Anda di halaman 1dari 5

BAB 3.

ARGUMEN DAN METODE DEDUKSI


a. Pengertian Argumen
Argumen adalah serangkaian pernyataan yang mempunyai ungkapan pernyataan
penarikan kesimpulan (inferensi). Argumen terdiri dari pernyataan-pernyataan yang terbagi
atas dua kelompok, yaitu kelompok pernyataan sebelum kata “Jadi” yang disebut premis, dan
kelompok lainnya terdiri atas satu pernyataan yang disebut konklusi.
Contoh:
1) Jika Aljabar dan Logika diperlukan maka semua mahasiswa akan belajar matematika
2) Aljabar dan Logika diperlukan
3) Jadi semua mahasiswa akan belajar matematika
Pernyataan (1) dan (2) merupakan premis, sedangkan pernyataan (3) merupakan konklusi.
b. Inferensi Induksi
Penarikan kesimpulan (inferensi) dari premis terhadap konklusinya bisa benar tetapi juga bisa
salah, karena premisnya masih “mungkin”. Inferensi dari premis menuju konklusi yang hanya
berdasarkan atas kemungkinan saja dinamakan inferensi induksi.
Contoh:
1) Semua angsa yang saya lihat warnanya putih
2) Saya telah melihat banyak angsa 3) Jadi, semua angsa warnanya putih
Pernyataan (1) dan (2) merupakan premispremis, dan sepintas seperti argumen yang baik, karena
premis-premisnya memberi akibat yang logis terhadap konklusinya, meskipun baru berupa sesuatu
yang “mungkin”.
c. Inferensi Deduksi
Penarikan kesimpulan (inferensi) argumen yang tepat tanpa berdasarkan kemungkinan disebut
inferensi deduktif.
Contoh:
1) Semua manusi akan meninggal dunia
2) Romianti adalah seorang manusia
3) Jadi, Romianti akan meninggal dunia
Pernyataan (1) dan (2) merupakan premispremis yang benar dan jelaslah bahwa konklusinya juga
benar, karena tidak ada kemungkinan lain selain “Romianti akan meninggal dunia”.
d. Pembuktian Validitas Argument
Tabel kebenaran digunakan untuk pembuktian validitas argument. Sebelum mengevaluasi
validitas suatu argument, pernyataan – pernyataan terlebih dahulu diubah menjadi ekspresi
logika. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah teknik parsing dengan membentuk Parse
Tree.
Contoh:
Jika anda mengambil mata kuliah logika informatika dan jika anda tidak memahami tautologi
maka anda tidak lulus.
Misal:
P = Anda mengambil mata kuliah logika informatika
Q = Anda memahami tautologi
R = Anda lulus

Maka ekspresi logika untuk pernyataan di atas adalah (P  (~Q))  (~R)


Selanjutnya dibuat tabel kebenaran:
*T = TRUE (BENAR)

F = FALSE (SALAH)

Atau,

Buktikan bahwa argument berikut valid.


Jika pintu kereta api ditutup, lalu lintas akan berhenti
Jika lalu lintas berhenti, akan terjadi kemacetan lalu lintas.
Pintu kereta api ditutup.
Jadi, terdapat kemacetan lalu lintas.
Misal:
p : pintu kereta api ditutup
q : lalu lintas akan berhenti
r : terjadi kemacetan lalu lintas
Simbol untuk argument diatas adalah:
p⇒q
q⇒r
p ∴r
Proses pembuktian validitas argument diatas adalah sebagai berikut:
1. p ⇒ q Pr (Premis)
2. q ⇒ r Pr
3. p Pr / ∴r
4. q 1,3 MP (Modus Ponen)
5. r 2,4 MP (Modus Ponen)

e. Aturan Penarikan Kesimpulan


Ada cara lain untuk membuktikan validitas argument yaitu dengan menggunakan aturan-aturan
penarikan kesimpulan. Dengan aturan ini kita tidak saja menarik kesimpulan dari premis-premisnya
secara langsung, tetapi juga mampu membentuk argument-argumen yang diperoleh dari rangkaian
langkah pembuktian yang relatif sederhana. Konklusi lanjutan disimpulkan. Konklusi lanjutan ini (yang
terdiri dari bagian-bagian) masing-masing merupakan konklusi yang dapat ditarik lagi untuk membentuk
konklusi berikutnya, dan demikian seterusnya hingga hasil akhir diperoleh.
Adapun aturan-aturan yang digunakan dalam aturan penarikan kesimpulan (Rule of Inferences)
adalah seperti dibawah ini.

1 pq Modus Ponen 6 p Conjunction


p (MP) q (Conj)
q p  q
2 ~q Modus Tollen 7 pq Disjunctive
pq (MT) ~p Syllogism (DS)
~p q
3 pq Hypothetical 8 p Constructive
qr Syllogism (HS) q Dilemma (CD)
 p r rs
p 
r
qs
4 p Addition (Add) 9 p q Destructive
p  q rs Dilemma (DD)
~ q  ~s
 ~p  ~r
5 pq Simplification
p (Simp)

f. Aturan Penukaran
Pada kenyataannya banyak argumen valid yang tidak dapat di buktikan kebenarannya hanya
dengan menggunakan aturan penarikan kesimpulan. Ini berarti kitamembutuhkan aturan lain selain
aturan diatas. Aturan yang menunjang ini disebut aturan penukaran (Rule of Replacements).

1 ~ (p  q)  ~ p  ~q De Morgan (de M)
~ (p  q)  ~ p  ~q
2 pqqp Commutation (Comm))
p  q q p
3 p  (q  r)  (p  q)  Association (Ass)
r p  (q  r)  (p  q) 
r
4 p  (q  r)  (p  q)  (p  r) Distribution (Distr)
p  (q  r)  (p  q)  (p  r)
5 ~ (~ p) = p Double Negation(DN)

6 pq~q~p Transposition (Trans)


7 p   ~p  q Material Implication (Impl)

8 p ↔ q  (p  q )  (q  p) Material Equivalence (Equiv)


p ↔ q  (p  q )  (~ q  ~p)
9 p  q  r  p  (q  r) Exportation (Exp)

10 ppp Tautologi (Taut)


ppp

g. Aturan Pembuktian Kondisional


Setiap argument yang valid mempunyai pernyataan yang berkoresponden yang merupakan
tautology. Dengan kata lain sebuah argument yang berkorespondensi dengan sebuah pernyataan
kondisional adalah valid jika dan hanya jika pernyataan kondisional tersebut merupakan tautology.

h. Aturan Pembuktian Tak Langsung


Aturan pembuktian tidak langsung (Rule of Indirect Proof) dilakukan dengan jalan membuat
negasi dari konklusinya, yang kemudian dijadikan premis tambahan. Jika sebagai akibat langkah ini
timbul kontradiksi berarti argument yang akan dibuktikan
Contoh : Susunan pembuktian tidak langsung untuk memperlihatkan validitas argument berikut
P⇒Q
Q⇒R
P ∴R
Jawab:
1. P ⇒ Q Pr
2. Q ⇒ R Pr
3. P Pr / ∴R
4. ~ R IP
5. ~ Q 2,4 MT
6. ~P 1,5 MT
7. P ∧ ~P 3,6 Konj
Baris (7) adalah suatu kontradiksi
i. Aturan Pembuktian Tautologi
Untuk membuktikan suatu pernyataan majemuk tautologi biasanya digunakan tabel kebenaran.
Jika pernyataan mengandung 2 pernyataan tunggal (simple state) maka ada 4 kondisi yang diuji,
jika pernyataan mengandung 3 simple state maka ada 8 kondisi yang diuji.
Pernyataan kondisional merupakan tautologi jika dan hanya jika argumen yang
berkorespondensi dengan kondisional tersebut merupakan argumen yang valid.
Dalam membuktikan tautologi, kita dapat menggunakan aturan yang terdapat dalam metode
deduksi seperti aturan-aturan penarikan kesimpulan, aturan penukaran, pembuktian tak
langsung, atau pembuktian kondisional.
j. Pembuktian Invaliditas Argumen
I. Semua persegi panjang adalah segi empat Semua belah ketupat adalah segi empat Jadi, semua
belah ketupat adalah persegi panjang
Bandingkan dengan
II. Semua persegi panjang adalah segi empat Semua persegi adalah segi empat Jadi, semua
persegi adalah persegi panjang
Argumen (I) termasuk argumen invalid. Karena sebuah konklusi yang salah tidaklah mungkin
dapat diperoleh dari sesuatu yang benar mengakibatkan munculnya spremis-premis yang benar
atau dengan kata lain, mustahil segala seuatu yang benar diperoleh dari sesuatu yang salah.
Argumen (II) memiliki premis-premis dan konklusi yang benar. Namun kita tidak bisa
mengatakan argumen tersebut valid dengan kata lain termasuk argumen invalid.
Argumen (I) dan (II) merupakan substitution intance dari bentuk:
Semua P adalah R
Semua Q adalah R
Jadi, semua Q adalah P
Karena terdapat kemungkinan pernyataan ini salah (tidak tautologi) maka secara umum
argumen tersebut tidak valid (invalid argumen).

Anda mungkin juga menyukai