PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019 KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah subhaanahu wa ta’aala atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok mata kuliah Realistic Mathematics Education (RME) yang berjudul Horizontal & Vertical Mathematization. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc selaku dosen mata kuliah RME yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini, dan rekan-rekan yang turut serta dalam membantu penyelesaian tugas makalah ini. Demikian yang penulis sampaikan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam rangka menambah wawasan dan menjadi amal ibadah hendaknya bagi penulis.
Padang, September 2019
Penulis DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3 A. Pendekatan Mekanistik (Matematika Tradisional) ................................... 3 B. Pendekatan Strukturalistik (Matematika Modern) .................................... 6 C. Realistic Mathematics Education (RME) ................................................. 9 D. Perbedaan Pendekatan Mekanistik, Matematika Modern, dan RME ....... 13 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15 A. Simpulan ................................................................................................... 15 B. Saran .......................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi siswa
sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal oleh siswa dan konsep yang dikonstruksi siswa ditemukan sendiri oleh siswa. Menurut Freudental (Gravemeijer, 1994: 20) matematika merupakan aktivitas insani (human activity) dan pembelajaran matematika merupakan penemuan kembali. De lange (Sutarto Hadi, 2005: 19) proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Masalah konteks nyata merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam pembelajaran matematika (Gravemeijer, 1994: 123). Konstruksi pengetahuan oleh siswa dengan memperhatikan konteks berlangsung dalam proses yang oleh Freudenthal dinamakan reinvensi terbimbing (guided reinvention). Pembelajaran matematika merupakan kegiatan eksplorasi mental dalam pikiran siswa. Proses rekonstruksi dan aplikasi konsep-konsep pengetahuan yang sebelumnya dipelajari siswa dimaksimalkan dalam upaya memperoleh konsep pengetahuan baru. Seperti yang dikemukakan Carpenter dan Lehrer (2009: 20) bahwa: We propose five forms of mental activity from which mathematical understanding emerges: (a) constructing relationships, (b) extending and applying mathematical knowledge, (c) reflecting about experiences, (d) articulating what one knows, and (e) making mathematical knowledge one’s own. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa ada lima bentuk kegiatan mental yang mengakibatkan munculnya pemahaman matematika, yakni: (a) membangun hubungan, (b) memperluas dan menerapkan pengetahuan matematika, (c) mencerminkan pengalaman terdahulu, (d) mengartikulasikan apa yang telah diketahui, dan (e) memperoleh sendiri pengetahuan matematikanya. Dalam hal ini kegiatan mental dalam pikiran siswa merupakan proses pembentukan pengetahuan baru dengan menghubungkan, memperluas, dan merefleksikan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya. Pembelajaran matematika sebaiknya dimulai dari masalah kontekstual. Sutarto Hadi (2006: 10) menyatakan bahwa masalah kontekstual dapat digali dari: 1) situasi personal siswa, yaitu yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari siswa, 2) situasi sekolah/akademik, yaitu berkaitan dengan kehidupan akademik di sekolah dan kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran siswa, 3) situasi masyarakat, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan dan aktivitas masyarakat sekitar siswa tinggal, dan 4) situasi saintifik/matematik, yaitu berkenaan dengan sains atau matematika itu sendiri. Istilah matematisasi mungkin masih relatif baru bagi kita, namun ternyata proses matematisasi sudah dibahas oleh Newton dalam karyanya yang berjudul “Mathematical Principles of Natural Philosophy” yang diterbitkan pada tahun 1687. Newton menyebutkan bahwa langkah awal yang dia lakukan adalah “menerjemahkan” fenomena pergerakan planet menjadi sejumlah sifat dan kuantitas dari gaya. Penemuan (terkait fenomena tersebut) diterapkan pada sejumlah kasus sehingga selanjtnya secara matematis bisa memperkirakan efeknya pada (contoh) kasus yang lebih banyak, Newton menegaskan bahwa suatu cara matematis (dapat digunakan) untuk menghindari pertanyaan tentang hakikat dan kualitas gaya (pada pergerakan planet) yang tidak dapat dipahami ataupun ditentukan dengan hipotesis. Lalu apa sebenarnya yang disebut matematisasi? B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal?
C. Tujuan
Untuk mengetahui proses matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal
Secara bahasa, kata matematisasi berasal dari mathematisation atau mathematization yang merupakan kata benda dari kata kerja mathematise atau mathematize yang artinya adalah mematematikakan. Jadi, arti sederhana dari matematisasi adalah suatu proses untuk mematematikakan suatu fenomena. Mematematikakan bisa diartikan sebagai memodelkan suatu fenomena secara matematis (dalam arti mencari matematika yang relevan terhadap suatu fenomena) ataupun membangun suatu konsep matematika dari suatu fenomena. Matematisasi berarti suatu proses untuk mematimatikakan suatu fenomena. Mematimatikakan bisa berarti memodelkan suatu fenomena secara matematis (dalam arti mencari matematika yang relevan terhadap suatu fenomena) ataupun membangun suatu konsep matematika dari sautu fenomena. Menurut Freudenthal, yang lebih penting dari matematisasi dalam pembelajaran matematika adalah proses peningkatan dan pengembangan ide matematika secara bertahap, yang disebut level-raising. Level-rasing berkembang jika pembelajaran matematika memuat aktivitas yang berkaitan dengan karakter matematika yaitu: 1. Generalitas (generality) Kemampuan generalisasi dikembangkan dengan pembelajaran matematika yang menekankan pada analogi, klasifikasi, dan strutur. 2. Kepastian (certainty) Kepastian berkaitan dengan kegiatan refleksi (reflection), justifikasi (justification), dan pembuktian (proving). 3. Ketepatan (exactness) Ketepatan berkaitan dengan pemodelan (moelling), simbolisasi (symbolization), dan pendefinisian (defining). 4. Ringkas (brevity) Matematika akan menjadi ringkas melalui simbolisasi (symbolizing) dan skematisasi (schematizing) Menurut De Lange, matematisasi merupakan pengorganisasian kegiatan dalam menemukan keteraturan (regulities), hubungan (relations), dan struktur (structures)dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan awal. Secara umum, matematisasi dalam pendidikan Matematika Realistik melibatkan dua proses utama, yaitu generalisasi (generalizing) dan formalisasi (formalizing). Generalisasi berkaitan dengan pencarian pola dan hubungan, sedangkan fomalisasi melibatkan pemodelan, simbolisasi, skematisasi, dan pendefinisian. De Lange membagi matematisasi menjadi dua, yaitu matematisasi horizontal dan vertical.
Dalam matematisasi horisontal, siswa mulai dari soal-soal kontekstual,
mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara mereka sendiri yang mungkin berbeda dengan orang lain. Contoh matematisasi horizontal adalah pengidentifikasian, perumusan, dan penvisualisasian masalah dalam cara-cara yang berbeda, dan pentranformasian masalah dunia real ke masalah nyata. Dalam matematisasi vertikal, kita juga mulai dari soal-soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang kita dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung, tanpa bantuan konteks. Sedangkan contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan- hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan model yang berbeda-beda dan penggeneralisasian.
B. Proses Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal
Proses matematisasi yang disebutkan, dibedakan oleh Traffers dan Goffree (de Lange, 1987 : 43) menjadi dua komponen, yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Matematisasi horizontal adalah aktivitas mental seseorang dalam mentransformasikan masalah kontekstual ke dalam model matematika. Proses matematisasi horizontal ini mencakup kegiatan sebagai berikut. a. Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah dunia nyata. b. Merepresentasikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. c. Mencari hubungan antara bahasa masalah dengan simbol dan bahasa formal matematika yang bertujuan agar masalah kontekstual yang diberikan dapat dipahami secara matematis. d. Mencari keteraturan, hubungan, dan pola yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang diberikan. e. Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk model matematika. Sedangkan matematisasi vertikal didefinisikan sebagai aktivitas mental seseorang dalam melakukan proses formalisasi berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dimana model yang diperoleh pada matematisasi horizontal menjadi landasan dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Proses matematisasi vertikal ini mencakup kegiatan sebagai berikut. a. Menggunakan berbagai representasi matematis yang berbeda. b. Menggunakan simbol, bahasa, dan proses matematika yang lebih formal. c. Melakukan penyesuaian dan pengembangan model matematika, mengombinasikan, dan menggabungkan berbagai model. d. Membuat argumentasi matematis. e. Menggeneralisasikan.
C. Contoh Matematisasi Horizontal dan Matematisasi Vertikal
Berdasarkan penelitian Amrilia Rahmawati yang berjudul “ANALISIS KESALAHAN PADA PROSES MATEMATISASI VERTIKAL DAN HORIZONTAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR”, berikut salah satu hasil penelitiannya.
Berdasarkan jawaban tersebut, belum tampak kesalahan-kesalahan dalam proses
matematisasi vertikal dan horizontal yang dilakukan oleh siswa, berikut petikan wawancara dengan siswa: P : Dari soal apa saja yang diketahui dan yang ditanyakan? S : Jarak antara bumi dan lintasan orbit + jari-jari bumi sebagai jari-jari lingkaran dan waktu lintasan orbit 8 jam ditanyanya itu panjang lintasan orbit dan kecepatan satelit P : bagaimana cara kamu mengerjakan? S : pake gambar bu, P : jelaskan gambar yang sudah kamu buat! S : ini 6400 km jari-jari bumi bu trus 1600 jari-jari orbit ke bumi P : jari-jari apa jarak lintasan orbit ke bumi? S : oh iya bu P : trus sekarang yang dicari dulu apa? S : panjang lintasan orbit dengan waktu 8 jam bu P : cari panjang lintasan orbitnya bagaimana? S : itu keliling lintasan bu atau keliling lingkaran P : cari keliling lingkaran dari jawaban kamu , d = 16000 dari mana asalnya? S : jarak antara jari-jari bumi sampai lintasan orbit dikalikan 2 P : ok, lalu ada hubungannya apa tidak panjang lintasan orbit sama kecepatan? S : ada hubungannya, P : mana yang menunjukkan hubungannya? S : untuk cari kecepatan itu butuh keliling lingkaran dan waktu karena kecepatan = jarak / waktu P : jadi apa bisa cari kecepatannya dulu sebelum cari panjang lintasan? S : tidak bisa bu, karena kita butuh panjang lintasan untuk mencari kecepatan
Dari percakapan diatas dapat dibuat proses matematisasi horizontal sebagai
berikut: a. Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan masalah dunia nyata. Siswa mengetahui bahwa permasalahan yang diberikan berkaitan dengan lingkaran, yaitu jari-jari lingkaran. b. Merepresentasikan masalah dengan berbagai cara yang berbeda. Siswa menggunakan 2 (dua) bentuk yaitu mengungkapkan masalah yang diberikan dengan menggunakan kalimatnya sendiri (formulating), yaitu siswa mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan keliling lingkaran dan kecepatan, selain itu juga memvisualkan (visualizing) masalah melalui gambar lingkaran. c. Mencari hubungan antara bahasa masalah dengan simbol dan bahasa formal matematika. Siswa menghubungkan informasi yang terdapat dalam masalah kontekstual lingkaran. d. Mencari keteraturan, hubungan, dan pola yang berkaitan dengan masalah kontekstual yang diberikan. Siswa menunjukkan lintasan orbit pada gambar yang telah dibuat. e. Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk model matematika. Siswa langsung menerjemahkan bahasa masalah ke dalam bahasa matematika disertai dengan penyelesaian matematis untuk memperoleh penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Sedangkan, proses matematisasi vertikal dalam menyelesaikan masalah kontekstual lingkaran adalah sebagai berikut. a. Menggunakan berbagai representasi matematis yang berbeda. Dalam hal ini menggunakan representasi informal berupa simbol yaitu jarak jari-jari bumi ditambah dengan jarak lintasan ke bumi yang disimbolkan dengan “d”. b. Menggunakan simbol, bahasa dan proses matematika yang lebih formal. Siswa menggunakan simbol dan proses mencari kecepatan sebuah benda, yaitu jarak dibagi oleh waktu. c. Melakukan penyesuaian dan pengembangan model matematika, mengombinasikan, dan menggabungkan berbagai model. Siswa melakukan revisi terhadap model matematika yang divisualkan berupa gambar agar sesuai dengan masalah yang diberikan untuk menemukan solusi (refining). d. Membuat argumentasi matematis. Siswa memberi penjelasan tentang masalah yang diberikan, beserta penyelesaian secara matematis. Hal ini tampak dari siswa yang mencari kecepatan yang berkaitan dengan panjang lintasan orbit. e. Menggeneralisasikan. Siswa menggunakan ide yang terdapat dalam masalah yang diberikan dengan membuat suatu masalah serupa yang dialami. Siswa menyimpulkan dapat menghitung berapa panjang lintasan dan kecepatan satelit melintasi lintasan tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Amala, Muhammad Ahsanul. PROFIL PROSES MATEMATISASI HORIZONTAL
DAN VERTIKAL SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL PECAHAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MATEMATIKA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No . 5 Tahun 2016. Rahmawati, Amrilia (2017) ANALISIS KESALAHAN PADA PROSES MATEMATISASI VERTIKAL DAN HORIZONTAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Wijaya, Ariyadi. (2012). Pendidikan Matematika Realistik; Suatu Alternatif