Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HORIZONTAL & VERTICAL MATHEMATIZATION

Oleh:

RAHMI BADRI (18205035)


RATIH PERMATA SARI (18205036)

Dosen Mata Kuliah:


Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhaanahu wa ta’aala atas limpahan rahmat


dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok
mata kuliah Realistic Mathematics Education (RME) yang berjudul Horizontal &
Vertical Mathematization.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd.,
M.Sc selaku dosen mata kuliah RME yang telah memberikan arahan dalam
pembuatan makalah ini, dan rekan-rekan yang turut serta dalam membantu
penyelesaian tugas makalah ini.
Demikian yang penulis sampaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dalam rangka menambah wawasan dan menjadi amal ibadah hendaknya
bagi penulis.

Padang, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pendekatan Mekanistik (Matematika Tradisional) ................................... 3
B. Pendekatan Strukturalistik (Matematika Modern) .................................... 6
C. Realistic Mathematics Education (RME) ................................................. 9
D. Perbedaan Pendekatan Mekanistik, Matematika Modern, dan RME ....... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
A. Simpulan ................................................................................................... 15
B. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi siswa


sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal oleh siswa dan konsep
yang dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Freudental
(Gravemeijer, 1994: 20) matematika merupakan aktivitas insani (human activity)
dan pembelajaran matematika merupakan penemuan kembali. De lange (Sutarto
Hadi, 2005: 19) proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui
penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Masalah konteks nyata merupakan
bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika
(Gravemeijer, 1994: 123). Konstruksi pengetahuan oleh siswa dengan
memperhatikan konteks berlangsung dalam proses yang oleh Freudenthal
dinamakan reinvensi terbimbing (guided reinvention).
Pembelajaran matematika merupakan kegiatan eksplorasi mental dalam
pikiran siswa. Proses rekonstruksi dan aplikasi konsep-konsep pengetahuan yang
sebelumnya dipelajari siswa dimaksimalkan dalam upaya memperoleh konsep
pengetahuan baru. Seperti yang dikemukakan Carpenter dan Lehrer (2009: 20)
bahwa:
We propose five forms of mental activity from which mathematical understanding
emerges: (a) constructing relationships, (b) extending and applying mathematical
knowledge, (c) reflecting about experiences, (d) articulating what one knows, and
(e) making mathematical knowledge one’s own.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa ada lima bentuk kegiatan
mental yang mengakibatkan munculnya pemahaman matematika, yakni: (a)
membangun hubungan, (b) memperluas dan menerapkan pengetahuan
matematika, (c) mencerminkan pengalaman terdahulu, (d) mengartikulasikan apa
yang telah diketahui, dan (e) memperoleh sendiri pengetahuan matematikanya.
Dalam hal ini kegiatan mental dalam pikiran siswa merupakan proses
pembentukan pengetahuan baru dengan menghubungkan, memperluas, dan
merefleksikan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya.
Pembelajaran matematika sebaiknya dimulai dari masalah kontekstual.
Sutarto Hadi (2006: 10) menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari:
1) situasi personal siswa, yaitu yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari
siswa, 2) situasi sekolah/akademik, yaitu berkaitan dengan kehidupan akademik di
sekolah dan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran siswa, 3) situasi
masyarakat, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat
sekitar siswa tinggal, dan 4) situasi saintifik/matematik, yaitu berkenaan dengan
sains atau matematika itu sendiri.
Istilah matematisasi mungkin masih relatif baru bagi kita, namun ternyata
proses matematisasi sudah dibahas oleh Newton dalam karyanya yang berjudul
“Mathematical Principles of Natural Philosophy” yang diterbitkan pada tahun
1687. Newton menyebutkan bahwa langkah awal yang dia lakukan adalah
“menerjemahkan” fenomena pergerakan planet menjadi sejumlah sifat dan
kuantitas dari gaya. Penemuan (terkait fenomena tersebut) diterapkan pada
sejumlah kasus sehingga selanjtnya secara matematis bisa memperkirakan
efeknya pada (contoh) kasus yang lebih banyak, Newton menegaskan bahwa
suatu cara matematis (dapat digunakan) untuk menghindari pertanyaan tentang
hakikat dan kualitas gaya (pada pergerakan planet) yang tidak dapat dipahami
ataupun ditentukan dengan hipotesis. Lalu apa sebenarnya yang disebut
matematisasi?
B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal?


C. Tujuan

Untuk mengetahui proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal


Secara bahasa, kata matematisasi berasal dari mathematisation atau
mathematization yang merupakan kata benda dari kata kerja mathematise atau
mathematize yang artinya adalah mematematikakan. Jadi, arti sederhana dari
matematisasi adalah suatu proses untuk mematematikakan suatu fenomena.
Mematematikakan bisa diartikan sebagai memodelkan suatu fenomena secara
matematis (dalam arti mencari matematika yang relevan terhadap suatu fenomena)
ataupun membangun suatu konsep matematika dari suatu fenomena.
Matematisasi berarti suatu proses untuk mematimatikakan suatu fenomena.
Mematimatikakan bisa berarti memodelkan suatu fenomena secara matematis
(dalam arti mencari matematika yang relevan terhadap suatu fenomena) ataupun
membangun suatu konsep matematika dari sautu fenomena. Menurut Freudenthal,
yang lebih penting dari matematisasi dalam pembelajaran matematika adalah
proses peningkatan dan pengembangan ide matematika secara bertahap, yang
disebut level-raising. Level-rasing berkembang jika pembelajaran matematika
memuat aktivitas yang berkaitan dengan karakter matematika yaitu:
1. Generalitas (generality)
Kemampuan generalisasi dikembangkan dengan pembelajaran matematika
yang menekankan pada analogi, klasifikasi, dan strutur.
2. Kepastian (certainty)
Kepastian berkaitan dengan kegiatan refleksi (reflection), justifikasi
(justification), dan pembuktian (proving).
3. Ketepatan (exactness)
Ketepatan berkaitan dengan pemodelan (moelling), simbolisasi
(symbolization), dan pendefinisian (defining).
4. Ringkas (brevity)
Matematika akan menjadi ringkas melalui simbolisasi (symbolizing) dan
skematisasi (schematizing)
Menurut De Lange, matematisasi merupakan pengorganisasian kegiatan
dalam menemukan keteraturan (regulities), hubungan (relations), dan struktur
(structures)dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan awal. Secara
umum, matematisasi dalam pendidikan Matematika Realistik melibatkan dua
proses utama, yaitu generalisasi (generalizing) dan formalisasi (formalizing).
Generalisasi berkaitan dengan pencarian pola dan hubungan, sedangkan
fomalisasi melibatkan pemodelan, simbolisasi, skematisasi, dan pendefinisian. De
Lange membagi matematisasi menjadi dua, yaitu matematisasi horizontal dan
vertical.

Dalam matematisasi horisontal, siswa mulai dari soal-soal kontekstual,


mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian
menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan
cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan orang lain. Contoh
matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan
penvisualisasian masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentranformasian
masalah dunia real ke masalah nyata.
Dalam matematisasi vertikal, kita juga mulai dari soal-soal kontekstual,
tetapi dalam jangka panjang kita dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan
konteks. Sedangkan contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-
hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika,
penggunaan model yang berbeda-beda dan penggeneralisasian.

B. Proses Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal


Proses matematisasi yang disebutkan, dibedakan oleh Traffers dan Goffree
(de Lange, 1987 : 43) menjadi dua komponen, yaitu matematisasi horizontal dan
matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal adalah aktivitas mental seseorang
dalam mentransformasikan masalah kontekstual ke dalam model matematika.
Proses matematisasi horizontal ini mencakup kegiatan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah dunia
nyata.
b. Merepresentasikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda.
c. Mencari hubungan antara bahasa masalah dengan simbol dan bahasa formal
matematika yang bertujuan agar masalah kontekstual yang diberikan dapat
dipahami secara matematis.
d. Mencari keteraturan, hubungan, dan pola yang berkaitan dengan masalah
kontekstual yang diberikan.
e. Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk model matematika.
Sedangkan matematisasi vertikal didefinisikan sebagai aktivitas mental
seseorang dalam melakukan proses formalisasi berdasarkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki dimana model yang diperoleh pada matematisasi
horizontal menjadi landasan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Proses
matematisasi vertikal ini mencakup kegiatan sebagai berikut.
a. Menggunakan berbagai representasi matematis yang berbeda.
b. Menggunakan simbol, bahasa, dan proses matematika yang lebih formal.
c. Melakukan penyesuaian dan pengembangan model matematika,
mengombinasikan, dan menggabungkan berbagai model.
d. Membuat argumentasi matematis.
e. Menggeneralisasikan.

C. Contoh Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal


Berdasarkan penelitian Amrilia Rahmawati yang berjudul “ANALISIS
KESALAHAN PADA PROSES MATEMATISASI VERTIKAL DAN
HORIZONTAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR”,
berikut salah satu hasil penelitiannya.

Berdasarkan jawaban tersebut, belum tampak kesalahan-kesalahan dalam proses


matematisasi vertikal dan horizontal yang dilakukan oleh siswa, berikut petikan
wawancara dengan siswa:
P : Dari soal apa saja yang diketahui dan yang ditanyakan?
S : Jarak antara bumi dan lintasan orbit + jari-jari bumi sebagai jari-jari
lingkaran dan waktu lintasan orbit 8 jam ditanyanya itu panjang lintasan
orbit dan kecepatan satelit
P : bagaimana cara kamu mengerjakan?
S : pake gambar bu,
P : jelaskan gambar yang sudah kamu buat!
S : ini 6400 km jari-jari bumi bu trus 1600 jari-jari orbit ke bumi
P : jari-jari apa jarak lintasan orbit ke bumi?
S : oh iya bu
P : trus sekarang yang dicari dulu apa?
S : panjang lintasan orbit dengan waktu 8 jam bu
P : cari panjang lintasan orbitnya bagaimana?
S : itu keliling lintasan bu atau keliling lingkaran
P : cari keliling lingkaran dari jawaban kamu , d = 16000 dari mana asalnya?
S : jarak antara jari-jari bumi sampai lintasan orbit dikalikan 2
P : ok, lalu ada hubungannya apa tidak panjang lintasan orbit sama
kecepatan?
S : ada hubungannya,
P : mana yang menunjukkan hubungannya?
S : untuk cari kecepatan itu butuh keliling lingkaran dan waktu karena
kecepatan = jarak / waktu
P : jadi apa bisa cari kecepatannya dulu sebelum cari panjang lintasan?
S : tidak bisa bu, karena kita butuh panjang lintasan untuk mencari kecepatan

Dari percakapan diatas dapat dibuat proses matematisasi horizontal sebagai


berikut:
a. Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah dunia
nyata. Siswa mengetahui bahwa permasalahan yang diberikan berkaitan
dengan lingkaran, yaitu jari-jari lingkaran.
b. Merepresentasikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Siswa
menggunakan 2 (dua) bentuk yaitu mengungkapkan masalah yang diberikan
dengan menggunakan kalimatnya sendiri (formulating), yaitu siswa
mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan keliling lingkaran dan
kecepatan, selain itu juga memvisualkan (visualizing) masalah melalui
gambar lingkaran.
c. Mencari hubungan antara bahasa masalah dengan simbol dan bahasa formal
matematika. Siswa menghubungkan informasi yang terdapat dalam masalah
kontekstual lingkaran.
d. Mencari keteraturan, hubungan, dan pola yang berkaitan dengan masalah
kontekstual yang diberikan. Siswa menunjukkan lintasan orbit pada gambar
yang telah dibuat.
e. Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk model matematika. Siswa
langsung menerjemahkan bahasa masalah ke dalam bahasa matematika
disertai dengan penyelesaian matematis untuk memperoleh penyelesaian dari
permasalahan yang diberikan.
Sedangkan, proses matematisasi vertikal dalam menyelesaikan masalah
kontekstual lingkaran adalah sebagai berikut.
a. Menggunakan berbagai representasi matematis yang berbeda. Dalam hal ini
menggunakan representasi informal berupa simbol yaitu jarak jari-jari bumi
ditambah dengan jarak lintasan ke bumi yang disimbolkan dengan “d”.
b. Menggunakan simbol, bahasa dan proses matematika yang lebih formal.
Siswa menggunakan simbol dan proses mencari kecepatan sebuah benda,
yaitu jarak dibagi oleh waktu.
c. Melakukan penyesuaian dan pengembangan model matematika,
mengombinasikan, dan menggabungkan berbagai model. Siswa melakukan
revisi terhadap model matematika yang divisualkan berupa gambar agar
sesuai dengan masalah yang diberikan untuk menemukan solusi (refining).
d. Membuat argumentasi matematis. Siswa memberi penjelasan tentang
masalah yang diberikan, beserta penyelesaian secara matematis. Hal ini
tampak dari siswa yang mencari kecepatan yang berkaitan dengan panjang
lintasan orbit.
e. Menggeneralisasikan. Siswa menggunakan ide yang terdapat dalam masalah
yang diberikan dengan membuat suatu masalah serupa yang dialami. Siswa
menyimpulkan dapat menghitung berapa panjang lintasan dan kecepatan
satelit melintasi lintasan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Amala, Muhammad Ahsanul. PROFIL PROSES MATEMATISASI HORIZONTAL


DAN VERTIKAL SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
KONTEKSTUAL PECAHAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN
MATEMATIKA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No . 5
Tahun 2016.
Rahmawati, Amrilia (2017) ANALISIS KESALAHAN PADA PROSES MATEMATISASI
VERTIKAL DAN HORIZONTAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
BANGUN DATAR. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik; Suatu Alternatif


Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai