Anda di halaman 1dari 15

CJR

(CRITICAL JOURNAL REVIEW)

STRUKTUR ALJABAR

“Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar ”


PRISMA (Prosiding Seminar Nasional Matematika)

Dosen Pengampu :

Dr. Mulyono, S.Si, M.Si

NIP. 197112311999031010

KELOMPOK 4

1. FEBI ALAMSYAH 4173230008


2. NILA SARI 4172230011
3. RIADIL JANNAH SIHOMBING 4172230006
4. VIKA SYAFITRI 4172230012

KELAS : MATEMATIKA NONDIK B 2017

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat, karunia, taufik dan hidayah yang diberikan-Nya, kami dapat
menyelesaikan CJR ini tepat pada waktunya. Serta shalawat dan salam kepada
Nabi Muhammad saw. yang telah membawa umat manusia ke alam yang penuh
ilmu pengetahuan.

CJR ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas KKNI mata kuliah
Struktur Aljabar . Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
Mulyono, S.Si, M.Si selaku dosen pengampu yang telah membimbing kami dalam
pembuatan tugas ini.

Harapan kami agar CJR ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah wawasan pembaca mengenai Keberlakuan Teorema pada Beberapa
Struktur Aljabar. Karena keterbatasan pengetahuan, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam CJR ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat membantu untuk perbaikan CJR ini.

Medan, 30 September 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan............................................................................................1

1.1. Latar Belakang Jurnal.........................................................................1

1.2. Rumusan Masalah Jurnal....................................................................1

1.3. Tujuan Jurnal......................................................................................1

Bab II Teori-teori Penunjang Jurnal..................................................................2

Bab III Metode Penelitian dan Hasil Yang Diperoleh Jurnal............................7

Bab IV Kesimpulan Jurnal................................................................................11

Daftar Pustaka Jurnal........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Aljabar abstrak merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika. Kajian
dalam aljabar abstrak antara lain struktur grup dan ring, meliputi definisi dan sifat-
sifatnya (teorema). Setiap definisi diikuti contoh-contoh sedangkan sifat/teorema
diikuti oleh bukti. Suatu teorema dapat digunakan apabila teorema tersebut sudah
dibuktikan. Dalam kajian aljabar abstrak topik utamanya adalah pembuktian
teorema. Bentuk umum dari teorema adalah implikasi, terdiri atas hipotesis dan
konklusi (simpulan).
Suatu struktur aljabar terdiri atas suatu himpunan dan operasi biner yang
memenuhi aksioma yang disyaratkan. Grup merupakan struktur dasar dalam
mempelajari aljabar abstrak. Dapat dibentuk struktur aljabar lain dengan
menambahkan satu operasi biner dan beberapa aksioma, yakni ring. Suatu
himpunan R dengan operasi penjumlahan dan perkalian dikatakan ring apabila
himpunan R merupakan grup komutatif terhadap operasi penjumlahan dan
semigrup terhadap operasi perkalian, serta bersifat distributive perkalian terhadap
penjumlahan (Fraleigh, 1989).
1.2. Rumusan Masalah
 Bagaimana cara memeriksa keberlakuan teorema pada beberapa
struktur aljabar ?
 Apakah ada beberapa teorema dalam grup secara implisit berlaku pula
dalam ring ?
 Bagaimana membuktikan daerah integral (integral domain) merupakan
ring armendariz ?
1.3.1. Tujuan
 Memeriksa keberlakuan teorema pada beberapa struktur aljabar
 Mengetahui ada beberapa teorema dalam grup secara implisit berlaku
pula dalam ring
 Membuktikan daerah integral (integral domain) merupakan ring
armendariz,
BAB II

1
TEORI PENUNJANG JURNAL

1. Grup
a. Definisi 1 (Definisi Grup)
Misalkan G himpunan tak kosong dan operasi ∗ merupakan operasi biner
pada G. Himpunan G dilengkapi dengan operasi * ditulis <�,∗> dikatakan grup
apabila memenuhi:
i. Operasi ∗ pada himpunan G bersifat assosiatif.
ii. Himpunan G memiliki elemen netral terhadap operasi ∗.
iii. Setiap elemen di G memiliki invers terhadap operasi ∗.
b. Definisi 2 (Definisi Grup Abelian)
Grup <�,∗> dinamakan grup abelian (komutatif) apabila 𝑎∗�=�∗𝑎 untuk
setiap 𝑎,�∈�
c. Teorema 1 (Teorema Kanselasi pada Grup)
Diketahui <�,∗> grup dan 𝑎,�,𝑐∈�.
i. Jika 𝑎∗�=𝑎∗𝑐 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kiri)
ii. Jika �∗𝑎=𝑐∗𝑎 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kanan)
d. Definisi 3 (Definisi Subgrup)
Misalkan G grup, H himpunan tak kosong dan H subset G. H dinamakan subgrup
dari G apabila H merupakan grup terhadap operasi yang didefinisikan pada G.
e. Teorema 2
Diketahui G grup dan H subset G. H subgrup dari G jika dan hanya jika
𝑎�−1∈� untuk setiap 𝑎.�∈�.
f. Definisi 4 (Definisi Koset)
Misalkan G grup, H subgrup dari G dan 𝑎∈�.
i. 𝑎�={𝑎ℎ|ℎ∈�} dinamakan koset kiri dari H yang memuat 𝑎,
ii. �𝑎={ℎ𝑎|ℎ∈�} dinamakan koset kanan dari H yang memuat 𝑎.
Apabila 𝑎�=�𝑎 atau koset kiri sama dengan koset kanan maka H
dinamakan subgrup normal.

g. Grup Faktor

2
Teorema 5: Misalkan G grup dan H subgrup normal dari G. Operasi (aH)
(bH)=abH terdefinisi dengan baik jika dan hanya jika 𝑔�=�𝑔 untuk setiap 𝑔∈�.
Teorema 6: Jika G grup dan H subgrup normal dari G maka G/H dengan operasi
(aH)(bH)=abH membentuk grup.
Definisi: Grup G/H terhadaap operasi (aH)(bH)=abH dinamakan grup faktor dari
G modulo H.
h. Definisi 5 (Definisi Homomorfisma Grup)
Misalkan G dan G’ grup. Pemetaan �:�→�′ dinamakan homomorfisma
grup apabila �(𝑎�)=�(𝑎)�(�) untuk setiap 𝑎,�∈�.
i. Definisi 6 (Definisi Macam-macam Homomorfisma pada Grup)
Misalkan �:�→�′ homomorfisma grup.
i. � dinamakan monomorfisma apabila � injektif
ii. � dinamakan epimorfisma apabila � surjektif
iii. � dinamakan isomorfisma apabila � bijektif
iv. � dinamakan endomorfisma apabila �=�′
v. � dinamakan automorfisma apabila �=�′ dan � bijektif.
j. Teorema 7 (Teorema pada Homomorfisma Grup)
Misalkan �:�→�′ homomorfisma grup.
i. Jika � elemen netral di G maka �(�)=�′ dengan �′ elemen netral di G
ii. Jika 𝑎∈� maka �(𝑎−1)=[�(𝑎)]−1
iii. Jika H subgrup dari G maka �(�) subgrup dari G’
iv. Jika K’ subgrup dari G’ maka �−1(�′) subgrup dari G.
k. Definisi 6 (Definisi Kernel)
Jika �:�→�′ homomorfisma grup maka �−1({�′})={𝑥∈�|�(𝑥)=�′}
dinamakan kernel dari � dan disimbolkan dengan Ker(�).
l. Teorema 8 (Teorema Kernel pada Grup)
Misalkan �:�→�′ homomorfisma grup. Diperoleh � injektif jika dan
hanya jika Ker(�)={�}.
m. Teorema 9 (Teorema Utama Homomorfisma Grup)
Jika �:�→�′ homomorfisma ring dengan Ker(�)=� maka R/H ≅�(�).

2. Ring

3
a. Definisi 7 (Definisi Ring)
Misalkan R himpunan tak kosong, operasi penjumlahan (+) dan operasi
pergandaan (.) merupakan opersi biner pada R. Himpunan R bersama-sama dua
operasi tersebut <�,+,.> dikatakan ring apabila memenuhi:
i. <�,+> grup abelian
ii. Operasi pergandaan bersifat assosiatif pada R
iii. Berlaku hukum distributif kanan dan kiri
Hukum distributif kanan: 𝑎(�+𝑐)=𝑎�+𝑎𝑐 untuk setiap 𝑎,�,𝑐∈�
Hukum distributif kiri: (𝑎+�)𝑐=𝑎𝑐+�𝑐 untuk setiap 𝑎,�,𝑐∈�
b. Definisi 8 (Definisi Ring Abelian)
Ring <�,+,.> dinamakan ring abelian (komutatif) apabila operasi
pergandaan bersifat komutatif pada R yaitu 𝑎.�=�.𝑎 untuk setiap 𝑎,�∈�.
c. Teorema 10 (Teorema Kanselasi pada Ring)
Diketahui � daerah integral dan 𝑎,�,𝑐∈� dengan 𝑎≠0.
i. Jika 𝑎�=𝑎𝑐 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kiri)
ii. Jika �𝑎=𝑐𝑎 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kanan)
d. Definisi 9 (Definisi Subring)
Misalkan R ring, H himpunan tak kosong dan H subset R. H dinamakan
subring dari R apabila H merupakan ring terhadap operasi penjumlahan dan
pergandaan yang didefinisikan pada R.
e. Teorema 11 (Teorema pada Subring)
Diketahui R ring dan H subset R. H subring dari R jika dan hanya jika
𝑎�∈� dan 𝑎−�∈� untuk setiap 𝑎.�∈�.
f. Definisi 10 (Definisi Ideal)
Misalkan R ring, dan I subset R. I dinamakan ideal dari R apabila:
i. <�,+> merupakan subgrup dari <�,+>
ii. 𝑟�⊂� untuk setiap 𝑟∈�
iii. �𝑟⊂� untuk setiap 𝑟∈�.
Apabila I memenuhi i), dan ii), I dinamakan ideal kiri. Apabila I
memenuhi i), dan iii), I dinamakan ideal kanan.

g. Ring Faktor

4
Teorema 12: Misalkan H subring dari R dan 𝑎,�∈�. Operasi (a+H)(b+H)=ab+H
terdefinisi dengan baik jika dan hanya jika H ideal dari R.
h. Teorema 13: Jika R ring dan I ideal dari R maka R/I={𝑟+�|𝑟∈�} dengan operasi
(a+H)+(b+H)=(a+b)+H dan (a+H)(b+H)=ab+H untuk setiap a,b∈� membentuk
ring.
i. Definisi 11: Ring R/I terhadap operasi (a+H)+(b+H)=(a+b)+H dan (a+H)
(b+H)=ab+H untuk setiap a,b∈� dinamakan ring faktor dari R modulo I.
j. . Definisi 12 (Definisi Homomorfisma Ring)
Misalkan R dan R’ ring. Pemetaan �:�→�′ dinamakan homomorfisma
ring apabila untuk setiap 𝑎,�∈� berlaku:
i. �(𝑎+�)=�(𝑎)+�(�)
ii. �(𝑎�)=�(𝑎)�(�).
i. Definisi 13 (Definisi Macam-macam Homomorfisma pada Ring)
Misalkan �:�→�′ homomorfisma ring.
1. � dinamakan monomorfisma apabila � injektif
2. � dinamakan epimorfisma apabila � surjektif
3. � dinamakan isomorfisma apabila � bijektif
4. � dinamakan endomorfisma apabila �=�′
5. � dinamakan automorfisma apabila �=�′ dan � bijektif.
k. Teorema 14 (Teorema pada Homomorfisma Ring)
Misalkan �:�→�′ homomorfisma ring.
1. Jika 0 elemen netral di R maka �(0)=0′ dengan 0′ elemen netral di R’
2. Jika 𝑎∈� maka �(−𝑎)=−�(𝑎)
3. Jika H subring dari R maka �(�) subring dari R’
4. Jika K’ subring dari R’ maka �−1(�′) subring dari R.
l. Definisi 14 (Definisi Kernel Ring)
Jika �:�→�′ homomorfisma ring maka �−1({�′})={𝑥∈�|�(𝑥)=�′}
dinamakan kernel dari � dan disimbolkan dengan Ker(�).
m. Teorema 15 (Teorema Kernel pada Ring)
Misalkan �:�→�′ homomorfisma ring. Diperoleh � injektif jika dan
hanya jika Ker(�)={�}.
n. Teorema 16 (Teorema Utama Homomorfisma Ring)

5
Jika �:�→�′ homomorfisma ring dengan Ker(�)=� maka R/H ≅�(�).
3. Ring Armendariz
Suatu syarat dapat ditambahkan dalam definisi suatu struktur aljabar
sehingga diperoleh struktur yang baru. Demikian pula dengan syarat yang ada
dalam definisi ring. Armendariz (1974) mengemukakan lemma sebagai berikut,

n
misalkan R ring tereduksi, �(𝑥),𝑔(𝑥)∈�[𝑥] dengan f ( x )   a i x i , dan
i 0

m
g ( x)   b j x j maka �(𝑥)𝑔(𝑥)=0 jika dan hanya jika a i b j  0 untuk setiap i,j
j 0

(Armendariz, 1974). Rege dan Chhawchharia (1997), memperkenalkan ring


Armendariz yaitu suatu ring yang memiliki sifat Armendariz.

6
BAB III

METODE PENELITIAN DAN HASIL YANG DIPEROLEH JURNAL

Keberlakuan Teorema pada Grup dan Ring


1. Teorema Kanselasi
Bentuk Teorema Kanselasi yang berlaku pada ring, hanya terkait dengan
operasi perkalian. Namun demikian, karena pada suatu ring merupakan grup
(abelian) terhadap operasi penjumlahan, maka Teorema Kanselasi pada ring
berlaku juga untuk operasi yang pertama (penjumlahan), sehingga jika dituliskan
secara lengkap Teorema Kanselasi pada ring menjadi sebagai berikut.
Teorema Kanselasi pada Ring
Diketahui <�,+,.> daerah integral dan 𝑎,�,𝑐∈�.
i. Jika 𝑎+�=𝑎+𝑐 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kiri terhadap +)
ii. Jika �+𝑎=𝑐+𝑎 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kanan terhadap +)
iii. Jika 𝑎≠0 dan 𝑎.�=𝑎.𝑐 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kiri terhadap .)
iv. Jika 𝑎≠0 dan �.𝑎=𝑐.𝑎 maka �=𝑐. (Hukum kanselasi kanan terhadap .)
2. Teorema Homomorfisma
Dari Teorema Homomorfisma Ring bagian i. dan ii. dapat dikatakan
bahwa keduanya berlaku dengan memandang ring R sebagai grup abelian
terhadap operasi penjumlahan.
3. Teorema Kernel
Teorema Kernel pada grup juga berlaku pada ring. Hal ini dapat dipahami
karena Teorema Kernel pada ring hanya terkait dengan operasi penjumlahan pada
ring. Sehingga Teorema Kernel pada grup tetap berlaku pada ring.
4. Teorema pada Ring Armendariz
Definisi 15
Ring R dikatakan ring tereduksi jika R tidak memiliki elemen nilpoten
selain nol. Dengan kata lain apabila 𝑎²=0 maka 𝑎=0,∀𝑎∈�. (Krempa, 1996).
Definisi 16
Misalkan � dan �′ ring, pemetaan �:�→�′ merupakan homomorfisma
ring jika (1). �(𝑎+�)=�(𝑎)+�(�) dan (2). �(𝑎�)=�(𝑎)�(�) ∀𝑎,�∈�. (Fraleigh,
1989)

7
Definisi 17
Suatu homomorfisma ring yang injektif disebut monomorfisma ring
sedangkan homomorfisma dari suatu ring ke dalam dirinya sendiri disebut
Endomorfisma ring. (Fraleigh, 1989)
Lemma 1
Misalkan R adalah ring tereduksi dan �(𝑥),𝑔(𝑥)∈�[𝑥] dengan

n n
f ( x)   a i xi dan g ( x)   b j x j maka berlaku �(𝑥)𝑔(𝑥)=0 jika dan hanya jika
i 0 j 0

a i b j untuk setiap i,j. (Armendariz, 1974)

Bukti
Misalkan �(𝑥)𝑔(𝑥)=0 dan �=�. Diperoleh persamaan sebagai berikut
a 0 b0  0; a1 b0  a 0 b1  0;  ; a n b0    a 0 bn  0 . Oleh sebab R tereduksi
diperoleh a 0 b0  0 jika dan hanya jika b0 a 0  0 . Apabila persamaan
a1b0  a0b1  0 dikalikan dengan b0 dari kiri, maka diperoleh b0 a1 b0  0 . Oleh

sebab R tereduksi ( a1b0 )  a1b0 a1b0  0 diperoleh a1b0  0 dan b0 a1  0 .


2

Dengan cara yang sama pada persamaan-persamaan lain, diperoleh a i b0  0 untuk


setiap 1 ≤ 𝑖 ≤ �. Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi
a 0 b1  0; a1b1  a 0 b2  0;  ; a n 1b1    a 0 bn  0 . Diperoleh a 0 b1  0

mengakibatkan b1 a 0  0 . Kalikan dengan b1 dari kiri pada persamaan


a1b1  a0b2  0 diperoleh b1 a1 b1  0 . Dengan cara yang sama seperti

sebelumnya diperoleh a i b1  0 untuk setiap 1 ≤ 𝑖 ≤ �. Apabila proses tersebut


dilanjutkan maka diperoleh a i b j  0 untuk setiap 1 ≤ 𝑖 ≤ � dan 1 ≤ 𝑗 ≤ �.
Tentu saja konvers dari pernyataan tersebut berlaku.
Apabila pada ring R berlaku �(𝑥)𝑔(𝑥)=0 mengakibatkan a i b j  0 untuk
setiap 0 ≤ 𝑖 ≤ � ; 0 ≤ 𝑗 ≤ �, maka ring R dikatakan memiliki sifat Armendariz.
Definisi 18.
Misalkan R ring dengan identitas 1, � endomorfisma di R, dan �
merupakan �-derivatif, ring polinomial miring disimbolkan dengan �[𝑥;�,�]
dalam pubah tak diketahui 𝑥 adalah ring yang terdiri dari polinomial

8
n
f ( x)   a i x i , 𝑎𝑖∈� untuk semua 𝑖 yang memenuhi aturan perkalian
i 0

𝑥𝑎=�(𝑎)𝑥+�(𝑎),∀𝑎∈�. (Amir, 2012)


Definisi 19.
Suatu ring R dikatakan memiliki sifat Armendariz (ring Armendariz)

n n
apabila setiap polinomial f ( x)   a i x i , g ( x )   b j x j  R x  dengan
i 0 i 0

�(𝑥)𝑔(𝑥)=0 maka berlaku a i b j  0 untuk setiap i,j. (Rege & Chhawchharia,


1997).
Contoh 1.
 a t 
Diberikan himpunan matriks R    a, t    , akan ditunjukkan �
0 a 
merupakan ring Armendariz.
Ambil sebarang p  A0  A1 x    Am x m dan q  B 0  B1 x    B n x n

a i ti  b j sj
elemen di �[𝑥] dengan 𝑝�=0 dimana Ai   dan B  0 untuk 0
0 a i 
j
 b j 

≤ 𝑖 ≤ � dan 0 ≤ 𝑗 ≤ �.
a i ti 
Andaikan ada Ai   dengan a i  0 dan A0  A1    Al 1  0
0 a i 

dimana 0 ≤ 𝑙 ≤ �. Oleh sebab A0 B1  A1 Bl 1    A1 B0  0 diperoleh

a l t l  b0 s 0   a l b0 a l s 0  t l b0 
A1 B0  0 . Ini berarti bahwa    0.
0 a l   0 b0   0 a l b0 

Diperoleh a l b0  0 dan a l s 0  t l b0  0 . Oleh sebab a l  0 diperoleh �


b0  0 dan s 0  0 . Jadi B 0  0 . Oleh sebab A0 Bl 1    Al B1  Al 1 B0  0

diperoleh Al B1  0 dan B1  0 . Dengan cara yang sama seperti di atas, maka


diperoleh B0  B1    B n  0 , Dengan demikian diperoleh Ai B j  0 untuk 0 ≤ 𝑖
≤ � dan 0 ≤ 𝑗 ≤ �.

9
b sk 
Analog apabila terdapat Bk   k dengan bk  0 dan
0 bk 

B0  B1    B k 1  0 dimana 0 ≤ 𝑘 ≤ �. Diperoleh A0  A1    Am  0

sehingga Ai B j  0 untuk 0 ≤ 𝑖 ≤ � dan 0 ≤ 𝑗 ≤ �.


0 t i  0 s j 
Andaikan Ai    dan B j    untuk setiap 0 ≤ 𝑖 ≤ � dan 0 ≤ 𝑗 ≤ �.
0 0  0 0 

0 t i  0 s j 
Jelas Ai    0 0   0 . Diperoleh Ai B j  0 untuk 0 ≤ 𝑖 ≤ � dan 0 ≤ 𝑗 ≤ �.
 0 0  
Jadi � merupakan ring Armendariz.
Teorema 18.
Setiap daerah integral merupakan ring tereduksi.
Bukti
Pernyataan tersebut akan dibuktikan dengan kontraposisinya, yaitu setiap
ring tak tereduksi bukan daerah integral. Misalkan D ring tak tereduksi. Ring D
tak tereduksi maka D memiliki elemen nilpoten selain nol, artinya terdapat 𝑎∈�
dan 𝑎≠0 tetapi a n  0 untuk suatu bilangan bulat positif n. Misalkan m adalah
bilangan bulat positif terkecil sehingga a m  0 . Diperoleh a m  0  a.a m 1  0 .
Oleh sebab m adalah bilangan bulat terkecil sehingga a m  0 , maka haruslah
a m 1  0 .
Oleh sebab 𝑎∈� dan � suatu ring, maka a m 1  D . Jadi tedapat
a.a m 1  D dengan 𝑎≠0 dan a m 1  0 tetapi a.a m 1  0 . Ring D memuat
pembagi nol, sehingga ring D bukan daerah integral. Jadi kontraposisi dari
Teorema 18 benar, , sehingga terbukti bahwa setiap daerah integral merupakan
ring tereduksi.
Akibat 1 :Setiap daerah integral merupakan ring Armendariz.
Bukti : Ambil sebarang daerah integral D, berdasarkan Proposisi 1 diperoleh
bahwa D ring tereduksi. Oleh sebab D ring tereduksi, maka D memenuhi Lemma
Armendariz. Jadi setiap daerah integral merupakan ring Armendariz.
Akibat 2 :Setiap field merupakan ring Armendariz.
Bukti :Ambil sebarang field F, karena F field maka F daerah integral. Berdasarkan
Akibat 1 diperoleh F ring Armendariz. Jadi setiap field merupakan ring

10
Armendariz. Dari Akibat 1 disimpulkan bahwa struktur aljabar merupakan ring
armendariz. Contohnya adalah field.
BAB IV

KESIMPULAN JURNAL

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan:

(1) untuk memeriksa keberlakuan teorema pada beberapa struktur aljabar,


dapat dilakukan dengan menyelidiki definisi tersebut, menemukan relasinya, dan
menggunakan beberapa teorema terkait lainnya,

(2) ada beberapa teorema dalam grup yang secara implisit berlaku pula
dalam ring. Dengan kata lain ada torema dalam ring yang keberlakuaanya
dikarenakan suatu ring memenuhi aksioma grup abelian terhadap operasi
penjumlahan,

(3) untuk membuktikan bahwa daerah integral (integral domain)


merupakan ring armendariz, maka cukup dibuktikan daerah integral merupakan
ring tereduksi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amir, K.A. 2012. Pembentukan Gelanggang Polinom Miring dari Quaternion.


Kaunia, VIII(2) : 99-106.

Antoine, R. 2008. Nilpoten Elemen dan Armendariz R ings. Jurnal Aljabar 319:
3128- 3140.

Armendariz, E. 1974. Sebuah catatan tentang perluasan cincin Baer dan PP. J.
Austra. Matematika. Soc 18: 470-473.

Fraleigh, JB 1989. A Course Pertama di Aljabar Abstrak (4 th ed.). Membaca:


addison Wesley Publishing Company.

Krempa, J. 1996. Beberapa Contoh Reduced Rings. Aljabar Kolokium, 3: 289-


300.

Kwak, KT, Y. Lee & SJ Yun. 2012. Properti Armendariz di Cita-cita. Jurnal
aljabar 354: 121-135.

Nam, BS, SJ Ryu & SJ Yun. 2013. Pada Koefisien Polinomial Nilpoten pada
Cincin Polinomial Skewin. Korea J. Matematika, 21 (4): 421-428.

Rege, MB & S. Chhawchharia. 1997. Armendariz Rings. Proc. Jepang Acad. Ser.
Sebuah matematika Sci. 73 (1997) 14-17.

12

Anda mungkin juga menyukai