah dan kata-kata. Namun kita tidak bisa menghitung volume susu
dalam botol, panjang jalan, nilai sebuah mobil, atau popularitas. Dengan
mengkombinasikan bilangan asli dan satuan pengukuran, kita dapat
memperluas kegunaannya secara bersamaan walaupun dengan dua cara yang
berbeda. Kita bisa menggunakannya untuk kuantitas yang kontinu dan objek
diskrit. Dan dengan berbagai macam satuan pengukuran kita dapat membuat
model untuk volume, panjang, nilai, suhu, berat, massa, daerah, waktu,
kecepatan, potensial listrik, arus listrik, energi, frekuensi, dan lain-lain.

14
Prinsip dasar dalam pengukuran seperti menghitung sudah tidak asing
lagi. Dalam menghitung besar volume, berat, panjang tertentu dan menyebutkan
satuannya. Kemudian kita akan menemukan berapa banyak satuan ini yang sesuai
dengan berat objek yang kita ukur. Kita dapat mengkonversi pertanyaan “berapa
banyak?” dalam konsep berat menjadi “berapa kg berat suatu benda?” Untuk
menjawab pertanyaan ini kita dapat mengukur sebuah benda. Jadi, perhitungan
adalah teknik untuk menemukan banyak suatu benda, sedangkan pengukuran
adalah teknik untuk mengukur kualitas tertentu suatu benda, misalnya: volume,
berat, panjang, dan temperatur. Dalam perhitungan fisik suatu benda, kita
mengabaikan luas benda tersebut atau mengabaikan sesuatu yang terjadi dalam
benda tersebut (misalnya: resolusi mesin). Dalam pengukuran kita
selalu membutuhkan alat bantu fisik, misalnya timbangan, penggaris, pengukur
cairan, dan termometer.

2.12 Pembobotan
Dalam pembobotan ada berbagai macam pengukuran. Akan lebih mudah
jika kita mempelajarinya dari contoh, baru kemudian abstraksi. Berat dan massa,
bukan hal yang sama. Berat adalah sebuah kekuatan-daya tarik grafitasi dengan
benda. Massa adalah salah satu cara untuk menggambarkan jumlah materi
dalam benda. Jadi, jika tubuh kita di ukur di bulan, beratnya berkurang, tetapi
massanya tetap sama. Hal ini dikarenakan gaya grafitasi bulan berbeda dengan
gaya grafitasi bumi. Ketika kita menimbang sesuatu, sebenarnya yang kita
lakukan adalah mengukur berat bukan massa. Pembobotan adalah cara yang
sangat mudah untuk mengukur massa, karena massa tubuh yang sama, di
tempat yang sama, memiliki berat yang sama. Jadi, tidak perlu
mempermasalahkan apakah itu berat atau massa badan. Sepasang skala atau
timbangan dapat digunakan untuk membandingkan berat dua benda.
Kita dapat menggunakan satuan yang kita sukai sesuai dengan
standar internasional, misalnya massa satuannya kilogram (kg). Kita bisa
menggabungkan berat dari beberapa kilogram benda. Misalnya kita ingin
menimbang sekantung tepung terigu. Jika skala pada timbangan setara dengan
benda yang memiliki berat 5 kg, maka dapat kita katakan bahwa sekantung

15
tepung terigu tersebut mempunyai berat 5 kg. Jika tepung terigu tersebut
setara dengan berat dua kantong kentang yang masing-masing beratnya 2 kg
dan 4 kg, maka dapat kita katakan bahwa berat sekantung terigu tersebut 6 kg.
Secara implisit dapat kita simpulkan bahwa penjumlahan juga berlaku pada
kasus di atas. Hal ini sudah dijamin kebenarannya. Contoh, 1 liter air bersuhu
10°C dicampur dengan 1 liter air bersuhu 40°C, ini akan menhasilkan 2 liter air
tetapi tidak bersuhu 50°C. Hal ini memperingatkan kita bahwa dalam kasus-kasus
yang lebih kompleks, tidak cukup dengan menambahkan tetapi dengan
mengalikan, menguraikan pada pengali, menyelesaikan persamaan, dan
memanipulasi model matematis dengan cara yang semakin kompleks.

16
BAB III
PENUTUP

3.3 Kesimpulan

Penamaan sebuah angka merupakan suatu perwujudan bagaimana kita


menginterpretasi suatu angka atau bilangan tersebut. Hal tersebut penting sejalan
dengan kemampuan kita untuk menggunakan sifat-sifat sistem bilangan asli
dengan baik telah menghasilkan suatu notasi yang mewujudkan sifat-sifat tersebut
dan menunjukkan cara perhitungan sederhana dan cepat yang memanfaatkan sifat-
sifat itu secara keseluruhan. Karena perdagangan, industri, dan teknologi kita saat
ini tidak mungkin tanpa cara perhitungan yang efisien, hal itu berarti bahwa
disamping materi, peradaban modern telah dibuat mungkin, suatu derajat tingkat
penting, dengan notasi Hindu-Arab. Konsep tersebut dapat kita lihat .sampai
sekarang ini

Selanjutnya Ekuivalensi merupakan ide untuk menjembatani antara fungsi


kecerdasan matematika, dan berguna untuk memulai dengan contoh sehari-hari
sebelum mendefinisikan secara matematis. Kata “ekuivalen‟ berarti bernilai
sama, yaitu sama pada tujuan tertentu dalam cara tertentu. implikasi dari konsep
ekuivalen adalah kemampuan saling mengganti untuk tujuan tertentu.
Model matematika merupakan tujuan yang kita rencanakan, Sehingga
membantu membuat skala perencanaan dari ruangan itu sendiri, dan juga untuk
menggambarkan bagian-bagian Yang terpisah dari furniture yang kita maksudkan
untuk diruangan, dan menghilangkan yang lainnya. Kita kemudian dapat mencoba
posisi yang bervariasi nantinya, dan mengamati hasil untuk kenyamanan ruangan
dan kesesuaian ruangan.

3.4 Saran
Mengajarkan matematika kepada siswa membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan terkait konsep matematika mapun metode pembelajarannya. Untuk
itu diharapkan Guru Matematika mempelajari lebih lanjut terkait materi yang telah
diuraikan dalam makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Skemp, Richard R. dan Henri Troyat. (1971). The Psychology of Learning


Mathematics. Michigan: Penguin Books

18

Anda mungkin juga menyukai