Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HAKIKAT IPA (SAINS) SEBAGAI ILMU


OBJEK IPA (SAINS) SEBAGAI ILMU

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah

Pembelajaran IPA Sekolah Dasar

Dosen Pengampu : Jumali, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Al Bakdadi 2020201034
2. Mita Sofiani 2020201029
3. Hana Dila Sagita 2020201040

PROGAM STUDY PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

MUHAMMADIYAH OKU TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, ridha, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Pembelajaran
IPA Sekolah Dasar.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan mengenai Hakikat IPA (Sains)
Sebagai Ilmu-Objek IPA (Sains) Sebagai Ilmu. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Jumali, M.Pd., yang telah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa menambah kemampuan berfikir ilmiah bagi kami
dan memberi referensi pengetahuan bagi pembaca. Kami menantikan saran dan
kritik yang membangun agar makalah ini bias menjadi lebih baik.

 Wassalamu’alaikum Wr. Wb

 
OKU Timur, November 2021
 
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................7
C. Tujuan............................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam......................................................9


B. IPA Sebagai Ilmu..............................................................................10
C. IPA Sebagai Produk..........................................................................11
D. IPA Sebagai Proses...........................................................................15

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................... 21
B. Saran………………………………………............................. 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai inovasi dalam pendidikan sains seperti pendekatan dalam


pembelajaran timbul dalam kurun waktu terakhir ini. Hal ini merupakan upaya
untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat belajar secara optimal. Banyak
ragam inovasi dalam pembelajaran dikembangkan, seringkali dikaitkan dengan
suatu teori belajar tertentu atau mengantisipasi arah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di masa datang. Secara umum pengkajian terhadap
suatu kecenderungan atau inovasi dalam pendidikan Sains dapat kita telaah
dengan memperhatikan aspek filosofis, karakteristik, dan ciri pokok, serta
implikasinya dalam praktek.

Dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 38


(1), antara lain, diamanatkan agar pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan
pendidikan didasarkan pada kurikulum yang berlaku secara nasional dan
kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan, serta kebutuhan pembangunan
nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai
dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Khusus untuk pembelajaran sains, telah dilaporkan berbagai hasil


penelitian yang berkaitan dengan upaya membelajarkan peserta didik. Upaya-
upaya yang dilakukan terus dan akan terus berlanjut agar peserta didik
mempunyai bekal untuk mengantisipasi arah perubahan yang akan terjadi. Upaya-
upaya itu antara lain, pendekatan untuk mengaktifkan peserta didik baik secara
fisik maupun secara mental dalam suatu pembelajaran sains, mengaitkan bahan
pelajaran dengan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari atau upaya
mengkonkritkan objek bahasan, melatih keterampilan proses sains, dan juga
memadukan antara sains-teknologi-masyarakat STS (Science-technology-society).

Permasalahan yang timbul akhir-akhir ini dalam kaitannya dengan


mengaktifkan peserta didik, adalah apa yang diinginkan dengan metode aktif
masih belum tampak dampaknya dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Dalam
peningkatan kualitas pendidikan, pembelajaran aktif perlu dilaksanakan. Beberapa
guru menganggap bahwa peserta didik dikatakan aktif bila peserta didik terlibat
dalam pemecahan masalah, meskipun macam masalah tersebut belum jelas bagi
guru. Beberapa guru yang lain menganggap anak harus berpikir sendiri, untuk itu
tidak boleh ditolong atau dibimbing.
Masyarakat kita bila diperkenalkan dengan proses dan produk ilmu
pengetahuan dan teknologi yang baru akan mengalami pembauran antara yang
lama dengan yang baru. Adanya pembaruan antara yang lama dengan yang baru
ini seringkali menimbulkan masalah pada masyarakat tersebut. Dalam kaitannya
dengan hal tersebut, Poedjiadi (1992:2) menyatakan masih dirasakan banyaknya
kendala yang kita hadapi dalam mewujudkan peningkatan kualitas manusia
Indonesia. Kendala tersebut bersumber pada masih kurangnya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta kegunaan
produk teknologi bagi masyarakat. Kurangnya kesadaran tersebut dapat
mengakibatkan penggunaan produk teknologi yang kurang optimal, bahkan
mungkin membahayakan keselamatan masyarakat itu sendiri. Misalnya masih
banyak masyarakat yang merokok di dalam ruangan yang ber-AC (berpendingin).

Hidayat (1993:2) mengutip pendapat Rustum Roy (1983), menyatakan


STS sebagai 'perekat' yang mempersatukan Sains, teknologi, dan masyarakat
secara bersama-sama. Sains yang biasanya diajarkan di sekolah-sekolah pada saat
ini serta sains yang tertulis di dalam buku-buku teks dan buku paket untuk murid
sekolah, ternyata tidak memiliki arti dan nilai untuk orang-orang kebanyakan pada
umumnya. Pendidikan sains akan dianggap lebih cocok dan berarti konsep-
konsep, prinsip-prinsip, serta teori-teori sains itu disajikan dalam suatu kerangka
yang menyangkut teknologi dan masyarakat.

Dengan demikian tampaknya suatu upaya inovatif dalam pendidikan,


untuk menciptakan terjadinya belajar pada diri peserta didik, seringkali yang
melekat pada praktisi pendidikan (guru), hanya berupa 'label'-nya saja. Peserta
didik kurang diajak 'mengenali' lingkungannya sendiri, dengan demikian peserta
didik merasakan keterasingan-diri dari lingkungannya. Mengenali lingkungan,
dalam kaitannya dengan berbagai produk teknologi yang membanjiri keperluan
kehidupan sehari-hari dewasa ini. Hal itu berarti peserta didik diberi kesempatan
untuk mengkaji masalah yang dihadapi masyarakat antara lain, sebagai dampak
penerapan suatu teknologi tertentu dan mencoba mencari saran-saran
penanggulangan masalah tersebut. Dengan demikian, tampaknya ide pokok atau
'jiwa' yang disampaikan dalam upaya inovasi pendidikan itu terkesan belum
sampai kepada yang berkepentingan.

Dalam pembelajaran sains di tingkat pendidikan dasar dan menengah,


belum pernah terlihat peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan masalah
sederhana yang ada di sekitarnya, dan pengembangan kesadaran karier dirinya
sendiri. Pada pembelajaran dengan pendekatan STS, hal ini sangat diperhatikan
untuk dikembangkan agar muncul pada diri peserta didik.

5
B. Deskripsi Singkat

Bahan ajar ini memuat topik-topik yang secara terintegrasi memberikan


fondasi agar kita dapat memahami makna Ilmu Pengetahuan Alam baik secara
konten maupun pedagogi.

1. Hakikat Ilmu Pengatahuan Alam

Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan makna alam dan


berbagai fenomenanya/perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan
teori maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia.
Teori maupun konsep yang terorganisir ini menjadi sebuah inspirasi terciptanya
teknologi yang dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia.

2. Hakikat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam pemahaman tentang pentingnya


mempelajari alam sehingga akan membawa manusia pada kehidupan yang
bermakna dan bermartabat. Lebih lanjut pada topik ini secara filosofis
menjelaskan bagaimana pembentukan berpikir manusia dalam kaitannya dengan
mempelajari alam. Sehingga manusia menjadi mengerti, beretika dan lebih dekat
dengan Tuhannya. Menanamkan hakikat ini kepada peserta didik merupakan area
topik ini.

3. Model Pembelajaran IPA

Untuk menjembatani cara berpikir saintis dengan pola berpikir peserta


didik, topik ini menyajikan teknik-teknik yang secara pedagogi menjadikan
peserta didik dapat belajar dan mempelajari alam secara tepat. Dengan berbagai
pendekatan pembelajaran terkini dan disesuaikan dengan kondisi peserta didik
saat ini, beberapa model belajar dalam pembelajaran IPA secara kontekstual dapat
memberikan gambaran bagi para pendidik agar pembelajaran IPA di sekolah
dapat berhasil.

4. Pencapaian Peserta Didik

Mempelajari alam dapat menjadikan manusia/peserta didik berpikir secara


positif. Arti positif adalah menberikan dampak yang baik, misalnya peserta didik
jadi ‘melek’ teknologi dan ramah lingkungan sebagai elaborasi dari literasi sains.
Topik ini memberikan gambaran pencapaian peserta didik manakala mereka
mempelajari alam melalui proses pendidikan yang tepat sehingga terlihat
manfaatnya bagi peserta didik itu sendiri, baik efek pembelajaran (instructional
effects) maupun efek iringan (nurturant effects).

6
5. Teori Belajar

Dunia pendidikan tidak terlepas dari teori belajar yang merupakan pondasi
dari tercapainya tujuan pendidikan yang tercermin dalam keberhasilan peserta
didik belajar. Setiap saat, teori belajar selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Topik ini menjelaskan beberapa teori belajar terutama teori
yang sesuai dengan pembelajaran IPA bagi peserta didik sebagai hasil penelitian
dan pengalaman para praktisi pendidikan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, adapun rumusan


masalah yang diangkat adalah sebagai berikut.

1. Apakah Pengertian Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (Sains)?


2. Bagaimana hakikat pembelajaran IPA dari segi produk, proses, dan
sikap ilmiah?
3. Apakah Pengertian IPA sebagi Produk ?
D. Tujuan

Bahan Ajar Hakikat IPA dan Pendidikan IPA diharapkan dapat dibahas
dengan model pembahasan seperti yang disarankan berikut. Dengan demikian,
diharapkan peserta didik dapat mencapai tujuan berikut.

1. Menjelaskan secara singkat tiga aspek hakikat Ilmu Pengetahuan


Alam sebagai acuan dalam pembelajaran IPA.
2. Menentukan hakikat pendidikan ilmu pengetahuan alam, meliputi:
ketiga aspek dalam IPA dan masuknya nilai dan norma dalam
pembelajaran IPA.
3. Menentukan syntax pembelajaran IPA berdasarkan aspek utama
dalam pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan berinterkasi
dengan sumber belajar.
4. Menentukan aspek pencapaian Peserta didik dalam pembelajaran
IPA.
5. Menjelaskan teori belajar yang relevan dengan model belajar
sesuai dengan hakikat pendidikan IPA.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu pengetahuan berkembang semakin luas, mendalam, dan kompleks


sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Oleh karena ilmu pengetahuan
berkembang menjadi dua bagian yaitu natural science (Ilmu Pengetahuan Alam,
IPA) dan social science (Ilmu Pengetahuan Sosial, IPS). Meskipun demikian
penggunaan istilah science masih tetap digunakan sebagai Ilmu Pengetahuan
Alam, yang diIndonesiakan menjadi sains. Tetapi ingat ketika dunia international
mengatakan science maka yang dimaksud ilmu pengetahuan alam, beda dengan di
Indonesia, masih ada saja orang yang mengartikan sains sebagai ilmu pengetahuan
secara umum.
Dalam perkembangannya, IPA atau sains (Inggris:sciences) terbagi
menjadi beberapa bidang sesuai dengan perbedaan bentuk dan cara memandang
gejala alam. Ilmu yang mempelajari kehidupan disebut Biologi. Ilmu yang
mempelajari gejala fisik dari alam disebut Fisika, dan khusu untuk bumi dan
antariksa disebut Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa. Sedangkan ilmu yang
mempelajari sifat materi benda disebut Ilmu Kimia. Kadang-kadang pada tingkat
pembahasan atau gejala tertentu, perbedaan ini sudah tidak nampak lagi.
Pertanyaan klasik yang muncul apabila kita akan membahas mengenai sains,
adalah apakah sains itu? Sains sebagai ilmu pengetahuan alam yang meliputi:
fisika, kimia, dan biologi.
Secara etimologi, Fisher (1975:5) menyatakan kata sains berasal dari
bahasa Latin, yaitu scientia yang artinya secara sederhana adalah pengetahuan
(knowledge). Kata sains mungkin juga berasal dari bahasa Jerman, yaitu
Wissenchaft yang artinya sistematis, pengetahuan yang terorganisasi. Sains
diartikan sebagai pengetahuan yang secara sistematis tersusun (assembled) dan

8
bersama-sama dalam suatu urutan terorganisasi. Misalnya, pengetahuan tentang
fisika, biologi, dan kimia.
Istilah sains secara umum mengacu kepada masalah alam (nature) yang
dapat diinterpretasikan dan diuji. Dengan demikian keadaan alam merupakan
keadaan materi yaitu atom, molekul dan senyawa, segala sesuatu yang
mempunyai ruang dan massa, sepanjang menyangkut 'natural law' yang
memperlihatkan 'behaviour' materi, merupakan pengertian dari sains, yaitu: fisika,
kimia, dan biologi.
Menelusuri definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai sains
atau IPA, ditemukan beragam bentuk dan penekanannya. Misalnya definisi sains,
yaitu sains merupakan rangkaian konsep dan skema konseptual yang saling
berhubungan yang dikembangkan dari hasil eksperimentasi dan observasi serta
sesuai untuk eksperimentasi dan observasi berikutnya (Jenkins &
Whitefield:1974; Conant: 1975).
Davis dalam bukunya On the Scientific Methods yang dikutip oleh
Chalmers menyatakan sains sebagai suatu struktur yang dibangun dari fakta-
fakta. Bronowski, seorang saintis dan juga filosof tentang sains, menyatakan sains
merupakan organisasi pengetahuan dengan suatu cara tertentu berupa penjelasan
lebih lanjut mengenai hal-hal yang tersembunyi yang ada di alam.
Batasan yang dikemukakan oleh Jenkins dan Whitefield, dan Bronowski
tentang sains sepertinya masih hanya berkisar kepada kumpulan konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang diperoleh oleh para saintis atau ahli Sains (Jenkins &
Whitefield:1974; Conant: 1975). Tetapi cara atau metode yang digunakan untuk
memperoleh konsep-konsep itu belum secara jelas-jelas dikatakan sebagai sains,
hanya dinyatakan sebagai cara-cara terstruktur dan sistematis. Dengan demikian,
lingkupnya hanya sebatas pada kumpulan konsep-konsep atau prinsip-prinsip.
Proses kreatif untuk memperoleh kumpulan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
itu, tampak belum masuk di dalam batasan di atas.
Berdasarkan pengertian sains seperti tersebut di atas, seringkali kita
saksikan suatu pembelajaran sains yang hanya memungkinkan peserta didik
mengartikan sains hanya sebagai tubuh dari ilmu tanpa memahami proses dan

9
kualitas manusia yang melakukan inkuari ilmiah. Jadi sains hanya diapresiasikan
sebagai kumpulan fakta, konsep, dan prinsip ilmiah belaka.
Chalmers (1980:1) menyatakan sains didasari oleh hal-hal yang kita lihat,
dengar, raba, dan lain-lain. Pendapat atau pemikiran imajinatif tidak dapat
dikatakan sebagai sains. Sains bersifat objektif dan dapat dibuktikan. Dapat
dikatakan batasan ini lebih menekankan kepada cara memperoleh sains, yaitu
melalui observasi. Sains sebagai kumpulan konsep atau prinsip tidak secara jelas
dikemukakan.
B. IPA Sebagai Ilmu
1. Pengertian

Paul Hurs (1983) menyatakan bahwa krisis dalam pendidikan IPA


terletak pada tekanan-tekanan untuk menegakkan pengakuan- pengakuan
(legitimasi) akan pendidikan sains sebagai disiplin ilmu dan untuk
mengajukan bukti akan kegunaan dan berharganya penelitian- penelitian
yang dihasilkannnya. Sebagian dari legitimasi itu terletak pada deskripsi
yang lebih cepat mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk
pendidikan sains. Deskripsi semacam itu bukan hanya harus memberi arti
pada penelitian dan hal- hal yang bersifat praktis, melainkan juga menjalin
hubungan dengan ilmu yang lain.

2.  Aspek Sains Sebagai Ilmu

Sains sebagai ilmu secara umum sekurang- kurangnya mencakup 3


aspek yaitu aspek aktivitas, metoda dan pengetahuannya. Ketiga aspek
tersebut merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan.
Artinya keberadaan dan perkembangan ilmu harus diusahakan dengan
aktivitas manusia aktivitas harus dilaksanakan dengan menggunakan
metode tertentu dan akhirnya aktivitas metodis tersebut akan
menghasilkan pengetahuan yang sistematis.Sains sebagai aktivitas
manusia mengandung tiga dimensi (The Liang Gie, 1991), yaitu:

a) Rasional

10
Merupakan proses pemikiran yang berpegang pada kaidah- kaidah logika.

b) Kognitif

Merupakan proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan

c) Teleologis

Artinya untuk mencapai kebenaran, memberikan penjelasan / pencerahan dan


melakukan penerapan dengan melalui peramalan dan pengendalian.

Sains sebagai suatu metode dapat berbentuk :

1. Pola Prosedural, yang meliputi Pengamatan, Pengukuran, Deduksi, Induksi,


Analisis, Sintesis, dll.
2. Tata langkah, yaitu urutan proses yang diawali dengan penentuan masalah,
perumusan hipotesis, pengumpulan data, penarikan kesimpulan dan pengujian
hasil.

Dalam perkembangan tata langkah ini dikenal dengan metode


ilmiah sains sebagai pengetahuan yang sistematis terkait dengan obyek
material atau bidang permasalahan yang dikaji. Obyek material sains dapat
dibedakan atas: Benda fisik/mati, Makhluk hidup, Peristiwa social, Ide
abstrak.

Sains dalam arti khusus sebagai ilmu pengetahuan alam memiliki


obyek material banda fisik yang meliputi segala benda/materi yang ada di
bumi (Tanah,Air, Udara) dan antariksa (Galaksi, Matahari, Planet, Satelit).

C. IPA Sebagai Produk.


1. Pengertian

Sains sebagai produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan


teori yang dapat menjelaskan dan memahami alam dari berbagai fenomena
yang terjadi di dalamnya (sarkim, 1988: 129). Oleh sebab itu dikatakan

11
pula bahwa sains merupakan satu sistem yang dikembangkan oleh
manusia untuk mengetahui diri dan lingkungannya.

Sains sebagai produk keilmuan akan mencakup konsep-konsep.


hukum- hukum, dan teori-teori yang dikembangkan sebagai penemuan
rasa ingin tahu manusia , dan juga untuk keperluan praktis manusia.

Carin dan Sund (1989) mengajukan tiga kreteria yang harus


dipenuhi oleh suatu teori di dalam sains, yaitu

a) mampu menjelaskan fenomena yang terjadi melalui pengamatan


(observasi),
b) mampu menjelaskan peristiwa yang akan terjadi (prediksi)
c) dapat diuji kebenarannya melalaui percobaan- percobaan yang sejenis
(eksperimen).

Sains sebagai disiplin ilmu disebut produk sains karena isinya


merupakan kumpulan hasil kegiatan empiric yang berupa fakta dan
kegiatan analitik yang berupa konsep, prinsip, hukum , dan teori.

2. Produk Sains
a. Fakta IPA

Fakta merupakan produk sains yang paling dasar.Fakta diperoleh


dari hasil observasi secara intensif dan kontinu atau terus menerus, secara
verbal fakta adalah pernyataan tentang benda yang benar-benar ada atau
peristiwa yang sungguh terjadi.

Contoh produk sains yang merupakan fakta adalah:

1) Gula rasanya manis


2) Air membeku pada suhu 0  c
3) Atom hydrogen memiliki satu electron.
4) Merkurius adalah planet terdekat dengan matahari
5) Ular termasuk golongan reptilian

12
6) Logam tenggelam dalam air
7) Bentuk bulan yang terliahat dari bumi berubah-ubah
8) Katak berkembang biak dengan cara bertelur
b. Konsep IPA

Konsep dalam sains dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda


atau peristiwa alam. Konsep juga diartikan sebagai suatu definisi atau
penjelasan. Konsep juga merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-
fakta sains yang saling berhubungan. Konsep adalah kosakata khusus yang
dipelajari siswa. Siswa diharapkan dapat menjelaskan konsep yang
dipelajari, mengenal ilustrasi konsep, kesamaan suatu konsep dan
mengtahui bahwa penggunaan konsep itu benar atau salah. Abstraksi atau
konsepsi tentang masing- masing konsep tersebut adalah:

1) Hewan bedarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya


dengan suhu lingkungannya.
2) Gas adalah zat yang bentuk dan volumenya dapat berubah-ubah.
3) Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
4) Air adalah zat yang molekulnya tersusun atas.

c. Prinsip IPA

Prinsip IPA adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-


konsep IPA.“Principlesbring stogether a large number or facts or
describe the interrelationship of facts”(Worthen and Sanders, 1986).
Prinsip merupakan kumpulan sejumlah besar fakta atau menjelaskan saling
keterhubungan sejumlah fakta. Prinsip IPA bersifat analitik sebab
merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa contoh.
Menurut para ilmuan prinsip merupakan deskripsi yang paling tepat
tentang objek atau kejadian. Prinsip dapat berubah bila observasi baru
dilakukan, sebab prinsip bersifat tentative. Contoh produk sains yang
merupakan prinsip ialah udara yang dipanaskan memuai, adalah prinsip

13
yang menghubungkan konsep-konsep udara, panas, dan pemuaian. Prinsip
ini menyatakan jika udara dipanaskan maka akan memuai. Contoh lainnya
yaitu semakin besar kuat cahaya, hasil fotosintesis semakin banyak. Selain
itu larutan yang bersifat asam bila yang dicampur dengan larutan yang
bersifat basa akan membentuk garam yang bersifat netral.

d. Hukum IPA

Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik.Hukum sains adalah


prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannnya yang meskipun
sifatnya tentative tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga dapat
bertahan dalam waktu yang relative lama. Kekhasan hukum dapat
ditunjukkan dari :

1) Bersifat lebih kekal karena telah berkali-kali mengalami pengujian.


2) Pengkhususannya dalam menunjukkan hubungan antar variable.
3) Hukum Ohm menunjukkan hubungan antara hambatan dengan kuat harus
dan tegangan listrik, yaitu “ besarnya hambatan sebanding dengan
besarnya tegangan listrik tetapi berbanding terbalik dengan kuat
arusnya”.Hukum tersebut secara matematis dibahaskan dalam bentuk
persamaan :
4) Hukum Avogadro : menjelaskan tentang hubungan antara jumlah molekul
dengan volume suatu gas yaitu: “pada suhu dan tekanan yang sama, semua
gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul yang sama
banyak”. Maksudnya bila dua volum gas hydrogen bereaksi dengan satu
volume gas oksigen membentuk dua volume uap air, yang dapat
dinyatakan dalam persamaan reaksi:
2H2 + O2                     2H2O

e. Teori IPA

14
Teori adalah generalisasi tentang berbagai prisip yang dapat
menjelaskan dan meramalkan fenomena alam.teori juga dapat berubah jika
ada bukti-bukti baru yang berlawanan dengan teori tersebut. Contoh
produk sains yang merupakan teori adalah :

1) Teori Meteorologi memprediksi kapan akan mulai musim penghujan atau


menjelaskan mengapa terjadi gelombang tsunami.
2) Teori Atom menjelaskan bagaimana kekekalan massa baik sebelum reaksi
maupun sesudah reaksi kimia terjadi.
3) Teori Geosentrik alam semesta yang menonjol lima ratus tahun yang lalu
sekarang hanya merupakan bagian dari segala dan tidak berklaku lagi.
4) Untuk mendapatkan produk sains seperti tersebut diatas para ilmuan
melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses sains. Oleh karena itu
sains sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari sains sebagai suatu proses.
D. IPA Sebagai Proses
1. Pengertian

Pengkajian sains dari segi proses disebut juga keterampilan proses


sains (sains science process skills) atau disingkat saja denga proses sains.
Proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam
dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan 
ilmu itu selanjutnya. Dengan keterampilan proses siswa dapat mempelajari
sains sesuai dengan apa yang para ahli sains lakukan, yakni melalui
pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan hipotesis, dan melakukan
eksperimen.

      Seorang ilmuan menggunakan cara khusus untuk memecahkan masalah yang
dihadipinya. Cara memecahkan masalah itu sering diberi nama “Metode Ilmiah”
seorang ilmuan umumnya bekerja secara ilmiah, yaitu menggunakan metoda
ilmiah. Berikut adalah langkah-langkah metoda ilmiah, yaitu :

15
a) Menyadari adanya masalah dan keinginan untuk memecahkan.
Masalah perlu dirumuskan dengan jelas, dan dibatasi ruang lingkupnya
agar pemecahannya lebih terfokus.
b) Mengumpulkan data yang ada hubungannya dengan masalah. data
yang terkumpul diolah/dianalisis atau disintesis untuk merumuskan
hipotesis.
c) Merumuskan hipotesis berdasarkanalasan atau pengetahuan yang
merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah. Hipotesis
bersifat tentative dan dapat diuji apakah benar atau diterima atau salah
atau ditolak.
d) Menguji hipotesis, dapat ditempuh dengan cara melakukan eksperimen
atau melakukan observasi tergantung dengan cara melakukan
eksperimen.
e) Menarik kesimpulan, kesimpulan dibuat berdasar data atau informasi
yang dikumpulkan dalam eksperimen atau observasi. Data atau
informasi yang dimaksud adalah data atau informasi dalam rangka
pengujian hipotesis.

Hasil belajar sains dari segi proses dapat dibedakan dari produk
dengan melihat proses yang dilakukan siswa dalam belajara. konsep air
membeku pada 0 dan mendidih pada 100 , misalnya dapat saja diketahu
siswa denga membaca buku atau diberitahukan oleh guru. akan
tetapi,kesan pengetahuan yang diperolehnya akan sangat berbeda jika
melihat sendiri dengantermometer pada suhu berapa air yang membeku
dan yang mendidih.

2. Keterampilan Proses IPA

Pada tingkat sekolah dasar, Rezba, et.al. (1955)  menyarankan untuk


menguasai keterampilan dasar proses sains (Basic Science process skills).

Keterampilan proses IPA atau keterampilan sains sering disebut


juga keterampilan belajar seumur hidup, sebab keterampilan dapat juga

16
dipakai untuk kehidupan sehari-hari dan untuk bidang studi yang lain.
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para
ilmuan (Iskandar, 1997: 5) . Untuk melakukan proses sains dibutuhkan
berbagi macam keterampilan antara lain keterampilan:

a. Mongobservasi

IPA selalu memulai dengan observasi.Observasi merupakan


langkah pertama yang penting bagi seorang ilmuan untuk memulai
menggunakan metoda ilmiah.”Observasi” atau”pengamatan”, apakah sama
artinya dengan melihat? observasi lebih daripada sekedar melihat dengan
mata. mengobservasi atau mengamati adalah keterampilan untuk
mendapatkan data atau informasi dengan menggunakan indera.Dapat
dilakukan dengan cara melihat, meraba, mengcap, membau, dan
mendengar. tetapi serinng pula ilmuan harus mengamati sesuatu yang
tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa. Untuk itu ia sering
menggunakan alat, sering pula inderanya tidak cukup untuk dipercaya dan
hasilnya yang kurang memuaskan sebagai contoh dengan mengobservasi
dapat diperoleh informasi tentang warma, bentuk, dan gerakannya.

b. Mengklasifikasi atau Menggolongkan

Merupakan keterampilan untuk melihat persamaan dan perbedaan


suatu obyek sehingga dengan dasar tersebut obyek dapat dikelompokkan
atau dipisahkan dari yang lain. contohnya pengkelompokkan makhluk
hidup yang memiliki persamaan yaitu kelompok hewan yang bersayap dan
bekaki enam meliputi balalang, kupu-kupu dan  nyamuk.

c. Menyimpulkan

Menyimpulkan merupakan kemampuan untuk menyatakan hasil


penilaian atau suatu obyek atau kejadian atau fenomena.Penilaian tersebut
ditentukan atau dasar fakta dan konsep atau prinsip-prinsip yang telah
diketahui. Contoh proses menyimpulkan adalah bila dari kegiatan

17
pengamatan terhadap perubahan kertas yang ditetesi dengan berbagai
macam larutan.

d. Mengiferensi

Merupakan kemampuan untuk membuat ramalan tentang kejadian


yang akan datang berdasarkan hasil observasi yang pernah dilakukan,
konsep atau prinsip yang telah diketahui. Oleh karena itu keterampilan
menginferensi disebut juga dengan istilah memprediksi.  Contoh proses
menginferensi adalah bila dari hasil observasi sebelumnya telah
disimpulkan bahwa larutan yang bersifat asam akan merubah warna kertas
lakmus menjadi merah atau orange, larutan yang bersifat basa akan
merubah warna kertas lakmus menjadi biru dan cairan yang bersifat netral
tidak merubah warna kertas lakmus.

e. Mengukur

Mengukur adalah keterampilan untuk menentukan kuantitas alat


ukuran suatu obyek dengan membandingkan atau menggunakan alat ukur
yang sesuai.Misalnya untuk mengukur suhu digunakan thermometer,
untuk mengukur panjang digunakan mistar, dan untuk mengukur pH
digunakan pH meter.

f. Menggunakan hubungan antar ruang dan waktu

Meliputi keterampilan untuk menjelaskan posisi suatu benda


terhadap benda yang  lain, menjelaskan posisi benda terhadap waktu dan
membuat dugaan keadaan yang akan datang berdasarkan apa yang telah
diketahui saat ini. Contoh : dari hasil pengamatan dan pengukuran tinggi
dan arah bayangan benda yang terbentuk karena sinar matahari pada pukul
07.00, 08.00, 09.00, dan 10.00 dapat menggunakannya untuk memprediksi
atau untuk memnentukan dimana arah atau tinngi bayangan benda tersebut
pada pukul 14.00  atau 15.00.

g. Mengkomunikasikan

18
Mengkomunikasikan adalah menyampaikan perolehan atau hasil
belajar atau penemuannya pada orang lain. Penyampaiannya dapat secara
lisan atau tertulis.Perwujudannya bisa dalam bentuk gambar, grafik,
diagram, atau skema dan cerita atu uraian yang mudah dipahami.

h. Merancang penelitian

Merupakan keterampilanproses yang terintegrasi dan dibutuhkan


pula keterampilan merumuskan hipotesis, menetukan atau
mengidentifikasi variable dan merumuskan devinisi operasional.

i. Melakukan Eksperimen

Adalah keterampilan proses terintegrasi, bahkan merupakan


puncak atau muara dari keterampilan proses yang lain.Dalam melakukan
eksperimen juga diperlukan keterampilan menafsirkan, menganalisis, dan
mensintesis data.

Dalam melakukan proses sains agar menghasilkan produk yang dapat


dipertanggungjawabkan kebenarannya perlu dilandasi dengan sikap yang
ilmiah.Beberapa kreteria yang termasuk sikap ilmiah utama dalam
berproses sains ialah:

1) Obyektif terhadap fakta artinya mengungkapkan apa adanya,


misalnya rasa senang atau tidak senang terhadap obyek.
Obyektifitas dalam proses sains agar produk yang dihasilkan dapat
diuji kebenarannya oleh orang lain.
2) Terbuka, artinya bersedia menerima atau mempertimbangkan
pendapat atau hasil penemuan orang lain yang secara keilmuan
benar, sekalipun pendapat atau penemuan itu bertentangan denga
penemuannya sendri.

19
3) Teliti, artinya cermat dalam melakukan observasi atau pengukuran.
4) Krisis atau gelisah terhadap permasalahan yang ada sehingga
timbul keingintahuan terhadap masalah tersebut dan terdorong
untuk menyelidikinya.
5) Tidak putus asa.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

IPA secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam atau
yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini M Iskandar,
1996/1997). Sedangkan Patta Bundu (2006) menyatakan bahwa IPA adalah proses
kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap
terhadap proses kegiatan tersebut. Hal ini mengandung makna bahwa IPA bukan
hanya kumpulan pengetahuan, tetapi merupakan proses pencarian yang sistematis
dan berisi berbagai strategi dimana menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
dinamis.

Secara garis besar Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tiga komponen yaitu
IPA sebagai produk, IPA sebagai Proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah. Hal
tersebut sejalan dengan fungsi dan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
yang bukan hanya kumpulan pengetahuan dan fakta untuk dihafal, tetapi ada
proses aktif menemukan menggunakan pikiran dan sikap dalam mempelajarinya
sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses siswa untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Pembelajaran IPA
di SD juga memiliki ruang lingkup bahan kajian yang secara umum meliputi dua
aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep.

B. Saran

Berdasarkan penulisan makalah ini, maka penulis menyampaikan beberapa


saran sebagai berikut:

1. Mahasiswa hendaknya dapat menguasai dan memahami hakikat


pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebagai bekal dalam
mengajarkan mata pelajaran IPA di SD.

21
2. Mahasiswa sebaiknya mengambil materi dari sumer-sumber
terpercaya baik berupa buku, jurnal maupun website yang jelas
dalam penulisan setiap makalah maupun karya ilmiah lainnya

22
DAFTAR PUSTAKA

Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E Kaligis. (1992/1993). Pendidikan IPA II.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru
Implementasi Kurikulum 2013 .Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Mansur, Muslich. 2007. KTSP (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan )


pemahaman & pengembangan. Jakarta : Bumi Aksara.
Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.

Patta Bundu. 2010. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS.

Rahayu, Nina. 2014. Implementasi Keterampilan Proses Pada Pembelajaran IPA


di Kelas IV C SD Muhammadiyah Condongcatur Sleman. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Srini M. Iskandar. 1996/1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Surabaya: Bumi Aksara

Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.


Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi.

23

Anda mungkin juga menyukai