Anda di halaman 1dari 33

CRITICAL BOOK REPORT (CBR)

ALJABAR GRUP

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
- ANGIE MARETHA RAJAGUKGUK (4183530005)
- BERTHALIA ELISABETH PURBA (4183530003)
- PRAMELI NATALIA M SINAGA (4183230017)
- SYUKUR IMAN JAYA T (4182230004)
KELAS : PSM B 2018
DOSEN PENGAMPU : Dr. Mulyono, S.Si., M.Si.

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen yang sudah memberikan bimbingannya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah Aljabar Grup. Adapun tugas yang diberikan yakni tentang “ CRITICAL
BOOK REPORT (CBR) ”. Dalam tugas kritikal buku ini mahasiswa diharapkan mampu
berfikir kreatif dalam mengkritisi suatu materi dari berbagai sumber khususnya buku.
Sehingga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu dengan
adanya makalah ini mahasiswa mampu membudayakan membaca.
Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena penulis meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ..............................................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................................1
BAB II ISI BUKU ..................................................................................................................2
2.1 Identitas Buku ...................................................................................................................2
2.2 Ringkasan Buku ...............................................................................................................2
BAB III PENILAIAN BUKU ...............................................................................................28
3.1 Kelebihan Buku ...............................................................................................................28
3.2 Kekurangan Buku ............................................................................................................28
BAB IV PENUTUP ...............................................................................................................29
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................29
4.2 Saran ................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................30

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur aljabar adalah himpunan atau beberapa himpunan yang dilengkapi dengan
suatu operasi atau beberapa operasi yang memenuhi aksioma-aksioma (sifat-sifat)
tertentu. Aljabar modern mempelajari struktur-struktur tersebut dan didalam struktur
aljabar harus memuat beberapa syarat yaitu, himpunan atau beberapa himpuna, operasi
atau beberapa operasi, dan aksioma-aksioma yang memenuhi.
Struktur aljabar mempunyai beberapa tipe dan dibedakan menjadi beberapa macam
diantaranya Grupoid yaitu salah satu struktur aljabar dengan satu himpunan dan satu
operasi. Semigrup, monoid, Grup, Lapangan. Kemudian Ring merupakan satu hmpunan
dan dua operasi, berbedan dengan Ruang Vektor merupakan satu aljabar struktur dengan
dua himpunan dan empat operasi, dan Modul merupakan salah atu strrukrut aljabar
dengan dua himpunan dan satu operasi

1.2 Tujuan Penulisan


Mengkritisi sebuah buku yaitu Aljabar Grop pada beberapa materinya, serta
membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang
dibandingkan dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar
babnya, dan kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang dianalisis.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat kita simpulkan pada hal diatas ialah:
a. Menambah wawasan pengetahuan tentang pengertian teknik sampling terutama
memahami pada bab yang akan dikritik
b. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku , pembahasan  isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut

1
BAB II
ISI BUKU
2.1 Identitas Buku

BUKU 1
Judul Buku : Struktur Aljabar
Penulis : Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd
Penerbit : Larispa Indonesia
Tahun Terbit : 2012
Kota Terbit : Medan
Jumlah Halaman : 228 Halaman

BUKU 2
Judul Buku :Aljabar Abstrak
Penulis :Saib Susilo
Penerbit :USU Press
Tahun Terbit :2007
Kota Terbit :Medan
Jumlah Halaman :241 Halaman

2.2 Ringkasan Buku

BUKU 1
KEGIATAN BELAJAR 4
A. GRUP PERMUTASI
Defenisi A-1 :
Suatu permutasi dari himpunan S adalah suatau fungsi dari himpunan S ke himpunan S
yang bijektif.
Penggandaan permutasi didefenisiskan sebagai berikut :
(  o )   ( ( a)), a  S
Teorema A-1
Misalkan A suatu himpunan tak kosong,
S A  { |  : A 
bij
 A}

2
S A terhadap operasi penggandaan permutasi merupakan grup.

Bukti:
(i) Akan ditunjukkan sifat tertutup

Ambil sembarang  ,   S A , berarti α dan β merupakan fungsi bijektif, menurut


defenisi penggandaan permutasi diperoleh :
( o )( a)   (  ( a)), a  A

Akan ditunjukkan  o  S A atau αoβ merupakan fungsi bjektif.


(Buktikan sendiri)

(ii) Akan ditunjukkan  ,  ,   S A dan a  A

Ambil sembarang  ,  ,   S A dan a  A


(( o )o )(a)  ( o )( ( a)), a  A
  (  ( (a ))), a  A
  ((  o ) (a )), a  A
 ( o(  o )) (a), a  A
(( o )o )(a)  ( o(  o )) ( a), a  A
Jadi,(( o )o )( a)  ( o(  o )) (a ),

Jadi, (( o )o )( a)  ( o(  o )) ( a), (Terbukti)


(iii) Unsur identitas
Pilih permutasi identitas I yang di defenisikan sebagai berikut :
I (a )  a, a  A , I merupakan pemetaan bijektif atau I  S A

Bukti :

Ambil sembarang a  S A dan x  A


( I o  ) ( x)  I ( ( x)),  x  A
  ( x),  x  A

Sehingga dipenuhi ( I o  ) ( x)   ( x),  x  A ……(1)


( o I ) ( x)   ( I ( x)),  x  A
  ( x),  x  A

Sehingga dipenuhi ( o I ) ( x)   ( x),  x  A ……(2)


Dari (1) dan (2) terpenuhi :
( o I ) ( x)  ( I o  ) ( x)   ( x),  x  A

 o I  I o    ,   S A

3
ii. Unsur Invers

Ambil sembarang   S A

Didefenisi  ( x)  y Jhj  ( x)  y
1

Akan di tunjukkan   S A artinya  fungsi bijektif


1 1

a) Akan di tunjukkan  merupakan fungsi


1

x1 , x2  A dengan x1  x2 karena   S A maka y1 , y2  A


Ambil sembarangan

ehingga  ( y1 )  x1 dan  ( y2 )  x2 atau  ( y1 )   ( y2 ) Karena   S A

(  ................) maka y1  y2 atau  ( x1 )   ( x2 ) (Terbukti)


1 2

b) Akan di tunjukkan  merupakan fungsi injektif


1

Ambil sembarang x1 , x2  A dengan  ( x1 )   ( x2 ) menurut defenisi maka


1 1

 1 ( x1 )  y1 dengan  ( y1 )  x1 dan  1 ( x2 )  y2 dengan  ( y2 )  x2 dari

 1 ( x1 )   1 ( x2 ) atau y1  y2 dan karena   S A (  ................) maka  ( y1 )   ( y2 )

atau x1  x2

Jadi terbukti  ( x1 )   ( x2 )  x1  x2 atau  fungsi injektif 


1 1 1 1

c) Akan ditunjukkan  fungsi surjektif


1

Ambil sembarang x  A (kodomain  ), Karena  fungsi maka y  A sehingga


1

y   ( x) , menurut defenisi berarti  1 ( y )  x . ini berarti x  A (kodomain  1 ),

y  A sehingga  1 ( y )  x artinya  1 fungsi surjektif.

Dengan dipenuhi ketiga syarat tersebut maka  fungsi bijektif atau   S A .


1 1

Selanjutnya di buktikan : (  o  )  (  o  )  1
1 1

Ambil sembarang   S A dan x  A


(  o  1 )( x)   (  1 ( x)   ( y )  x  I ( x), x  A
Demikian pula :

4
Ambil sembarang   S A dan y  A
(  1 o  )( y )   1 (  ( y )   1 ( x)  y  I ( y ), y  A

Jadi, terbukti (  o  )  (  o  )  1
1 1

Defenisi A-2:
Misalkan A = {}, grup dari semua grup permutasi dari A dinamakan grup permutasi

dengan n unsur di notasikan Sn

KEGIATAN BELAJAR 5
B. CYCLES
Defenisi B-1:
 merupakan permutasi dari himpunan A, dikatakan Cycle jika  mempunyai paling

banyak 1 orbit yang menandung lebih dari 1 elemen. Selanjutnya panjang cycle di
defenisikan sebagai banyaknya unsure/ elemen dari orbit tersebut.

Teorema B-1
Setiap permutasi  dari himpunan yang berhingga adalah product dari cycle – cycle
yang saling asing.
Bukti :

Misal B1 , B2 ,....., Br adalah orbit – orbit dari  dan misalkan  adalah cycle yang
didefenisikan sebagai berikut :
  ( x) ,  x  B
1 ( x)  
 x , untuk hal lain

Karena orbit – orbit B1 , B2 ,....., Br saling asing maka cycle – cycle 1 , 2 ,....., r , juga

saling asing sehingga penggandaan 1 , 2 ,.....,  r   .


Contoh
 1 2 3 4 5
  
 2 3 4 1 5
 1 (1)  2;  2 (1)  3;  3 (1)  4;  4 (1)  1 maka S1  {1, 2,3, 4}

 1 (5)  5 maka S5  {5}

5
Dapat dilihat bahwa  mempunyai 1 orbit yang mengandung lebih 1 unsur, dan  dapat
ditulis sebagi  = (1,2,3,4). Panjang cycle sama dengan 4.

Defenisi B-2:
Trasposition adalah cycle dengan panjang 2 (dua)
Contoh
1 2 3 4 5 6
  
6 2 3 4 5 1
Akibatnya : sembarang permutasi yang finite yang mengandung sekurang – kurangnya
dua elemen adalah suau hasil produk ganda transposition.

Lemma :   Sn  : Transposisi  S n . Jumlah orbit  dan jumlah orbit  berbeda 1


orbit.
Contoh

Misalkan  = (1,3,6) (2,6) (4,7,5)  S8


 =(2,3)

Kejadian I dapat dilihat bahwa 2  (2,8) dan 3  (1,3, 6)


  (2,3) (1,3, 6) (2,8) (4, 7,5)
 (1, 2,8,3, 6) (4, 7,5) terdiri dari 2 orbit

Sedangkan   (1,3, 6) (2,8) (4, 7,5) terdiri dari 3 orbit


Misalkan  = (2,3)

Kejadian II dapat dilihat bahwa (3, 6)  (1,3, 6)


  (3, 6) (1,3, 6) (2,8) (4, 7,5)
 (1, 6) (2,8) (3) (4, 7,5)

Dapat dilihat bahwa orbit dari  dan  berkurang 1, sedangkan pada kejadian II
orbit dari  bertambah 1.

KEGIATAN BELAJAR 6
A. KOSET
Teorema A-1 :
G grup, H ≤G, ∀ a , b ∈G berlaku:
1. a R L b ↔ a−1 b ∈ H

6
2. a R R b ↔a b−1 ∈ H

Relasi R L dan R R merupakan relasi ekuivalen

Bukti :
Akan dibuktikan berlaku sifat refleksi atau a R L a
Ambil sembarang a ∈ G, a-1 a ¿ e karena H ≤ G dengan sifat ketunggalan identitas maka
a−1 a=e (terbukti sifat Refleksif).
Akan ditunjukkan berlaku sifat simetri atau a R L b → b R L a
Ambil sembarang a,b ∈ G dengan a R L b. a R L b menurut definisi maka a-1b ∈ G,
karena H ≤G maka (a-1b)-1 ∈ H (sifat invers), sehingga b-1a ∈ H atau b R L a (terbukti
sifat simetris)
Akan ditunjukkan berlaku sifat transitif atau a R L b and b R L c → a R L c
a. R L b menurut definisi a-1b ∈ H.
b. R L c menurut definisi b-1 c ∈ H, karena H ≤ G maka dipenuhi sifat tertutup atau

(a 1 b)(b−1 c)∈ H atau a−1 ( b b−1 ) c ∈ H atau a−1 c ∈ H atau a R L c

Jadi terbukti : a R L b dan b R L c → a R L c


Dengan dipenuhi ketiga sifat tersebut maka Relasi R L merupakan Relasi equivalen.

Definisi A-1 :
Jika H subgroup dari G, a ∈ G, makaka Ha={ ha | h ∈ H} disebut koset kanan dari H
dalam G dan aH={ah H ∈ H} disebut koset kiri dari H dal G

Teorema A-2 :
G suatu grup dan H subgroup dari G, ∀a ∈ G maka terdapat korespondesi satu-satu
antara Ha, aH dan H sendiri.
Bukti :
Bangun pemetaaan : H → Ha
Akan ditunjukkan β(h) = ha merupakan pemetaan injektif dan surjektif
Akan ditunjukkan β surjektif :
Andaikan β(h1) = β(h2 ) maka
h1a = h2 a (dengan hukum kansekasi pada grup G)
h1 = h2
Terbukti bahwa β injektif.
7
Akan ditunjukkan β surjektif :
Ambil t ∈ Ha akan ditunjukkan ∃ h ∈ H∋ β(h) = t
t = β(h) → t = ha → h = ta−1. Jadi untuk setiap t ∈ Ha ∃ h = ta−1 ∈ H ∋ β(h) = t
terbukti bahwa β surjektif

Definisi A-2 :
Jika G suatu grup dan a ∈ G, order (periode) dari elemen a adalah bilangan bulat positif
terkecil m sehingga a m=e , dinotasikan o(a).

Teorema A-3 :
Jika G adalah grup finit (berhingga) dan H adalah subgrap dari G maka o(H) merupakan
pembagi dari o(G)

Bukti :
Dari uraian terdahulu telah diketahui bahwa banyaknya elemen antara dua koset kanan
yang berlainan adalah sama. Perhatikan He = H, dimana He salah satu koset kanan dari
H dalam G, dengan demikian banyaknya elemen sebarang koset kanan sama dengan H
sendiri atau o(H). menurut teorema G-2 bahwa sebarang dua koset kanan dari H dalam
G adalah identic atau tidak mempunyai elemen persekutuan berarrti sebarang a ∈ G
menentukan dengan tunggal suatu koset kanan Ha. Misalnya m adalah banyaknya koset
kanan yang berlainan dari H dalam G, dan setiapkoset kanan mempunyai anggota
sebanyak o(H) maka kita peroleh o(G) = m o(H) atau o(H) merupakan pembagi o(G).

Definisi A-3 :
Jika H adalah subgrup dari grup G, Indeks dari H dalam G adalah banyaknya koset
kanan berlainan dari H dalam G, dinotasikan dengan i G(H).

Teorema A-4 :
Jika G adalah grup berhingga dan a ∈ G maka order dari a atau o(a) merupakan
pembagi dari order dari G atau o(G).
Untuk membuktikan teorema di atas pertama-tama kita bangun subgroup dari G yang
banyak elemennya adalah o(a), hal ini dapat kita lakukan dengan membentuk grup
siklik dengan generatornya adalah a ∈ G, subgroup tersebut adalah :
{ a m|a ∈G }={a1 , a 2 , a3 , .., a 0 (a )=e } semua elemennya berbeda.

8
Dengan demikiam subgroup tersebut memiliki unsur sebanyak o(a) atau order dari a.
Dengan menguunakan teorema A-3 maka terbukti bahwa o(a) merupakan pembagi dari
order G.

B. SUBGRUP NORMAL

Definisi B-1 :
Suatu subgroup N disebut subgroup normal dari G jika aN=Na, ∀ a ∈G

Teorema B-1:
Suatu subgroup N dan G merupakan subgroup normal dari G jika dan hanya jika
g N g−1=N ∀ g ∈ G.
Ada dua pernyataan diatas yang pelu dibuktikan :
1. Jika N subgroup normal dari G maka g N g−1=N ∀ g ∈ G.
2. Jika g N g−1=N ∀ g ∈ G maka N subgroup normal dari grup G.

Bukti (1) :
N subgroup normal dari G menurut definisimaka g N = N g ∀g ∈ G
Dari g N = N g berarti gn = ng ∀n ∈ N
gng-1 = ngg-1 ∀n ∈ N
gng-1 = n ∀n ∈ N
gNg-1 = N ∀n ∈ N
Dari teorema di atas g N g-1 = N dapat diartikan g N g-1 ⊆ N dan N ⊆ g N g-1

KEGIATAN BELAJAR 7
A. HOMOMORFISMA

Definisi A-1 :
Suatu pemetaan β dari grup ⟨ G 1 , o ⟩ ke grup ¿ disebut homomorfisma jika : ∀ a , b ∈G 1
berlaku : β (a o b) = β(a) * β(b)

Definisi A-2 :
a. Suatu homomorfisma yang injektif dinamakan monomorfisma.
b. Suatu homomorfisma yang surjektif dinamakan epimorfisma.
c. Suatu homomorfisma yang bijektif dinamakan isomorfisma.

9
d. Suatu homomorfisma dari suatu grup ke dalam dirinya sendiri dinamakan
Endomorfisma dan suatu endomorfisma yang bijektif dinamakan Automorfisma.

Contoh
Andaikan G grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan. Bangun pemetaan
γ : G → G sebagai berikut γ (x) = 2x, ∀ x ∈G
Tunjukkan bahwa γ merupakan pemetaan homomorfisma
Bukti
Ambil sembarang x,y ∈G
γ (x) = 2x dan γ (y) = 2y
Perhatikan γ (x + y) = 2(x + y)
¿ 2 x+2 y
¿ γ (x )+γ( y )
γ ( xy )=γ ( x + y )=γ ( x ) +γ ( y ) (terbukti)

Contoh
Sn: Grup simetri dengan n unsur dan n unsur dan Z 2: Grup aditif modulo 2 didefenisikan
pemetaan
γ :S n → Z 2 dengan γ ( σ )=0 jika σ permutasi genap
γ ( σ )=1 jika σ permutasi ganjil
Buktikan bahwa γ merupakan homomorf.

Bukti:
γ merupakan fungsi
Terdapat 4 kasus:
a) σ 1 : Permutasi genap; σ 2 : Permutasi genap
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi genap) = 0

Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =0+0=0
b) σ 1 : Permutasi ganjil; σ 2 : Permutasi ganjil = 0
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi genap)

Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =1+1=0
c) σ 1 : Permutasi genap; σ 2 : Permutasi ganjil
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi ganjil) = 1

Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =0+1=1

10
d) σ 1 : Permutasi ganjil; σ 2 : Permutasi genap
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi ganjil) = 1

Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =1+0=1
Jadi terbukti γ ( σ 1 , σ 2 )=γ ( σ 1) + γ ( σ 2 ) ∀ σ 1 , σ 2 ∈ S n

Defenisi A-3
ρ suatu homomorfisme dari G ke G ¿, yang dimaksud dengan Kernel atau inti dariρ,

yaitu I (ρ) didefenisikan dengan I ( ρ )={ x ∈ G| ρ ( x ) =e }, e ¿ adalah elemen netral dari G ¿


¿

Contoh
G adalah Grup dari semua bilangan real dengan operasi penjumlahan G* adalah grup
dari semua bilangan real tanpa nol dengan operasi perkalian ρ :G→ G ¿ dengan ρ ( x )=3 x,
dapat ditunjukkan bahwa ρsuatu homomorfisme, kemudian elemen netral dari G ¿ adalah
1. Inti dari ρ adalah
I ( ρ )={ x ∈ G| ρ ( x ) =1 } 1 unsur netral dari G ¿ atau

¿ { x ∈G|3 x =1 }
¿ { 0 } ini berarti bilangan 0 merupakan inti dari ρ

Teorema A-1
G adalah G ¿ adalah dua buah gup ρ :G→ G¿ adalah pemetaan homomorf, e ¿ = unsur
kesatuan dari Gdan e ¿ = unsur kesatuan G ¿, maka:
¿
1. ρ ( e )=e
−1
2. ρ ( x−1 )= { ρ( x) } ∀ x ∈G
3. Jika h subgroup dari G maka ρ ( H ) subgroup dari G ¿
4. K ¿ subgroup dari G ¿ maka ρ−1 ( K ¿ ) subgroup dari G

Akan ditunjukkan bagian 1 dan 4 sedangkan bagian yang lain diberikan pada pembaca
sebagai latihan
¿
1. ρ ( e )=e
Bukti:
Ambil sembarang a ∈G maka a e=¿ a, karena ρ pemetaan maka
ρ (ae) ¿ ρ (a), karena ρ pemetaan homomorf maka
ρ (a)ρ ( e )=ρ (a),ρ ( e ) ∈ G ¿(G ¿ grup) maka

11
ρ (a)ρ ( e )=ρ (a)e ¿, dengan kanselisasi kiri diperoleh
ρ ( e )=e ¿ (Terbukti)

2. K ¿ subgroup dari G ¿ maka ρ−1 ( K ¿ ) subgroup dari G


Bukti:
¿
Ambil sebarang a,b∈ K =ρ−1 ( K ) maka ρ (a) ¿ a*∈ K ¿ dan ρ (b) ¿ b*∈ K ¿, karena K ¿ ≤ G¿
maka a* (b ¿ ¿ ¿−1 ∈ K ¿ atau ρ (a) ( ρ( b¿ ))−1 ∈ K ¿
ρ (a) ( ρ( b¿ ))−1 ∈ K ¿ karena ρpemetaan homomorf maka
ρ (a* b ¿−1 ¿∈ K ¿ , karena K ¿ =ρ(K ) maka ab-1∈ K
Terbukti bahwa K subgroup dari G

Teorema A-2
Jika G dan G ¿ adalah grup; ϕ :G →G ¿ suatu pemetaan homomorf;
H=¿ Ker (ϕ) maka H ≤Gdan aH = Ha
Bukti dari H ≤G (Analog dengan bukti teorema A-1 bagian 4) sedangkan bukti aH = H
a (dapat anda buktikan sendiri sebagai latihan).

Teorema A-3
Suatu homomofirsma ρ diketahui monomorfisma jika dan hanya jika intinya merupakan
himpunan tunggal.
Bukti:
1. Jika ρ monomorfisma maka I ( ρ ) himpunan tunggal
2. Jika I ( ρ ) himpunan tunggal maka ρ monomorfisma
sebelumnya kita ketahui bahwa monopo monomorfisme adalah suatu homomorfisma
yang injektif.
1) ρ monomorfisme maka ρ adalah injektif menurut definisi injektif maka setiap unsur
yang mempunyai prapeta petanya merupakan himpunan Tunggal dengan demikian
maka terbukti bahwa I ( ρ ) merupakan himpunan tunggal.
2) Dari teorema H-1 butir 1 kitab l diperoleh ρ ( e )=e menurut definisi inti maka ∈ I ( ρ ) .
¿

Jika I ( ρ ) merupakan himpunan tunggal maka pastilah I ( ρ )={ e }. Dengan demikian


yang harus dibuktikan adalah jika I ( ρ )={ e } maka ρ injektif.
Ambil x , y ∈G dengan ρ ( x )=ρ ( y ) akan ditunjukkan x= y

12
ρ (x) ( ρ( y))−1=e ¿ dengan teorema H-1 butir 2 diperoleh ρ ( x ) ρ ( y −1 ) =e ¿ ρ homomorf

maka ρ ( xy−1 ) =e¿ kita peroleh xy−1=e dengan mengoperasikan y dari kanan maka
diperoleh x= y
dengan dipenuhi FX = PQ maka x = y terbuktilah bahwa p injektif.

BUKU PDF
10.1 Defenisi dan Sifat Koset
Kita mulai bagian ini dengan memperkenalkan konsep koset dari suatu subgrup.

Defenisi 10.1.1
Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan H adalah subgrup dari G. Untuk setiap
unsur a ∈G, himpunan aH ={ ah :a ∈G } disebut koset kiri dari H yang ditentukan oleh
unsur a, dan himpunan Ha= {ha :a ∈ G } disebut koset kanan dari Hyang ditentukan
oleh unsur a.
Dari defnisi di atas, jika G adalah grup komutatif, maka aH =Ha, yakni koset
kiri dari H sama dengan koset kanan dari H. Bila operasi biner atas G adalah operasi
penjumlahan, maka defnisi koset kita notasikan menjadi
a+ H ={ a+ h: a∈ G } dan H +a={ h+ a: a∈ G }
yang masing-masing untuk koset kiri dan koset kanan dari H.
Berikut ini dengan menggunakan contoh, kita akan memperli- hatkan bahwa
suatu grup yang tidak komutatif mungkin saja mempunyai suatu subgrup yang koset
kirinya sama dengan koset kanannya. Untuk memperjelas konsep pada Defenisi
tersebut, kita perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
Perhatikan grup Z12 dengan operasi penjumlahan modulo 12. Andaikan H adalah
subgrup { 0,4,8 } dari grup Z12. Semua koset kiri dari H adalah
0+ H ={ 0+0 , 0+ 4 , 0+8 }={ 0,4,8 } =H
1+ H= {1+0 ,1+ 4 , 1+ 8 }= {1,5,9 }
2+ H= {2+ 0 ,2+ 4 , 2+8 } ={ 2,6,10 }
3+ H ={ 3+0 , 3+4 ,3+ 8 }= {3,7,11 }
4 + H= { 4+ 0 , 4+ 4 , 4 +8 } ={ 4,8,0 } =H
5+ H ={ 5+0 , 5+4 ,5+ 8 }= {5,9,1 }=1+ H
6+ H ={ 6+0 , 6+ 4 , 6+ 8 }= {6,10,2 }=2+ H
7+ H ={ 7+0 , 7+ 4 , 7+8 }={ 7,11,3 } =3+ H
13
8+ H ={ 8+0 , 8+ 4 , 8+8 }={ 8,0,4 }=4 + H
9+ H ={ 9+0 , 9+ 4 , 9+ 8 }= {9,1,5 }=6+ H
Perhatikan bahwa semua koset kiri dari subgrup H= { 0,4,8 } dapat diwakili oleh koset-
koset H ,1+ H , 2+ H , dan 3+ H . Koset-koset H ,1+ H , 2+ H , dan 3+ H disebut sebagai
wakil (representative) dari semua koset dari subgrup H di G.
contoh tersebut memperlihatkan bahwa dua koset kiri (kanan) dari H adalah identik atau
saling asing. Secara umum pernyataan ini adalah benar untuk semua grup dan semua
subgrup, Seperti yang diperlihatkan oleh teorema berikut ini.
Teorema 10.1.4
Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan H adalah subgrup dari G. Dua koset kiri
(kanan) dari H adalah identik atau saling asing.
Bukti. Kita gunakan notasi koset kiri untuk membuktikan teorema ini. Notasi koset
kanan dapat dilakukan dengan cara yang serupa.
Andaikan aH dan bH adalah dua koset kiri dari H. Untuk membuktikan bahwa
aH dan bH adalah identik atau saling asing, kita cukup memperlihatkan bila
aH ∩bH ≠ ∅, maka aH =bH. Untuk itu andaikan g ∈aH ∩bH , katakan saja
g=a h1 ∈ aH dan juga g=b h2 ∈ bH dengan h1 , h2 ∈ H . Sekarang kita peroleh hubungan

a h1 =b h2, sehingga a=b h2 h−1


1 . Karena H adalah suatu subgrup, maka h2 h1 ∈ H dan
−1

1 ∈bH . Sehingga untuk setiap ah ∈ aH diperoleh ah=b h2 h1 ∈bH


akibatnya ah=b h2 h−1 −1

. Jadi aH ⊆ bH .
Dengan cara yang serupa, karena a h1 =b h2, maka b=a h1 h−1
2 ∈aH . Hal ini

berakibat bahwa untuk setiap bh ∈bH , bh=a h1 h−1


2 ∈aH , yakni bH ⊆aH . Sehingga

aH =bH. Jadi koset kiri (kanan) dari H adalah identik atau saling asing.
Sebagai akibat dari Teorema 10.1.4 kita peroleh beberapa hasil sebagai berikut.
Akibat 10.1.5
Andaikan H adalah subgrup dari grup G. Misalkan a dan b adalah dua unsur di G.
Maka
(1) aH =bH jika dan hanya jika a−1 b ∈ H
(2) Ha=Hb jika dan hanya jika a−1 b ∈ H .
Bukti. Kita hanya akan memperlihatkan bagian (1). Bagian (2) dapat
diperlihatkan dengan cara yang serupa. Andaikan aH =bH, maka terdapat h1 , h2 ∈ H

sehingga a h1 =b h2. Yakni a−1 b=h1 h−1


2 . Tetapi H adalah subgrup dari G, sehingga

2 ∈ H yang berarti a b ∈ H .
h1 h−1 −1

14
Sebaliknya andaikan a−1 b ∈ H . Akan kita perlihatkan bahwa aH =bH. Menurut
Teorema 10.1.4 cukup diperlihatkan bahwa aH ∩bH ≠ ∅. Karena a−1 b ∈ H , terdapat
h ∈ H sehingga a−1 b=h . Hal ini berakibat b=ah ∈ aH. Tetapi b=be ∈ bH. Sehingga
b ∈ ah∩ aH yang berarti aH =bH.

Akibat 10.1.6
Andaikan H adalah subgrup dari G, dan misalkan a ∈ H . Maka
(1) aH =H jika dan hanya jika a ∈ H .
(2) aH =Ha jika dan hanya jika H=a−1 Ha .
Bukti. (1) Perhatikan bahwa H=eH, sehingga dari asumsi kita peroleh eH =aH . Akibat
10.1.5 menyatakan eH =aH jika dan hanya jika e−1 a ∈ H .
(2) Perhatikan bahwa aH =Ha jika dan hanya jika a−1 ( aH )=a−1( Ha). Sifat asosiatif
dari grup memperlihatkan H=a−1 Ha .

BUKU 2
GRUP PERMUTASI

 Pengertian Grup Permutasi

marilah kita selidiki himpunan semua permutasi atas himpunan A dengan dua atau tiga

unsur. Kemudian kita akan menyelidiki kasus ini secara umum. Andaikan A = {1,2}

adalah suatu himpunan dengan dua unsur. Berapa banyakkah permutasi yang mungkin

atas himpunan A dengan dua unsur?

l 
1 1 1 2
22 2 1

Gambar 8.1

Perhatikan Gambar 8.1, dari gambar ini kita ketahui bahwa terdapat dua buah permutasi

atas dua unsur, yakni permutasi identitas ι (iota) dan permutasi α. Semua komposisi dari

ι dan α kita perlihatkan pada Gambar 8.2 berikut ini

l l l 
1 1  1 1 1  2
2 2 2 2  2 1
lol  ol

15
 l  
1 2  2 1 2  1
2  1 1 2 1 2
 ol  o

Gambar 8.2

Perhatikan bahwa (1)(ι◦ι) = 1 dan (2)(ι◦ι) = 2, sehingga ι◦ι = ι. Dengan cara yang sama

dapat diperlihatkan ι◦α = α, α◦ι = α dan α◦α = ι. Sehingga tabel Cayley dari himpunan

semua permutasi pada himpunan A ={1,2} dengan operasi komposisi pemetaan adalah

Himpunan semua permutasi atas dua unsur kita notasikan dengan S2. Dari Tabel 8.

Untuk memudahkan penulisan permutasi seperti pada Gambar8.1, kita gunakan notasi

yang serupa dengan notasi matriks. Misalnya permutasi identitas ι dan permutasi α

masing-masing dinotasikan sebagai

1 2 1 2
 
l        
1 2 21
  dan  

Perhatikan penotasian α dengan menggunakan notasi matriks di atas. Baris pertama pada

notasi matriks tersebut menyatakan domain dari permutasi α, dan baris kedua

menyatakan jangkauan dari permutasi α. Penotasian ini dibaca dari baris pertama ke

baris kedua di setiap kolom yang sama. Perhatikan kolom pertama, pada kolom ini unsur

1 terletak pada baris pertama dan unsur 2 terletak pada baris kedua. Hal ini mempunyai

makna (1)α = 2. Demikian juga pada kolom kedua, unsur 2 terletak pada baris pertama

dan unsur 1 terletak pada baris kedua, sehingga (2)α = 1.

Keenam unsur dari himpunan semua permutasi atas tiga unsur adalah

16
1 2 3 1 2 3 1 2 3
 
 0      1       2     
 
21 1 231 31 2
  ;   ;  

1 2 3 1 2 3 1 2 3
   
0       1      2      
1 3 2 3 21 2 1 3
  ;   ;  

Pada pembahasan selanjutnya dan untuk mempermudah penulisan, permutasi

1 2 3
 
     1 23 
2 1 3  2 1 3
  cukup ditulis sebagai  

Sekarang timbul suatu pertanyaan “Bagaimanakah cara mengkomposisikan dua

permutasi dengan menggunakan notasi matriks ini?” Sebagai contoh bagaimanakah

mengkomposisikan

 1 23  12 3 
1o1   ?
 2 31  13 2 

Untuk itu, kita perhatikan diagram berikut ini

1 1
123
232
31 1

Gambar 8.4

Dari Gambar 8.4 ini kita peroleh (1)(α1 ◦β1) = 3, (2)(α1 ◦β1) = 2 dan (3)(α1 ◦β1) = 1.

Perhatikan bahwa oleh notasi matriks ini

• Unsur 1 dipetakan ke unsur 2 oleh α1, dan unsur 2 dipetakan ke unsur 3 oleh β1.

Sehingga oleh (α1◦β1), unsur 1 dipetakan ke unsur 3.

• Oleh pemetaan α1, unsur 2 dipetakan ke unsur 3, dan oleh pemetaan β1 unsur 3

dipetakan ke unsur 2. Sehingga oleh permutasi (α1 ◦β1) unsur 2 dipetakan ke unsur 2.
17
• Dengan cara yang sama, oleh α1 unsur 3 dipetakan ke 1 dan oleh β1 unsur 1

dipetakan ke 1.

Unsurkebalikandarisetiapunsurdi S3 adalahsebagaiberikut α−1 0 = α0; α−1 1 = α2;

α−1 2 = α1; β−1 1 = β1; β−1 2 = β2 dan β−1 3 = β3. Karena komposisi pemetaan

adalah asosiatif (yang dijamin oleh Teorema 2.2.6), maka S3 dengan operasi

komposisi pemetaan adalah suatu grup.

Karena α adalah suatu permutasi, maka  adalah suatu pemetaan yang sekaligus

injektif dan surjektif.  -1 adalah suatu pemetaan.

Teorema 8.1.1 Andaikan A adalah suatu himpunan dan misalkan S A adalah

himpunan semua permutasi atas A. Maka SA dengan operasi komposisi pemetaan

adalah suatu grup.

Berikut diberikan definisi dari grup simetri dan grup permutasi atas n unsur.

Definisi 8.1.2 Grup SA pada Teorema 8.1.1 disebut grup simetri atas A. Bila

himpunan A terdiri dari n unsur, maka SA dinotasikan dengan Sn. Yang dimaksud

sebagai grup pemutasi adalah grup Sn atau Sn atau subgrup dari grup SA atau Sn.

Pada era awal dari aljabar modern, Pada masa itu grup mempunyai arti hanyalah

sebagai grup permutasi. Berikut ini kita diskusikan hubungan antara grup permutasi

dan grup secara umum.

Lemma 8.1.4

Andaikan G adalah sebuah grup. Pemetaan Tg : G→G yang didefinisikan oleh (x)T g

= gx untuk semua x∈G adalah permutasi atas G.

Bukti. KitaperlihatkanTg adalahinjektifdansurjektif. Bila(x)Tg = (y)Tg, maka gx = gy.

Teorema 4.2.1 menjamin x = y. Sehingga Tg adalah pemetaan satu-satu. Untuk setiap

y ∈ G, terdapat g−1 ∈ G sehingga x = g−1y ∈G, dan (x)Tg = g(g−1y) = y. Jadi untuk

18
setiap y ∈G, terdapat x = g−1y ∈G sehingga (x)Tg = y. Yakni Tg adalah suatu pemetaan

bijektif. Jadi Tg adalah suatu permutasi.

Perhatikan bahwa Lemma 8.1.4 menjamin bahwa bila G adalah suatu grup, kita dapat

membentuk banyak permutasi yang bergantung pada unsur-unsur di G. Lemma 8.1.5

memperlihatkan bahwa himpunan permutasi yang demikian bersama dengan operasi

komposisi pemetaan adalah sebuah grup.

Lemma 8.1.5 Andaikan G adalah sebuah grup. Himpunan G+ = {Tg : g ∈ G}

adalah grup relatif terhadap operasi komposisi pemetaan.

Teorema berikut memberikan hubungan antara sebarang grup dengan grup permutasi,

yang pada dasarnya menyatakan semua grup adalah grup permutasi.

Teorema 8.1.6 (Cayley) Setiap grup G adalah isomorfik dengan suatu grup

permutasi.

Bukti. Kita ingin memperlihatkan G adalah isomorfik dengan suatu grup permutasi.

Pertanyaan kita adalah “grup permutasi yang mana?” Karena kita bekerja dengan grup

G, maka permutasi yang kita inginkan adalah permutasi atas unsur G. Lemma 8.1.5

menyarankan grup permutasi yang diiinginkan adalah grup G+.

 Notasi Lingkaran

Pada bagian ini kita akan mendiskusikan suatu notasi yang mempunyai keunggulan

dalam membahas sifat-sifat grup permutasi. Untuk memudahkan diskusi kita pada

notasi baru ini, kita perhatikan contoh sebagai berikut. Perhatikan suatu permutasi.

 1 2 3 456 7 8 
  
 37 61 8 4 25  di S8. Dengan menggunakan skema dapat kita peroleh

19
Oleh karenanya α dapat ditulis sebagai   (1,3, 6, 4)(2, 7)(5,8)

Notasi dalam bentuk barisan seperti (1,3,6,4), (2,7) dan (5,8) disebut sebagai notasi

lingkaran.

Definisi 8.2.1 Andaikan s1,s2,...,sk adalah unsur-unsur dari

himpunan{1,2,...,n}yang semuanya berbeda. Sebuah k-lingkaran (s1,s2,...,sk) yang

panjangnya k adalah suatu permutasi α.

    
s1  s2  s3 ...  sk 1  sk  s1

dari n unsur {1,2,...,n}, dengan α membawa s1 ke s2, s2 ke s3, ..., sk−1 ke sk dan

membawa sk ke s1 dan memetakan unsur lainnya ke dirinya sendiri.

Catatan
(1) Bila setiap unsur dari A = {1,2,...,n} hanya terdiri dari satu digit, maka lingkaran

(s1,s2,...,sk) ditulis (s1s2 ...sk) tanpa memakai tanda koma.

(2) Bila terdapat satu 1-lingkaran, maka dalam penulisan biasanya dihilangkan.

Sebagai contoh α = (135)(2468)(7) ditulis menjadi (135)(2468) saja. Jadi bila terdapat

satu unsur yang tidak muncul dalam notasi lingkaran, maka hal itu berarti unsur

tersebut dipetakan ke dirinya sendiri.

Perhatikan bahwa

α =( 147 ) ( 265 )

¿ 12 3 4 5 6 7 8 9
(
4 6 3 7 2 52 8 9 )
sahingga,

α −1= 12 3 4 5 6 7 8 9
(
7 5 31 6 2 4 8 9 )
= (174)(256).

20
Teorema 8.2.5 Setiap permutasi adalah suatu lingkaran atau perkalian dari lingkaran-

lingkaran yang saling asing.

Bukti. Andaikan α adalah permutasi pada himpunan {1,2,...,n}. Misalkan α bukanlah

suatu lingkaran. Bila α = ι, maka:

α = (1)(2)···(n)

Jadi ι adalah perkalian dari lingkaran-lingkaran yang panjangnya 1. Andaikan α ≠ ι, hal

ini berakibat terdapat i ∈ {1,2,...,n} sehingga (i)α ≠ i. Jadi α adalah komposisi dari

lingkaran-lingkaran yang saling asing.

Definisi 8.2.6 Suatu transposisi adalah suatu 2-lingkaran, dengan perkataan lain

transposisi adalah suatu lingkaran dengan panjang 2.

Teorema 8.2.7 Andaikan n ≥ 2. Suatu permutasi α atas n unsur {1,2,...,n} adalah hasil

kali dari tranposisi-transposisi.

Bukti. Perhatikan bahwa dalam Sn, n ≥ 2, permutasi identitas ι dapatditulissebagai(12)

(12). Pandangsuatupermutasi α ≠ i. Oleh Teorema 8.2.5 permutasi α dapat dinyatakan

sebagai komposisi dari lingkaran-lingkaran yang saling asing, yakni :

α = (s1,...,sk)(t1,...,tr)···(u1,...,um).

Contoh 8.2.8

Andaikan α = (1472)(568). Maka α dapat dinyatakan sebagai komposisi transposisi-

transposisi

α = (14)(17)(12)(56)(58)

atau
21
α = (21)(24)(27)(68)(65)

Sehingga penulisan α dalam komposisi transposisi-transposisi tidaklah tunggal.

Definisi 8.2.9 Suatu permutasi α dikatakan permutasi genap, bila α dapat dinyatakan

sebagai komposisi transposisi-transposisi yang jumlahnya genap, dan dikatakan

permutasi ganjil bila sebaliknya.

Lemma 8.2.10 Permutasi identitas ι adalah permutasi genap.

Bukti. Tanpa kehilangan keumuman pembuktian, misalkan ι adalah permutasi atas

himpunan A ={1,2,...,n}.

Andaikan m ∈ A muncul pertama sekali (dibaca dari kiri ke kanan) di θi, 1 ≤ i < k. Perlu

dicatat bahwa θi ≠ θk . Bila θi ≠ θk akan berakibat bahwa ι tidak memetakan m ke dirinya

sendiri (karena θk adalah suatu transposisi). Bertentangan dengan definisi permutasi

identitas.

Sehingga ada empat kemungkinan untuk θi+1 , mungkin saja θi+1 = (m,x), atau θi+1 berbeda

satu unsur dengan transposisi (m,x) atau sama sekali berbeda dengan (m,x).

GRUP KOSET

11.2 Subgrup Normal dan Grup Koset

Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan H adalah subgrup dari G. Berikut ini kita

akan memperlihatkan bila koset kiri dari H sama dengankosetkanandari H, maka

himpunan semua koset kiri (kanan) dari H dengan operasi biner yang di akibatkan oleh

operasi biner pada G akan membentuk suatu grup. Sebelum kita memperlihatkan bukti

dari pernyataan ini, kita diskusikan pengertian dari suatu subgrup normal.
22
Definisi 11.2.1 Suatu subgrup H dari grup G dikatakan subgrup normal dari G jika koset

kiri dari H sama dengan koset kanan dari H, yakni untuk setiap a ∈ G, berlaku aH ={ah :

h∈H}={ha : h∈H}= Ha.

Contoh 11.2.2

Bila G adalah suatu grup komutatif, maka untuk setiap subgrup H dari G berlaku

hubungan gH = {gh : h ∈ H} = {hg : h ∈ H} = Hg untuk semua g ∈ G, yakni setiap

subgrup dari suatu grup komutatif adalah subgrup normal. Sebagai contoh perhatikan

grup Z6, semua subgrup sejati dari Z6 adalah H1 = {0,2,4}, dan H2 ={0,3}.

Perhatikan bahwa koset kiri dari H1 adalah:

0+ H1 ={0,2,4} dan 1+ H1 ={1,3,5},

dan koset kanannya adalah

H1 +0 ={0,2,4} dan H1+1 ={1,3,5}.

Sehingga koset kiri dari H1 sama dengan koset kanannya. Demikian juga koset kiri dari

H2 adalah 0+ H2= {0,3} = H2+0; 1+ H2= {1,4} = H2+1, Dan 2+ H2= {2,5} = H2 +2,

yang sama dengan koset kanan dari H2.

Contoh 11.2.3

Kita perhatikan kembali grup permutasi atas 3 unsur S3 dan subgrup

H ={(1),(132),(123)} dari S3. Semua koset kiri dari H adalah

H ={(1),(132),(123)} dan (13)H ={(13),(12),(23)},

dan semua koset kanan dari H adalah

H ={(1),(132),(123)} dan H(13) ={(13),(23),(12)}.

23
Sehingga koset kiri dari H sama dengan koset kanan dari H. Jadi H adalah subgrup

normal dari S3.

Teorema 11.2.5 Suatu subgrup H dari grup G adalah subgrup normal dari G jika dan

hanya jika a-1 Ha ⊆ H untuk semua a ∈ G.

Bukti. Bila H adalah subgrup normal dari G, maka aH = Ha untuk semua a ∈ G. Tetapi

hal ini berakibat a-1 Ha = H sehingga a-1 Ha ⊆ H.

Sebaliknya andaikan a-1 Ha ⊆ H Sebaliknya andaikan a−1Ha⊆H untuk semua a∈G. Kita

akan memperlihatkan aH = Ha untuk semua a ∈ G. Untuk itu cukup diperlihatkan bahwa

H ⊆ a-1 Ha

Proposisi 11.2.6 Untuk sebarang grup G, sentral dari G, Z(G), adalah subgrup normal

dari G.

Bukti. Kita akan memperlihatkan bahwa a−1Z(G)a⊆Z(G) untuk semua a∈G. Perhatikan

bahwa a-1 z (G) a ={ a-1 za : z ∈ Z(G)}.

Teorema 11.2.8 Andaikan H adalah subgrup normal dari G dan misalkan G/H = {aH : a

∈ G}. Untuk setiap aH,bH ∈ G/H definisikan (aH)(bH) = abH, maka operasi ini adalah

operasi biner atas G/H.

Bukti. Karena untuk setiap a,b ∈ G berlaku ab ∈ G, maka abH adalah koset kiri dari H.

Sehingga abH ∈ G/H. Sekarang kita tinggal memperlihatkan bahwa operasi ini

didefinisikan dengan baik, artinya bila a’ H = aH dan b’H = bH, harus kita perlihatkan

bahwa a’b’H= (a’H)( b’ H) = abH.

Teorema 11.2.9 Andaikan H adalah subgrup normal dari grup G. Himpunan koset kiri

dari H, G/H ={aH : a∈G} dengan operasi (aH)(bH) = abH untuk semua aH,bH ∈G/H

adalah suatu grup.

24
Sehingga operasi biner pada G/H adalah asosiatif. Jadi G/H adalah suatu grup.

Definisi 11.2.10 Grup koset G/H pada Teorema 10.2.9 disebut sebagai grup faktor dari G

modulo H atau biasa disebut dengan grup faktor dari G.

Teorema 11.2.12 Andaikan H adalah subgrup dari grup siklik G. Maka G/H adalah suatu

grup siklik.

Bukti. Andaikan G = hai, yakni a adalah unsur pembangun dari G. Misalkan H adalah

subgrup (sejati) dari G. Perhatikan bahwa a / ∈ H, karena bila a ∈ H, maka semua

perpangkatan dari a beradadi H yang berarti sehingga G ⊆ H dan tentunya berakibat H =

G.

Teorema 11.2.13 Bila G/Z(G) adalah suatu grup siklik, maka G adalah suatu grup

komutatif.

HOMOMORFISMA GRUP

12.1 Definisi dan Sifat

Pada bagian ini, kita akan memberikan definisi formal dari suatu homomorfisma,

jenis-jenis homomorfisma, dan selanjutnya akan dibahas beberapa sifat mendasar yang

dimiliki oleh suatu homomorfisma.

Definisi 12.1.1 :

Andaikan G dan F adalah dua grup. Suatu homomorfisma ∅ dari grup G ke grup F adalah

suatu pemetaan ∅ :G→ F demikian sehingga untuk setiap pasangan dua unsur g 1 , g 2 ∈G

berlaku hubungan

( g 1 g 2 ) ∅=( g 1 ) ∅(g 2)∅

25
Suatu homomorfisma surjektif ∅ dari G ke F disebut sebagai suatu epimorfisma dan suatu

suatu homomorfisma ∅ yang injektif disebut sebagai monomorfisma.

Teorema 12.1.2 : Andaikan G dan F adalah grup. Bila ∅ :G→ F adalah suatu

homomorfisma, maka yang berikut adalah benar.

(1) Bayangan dari unsur identitas dari grup G di bawah homomorsfima ∅ adalah unsur

identitas dari grup F. Yakni, bila e dan e’ masing-masing adalah unsur identitas dari G

dan F, maka (e)∅ = e’.

(2) Untuk setiap unsur α ϵ G, bayangan kebalikan dari unsur a adalah unsur kebalikan dari

−1
bayangan α di bawah homomorfisma ∅. Yakni ( α −1 ) ∅=( (α ) ∅ ) untuk semua ϵ G .

(3) Bila H adalah subgrup dari G, maka bayangan dari H adalah juga subgrup dari F.

Teorema 12.1.4 : Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan N adalah subgrup normal

dari G. Pemetaan ∅ :G→ F /N yang didefinisikan oleh (g)∅ = gN untuk semua g ϵ G

adalah suatu epimorfisma.

Bukti :

Untuk sebarang pasangan dua unsur ( g 1 g 2 ) ϵ G diperoleh

( g 1 g 2 ) ∅=g 1 g 2 N

¿ g 1 Ng 2 N

¿ ( g 1) ∅ ( g 2) ∅

Sehingga ∅ adalah suatu homomorfisma. Lebih lanjut untuk setiap gN ∈G/ N terdapat

g ϵ G sehingga (g)∅ = gN. Jadi G/N adalah bayangan homomorfik dari G.

Definisi 12.1.6 :

26
Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan F adalah suatu grup dengan unsur identitas

e’. Inti dari suatu homomorfisma ∅ :G→ F, dinotasikan Inti(∅), adalah himpunan dari

semua unsur di G yang dipetakan oleh ∅ pada unsur identitas dari F. Yaitu

Inti ( ∅ )= {g ∈ G: ( g ) ∅=e' , e' unsur identitas dari F }

12. 2 Teorema-teorema Isomorfisma

Pada bagian ini kita akan mendiskusikan beberapa hasil baku sehubungan dengan

homomorfisma dan grup faktor. Hasil-hasil ini di dalam Aljabar dikenal sebagai teorema

isomorfisma pertama (teorema dasar homomorfisma), teorema isomorfisma kedua dan

ketiga. Kita awali bagian ini dengan mengetengahkan teorema isomorfisma pertama yang

menyatakan bahwa bayangan homomorfik dari suatu grup G merupakan grup faktor dari

G.

Teorema 12.2.1(Teorema Isomorfisma Pertama) Andaikan pemetaan ∅ :G→ F adalah

suatu homomorfisma surjektif dari grup G ke grup F. Bila K=Inti ( ∅ ) maka G/ K ≅ F

Teorema 12.2.3 (Teorema Isomorfisma Kedua) Andaikan G adalah suatu grup. Misalkan

H dan N masing-masing adalah subgrup dari G, dengan N adalah subgrup normal dari G.

Maka H / ( H ∩ N ) ≅ HN / N

Teorema 12.2.4 (Teorema Isomorfisma Ketiga) Andaikan M dan N adalah dua subgrup

normal dari grup G, dengan N ≤ M , Maka

(G /N )
≅ G/ M
( M /N )

27
BAB III
PENILAIAN BUKU
3.1 Kelebihan Buku
 buku 1
 Sistematika penulisan buku bagus dan bahasa yang digunakan mudah
dimengerti
 Tersedia beberapa teorema yang disertai pembuktiannya
 Soal-soal yang diberikan bervariasi dan tingkat kesulitannya juga
bervariasi
 Terdapat banyak contoh yang disajikam

 buku 2
 Sistematika penulisan buku bagus
 Tersedia beberapa teorema dan pembuktiannya
 Terdapat contoh soal beserta latihan-latihan

3.2 Kekurangan Buku


 buku 1
 Pembuktian yang disertakan dibuku terkadang cukup sulit untuk dipahami
 Ada beberapa pembuktian teorema yang salah pada buku ini
 Ada beberpa kata-kata yang salah pengetikan
 buku 2
 Tidak disajikan pembuktian untuk beberapa teorema
 Kurang banyaknya contoh soal yang diberikan

28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kedua buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh setiap orang, khsusunya bagi
mahasiswa yang sekarang berada pada jurusan matematika . Karena kedua buku ini bisa
dijadikan sebagai acuan atau pedoman didalam proses pembelajaran. Dan menurut saya
buku kedua lebih mudah dipahami dan lebih bagus dari pada buku yang pertama. Karena
dibuku pertama ini banyak sekali materi yang sulit dipahami da nada beberapa contoh
yang salah. Namun kedua buku ini bisa menjadi referensi untuk mahasiswa.
4.2 saran
Saran penyusun untuk para pembaca, agar pembaca dapat memahami materi yang
dipaparkan dengan baik, maka pembaca akan lebih mudah untuk memahami materi yang
terdapat pada buku II dibandingkan dengan buku I. Selain itu, saran untuk penulis buku I
yaitu untuk menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami dan juga memaparkan
materi secara lengkap.

29
DAFTAR PUSTAKA

Saragih, Sahat. 2012. Struktur Aljabar. Medan: Larispa Indonesia


Susilo, Saib. 2007. Aljabar Abstrak. Medan: USU Press

30

Anda mungkin juga menyukai