Anda di halaman 1dari 12

1.

Sistem Pendidikan Cina

Kurikulum pendidikan dasar sampai menengah Cina mengalami perubahan


kurikulum sebanyak 7 kali sejak berdirinya Republik Rakyat Cina. Perubahan kurikulum
merupakan tuntutan yang dibutuhkan agar Cina menyesuaikan dengan kebijakan ekonomi
dan pasar kerja domestik maupun global (Wang Dinghua. 2006). Pada perubahan
kurikulum ketujuh‐kali‐nya tahun 2007, pemerintah sangat terbuka terhadap hasil penelitian
di bidang pendidikan dan masukan dari praktisi pendidikan, pengusaha dan orang tua serta
masyarakat peduli pendidikan baik dari tingkat kecamatan maupun tingkat nasional.

Reformasi kurikulum dimulai melalui survey studi secara nasional yang


dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dengan
subyek pengamatan pada 16.000 siswa, 2000 guru dan kepala sekolah di 9 provinsi yang
mewakili peta demografi Cina. Selain itu, juga dilakukan studi komparatif dengan
kurikulum di negara Inggris, Amerika, Kanada, Australia, Korea Selatan, Thailand, Rusia,
Swedia, Finlandia, Selandia Baru, Jepang, India, Brasil dan Mesir. Upaya studi komparatif ini
dilakukan untuk memperoleh wawasan yang luas untuk para penyusun kurikulum dalam
peningkatan kualitas kurikulum pendidikan dasar‐menengah. Struktur Pendidikan Cina.

Wajib belajar di Cina berlangsung selama 9 tahun, Pendidikan dasar Cina terdiri
dari 3 tahun PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), 6 tahun pendidikan dasar, 3 tahun
pendidikan menengah pertama, dan 3 tahun pendidikan menengah atas. Ada pula
pendidikan tinggi setingkat akademi 2‐3 tahun, pendidikan tinggi kejuruan teknik 4 tahun,
pendidikan gelar sarjana 4 tahun, pendidikan gelar magister 2‐3 tahun, dan pendidikan
doktor 3 tahun.
Tujuan pendidikan nasional Cina adalah untuk mempersiapkan pelajar mengembangkan
dirinya dalam dimensi moral, intelektual, fisik, dan estetika sesuai dengan bidang
pekerjaannya kelak agar menjadi pekerja sosialis yang memiliki idealisme, terdidik dan
berbudaya serta memiliki karakter yang kuat dan disiplin (Wenjing. 2006).

Setelah menyelesaikan pendidikan wajib belajar 9 tahun, siswa menempuh ujian nasional
untuk memasuki pendidikan menengah atas yang terdiri 3 kategori, yaitu:
1. Sekolah Menengah Atas (SMA) Umum, merupakan sekolah menengah atas yang
mempersiapkan siswanya memasuki jenjang pendidikan tinggi.
2. SMA Spesialis/Teknik, sekolah menengah atas yang mempersiapkan siswanya dengan
keterampilan dan diklat khusus dibidang teknik yang siap terjun di dunia kerja. Lulusan
sekolah ini diperbolehkan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. SMA Vokasi/Profesional, sekolah menengah atas yang mempersiapkan siswanya
dengan keterampilan dan diklat khusus di bidang vokasi yang siap terjun di dunia kerja.

Tabel 1.1 Deskripsi Tipe‐tipe Sekolah di Cina

N Tipe Sekolah Lama Usia Ijaza


o Belajar h

1 Pendidikan Anak Usia 3 tahun Usia 3‐5 ‐


Dini tahun
Usia 6 – 12
2 Pendidikan Dasar 6 tahun ‐
tahun
Pendidikan Menengah Usia 12 –
3 3 tahun ‐
Pertama 15
tahun
Usia 15‐18 Diberikan
4 Pendidikan Menengah 3 tahun
Atas tahun Ijazah SMA

Pendidikan Menengah Usia 15 – Diberikan


6 3 tahun
Atas 19 Ijazah SMK
Spesialisasi tahun
Pendidikan menengah terbagi dalam dua kategori yaitu pendidikan menengah umum dan
vokasi/teknik.
a. Dasar Hukum Pendidikan Cina

Sejak pertengahan tahun 1980‐an telah dihasilkan produk hukum yang


memayungi pelaksanaan pendidikan di Cina. Pemerintah menggunakan produk hukum ini
untuk mengalokasikan dana pendidikan, perencanaan pendidikan, evaluasi penyelenggaraan
pendidikan, pengaturan kebijakan pendidikan, pelayanan informasi, dan pengawasan
pelayanan pendidikan. Produk hukum yang dimaksud adalah seperti:
1. School Act
2. Educational Examination Act
3. Educational Investment Act
4. Lifelong Learning Act
5. Compulsory Education Law
6. Education Law
7. Teacher Act
8. Higher Education Act
9. Academic Degrees Regulations
10. Private and Non‐Governmental Education Promotion Act
11. National Act on Language and Scrip System
12. Regulation on China‐Foreign Joint Education Institutions and Programmes

Beberapa peraturan perundangan merupakan hasil dari diskusi mendalam antara


pemerintah pusat dengan para pemangku kepentingan, pengambil kebijakan, ahli, dosen
universitas, dan guru sekolah.

b. Perkembangan Pendidikan Swasta

Pendirian pendidikan swasta dimungkinkan di Cina berdasarkan pada peraturan


perundangan “the Private and Non Governmental Education Act of the People’s Republic of Cina
and the Regulations on Implementation of the Act”. Pihak swasta dapat berperan dengan
memberikan sumbangan fasilitas, dana, manajemen dalam pengelolaan pendidikan dan
memberi pilihan pendidikan lain yang bisa dijadikan pertimbangan bagi masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya.

c. Sistem Penganggaran Pendidikan

Cina telah melaksanakan pembangunan sistem pendidikan dengan


menganggarkan dana investasi yang besar pada sektor pendidikan seperti membantu siswa
memperoleh layanan pendidikan yang sama (Yu Xing‐guo. 2006). Kebijakan ini terutama
diperuntukkan bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin dengan memberikan skema
bantuan berupa pinjaman pendidikan yang dibayar setelah memperoleh pekerjaan tetap
dengan gaji minimal 1000 yuan per‐bulan, biaya pendampingan, beasiswa, subsidi
pendidikan, pembebasan biaya sekolah, dan pengurangan biaya sekolah. Pada tahun 2013,
sekitar 23.878.200.000,‐ Yuan disediakan untuk 11,02 juta mahasiswa dari keluarga miskin
untuk memperoleh pendidikan tinggi.

d. Sistem Manajemen Sekolah

Pelaksanaan pendidikan wajib belajar dipimpin oleh State Council yang


dilaksanakan oleh pemerintah daerah di mana manajemen pelaksanaannya dibagi ke
pemerintah provinsi, dan kabupaten/kota/kecamatan. Pengaturan manajemen pelaksanaan
wajib belajar ini juga meliputi sistem pendanaan yang ditanggung oleh pemerintah daerah.
Sistem administrasi pendidikan tinggi dilakukan di pemerintah pusat dan provinsi,
dimana pemerintah provinsi memiliki tanggung‐jawab terbesar dalam manajemen
pendidikan tinggi. Sistem administrasi pendidikan teknik dan kejuruan secara keseluruhan
merupakan tanggung jawab State Council, namun tanggung jawab terbesar terletak pada
pemerintah daerah yang berkoordinasi dengan sektor swasta, industri, pengusaha, dan
perusahaan dengan harapan bahwa pendidikan keahlian yang diajarkan berorientasi pada
keterampilan dasar yang sesuai dengan dunia usaha dan pasar kerja.

e. Kurikulum Pendidikan

Di negara yang memiliki populasi besar seperti Cina adalah tidak mudah
mengorganisasi sekolah‐sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar sampai
menengah, namun demikian Cina sukses memaksa 85% penduduk usia sekolah mengenyam
pendidikan wajib belajar di tahun 2000 dan meningkat mencapai 93% di tahun 2004.

 Tujuan

Untuk memenuhi tuntutan “peradaban berbasis pengetahuan” (knowledge‐driven


civilization) sebagai jawaban terhadap tantangan di abad 21, pemerintah Cina mengubah
tujuan kurikulum sesuai harapan masyarakat Cina. Contoh dari perubahan tujuan kurikulum
adalah dengan menciptakan generasi berwawasan luas, yang memungkinkan setiap individu
untuk menemukan, menggali dan memperkaya potensi kreatif‐nya, serta menemukan
kelebihan individualnya.

Pendidikan di Cina selama dua dekade terakhir telah dipandu oleh prinsip dasar, yang
diusulkan oleh Deng Xiaoping, bahwa pendidikan harus berorientasi modernisasi, ke dunia
luar, dan ke masa depan. Tujuan pendidikan adalah "mengaktifkan siswa untuk belajar
dengan cara yang aktif dan hidup serta berkembang secara moral, intelektual, dan fisik dengan
cara pengembangan semua potensi dan untuk mempersiapkan generasi baru yang memiliki
cita‐cita, kebajikan moral yang dididik dalam disiplin". Tujuan pendidikan, hakikatnya
terdiri dari dua elemen penting yaitu: 1) penekanan pada "pengembangan semua potensi
peserta didik", dan 2) pergeseran fokus dari "pengetahuan dasar dan pengembangan
keterampilan dasar", nilai‐nilai atau pengembangan sikap serta dari akuisisi doktrin
politik‐ideologis ke pendekatan holistik humanistik untuk pembangunan manusia
seutuhnya.

Secara rinci tujuan kurikulum yang dijabarkan di atas tertuang dalam falsafah Su‐Shi‐
Jiao‐Yu yang merupakan perwujudan pendidikan berorientasi kualitas. Berikut tujuan
kurikulum yang dimaksud:
1. Mengembangkan rasa patriotisme, kolektivisme, cinta sosialisme, dan pelestarian tradisi
budaya nasional;
2. Mengembangkan kesadaran/rasa demokrasi sosialis dan taat aturan hukum serta
mematuhi hukum dan norma‐norma sosial;
3. Mengembangkan cara pandang hidup sehat dan bertumpu pada nilai‐nilai kehidupan;
4. Mengembangkan rasa tanggung‐jawab sosial dan kewajiban untuk melayani rakyat;
5. Membudayakan semangat kreatifitas, kemampuan praktek, kompetensi ilmiah dan
humanistik dan kesadaran lingkungan;
6. Mengembangkan dasar pengetahuan, keterampilan dan pendekatan untuk belajar
sepanjang hayat; dan
7. Mengembangkan tubuh yang sehat, kualitas psikologis yang solid, apresiasi estetika dan
cara‐cara hidup sehat.
f. Struktur Kurikulum berbasis Keanekaragaman dan Fleksibilitas dalam
Pendidikan

Pada awal tahun 1980‐an,negara‐negara di Asia dan Pasifik melakukan penerapan


"kurikulum terintegrasi" dan pembelajaran tematik interdisipliner terutama dalam ilmu
pendidikan, ilmu lingkungan dan pendidikan kesehatan. Di seluruh dunia telah terjadi
kecenderungan kurikulum yang lebih terintegrasi dalam pendidikan dasar. Struktur
Kurikulum bisa ditafsirkan sesuai dengan bagaimana kurikulum didefinisikan. Jika kurikulum
dipahami sebagai proses merancang pengaturan instruksional di mana peserta didik
diaktifkan untuk memperoleh pengalaman, maka struktur kurikulum menyiratkan "elemen
penting atau keterkaitan pengaturan instruksional yang dirancang".
Struktur kurikulum Cina memuat 3 hal yaitu:
 Peningkatan Kurikulum seimbang
Keseimbangan yang lebih baik antara kurikulum berbasis disiplin, kurikulum terpadu
dan "kurikulum berbasis praktek yang komprehensif".
Skema kurikulum mempertahankan sejumlah kurikulum berbasis disiplin, terutama
untuk SMA, termasuk bahasa Cina, matematika, dan bahasa asing; dan sebagai alternatif:
fisika, kimia dan biologi untuk sains. Upaya yang dilakukan adalah untuk membangun
keunggulan kurikulum berbasis disiplin (misalnya logika dan integritas dalam
mengorganisir pengetahuan, profesionalisme dan keilmiahan sistemik untuk akuisisi belajar
efektif). Sementara itu, mata pelajaran berbasis disiplin dalam kurikulum diseimbangkan
dengan keterampilan kognitif dan nilai‐nilai dimensi konten pendidikan dan mengalihkan
fokus dari akuisisi pengetahuan untuk pembangunan manusia secara holistik. Selain itu,
pengetahuan disiplin lebih terkait dengan pengalaman siswa dan kehidupan atau praktek
sosial.
 Peningkatan Kurikulum terpadu
Kurikulum di Cina berdasarkan pada disiplin ilmu berbasis konten dan terkotak
tanpa interaksi antara domain pembelajaran. Salah satu tujuan dari kurikulum pendidikan
dasar adalah untuk meningkatkan integrasi konten kurikulum yang relevan dan
mempromosikan pembelajaran antar‐disiplin.
Peningkatan integrasi dalam struktur kurikulum pendidikan dasar dilakukan melalui cara
berikut: Kurikulum sekolah dasar (terdiri dari mata pelajaran terpadu): Untuk kelas rendah
(kelas 1 s.d 4), mata pelajaran terdiri dari pendidikan Karakter Moral dan Kehidupan,
Bahasa Cina (sebagai bahasa ibu), Matematika, Pendidikan Jasmani, Seni (atau Musik, Seni
Rupa). Sedangkan untuk kelas atas (kelas 5 s.d 6), mata pelajaran terdiri dari pendidikan
Karakter Moral dan Masyarakat, Bahasa Cina & Sastra, Matematika, Sains, Bahasa Asing,
Kegiatan Praktek Komprehensif, Pendidikan Jasmani, Seni (atau Musik, Seni Rupa).
Kurikulum SMP terdiri dari kedua mata pelajaran berbasis disiplin dan terintegrasi,
termasuk Agama dan Karakter Moral, Sastra dan Bahasa Cina, Matematika, Bahasa Asing,
Sains (Fisika, Kimia, Biologi), Sejarah dan Masyarakat (Sejarah, Geografi), Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, Seni (Musik, Seni rupa) dan Kegiatan Praktek Komprehensif.
Pemerintah daerah dan sekolah didorong untuk memilih mata pelajaran yang terintegrasi
dan menawarkan lebih banyak pilihan.
 Peningkatan Kurikulum Pilihan
Diberlakukannya kurikulum pilihan dalam struktur kurikulum Cina bertujuan untuk
menanggapi kesenjangan besar antara daerah pedesaan dan perkotaan, antara wilayah timur
dan barat, antara etnis mayoritas dan minoritas, dan antar sekolah dalam wilayah atau kota
yang sama, dalam hal perencanaan kurikulum, implementasi dan manajemen. Struktur
kurikulum sebelumnya dalam pendidikan dasar sangat sentralistik, ditandai dengan
keseragaman hal yang berbanding terbalik dengan kebutuhan belajar murid dengan kondisi
sosial‐ekonomi dan budaya yang beragam. Peningkatan "kurikulum pilihan" berarti
menawarkan mata pelajaran yang lebih elektif dan memfasilitasi otonomi yang lebih luas
dalam adaptasi kurikulum dengan konteks lokal atau spesifik dan partisipasi yang lebih aktif
dalam kurikulum terutama pada proses pengambilan keputusan oleh otoritas lokal, sekolah,
guru dan murid.
2. Pembinaan Profesi Guru
a. Kondisi Pendidikan Keguruan Di Cina

Gambar 4.1 Struktur Pendidikan Keguruan di Cina

Di Cina, guru atau para pengajar mendapat tempat yang sangat penting di kehidupan
masyarakat. Budaya Confisius sendiri berperan penting dalam membentuk karakteristik
orang Cina yang menghormati para guru. Sehingga tidak mengherankan apabila guru
mendapatkan posisi dan strata yang penting dan mendapatkan kehormatan di negeri tirai
bambu tersebut
Pendidikan guru di Cina ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni: pre‐service education
dan in‐service training. Di dalam pre‐service training, terdapat program 4 tahun di
institusi pelatihan guru (termasuk program universitas keguruan dan institut) dan
program 3 tahun (termasuk program training colleges dan sekolah pelatihan guru
menengah). Instansi pendidikan ini memberikan pelatihan yang layak terhadap
guru‐guru untuk level‐level sekolah Taman Kanak‐kanak, Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan,
Universitas dan yang lainnya. In‐ service training juga menyediakan instansikhusus
untuk pelatihan guru‐guru di pendidikan sekolah.
Pendidikan Pre‐Service

Pendidikan Pre‐service adalah pelatihan yang diwajibkan oleh pemerintah Cina


untuk proses pelatihan dan seleksi seorang guru. Lembaga resmi yang ditunjuk oleh
pemerintah dalam mengatur program Pre‐service education di Cina dibagi menjadi
2, yaitu: institut atau universitas keguruan, dan intansi pendidikan resmi lainnya.
Instansi atau universitas keguruan sendiri dibagi menjadi 2, yaitu: instansi
keguruan tinggi dan instansi keguruan menengah. Instansi keguruan tinggi
meliputi 4 instansi, yaitu: universitas keguruan, institut atau college keguruan,
sekolah keguruan untuk kejuruan, sekolah spesialis diploma keguruan dan sekolah
spesialis diploma keguruan untuk kejuruan. Sedangkan instansi keguruan
menengah dibagi menjadi 2, yaitu: sekolah keguruan menengah umum dan
sekolah keguruan menengah luar biasa. Instansi pendidikan resmi lainnya di Cina
meliputi 2 instansi, yaitu: kursus keguruan umum dan kursus keguruan untuk
kejuruan.

Pendidikan In‐Service

Pendidikan in‐service adalah pendidikan yang wajib dilakukan oleh setiap


guru untuk mempertahankan jenjang karirnya. Lewat pendidikan in‐service
pulalah, guru baru bisa mendapatkan kenaikan pangkat dan kenaikan gaji. Oleh
karena itu, peran yang dimainkan instansi yang mengurus in‐service education
sangatlah besar. Sebagai catatan, pendidikan in‐service adalah program yang wajib
diambil oleh para guru. Akan tetapi, terlepas guru terkait mengikuti program
pendidikan in‐service atau tidak, mereka tetap harus mengikuti evaluasi akhir
tahun untuk mempertahankan statusnya sebagai guru.
b. Rekrutmen Guru

Rekrutmen guru di Cina resmi dilakukan oleh pemerintah, meskipun dalam


pelaksanaannya pemerintah banyak memberikan otonomi kepada setiap sekolah.
Akan tetapi, beberapa hal utama seperti masalah kualifikasi dan masalah gaji masih
ditangani secara langsung oleh pemerintah pusat. Berikut ini adalah beberapa info
utama mengenai rekruitmen guru di Cina:
Tabel 4.3 Kualifikasi Guru pada Tiap Jenjang Pendidikan di Cina
Strata
Kualifik
Pendidika asi
n

Pendidikan TK lulusan dari sekolah keguruan TK atau tingkat di atasnya


lulusan dari sekolah keguruan tingkat dasar atau tingkat di
Pendidikan SD atasnya

lulusan dari sekolah keguruan tingkat atas atau dari


Pendidikan pendidikan keguruan dalam sistem perguruan tinggi
SMP atau universitas
lulusan dari sebuah perguruan tinggi resmi atau dari
pendidikan keguruan selama 4 tahun dalam sistem
Pendidikan perguruan tinggi atau universitas; Adapun kualifikasi dan
SMA, SMK penetapan standar untuk menjadi guru di sekolah
menengah kejuruan tingkat menengah dan atas atau sekolah
teknik akan diatur oleh departemen administratif
terkait di bagian pendidikan.

Pendidikan menyelesaikan program sarjana atau program pasca sarjana


Tinggi mereka sesuai dengan peraturan terkait

Pendidikan lulusan dari lembaga pendidikan tinggi, tergantung pada


orang dewasa tingkat dan standar dari kategori pendidikan orang dewasa
terkait
c. Pengembangan Profesi Guru

Guru adalah kekuatan utama perubahan pendidikan yang signifikan dan


berperan aktif dalam reformasi kurikulum. Dalam memfasilitasi dan melaksanakan
kurikulum yang berpusat pada peserta didik dan proses belajar‐mengajar, peran guru
tidak berkurang, tetapi diintensifkan dalam bentuk yang berbeda. Salah satu tujuan
dari pelaksanaan kurikulum di Cina adalah "untuk mengubah implementasi
kurikulum dari penekanan berlebihan pada pembelajaran reseptif, dari menghafal
dan pengulangan, ke bentuk yang berpartisipasi aktif, praktikum mandiri, dan
mengembangkan peserta didik dalam hal mengumpulkan dan mengolah informasi,
memperoleh pengetahuan baru, memecahkan masalah dan melakukan komunikasi".
Sementara itu perubahan dalam "proses belajar mengajar" menjadi fokus
dari kurikulum, di mana guru diberi tugas untuk memfasilitasi pembelajaran aktif
dan mandiri, untuk berinteraksi secara aktif dengan murid dan berkembang
bersama mereka, untuk menghormati kepribadian murid dan perbedaan individu
dalam kebutuhan belajar yang beragam, untuk menciptakan lingkungan pendidikan
dengan partisipasi aktif peserta didik dan kapasitas dalam menerapkan
pengetahuan yang dipelajari, dan akhirnya untuk memfasilitasi setiap peserta
didik untuk mengembangkan potensi sebagai manusia seutuhnya.
Dalam mencapai tujuan kurikulum tersebut, guru diharapkan menjadi peserta aktif
selama proses perubahan kurikulum, menjadi penyambung lidah dari filosofi dan
prinsip‐prinsip kurikulum tersebut, untuk menjadi pelaksana yang efektif dalam
perubahan kurikulum yang direncanakan, dan menjadi evaluator prestasi peserta
didik. Guru juga berkewajiban untuk menggunakan teknologi informasi sebagai
alat pembelajaran dan mengintegrasikan teknologi dengan pedagogi dalam proses
belajar mengajar untuk perubahan dalam isi pengajaran, gaya belajar dan interaksi
guru‐ murid.
Pelatihan dan pengembangan profesionalisme guru dengan demikian telah
menjadi prasyarat dan kata kunci dalam proses pelaksanaan kurikulum.
Praktek‐praktek inovatif yang sukses dalam membangun kapasitas guru untuk
pelaksanaan kurikulum meliputi:
 Pelatihan guru di tingkat lokal dan nasional
Kementerian Pendidikan membuat kebijakan yaitu seorang guru harus melalui
pelatihan sebelum menduduki jabatannya atau pekerjaan. Tanpa melalui
pelatihan yang dibutuhkan, guru tidak diperkenankan menduduki jabatannya
atau pekerjaan tersebut.
 Mengembangkan sistem kelembagaan Sekolah Berbasis Proyek Pengajaran‐
Penelitian (School‐based research‐teaching)
Sistem kelembagaan ini telah memainkan peran besar dalam membimbing
guruuntuk merefleksikan diri pada praktek pengajaran mereka, untuk
memecahkan masalah melalui penelitian, dan untuk pengembangan guru
melalui pembelajaran profesional.
 Pengorganisasian Jaringan Penelitian Guru berbasis Internet dan Pelatihan
Jarak jauh
Dalam memanfaatkan potensi besar teknologi informasi‐komunikasi sebagai
alat belajar mengajar, sebagai sumber daya pendidikan, dan sebagai alat
perubahan pendidikan, pemerintah Cina melakukan investasi besar dalam
menerapkan Sekolah Pedesaan Jarak Jauh Modern dengan total investasi
sebesar satu miliar Yuan RMB (setara dengan lebih dari USD $ 14.000.000)
Daftar rujukan

Gao Xia. 2006. Comparative Research on Education Reform and Curriculum


Change: Re‐design of Instructional Time in Compulsory Education.
Reference report. (in Chinese).

Wang Dinghua. 2006. The Development of Basic Education in Rural China: Issues
and Problems. A presentation to the International Forum on
Contemporary Rural Development in China.

Yu Xing‐guo. 2006. The Status Quo of School Teachers and Teacher Education in
Rural China, a report to FAO. (in Chinese).

Anda mungkin juga menyukai