ALJABAR GRUP
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
- ANGIE MARETHA RAJAGUKGUK (4183530005)
- BERTHALIA ELISABETH PURBA (4183530003)
- PRAMELI NATALIA M SINAGA (4183230017)
- SYUKUR IMAN JAYA T (4182230004)
KELAS : PSM B 2018
DOSEN PENGAMPU : Dr. Mulyono, S.Si., M.Si.
JURUSAN MATEMATIKA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada bapak/ibu dosen yang sudah memberikan bimbingannya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah Aljabar Grup. Adapun tugas yang diberikan yakni tentang “ CRITICAL
BOOK REPORT (CBR) ”. Dalam tugas kritikal buku ini mahasiswa diharapkan mampu
berfikir kreatif dalam mengkritisi suatu materi dari berbagai sumber khususnya buku.
Sehingga dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu dalam proses
pembelajaran dan mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Selain itu dengan
adanya makalah ini mahasiswa mampu membudayakan membaca.
Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan
yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena penulis meminta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Struktur aljabar adalah himpunan atau beberapa himpunan yang dilengkapi dengan
suatu operasi atau beberapa operasi yang memenuhi aksioma-aksioma (sifat-sifat)
tertentu. Aljabar modern mempelajari struktur-struktur tersebut dan didalam struktur
aljabar harus memuat beberapa syarat yaitu, himpunan atau beberapa himpuna, operasi
atau beberapa operasi, dan aksioma-aksioma yang memenuhi.
Struktur aljabar mempunyai beberapa tipe dan dibedakan menjadi beberapa macam
diantaranya Grupoid yaitu salah satu struktur aljabar dengan satu himpunan dan satu
operasi. Semigrup, monoid, Grup, Lapangan. Kemudian Ring merupakan satu hmpunan
dan dua operasi, berbedan dengan Ruang Vektor merupakan satu aljabar struktur dengan
dua himpunan dan empat operasi, dan Modul merupakan salah atu strrukrut aljabar
dengan dua himpunan dan satu operasi
1
BAB II
ISI BUKU
2.1 Identitas Buku
BUKU 1
Judul Buku : Struktur Aljabar
Penulis : Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd
Penerbit : Larispa Indonesia
Tahun Terbit : 2012
Kota Terbit : Medan
Jumlah Halaman : 228 Halaman
BUKU 2
Judul Buku :Aljabar Abstrak
Penulis :Saib Susilo
Penerbit :USU Press
Tahun Terbit :2007
Kota Terbit :Medan
Jumlah Halaman :241 Halaman
BUKU 1
KEGIATAN BELAJAR 4
A. GRUP PERMUTASI
Defenisi A-1 :
Suatu permutasi dari himpunan S adalah suatau fungsi dari himpunan S ke himpunan S
yang bijektif.
Penggandaan permutasi didefenisiskan sebagai berikut :
( o ) ( ( a)), a S
Teorema A-1
Misalkan A suatu himpunan tak kosong,
S A { | : A
bij
A}
2
S A terhadap operasi penggandaan permutasi merupakan grup.
Bukti:
(i) Akan ditunjukkan sifat tertutup
Bukti :
o I I o , S A
3
ii. Unsur Invers
Ambil sembarang S A
Didefenisi ( x) y Jhj ( x) y
1
atau x1 x2
Selanjutnya di buktikan : ( o ) ( o ) 1
1 1
4
Ambil sembarang S A dan y A
( 1 o )( y ) 1 ( ( y ) 1 ( x) y I ( y ), y A
Jadi, terbukti ( o ) ( o ) 1
1 1
Defenisi A-2:
Misalkan A = {}, grup dari semua grup permutasi dari A dinamakan grup permutasi
KEGIATAN BELAJAR 5
B. CYCLES
Defenisi B-1:
merupakan permutasi dari himpunan A, dikatakan Cycle jika mempunyai paling
banyak 1 orbit yang menandung lebih dari 1 elemen. Selanjutnya panjang cycle di
defenisikan sebagai banyaknya unsure/ elemen dari orbit tersebut.
Teorema B-1
Setiap permutasi dari himpunan yang berhingga adalah product dari cycle – cycle
yang saling asing.
Bukti :
Misal B1 , B2 ,....., Br adalah orbit – orbit dari dan misalkan adalah cycle yang
didefenisikan sebagai berikut :
( x) , x B
1 ( x)
x , untuk hal lain
Karena orbit – orbit B1 , B2 ,....., Br saling asing maka cycle – cycle 1 , 2 ,....., r , juga
5
Dapat dilihat bahwa mempunyai 1 orbit yang mengandung lebih 1 unsur, dan dapat
ditulis sebagi = (1,2,3,4). Panjang cycle sama dengan 4.
Defenisi B-2:
Trasposition adalah cycle dengan panjang 2 (dua)
Contoh
1 2 3 4 5 6
6 2 3 4 5 1
Akibatnya : sembarang permutasi yang finite yang mengandung sekurang – kurangnya
dua elemen adalah suau hasil produk ganda transposition.
Dapat dilihat bahwa orbit dari dan berkurang 1, sedangkan pada kejadian II
orbit dari bertambah 1.
KEGIATAN BELAJAR 6
A. KOSET
Teorema A-1 :
G grup, H ≤G, ∀ a , b ∈G berlaku:
1. a R L b ↔ a−1 b ∈ H
6
2. a R R b ↔a b−1 ∈ H
Bukti :
Akan dibuktikan berlaku sifat refleksi atau a R L a
Ambil sembarang a ∈ G, a-1 a ¿ e karena H ≤ G dengan sifat ketunggalan identitas maka
a−1 a=e (terbukti sifat Refleksif).
Akan ditunjukkan berlaku sifat simetri atau a R L b → b R L a
Ambil sembarang a,b ∈ G dengan a R L b. a R L b menurut definisi maka a-1b ∈ G,
karena H ≤G maka (a-1b)-1 ∈ H (sifat invers), sehingga b-1a ∈ H atau b R L a (terbukti
sifat simetris)
Akan ditunjukkan berlaku sifat transitif atau a R L b and b R L c → a R L c
a. R L b menurut definisi a-1b ∈ H.
b. R L c menurut definisi b-1 c ∈ H, karena H ≤ G maka dipenuhi sifat tertutup atau
Definisi A-1 :
Jika H subgroup dari G, a ∈ G, makaka Ha={ ha | h ∈ H} disebut koset kanan dari H
dalam G dan aH={ah H ∈ H} disebut koset kiri dari H dal G
Teorema A-2 :
G suatu grup dan H subgroup dari G, ∀a ∈ G maka terdapat korespondesi satu-satu
antara Ha, aH dan H sendiri.
Bukti :
Bangun pemetaaan : H → Ha
Akan ditunjukkan β(h) = ha merupakan pemetaan injektif dan surjektif
Akan ditunjukkan β surjektif :
Andaikan β(h1) = β(h2 ) maka
h1a = h2 a (dengan hukum kansekasi pada grup G)
h1 = h2
Terbukti bahwa β injektif.
7
Akan ditunjukkan β surjektif :
Ambil t ∈ Ha akan ditunjukkan ∃ h ∈ H∋ β(h) = t
t = β(h) → t = ha → h = ta−1. Jadi untuk setiap t ∈ Ha ∃ h = ta−1 ∈ H ∋ β(h) = t
terbukti bahwa β surjektif
Definisi A-2 :
Jika G suatu grup dan a ∈ G, order (periode) dari elemen a adalah bilangan bulat positif
terkecil m sehingga a m=e , dinotasikan o(a).
Teorema A-3 :
Jika G adalah grup finit (berhingga) dan H adalah subgrap dari G maka o(H) merupakan
pembagi dari o(G)
Bukti :
Dari uraian terdahulu telah diketahui bahwa banyaknya elemen antara dua koset kanan
yang berlainan adalah sama. Perhatikan He = H, dimana He salah satu koset kanan dari
H dalam G, dengan demikian banyaknya elemen sebarang koset kanan sama dengan H
sendiri atau o(H). menurut teorema G-2 bahwa sebarang dua koset kanan dari H dalam
G adalah identic atau tidak mempunyai elemen persekutuan berarrti sebarang a ∈ G
menentukan dengan tunggal suatu koset kanan Ha. Misalnya m adalah banyaknya koset
kanan yang berlainan dari H dalam G, dan setiapkoset kanan mempunyai anggota
sebanyak o(H) maka kita peroleh o(G) = m o(H) atau o(H) merupakan pembagi o(G).
Definisi A-3 :
Jika H adalah subgrup dari grup G, Indeks dari H dalam G adalah banyaknya koset
kanan berlainan dari H dalam G, dinotasikan dengan i G(H).
Teorema A-4 :
Jika G adalah grup berhingga dan a ∈ G maka order dari a atau o(a) merupakan
pembagi dari order dari G atau o(G).
Untuk membuktikan teorema di atas pertama-tama kita bangun subgroup dari G yang
banyak elemennya adalah o(a), hal ini dapat kita lakukan dengan membentuk grup
siklik dengan generatornya adalah a ∈ G, subgroup tersebut adalah :
{ a m|a ∈G }={a1 , a 2 , a3 , .., a 0 (a )=e } semua elemennya berbeda.
8
Dengan demikiam subgroup tersebut memiliki unsur sebanyak o(a) atau order dari a.
Dengan menguunakan teorema A-3 maka terbukti bahwa o(a) merupakan pembagi dari
order G.
B. SUBGRUP NORMAL
Definisi B-1 :
Suatu subgroup N disebut subgroup normal dari G jika aN=Na, ∀ a ∈G
Teorema B-1:
Suatu subgroup N dan G merupakan subgroup normal dari G jika dan hanya jika
g N g−1=N ∀ g ∈ G.
Ada dua pernyataan diatas yang pelu dibuktikan :
1. Jika N subgroup normal dari G maka g N g−1=N ∀ g ∈ G.
2. Jika g N g−1=N ∀ g ∈ G maka N subgroup normal dari grup G.
Bukti (1) :
N subgroup normal dari G menurut definisimaka g N = N g ∀g ∈ G
Dari g N = N g berarti gn = ng ∀n ∈ N
gng-1 = ngg-1 ∀n ∈ N
gng-1 = n ∀n ∈ N
gNg-1 = N ∀n ∈ N
Dari teorema di atas g N g-1 = N dapat diartikan g N g-1 ⊆ N dan N ⊆ g N g-1
KEGIATAN BELAJAR 7
A. HOMOMORFISMA
Definisi A-1 :
Suatu pemetaan β dari grup ⟨ G 1 , o ⟩ ke grup ¿ disebut homomorfisma jika : ∀ a , b ∈G 1
berlaku : β (a o b) = β(a) * β(b)
Definisi A-2 :
a. Suatu homomorfisma yang injektif dinamakan monomorfisma.
b. Suatu homomorfisma yang surjektif dinamakan epimorfisma.
c. Suatu homomorfisma yang bijektif dinamakan isomorfisma.
9
d. Suatu homomorfisma dari suatu grup ke dalam dirinya sendiri dinamakan
Endomorfisma dan suatu endomorfisma yang bijektif dinamakan Automorfisma.
Contoh
Andaikan G grup bilangan bulat dengan operasi penjumlahan. Bangun pemetaan
γ : G → G sebagai berikut γ (x) = 2x, ∀ x ∈G
Tunjukkan bahwa γ merupakan pemetaan homomorfisma
Bukti
Ambil sembarang x,y ∈G
γ (x) = 2x dan γ (y) = 2y
Perhatikan γ (x + y) = 2(x + y)
¿ 2 x+2 y
¿ γ (x )+γ( y )
γ ( xy )=γ ( x + y )=γ ( x ) +γ ( y ) (terbukti)
Contoh
Sn: Grup simetri dengan n unsur dan n unsur dan Z 2: Grup aditif modulo 2 didefenisikan
pemetaan
γ :S n → Z 2 dengan γ ( σ )=0 jika σ permutasi genap
γ ( σ )=1 jika σ permutasi ganjil
Buktikan bahwa γ merupakan homomorf.
Bukti:
γ merupakan fungsi
Terdapat 4 kasus:
a) σ 1 : Permutasi genap; σ 2 : Permutasi genap
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi genap) = 0
Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =0+0=0
b) σ 1 : Permutasi ganjil; σ 2 : Permutasi ganjil = 0
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi genap)
Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =1+1=0
c) σ 1 : Permutasi genap; σ 2 : Permutasi ganjil
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi ganjil) = 1
Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =0+1=1
10
d) σ 1 : Permutasi ganjil; σ 2 : Permutasi genap
γ ( σ 1 , σ 2 )=γ (Permutasi ganjil) = 1
Sedangkan γ ( σ 1 ) + γ ( σ 2 ) =1+0=1
Jadi terbukti γ ( σ 1 , σ 2 )=γ ( σ 1) + γ ( σ 2 ) ∀ σ 1 , σ 2 ∈ S n
Defenisi A-3
ρ suatu homomorfisme dari G ke G ¿, yang dimaksud dengan Kernel atau inti dariρ,
Contoh
G adalah Grup dari semua bilangan real dengan operasi penjumlahan G* adalah grup
dari semua bilangan real tanpa nol dengan operasi perkalian ρ :G→ G ¿ dengan ρ ( x )=3 x,
dapat ditunjukkan bahwa ρsuatu homomorfisme, kemudian elemen netral dari G ¿ adalah
1. Inti dari ρ adalah
I ( ρ )={ x ∈ G| ρ ( x ) =1 } 1 unsur netral dari G ¿ atau
¿ { x ∈G|3 x =1 }
¿ { 0 } ini berarti bilangan 0 merupakan inti dari ρ
Teorema A-1
G adalah G ¿ adalah dua buah gup ρ :G→ G¿ adalah pemetaan homomorf, e ¿ = unsur
kesatuan dari Gdan e ¿ = unsur kesatuan G ¿, maka:
¿
1. ρ ( e )=e
−1
2. ρ ( x−1 )= { ρ( x) } ∀ x ∈G
3. Jika h subgroup dari G maka ρ ( H ) subgroup dari G ¿
4. K ¿ subgroup dari G ¿ maka ρ−1 ( K ¿ ) subgroup dari G
Akan ditunjukkan bagian 1 dan 4 sedangkan bagian yang lain diberikan pada pembaca
sebagai latihan
¿
1. ρ ( e )=e
Bukti:
Ambil sembarang a ∈G maka a e=¿ a, karena ρ pemetaan maka
ρ (ae) ¿ ρ (a), karena ρ pemetaan homomorf maka
ρ (a)ρ ( e )=ρ (a),ρ ( e ) ∈ G ¿(G ¿ grup) maka
11
ρ (a)ρ ( e )=ρ (a)e ¿, dengan kanselisasi kiri diperoleh
ρ ( e )=e ¿ (Terbukti)
Teorema A-2
Jika G dan G ¿ adalah grup; ϕ :G →G ¿ suatu pemetaan homomorf;
H=¿ Ker (ϕ) maka H ≤Gdan aH = Ha
Bukti dari H ≤G (Analog dengan bukti teorema A-1 bagian 4) sedangkan bukti aH = H
a (dapat anda buktikan sendiri sebagai latihan).
Teorema A-3
Suatu homomofirsma ρ diketahui monomorfisma jika dan hanya jika intinya merupakan
himpunan tunggal.
Bukti:
1. Jika ρ monomorfisma maka I ( ρ ) himpunan tunggal
2. Jika I ( ρ ) himpunan tunggal maka ρ monomorfisma
sebelumnya kita ketahui bahwa monopo monomorfisme adalah suatu homomorfisma
yang injektif.
1) ρ monomorfisme maka ρ adalah injektif menurut definisi injektif maka setiap unsur
yang mempunyai prapeta petanya merupakan himpunan Tunggal dengan demikian
maka terbukti bahwa I ( ρ ) merupakan himpunan tunggal.
2) Dari teorema H-1 butir 1 kitab l diperoleh ρ ( e )=e menurut definisi inti maka ∈ I ( ρ ) .
¿
12
ρ (x) ( ρ( y))−1=e ¿ dengan teorema H-1 butir 2 diperoleh ρ ( x ) ρ ( y −1 ) =e ¿ ρ homomorf
maka ρ ( xy−1 ) =e¿ kita peroleh xy−1=e dengan mengoperasikan y dari kanan maka
diperoleh x= y
dengan dipenuhi FX = PQ maka x = y terbuktilah bahwa p injektif.
BUKU PDF
10.1 Defenisi dan Sifat Koset
Kita mulai bagian ini dengan memperkenalkan konsep koset dari suatu subgrup.
Defenisi 10.1.1
Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan H adalah subgrup dari G. Untuk setiap
unsur a ∈G, himpunan aH ={ ah :a ∈G } disebut koset kiri dari H yang ditentukan oleh
unsur a, dan himpunan Ha= {ha :a ∈ G } disebut koset kanan dari Hyang ditentukan
oleh unsur a.
Dari defnisi di atas, jika G adalah grup komutatif, maka aH =Ha, yakni koset
kiri dari H sama dengan koset kanan dari H. Bila operasi biner atas G adalah operasi
penjumlahan, maka defnisi koset kita notasikan menjadi
a+ H ={ a+ h: a∈ G } dan H +a={ h+ a: a∈ G }
yang masing-masing untuk koset kiri dan koset kanan dari H.
Berikut ini dengan menggunakan contoh, kita akan memperli- hatkan bahwa
suatu grup yang tidak komutatif mungkin saja mempunyai suatu subgrup yang koset
kirinya sama dengan koset kanannya. Untuk memperjelas konsep pada Defenisi
tersebut, kita perhatikan contoh berikut ini.
Contoh:
Perhatikan grup Z12 dengan operasi penjumlahan modulo 12. Andaikan H adalah
subgrup { 0,4,8 } dari grup Z12. Semua koset kiri dari H adalah
0+ H ={ 0+0 , 0+ 4 , 0+8 }={ 0,4,8 } =H
1+ H= {1+0 ,1+ 4 , 1+ 8 }= {1,5,9 }
2+ H= {2+ 0 ,2+ 4 , 2+8 } ={ 2,6,10 }
3+ H ={ 3+0 , 3+4 ,3+ 8 }= {3,7,11 }
4 + H= { 4+ 0 , 4+ 4 , 4 +8 } ={ 4,8,0 } =H
5+ H ={ 5+0 , 5+4 ,5+ 8 }= {5,9,1 }=1+ H
6+ H ={ 6+0 , 6+ 4 , 6+ 8 }= {6,10,2 }=2+ H
7+ H ={ 7+0 , 7+ 4 , 7+8 }={ 7,11,3 } =3+ H
13
8+ H ={ 8+0 , 8+ 4 , 8+8 }={ 8,0,4 }=4 + H
9+ H ={ 9+0 , 9+ 4 , 9+ 8 }= {9,1,5 }=6+ H
Perhatikan bahwa semua koset kiri dari subgrup H= { 0,4,8 } dapat diwakili oleh koset-
koset H ,1+ H , 2+ H , dan 3+ H . Koset-koset H ,1+ H , 2+ H , dan 3+ H disebut sebagai
wakil (representative) dari semua koset dari subgrup H di G.
contoh tersebut memperlihatkan bahwa dua koset kiri (kanan) dari H adalah identik atau
saling asing. Secara umum pernyataan ini adalah benar untuk semua grup dan semua
subgrup, Seperti yang diperlihatkan oleh teorema berikut ini.
Teorema 10.1.4
Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan H adalah subgrup dari G. Dua koset kiri
(kanan) dari H adalah identik atau saling asing.
Bukti. Kita gunakan notasi koset kiri untuk membuktikan teorema ini. Notasi koset
kanan dapat dilakukan dengan cara yang serupa.
Andaikan aH dan bH adalah dua koset kiri dari H. Untuk membuktikan bahwa
aH dan bH adalah identik atau saling asing, kita cukup memperlihatkan bila
aH ∩bH ≠ ∅, maka aH =bH. Untuk itu andaikan g ∈aH ∩bH , katakan saja
g=a h1 ∈ aH dan juga g=b h2 ∈ bH dengan h1 , h2 ∈ H . Sekarang kita peroleh hubungan
. Jadi aH ⊆ bH .
Dengan cara yang serupa, karena a h1 =b h2, maka b=a h1 h−1
2 ∈aH . Hal ini
aH =bH. Jadi koset kiri (kanan) dari H adalah identik atau saling asing.
Sebagai akibat dari Teorema 10.1.4 kita peroleh beberapa hasil sebagai berikut.
Akibat 10.1.5
Andaikan H adalah subgrup dari grup G. Misalkan a dan b adalah dua unsur di G.
Maka
(1) aH =bH jika dan hanya jika a−1 b ∈ H
(2) Ha=Hb jika dan hanya jika a−1 b ∈ H .
Bukti. Kita hanya akan memperlihatkan bagian (1). Bagian (2) dapat
diperlihatkan dengan cara yang serupa. Andaikan aH =bH, maka terdapat h1 , h2 ∈ H
2 ∈ H yang berarti a b ∈ H .
h1 h−1 −1
14
Sebaliknya andaikan a−1 b ∈ H . Akan kita perlihatkan bahwa aH =bH. Menurut
Teorema 10.1.4 cukup diperlihatkan bahwa aH ∩bH ≠ ∅. Karena a−1 b ∈ H , terdapat
h ∈ H sehingga a−1 b=h . Hal ini berakibat b=ah ∈ aH. Tetapi b=be ∈ bH. Sehingga
b ∈ ah∩ aH yang berarti aH =bH.
Akibat 10.1.6
Andaikan H adalah subgrup dari G, dan misalkan a ∈ H . Maka
(1) aH =H jika dan hanya jika a ∈ H .
(2) aH =Ha jika dan hanya jika H=a−1 Ha .
Bukti. (1) Perhatikan bahwa H=eH, sehingga dari asumsi kita peroleh eH =aH . Akibat
10.1.5 menyatakan eH =aH jika dan hanya jika e−1 a ∈ H .
(2) Perhatikan bahwa aH =Ha jika dan hanya jika a−1 ( aH )=a−1( Ha). Sifat asosiatif
dari grup memperlihatkan H=a−1 Ha .
BUKU 2
GRUP PERMUTASI
marilah kita selidiki himpunan semua permutasi atas himpunan A dengan dua atau tiga
unsur. Kemudian kita akan menyelidiki kasus ini secara umum. Andaikan A = {1,2}
adalah suatu himpunan dengan dua unsur. Berapa banyakkah permutasi yang mungkin
l
1 1 1 2
22 2 1
Gambar 8.1
Perhatikan Gambar 8.1, dari gambar ini kita ketahui bahwa terdapat dua buah permutasi
atas dua unsur, yakni permutasi identitas ι (iota) dan permutasi α. Semua komposisi dari
l l l
1 1 1 1 1 2
2 2 2 2 2 1
lol ol
15
l
1 2 2 1 2 1
2 1 1 2 1 2
ol o
Gambar 8.2
Perhatikan bahwa (1)(ι◦ι) = 1 dan (2)(ι◦ι) = 2, sehingga ι◦ι = ι. Dengan cara yang sama
dapat diperlihatkan ι◦α = α, α◦ι = α dan α◦α = ι. Sehingga tabel Cayley dari himpunan
semua permutasi pada himpunan A ={1,2} dengan operasi komposisi pemetaan adalah
Himpunan semua permutasi atas dua unsur kita notasikan dengan S2. Dari Tabel 8.
Untuk memudahkan penulisan permutasi seperti pada Gambar8.1, kita gunakan notasi
yang serupa dengan notasi matriks. Misalnya permutasi identitas ι dan permutasi α
1 2 1 2
l
1 2 21
dan
Perhatikan penotasian α dengan menggunakan notasi matriks di atas. Baris pertama pada
notasi matriks tersebut menyatakan domain dari permutasi α, dan baris kedua
menyatakan jangkauan dari permutasi α. Penotasian ini dibaca dari baris pertama ke
baris kedua di setiap kolom yang sama. Perhatikan kolom pertama, pada kolom ini unsur
1 terletak pada baris pertama dan unsur 2 terletak pada baris kedua. Hal ini mempunyai
makna (1)α = 2. Demikian juga pada kolom kedua, unsur 2 terletak pada baris pertama
Keenam unsur dari himpunan semua permutasi atas tiga unsur adalah
16
1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 1 2
21 1 231 31 2
; ;
1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 1 2
1 3 2 3 21 2 1 3
; ;
1 2 3
1 23
2 1 3 2 1 3
cukup ditulis sebagai
mengkomposisikan
1 23 12 3
1o1 ?
2 31 13 2
1 1
123
232
31 1
Gambar 8.4
Dari Gambar 8.4 ini kita peroleh (1)(α1 ◦β1) = 3, (2)(α1 ◦β1) = 2 dan (3)(α1 ◦β1) = 1.
• Unsur 1 dipetakan ke unsur 2 oleh α1, dan unsur 2 dipetakan ke unsur 3 oleh β1.
• Oleh pemetaan α1, unsur 2 dipetakan ke unsur 3, dan oleh pemetaan β1 unsur 3
dipetakan ke unsur 2. Sehingga oleh permutasi (α1 ◦β1) unsur 2 dipetakan ke unsur 2.
17
• Dengan cara yang sama, oleh α1 unsur 3 dipetakan ke 1 dan oleh β1 unsur 1
dipetakan ke 1.
α−1 2 = α1; β−1 1 = β1; β−1 2 = β2 dan β−1 3 = β3. Karena komposisi pemetaan
adalah asosiatif (yang dijamin oleh Teorema 2.2.6), maka S3 dengan operasi
Karena α adalah suatu permutasi, maka adalah suatu pemetaan yang sekaligus
Berikut diberikan definisi dari grup simetri dan grup permutasi atas n unsur.
Definisi 8.1.2 Grup SA pada Teorema 8.1.1 disebut grup simetri atas A. Bila
himpunan A terdiri dari n unsur, maka SA dinotasikan dengan Sn. Yang dimaksud
sebagai grup pemutasi adalah grup Sn atau Sn atau subgrup dari grup SA atau Sn.
Pada era awal dari aljabar modern, Pada masa itu grup mempunyai arti hanyalah
sebagai grup permutasi. Berikut ini kita diskusikan hubungan antara grup permutasi
Lemma 8.1.4
Andaikan G adalah sebuah grup. Pemetaan Tg : G→G yang didefinisikan oleh (x)T g
y ∈ G, terdapat g−1 ∈ G sehingga x = g−1y ∈G, dan (x)Tg = g(g−1y) = y. Jadi untuk
18
setiap y ∈G, terdapat x = g−1y ∈G sehingga (x)Tg = y. Yakni Tg adalah suatu pemetaan
Perhatikan bahwa Lemma 8.1.4 menjamin bahwa bila G adalah suatu grup, kita dapat
Teorema berikut memberikan hubungan antara sebarang grup dengan grup permutasi,
Teorema 8.1.6 (Cayley) Setiap grup G adalah isomorfik dengan suatu grup
permutasi.
Bukti. Kita ingin memperlihatkan G adalah isomorfik dengan suatu grup permutasi.
Pertanyaan kita adalah “grup permutasi yang mana?” Karena kita bekerja dengan grup
G, maka permutasi yang kita inginkan adalah permutasi atas unsur G. Lemma 8.1.5
Notasi Lingkaran
Pada bagian ini kita akan mendiskusikan suatu notasi yang mempunyai keunggulan
dalam membahas sifat-sifat grup permutasi. Untuk memudahkan diskusi kita pada
notasi baru ini, kita perhatikan contoh sebagai berikut. Perhatikan suatu permutasi.
1 2 3 456 7 8
37 61 8 4 25 di S8. Dengan menggunakan skema dapat kita peroleh
19
Oleh karenanya α dapat ditulis sebagai (1,3, 6, 4)(2, 7)(5,8)
Notasi dalam bentuk barisan seperti (1,3,6,4), (2,7) dan (5,8) disebut sebagai notasi
lingkaran.
s1 s2 s3 ... sk 1 sk s1
dari n unsur {1,2,...,n}, dengan α membawa s1 ke s2, s2 ke s3, ..., sk−1 ke sk dan
Catatan
(1) Bila setiap unsur dari A = {1,2,...,n} hanya terdiri dari satu digit, maka lingkaran
(2) Bila terdapat satu 1-lingkaran, maka dalam penulisan biasanya dihilangkan.
Sebagai contoh α = (135)(2468)(7) ditulis menjadi (135)(2468) saja. Jadi bila terdapat
satu unsur yang tidak muncul dalam notasi lingkaran, maka hal itu berarti unsur
Perhatikan bahwa
α =( 147 ) ( 265 )
¿ 12 3 4 5 6 7 8 9
(
4 6 3 7 2 52 8 9 )
sahingga,
α −1= 12 3 4 5 6 7 8 9
(
7 5 31 6 2 4 8 9 )
= (174)(256).
20
Teorema 8.2.5 Setiap permutasi adalah suatu lingkaran atau perkalian dari lingkaran-
α = (1)(2)···(n)
ini berakibat terdapat i ∈ {1,2,...,n} sehingga (i)α ≠ i. Jadi α adalah komposisi dari
Definisi 8.2.6 Suatu transposisi adalah suatu 2-lingkaran, dengan perkataan lain
Teorema 8.2.7 Andaikan n ≥ 2. Suatu permutasi α atas n unsur {1,2,...,n} adalah hasil
α = (s1,...,sk)(t1,...,tr)···(u1,...,um).
Contoh 8.2.8
transposisi
α = (14)(17)(12)(56)(58)
atau
21
α = (21)(24)(27)(68)(65)
Definisi 8.2.9 Suatu permutasi α dikatakan permutasi genap, bila α dapat dinyatakan
himpunan A ={1,2,...,n}.
Andaikan m ∈ A muncul pertama sekali (dibaca dari kiri ke kanan) di θi, 1 ≤ i < k. Perlu
identitas.
Sehingga ada empat kemungkinan untuk θi+1 , mungkin saja θi+1 = (m,x), atau θi+1 berbeda
satu unsur dengan transposisi (m,x) atau sama sekali berbeda dengan (m,x).
GRUP KOSET
Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan H adalah subgrup dari G. Berikut ini kita
himpunan semua koset kiri (kanan) dari H dengan operasi biner yang di akibatkan oleh
operasi biner pada G akan membentuk suatu grup. Sebelum kita memperlihatkan bukti
dari pernyataan ini, kita diskusikan pengertian dari suatu subgrup normal.
22
Definisi 11.2.1 Suatu subgrup H dari grup G dikatakan subgrup normal dari G jika koset
kiri dari H sama dengan koset kanan dari H, yakni untuk setiap a ∈ G, berlaku aH ={ah :
Contoh 11.2.2
Bila G adalah suatu grup komutatif, maka untuk setiap subgrup H dari G berlaku
subgrup dari suatu grup komutatif adalah subgrup normal. Sebagai contoh perhatikan
grup Z6, semua subgrup sejati dari Z6 adalah H1 = {0,2,4}, dan H2 ={0,3}.
Sehingga koset kiri dari H1 sama dengan koset kanannya. Demikian juga koset kiri dari
H2 adalah 0+ H2= {0,3} = H2+0; 1+ H2= {1,4} = H2+1, Dan 2+ H2= {2,5} = H2 +2,
Contoh 11.2.3
23
Sehingga koset kiri dari H sama dengan koset kanan dari H. Jadi H adalah subgrup
Teorema 11.2.5 Suatu subgrup H dari grup G adalah subgrup normal dari G jika dan
Bukti. Bila H adalah subgrup normal dari G, maka aH = Ha untuk semua a ∈ G. Tetapi
Sebaliknya andaikan a-1 Ha ⊆ H Sebaliknya andaikan a−1Ha⊆H untuk semua a∈G. Kita
H ⊆ a-1 Ha
Proposisi 11.2.6 Untuk sebarang grup G, sentral dari G, Z(G), adalah subgrup normal
dari G.
Bukti. Kita akan memperlihatkan bahwa a−1Z(G)a⊆Z(G) untuk semua a∈G. Perhatikan
Teorema 11.2.8 Andaikan H adalah subgrup normal dari G dan misalkan G/H = {aH : a
∈ G}. Untuk setiap aH,bH ∈ G/H definisikan (aH)(bH) = abH, maka operasi ini adalah
Bukti. Karena untuk setiap a,b ∈ G berlaku ab ∈ G, maka abH adalah koset kiri dari H.
Sehingga abH ∈ G/H. Sekarang kita tinggal memperlihatkan bahwa operasi ini
didefinisikan dengan baik, artinya bila a’ H = aH dan b’H = bH, harus kita perlihatkan
Teorema 11.2.9 Andaikan H adalah subgrup normal dari grup G. Himpunan koset kiri
dari H, G/H ={aH : a∈G} dengan operasi (aH)(bH) = abH untuk semua aH,bH ∈G/H
24
Sehingga operasi biner pada G/H adalah asosiatif. Jadi G/H adalah suatu grup.
Definisi 11.2.10 Grup koset G/H pada Teorema 10.2.9 disebut sebagai grup faktor dari G
Teorema 11.2.12 Andaikan H adalah subgrup dari grup siklik G. Maka G/H adalah suatu
grup siklik.
Bukti. Andaikan G = hai, yakni a adalah unsur pembangun dari G. Misalkan H adalah
G.
Teorema 11.2.13 Bila G/Z(G) adalah suatu grup siklik, maka G adalah suatu grup
komutatif.
HOMOMORFISMA GRUP
Pada bagian ini, kita akan memberikan definisi formal dari suatu homomorfisma,
jenis-jenis homomorfisma, dan selanjutnya akan dibahas beberapa sifat mendasar yang
Definisi 12.1.1 :
Andaikan G dan F adalah dua grup. Suatu homomorfisma ∅ dari grup G ke grup F adalah
suatu pemetaan ∅ :G→ F demikian sehingga untuk setiap pasangan dua unsur g 1 , g 2 ∈G
berlaku hubungan
25
Suatu homomorfisma surjektif ∅ dari G ke F disebut sebagai suatu epimorfisma dan suatu
Teorema 12.1.2 : Andaikan G dan F adalah grup. Bila ∅ :G→ F adalah suatu
(1) Bayangan dari unsur identitas dari grup G di bawah homomorsfima ∅ adalah unsur
identitas dari grup F. Yakni, bila e dan e’ masing-masing adalah unsur identitas dari G
(2) Untuk setiap unsur α ϵ G, bayangan kebalikan dari unsur a adalah unsur kebalikan dari
−1
bayangan α di bawah homomorfisma ∅. Yakni ( α −1 ) ∅=( (α ) ∅ ) untuk semua ϵ G .
(3) Bila H adalah subgrup dari G, maka bayangan dari H adalah juga subgrup dari F.
Teorema 12.1.4 : Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan N adalah subgrup normal
Bukti :
( g 1 g 2 ) ∅=g 1 g 2 N
¿ g 1 Ng 2 N
¿ ( g 1) ∅ ( g 2) ∅
Sehingga ∅ adalah suatu homomorfisma. Lebih lanjut untuk setiap gN ∈G/ N terdapat
Definisi 12.1.6 :
26
Andaikan G adalah suatu grup dan misalkan F adalah suatu grup dengan unsur identitas
e’. Inti dari suatu homomorfisma ∅ :G→ F, dinotasikan Inti(∅), adalah himpunan dari
semua unsur di G yang dipetakan oleh ∅ pada unsur identitas dari F. Yaitu
Pada bagian ini kita akan mendiskusikan beberapa hasil baku sehubungan dengan
homomorfisma dan grup faktor. Hasil-hasil ini di dalam Aljabar dikenal sebagai teorema
ketiga. Kita awali bagian ini dengan mengetengahkan teorema isomorfisma pertama yang
menyatakan bahwa bayangan homomorfik dari suatu grup G merupakan grup faktor dari
G.
Teorema 12.2.3 (Teorema Isomorfisma Kedua) Andaikan G adalah suatu grup. Misalkan
H dan N masing-masing adalah subgrup dari G, dengan N adalah subgrup normal dari G.
Maka H / ( H ∩ N ) ≅ HN / N
Teorema 12.2.4 (Teorema Isomorfisma Ketiga) Andaikan M dan N adalah dua subgrup
(G /N )
≅ G/ M
( M /N )
27
BAB III
PENILAIAN BUKU
3.1 Kelebihan Buku
buku 1
Sistematika penulisan buku bagus dan bahasa yang digunakan mudah
dimengerti
Tersedia beberapa teorema yang disertai pembuktiannya
Soal-soal yang diberikan bervariasi dan tingkat kesulitannya juga
bervariasi
Terdapat banyak contoh yang disajikam
buku 2
Sistematika penulisan buku bagus
Tersedia beberapa teorema dan pembuktiannya
Terdapat contoh soal beserta latihan-latihan
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kedua buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh setiap orang, khsusunya bagi
mahasiswa yang sekarang berada pada jurusan matematika . Karena kedua buku ini bisa
dijadikan sebagai acuan atau pedoman didalam proses pembelajaran. Dan menurut saya
buku kedua lebih mudah dipahami dan lebih bagus dari pada buku yang pertama. Karena
dibuku pertama ini banyak sekali materi yang sulit dipahami da nada beberapa contoh
yang salah. Namun kedua buku ini bisa menjadi referensi untuk mahasiswa.
4.2 saran
Saran penyusun untuk para pembaca, agar pembaca dapat memahami materi yang
dipaparkan dengan baik, maka pembaca akan lebih mudah untuk memahami materi yang
terdapat pada buku II dibandingkan dengan buku I. Selain itu, saran untuk penulis buku I
yaitu untuk menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami dan juga memaparkan
materi secara lengkap.
29
DAFTAR PUSTAKA
30