Anda di halaman 1dari 22

ARGUMEN DAN METODE

DEDUKSI
KELOMPOK II

NASIRAH, S.Pd

SYAMSIR SAINUDDIN, S.Pd

IKRAMUDDIN, S.Pd

HARDYANTI, S.Pd

ARIFUDDIN, S.Pd



Metode berpikir induktif dimana cara
berpikir dilakukan dengan cara
menarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus
yang bersifat individual
Deduksi adalah cara berpikir
dimana dari pernyataan yang
bersifat umum ditarik kesimpulan
yang bersifat khusus
3. Premis dan Konklusi Benar, tetapi Secara deduktif salah (Invalid)
Contoh :
Jakarta adalah Ibukota Indonesia
UNM ada di Makassar
Jadi Makassar adalah Ibukota Sulsel
Secara logis konklusi tidak mengikuti premis walaupun materi argumennya
adalah benar
1. Premis dan Konklusi Benar dan secara deduktif benar (Valid)
Contoh:
Jika Ikra Menangis, maka IkraBersedih
Ikra menangis
Jadi Ikra Bersedih
2. premis dan konklusi salah secara deduktif benar (Valid)
Contoh:
Semua kendaraan bermotor memerlukan bensin
Kuda adalah kendaraan bermotor
Jadi kuda memerlukan bensin
Materin premis dan konklusi adalah salah, tetapi konklusi didapat sebagai
konsekuensi logis dari premisnya
1 p q
p
q
Modus Ponen (MP) 6 p
q
p . q
Conjunction (Conj)
2 ~ q
p q
~ p
Modus Tollen (MT) 7 p v q
~ p
q
Disjunctive Syllogism
(DS)
3 p q
q r
p
r
Hypothetical
Syllogism (HS)
8 p q
r s
p v r
q v s
Constructive Dilemma
(CD)
4 p
p v q
Addition (Add) 9 p q
r s
~ q v ~s
~p v ~r
Destructive Dilemma
(DD)
5 p . q
p
Simplification (Simp)

1.Argumentasi
2.Tentukan Proposisi
3.Tentukan Fakta
4.Gunakan Aturan Inferensi
5.Kesimpulan

1 ~ (p v q) ~ p . ~q
~ (p . q) ~ p v ~q
De Morgan (de M)
2 p . q q . p
p v q q v p
Commutation (Comm))
3 p v (q v r) (p v q) v r
p . (q . r) (p . q) . r
Association (Ass)
4 p v (q . r) (p v q) . (p v r)
p . (q v r) (p . q) v (p . r)
Distribution (Distr)
5 ~ (~ p) = p Double Negation(DN)
6 p q ~ q ~ p Transposition (Trans)
7 p ~p v q Material Implication (Impl)
8 p q (p q ) . (q p)
p q (p . q ) v (~ q . ~p)
Material Equivalence (Equiv)
9 p . q r p (q r) Exportation (Exp)
10 p . p p
p . p p
Tautologi (Taut)
TUJ UAN ATURAN PENUKARAN:
Pada kenyataannya banyak argumen valid
yang tidak dapat di buktikan kebenarannya
hanya dengan menggunakan aturan
penarikan kesimpulan. Ini berarti
kitamembutuhkan aturan lain selain aturan
diatas. Aturan yang menunjang ini disebut
aturan penukaran (Rule of Replacements).
Dalam aturan pembuktian kondisional kita mendapat
premis tambahan yang diperoleh dari anteseden konklusi
(jika konklusinya berupa pernyataan kondisional)
Contoh:
( )
( )
( ) D B A
E D C
C B A

.

( )
( )
D B
A
E D C
C B A

.

( )
( )
D
B
A
E D C
C B A

.

PEMBUKTIAN:
1. Premis
2. Premis
3. Premis
4. Premis / .
5. Modus Ponen (1, 3)
6. Modus Ponen (5, 4)
7. Modus Ponen (2, 6)
8. Simplifikasi (7)
( )
( )
B
A
E D C
C B A
.

C B
C
E D.
D
Aturan pembuktian tidak langsung (Rule of
Indirect Proof) dilakukan dengan jalan
membuat negasi dari konklusinya, yang
kemudian dijadikan premis tambahan. Jika
sebagai akibat langkah ini timbul kontradiksi
berarti argument yang akan dibuktikan
Contoh


R
P
R Q
Q P

PEMBUKTIAN

1. Premis
2. Premis
3. Premis /
4. Indirect Proof
5. Modus Tolens (2, 4)
6. Modus Tolens (1, 5)
7. konjungsi (3, 6)
8. Hypothetical Syllogism (1, 2)
9. Modus Ponen (8, 3)
10. Konjungsi (9, 4)

Q ~
P ~
P P ~ .
P
R Q
Q P

R
R ~
R P
R
R R ~ .
Pada baris ke 7 kita menemukan sebuah
kontradiksi (kontradiksi eksplisit), maka
argumen tersebut valid.
Proses tadi masih dapat berlanjut hingga
ditemukan kontradiksi antara konklusi dari
pernyataan dengan negasinya, Pada baris ke 10
kita menemukan sebuah kontradiksi, maka
argumen tersebut valid.
ATURAN PEMBUKTIAN
TAUTOLOGI
Untuk membuktikan suatu pernyataan majemuk
tautologi biasanya digunakan tabel kebenaran.
Jika pernyataan mengandung 2 pernyataan
tunggal (simple state) maka ada 4 kondisi yang
diuji, jika pernyataan mengandung 3 simple state
maka ada 8 kondisi yang diuji.
Bagaimana jika sudah terdapat 10 simple state?,
tentu ada sebanyak 1024 kondisi yang akan diuji,
dengan membuat baris sebanyak kemungkinan
tersebut.
Pernyataan kondisional merupakan tautologi jika
dan hanya jika argumen yang berkorespondensi
dengan kondisional tersebut merupakan
argumen yang valid.

Dalam membuktikan tautologi, kita dapat
menggunakan aturan yang terdapat dalam
metode deduksi seperti aturan-aturan penarikan
kesimpulan, aturan penukaran, pembuktian tak
langsung, atau pembuktian kondisional.
PEMBUKTIAN INVALIDITAS
ARGUMEN
I. Semua persegi panjang adalah segi empat
Semua belah ketupat adalah segi empat
Jadi, semua belah ketupat adalah persegi
panjang

Bandingkan dengan

II. Semua persegi panjang adalah segi empat
Semua persegi adalah segi empat
Jadi, semua persegi adalah persegi panjang
Argumen (I) termasuk argumen invalid. Karena
sebuah konklusi yang salah tidaklah mungkin
dapat diperoleh dari sesuatu yang benar
mengakibatkan munculnya spremis-premis yang
benar atau dengan kata lain, mustahil segala
seuatu yang benar diperoleh dari sesuatu yang
salah.

Argumen (II) memiliki premis-premis dan
konklusi yang benar. Namun kita tidak bisa
mengatakan argumen tersebut valid dengan kata
lain termasuk argumen invalid.
Argumen (I) dan (II) merupakan substitution
intance dari bentuk:

Semua P adalah R
Semua Q adalah R
Jadi, semua Q adalah P

Karena terdapat kemungkinan pernyataan ini
salah (tidak tautologi) maka secara umum
argumen tersebut tidak valid (invalid argumen)
CONTOH
INVALIDITAS ARGUMENT
Apakah argumen berikut valid?




Argumen di atas berkorespondensi dengan
pernyataan kondisional berikut:
R P
R Q
Q P
v
v
v
( ) ( ) | | ( ) R P R Q Q P v v . v
Kita membuat kondisi dimana kondisional berikut
memungkinkan salah




Ternyata ada kondisi (seperti diatas) yang membuat
pernyataan kondisional diatas salah. Sehingga
disimpulkan argumen di awal tadi tidak valid
(invalid argument)




( ) ( ) | | ( ) R P R Q Q P v v . v
B
S
S S S S S B
B
B
B
SEKIAN dan TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai