(Sifat Aljabar, Sifat Urutan, Nilai Mutlak, serta Garis Bilangan Real)
Dosen Pengampu:
Dr. Elly Susanti, S.Pd, M.Sc
Oleh:
Liny Mardhiyatirrahmah (18811001)
Muhammad Gunawan Supiarmo (18811009)
2.1 Sifat Aljabar dan Sifat Urutan dalam Sistem Bilangan Real
2.1.1 Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real
Pada himpunan bilangan real 𝑅 terdapat dua operasi biner, dituliskan
dengan "+" dan ". " dan secara berturut-turut tersebut disebut penjumlahan dan
perkalian. Kedua operasi ini memenuhi sifat-sifat berikut.
(A1) 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎 untuk semua 𝑎, 𝑏 𝑑𝑖 ℝ (komutatif penjumlahan)
(A2) (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐) untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 di ℝ (asosiatif penjumlahan)
(A3) 0 + 𝑎 = 𝑎 dan 𝑎 + 0 = 𝑎 untuk semua 𝑎 di ℝ (identitas penjumlahan)
(A4) 𝑎 + (−𝑎) = 0 dan (−𝑎) + 𝑎 = 0 untuk setiap 𝑎 di ℝ ada anggota – 𝑎 di ℝ
(invers penjumlahan)
(M1) 𝑎. 𝑏 = 𝑏. 𝑎 untuk semua 𝑎, 𝑏 di ℝ (komutatif perkalian)
(M2) (𝑎. 𝑏). 𝑐 = 𝑎. (𝑏. 𝑐) untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 di ℝ (asosiatif perkalian)
(M3) 1. 𝑎 = 𝑎 dan 𝑎. 1 = 𝑎 untuk semua 𝑎 di ℝ (identitas perkalian)
1 1 1
(M4) 𝑎. 𝑎 = 1 dan . 𝑎 = 1 untuk setiap 𝑎 ≠ 0 ada elemen di ℝ (invers
𝑎 𝑎
perkalian)
(D) 𝑎. (𝑏 + 𝑐) = (𝑎. 𝑏) + (𝑎. 𝑐) dan (𝑏 + 𝑐). 𝑎 = (𝑏. 𝑎) + (𝑐. 𝑎) untuk semua
𝑎, 𝑏, 𝑐 di ℝ (distributif penjumlahan dan perkalian)
2.1.2 Teorema
(a) Jika 𝑧 dan 𝑎 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑧 + 𝑎 = 𝑎, maka 𝑧 = 0
(b) Jika 𝑢 dan 𝑏 ≠ 0 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑢. 𝑏 = 𝑏, maka
𝑢=1
(c) Jika 𝑎 adalah anggota ℝ, maka 𝑎. 0 = 0
Bukti:
(a) Diket: 𝑧, 𝑎 ∈ ℝ
Adb: 𝑧 = 0
Bukti:
𝑧=0
↔ 𝑧+0 Identitas + (A3), dari ruas kiri
↔ 𝑧 + (𝑎 + (−𝑎)) Invers + (A4)
↔ (𝑧 + 𝑎) + (−𝑎) Asosiatif + (A2)
↔ 𝑎 + (−𝑎) Sesuai pernyataan 𝑧 + 𝑎 = 𝑎
↔0 Invers + (A4)
Jadi, terbukti bahwa jika 𝑧 dan 𝑎 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑧 +
𝑎 = 𝑎, maka 𝑧 = 0
(b) Diket: 𝑢, 𝑏 ≠ 0 ∈ ℝ
Adb: 𝑢 = 1
𝑢=1
↔ 𝑢. 1 Identitas × (M3), dari ruas kiri
1
↔ 𝑢. (𝑏. 𝑏) Invers × (M4)
1
↔ (𝑢. 𝑏). 𝑏 Asosiatif × (M2)
1
↔ 𝑏. 𝑏 Sesuai pernyataan 𝑢. 𝑏 = 𝑏
↔1 Invers × (M4)
Jadi, terbukti bahwa jika 𝑢 dan 𝑏 ≠ 0 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga
𝑢. 𝑏 = 𝑏, maka 𝑢 = 1
(c) Diket: 𝑎 ∈ ℝ
Adb: 𝑎. 0 = 0
Bukti:
Berdasarkan sifat aljabar perkalian identitas bilangan real (M3), kita tahu
bahwa 𝑎. 1 = 𝑎, sehingga dengan menggunakan sifat aljabar distribusi
perkalian terhadap penjumlahan bilangan real (D) dan sifat aljabar
penjumlahan identitas bilangan real (A3), maka
𝑎 =𝑎+0 Identitas + (M3)
= 𝑎. 1 + 𝑎. 0 Identitas × (M3)
= 𝑎. (1 + 0) Distribusi × terhadap + (D)
= 𝑎. 1 Penjumlahan
=𝑎 Identitas × (M3)
Berdasarkan teorema 2.1.2 (a), terbukti bahwa 𝑎 adalah sebarang anggota di
ℝ, maka 𝑎. 0 = 0
2.1.3 Teorema
1
(a) Jika 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 di ℝ sedemikan sehingga 𝑎. 𝑏 = 1, maka 𝑏 = 𝑎
Jawaban:
(a) Diket: 𝑎 ≠ 0, 𝑏 ∈ ℝ
1
Adb: 𝑏 = 𝑎
Bukti:
1
𝑏=
𝑎
↔ 1. 𝑏 Identitas × (M3), dari ruas kiri
1
↔ (𝑎 . 𝑎) . 𝑏 Invers × (M4)
1
↔ 𝑎 . (𝑎. 𝑏) Asosiatif × (M2)
1
↔ 𝑎.1 Pernyataan 𝑎. 𝑏 = 1
1
↔𝑎 Identitas × (M3)
(b) Diket: 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ; 𝑎. 𝑏 = 0
Karena pernyataannya menggunakan kata atau, maka yang bernilai 0
hanyalah salah satunya saja, misalnya 𝑎 = 0 dan 𝑏 ≠ 0 atau 𝑎 ≠ 0
dengan 𝑏 = 0.
Adb:
- Jika 𝑎 = 0 maka 𝑏 ≠ 0
- Jika 𝑎 ≠ 0 maka 𝑏 = 0
Bukti:
- Jika 𝒂 = 𝟎 maka 𝒃 ≠ 𝟎
𝑎 = 𝑎. 1 Identitas perkalian (M3)
1
↔ 𝑎. (𝑏 . 𝑏) Invers perkalian (M4)
1
↔ (𝑎. 𝑏). 𝑏 Asosiatif perkalian (M2) ….. persamaan (1)
- Jika 𝒂 ≠ 𝟎 maka 𝒃 = 𝟎
𝑏 = 𝑏. 1 Identitas perkalian (M3)
1
↔ 𝑏. (𝑎 . 𝑎) Invers perkalian (M4)
1
↔ (𝑏. 𝑎) 𝑎 Asosiatif perkalian (M2)
1
↔ (𝑎. 𝑏) 𝑎 Komutatif perkalian (M1) ….. persamaan (1)
Hal ini menunjukkan bahwa perkalian dua bilangan hanya akan bernilai 0
jika salah satunya tidak sama dengan 0. Ini juga berhubungan erat dengan
Teorema 2.1.2 (c) yang sebelumnya menyatakan bahwa 𝑎. 0 = 0. Jadi,
terbukti bahwa a, b anggota di ℝ, jika 𝑎. 𝑏 = 0, maka 𝑎 = 0 atau 𝑏 =
0.Jika 𝑎. 𝑏 = 0 maka nilai 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0.
𝑒𝑥 = 𝑛. √𝑁.
2.1.4 Teorema
Tidak ada bilangan rasional 𝑟 sedemikian sehingga 𝑟 2 = 2
Bukti:
Dengan menggunakan kontradiksi, asumsikan bahwa ada bilangan rasional 𝑢
anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑢2 = 2. Misal, 𝑢 adalah bilangan rasional yang
𝑝
bisa diubah menjadi pecahan 𝑞. Kita perlu ingat bahwa bilangan rasional dapat
𝑝
diubah ke bentuk pecahan yang paling sederhana dan merupakan pecahan
𝑞
↔ 𝑝2 = 2𝑞 2 bilangan genap
𝑝2 = (2𝑚 + 1)2
↔ (2𝑚 + 1)(2𝑚 + 1)
↔ 4𝑚2 + 4𝑚 + 1
↔ 2(2𝑚2 + 2𝑚) + 1 misalkan (2𝑚2 + 2𝑚) adalah 𝑘
↔ 2𝑘 + 1 adalah bilangan ganjil
Jadi pernyataan 𝑝2 bilangan genap maka 𝑝 bilangan genap benar
𝑝2 = 2𝑞 2
(2𝑛)2 = 2𝑞 2
4𝑛2 = 2𝑞 2
2𝑛2 = 𝑞 2 adalah bilangan genap
Karena 2𝑛2 bilangan genap maka 𝑞 2 bilangan genap. Sekarang jika 𝑞 2 bilangan
genap apakah q juga bilangan genap? Dengan langkah yang sama seperti
pembuktian “ jika 𝑝2 bilangan genap maka 𝑝 bilangan genap” diperoleh jika 𝑞 2
bilangan genap 𝑞 genap. Hal ini berkontradiksi dengan pengandaian jika 𝑝 dan 𝑞
2
genap maka antara 𝑝 dan 𝑞 mempunyai faktor berserikat selain 1 ex memiliki
4
faktor 1,2,4. Hal tersebut ternyata kontradiksi dengan keharusan bahwa pembilang
harus bernilai genap dan penyebut bernilai ganjil atau sebaliknya. Oleh karena itu,
pembuktian tersebut dapat disimpulkan bahwa terbukti tidak ada bilangan rasional
𝑟 sedemikian sehingga 𝑟 2 = 2.
Jawaban:
(d) Diket: 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐
Adb: 𝑎 > 𝑐
Bukti :
Diketahui 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
Karena 𝑎 > 𝑏 maka 𝑎 – 𝑏 ∈ ℙ
Karena 𝑎 > 𝑐 maka 𝑏 − 𝑐 ∈ ℙ
Berdasarkan sifat tertutup diperoleh
(𝑎 + 𝑏 ) + (𝑏 − 𝑐) ∈ ℙ
𝑎 + (−𝑏 + 𝑏) − 𝑐 ∈ ℙ Assosiatif +
𝑎+0−𝑐 ∈ℙ Invers +
𝑎−𝑐 ∈ℙ Identitas +
𝑎>𝑐 ∈ℙ Definisi 2.1.7.a
Jadi, terbukti jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka 𝑎 > 𝑐
(f) Diket: 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0 maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Adb: 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏, 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Bukti :
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
𝑎 > 𝑏 dapat dituliskan 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ definisi 2.17.a
𝑎 > 0 dapat dituliskan 𝑐 ∈ ℙ definisi 2.1.6 a
Berdasarkan sifat tertutup 𝑎 − 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑐 ∈ ℙ maka (𝑎 − 𝑏)(𝑐) ∈ ℙ
𝑎𝑐 − 𝑏𝑐 ∈ ℙ distributif
𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 ∈ ℙ komutatif ×
𝑐𝑎 > 𝑐𝑏 definisi 2.1.7.a
Jadi, terbukti jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
2.1.8 Teorema
(a) Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 ≠ 0 maka 𝑎2 > 0
(b) 1 > 0
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0
Jawaban:
(a) Diket: 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑎 ≠ 0
Adb: 𝑎2 > 0
Bukti :
Diketahui 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑎 ≠ 0 berdasarkan sifat trikotomi yaitu 𝑎 = 0, 𝑎 𝜖 ℙ,
−𝑎 ∈ ℙ
Karena 𝑎 ≠ 0 maka yang memenuhi yaitu 𝑎 ∈ ℙ dan −𝑎 ∈ ℙ
jika 𝑎 ∈ ℙ → 𝑎2 = 𝑎. 𝑎 ∈ ℙ
↔ 𝑎2 ∈ ℙ
↔ 𝑎2 > 0
jika – 𝑎 ∈ ℙ → 𝑎2 = (−𝑎). (−𝑎) ∈ ℙ
↔ 𝑎2 ∈ ℙ
↔ 𝑎2 > 0
sehingga berdasarkan kedua pembuktian diatas diperoleh 𝑎2 >
0 untuk 𝑎 ≠ 0. Jadi, terbukti 𝑎 ∈ ℝ dan a ≠ 0 maka 𝑎2 > 0
(b) 1 > 0
Bukti:
Asumsikan 𝑎 = 1
𝑎2 = 𝑎. 𝑎 > 0 pembuktian (T.2.18.a)
12 = 1.1 > 0 substitusi
↔1>0 identitas ×
Jadi, terbukti 1 > 0
(c) Diket: 𝑛 ∈ 𝑁
Adb: 𝑛 > 0
Bukti:
pembuktian menggunakan induksi
(i) akan dibuktikan 𝑛 = 1 ∈ 𝑝 benar
𝑛=1
1>0 teorema 2.1.8 b
sehingga benar untuk 𝑛 = 1 ∈ ℙ
(ii) diasumsikan 𝑛 = 𝑘 benar
𝑛=𝑘 ∈ℙ
(iii) akan dibuktikan asumsikan 𝑛 = 𝑘 + 1 ∈ ℙ benar
𝑛 =𝑘+1 ∈ℙ
𝑘 ∈ ℙ dan 1 ∈ ℙ sifat tertutup penjumlahan
Maka dengan definisi sifat untuk 𝑅 (sifat tertutup) benar
Jadi, terbukti jika 𝑛 ∈ ℙ maka 𝑛 > 0
1
Teorema, Jika 𝑎 > 0 maka 𝑎 > 0
Diket: 𝑎 > 0
1
Adb: 𝑎 > 0
Bukti :
1 1
= 𝑎. 1 identitas perkalian
𝑎
1 1
↔ 𝑎.(𝑎 . 𝑎) Invers perkalian
1 1 1
↔ 𝑎(𝑎 . 𝑎). 𝑎 asosiatif perkalian
1
↔ (𝑎 )2 . 𝑎 definisi kuadrat
1 1 1 2
Berdasarkan terorema 2.1.8 a, jika .𝑎 ∈ ℝdan ≠ 0 maka (𝑎) > 0 serta 𝑎 >
𝑎
1 1 2 1
0 dapat disimpulkan bahwa 𝑎 . (𝑎) . 𝑎 > 0. Jadi, terbukti jika 𝑎 > 0 maka 𝑎 > 0.
1
Teorema, Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
Diket: 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 < 𝑏
1
Adb: 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
Bukti :
Karena 𝑎 < 𝑏 maka berdasarkan teorem 2.1.7 b diperoleh
𝑎 + 𝑏 < 𝑏 + 𝑎 ↔ 2𝑎 < 𝑎 + 𝑏 dan 𝑎 + 𝑏 < 𝑏 + 𝑏 ↔ 𝑎 + 𝑏 < 2𝑏
Sehingga kita mempunyai 2𝑎 < 𝑎 + 𝑏 < 2𝑏
Menurut teorema 2.1.8 c, kita mempunyai 2 ∈ ℕ maka 2 > 0. Sehingga
1 1
berdasarkan teorema “ jika 𝑎 > 0 maka 𝑎 > 0 maka 2 > 0”
Dengan menggunakan teorema 2.1.7 c “ jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 >
1 1 1
𝑐𝑏 diperoleh . 2𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 2 . 2𝑏
2
1
↔ 𝑎 < (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
2
1
Jadi, terbukti jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
1
Teorema, Jika 𝑏 ∈ 𝑅 maka 0 < 2 𝑏 < 𝑏
Diket: 𝑏 ∈ 𝑅
1
Adb: 0 < 2 𝑏 < 𝑏
Bukti:
1
Berdasarkan teorema “jika 𝑎 , 𝑏 ∈ 𝑅 dan 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏”
1 1
Jika diambil a = 0 di peroleh 𝑎 < 2 (0 + 𝑏) < 𝑏 → 0 < 2 𝑏 < 𝑏
1
Jadi, terbukti bahwa jika 𝑏 ∈ 𝑅 maka 0 < 2 𝑏 < 𝑏
𝟏 1
Misal 𝜀 = 𝑎 maka bentuk 0 < 2 𝑎 < 𝑎
𝟐
Jawaban:
(i) Diket: 𝑎𝑏 > 0
Adb: 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0
Bukti:
𝑎𝑏 > 0 mengandaikan 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0 ( definisi 2.1.6)
Karena jika 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0 maka hasil kalinya 0 menurut sifat
trikotomi memenuhi tepat satu dari 𝑎 ∈ 𝑃, 𝑎 = 0, −𝑎 ∈ 𝑃, sehingga
1
𝑎 > 0, −𝑎 > 0 atau 𝑎 < 0. Jika 𝑎 > 0, maka 𝑎 > 0 sehingga
Jawaban:
(i) Diket: 𝑎𝑏 > 0
Adb: 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0
Bukti:
𝑎𝑏 < 0 mengakibatkan 𝑎 ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≠ 0 definisi 2.1.6
Karena jika 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0 maka berakibat 𝑎𝑏 = 0
Menurut sifat trikotomi memenuhi tepat satu dari
𝑎 ∈ ℙ, 𝑎 = 0, −𝑎 ∈ ℝ
𝑎 > 0, 𝑎 = 0 atau 𝑎 < 0
Untuk asumsi 𝑎 > 0 benar, maka
𝑎>0 asumsi
1 1
>0 teorema “ jika a>0 maka 𝑎 > 0
𝑎
1
∈ℙ definisi 2.1.5
𝑎
c) Menentukan himpunan
2𝑥 + 1
𝐶 ≔ {𝑥 ∈ ℝ: < 1}.
𝑥+2
Kita memperoleh
𝑥∈𝑐
2𝑥 + 1
↔ −1<0
𝑥+2
𝑥−1
↔ <0
𝑥+2
Oleh karena itu kita memperoleh (i) 𝑥 − 1 < 0 dan 𝑥 + 2 > 0, atau (i) 𝑥 −
1 > 0 dan 𝑥 + 2 < 0. Dari (i) kita memperoleh 𝑥 < 1 dan 𝑥 > −2, maka
−2 < 𝑥 < 1. Dari (ii) kita memperoleh 𝑥 > 1 dan 𝑥 < −2. Kita
menyimpulkan bahwa 𝐶 = {𝑥 ∈ 𝑅: −2 < 𝑥 < 1}.
2.1.13 Contoh
a) Misalkan 𝑎 ≥ 0 dan 𝑏 ≤ 0. maka
𝑎 < 𝑏 ↔ 𝑎2 < 𝑏 2 ↔ √𝑎 < √𝑏
Kita pandang kasus 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0. Dan kita tinggalkan kasus 𝑎 = 0.
Dari 2.1.5 di peroleh bahwa 𝑎 + 𝑏 > 0. Kareba 𝑏 2 − 𝑎2 = (𝑏 − 1)(𝑏 +
𝑎), dari 2.1.7(c) diperoleh 𝑏 − 𝑎 > 0 mengakibatkan bahwa 𝑏 − 𝑎 > 0.
Bila 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0 >, maka √𝑎 > 0 dan √𝑏 > 0, karena 𝑎 =
2 2
(√𝑎) dan 𝑏 = (√𝑏) . Maka bila a dan berturut-turut diganti dengan
√𝑎 𝑑𝑎𝑛 √𝑏, dan kita gunakan bukti di atas diperoleh 𝑎 < 𝑏 ↔ √𝑎 < √𝑏.
Untuk menunjukkan bahwa bila 𝑎 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≥ 0, maka 𝑎 ≤ 𝑏 ↔ 𝑎2 ≤
𝑏 2 ↔ √𝑎 ≤ √𝑏
2.2.2 Teorema
(a) |𝑎𝑏| = |𝑎||𝑏|, untuk semua 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
(b) │𝑎│2 = 𝑎2 untuk semua 𝑎 є ℝ
(c) Jika 𝑐 ≥ 0 maka │𝑎│ ≤ 𝑐 jika dan hanya jika – 𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐
(d) −│𝑎│ ≤ 𝑎 ≤ │𝑎│ untuk semua 𝑎 є ℝ
Bukti:
(a) │𝑎𝑏│ = │𝑎││𝑏│ untuk semua 𝑎, 𝑏 є ℝ
Diketahui 𝑎, 𝑏 є ℝ, maka berdasarkan sifat trikotomi terdapat 3
kemungkinan nilai a dan b, yaitu:
𝑎 > 0 atau 𝑎 = 0 atau 𝑎 < 0, 𝑏 > 0 atau 𝑏 = 0 atau 𝑏 < 0
Jika 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0, maka 𝑎𝑏 = 0
│𝑎𝑏│ = │0│ …….………..subtitusi ab = 0
= 0 ………………….definisi 1.2.1 (nilai mutlak)
= 𝑎 . 0 ……….……..teorema 1.1.1 bagian (c)
= 0 . 0.…………….subtitusi a = 0
= │𝑎││𝑏│...…….definisi nilai mutlak, karena 𝑎 = 0, 𝑏 = 0
Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 > 0
│𝑎𝑏│ = 𝑎𝑏 ………….definisi nilai mutlak
= │𝑎││𝑏│…….definisi nilai mutlak
Jika a < 0 dan b > 0, maka ab < 0
│𝑎𝑏│ = − (𝑎𝑏)….…....definisi nilai mutlak, karena ab < 0
= −1(𝑎𝑏) …….…..teorema
= (−1. 𝑎) 𝑏…….…sifat asosiatif pada perkalian
= (−𝑎) 𝑏 ………….teorema
= │𝑎││𝑏│………definisi nilai mutlak, karena a < 0 dan b < 0
Jika a > 0 dan b < 0, maka ab < 0
│𝑎𝑏│ = − (𝑎𝑏)…..……definisi nilai mutlak, karena ab < 0
= (−1) 𝑎𝑏 ……….….......teorema
= 𝑎 (−1) 𝑏 ………….…sifat komutatif pada perkalian
= 𝑎 (−𝑏) …………………teorema
= │𝑎││𝑏│………...definisi nilai mutlak, karena a > 0 dan b < 0
Jika a < 0 dan b < 0, maka ab >0
│𝑎𝑏│ = 𝑎𝑏 …………….definisi nilai mutlak, karena 𝑎𝑏 > 0
= 1. 𝑎𝑏 ……...……………sifat identitas pada perkalian
= (−1) (−1) 𝑎𝑏 ……………teorema
= (−1) 𝑎 (−1) 𝑏……………sifat komutatif pada perkalian
= (−𝑎) (−𝑏) ………………teorema
= │𝑎││𝑏│…....definisi nilai mutlak, karena a < 0 dan b < 0
2.2.6 Contoh
(a) Tentukan himpunan A dari semua bilangan real x yang memenuhi |2𝑥 +
3| < 7.
(b) Tentukan himpunan 𝐵 = {𝑥 ∈ 𝑅 ∶ |𝑥 − 1| < |𝑥|}.
Pada garis real, nilai mutlak |𝑎| dari suatu elemen 𝑎 ∈ ℝ adalah jarak 𝑎 ke 0.
Bukti.