Anda di halaman 1dari 24

TUGAS ANALISIS REAL

(Sifat Aljabar, Sifat Urutan, Nilai Mutlak, serta Garis Bilangan Real)

Dosen Pengampu:
Dr. Elly Susanti, S.Pd, M.Sc

Oleh:
Liny Mardhiyatirrahmah (18811001)
Muhammad Gunawan Supiarmo (18811009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
BILANGAN REAL

2.1 Sifat Aljabar dan Sifat Urutan dalam Sistem Bilangan Real
2.1.1 Sifat-sifat Aljabar Bilangan Real
Pada himpunan bilangan real 𝑅 terdapat dua operasi biner, dituliskan
dengan "+" dan ". " dan secara berturut-turut tersebut disebut penjumlahan dan
perkalian. Kedua operasi ini memenuhi sifat-sifat berikut.
(A1) 𝑎 + 𝑏 = 𝑏 + 𝑎 untuk semua 𝑎, 𝑏 𝑑𝑖 ℝ (komutatif penjumlahan)
(A2) (𝑎 + 𝑏) + 𝑐 = 𝑎 + (𝑏 + 𝑐) untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 di ℝ (asosiatif penjumlahan)
(A3) 0 + 𝑎 = 𝑎 dan 𝑎 + 0 = 𝑎 untuk semua 𝑎 di ℝ (identitas penjumlahan)
(A4) 𝑎 + (−𝑎) = 0 dan (−𝑎) + 𝑎 = 0 untuk setiap 𝑎 di ℝ ada anggota – 𝑎 di ℝ
(invers penjumlahan)
(M1) 𝑎. 𝑏 = 𝑏. 𝑎 untuk semua 𝑎, 𝑏 di ℝ (komutatif perkalian)
(M2) (𝑎. 𝑏). 𝑐 = 𝑎. (𝑏. 𝑐) untuk semua 𝑎, 𝑏, 𝑐 di ℝ (asosiatif perkalian)
(M3) 1. 𝑎 = 𝑎 dan 𝑎. 1 = 𝑎 untuk semua 𝑎 di ℝ (identitas perkalian)
1 1 1
(M4) 𝑎. 𝑎 = 1 dan . 𝑎 = 1 untuk setiap 𝑎 ≠ 0 ada elemen di ℝ (invers
𝑎 𝑎

perkalian)
(D) 𝑎. (𝑏 + 𝑐) = (𝑎. 𝑏) + (𝑎. 𝑐) dan (𝑏 + 𝑐). 𝑎 = (𝑏. 𝑎) + (𝑐. 𝑎) untuk semua
𝑎, 𝑏, 𝑐 di ℝ (distributif penjumlahan dan perkalian)

2.1.2 Teorema
(a) Jika 𝑧 dan 𝑎 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑧 + 𝑎 = 𝑎, maka 𝑧 = 0
(b) Jika 𝑢 dan 𝑏 ≠ 0 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑢. 𝑏 = 𝑏, maka
𝑢=1
(c) Jika 𝑎 adalah anggota ℝ, maka 𝑎. 0 = 0

Bukti:
(a) Diket: 𝑧, 𝑎 ∈ ℝ
Adb: 𝑧 = 0
Bukti:
𝑧=0
↔ 𝑧+0 Identitas + (A3), dari ruas kiri
↔ 𝑧 + (𝑎 + (−𝑎)) Invers + (A4)
↔ (𝑧 + 𝑎) + (−𝑎) Asosiatif + (A2)
↔ 𝑎 + (−𝑎) Sesuai pernyataan 𝑧 + 𝑎 = 𝑎
↔0 Invers + (A4)
Jadi, terbukti bahwa jika 𝑧 dan 𝑎 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑧 +
𝑎 = 𝑎, maka 𝑧 = 0

(b) Diket: 𝑢, 𝑏 ≠ 0 ∈ ℝ
Adb: 𝑢 = 1
𝑢=1
↔ 𝑢. 1 Identitas × (M3), dari ruas kiri
1
↔ 𝑢. (𝑏. 𝑏) Invers × (M4)
1
↔ (𝑢. 𝑏). 𝑏 Asosiatif × (M2)
1
↔ 𝑏. 𝑏 Sesuai pernyataan 𝑢. 𝑏 = 𝑏

↔1 Invers × (M4)
Jadi, terbukti bahwa jika 𝑢 dan 𝑏 ≠ 0 adalah anggota ℝ sedemikian sehingga
𝑢. 𝑏 = 𝑏, maka 𝑢 = 1

(c) Diket: 𝑎 ∈ ℝ
Adb: 𝑎. 0 = 0
Bukti:
Berdasarkan sifat aljabar perkalian identitas bilangan real (M3), kita tahu
bahwa 𝑎. 1 = 𝑎, sehingga dengan menggunakan sifat aljabar distribusi
perkalian terhadap penjumlahan bilangan real (D) dan sifat aljabar
penjumlahan identitas bilangan real (A3), maka
𝑎 =𝑎+0 Identitas + (M3)
= 𝑎. 1 + 𝑎. 0 Identitas × (M3)
= 𝑎. (1 + 0) Distribusi × terhadap + (D)
= 𝑎. 1 Penjumlahan
=𝑎 Identitas × (M3)
Berdasarkan teorema 2.1.2 (a), terbukti bahwa 𝑎 adalah sebarang anggota di
ℝ, maka 𝑎. 0 = 0

2.1.3 Teorema
1
(a) Jika 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 di ℝ sedemikan sehingga 𝑎. 𝑏 = 1, maka 𝑏 = 𝑎

(b) Jika 𝑎. 𝑏 = 0, maka 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0

Jawaban:
(a) Diket: 𝑎 ≠ 0, 𝑏 ∈ ℝ
1
Adb: 𝑏 = 𝑎

Bukti:
1
𝑏=
𝑎
↔ 1. 𝑏 Identitas × (M3), dari ruas kiri
1
↔ (𝑎 . 𝑎) . 𝑏 Invers × (M4)
1
↔ 𝑎 . (𝑎. 𝑏) Asosiatif × (M2)
1
↔ 𝑎.1 Pernyataan 𝑎. 𝑏 = 1
1
↔𝑎 Identitas × (M3)

Jadi, terbukti bahwa j ika 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 di ℝ sedemikan sehingga 𝑎. 𝑏 = 1,


1
maka 𝑏 = 𝑎.

(b) Diket: 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ; 𝑎. 𝑏 = 0
Karena pernyataannya menggunakan kata atau, maka yang bernilai 0
hanyalah salah satunya saja, misalnya 𝑎 = 0 dan 𝑏 ≠ 0 atau 𝑎 ≠ 0
dengan 𝑏 = 0.
Adb:
- Jika 𝑎 = 0 maka 𝑏 ≠ 0
- Jika 𝑎 ≠ 0 maka 𝑏 = 0

Bukti:
- Jika 𝒂 = 𝟎 maka 𝒃 ≠ 𝟎
𝑎 = 𝑎. 1 Identitas perkalian (M3)
1
↔ 𝑎. (𝑏 . 𝑏) Invers perkalian (M4)
1
↔ (𝑎. 𝑏). 𝑏 Asosiatif perkalian (M2) ….. persamaan (1)

Ketika 𝑎. 𝑏 = 0 maka dengan teorema 2.1.2c


1 1
↔ (𝑎. 𝑏) 𝑏 = 0. 𝑏 = 0 …..persamaan (2)

Dari persamaan (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa 𝑎 = 0

- Jika 𝒂 ≠ 𝟎 maka 𝒃 = 𝟎
𝑏 = 𝑏. 1 Identitas perkalian (M3)
1
↔ 𝑏. (𝑎 . 𝑎) Invers perkalian (M4)
1
↔ (𝑏. 𝑎) 𝑎 Asosiatif perkalian (M2)
1
↔ (𝑎. 𝑏) 𝑎 Komutatif perkalian (M1) ….. persamaan (1)

Ketika 𝑎. 𝑏 = 0 maka dengan teorema 2.1.2c


1 1
↔ (𝑎. 𝑏) = 0. = 0 …..persamaan (2)
𝑎 𝑎

Dari persamaan (1) dan (2) dapat disimpulkan bahwa 𝑏 = 0

Hal ini menunjukkan bahwa perkalian dua bilangan hanya akan bernilai 0
jika salah satunya tidak sama dengan 0. Ini juga berhubungan erat dengan
Teorema 2.1.2 (c) yang sebelumnya menyatakan bahwa 𝑎. 0 = 0. Jadi,
terbukti bahwa a, b anggota di ℝ, jika 𝑎. 𝑏 = 0, maka 𝑎 = 0 atau 𝑏 =
0.Jika 𝑎. 𝑏 = 0 maka nilai 𝑎 = 0 atau 𝑏 = 0.

Bilangan Rasional dan Irasional


Bilangan rasional adalah anggota bilangan ℝ yang dapat dituliskan dalam
𝑏
bentuk 𝑎, 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑍 dan 𝑎 ≠ 0 (Q). Bilangan Irasional adalah anggota bilangan ℝ
𝑏
yang bukan anggota bilangan rasional (tidak dapat dinyatakan dalam bentuk 𝑎

𝑒𝑥 = 𝑛. √𝑁.
2.1.4 Teorema
Tidak ada bilangan rasional 𝑟 sedemikian sehingga 𝑟 2 = 2

Bukti:
Dengan menggunakan kontradiksi, asumsikan bahwa ada bilangan rasional 𝑢
anggota ℝ sedemikian sehingga 𝑢2 = 2. Misal, 𝑢 adalah bilangan rasional yang
𝑝
bisa diubah menjadi pecahan 𝑞. Kita perlu ingat bahwa bilangan rasional dapat
𝑝
diubah ke bentuk pecahan yang paling sederhana dan merupakan pecahan
𝑞

sederhana tersebut dengan FPBnya adalah 1. 𝑝 dan 𝑞 ini merupakan bilangan


bulat dengan 𝑞 ≠ 0. Oleh karena itu, jika 𝑝 dan 𝑞 adalah bentuk pecahan paling
sederhana maka pembilang harus bernilai genap dan penyebut bernilai ganjil atau
sebaliknya.

Bilangan genap = 2𝑛 dimana 𝑛 ∈ 𝑁


Bilangan ganjil = 2𝑚 + 1 dimana 𝑚 ∈ 𝑁
𝑟2 = 2
𝑝 2
↔( ) =2
𝑞
𝑝2
↔ 𝑞2 =2 dikalikan 𝑞 2

↔ 𝑝2 = 2𝑞 2 bilangan genap

Karena 2𝑞 2 bilangan genap maka 𝑝2 bilangan genap..


Sekarang jika 𝑝2 bilangan genap apakah 𝑝 juga bilangan genap?
Pembuktian menggunakan negasi yang pernyataannya sebagai berikut:
𝑝 → 𝑞dinegasikan~(𝑝 → 𝑞) ≡ ~𝑞 → ~𝑝
~( Jika 𝑝2 bilangan genap maka 𝑝2 bilangan genap) yaitu
Jika 𝑝2 bilangan ganjil maka 𝑝 bilangan ganjil.

𝑝2 = (2𝑚 + 1)2
↔ (2𝑚 + 1)(2𝑚 + 1)
↔ 4𝑚2 + 4𝑚 + 1
↔ 2(2𝑚2 + 2𝑚) + 1 misalkan (2𝑚2 + 2𝑚) adalah 𝑘
↔ 2𝑘 + 1 adalah bilangan ganjil
Jadi pernyataan 𝑝2 bilangan genap maka 𝑝 bilangan genap benar

𝑝2 = 2𝑞 2
(2𝑛)2 = 2𝑞 2
4𝑛2 = 2𝑞 2
2𝑛2 = 𝑞 2 adalah bilangan genap

Karena 2𝑛2 bilangan genap maka 𝑞 2 bilangan genap. Sekarang jika 𝑞 2 bilangan
genap apakah q juga bilangan genap? Dengan langkah yang sama seperti
pembuktian “ jika 𝑝2 bilangan genap maka 𝑝 bilangan genap” diperoleh jika 𝑞 2
bilangan genap 𝑞 genap. Hal ini berkontradiksi dengan pengandaian jika 𝑝 dan 𝑞
2
genap maka antara 𝑝 dan 𝑞 mempunyai faktor berserikat selain 1 ex memiliki
4

faktor 1,2,4. Hal tersebut ternyata kontradiksi dengan keharusan bahwa pembilang
harus bernilai genap dan penyebut bernilai ganjil atau sebaliknya. Oleh karena itu,
pembuktian tersebut dapat disimpulkan bahwa terbukti tidak ada bilangan rasional
𝑟 sedemikian sehingga 𝑟 2 = 2.

2.1.5 Sifat-Sifat Urutan Bilangan Real


ℙ ≠ ∅ dan ℙ ⊆ ℝ maka ℙ disebut himpunan bilangan-bilangan real positif yang
memenuhi sifat-sifat berikut:
(i) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℙ maka 𝑎 + 𝑏 ∈ ℙ merupakan sifat tertutup
(ii) Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℙ maka 𝑎𝑏 ∈ ℙ merupakan sifat tertutup
(iii)Jika 𝑎 ∈ ℝ maka memenuhi tepat satu kondisi berikut.
𝑎∈ℙ 𝑎=0 −𝑎 ∈ ℙ
dengan ketiganya saling asing (merupakan sifat trikotomi)
Jadi 𝑅 = ℙ ∪ {−𝑎: 𝑎 ∈ ℙ} ∪ {0}
Definisi
(1) Jika 𝑎 ∈ ℙ, ditulis 𝑎 > 0, artinya 𝑎 bilangan real positif
(2) Jika 𝑎 ∈ ℙ ∪ {0}, ditulis 𝑎 ≥ 0, artinya 𝑎 bilangan real non negatif
(3) Jika −𝑎 ∈ ℙ, ditulis 𝑎 < 0, artinya 𝑎 bilangan real negatif
(4) Jika −𝑎 ∈ ℙ ∪ {0}, ditulis 𝑎 ≤ 0, artinya 𝑎 bilangan real non positif

2.1.6 Definisi, Diberikan 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ


a. Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ maka ditulis 𝑎 > 𝑏 atau 𝑏 < 𝑎.
b. Jika 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ ∪ {0} maka ditulis 𝑎 ≥ 𝑏 atau 𝑏 ≤ 𝑎
Sifat trikotomi 2.1.5 (iii) menunjukkan bahwa untuk setiap 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
memenuhi tepat satu kondisi berikut:
𝑎>0 𝑎=0 𝑎<0
Selanjutnya, jika 𝑎 ≤ 𝑏 (A) dan 𝑏 ≤ 𝑎 (B), maka 𝑎 = 𝑏 (C)
Pembuktian menggunakan negasi
(𝐴 ∧ 𝐵) → 𝐶
∼ (𝐴 ∧ 𝐵)𝐶 ≡∼ 𝐶 →∼ (𝐴 ∧ 𝐵)
≡∼ 𝐶 →∼ 𝐵 ∨∼ 𝐴
Sehingga pernyataan diubah menjadi
Jika 𝑎 ≠ 𝑏 maka 𝑏 > 𝑎 atau 𝑎 > 𝑏
𝑎 ≠𝑏 →𝑎−𝑏 ≠0
Berdasarkan sifat trikotomi 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ maka – (𝑎 − 𝑏) = 𝑏 − 𝑎 ∈ ℙ
𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ dapat ditulis 𝑎 > 𝑏 ∈ ℙ
𝑏 − 𝑎 ∈ ℙ dapat ditulis 𝑏 > 𝑎 ∈ ℙ
Sehingga benar jika 𝑎 ≠ 𝑏 maka 𝑏 > 𝑎 dan 𝑎 > 𝑏 maka terbukti jika 𝑎 ≥ 𝑏 dan
𝑏 ≥ 𝑎, maka 𝑎 = 𝑏
Jika 𝑎 < 𝑏 < 𝑐, maka artinya bahwa 𝑎 < 𝑏 dan 𝑏 < 𝑐

2.1.7 Teorema, Diberikan sebarang 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ


(a) Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka 𝑎 > 𝑐
(b) Jika 𝑎 > 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐
(c) Jika 𝑎 > 𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏.
Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0 maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏

Jawaban:
(d) Diket: 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐
Adb: 𝑎 > 𝑐
Bukti :
Diketahui 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 dengan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
Karena 𝑎 > 𝑏 maka 𝑎 – 𝑏 ∈ ℙ
Karena 𝑎 > 𝑐 maka 𝑏 − 𝑐 ∈ ℙ
Berdasarkan sifat tertutup diperoleh
(𝑎 + 𝑏 ) + (𝑏 − 𝑐) ∈ ℙ
𝑎 + (−𝑏 + 𝑏) − 𝑐 ∈ ℙ Assosiatif +
𝑎+0−𝑐 ∈ℙ Invers +
𝑎−𝑐 ∈ℙ Identitas +
𝑎>𝑐 ∈ℙ Definisi 2.1.7.a
Jadi, terbukti jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑏 > 𝑐 maka 𝑎 > 𝑐

(e) Diket: 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, 𝑎 > 𝑏


Adb: 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐
Bukti
Karena diketahui 𝑎 > 𝑏 maka berlaku 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ (definisi 2.1.7 )
Sehingga diperoleh:
𝑎−𝑏 ∈ℙ
𝑎−𝑏+0 ∈ℙ identitas +
𝑎 − 𝑏 + (−𝑐 + 𝑐) ∈ ℙ invers +
𝑎 + (−𝑏 + (−𝑐)) + 𝑐 ∈ ℙ assosiatif +
𝑎 − (−𝑏 − 𝑐) + 𝑐 ∈ ℙ sifat pengurangan
𝑎 + 𝑐 + (−𝑏 − 𝑐) ∈ ℙ komulatif +
𝑎 + 𝑐 + [(−1)𝑏 + (−1)𝑐] ∈ ℙ teorema “ (-1) a = -a “
𝑎 + 𝑐 + (−1)(𝑏 + 𝑐) ∈ ℙ distributive
(𝑎 + 𝑐) − (𝑏 + 𝑐) ∈ ℙ teorema “(-1)a = -a”
𝑎+𝑐 >𝑏+𝑐 ∈ℙ definisi 2.1.7.a
Jadi, terbukti jika 𝑎 > 𝑏 maka 𝑎 + 𝑐 > 𝑏 + 𝑐

(f) Diket: 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ
𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0 maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Adb: 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏, 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏
Bukti :
 Jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏
𝑎 > 𝑏 dapat dituliskan 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ definisi 2.17.a
𝑎 > 0 dapat dituliskan 𝑐 ∈ ℙ definisi 2.1.6 a
Berdasarkan sifat tertutup 𝑎 − 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑐 ∈ ℙ maka (𝑎 − 𝑏)(𝑐) ∈ ℙ
𝑎𝑐 − 𝑏𝑐 ∈ ℙ distributif
𝑐𝑎 − 𝑐𝑏 ∈ ℙ komutatif ×
𝑐𝑎 > 𝑐𝑏 definisi 2.1.7.a
Jadi, terbukti jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 > 𝑐𝑏

 Jika 𝑎 > 𝑏 𝑑𝑎𝑛 𝑐 < 0 maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏


𝑎 > 𝑏 dapat dituliskan 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ definisi 2.17.a
𝑐 > 0 dapat dituliskan −𝑐 ∈ ℙ definisi 2.1.6.3.a
Berdasarkan sifat tertutup jika 𝑎 − 𝑏 ∈ ℙ dan – 𝑐 ∈ ℙ maka (𝑎 −
𝑏)(−𝑐) ∈ ℙ
𝑎(−𝑐) − (𝑏)(−𝑐) ∈ ℙ distributif
−𝑎𝑐 − (𝑏𝑐) ∈ ℙ teorema “ (−1)𝑎 = −𝑎”
−𝑎𝑐 + 𝑏𝑐 ∈ ℙ teorema “ − (−𝑎) = 𝑎”
−𝑐𝑎 + 𝑐𝑏 ∈ ℙ komutatif ×
𝑐𝑏 − 𝑐𝑎 ∈ ℙ komutatif +
𝑐𝑏 > 𝑐𝑎 ∈ ℙ definisi 2.1.7.a
atau 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏 ∈ ℙ
Jadi, Terbukti jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0 maka 𝑐𝑎 < 𝑐𝑏

2.1.8 Teorema
(a) Jika 𝑎 ∈ ℝ dan 𝑎 ≠ 0 maka 𝑎2 > 0
(b) 1 > 0
(c) Jika 𝑛 ∈ ℕ, maka 𝑛 > 0

Jawaban:
(a) Diket: 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑎 ≠ 0
Adb: 𝑎2 > 0
Bukti :
Diketahui 𝑎 ∈ 𝑅 dan 𝑎 ≠ 0 berdasarkan sifat trikotomi yaitu 𝑎 = 0, 𝑎 𝜖 ℙ,
−𝑎 ∈ ℙ
Karena 𝑎 ≠ 0 maka yang memenuhi yaitu 𝑎 ∈ ℙ dan −𝑎 ∈ ℙ
jika 𝑎 ∈ ℙ → 𝑎2 = 𝑎. 𝑎 ∈ ℙ
↔ 𝑎2 ∈ ℙ
↔ 𝑎2 > 0
jika – 𝑎 ∈ ℙ → 𝑎2 = (−𝑎). (−𝑎) ∈ ℙ
↔ 𝑎2 ∈ ℙ
↔ 𝑎2 > 0
sehingga berdasarkan kedua pembuktian diatas diperoleh 𝑎2 >
0 untuk 𝑎 ≠ 0. Jadi, terbukti 𝑎 ∈ ℝ dan a ≠ 0 maka 𝑎2 > 0

(b) 1 > 0
Bukti:
Asumsikan 𝑎 = 1
𝑎2 = 𝑎. 𝑎 > 0 pembuktian (T.2.18.a)
12 = 1.1 > 0 substitusi
↔1>0 identitas ×
Jadi, terbukti 1 > 0

(c) Diket: 𝑛 ∈ 𝑁
Adb: 𝑛 > 0
Bukti:
pembuktian menggunakan induksi
(i) akan dibuktikan 𝑛 = 1 ∈ 𝑝 benar
𝑛=1
1>0 teorema 2.1.8 b
sehingga benar untuk 𝑛 = 1 ∈ ℙ
(ii) diasumsikan 𝑛 = 𝑘 benar
𝑛=𝑘 ∈ℙ
(iii) akan dibuktikan asumsikan 𝑛 = 𝑘 + 1 ∈ ℙ benar
𝑛 =𝑘+1 ∈ℙ
𝑘 ∈ ℙ dan 1 ∈ ℙ sifat tertutup penjumlahan
Maka dengan definisi sifat untuk 𝑅 (sifat tertutup) benar
Jadi, terbukti jika 𝑛 ∈ ℙ maka 𝑛 > 0

1
Teorema, Jika 𝑎 > 0 maka 𝑎 > 0

Diket: 𝑎 > 0
1
Adb: 𝑎 > 0

Bukti :
1 1
= 𝑎. 1 identitas perkalian
𝑎
1 1
↔ 𝑎.(𝑎 . 𝑎) Invers perkalian
1 1 1
↔ 𝑎(𝑎 . 𝑎). 𝑎 asosiatif perkalian
1
↔ (𝑎 )2 . 𝑎 definisi kuadrat
1 1 1 2
Berdasarkan terorema 2.1.8 a, jika .𝑎 ∈ ℝdan ≠ 0 maka (𝑎) > 0 serta 𝑎 >
𝑎

1 1 2 1
0 dapat disimpulkan bahwa 𝑎 . (𝑎) . 𝑎 > 0. Jadi, terbukti jika 𝑎 > 0 maka 𝑎 > 0.

1
Teorema, Jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏

Diket: 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 < 𝑏
1
Adb: 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏

Bukti :
Karena 𝑎 < 𝑏 maka berdasarkan teorem 2.1.7 b diperoleh
𝑎 + 𝑏 < 𝑏 + 𝑎 ↔ 2𝑎 < 𝑎 + 𝑏 dan 𝑎 + 𝑏 < 𝑏 + 𝑏 ↔ 𝑎 + 𝑏 < 2𝑏
Sehingga kita mempunyai 2𝑎 < 𝑎 + 𝑏 < 2𝑏
Menurut teorema 2.1.8 c, kita mempunyai 2 ∈ ℕ maka 2 > 0. Sehingga
1 1
berdasarkan teorema “ jika 𝑎 > 0 maka 𝑎 > 0 maka 2 > 0”
Dengan menggunakan teorema 2.1.7 c “ jika 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 > 0 maka 𝑐𝑎 >
1 1 1
𝑐𝑏 diperoleh . 2𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 2 . 2𝑏
2
1
↔ 𝑎 < (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
2
1
Jadi, terbukti jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏

1
Teorema, Jika 𝑏 ∈ 𝑅 maka 0 < 2 𝑏 < 𝑏

Diket: 𝑏 ∈ 𝑅
1
Adb: 0 < 2 𝑏 < 𝑏

Bukti:
1
Berdasarkan teorema “jika 𝑎 , 𝑏 ∈ 𝑅 dan 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏”
1 1
Jika diambil a = 0 di peroleh 𝑎 < 2 (0 + 𝑏) < 𝑏 → 0 < 2 𝑏 < 𝑏
1
Jadi, terbukti bahwa jika 𝑏 ∈ 𝑅 maka 0 < 2 𝑏 < 𝑏

2.1.9 Teorema, Jika 𝑎 ∈ ℝ sedemikian hingga 0 ≤ 𝑎 < 𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0,


maka 𝑎 = 0
Diket: 𝑎 ∈ ℝ dan 0 ≤ 𝑎 < 𝜀, ∀𝜀 > 0
Adb: 𝑎 = 0
Bukti:
0 ≤ 𝑎 dapat dituliskan 𝑎 < 0 atau 0 = 𝑎
Andaikan 0 < 𝑎 benar
1
Maka berdasarkan teoema “ jika 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ dan 𝑎 < 𝑏 maka 𝑎 < 2 (𝑎 + 𝑏) < 𝑏
1
dengan mengambil nilai 𝑎 = 0 diperoleh 0 < 2 𝑏 < 𝑏 "
1
Sehingga diperoleh 0 < 2 𝑎 < 𝑎, ℙ ≠ ∅ dan ℙ ⊆ ℝ maka ℙ disebut himpunan

bilangan-bilanganreal positif yang memenuhi sifat-sifat pada teorema 2.1.5. Jadi,


ℝ = ℙ ∪ {−𝑎: 𝑎 ∈ ℙ} ∪ {0}

𝟏 1
Misal 𝜀 = 𝑎 maka bentuk 0 < 2 𝑎 < 𝑎
𝟐

Dapat dituliskan 0 < 𝜀 < 𝑎


Karena terjadi kontradiksi dengan 0 ≤ 𝑎 < 𝜀 maka pengandaian salah sehingga
yang benar adalah a= 0

2.1.10 Teorema, Jika 𝑎𝑏 > 0 maka


(i) 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0 atau
(ii) 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0

Jawaban:
(i) Diket: 𝑎𝑏 > 0
Adb: 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0
Bukti:
𝑎𝑏 > 0 mengandaikan 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0 ( definisi 2.1.6)
Karena jika 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0 maka hasil kalinya 0 menurut sifat
trikotomi memenuhi tepat satu dari 𝑎 ∈ 𝑃, 𝑎 = 0, −𝑎 ∈ 𝑃, sehingga
1
𝑎 > 0, −𝑎 > 0 atau 𝑎 < 0. Jika 𝑎 > 0, maka 𝑎 > 0 sehingga

𝑏 = 1 ∙ 𝑏 = ((1/𝑎)𝑎)𝑏 = (1/𝑎)(𝑎𝑏) > 0


Jadi, terbukti bahwa Jika 𝑎𝑏 > 0 maka 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0

(ii) Diket: 𝑎𝑏 > 0


Adb: 𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0
Bukti:
Dengan cara yang sama jika 𝑎 < 0 maka 𝑏 = (1/𝑎)(𝑎𝑏) < 0
Jadi, terbukti bahwa jika 𝑎𝑏 > 0 maka 𝑎𝑎 < 0 dan 𝑏 < 0

2.1.11 Akibat, Jika 𝑎𝑏 < 0, maka


(i) 𝑎 > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 < 0
(ii) 𝑎 < 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 > 0

Jawaban:
(i) Diket: 𝑎𝑏 > 0
Adb: 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0
Bukti:
𝑎𝑏 < 0 mengakibatkan 𝑎 ≠ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≠ 0 definisi 2.1.6
Karena jika 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0 maka berakibat 𝑎𝑏 = 0
Menurut sifat trikotomi memenuhi tepat satu dari
𝑎 ∈ ℙ, 𝑎 = 0, −𝑎 ∈ ℝ
𝑎 > 0, 𝑎 = 0 atau 𝑎 < 0
Untuk asumsi 𝑎 > 0 benar, maka
𝑎>0 asumsi
1 1
>0 teorema “ jika a>0 maka 𝑎 > 0
𝑎
1
∈ℙ definisi 2.1.5
𝑎

Akan di buktikan 𝑏 < 0


−𝑏 = 1 . ( −𝑏)
1
−𝑏 = (𝑎 𝑎) (−𝑏) invers perkalian
1
−𝑏 = (𝑎 . 𝑎) (−𝑏) komutatif perkalian
1
−𝑏 = (𝑎(−𝑏)) asosiatif perkalian
𝑎
1
−𝑏 = ((−𝑎𝑏)) teorema “𝑎(−𝑏) = −(𝑎𝑏)
𝑎
1
Karena 𝑎𝑏 < 0 berdasarkan sifat trikotomi −(𝑎𝑏) > 0 dan > 0 maka
𝑎

berdasarkan sifat tertutup terhadap operasi perkalian diperoleh


1
−𝑏 = (−(𝑎𝑏)) > 0 definisi 2.1.5
𝑎
1
−𝑏 = ((−𝑎𝑏)) ∈ ℙ definisi 2.1.5
𝑎

−(−𝑏) < 0 sifat trikotomi


𝑏<0
Jadi, terbukti jika 𝑎𝑏 < 0 maka 𝑎 > 0 dan 𝑏 < 0

(ii) Diket: 𝑎𝑏 > 0


Adb: 𝑎 < 0 dan 𝑏 > 0
Bukti:𝑎𝑏 < 0 mengakibatkan 𝑎 ≠ 0 dan 𝑏 ≠ 0 definisi 2.1.6
Karena jika 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0 maka berakibat 𝑎𝑏 = 0
Selain itu menurut sifat trikotomi jika 𝑎𝑏 < 0 berakibat −(𝑎𝑏) > 0
Menurut sifat trikotomi memenuhi tepat satu dari
𝑎 ∈ ℙ, 𝑎 = 0, −𝑎 ∈ ℝ
𝑎 > 0, 𝑎 = 0 atau 𝑎 < 0
Karena 𝑎 ≠ 0 maka yang memenuhi adalah 𝑎 > 0 atau 𝑎 < 0 untuk
asumsi 𝑎 < 0 benar maka,
𝑎<0 asumsi
−(𝑎) > 0 sifat trikotomi
−(𝑎) ∈ ℙ definisi 2.1.5
1 1
−𝑎 > 0 teorema jika 𝑎 > 0 maka 𝑎 > 0

Akan dibuktikan 𝑏 > 0


𝑏 = 1. 𝑏 identitas perkalian
1
𝑏 = (𝑎 . 𝑎) 𝑏 invers perkalian
1
𝑏= (𝑎𝑏) asosiatif perkalian
𝑎
1
𝑏= (𝑎𝑏). 1 identitas perkalian
𝑎
1
𝑏= (𝑎𝑏)(−1)(−1) teorema (−1)(−1) = 1
𝑎
1
𝑏= (𝑎𝑏) (-1) asosiatif perkalian
𝑎
1
𝑏 = ((−1) 𝑎) ((−1)(𝑎𝑏)) komutatif perkalian
1
𝑏 = − − (𝑎𝑏)
𝑎
1
Karena − 𝑎 > 0 𝑑𝑎𝑛 − (𝑎𝑏) > 0 maka berdasarkan sifat tertutup

terhadap operasi perkalian maka diperoleh


1
𝑏 = − − (𝑎𝑏) > 0
𝑎
𝑏 = − 𝑎 − (𝑎싎) ∈ ℙ
1
definisi 2.1.5

Jadi, terbukti jika 𝑎𝑏 < 0 maka 𝑎 < 0 dan 𝑏 > 0


Pertidaksamaan
2.1.12 Contoh
a) menentukan himpunan A untuk semua bilangan real seperti 2𝑥 + 3 ≤ 6 di
peroleh seperti berikut.
𝑥∈𝔸
↔ 2𝑥 + 3 ≤ 6
↔ 2𝑥 ≤ 3
3
↔𝑥≤
2
3
Karena itu 𝐴 = {𝑥 ∈ ℝ: 𝑥 ≤ 2}

b) menentukan himpunan B 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ: 𝑥 2 + 𝑥 > 2}


kita dapat menggunakan teorema 2.1.10 sebagai berikut.
𝑥∈𝔹
↔ 𝑥2 + 𝑥 − 2 > 0
↔ (𝑥 − 1)(𝑥 + 2) > 0
Karena itu kita peroleh (i) (𝑥 − 1) > 0 𝑑𝑎𝑛 𝑥 + 2 > 0 atau kita
mendapatkan (ii) 𝑥 − 1 < 0 dan +2 < 0 . dari (i) kita memporeloh 𝑥 > 1
dan 𝑥 > −2, yang memenuhi jika dan hanya jika 𝑥 > 1. Dalam kasus (ii)
kita memperoleh 𝑥 < 1 dan 𝑥 < −2, yang memenuhi jika dan hanya jika
𝑥 < −2.
Kita dapat menyimpulkan 𝐵 = {𝑥 ∈ ℝ: 𝑥 > 1} ∪ {𝑥 ∈ ℝ: 𝑥 < −2}.

c) Menentukan himpunan
2𝑥 + 1
𝐶 ≔ {𝑥 ∈ ℝ: < 1}.
𝑥+2
Kita memperoleh
𝑥∈𝑐
2𝑥 + 1
↔ −1<0
𝑥+2
𝑥−1
↔ <0
𝑥+2
Oleh karena itu kita memperoleh (i) 𝑥 − 1 < 0 dan 𝑥 + 2 > 0, atau (i) 𝑥 −
1 > 0 dan 𝑥 + 2 < 0. Dari (i) kita memperoleh 𝑥 < 1 dan 𝑥 > −2, maka
−2 < 𝑥 < 1. Dari (ii) kita memperoleh 𝑥 > 1 dan 𝑥 < −2. Kita
menyimpulkan bahwa 𝐶 = {𝑥 ∈ 𝑅: −2 < 𝑥 < 1}.

2.1.13 Contoh
a) Misalkan 𝑎 ≥ 0 dan 𝑏 ≤ 0. maka
𝑎 < 𝑏 ↔ 𝑎2 < 𝑏 2 ↔ √𝑎 < √𝑏
Kita pandang kasus 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0. Dan kita tinggalkan kasus 𝑎 = 0.
Dari 2.1.5 di peroleh bahwa 𝑎 + 𝑏 > 0. Kareba 𝑏 2 − 𝑎2 = (𝑏 − 1)(𝑏 +
𝑎), dari 2.1.7(c) diperoleh 𝑏 − 𝑎 > 0 mengakibatkan bahwa 𝑏 − 𝑎 > 0.
Bila 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0 >, maka √𝑎 > 0 dan √𝑏 > 0, karena 𝑎 =
2 2
(√𝑎) dan 𝑏 = (√𝑏) . Maka bila a dan berturut-turut diganti dengan

√𝑎 𝑑𝑎𝑛 √𝑏, dan kita gunakan bukti di atas diperoleh 𝑎 < 𝑏 ↔ √𝑎 < √𝑏.
Untuk menunjukkan bahwa bila 𝑎 ≥ 0 𝑑𝑎𝑛 𝑏 ≥ 0, maka 𝑎 ≤ 𝑏 ↔ 𝑎2 ≤
𝑏 2 ↔ √𝑎 ≤ √𝑏

b) Bila a dan b bilangan bulat positif, maka rata-rata aritmatisnya adalah


1
(𝑎 + 𝑏) dan rata-rata geometrinya adalah √𝑎𝑏. Ketaksamaan rata-rata
2
1
aritmatis-geometris diberikan oleh √𝑎𝑏 ≤ 2 (𝑎 + 𝑏)dan ketaksamaan

terjadi jika dan hanya jika a = b.


Untuk membuktikan hal ini, perhatikan bahwa bila a > 0, b > 0, dan a ≠ b.
maka √𝑎 > 0, √𝑏 > 0 dan 𝑎 ≠ 𝑏 (Mengapa?). Karenanya dari 2.1.8 (a)
diperoleh bahwa (√𝑎 − √𝑏 > 0 Dengan mengekspansi kuadrat ini,
diperoleh 𝑎 − 2√𝑎𝑏 + 𝑏 > 0
1
Yang di ikuti oleh √𝑎𝑏 < 2 (𝑎 + 𝑏) (2)

Karenanya (2) dipenuhi (untuk ketaksamaan kuat) bila a ≠ b. Lebih dari


itu, bila a = b (> 0), maka kedua ruas dari (2) sama dengan a, jadi (2)
menjadi kesamaan. Hal ini membuktikan bahwa (2) dipenuhi untuk a > 0,
1
b > 0. Di lain pihak, misalkan a > 0, b > 0 dan √𝑎𝑏 < 2 (𝑎 + 𝑏). Maka

dengan mengkuadratkan kedua ruas kemudian mengalikannya dengan 4,


kita peroleh
4𝑎𝑏 = (𝑎 + 𝑏)2 = 𝑎2 + 2𝑎𝑏 + 𝑏 2 ,

yang diikuti oleh


0 = 𝑎2 − 2𝑎𝑏 + 𝑏 2 = (𝑎 − 𝑏)2
Tetapi kesamaan ini mengakibatkan a = b (Mengapa?). Jadi kesamaan
untuk (2) mengakibatkan a = b.
Catatan : Ketaksamaan rata-rata aritmetis-geometris yang umum untuk
bilangan positif 𝑎1 , 𝑎2 … … , 𝑎𝑛 adalah
𝑎1 + 𝑎2 . . . +𝑎𝑛
(𝑎1 𝑎2 . . . . 𝑎𝑛 )1/𝑛 ≤
𝑛

c) Ketaksamaan Bernoulli. Bila 𝑥 > −1, maka


(1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 untuk semua 𝑛 ∈ ℕ.
Buktinya dengan menggunakan induksi matematika. Untuk n = 1,
menghasilkan kesamaan sehingga pernyataan tersebut benar dalam kasus
ini. Selanjutnya, kita asumsikan bahwa ketaksamaan (4) valid untuk 𝑘𝜖𝑛,
dan akan dibuktikan valid juga untuk k + 1. Asumsi (1 + 𝑥)𝑘 1 + 𝑘𝑥 dan
fakta 1 + 𝑥 > 0 mengakibatkan bahwa
(1 + 𝑥)𝑘+1 = (1 + 𝑥)𝑘 ∙ (1 + 𝑥)
≥ (1 + 𝑘𝑥) ∙ (1 + 𝑥) = 1 + (𝑘 + 1)𝑥 + 𝑘𝑥 2
≥ 1 + (𝑘 + 1)𝑥.
Jadi, untuk ketaksamaan (4) valid untuk 𝑛 = 𝑘 + 1. Dari sini, ketaksamaan
(1 + 𝑥)𝑛 ≥ 1 + 𝑛𝑥 valid untuk semua 𝑛 𝜖 ℕ

2.2 Nilai Mutlak dan Garis Bilangan

2.2.1 Definisi, Jika 𝑎 ∈ ℝ, maka nilai mutlak dari a didefinisikan sebagai

|𝑎| = 𝑎, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎 > 0,


= 0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎 = 0,
= −𝑎, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑎 < 0.

2.2.2 Teorema
(a) |𝑎𝑏| = |𝑎||𝑏|, untuk semua 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ
(b) │𝑎│2 = 𝑎2 untuk semua 𝑎 є ℝ
(c) Jika 𝑐 ≥ 0 maka │𝑎│ ≤ 𝑐 jika dan hanya jika – 𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐
(d) −│𝑎│ ≤ 𝑎 ≤ │𝑎│ untuk semua 𝑎 є ℝ

Bukti:
(a) │𝑎𝑏│ = │𝑎││𝑏│ untuk semua 𝑎, 𝑏 є ℝ
Diketahui 𝑎, 𝑏 є ℝ, maka berdasarkan sifat trikotomi terdapat 3
kemungkinan nilai a dan b, yaitu:
𝑎 > 0 atau 𝑎 = 0 atau 𝑎 < 0, 𝑏 > 0 atau 𝑏 = 0 atau 𝑏 < 0
Jika 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 0, maka 𝑎𝑏 = 0
│𝑎𝑏│ = │0│ …….………..subtitusi ab = 0
= 0 ………………….definisi 1.2.1 (nilai mutlak)
= 𝑎 . 0 ……….……..teorema 1.1.1 bagian (c)
= 0 . 0.…………….subtitusi a = 0
= │𝑎││𝑏│...…….definisi nilai mutlak, karena 𝑎 = 0, 𝑏 = 0
Jika 𝑎 > 0 dan 𝑏 > 0, maka 𝑎𝑏 > 0
│𝑎𝑏│ = 𝑎𝑏 ………….definisi nilai mutlak
= │𝑎││𝑏│…….definisi nilai mutlak
Jika a < 0 dan b > 0, maka ab < 0
│𝑎𝑏│ = − (𝑎𝑏)….…....definisi nilai mutlak, karena ab < 0
= −1(𝑎𝑏) …….…..teorema
= (−1. 𝑎) 𝑏…….…sifat asosiatif pada perkalian
= (−𝑎) 𝑏 ………….teorema
= │𝑎││𝑏│………definisi nilai mutlak, karena a < 0 dan b < 0
Jika a > 0 dan b < 0, maka ab < 0
│𝑎𝑏│ = − (𝑎𝑏)…..……definisi nilai mutlak, karena ab < 0
= (−1) 𝑎𝑏 ……….….......teorema
= 𝑎 (−1) 𝑏 ………….…sifat komutatif pada perkalian
= 𝑎 (−𝑏) …………………teorema
= │𝑎││𝑏│………...definisi nilai mutlak, karena a > 0 dan b < 0
Jika a < 0 dan b < 0, maka ab >0
│𝑎𝑏│ = 𝑎𝑏 …………….definisi nilai mutlak, karena 𝑎𝑏 > 0
= 1. 𝑎𝑏 ……...……………sifat identitas pada perkalian
= (−1) (−1) 𝑎𝑏 ……………teorema
= (−1) 𝑎 (−1) 𝑏……………sifat komutatif pada perkalian
= (−𝑎) (−𝑏) ………………teorema
= │𝑎││𝑏│…....definisi nilai mutlak, karena a < 0 dan b < 0

(b) │𝑎│2 = 𝑎2 untuk semua 𝑎 є ℝ


Diketahui a є R, maka berdasarkan sifat trikotomi terdapat 3 kemungkinan
nilai a, yaitu a > 0 atau a = 0 atau a < 0
 Jika a = 0
│𝑎│2 = 02
= │0│ │0│……………….definisi perpangkatan
= 0 . 0 …………………..definisi nilai mutlak
= 𝑎 . 𝑎. ………………… .karena 0 = a
= 𝑎2 ……………………..definisi perpangkatan
 Jika a > 0
│𝑎│2 = a . a. …………definisi nilai mutlak, karena a > 0
= 𝑎2 ………………...definisi perpangkatan
 Jika a < 0
│𝑎│2 = −𝑎 . −𝑎. ………definisi nilai mutlak, karena a < 0
= (−1) 𝑎 . (−1) 𝑎 …………….teorema
= (−1) (−1) 𝑎 . 𝑎. …..............sifat komutatif pada perkalian
= 1 . 𝑎. 𝑎 …………………….teorema
= 𝑎 . 𝑎. ………………………sifat identitas pada perkalian
= 𝑎2 ………………………....definisi perpangkatan
(c) Jika c ≥ 0 maka │𝑎│ ≤ 𝑐 jika dan hanya jika – 𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐
Pembuktian teorema ini diadaptasi dari sifat ketidaksamaan yang
menyangkut nilai mutlak yang telah dipelajari sebelumnya pada mata
kuliah kalkulus I (buku kalkulus dan geometri analitis jilid 1, pengarang
Edwin J. Purcell, halaman 17)
Sifat itu berbunyi : │𝑥│ < 𝑎 ↔ −𝑎 < 𝑥 < 𝑎. Untuk 𝑥 є ℝ dan a
bukan bilangan real negatif . Karena 0 juga bukan bilangan real negatif,
Jadi secara langsung memang berlaku Jika 𝑐 ≥ 0 maka │𝑎│ ≤ 𝑐 jika dan
hanya jika – 𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐

(d) −│𝑎│ ≤ 𝑎 ≤ │𝑎│ untuk semua 𝑎 є ℝ


Pembuktian teorema ini mempunyai langkah yang sama seperti bagian (c)
dengan mengambil c = │a│. Pada teorema sebelumnya, berlaku: Jika 𝑐 ≥
0 maka |𝑎| ≤ 𝑐 jika dan hanya jika – 𝑐 ≤ 𝑎 ≤ 𝑐 Jadi terbukti −│𝑎│ ≤
𝑎 ≤ │𝑎│untuk semua 𝑎 є ℝ

2.2.3 Ketaksamaan Segitiga Jika 𝑎, 𝑏 є ℝ , maka │𝑎 + 𝑏 │ ≤ │𝑎│ + │𝑏│.


Bukti:
Diketahui 𝑎 є ℝ maka berdasarkan teorema 2.2.2 (c) diperoleh: −│𝑎│ ≤
𝑎 ≤ │𝑎│ dan −│𝑏│ ≤ 𝑏 ≤ │𝑏│ .Jumlahkan kedua ruasnya.
(−│𝑎│) + ( −│𝑏│ ) ≤ 𝑎 + 𝑏 ≤ │𝑎│ + │𝑏│ − (│𝑎│ + │𝑏│)
≤ 𝑎 + 𝑏 ≤ │𝑎│ + │𝑏│
terbukti menggunakan teorema 2.2.2 (c)

2.2.4 Akibat, Jika 𝑎, 𝑏 є ℝ, maka


(a) ││𝑎│ − │𝑏││ ≤ │𝑎 − 𝑏 │
(b) │𝑎 − 𝑏 │ ≤ │𝑎│ + │𝑏│
Bukti:
(a) Jika 𝑎, 𝑏 є ℝ , maka ││𝑎│ − │𝑏││ ≤ │𝑎 − 𝑏 │ Diketahui 𝑎 є ℝ maka
a dapat ditulis:
a = a + 0………….sifat identitas pada penjumlahan
= a + (-b) + b …………sifat invers pada penjumlahan
= a – b + b ……………distributif perkalian
Sehingga diperoleh :
│𝑎│ = │𝑎 – 𝑏 + 𝑏│…………….subtitusi a
= 𝑎 – 𝑏 + 𝑏 ≤ │𝑎 − 𝑏│ + │𝑏│…….ketaksamaan segitiga (*)

Diketahui 𝑏 є ℝ maka a dapat ditulis :


b = b + 0……………….sifat identitas pada penjumlahan
= 𝑏 + (−𝑎) + 𝑎 …………….sifat .invers pada penjumlahan
= 𝑏 – 𝑎 + 𝑎………………..distributif perkalian
Sehingga diperoleh :
│𝑏│ = │𝑏 – 𝑎 + 𝑎│……………….….subtitusi b
= 𝑏 – 𝑎 + 𝑎 = │ − (𝑎 – 𝑏) + 𝑎│ …sifat distributif perkalian
≤ │ − (𝑎 – 𝑏)│ + │𝑎│ ……………ketaksamaan segitiga
= │𝑎 − 𝑏│ + │𝑎│ ……………….teorema (**)

Penggabungan (*) dan (**) diperoleh :


│a│ - │b│ ≤ │a - b│……………..tuliskan persamaan (*) -│a - b│ ≤
│a│ - │b│…………....tuliskan persamaan (**)
Sehingga:
-│a - b│ ≤ │a│ - │b│ ≤ │a - b│
Jadi, terbukti

(b) |𝑎 + 𝑏| ≤ |𝑎| + |𝑏|


Dengan mengganti b dengan −b untuk mendapatkan |𝑎 − 𝑏| ≤ |𝑎| +
| − 𝑏|.
2.2.5 Akibat
Untuk sebarang 𝑎1 , 𝑎2 , . . . , 𝑎𝑛 ∈ ℝ, kita punyai
|𝑎1 + 𝑎2 + . . . + 𝑎𝑛 | ≤ |𝑎1 | + |𝑎2 | + . . . |𝑎𝑛 |.

2.2.6 Contoh
(a) Tentukan himpunan A dari semua bilangan real x yang memenuhi |2𝑥 +
3| < 7.
(b) Tentukan himpunan 𝐵 = {𝑥 ∈ 𝑅 ∶ |𝑥 − 1| < |𝑥|}.

The Real Line

Pada garis real, nilai mutlak |𝑎| dari suatu elemen 𝑎 ∈ ℝ adalah jarak 𝑎 ke 0.

Jarak antara elemen 𝑎 dan 𝑏 di ℝ adalah |𝑎 − 𝑏|.

Jarak antara 𝑎 = −2 dan 𝑏 = 3

2.2.7 Definisi: diberikan 𝑎 ∈ ℝ dan 𝜀 > 0. Persekitaran-𝜀 dari 𝑎 didefinisikan


sebagai himpunan 𝑉𝜀 ≔ {𝑥 ∈ ℝ: |𝑥 − 𝑎| < 𝜀} = (𝑎 − 𝜀, 𝑎 + 𝜀).

−𝜀 < 𝑥 − 𝑎 < 𝜀 ↔ 𝑎 − 𝜀 < 𝑥 < 𝑎 + 𝜀

2.2.8 Teorema: Diberikan 𝑎 ∈ ℝ. Jika 𝑥 berada dalam persekitaran 𝑉𝜀 (𝑎) untuk


setiap 𝜀 > 0, maka 𝑥 = 𝑎.

Bukti.

𝑥 memenuhi |𝑥 − 𝑎| < 𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0,

Diperoleh bahwa |𝑥 − 𝑎| = 0, yang berakibat 𝑥 = 0.

Anda mungkin juga menyukai