Anda di halaman 1dari 15

CREATIVE THINKING SKILL

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika

Dosen Pengampu :
Dindin Nasrudin, M.Pd.

Disusun oleh:
Nisa Shofiyatul M. 1182070042
Novia Silvianti 1182070044
Pian Septian Isnaeni 1182070047
Rizki Ahmad Fauji 1182070052
Sonia Dwi Nurdini 1182070062
Sya'iidah Muntahaa K. 1182070064
Winti Setiawati 1182070068
Yusri Amalia Farhani 1182070069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MIPA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., karena atas berkat
rahmat dan hidayah–Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada junjunan kita, yakni habibana
wanabiyana Muhammad saw., beserta keluarga, sahabatnya dan kita selaku umatnya,
semoga dilindungi oleh Allah swt.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, November 2019

Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada zaman sekarang ini teknologi semakin berkembang pesat. Bahkan, hanya
dalam hitungan jam teknologi terbaru sudah tercipta. Itu semua, terjadi karena
semakin berkembangnya pengetahuan manusia.

Pengetahuan manusia terhadap teknologi tentu tidak terjadi secara seketika.


Manusia mulai menciptakan teknologi mulai dari yang fungsinya sederhana, hingga
semakin canggih seperti sekarang. Perkembangan teknologi tersebut tentu tidak lepas
dari kreatifitas manusia dalam menciptakan alat teknologi baru.

Untuk menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi pada zaman


sekarang ini, maka perlu adanya pembekalan diri. Berpikir kreatif atau creative
thinking merupakan salah satu faktor penting untuk ditanamkan pada manusia
terutama pada peserta didik. Dengan pembelajaran kelas yang menuntut siswa untuk
berpikir kreatif, maka siswa akan terbiasa menciptakan solusi-solusi baru untuk
memecahkan suatu masalah. Maka daripada itu, proses berpikir kreatif perlu
ditanamkan pada pembelajaran di kelas agar setelah lulus nanti mereka mampu
bersaing dengan dunia luar.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan menyusun makalah yang berjudul


"Creative Thinking Skill."
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana keterampilan berpikir kreatif abad 21?
2. Bagaimana proses pengembangan keterampilan berpikir kreatif abad 21?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut.
1. Untuk menjelaskan keterampilan berpikir kreatif abad 21.
2. Untuk menjelaskan proses pengembangan keterampilan berpikir kreatif abad
21.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Framework keterampilan abad 21


Menurut Bernie Trilling dan Charles Fadel :

Keterampilan dalam abad 21 Aspek


 Berpikir kritis dan bisa menyelesaikan
Keterampilan dan inovasi belajar masalah (pemikiran profesional)
 Berkomunikasi dan berkolaborasi
(komunikasi kompleks)
 Berpikir Kreatif dan inovasi (imajinasi
dan penemuan terapan)
Keterampilan informasi, media, dan  Literasi informasi
teknologi  Literasi media
 Literasi teknologi informasi dan
komunikasi
Keterampilan hidup dan karir  Fleksibilitas dan Kemampuan
Beradaptasi
 Inisiatif dan Pengarahan Mandiri
 Interaksi Sosial dan Lintas Budaya
 Produktivitas dan Akuntabilitas
 Kepemimpinan dan Tanggung Jawab

Keterampilan berpikir kreatif menurut fadel ini ada dalam framework


keterampilan dan inovasi belajar yaitu berpikir kreatif dan inovasi.
B. Keterampilan Abad 21

1. Definisi creative thinking skill

Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi,


yang harus diberdayakan dalam pendidikan karena merupakan komponen penting
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan keterampilan
berpikir kreatif dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang implementasinya melalui
kegiatan pembelajaran, di antaranya pembelajaran IPA/Fisika atau mata pelajaran
yang lain.

Berpikir kreatif identik dengan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru


(Piaw, 2010), merancang solusi baru, atau mengekspresikan diri dalam cara yang
unik (Abraham, et al., 2007). Berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk
merumuskan masalah, membuat dugaan, menghasilkan ide-ide baru, dan
mengomunikasikan hasil-hasil (Torrance, 1988). Berpikir kreatif termasuk di
antaranya adalah menemukan kesenjangan, paradoks, kesempatan, tantangan atau hal
yang menjadi perhatian yang kemudian mencari hubungan baru yang bermakna
dengan memunculkan berbagai macam kemungkinan (dari perspektif atau pandangan
lain yang berbeda), kemungkinan yang tidak biasa atau orisinal, dan detail untuk
mengembangkan atau memperkaya kemungkinan yang ada (Treffinger, 2002).

Berpikir kreatif memiliki lima aspek atau indikator (Treffinger, 2002).


Pertama, fluency (kelancaran), meliputi kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide,
cara, saran, pertanyaan, gagasan ataupun alternatif jawaban dengan lancar dalam
waktu tertentu. Kedua, flexibility (keluwesan), meliputi kemampuan mengeluarkan
gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi dimana gagasan atau jawaban
tersebut diperoleh dari sudut pandang yang berbeda-beda dengan mengubah cara
pendekatan atau pemikiran. Ketiga, originality (keaslian), merupakan kemampuan
mengeluarkan ungkapan, cara, gagasan, atau ide untuk menyelesaikan masalah atau
membuat kombinasi bagian-bagian atau unsur secara tidak lazim, unik, baru yang
tidak terpikirkan oleh orang lain. Keempat, elaboration (merinci), merupakan
kemampuan untuk memperkaya, mengembangkan, menambah, menguraikan atau
merinci detail-detail dari objek, gagasan, ide, produk atau situasi sehingga lebih
menarik. Kelima, metaphorical thinking (berpikir metafora), merupakan kemampuan
untuk menggunakan perbandingan atau analogi untuk membuat keterkaitan baru.
Berpikir metafora termasuk dengan berpikir tentang bagaimana suatu hal yang
berbeda tampak serupa atau berbeda kemudian mengarahkan keterkaitan ini untuk
menghasilkan atau menemukan kemungkinan-kemungkinan baru.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi termasuk berpikir kreatif seharusnya


diajarkan secara eksplisit (Zubaidah, 2017). Berpikir kreatif dapat dilatihkan dengan
beberapa cara sebagai berikut. Pertama, melalui pemberian pertanyaan dan mengajak
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Kedua, melalui eksplorasi topik dan
materi dengan data primer/nyata. Ketiga, melalui berpikir tentang cara baru untuk
menginformasikan temuan baru (Coffman, 2013:19—21). Selain itu, Taylor &
Sackes berpendapat keterampilan berpikir kreatif dapat ditingkatkan melalui
pembelajaran (Ketabi, et al., 2013), terutama pembelajaran berbasis pemecahan
masalah (Silver, 1997). Melatihkan berpikir kreatif dalam pembelajaran
membutuhkan adanya tahapan yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengorganisasi ide-ide menjadi suatu pemikiran yang berbeda, membuat kombinasi
dari ide-ide yang sudah ada dan kemudian mengevaluasi hasil pemikirannya
(Brookhart, 2010).

2. Indikator
Keterampilan berpikir kreatif sebagaimana yang diungkapkan oleh
Munandar (2009: 192) antara lain;
a. Keterampilan berpikir lancar (Fluency),
b. Keterampilan berpikir luwes (Flexibility),
c. Keterampilan berpikir orisinil (Originality),
d. Keterampilan memperinci (Elaboration),
e. Keterampilan mengevaluasi (Evaluation).
Adapun Indikator keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Jenis Ketrampilan Berpikir Indikator


Kreatif

Keterampilan berpikir lancar 1. Mengajukan banyak pertanyaan.


(Fluency) 2. Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada pertanyaan.
3. Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah.
4. Lancar mengungkapkan gagasan-
gagasannya.
5. Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak daripada anak-anak lain.
6. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan atau kekurangan pada suatu
objek atau situasi.

Keterampilan berpikir luwes


(Flexibility) 1. Memberikan aneka ragam
penggunaan yang tidak lazim terhadap
suatu objek.
2. Memberikan macam-macam
penafsiran (interpretasi) terhadap suatu
gambar, cerita, atau masalah.
3. Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda.
4. Memberi pertimbangan terhadap
situasi, yang berbeda dari yang
diberikan orang lain.
5. Dalam membahas/mendiskusikan
suatu situasi selalu mempunyai posisi
yang berbeda atau bertentangan dari
mayoritas kelompok.
6. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan macam-macam
cara yang berbeda-beda untuk
menyelesaikannya.
7. Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang berbeda-
beda.
8. Mampu mengubah arah berpikir
spontan

Keterampilan berpikir orisinil


(Originality) 1. Memikirkan masalah-masalah atau
hal-hal yang tidak pernah terpikirkan
oleh orang lain.
2. Mempertanyakan cara-cara lama
dan berusaha memikirkan cara-cara
baru.
3. Memilih a-simetri dalam
menggambar atau membuat disain.
4. Memiliki cara berpikir yang lain
dari yang lain
5. Mencari pendekatan yang baru dari
yang stereotip.
6. Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk
menemukan penyelesaian yang baru.
7. Lebih senang mensintesis daripada
menganalisa situasi.
Keterampilan memperinci
(Elaboration) 1. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecah
masalah dengan melakukan langkah-
langkah yang terperinci.
2. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain.
3. Mencoba atau menguji detil-detil
untuk melihat arah yang akan
ditempuh.
4. Mempunyai rasa keindahan yang
kuat sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau
sederhana.
5. Menambahkan garis-garis, warna-
warna, dan detil-detil (bagian-bagian)
terhadap gambarnya sendiri atau
gambar orang lain.

Keterampilan mengevaluasi
(Evaluation) 1. Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandangnya sendiri.
2. Menentukan pendapat sendiri
mengenai suatu hal.
3. Menganalisis masalah atau
penyelesaian secara kritis dengan
selalu menanyakan “Mengapa?”.
4. Mempunyai alasan (rasional) yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk
mencapai suatu keputusan.
5. Merancang suatu rencana kerja dari
gagasan-gagasan yang tercetus.
6. Pada waktu tertentu tidak
menghasilkan gagasan-gagasan tetapi
menjadi peneliti atau penilai yang
kritis.
7. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

C. Instrumen Pengembangan Creative Thinking Skill

Pada tahun 1971 dan 1976, para peneliti jepang melakukan serangkaian penelitian
dengan mengembangkan suatu metode untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa salah satunya berpikir kreatif.Mengukur kemampuan berpikir kreatif
menggunakan pendekatan Open Ended. Pendekatan Open Ended merupakan
pendekatan pembelajaran yang biasanya dimulai dengan memberikan pertanyaan atau
soal-soal open ended atau soal terbuka yang mengandung suatu permasalahan untuk
dicari solusinya dengan berbagai cara dan berbagai jawaban guna mengembangkan
pengalaman belajar siswa dalam menemukan keterampilan atau cara berpikir yang
telah dimiliki siswa. Open ended problems tidak hanya sebagai soal biasa yang
membutuhkan jawaban akhir, namun sebagai assessment task karena terkadang siswa
diminta untuk menjelaskan cara mendapatkan jawabannya dan mengapa memilih cara
penyelesaian jawaban tersebut.
Tidak mudah dalam membuat suatu masalah atau soal terbuka dan sesuai dengan
materi yang akan dipelajari serta kemampuan kognitif dari para siswa. Shimada
(1997) mengklasifikasikan soal-soal yang dapat digunakan sebagai soal open-ended
mejadi tiga tipe, yaitu:

1. Menemukan relasi/hubungan
Soal tipe ini dibuat agar siswa mencari atau menemukan relasi atau aturan-aturan
dalam Fisika. Contoh: disajikan gambar mata dan letak bayangan yang terbentuk
pada kasus mata normal, kelainan mata dan sebagainya.
2. Mengklasifikasi
Siswa diminta untuk mengklasifikasi berdasarkan perbedaan karakteristik yang
ada pada soal yang akan menuntun mereka pada konsep yang akan dipelajari.
Contoh: disajikan bahan-bahan seperti plastik, logam, kaca, karet, kayu dan lain-
lain untuk dikelompokkan mana bahan yang isolator dan konduktor.
3. Mengukur atau menghitung
Siswa diminta untuk mengukur atau menghitung fenoma atau situasi yang
diberikan guru. Siswa diharapkan menggunakan kemampuan dan pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya. Contoh: mengukur arus listrik pada rangkaian
seri menggunakan multimeter.

Soal-soal terbuka yang dibuat sebelum diberikan kepada siswa, hendaknya


memperhatikan beberapa aspek antara lain:

1. Apakah soal tersebut kaya akan konsep-konsep yang akan dipelajari?


2. Apakah soal tersebut sesuai dengan tingkat kognitif siswa yang akan diajarkan?
3. Apakah soal tersebut memungkinkan adanya jawaban siswa yang menuntun pada
pengembangan konsep materi lebih lanjut?

Salah satu faktor kunci dalam pembelajaran dengan pendekatan open-ended adalah
berbagai macam respon dan jawaban dari siswa. Dari hal tersebut, kemampuan
berpikir dan penemuan konsep baru diharapkan menjadi pengalaman bersama pada
semua siswa. Oleh karena itu, guru harus mendata dan mengumpulkan semua
kemungkinan jawaban dan respon siswa atas masalah terbuka yang diberikan.
Selanjutnya, guru mengarahkan siswa pada konsep yang akan dipelajaridengan
menggunakan beberapa kemampuan seperti membandingkan, mencari persamaan,
perbedaan, menganalisis dan sebagainya.

Kriteria penilaian untuk soal open-ended

Menurut Heddens dan Speer (Poppy, 2003) dengan menentukan skoring atau jawaban
siswa melalui rubrik. Salah satu contoh rubrik yang digunakan adalah sebagai
berikut.

Skala
Kriteria
1 2 3 4
Pemahaman Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan Menunjukkan
sedikit atau pemahaman pemahaman pemahaman
tidak ada terhadap terhadap yang lebih
pemahaman sebagian konsep terhadap
terhadap konsep konsep
konsep
Pemecahan Tidak Menggunakan Menggunakan Menggunakan
masalah menggunakan solusi kurang solusi yang solusi yang
solusi yang tepat sesuai sesuai dan
sesuai lebih terperinci
Menganalisis Tidak dapat Dapat Dapat Dapat
menganalisis menganalisis menganalisis menganalisis
situasi sebagian kecil sebagian besar situasi
matematis situasi situasi matematis
matematis matematis dengan tepat
Sistematis Tidak Kurang Sebagian Sistematis dan
sistematis dan sistematis dan sistematis dan terorganisir
terorganisir terorganisir terorganisir

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
REFERENSI

1. Handoko, H (2017). Pembentukan Keterampilan Berpikir Kreatif Pada


Pembelajaran Matematika Model Savi Berbasis Discovery Strategy Materi
Dimensi Tiga Kelas X. EduMa Vol. 6 No. 1 Juli 2017
2. Soeyono, Y. (2013). Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa
Melalui Bahan Ajar Matematika dengan Pendekatan Open Ended.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Trilling, B & Fadel, C (2009) 21ST Century Skills : Learning for life in our
times.

Anda mungkin juga menyukai