oleh:
Pepen Permana
NIM: 0809734
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Illahi Rabbi karena atas
kehendak-Nya penyusunan makalah Fungsi Filsafat dalam Pengembangan
Kurikulum ini dapat diselesaikan.
Filsafat sebagai salah satu aspek yang melandasi pengembangan
kurikulum tentu memiliki peran dan fungsi yang nyata dalam kurikulum
yang akan dikupas dalam makalah ini yang diambil dari beberapa literatur.
Makalah ini terbagi menjadi tiga bagian utama. Di bagian pendahuluan
dipaparkan latar belakang dan maksud tujuan penyusunan makalah ini.
Selanjutnya pada bab II dicoba diulas mengenai fungsi filsafat dalam
kaitannya dengan pengembangan kurikulum, yang kami peroleh dari
berbagai literatur. Bab terakhir adalah uraian singkat tentang apa yang
bisa disimpulkan dari berbagai informasi tentang fungsi filsafat dalam
pengembangan kurikulum.
Penyusunan makalah ini disadari masih jauh dari sempurna, dan masih
terdapat banyak kekurangan di sana sini. Untuk itu segala macam kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai dapat diterima dengan
lapang dada dan tangan terbuka.
Tak lupa juga penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berjasa membantu kami dalam menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Akhir kata makalah ini diharapkan bisa memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi dunia akademis penulis pada khususnya, dan bagi
pengetahuan semua pihak yang membaca pada umumnya.
Bandung, Desember 2008
Penyusun
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................... .......... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 2
D. Prosedur Pemecahan Masalah................................................... 2
E. Sistematika Uraian..................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat...................................................................................... 4
1. Pengertian Filsafat.................................................................. 4
2. Filsafat Pendidikan................................................................. 5
3. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan............................................. 8
B. Pengembangan Kurikulum.........................................................
10
1. Pengertian Kurikulum.............................................................
10
2. Landasan Pengembangan Kurikulum.....................................
12
3. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum..............................
14
C. Fungsi Filsafat dalam Pengembangan Kurikulum.......................
18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................
21
B. Saran.........................................................................................
22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
24
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
akan dikaji serta pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek
terkait, agar tidak terjadi salah konsep pada diri peserta didik.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapatlah dirumuskan suatu
pokok masalah yaitu ”Fungsi Filsafat dalam Pengembangan Kurikulum”,
yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apakah yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum?
3. Apa fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum?
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memeroleh suatu gambaran secara
teoritis tentang fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum.
Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan:
1. Makna filsafat secara umum.
2. Hakekat pengembangan kurikulum.
3. Fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum.
E. SISTEMATIKA URAIAN
Makalah ini terdiri dari:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN yang meliputi:
a. Latar Belakang Masalah
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
d. Prosedur Pemecahan Masalah
e. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN yang mencakup:
a. Filsafat
b. Pengembangan Kurikulum
c. Fungsi Filsafat dalam Pengembangan Kurikulum
BAB IIIPENUTUP yang berisi:
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT
1. Pengertian Filsafat
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat,
namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan
filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara
terminologi.
Secara etimologi, kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata
serapan dari bahasa Arab: falsafah, yang juga diambil dari bahasa
Yunani: philosophia. Kata philosophia merupakan gabungan dari dua
kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti sahabat, cinta, atau kekasih,
sedangkan sophia memiliki arti kebijaksanaan, pengetahuan, kearifan.
Dengan demikian maka arti dari kata philosophia adalah “cinta
pengetahuan atau cita kebijaksanaan”. Plato dan Socrates dikenal
sebagai philosophos (filsuf) yakni orang yang mencintai pengetahuan,
pencari kebijaksanaan, dan pencinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf
merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan
pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Plato (428 -348 SM)
berpendapat bahwa filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala
yang ada dan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang
asli. Sementara muridnya Aristoteles (384-322 SM) berpendapat bahwa
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, di mana
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika. Lebih lanjut Aristoteles menyebutkan
bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan
ilmu.
Menurut Cicero (106 – 43 SM) filsafat adalah sebagai “ibu dari semua
seni “ (the mother of all the arts“, ia juga mendefinisikan filsafat
sebagai ars vitae (seni kehidupan). Sementara Johann Gotlich Fickte
(1762-1814) mendefinisikan filsafat sebagai Wissenschaftslehre, ilmu
dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat
memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
Filsafat menurut Paul Nartorp (1854 – 1924) adalah Grundwissenschaft,
yakni ilmu dasar yang hendak menentukan kesatuan pengetahuan
manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama. Selain itu,
Imanuel Kant (1724 – 1804) mengungkapkan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang di dalamnya tercakup empat persoalan: (1)
Metafisika, yang menjawab pertanyaan “apakah yang dapat kita
kerjakan?” ; (2) Etika, yang menjawab pertanyaan “apakah yang
seharusnya kita kerjakan?” ; (3) Agama, yang menjawab pertanyaan
“sampai dimanakah harapan kita?”; dan (4) Antropologi, yang
menjawab pertanyaan “apakah yang dinamakan manusia?”
Menurut Notonegoro filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya
dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut
hakekat. Sedangkan Sidi Gazalba berpendapat bahwa berfilsafat ialah
mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala
sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal. Lebih lanjut Harold H. Titus menjelaskan bahwa: (1) Filsafat
adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu
proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh
suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari
bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep);
Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia
dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis yang telah
dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya
secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga
mencapai hakikat segala situasi tersebut.
2. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat dalam pendidikan
(Kneller, 1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah-
masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan
yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas,
lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi pengalaman
maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat
dijangkau oleh sains pendidikan.
Seorang guru atau pendidik, baik sebagai pribadi maupun sebagai
pelaksana pendidikan, perlu mengetahui filsafat pendidikan. Seorang
pendidik perlu memahami dan tidak boleh buta terhadap filsafat
pendidikan, karena tujuan pendidikan senantiasa berhubungan
langsung dengan tujuan hidup dan kehidupan individu maupun
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan. Tujuan pendidikan
perlu dipahami dalam hubungannya dengan tujuan hidup. Pendidik
sebagai pribadi mempunyai tujuan hidupnya dan pendidik sebagai
warga masyarakat mempunyai tujuan hidup bersama. Filsafat
pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para pendidik
(guru). Dengan demikian hal tersebut akan mewarnai sikap perilakunya
dalam mengelola proses belajar mengajar. Selain itu pemahaman
filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka dari perbuatan meraba-
raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-
masalah pendidikan.
Hubungan filsafat dengan konsep pendidikan bisa ditinjau dari tiga
cabang besar filsafat, yaitu metafisika, epistemologi, dan aksiologi.
a. Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah
hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya
hakekat anak. Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan
utama dalam pendidikan. Karena anak bergaul dengan dunia
sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk memahami
tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan
secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan. Seorang
pendidik seharusnya tidak hanya tahu tentang hakekat dunia
dimana ia tinggal, tetapi harus tahu hakekat manusia, khususnya
hakekat anak.
b. Epistemologi
Kumpulan pertanyaan berikut yang berhubungan dengan para
pendidik adalah epistemologi. Pengetahuan apa yang benar?
Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita
mengetahui bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan
antara dua pandangan pengetahuan yang berlawanan? Apakah
kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran itu berubah dari situasi
satu ke situasi lainnya? Dan akhirnya pengetahuan apakah yang
paling berharga?
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut akan
memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan
pengajaran. Pertama pendidik harus menentukan apa yang benar
mengenai muatan yang diajarkan, kemudian pendidik harus
menentukan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi
warga belajar. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya
ada lima cara mengetahui sesuai dengan minat atau kepentingan
masing-masing pendidik, yaitu mengetahui berdasarkan otoritas,
wahyu Tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi.
Pendidik tidak hanya mengetahui bagaimana warga belajar
memperoleh pengetahuan, melainkan juga bagaimana warga belajar
mengikuti pembelajaran. Dengan demikian epistemologi
memberikan sumbangan bagi teori pendidikan dalam menentukan
kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan kepada anak dan
bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu
juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut.
c. Aksiologi
Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan
tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai
akan selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan
dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak
langsung, nilai akan menentukan perbuatan pendidikan. Nilai
merupakan hubungan sosial. Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang
harus dijawab pendidik adalah: Nilai-nilai apa yang dikenalkan
pendidik kepada warga belajar untuk diadopsi? Nilai-nilai apa yang
mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi?
Nilai-nilai apa yang benar-benar dipegang orang yang benar-benar
terdidik?
Pada intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa pendidik memiliki
suatu minat tidak hanya pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh
warga belajar melainkan juga dalam kualitas kehidupan yang
dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak
dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu
menggunakan pengetahuan untuk kebaikan. Filsafat pendidikan
terdiri dari apa yang diyakini seorang pendidik mengenai
pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing
tindakan profesional pendidik. Setiap pendidik baik mengetahui atau
tidak memiliki suatu filsafat pendidikan, yaitu seperangkat
keyakinan tentang bagaimana manusia belajar dan tumbuh serta
apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal dalam
kehidupan yang baik. Filsafat pendidikan secara fital juga
berhubungan dengan pengembangan semua aspek pengajaran.
Dengan menempatkan filsafat pendidikan pada tataran praktis, para
pendidik dapat menemukan berbagai pemecahan permasalahan
pendidikan.
B. PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli
mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik,
lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai kumpulan pelajaran di
suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus
ditempuh di sekolah, itulah yang disebut kurikulum. George A.
Beauchamp (1986) mengemukakan bahwa “A Curriculum is a written
document which may contain many ingredients, but basically it is a
plan for the education of pupils during their enrollment in given
school”.
Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap
sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam
proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Caswel dan Campbell
(1935) yang mengatakan bahwa kurikulum “… to be composed of all
the experiences children have under the guidance of teachers”.
Dipertegas lagi oleh pemikiran Ronald C. Doll (1974) yang mengatakan
bahwa “ …the curriculum has changed from content of courses study
and list of subject and courses to all experiences which are offered to
learners under the auspices or direction of school”.
Sementara Hilda Taba (1962) lebih menekankan kurikulum sebagai
proses perencanaan belajar, “a curriculum is a plan for learning:
therefore, what is known about the learning process and the
development of the individual has bearing on the shaping of a
curriculum”. Dengan demikian dalam konsep ini kurikulum memiliki
dua aspek, yakni sebagai rencana yang harus dijadikan pedoman
pelaksanaan proses belajar mengajar, dan sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, Hamid Hasan
(1988) mengemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam
empat dimensi, yaitu:
a. Kurikulum sebagai suatu ide,
adalah kurikulum yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian,
khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
b. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis,
adalah sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide yang
diwujudkan dalam bentuk dokumen, yang di dalamnya memuat
tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
c. Kurikulum sebagai suatu kegiatan,
merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana
tertulis, dan dilakukan dalam bentuk praktek pembelajaran.
d. Kurikulum sebagai suatu hasil,
merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan,
dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya
perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta
didik.
b. Landasan Psikologis
Nana Syaodih Sukmadinata (2006) mengemukakan bahwa minimal
terdapat dua bidang psikologi yang mendasari pengembangan
kurikulum yaitu (1) psikologi perkembangan dan (2) psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam
psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan,
pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas
perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan
perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang
hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku
individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Tujuan ataupun isi kurikulum harus mempertimbangkan tahap
perkembangan anak. Tanpa pertimbangan tersebut, maka dapat
dipastikan kurikukum yang dikembangkan tidak efektif. Pengembangan
kurikulum pun tidak akan terlepas dari teori belajar, karena pada
dasarnya kurikulum disusun untuk membelajarkan siswa.
c. Landasan Sosiologis-Teknologis
Kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di
sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Dengan demikian sekolah tidak hanya berfungsi mewariskan nilai
budaya, tapi juga berperan dalam mempersiapkan anak didik dalam
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum bukan hanya berisi
berbagai nilai masyarakat, tapi juga bermuatan segala sesuatu yang
dibutuhkan masyarakatnya. Berdasarkan landasan sosiologis-
teknologis ini perlu dikaji berbagai hal yang menjadi bahan
pertimbangan dalam menyusun dan mengembangan kurikulum sesuai
tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
Masyarakat selalu berkembang dinamis mengalami perubahan-
perubahan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan
dengan perkembangan sosial yang kompleks tersebut seringkali
muncul tekanan terhadap penyelenggaraan dan praktik pendidikan
termasuk dalam proses pengembangan isi kurikulumnya. Oleh sebab
itu, para pengembang kurikulum mesti memerhatikan segala tuntutan
dan tekanan masyarakat masyarakat tersebut. Karenanya penyerapan
berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu
langkah penting dakam penyusunan suatu kurikulum.
A. KESIMPULAN
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik
dan terdidik demi mencapai tujuan pendidikan. Dalam interaksi tersebut
terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana interaksi tersebut
berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapakah pendidik
dan terdidik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi
pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial, yakni jawaban-
jawaban filosofis.
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan memiliki kedudukan yang cukup
sentral dalm seluruh kegiatan pendidikan, menentukan proses
pelaksanaan dan hasil pendidikan. Mengingat kurikulum memiliki peran
penting dalam pendidikan dan perkembangan kehidupan manusia, maka
penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Salah satu dari sekian aspek penting yang melandasi pengembangan
kurikulum adalah landasan filosofis.
Filsafat secara harfiah berarti cinta yang mendalam akan kearifan. Secara
populer filsafat sering diartikan sebagai pandangan hidup suatu
masyarakat atau pendirian hidup bagi individu. Dengan demikian setiap
individu atau setiap kelompok masyarakat secara filosofis akan memiliki
pandangan hidup yang mungkin berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang
dianggapnya baik.
Filsafat sebagai sistem nilai harus menjadi landasan dalam menentukan
tujuan pendidikan. Dengan kata lain, pandangan hidup atau sistem nilai
yang dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan
pendidikan yang harus dicapai. Manusia macam apa yang kita harapkan
sebagai akhir dari proses pendidikan? Akan dibawa ke mana anak didik
itu? Apa yang harus dikuasai oleh mereka? Merupakan pertanyaan-
pertanyaan yang erat kaitannya dengan filsafat sebagai sistem nilai.
Kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan anggota
masyarakat yang dapat mempertahan, mengembangkan dan dapat hidup
dalam sistem nilai masyarakatnya itu sendiri, oleh sebab itu proses
pengembangan kurikulum harus mencerminkan sistem nilai masyarakat.
Filsafat memegang peran yang esensial dalam pengembangan kurikulum.
Sama halnya dengan filsafat pendidikan, kita mengenal beberapa aliran
dalam filsafat. Dalam pengembangan pun senantiasa berpijak pada aliran-
aliran filsafat tersebut yang nantinya akan mewarnai konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Terdapat beberapa
perbedaan mengenai filsafat, Wina Sanjaya (2008) mengungkapkan bahwa
ada empat aliran utama dalam filsafat, yaitu idealisme, realisme,
pragmatisme, dan eksistensialisme. Aliran tersebut mengkaji tentang
cabang filsafat, seperti metafisika (hakikat dunia kenyataan), epistemologi
(hakikat pengetahuan), dan aksiologi (nilai-nilai). Setiap aliran memiliki
pandangan yang berbeda-beda mengenai cabang-cabang filsafat itu.
Berdasarkan uraian di atas bisa dipahami bahwa dalam pengembangan
kurikulum tidak dapat terlepas dari azas atau landasan filosofis, yang
didalamnya terdapat sumber nilai, makna kehidupan, aturan hidup, tujuan
pendidikan serta pandangan terhadap peserta didik.
B. SARAN
Filsafat sangat penting dipertimbangkan dalam mengambil keputusan
tentang setiap aspek kurikulum. Maka sudah selayaknya seorang pendidik
dalam berperilaku di dalam kelas atau di luar kelas harus didasarkan apa
yang dipercayai, yang diyakini sebagai baik dan benar. Pendidik yang baik
patut memahami apa itu hakikat manusia, khususnya hakikat siswa
beserta sifat-sifatnya; apa itu sumber kebenaran dan nilai-nilai yang
dijadikan pegangan hidup; tentang apa yang baik; tentang apa itu hidup
yang baik; apakah peranan sekolah dalam masyarakat; apa peran guru
dalam proses belajar; dan sebagainya. Untuk dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut, tentu saja seorang pendidik disarankan untuk
memahami dan mendalami filsafat.
Dari sekian banyaknya aliran filsafat beserta turunannya, hendaknya hal
tersebut tidak memojokkan kita untuk fanatik terhadap salah satu aliran
saja. Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki kelemahan dan
keunggulan tersendiri, dan hal tersebut perlu disikapi dengan bijak oleh
para pendidik atau juga pengembang kurikulum, yakni bahwa masing-
masing aliran filsafat bisa saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena
itu, dalam praktek pengembangan kurikulum ataupun dalam
pembelajaran, alangkah lebih baik jika penerapan aliran filsafat cenderung
dilakukan secara eklektif untuk lebih mengkompromikan dan
mengakomodasikan berbagai kepentingan yang terkait dengan
pendidikan.
Dalam mengambil keputusan tentang setiap aspek kurikulum haruslah
memiliki dasar yang kuat. Filsafat adalah cara berpikir sedalam-dalamnya
sampai pada akarnya tentang hakekat sesuatu. Maka dari itu, sebagai
suatu landasan fundamental, filsafat memiliki peran yang sangat penting
dalam pengembangan kurikulum. Para pengembang kurikulum harus
mempunyai filsafat yang jelas tentang apa yang mereka junjung tinggi.
32
DAFTAR PUSTAKA
____________. (2006). Filsafat. [online]. Tersedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat. [20 November 2008]
Kneller, F. George. (1971). Introduction to the Philosophy of Education,
New York: John Wiley & Sons, Inc.
Nasution, S. (2006). Asas-asas Kurikulum, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya, Wina, Dr., M.Pd. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
Kencana.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Aliran Filsafat Pendidikan. [online]. Tersedia:
http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/kumpulan-makalah-
2/2008/05/01 /aliranfilsafatpendidikan/. [20 Oktober 2008]
Sudrajat, Akhmad. (2008). Komponen-komponen Kurikulum. [online].
Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/kumpulan-
makalah-2/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/. [20
Oktober 2008]
Sudrajat, Akhmad. (2008). Landasan Kurikulum. [online]. Tersedia: http://
akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/landasan-kurikulum/.
[20 Oktober 2008]
Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Filsafat. [online]. Tersedia: http://
akhmadsudrajat.wordpress.com//kumpulan-makalah-
2/2008/02/08/pengertian-filsafat/. [20 Oktober 2008]
Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Kurikulum. [online]. Tersedia: http://
akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/08/pengertian-
kurikulum/. [20 Oktober 2008]
Sudrajat, Akhmad. (2008). Teori Pendidikan dan Kurikulum. [online].
Tersedia: http:// akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/teori-
pendidikan-dan-kurikulum/. [20 Oktober 2008]
Sukmadinata, Nana Syaodih, Prof. Dr., (2006). Pengembangan Kurikulum,
Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.