Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Model transportasi adalah kelompok khusus program linear yang menyelesaikan


masalah pengiriman komoditas dari sumber (misalnya pabrik) ke tujuan (misalnya
gudang). Tujuannya adalah untuk menentukan jadwal pengiriman dengan
meminimalkan total biaya pengiriman dengan memenuhi batas pasokan dan
kebutuhan. Aplikasi transportasi dapat dikembangkan didaerah operasi yang lain,
misalnya inventory control, penjadwalan pekerja (employment scheduling), dan
penilaian personal (personnel assignment). Algoritma transportasi didasarkan
pada asumsi bahwa model dalam keadaan seimbang, artinya total kebutuhan sama
dengan total pasokan (supply). Jika model tidak seimbang, maka dapat
ditambahkan sumber dummy atau tujuan dummy untuk memberikan
keseimbangan.

Kemudian dalam memperoleh penyelesaian awal, terdapat tiga metode yang bisa
diplih untuk mendapatkan solusi layak awal model transportasi :
1. Metode northwest-corner
2. Metode least-cost
3. Metode Vogel approximation

Tiga metode tersebut berbeda dalam kualitas basis solusi awal yang dihasilkan,
dalam kaitan bahwa solsi awal nilainya lebih kecil. Secara umum, walaupun tidak
selalu, metode Vogel memberikan basis solusi awal yang paling baik, dan metode
northwest-corner yang kurang baik. Tradeoffnya adalah metode northwest-corner
menggunakan usaha yang paling sedikit dalam komputasi.
Model transportasi umum dengan m sumber dan n tujuan mempunyai m + n
persamaan constraint. Satu untuk setiap sumber dan setiap tujuan. Bagaimanapun,
karena model transportasi selalu diseimbangkan (jumlah pasokan = jumlah
kebutuhan).

Setelah tabel solusi awal dibuat, tabel dapat dioptimalkan lagi, salah satunya
dengan metode Stepping Stone (batu loncatan). Untuk mengoptimalkan
penyelesaian awal dengan metode Stepping Stone (batu loncatan) harus
memenuhi syarat yaitu jumlah basis sel = + 1, dengam jumlah baris
dan jumlah kolom. Namun, kemudian muncul persoalan yaitu bagaimana jika
pada penyelesaian awal diperoleh basis sel + 1. Persoalan seperti hal ini
merupakan salah satu ciri terjadinya degenerasi pada persoalan transportasi.
Kemudian, pertanyaan lain muncul, bagaimana mengatasi degenerasi yang terjadi
pada penyelesaian awal untuk mengoptimumkan dengan metode Stepping Stone
(batu loncatan). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih
dalam mengenai permasalahan tersebut dalam makalah yang berjudul Persoalan
Degenerasi pada Metode Batu Loncatan dalam Persoalan Transportasi.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan degenerasi pada persoalan transportasi?

2) Bagaimana bentuk penyelesaian persoalan degenerasi dengan metode

Stepping Stone (batu loncatan)?


1.3 Tujuan

1) Menjelaskan apa yang dimaksud dengan degenerasi pada persoalan

transportasi.

2) Menjelaskan bentuk penyelesaian persoalan degenerasi dengan metode

Stepping Stone (batu loncatan.


II. PEMBAHASAN

2.1 Degenerasi pada Penyelesaian Awal Persoalan Transportasi

Setiap pemecahan masalah persoalan transportasi dari suatu tabel akan


menyebabkan cell basis sebanyak ( + 1) dengan adalah banyaknya baris
dan adalah banyaknya kolom. Persoalan degenerasi terjadi jika ada variabel dari
pemecahan awal yang nilainya nol dan banyaknya cell basis jumlah baris +
jumlah baris 1. Perhatikan contoh penyelesaian awal persoalan transportasi
dengan North-west Corner Methode (NWCR) berikut.

T
A T1 T2 T3 s

4 8 8
56
A1 56

16 24 16
16 66
A2 82

8 16 24
36 42
A3 77

d 72 102 41 215

Berdasarkan tabel penyelesaian awal dengan metode NCWR tersebut, diperoleh


jumlah cell basis = 5. Cell basis tersebut antara lain sebagai berikut:
11 = 56
32 = 36
21 = 16
33 = 41
22 = 66
Kemudian, berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah baris () =
3 dan jumlah kolom () = 3. Sehingga penyelesaian awal tersebut memenuhi
syarat yaitu jumlah basis sel = + 1 = 3 + 3 1 = 5.

Kemudian perhatikan contoh lain penyelesaian awal persoalan transportasi dengan


North-west Corner Methode (NWCR) berikut.

T
A T1 T2 T3 s

4 8 8
35 20
A1 55

16 24 16
25
A2 25

8 16 24
35
A3 35

d 35 45 35 115

Pada penyelesaian tersebut, diperoleh jumlah basis sel = 4 dengan 11 =


35, 12 = 20, 22 = 25, 33 = 35. Namun, erdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa jumlah baris () = 3 dan jumlah kolom () = 3. Sehingga
penyelesaian awal tersebut tidak memenuhi syarat karena jumlah basis sel +
1 = 3 + 3 1 = 5. Hal ini merupakan degenerasi dari persoalan transportasi
tersebut.
Adanya degenerasi dapat ditunjukkan oleh dua hal berikut:
1. Terlalu banyak sel basis, maksudnya cell basis lebih dari ( + 1). Hal
ini dapat terjadi karena adanya kesalahan di dalam merumuskan persoalan
atau di dalam mencari pemecahan awal yang fisibel disuatu tingkat atau
tahapan pemecahan.
2. Atau sebaliknya, banyaknya cell basis kurang dari ( + 1). Terjadinya
degenarasi ini menyebabkan kesulitan pada metode batu loncatan dalam
membentuk jalur tertutup bagi setiap cell non-basis di dalam proses
menghitung indeks perbaikan .

Cara mengatasi persoalan degenerasi dapat dilakukan dengan memasukkan nilai


nol ke dalam salah satu cell bukan basis, yang sesuai dengan mata rantai cell
basis. Tujuannya adalah supaya mata rantai cell basis tidak terputus sehingga kita
dapat menghitung nilai indeks perbaikannya. Kemudian, setelah diberi nilai nol
pada salah satu cell bukan basis yang sesuai dengan mata rantai cell basis = +
1. Jadi, penyelesaian awal tersebut dapat diselesaikan modi dan batu
loncatan.

1. Penyelesaian Awal dengan Metode NWCR


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Yunarti, Tina. 2008. Program Linier. Bandarlampung: Universitas Lampung

Supranto, J. 1983. Linear Programming. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Prasetyo, Eko. 2011. Modul 5 Model Transportasi [Online]. Tersedia di:


https://myteks.files.wordpress.com/2011/03/ms2011-modul-5-model-
transportasi.pdf (diakses pada kamis, 2 juni 2017 pukul 15.12).

Anda mungkin juga menyukai