Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM SD
“Menelaah Kerangka Dasar Kurikulum 2006
(hakikat,landasan,prinsip dan struktur kurikulum ”

Dosen Pengampu : Aldora Pratama, M.Pd

Disusun Oleh:

M.Hilal Hamdi (2020201055)

Albakdadi (2020201034)

Singgih Pradana (2020201058)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
MUHAMMADIYAH OKU TIMUR

2021

I
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang menelaah kerangka dasar kurikulum 2006, sejarah
kurikulum 2006, dan konsep kurikulum 2006.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Harjowinangun, 23 November 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan................................ 3
B. Sejarah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan................................ 6
C. Kerangka Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.................. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan lingkungan yang paling penting dalam membantu manusia


untuk mencapai perkembangannya. Oleh sebab itu, penyelenggaraan pendidikan merupakan
suatu keharusan. Pendidikan dan pembelajaran selalu diorientasikan pada pencapaian
kompetensi–kompetensi tertentu, baik berkaitan dengan pengembangan kecerdasan spiritual,
intelektual, emosional, sosial, maupun kreatif. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan
media yang relevan dengan substansi berbagai kecerdasan tersebut. Media yang dimaksud
adalah salah satunya kurikulum. Kurikulum sebagai media pembelajaran memberikan makna
terhadap proses pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendidikan, sehingga
dimungkinkan terjadinya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Proses interaksi inilah
yang akan mengantarkan pada pencapaian tujuan pendidikan.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan terus menerus dilakukan baik secara
konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi setelah diamanatkan bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis
dan jenjang pendidikan. Salah satunya untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan
penyempurnaan kurikulum. Pada tahun 2006 pemerintah mulai menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Indonesia. Kurikulum ini mencoba memberikan
tawaran dengan delapan standar nasional, dimana standar nasional tersebut diatur oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Delapan standar nasional tersebut adalah Standar Isi,
Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar
Penilaian Pendidikan

1
B. Rumusan Masalah
A. Jelaskan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan!
B. Bagaimana sejarah kurikulum tingkat satuan pendidikan?
C. Jelaskan kerangka dasar kurikulum tingkat satuan pendidikan!

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Telaah
Kurikulum dan untuk pedoman belajar di kelas.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan secara sistemik atas dasar norma-
norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga
kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan. Hal ini senada dengan pendapat Masnur Muslich, yang
menegaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang merupakan penyempurnaan
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yaitu kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing –masing satuan pendidikan atau sekolah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tersebut bisa juga disebut dengan kurikulum
2006 karena diluncurkan Departemen Pendidikan Nasional sejak tahun pelajaran 2006/2007
dan merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004. Kurikulum ini dikembangkan sesuai
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dibawah koordinasi dan
supervise dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama kabupaten atau kota untuk
pendidikan dasar dan Provinsi untuk pendidikan menengah.
Jika dilihat dari definisi diatas, maka bisa dikatakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang mana
pengembangan kurikulumnya sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah,
karakteristik peserta didik dan tentu serta kebutuhan masyarakat setempat.

2. Dasar dan Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dalam rangka memenuhi amanat yang
tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan pemerintah yang kemudian mengatur persoalan ini yaitu Peraturan
Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Dalam PP ini disebutkan bahwa Standar Nasional Pendidikan yaitu kriteria minimal tentang
system pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah

3
mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23, dan berpedoman pada
panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Rumusan tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan mengacu pada tujuan umum
pendidikan berikut:
a. Tujuan pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar kecerdasan pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan kecerdasan pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
c. Tujuan pendidikan menengah kejuruan yaitu meningkatkan kecerdasan, kepribadian,
akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai kejuruannya.
Dari sini maka dapat diketahui bahwa secara umum tujuan diterapkannya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yaitu untuk memandirikan dan memperdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan
mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam
pengembangan kurikulum.

3. Prinsip – Prinsip Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
b. Beragam dan terpadu.

4
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan
agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi dan gender.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi
kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk didalamnya kehidupan masyarakat, dunia usaha dan dunia kerja.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antara semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Terbitnya Peraturan Menteri tentang standar isi dan standar kompetensi bahwa
diserahkannya kewenangan kepada guru untuk menyusun dan mengembangkan Kurikulum
2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan lebih memperdayakan guru untuk membuat
konsep dan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Maka dengan diberlakukannya Kurikulum 2006 diharapkan sekolah atau satuan pendidikan
tertentu menjadi lembaga mandiri, dan diberikan kesempatan untuk mengarahkan segala
potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikan.

4. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

5
Sebagai sebuah konsep dan program, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memiliki
karakteristik. Menurut Kusnandar dalam bukunya Abdullah Idi bahwa karakteristik
Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Menekankan pada ketercapaiannya kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan peserta didik dibentuk untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dna minat yang
pada akhirnya akan membentuk pribadi yang trampil dan mandiri.
b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan.
c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d. Guru bukan satu-satunya sumber belajar tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi, dan ciri-ciri tersebut harus tercermin dalam praktik
pembelajaran.

B. Sejarah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Dalam Standar Nasional Pendidik (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 yakni: (1) Pengembangan kurikulum
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
(2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diverifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
KTSP resmi diberlakukan secara nasional dengan terbitnya PP No. 19/2005 dan
Pemdiknas No. 24/2006. Pengembangankurikulum KTSP berpedoman pada standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), standar isi (SI), dan standar kompetensi lulusan
(SKL), yang digunakan sebagai acuan pembelajaran di sekolah dengan menekankan
pencapaian kemampuan minimal pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan
pendidikan.

6
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari SI. Namun,
pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu
sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan. Struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP
mengacu pada Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL. Standar
isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan
kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan
yang memuat: (1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum; (2) Beban belajar; (3) Kurikulum
tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan ditingkat satuan pendidikan; dan (4) Kalender
pendidikan.
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Awal 2006 uji coba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan
proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan
kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata
pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi
pemerintah Kabupaten/Kota. (TIAR)

C. Kerangka Dasar Kurikulum Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


1. .     HAKIKAT Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Hakikat Kurikulum Satuan Pendidikan dibagi atas beberapa bagian, yaitu.

1.      Konsep dasar

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003


tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut.

a.       Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional


pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

7
b.      Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang


efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan
kurikulum, dengan kewenangan otonomi yang luas pada setiap satuan pendidikan, dan
pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di
sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan
dalam mengelola sumber daya siswa, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya
sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.

KTSP dalam pengembangannya dilakukan  oleh guru, kepala sekolah, serta Komite Sekolah
dan Dewan Pendidikan. Badan ini merupakan lembaga yang ditetapkan berdasarkan
musyawarah dari pejabat daerah setempat, komisi pendidikan pada dewan perwakilan rakyat
daerah (DPRD), pejabat pendidikan daerah, kepala sekolah, tenaga pendidikan, perwakilan
orang tua peserta didik, dan tokoh masyarakat. Lembaga inilah yang menetapkan kebijakan
sekolah berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang pendidikan yang berlaku. Selanjutnya
komite sekolah perlu menetapkan visi, misi, dan tujuan sekolah dengan berbagai
implikasinya terhadap program-program kegiatan operasional untuk mencapai tujuan
sekolah.

2.      Tujuan

a.      Tujuan umum

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk mendirikan dan memberdayakan
satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan.

b.      Tujuan khusus

1)      Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum,
mengelola, dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

2)      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan


kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama. Sebagai kurikulum operasional, KTSP
menuntut keterlibatan masyarakat secara penuh, sebab tanggung jawab pengembangan

8
kurikulum tidak lagi berada di pemerintah, akan tetapi disekolah, sedangkan sekolah akan
berkembang manakala ada keterlibatan masyarakat.

3)      Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai. Melalui KTSP diharapkan setiap sekolah atau satuan
pendidikan akan berlomba dalam menyusun program kurikulum sekaligus berlomba dalam
mengimplementasikannya.

KTSP dapat dipandang sebagai suatu pola pendekatan baru dalam pengembangan kurikulum
dalam konteks otonomi daerah yang sedang digulirkan dewasa ini. Oleh Karena itu, KTSP
perlu diterapkan oleh setiap satuan pendidikn, terutama berkaitan dengan tujuh hal sebagi
berikut.

1)   Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya
sehingga dia dapat menoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
lembaganya.

2)   Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan
dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan peserta didik.

3)   Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi
kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya.

4)   Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat, serta lebih efesien dan efektif bilamana
dikontrol oleh masyarakat sekitar.

5)   Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada
pemerintah, orangtua peserta didik, dam masyarakat pada umumnya, sehingga dia akan
berupaya semaksimal mungkin unutk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP.

6)   Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan dukungan orangtua
peserta didik, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat.

7)   Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah
dengan cepat, serta mengakomodasikannya dalam KTSP.

9
2. Landasan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik sehingga dapat merespon
terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu dan teknologi
maupun globalisasi. Kebijakan umum dalam pengembangan kurikulum harus sejalan dengan
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan dalam kebijakan
peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan (Oemar Hamalik,
2006: 3).
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1), dan 2) sebagai berikut :
a. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik
(Mulyasa, 2007: 20).
Mulyasa (2007: 20) mengungkapkan beberapa hal yang perlu dipahami dalam
kaitannya dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut :
a. KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik
daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
b. Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan,
dibawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang
bertanggung jawab dibidang pendidikan.
c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk setiap program studi di perguruan tinggi
dikembangkan dan ditetapkan oleh masingmasing perguruan tinggi dengan mengacu
pada Standar Nasional Pendidikan.
Senada dengan itu Kunandar (2007: 140-141) mengungkapkan bahwa kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi
sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

10
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan tanpa membedakan agama, suku,
budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
f. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian,
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
g. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembuadayaan, dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
h. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Lebih lanjut Mulyasa (2007: 24) mengemukakan bahwa KTSP dilandasi oleh undang-
undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
a) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Dalam Undang-Undang Sisdiknas dikemukakan bahwa Standar Nasional Pendidikan
(SNP) terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala.
b) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

11
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 adalah peraturan tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam peraturan
tersebut dikemukakan bahwa KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar isi. SKL adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Sedang
standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
c) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 mengatur tentang standar isi untuk
satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, mencakup
lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi
lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 Standar Kompetensi
Lulusan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006 mengatur Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi
Lulusan meliputi standar kompensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal mata pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi dasar.
e) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas no. 22 dan 23
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2006 mengatur tentang
pelaksanaan SKL dan Standar Isi. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa satuan
pendidikan dasar dan menengah mengembangkan dan menetapkan kurikulum tingkat
satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang
bersangkutan sesuai kebutuhan satuan pendidikan yang bersangkutan.
Dalam KTSP sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sendiri
sesuai dengan karakteristik sekolah atau daerah dimana sekolah itu berada. Satuan pendidikan
dasar dan menengah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari
yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada satuan

12
pendidikan dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasioanal Pendidikan (BSNP).
Sementara bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang belum atau tidak mampu
mengembangkan kurikulum sendiri dapat mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum
tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP.

3. Prinsip Pengembangan K T S P
Pelaksanaan pembelajaran kurikulum tingkat satuan pendidikan, sedikitnya harus
memperhatikan tujuh prinsip sebagai berikut:
1.   Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi perkembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang berguna bagidirinya. Dalam hal ini peserta didik harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengeksresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
2.   Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan
menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar
untuk hidup bersama dan beguna bagi orang lain, (e) belajar untuk membangun dan
menemukan jati diri, melalui proses pembelajran yang efektif, aktif, kreatif, dan
menyenagkan.
3.   Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan/percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi keTuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
4.   Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat dengan prinsip tut wuri handayani, ing
madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan,
ditengah membangun semnagat dan prakarsa, di depan memberikan memberikan contoh dan
teladan).
5.   Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia,
sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar.
6.   Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial, dan budaya serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal.

13
7.   Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan
yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
Ketujuh prinsip diatas harus oleh para pelaksana kurikukum (guru), dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, baik menyangkut perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

a).  Sistem Prinsip Penilaian Kurikulum 2006 atau KTSP


         Sistem Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu:
1. Penilaian Kelas
Penilaian kelas dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum dan ujian akhir.
Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembalajaran dalam kompetensi dasar
tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab oleh para peserta
didik, dan tugas-tugas terstruktur yang beerkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.
Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Ulangan harian ini
terutama ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi tidak menutup
kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan pertimbangan
dalam memberikan nilai para peserta didik.
Ulanagan umum dilaksanakan setiap akhir semester, dengan bahan yang diujikan
sebagai berikut:
a. Ulangan umum semester pertama soalnya diambil dari materi semester pertama.
b. Ulangan umum semester kedua soalnya merupakan gabungan dari materi semester
pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi semester kedua.
Ulangan umum dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas paralel, dan pada
umumnya dilakukan ulangan umum bersama, baik tingkat rayon, kecamatan,
kodya/kabupaten maupun provinsi. Hal ini dilakukan terutama dimahsudkan untuk
meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk menjaga keakuratan soal-soal yang
diujikan. Disamping untuk menghemat tenaga dan biaya, pengembangan soal bisa dilakukan
oleh bang soal, dan bisa digunakan berulang-ulang selama soal tersebut masih layak
digunakan.
Ujian akhir dilakukan pada akhir program pendidikan. Bahan-bahan yang diujikan
meliputi seluruh komponen dasar yang telah diberikan, dengan penekana pada komeptensi
dasar yang dibahas pada kelas-kelas tinggi. Hasil evaluasi pada ujian akhir ini terutama

14
digunakan ntuk menentukan kelulusan bagi setiap peserta didik, dan layak atau tidaknya
untuk melanjutkan pada pendidikan tingkat atasnya.
Penilaian kelas dilakukan oleh guru untuk mengetahuai kemajuan dan hasil belajar
peserta didik, mendiagnos kesulitan belajar, memberikan umpan balik untuk perbaikan proses
pembelajaran, dan penentuan kenaikan kelas.
2. Tes Kemampuan Dasar
Tes kemampuan dasar dilakukan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis,
dan berhitung yang diperlukan dalam rang ka memperbaiki program pembelajan (program
remidial). Tes kemampuan dasar dilakukan pada setiap tahun akhir kelas III.
3. Penilain Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi
Pada setip akhir semester dan tahun pelajaran diselenggarakan kegiatan penilain guna
mendapatkan gambaran secara utuh dan menyeluruh mengenai ketuntasan belajar peserta
didik dalam satuan waktu tertentu, untuk keperluan sertifikasi, kinerja, dan hasil belajar yang
dicantumkan dalam surat tanda tamat belajar tidak semata-mata dadasarkan atas hasil
penilain pada akhir jenjang sekolah.
4. Benchmarking
Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan,
proses dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan yang memuaskan. Ukuran keunggulan
dapat ditentukan di tingkat sekolah, daerah, atau nasional. Penilaian dilaksankan secara
berkesinambungan sehingga peserta didik dapat mencapai satuan tahap keunggulan
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan usaha dan keuletannya.
Untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang pencapaian benchmarking tertentu
dapat diadakan penilain secara nasional yang dilaksanakan pada akhir satuan pendidikan.
Hasil penilaian tersebut dapat dipakai untuk melihat keberhasilan kurikulum dan pendidikan
secara keseluruhan, dan dapat digunakan untuk memberikan peringkat kelas, tetapi tidak
untuk memberikan nilai peserta didik. Hal ini dimahsudkan sebagai salah satu dasar untuk
pembinaan guru dan kinerja sekolah.
5.   Penilain program
Penilain program dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan
secara kontinu dan berkesinambungan. Penilain program dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian KTSP dengan dasar, fungsin dan tujuan pendidikan nasional, serta kesesuaiannya
dengan tuntutan perkembangan masyrakat, dan kemajuan jaman.

b).  Prinsip Penilaian kurikulum 2006 atau KTSP

15
1. Motivasi
Penilaian diarahkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa melalui upaya
pemahaman akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki baik oleh guru maupun oleh siswa.
Dengan demikian penilaian tidak semata-mata untuk memberikan angka sebagai sebagai hasil
dari proses pengukuran, tapi apa arti angka yang telah dicapai itu. Siswa perlu memahami
makna dari hasil penilaian. Dengan pemahaman ini diharapkan mereka lebih termotivasi
dalam melaksanakan proses pembelajaran.
2. Validalitas
Penilaian diarahkan bukan semata-mata untuk melengkapi syarat administratif saja, akan
tetapi diarahkan untuk memperoleh informasi tentang ketercapaian kompetensi seperti apa
yang terumuskan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian tidak menyimpang dari
kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian harus menjamin validalitas.

16
3. Adil
Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajran tanpa
memandang perbedaan sosial ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan. Oleh karena
itulah, mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk dievaluasi. Penilaian
menempatkan possisii siswa dalam kesejajaran, dengan demikian setiap siswa akan
memeperoleh perlakuan yang sama.
4. Terbuka
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai maupun
oleh yang dinilai.
Siswa perlu memahami jenis atau prosedur penilaian yang akan dilakukan beserta
kriteria penilaian. Keterbukaan ini bukan hanya akan mendorong siswa untuk memperoleh
hasil yang baik sehingga motivasi belajar mereka akan bertambah juga, akan tetapi sekaligus
mereka memahami posisi mereka sendiri dalam pencapaian kompetensi.
5. Berkesinambungan
Penilaian hakikatnya merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Oleh
karena itu, penilaian dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
6. Bermakna
Penilaian harus tersusun dan terarah, sehingga hasilnya benar-benar memberikan makna
kepada semua pihak khususnya kepada siswa itu sendiri.  \melelui penilaian ini siswa akan
mengetahhui posisi mereka dalam perolehan kompetensi.
7. Menyeluruh
Penilaian harus memberikan informasi secara utuh tentang perkembangan setiap
aspek, baik kognitif, afektif dan psikomiotorik.
8. Edukatif
Hasil penilaian tidak semata-mata diarahkan untuk memperoleh gambara kemampuan
siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, akan tetapi hasil penilaian
harus memberikan umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran baik yang dilakukan
oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar akan lebih optimal. Dengan demikian, proses
penilain tidak semata-mata tanggung jawab guru akan tetapi juga merupakan tanggung jawab
siswa. Artinya siswa harus ikut terlibat dalam proses penilaian, sehingga mereka menyadari
bahwa penilaian adalah bagian dari proses pembelajaran.

4. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

17
Mulyasa (2007: 180) menyebutkan bahwa struktur Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan memuat:
I. Mata pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan
tertera pada struktur kurikulum yang tercantu Muatan lokal Muatan lokal merupakan
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak da pelajaran yang
ada.
II. Muatan lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak da pelajaran yang ada.
III. Kegiatan pengembangan diri
Kegiatan pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
IV. Pengaturan beban belajar
Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri,
SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit
semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori mandiri, dan oleh
SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK kategori standar. Beban belajar dalam sistem kredit
semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori mandiri.
V. Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan mengacu kepada standar penilaian yang
dikembangkan oleh BSNP. Meskipun demikian dalam pelaksanaannya, guru dan
kepala sekolah yang lebih memahami karakteristik peserta didik secara keseluruhan,
dapat mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan dalam memutuskan kenaikan
kelas, penjurusan, dan kelulusan bagi setiap peserta didik.
VI. Pendidikan kecakapan hidup
Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB/SMK/MAK,
dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup yang mencakup kecakapan pribadi,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan/atau kecakapan vokasional. Pendidikan
kecakapan hidup dapat merupakan bagian dari pendidikan semua mata pelajaran,

18
yang dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau
dari satuan pendidikan formal lain dan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh
akreditasi.
VII. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan
berbasis keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis seunggulan lokal dan
global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran, yang dapat diperoleh
peserta didik selama menempuh pendidikannya pada satuan pendidikan tertentu.

5. Kalender Pendidikan
Menurut Kunandar (2007: 151) satuan pendidikan dasar dan menengah dapat
menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah,
kebutuhan peserta didik dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan
sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.

6. Silabus
Mulyasa (2007: 183) mengungkapkan bahwa silabus merupakan rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Dalam KTSP,
silabus merupakan bagian dari kurikulum tingkat satuan pendidikan, sebagai penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut Mulyasa (2007: 183) merupakan
rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu
atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
RPP merupakan penjabaran lebih lanjut dari silabus, dan merupakan komponen penting dari
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), yang pengembangannya harus dilakukan secara
profesional.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya yang mana pengembangan kurikulumnya sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi sekolah atau daerah, karakteristik peserta didik dan tentu serta kebutuhan masyarakat
setempat.
KTSP resmi diberlakukan secara nasional dengan terbitnya PP No. 19/2005 dan
Pemdiknas No. 24/2006. Pengembangankurikulum KTSP berpedoman pada standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), standar isi (SI), dan standar kompetensi lulusan
(SKL), yang digunakan sebagai acuan pembelajaran di sekolah dengan menekankan
pencapaian kemampuan minimal pada setiap tingkatan kelas dan pada akhir satuan
pendidikan. Terbitnya Peraturan Menteri tentang standar isi dan standar kompetensi bahwa
diserahkannya kewenangan kepada guru untuk menyusun dan mengembangkan Kurikulum
2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan lebih memperdayakan guru untuk membuat
konsep dan perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Maka dengan diberlakukannya Kurikulum 2006 diharapkan sekolah atau satuan pendidikan
tertentu menjadi lembaga mandiri, dan diberikan kesempatan untuk mengarahkan segala
potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengembangan kurikulum merupakan proses dinamik sehingga dapat merespon
terhadap tuntutan perubahan struktural pemerintahan, perkembangan ilmu dan teknologi
maupun globalisasi. Kebijakan umum dalam pengembangan kurikulum harus sejalan dengan
visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional yang dituangkan dalam kebijakan
peningkatan angka partisipasi, mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan.

B. Saran
Makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan, karena itu
kepada para pembaca untuk berkenan menyumbangkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi bertambahnya wawasan kami di bidang ini. Akhirnya kepada Allah jualah

20
penulis memohon taufik dan hidayah. Semoga usaha penulis ini mendapat manfaat yang
baik, serta mendapat ridho dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.

21
DAFTAR PUSTAKA

Rohman, Abdul. 2015. Perbandingan Konsep Kurikulum KTSP 2006 dan Kurikulum 2013
(Kajian Standar Isi Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Jenjang SMP).
Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dipublikasikan. Semarang: Universitas
Islam Negeri Walisongo.

Ardian, Yunaryo. 2012. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Sekolah


Dasar Masjid Syuhada’ Yogyakarta. Skripsi Fakultas Pendidikan Jurusan Administrasi
Pendidikan. Dipublikasikan. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Asri, M. 2017. Dinamika Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Aliyah. Volume 4 Nomor 2. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Mulyasa, E. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Rosda

22

Anda mungkin juga menyukai