Anda di halaman 1dari 14

PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN DI CHINA DAN AMERIKA

Dosen Pengampu: Dr. H. Sudirman Tamin

Disusun Oleh:
NAMA : CHUSNIYATI
NIM : 20210520100017

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FAKULTAS AGAMA ISLAM MAGISTER STUDI ISLAM
2022-2023
BAB I

SISTEM PENDIDIKAN DI CHINA


A. PENDAHULUAN
Kurikulum pendidikan dasar sampai menengah Cina mengalami
perubahan kurikulum sebanyak 7 kali sejak berdirinya Republik Rakyat
Cina. Perubahan kurikulum merupakan tuntutan yang dibutuhkan agar Cina
menyesuaikan dengan kebijakan ekonomi dan pasar kerja domestik maupun
global. Pada perubahan kurikulum ketujuh‐kali‐nya tahun 2007, pemerintah
sangat terbuka terhadap hasil penelitian di bidang pendidikan dan masukan
dari praktisi pendidikan, pengusaha dan orang tua serta masyarakat peduli
pendidikan baik dari tingkat kecamatan maupun tingkat nasional.

Reformasi kurikulum dimulai melalui survey studi secara nasional yang


dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian
Pendidikan dengan subyek pengamatan pada 16.000 siswa, 2000 guru dan
kepala sekolah di 9 provinsi yang mewakili peta demografi Cina. Selain itu,
juga dilakukan studi komparatif dengan kurikulum di negara )nggris,
Amerika, Kanada, Australia, Korea Selatan, Thailand, Rusia, Swedia,
Finlandia, Selandia Baru, Jepang, )ndia, Brasil dan Mesir. Upaya studi
komparatif ini dilakukan untuk memperoleh wawasan yang luas untuk para
penyusun kurikulum dalam peningkatan kualitas kurikulum pendidikan
dasar‐menengah. Studi komparatif ini diyakini sebagai upaya yang sangat
bermakna untuk memfasilitasi pemahaman yang benar terhadap sistem
pendidikan di dunia dan keterkaitannya dengan sosial ekonomi dunia. Studi
ini juga memperluas wawasan para pengambil kebijakan akan kampanye di
seluruh belahan dunia tentang EFA (Education for All) yang mencakup
kualitas pendidikan di semua unit pendidikan.
Perumus kurikulum pendidikan dasar menengah Cina dipimpin oleh
Directorate General Basic Education

1. Struktur Pendidikan Cina


Pendidikan dasar Cina terdiri dari 3 tahun PAUD (Pendidikan Anak
Usia Dini), 6 tahun pendidikan dasar, 3 tahun pendidikan menengah
pertama, dan 3 tahun pendidikan menengah atas. Ada pula pendidikan
tinggi setingkat akademi 2‐3 tahun, pendidikan tinggi kejuruan teknik 4
tahun, pendidikan gelar sarjana 4 tahun, pendidikan gelar magister 2‐3
tahun, dan pendidikan doktor 3 tahun.

Tujuan pendidikan nasional Cina adalah untuk mempersiapkan


pelajar mengembangkan dirinya dalam dimensi moral, intelektual, fisik,
dan estetika sesuai dengan bidang pekerjaannya kelak agar menjadi
pekerja sosialis yang memiliki idealisme, terdidik dan berbudaya serta
memiliki karakter yang kuat dan disiplin
Dibawah pengawasan State Council, Kementerian Pendidikan
bertanggung‐jawab untuk semua perencanaan dan penyusunan kebijakan
umum tentang pendidikan, di mana administrasi pendidikan dasar
didesentralisasikan ke Pemerintah Provinsi dan Kota/Kabupaten/Desa.
Sedangkan administrasi dan pengawasan pendidikan tinggi dilakukan di
tingkat nasional dan provinsi.

Wajib belajar di Cina berlangsung selama 9 tahun, di mana anak‐


anak memasuki Sekolah Dasar (SD) pada usia 6 tahun. Sebelum
memasuki masa sekolah dasar, anak‐ anak dapat memperoleh pendidikan
PAUD untuk beberapa tahun. Wajib belajar terdiri dari 6 tahun SD dan 3
tahun Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Setelah menyelesaikan pendidikan wajib belajar 9 tahun, siswa
menempuh ujian nasional untuk memasuki pendidikan menengah atas
yang terdiri 3 kategori, yaitu:
1. Sekolah Menengah Atas (SMA) Umum, merupakan sekolah
menengah atas yang mempersiapkan siswanya memasuki jenjang
pendidikan tinggi.
2. SMA Spesialis/Teknik, sekolah menengah atas yang
mempersiapkan siswanya dengan keterampilan dan diklat khusus
dibidang teknik yang siap terjun di dunia kerja. Lulusan sekolah
ini diperbolehkan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
3. SMA Vokasi/Profesional, sekolah menengah atas yang
mempersiapkan siswanya dengan keterampilan dan diklat khusus
di bidang vokasi yang siap terjun di dunia kerja

Tabel 1.1 Deskripsi Tipe‐tipe Sekolah di Cina

N Tipe Sekolah Lama Usia Ijazah


o Belajar
1 Pendidikan Anak 3 tahun Usia 3‐5 tahun ‐
Usia Dini
2 Pendidikan 6 tahun Usia 6 – 12 ‐
Dasar tahun
Pendidikan Usia 12 – 15
3 Menengah 3 tahun tahun ‐
Pertama
4 Pendidikan 3 tahun Usia 15‐18 Diberikan
Menengah Atas tahun )jazah SMA

6 Pendidikan 3 tahun Usia 15 – 19 Diberikan


Menengah Atas tahun )jazah SMK
Spesialisasi
Pendidikan menengah terbagi dalam dua kategori yaitu pendidikan
menengah umum dan vokasi/teknik. Kedua kategori tersebut mencakup
dua tahapan yaitu tahapan pendidikan menengah pertama dan
pendidikan menengah atas. Pendidikan menengah umum membekali
siswanya dengan pengetahuan untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi
sedangkan pendidikan menengah kejuruan dan teknik dibekali dengan
keterampilan kerja. Kelulusan pendidikan menengah ditentukan oleh
ujian pada akhir masa sekolah. Sedangkan akses melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi bergantung dari hasil ujian dan ujian masuk perguruan
tinggi. (al ini akan dijelaskan lebih rinci di Bab 2.

Pendidikan tinggi diselenggarakan oleh berbagai perguruan tinggi


seperti universitas (misalnya: bidang umum dan teknik), )nstitusi
spesialisasi (misalnya: kedokteran, pertanian, bahasa asing, dsb.),
Universitas vokasi (misalnya: diklat guru) dan Akademi. Ujian masuk ke
pendidikan tinggi di Cina sangat kompetitif.

Gelar sarjana selain diberikan oleh universitas dan institusi spesialisasi,


juga diberikan oleh universitas vokasi. Universitas vokasi dan akademi
spesialisasi menyelenggarakan pendidikan lanjutan dan memberikan
diploma pada lulusannya. Gelar Magister dan Doktor diberikan oleh
universitas dan beberapa institusi spesialisasi.
2. Kurikulum Pendidikan
Di negara yang memiliki populasi besar seperti Cina adalah tidak mudah
mengorganisasi sekolah‐sekolah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dasar sampai menengah, namun demikian Cina sukses
memaksa 85% penduduk usia sekolah mengenyam pendidikan wajib
belajar di tahun 2000 dan meningkat mencapai 93% di tahun 2004.
2.1 Tujuan
Untuk memenuhi tuntutan “peradaban berbasis pengetahuan”
(knowledge‐driven civilization) sebagai jawaban terhadap tantangan di
abad 21, pemerintah Cina mengubah tujuan kurikulum sesuai harapan
masyarakat Cina. Contoh dari perubahan tujuan kurikulum adalah
dengan menciptakan generasi berwawasan luas, yang memungkinkan
setiap individu untuk menemukan, menggali dan memperkaya potensi
kreatif‐nya, serta menemukan kelebihan individualnya.

(hal ini berarti melampaui pandangan instrumen pendidikan yang selama


ini tunduk kepada tujuan tertentu (dalam hal keterampilan, kemampuan
atau potensi ekonomi) menjadi ke arah yang menekankan pengembangan
manusia seutuhnya (paradigma belajar menjadi). Menurut pakar
pendidikan Cina, pendidikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan
pembangunan manusia adalah proses yang sangat individual dan pada
saat yang sama proses membangun interaksi sosial. Prinsip dasar
pendidikan di Cina adalah pendidikan harus berkontribusi pada
pengembangan serba masing‐masing individu‐pikiran dan tubuh,
kecerdasan, kepekaan, rasa estetika, tanggung‐jawab pribadi, dan nilai‐
nilai spiritual (dalam pengertian nilai‐nilai konfusianisme).

Pendidikan di Cina selama dua dekade terakhir telah dipandu oleh


prinsip dasar, yang diusulkan oleh Deng Xiaoping, bahwa pendidikan
harus berorientasi modernisasi, ke dunia luar, dan ke masa depan. Tujuan
pendidikan adalah "mengaktifkan siswa untuk belajar dengan cara yang
aktif dan hidup serta berkembang secara moral, intelektual, dan fisik
dengan cara pengembangan semua potensi dan untuk mempersiapkan
generasi baru yang memiliki cita‐cita, kebajikan moral yang dididik
dalam disiplin". Tujuan pendidikan, hakikatnya terdiri dari dua elemen
penting yaitu: 1) penekanan pada "pengembangan semua potensi peserta
didik", dan 2) pergeseran fokus dari "pengetahuan dasar dan
pengembangan keterampilan dasar", nilai‐nilai atau pengembangan
sikap serta dari akuisisi doktrin politik‐ideologis ke pendekatan holistik
humanistik untuk pembangunan manusia seutuhnya.

2.2 Struktur Kurikulum berbasis Keanekaragaman dan Fleksibilitas


dalam Pendidikan
Batang tubuh kurikulum pendidikan dasar di Cina tergambar dalam
struktur kurikulumnya. Pada awal tahun 1980‐an,negara‐negara di Asia
dan Pasifik melakukan penerapan "kurikulum terintegrasi" dan
pembelajaran tematik interdisipliner terutama dalam ilmu pendidikan,
ilmu lingkungan dan pendidikan kesehatan. Di seluruh dunia telah terjadi
kecenderungan kurikulum yang lebih terintegrasi dalam pendidikan
dasar.

Struktur Kurikulum bisa ditafsirkan sesuai dengan bagaimana kurikulum


didefinisikan. Jika kurikulum dipahami sebagai proses merancang
pengaturan instruksional di mana peserta didik diaktifkan untuk
memperoleh pengalaman, maka struktur kurikulum menyiratkan
"elemen penting atau keterkaitan pengaturan instruksional yang
dirancang". Jika kurikulum adalah seperangkat mata pelajaran instruksi
plus "kurikulum tersembunyi" untuk belajar di luar mata pelajaran
formal, maka "struktur kurikulum" berarti pilihan mata pelajaran dan
keterkaitan mata pelajaran, atau organisasi dan koordinasi komponen
kurikulum.

Struktur kurikulum Cina memuat 3 hal yaitu:


• Peningkatan Kurikulum seimbang
- Keseimbangan yang lebih baik antara kurikulum berbasis disiplin,
kurikulum terpadu dan "kurikulum berbasis praktek yang
komprehensif"
- Skema kurikulum mempertahankan sejumlah kurikulum berbasis
disiplin, terutama untuk SMA, termasuk bahasa Cina, matematika,
dan bahasa asing; dan sebagai alternatif: fisika, kimia dan biologi
untuk sains. Upaya yang dilakukan adalah untuk membangun
keunggulan kurikulum berbasis disiplin (misalnya logika dan
integritas dalam mengorganisir pengetahuan, profesionalisme dan
keilmiahan sistemik untuk akuisisi belajar efektif). Sementara itu,
mata pelajaran berbasis disiplin dalam kurikulum diseimbangkan
dengan keterampilan kognitif dan nilai‐nilai dimensi konten
pendidikan dan mengalihkan fokus dari akuisisi pengetahuan untuk
pembangunan manusia secara holistik. Selain itu, pengetahuan
disiplin lebih terkait dengan pengalaman siswa dan kehidupan atau
praktek sosial.

- Kurikulum terpadu diterapkan di sekolah dasar dengan materi


karakter dan kehidupan, kebajikan moral dan masyarakat, seni dan
sains. Di SMP dan SMA kurikulum terpadu terdapat pada materi
Sejarah dan Masyarakat, sains dan seni.

3. Pembinaan Profesi Guru

Di Cina, guru atau para pengajar mendapat tempat yang sangat penting
di kehidupan masyarakat. Dengan demikian, sistem pendidikan
keguruan di Cina meningkat. Budaya Confisius sendiri berperan penting
dalam membentuk karakteristik orang Cina yang menghormati para
guru. Sehingga tidak mengherankan apabila guru mendapatkan posisi
dan strata yang penting dan mendapatkan kehormatan di negeri tirai
bambu tersebut.

Pendidikan guru adalah salah satu elemen penting dari sistem pendidikan
sosialis di Cina. Pendidikan guru menjadi salah satu tulang punggung
dalam kemajuan pendidikan di Cina selama 50 tahun terakhir. Perhatian
lebih telah ditunjukkan oleh pemerintah dalam bentuk kebijakan sebagai
bentuk keseriusan dalam membangun kualitas dan mutu guru yang
bertaraf internasional. Cina telah berhasil membangun sistem pendidikan
yang dewasa di berbagai level dan berbagai tipe untuk pendidikan
keguruan. Sistem tersebut juga sangat cocok dengan situasi dan kondisi
para guru di negara tersebut. Di Cina juga sudah tersedia institusi
pelatihan guru dan sistem regulasi lain yang bertaraf internasional.
Pendidikan guru di Cina ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni: pre‐service education dan in‐service
training. Di dalam pre‐service training, terdapat program 4 tahun di institusi pelatihan guru
(termasuk program universitas keguruan dan institut) dan program 3 tahun (termasuk program
training colleges dan sekolah pelatihan guru menengah).
)nstansi pendidikan ini memberikan pelatihan yang layak terhadap guru‐
guru untuk level‐level sekolah Taman Kanak‐kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah
Menengah Kejuruan, Universitas dan yang lainnya. In‐ service training
juga menyediakan instansi khusus untuk pelatihan guru‐guru di
pendidikan sekolah.

Program pelatihan para guru juga mendapat perhatian khusus dari


pemerintah. Banyaknya program‐program yang disediakan, seperti: TV
Program, Kelas Malam, Ujian Online dan masih banyak lagi merupakan
upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan mutu guru‐guru di
Cina.
BAB II
SISTEM PENDIDIKAN DI AMERIKA
A. Pendahuluan

Pendidikan bagi sebagian masyarakat sudah dianggap sebagai kebutuhan dasar dan
bukan lagi menjadi kebutuhan sekunder. Karena itu para orang tua berbondong-bondong
memasukkan anaknya di berbagai lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan
formal yang diselenggarakan atau diakreditasi oleh negara. Campur tangan dan intervensi
negara pada pendidikan sekolah formal tampaknya sering diabaikan oleh para orang tua.
Oleh sebab itu perlu adanya mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang
dewasa (masyarakat) setempat terhadap penyelengaraan pendidikan sekolah-sekolah formal
agar intervensi (kebijakan) negara dalam sektor pendidikan bermakna positif bagi generasi
berikutnya yang lebih handal, sekaligus untuk mengurangi terjadinya peluang
penyimpangan yang mungkin dilakukan negara dalam kegiatan intervensinya itu.
Di negara-negara demokrasi, kesadaran untuk mengawasi dan membatasi intervensi
pemerintah pada sektor pendidikan itu ditandai dengan dipilihnya asas desentralisasi dalam
pengambilan kebijakan (pengaturan) sektor pendidikan. Amerika Serikat adalah salah satu
Negara pelopor demokrasi. Sudah sejak lama kebijakan pendidikan di Amerika Serikat
menjadi tanggung jawab Pemerintah Negara Bagian (State) dan Pemerintah Daerah
(Distrik). Sebelumnya, Pemerintah Pusat memang mengintervensi kebijakan pendidikan,
sebagaimana yang terjadi sejak tahun 1872, dimana Pemerintah Pusat AS mengintervensi
kebijakan pendidikan dengan cara memberikan tanah negara kepada Negara Bagian untuk
pembangunan fakultas-fakultas pertanian dan teknik, membantu sekolah dengan program
makan siang, menyediakan pendidikan bagi orang-orang Indian, menyediakan dana
pendidikan bagi para veteran yang kembali ke kampus untuk menempuh pendidikan
lanjutan, menyediakan pinjaman bagi mahasiswa, menyediakan anggaran untuk keperluan
penelitian, pertukaran mahasiswa asing dan bantuan berbagai kebutuhan mahasiswa
lainnya, serta memberikan bantuan tidak langsung (karena menurut ketentuan Undang-
Undang Amerika Serikat pemerintah dilarang memberikan bantuan langsung) kepada
sekolah-sekolah agama dalam bentuk buku-buku teks dan laboratorium.
Namun semenjak masa Pemerintahan Presiden Ronald Reagen, intervensi
Pemerintah Pusat AS terhadap pendidikan mulai dikurangi. Hal ini terungkap dalam
kepercayaan Reagen bahwa pemerintah terlalu mencampuri kehidupan masyarakat. Ia ingin
mengurangi program-program yang menurutnya tidak dibutuhkan rakyat dengan
menghapus ”pemborosan, penipuan, dan penyalahgunaan.”3 Selanjutnya tanggung jawab
dan inisiatif kebijakan pendidikan diserahkan kepada Negara Bagian (setingkat Propinsi)
dan Pemerintah Daerah/Distrik (setingkat Kabupaten/Kota). Di Amerika Serikat terdapat
50 negara bagian dan 15.358 distrik. Jadi sebanyak itu lembaga yang diberi kewenangan
dan otonomi untuk mengelola pendidika
B. Tujuan Pendidikan Di Amerika
Sistem pendidikan di Amerika Serikat (AS) mencerminkan ciri dari sistem
pemerintahan di sana yaitu federal dengan desentralisasi melalui pemerintahan negara-
negara bagian (states). Penanggung jawab utama sistem pendidikan di sana adalah
departemen pendidikan pemerintah federal di Washington D.C, namun kegiatan sehari-hari
didelegasikan penuh kepada pemerintah setiap Negara bagian yang kemudian
mendelegasikannya lagi kepada Kantor Pendidikan Distrik (Public School District), dan
kepada badan-badan penyantun college dan universitas.
Sebagaimana dideskripsikan di atas bahwa karakteristik utama politik sistem
pendidikan Amerika Serikat adalah menonjolnya desentralisasi. Pemerintah Pusat sangat
memberi otonomi seluas-luasnya kepada Pemerintahdi bawahnya, yaitu Negara Bagian
dan Pemerintah Daerah (Distrik). Meskipun Amerika Serikat tidak mempunyai sistem
pendidikan yang terpusat atau yang bersifat nasional, akan tetapi bukan berarti tidak ada
rumusan tentang tujuan pendidikan yang berlaku secara nasional. Tujuan sistem pendidikan
Amerika secara umum dirumuskan dalam 5 poin sebagai berikut:
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman;
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi;
c. Untuk membantu pengembangan individu;
d. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat; dan
e. Untuk mempercepat kemajuan nasional.
Di luar 5 tujuan tersebut, Amerika Serikat mengembangkan visi dan missi
pendidikan gratis bagi anak usia sekolah untuk masa 12 tahun pendidikan awal, dan biaya
pendidikan relatif murah untuk tingkat pendidikan tinggi.

C. Manajemen Pendidikan AS
Manajemen pendidikan di AS dikembangkan berdasarkan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat Negara Bagian dan Pemerintah Daerah setempat. Hal ini dilakukan mengingat
AS adalah Negara dengan system desentralisasi. Di tingkat nasional (federal/pusat)
dibentuk satu departemen, yaitu Departemen Pendidikan Federal. Jadi meski dalam sistem
pendidikan di Amerika, sekolah adalah tanggung jawab pemerintah lokal, Deparemen
Pendidikan menyediakan kepeminpinan nasional untuk menjawab isu-isu penting dalam
pendidikan Amerika.4 Departemen ini dipimpin oleh seorang setaraf Sekretaris Kabinet.
Tugas departemen ini adalah melaksanakan semua kebijakan pemerintah federal dalam
sektor pendidikan di semua tingkatan pemerintahan dan untuk semua jenjang pendidikan.
Tetapi, karena sebagian besar kewenangan dan tanggung jawab pendidikan sudah
diserahkan kepada Negara Bagian dan Pemerintah Daerah, maka Departemen Pendidikan
Federal hanya menjalankan monitoring dan pengawasan saja.
Di tingkat Negara Bagian dibentuk sebuah badan yang diberi nama Board of
Education. Badan ini bertugas dan berfungsi membuat kebijakan- kebijakan serta
menentukan anggaran pendidikan untuk masing-masing wilayah (Negara Bagian) nya,
khususnya berkenaan dengan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Selanjutnya,
untuk menangani permasalahan yang berkaitan dengan hal-hal yang lebih teknis (yaitu;
tentang kurikulum sekolah, penentuan persyaratan sertifikasi, guru-guru, dan pembiayaan
sekolah) dibentuk sebuah bagian pendidikan yang disebut sebagai comissioner, sering juga
disebut sebagai superintendent Bagian ini dipimpin oleh seorang yang ditunjuk oleh Board
of Education atau oleh Gubernur.
Untuk beberapa Negara Bagian, pimpinan Bagian Pendidikan ini dipilih oleh
masyarakatada. Sementara itu pada level operasional, pelaksanaan manajemen pendidikan
dijalankan oleh unit-unit yang lebih rendah, bahkan banyak secara langsung dilaksanakan
oleh masing-masing sekolah yang bersangkutan. Para pimpinan atau Kepala Sekolah pada
prinsipnya memiliki kebebasan dan otonomi yang luas untuk menjalankan manajemen
operasional pendidikan. Khusus untuk menangani kebijakan Pendidikan Tinggi,
manajemenpendidikan Amerika Serikat yang dikembangkan oleh Negara-Negara Bagian
memisahkan antara Badan yang memberi izin pendirian Perguruan Tinggi (Negeri dan
Swasta) dengan Badan yang merumuskan kebijakan akademik serta keuangan. Badan yang
menangani kebijakan akademik dan keuangan untuk pendidikan Tinggi adalah board of
trustees. Untuk Perguruan Tinggi Negeri anggota badan tersebut ditunujuk oleh Gubernur
Negara Bagian. Ada juga yang dipilih dari dan oleh kelompok yang akan diwakili.
Sedangkan untuk Perguruan Tinggi Swasta anggota badan tersebut dipilih dari perguruan
tinggi masing-masing.

D. Pendanaan Pendidikan AS
Sumber pendanaan pendidikan di Amerika, khususnya pendidikan dasar dan
menengah, yang lebih dikenal dengan public schools, berasal dari Anggaran Pemerintah
Pusat (Federal), Anggaran Pemerintah Negara Bagian dan Anggaran Pemerintah Daerah.

E. Isu-isu Pendidikan AS
Pada dekade 1990-an, Departemen Pendidikan memfokuskan pada isu- isu berikut:
meningkatkan standar seluruh siswa, memajukan pengajaran, melibatkan orangtua dan
keluarga dalam pendidikan anak, penciptaan sekolah yang aman, disiplin dan bebas
narkoba, mempererat hubungan antara sekolah dan dunia kerja, meningkatkan akses
bantuan financial untuk para siswa agar dapat kuliah dan menerima pelatihan, serta
membantu seluruh siswa agar melek teknologi. 5
Menurut hasil studi perbandingan yang dilakukan oleh Agustiar Syah Nur (2001),
seperti dikutip oleh Ulul Albab; ada beberapa isu dan masalah pendidikan yang dialami
pemerintah dan masyarakat Amerika Serikat, antara lain:

a. Banyaknya anak usia sekolah yang tidak diasuh langsung oleh orang tua mereka,
karena adanya dinamika perubahan social masyarakat AS yang umumnya baik sang
ibu atau sang ayah memiliki kesibukan yang sangat tinggi di luar rumah. Hal ini
akan menjadi permasalahan yang serius bagi perkembangan social anak dilihat dari
aspek psikis dan emosional.
a. Tingginya tingkat perceraian, yang mengakibatkan banyaknya anak-anak usia
sekolah yang hanya diasuh oleh sang ibu sebagai single-parent dalam rumah tangga.
Tidak sedikit janda cerei di AS yang terpaksa harus berporfesi rendahan dan kasar.
Hal ini jugamempengaruhi perkembangan social anak-anak mereka.
b. Tingginya tingkat imigrasi yang umumnya berasal dari kalangan tidak mampu dan
tidak terdidik, yang karenanya banyak diantara mereka yang tidak memperoleh
pekerjaan yang layak. Hal ini menyebabkan masalah pendidikan anak-anak dari
keluarga imigran tidak dapat teratasi. Ditambah lagi faktor bahasa dari kalangan
imigran yang menyulitkan bagi anak-anak imigran itu sendiri jika mereka mendapat
akses pendidikan.
c. Dari berbagai monitoring dan evaluasi pendidikan yang dilakukan oleh berbagai
badan resmi AS sendiri, ternyata kualitas pendidikan dan lulusan sekolah di AS
masih kalah dibandingkan dengan negara-negara lain dalam standar internasional.
Banyak anak-anak yang drop-outs dan tingginya kekerasan oleh anak-anak.

F. Reformasi Pendidikan AS
Karena adanya berbagai permasalahan tersebut, pemerintah AS sejak tahun 1990
mencanangkan reformasi pendidikan. Nampaknya George Bush masih melanjutkan
kebijakan Reagen bahwa terdapat industri swasta serta pemerintah local dan Negara bagian
turut menanggung biaya kebijakan pemerintah. Pada tahun tersebut Presiden AS George H.
B. Bush beserta seluruh Gubernur Negara Bagian (saat itu Bill Clinton termasuk menjadi
salah satu Gubernur Negara Bagian) menyetujui reformasi pendidikan dengan
mencanangkan 6 tujuan nasional pendidikan AS yang baru. Yaitu:
b. Pada tahun 2000, seluruh anak di AS di waktu mulai masuk sekolah dasar sudah siap
untuk belajar.
c. Pada tahun 2000, tamatan sekolah menengah naik sekurang-kurangnya 90%.
d. Pada tahun 2000, murid-murid di AS yang menyelesaikan pendidikannya pada “grade
4, 8 dan 12” mampu menunjukkan kemampuannya dalam mata pelajaran yang
menantang, yaitu bahasa inggris, matematika, sains, sejarah, dan geografi. Setiap
sekolah di AS harus mampu menunjukkan bahwa anak- anak dapat menggunakan
pikirannya dengan baik, sehingga mereka siap menjadi warga negara yang baik, siap
untuk memasuki pendidikan yang lebih tinggi, serta siap pula untuk pekerjaan yang
produktif dalam perekonomian modern.
e. Pada tahun 2000, siswa-siswa AS adalah yang terbaik di dunia dalam bidang sains dan
matematika.
f. Pada tahun 2000, setiap orang dewasa AS dapat membaca dan menulis, memiliki ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing dalam ekonomi global,
serta dapat melaksanakan hak dan tanggung jawabnya sebagai warga negara.
g. Pada tahun 2000, setiap sekolah di AS harus bebas dari obat-obat terlarang dan
kekerasan, serta dapat menciptakan suasana lingkungan yang mantap dan aman
sehingga kondusif untuk belajar.
Pokok-pokok reformasi tersebut dimaksudkan sebagai pegangan dalam membuat
kebijakan-kebijakan pendidikan yang sudah harus segera diimplementasikan dan hasilnya
sudah harus kelihatan pada tahun 2000. Dan memang itulah yang terjadi di AS. Pokok-
pokok reformasi pendidikan itu akhirnya ditindak lanjuti dengan berbagai kreasi kebijakan
pendidikan di tingkat negara bagian dan pemerintah derah. Gerakan reformasi pendidikan
di kalangan Gubernur itu dipelopori oleh Gubernur Bill Clinton dan Lamar Alexander di
masing-masing negara bagiannya. Gebrakan yang dilakukan adalah:
a. Meningkatkan persyaratan untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan
b. Melaksanakan test standar untuk mengukur keberhasilan siswa
c. Menjalankan sistem penilaian yang ketat terhadap guru sejalan dengan pembenahan
jenjang karir bagi guru-guru
d. Memperbesar tambahan dana dari negara bagian bagi sekolah sekolah. Tambahan dana
baru ini pada umumnya dipakai untuk meningkatkan gaji guru yang kala itu masih
berada pada taraf sangat rendah.
Akhirnya AS benar-benar memperoleh kemajuan di bidang pendidikan, sehingga
ketika Bill Clinton menjadi Presiden AS, keberhasilan AS dalam mengembangkan
kebijakan pendidikan mendapat perhatian khusus.
BAB III
PENUTUP

1. Berdasarkan uraian tersebut pendidikan menjadi hal yang pastinya sangat di


perhatikan oleh pemerintah China dimana disana dikelola oleh SEDC dengan sangat
baik dengan tujuan untukmembuat masyarakat disana sejahtera dengan mendapatkan
hak nya untuk belajar dimulai dari ketika kecil sampai dewasa nanti sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Negara Cina, mereka mempunyai sistem pendidikan yang fleksibel dan lebih
menekankan sekolah untukmengembangan potensi yang terdapat pada diri
siswa supaya dapat belajar dengan nyaman sehingga mendapatkan hasil yang
maksimal. Dimana sistemnya terdiri daripendidikan dasar, pendidikan menengah atau
kejuruan, pendidikan tinggi, pendidikan dewasa, dan pendidikan literasi. Adapun
dalam sistem pendidikannya, mereka tidak hanya memperhatikan potensi dan
pengembanganpada siswanya akan tetapi tenagapengajarnya juga sangat diperhatikan
baik dari kualitas maupun kesejahteraannya. Serta negara Cina mempunyai dasar
hukum dalam menjaga kestabilan sistempendidikannya.
3. Dari deskripsi kebijakan pedidikan yang diambil pemerintah Amerika Serikat,
tentunya banyak hal yang mungkin saja dapat diambil sisi-sisi yang sekiranya baik
untuk dijadikan referensi dalam rangka meningkatkan kualitas sistem pendidikan di
negara kita. Ternyata sudah menjadi kultur budaya yang sangat mengakar dalam
sejarah AS bahwa pendidikan menjadi tugas bagi keluarga dan masyarakat. oleh
karena itu masyarakat tidak mau kalau pendidikan diatur oleh pemerintah pusat,
bahkan oleh pemerintah negara bagian, bahkan oleh pemerintah lokal sekalipun.
Masyarakat merasa memiliki hak yang sangat kuat untuk menentukan sistem
pendidikan seperti apa yang paling tepat untuk masyarakat mereka. Mereka
menganggap tantangan yang dihadapi oleh setiap komunitas tidaklah sama, jadi sistem
pendidikan juga tidak boleh atau tidak perlu disamakan antara satu kota dengan kota
lain, antara satu state dengan state lain. Kita melihat masih terlalu banyak problema
dan ketidakpuasan diseputar persoalan pendidikan ini, tetapi sebagai bangsa yang
besar dan sudah tua mereka sangat berpengalaman dalam memberikan respon yang
cepat dan tepat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi. Karakter
ini sudah menjadi budaya bangsa Amerika yang perlu kita pelajari untuk kita ambil
manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Richard Hofstadter, dkk. 2004. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Deplu AS. –
Richard C. Schroeder. 2000. Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Deplu AS.
Richard N. Current. 1965. American History: A Survey. New York: Alfred A. Knopft. Tadashi
Fukutake. 1988. Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Sumber dari
Internet:
Kebijakan Pendidikan di Amerika Serikat
http://hendronurprasetyo.blogspot.com/2007/07/sistem-pendidikan-di-amerikaserikat.html
http://www.unitomo.ac.id/artikel/ululalbab/edu_policy/babempat.pdf
Arief, A. S., Putri, S. E., Suroso, A., Syakhrani, A. W., & Rahmini, N. (2021). Digital
Technology Management Challenges in Marketing Local Farm Products in Developing
Countries: Analysis of International Publication Findings. Jurnal Iqra': Kajian Ilmu Pendidikan, 6(2),
96- 107.
Aslan, A. (2018). Kajian Kurikulum Fiqih Pada Madrasah Aliyah Di Kabupaten Sambas Kalimantan
Barat Pada Masyarakat Perbatasan. Madinah: Jurnal Studi Islam, 5(2), 115-124.
Basir, A., Syakhrani, A. W., Wirawan, V., Harahap, A., & Widjaja, G. (2021). Support for
Islamic Understanding from Families Information of Piety for The Millennial Generation.
Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 434-446.
Ekasari, S., Manullang, S. O., Syakhrani, A. W., & Amin, H. (2021). Understanding Islamic
Education Management in Digital Era: What Experts Say. Nidhomul Haq: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam, 6(1), 127-143.

Anda mungkin juga menyukai