Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Profesi menunjuk kepada suatu pekerjaan oleh pelaku agar dasar suatu janji publik dan
sumpah bahwa mereka akan menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Seseorang dikatakan
profesional jika orang tersebut dapat mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik dan dapat
memuaskan orang lain, melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok bukan sekedar mengisi
waktu luang dan pekerjaan tersebut menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran dan kecakapan.

Suatu pekerjaan dikatakan sebagai profesi jika ia lakukan full time, didasarkan panggilan
hidup, terikat norma dan aturan memiliki derajat otonomi tinggi, melakukan pengembangan diri
secara terus menerus, dan memiliki kode etik profesi. Kode etik profesi merupakan norma-norma
atau aturan yang harus ditaati. Tujuan dari kode etik menjunjung tinggi martabat profesi,
menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggota
profesi dan meningkatkan harga diri (kehormatan suatu organisasi profesi).

Tenaga pendidikan merupakan anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
menunjang penyelenggaraan pendidikan, selain itu bertugas untuk melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan. Tenaga kependidikan terdiri dari pendidik, pengelola suatu pendidikan,
penitik/pengawas, peneliti, dan pengembanagn dibidang pendidikan, pustakawan laboran, dan
teknisi sumber belajar.

Salah satu contoh pendidik dalah guru. Seorang dikatakan sebagai guru karena ia berada di
muka kelas dan berhubungan langsung dengan peserta didik dalam melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran. Seorang guru harus memiliki profesionalisme (merupakan sikap dari
seorang professional). Sasaran dari sikap professional yaitu peraturan perundang-undangan,
organisasi profesi (PGRI), teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pemimpin, dan pekerjaan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Profesi
2. Sebutkan dan Jelaskan Jenis-jenis Prefesi Kependidikan
3. Sebutkan Syarat-syarat Kependidikan
4. Bagaimanakah sejarah perkembangan profesi keguruan/ kependidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi

Istilah “profesi” sudah cukup dikenal oleh semua pihak, dan senantiasa melekat pada
“guru” karena tugas guru sesungguhnya merupakan suatu jabatan professional. Biasanya sebutan
“profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang seseorang. Akan tetepi
tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi  karena profesi menuntut keahlian para
pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi
tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan suatu persiapan melalui
pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Ada beberapa istilah lain yang
bersumber dari istilah “profesi” yaitu istilah professional, profesionalisme, profesionalitas, dan
profesionalisasi.

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut


keahlian (expertise) menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian
diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggungjawabkan.

Ciri-ciri profesi, yaitu adanya :

1. Standar untuk kerja.


2. Lembaga pendidikan khusus untuk menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar
kualitas akademik yang bertanggung jawab.
3. Organisasi profesi.
4. Etika dan kode etik profesi.
5. Sistem imbalan.
6. Pengakuan masyarakat.

Seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut professional. “Profesional”


mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi
dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan
profesinya. Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah mendapat pengakuan, baik
secara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau
lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan organisasi profesi.
Secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu
profesi. Sebagai contoh misalnya sebutan “Guru Profesional” adalah guru yang telah mendapat
pengakuan formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan
ataupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat
keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dan sebagainya, baik yang menyangkut kualifikasi maupun
kompetensi. Sebutan “Guru Profesional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap
kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
guru. Dengan demikian, sebutan “professional” didasarkan pada pengakuan formal terhadap
kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam
RUU Guru (Pasal 1 Ayat 4) dinyatakan bahwa : “Profesional adalah kemampuan melakukan
pekerjaan sesuai dengan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain”.

“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan
kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin
dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas
professional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai
dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna
professional.

“Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat
melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian sebutan profesionalitas lebih menggambarkan
suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

“Profesionalisasi” adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi
dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

B. Jenis-jenis Profesi Kependidikan


Jenis profesi dalam bidang pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan. Yang pertama ada tenaga pendidik yaitu tenaga kependidikan yang
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik (pengajar). Macam-macam tenaga pendidik antara lain ada guru, dosen, tutor, konselor
dan ustadz. Menurut undang-undang no.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan seorang guru untuk mengelola pembelajaran


peserta didik. Misalkan disini seorang guru mampu merencanakan program belajar mengajar,
kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan
melakukan penilaian. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang stabil, dewasa, arif,
berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia. Disini seorang guru harus menjadi contoh dan
teladan yang baik bagi siswanya. Ada peribahasa yang mengatakan guru kencing berdiri, murid
kencing berlari. Peribahasa ini ingin mengatakan bahwa seorang guru yang baik harus bias
merubah dirinya terlebih dahulu sebelum dia merubah orang lain. Seorang guru juga dituntut
untuk mempunyai kompetensi social yakni disini seorang guru harus mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Guru yang profesional berusaha mengembangkan komunikasi dengan orang tua murid
sehingga terjadi komunikasi dua arah. Dan yang terakhir ada kompetensi profesional yakni
seorang guru disini harus mampu dan menguasai materi pelajaran yang luas dan mendalam serta
pemahaman terhadap metode dan teknik mengajar yang sesuai yang di pahami oleh murid.
Tenaga pendidik yang lain ada dosen. Dosen disini merupakan tenaga pendidik dalam jenjang
pendidikan tinggi. Dosen menjadi tenaga pendidik di perguruan tinggi seperti universitas, institut
dan perguruan tinggi lainnya. Kualifikasi akademik minimum yang harus dimiliki seorang dosen:

 lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana; dan
 lulusan program doktor untuk program pasca sarjana.

kemudian ada tutor. Tutor adalah guru yang bertugas pada pendidikan anak usia dini, pendidikan
kesetaraan, dan pendidikan keaksaraan. Selanjutnya ada konselor, konselor disini bertugas dan
bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di satuan
pendidikan. Konselor merupakan salah satu profesi yang termasuk ke dalam tenaga pendidik.
Dan yang terakhir ada ustadz. Ustadz disini merupakan seorang tenaga pendidik yang tugasnya
mengajar di lembaga atau sekolah-sekolah yang berbau keagamaan dilembaga formal maupun
non formal. Lembaga formal disini ada sekolah madrasah dan yang non formal sendiri adalah
seperti di musholah, mesjid ataupun dipondok pesantren.
Kemudian Tenaga kependidikan merupakan pegawai yang bekerja pada satuan pendidikan
selain tenaga pendidik. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada
satuan pendidikan. Masing-masing tenaga kependidikan disini mempunyai kompetensinya
masing-masing. Misalkan ada:
 kepala sekolah harus mempunyai kompetensi kepribadian, Kompetensi managerial,
Kompetensi social, Kompetensi super visi
 pengawas sekolah harus mempunyai kompetensi kepribadian, managerial, akademik,
evaluasi pendidikan, penelitian dan pengembangan, serta kompetensi social
 kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga administrasi sekolah adalah kompetensi
kepribadian. Social, dan teknis
 tenaga pustakawan adalah seseorang yang bekerja di perpustakaan dan membantu orang
menemukan buku, majalah, dan informasi lain. Pendidikan untuk menjadi seorang
pustakawan, seseorang perlu menempuh pendidikan tentang perpustakaan setingkat S2
maupun D2.
 Kompetensi yang harus dimiliki seorang laboran adalah kompetensi kepribadian, social,
managerial dan professional.
 Petugas Layanan Khusus antara lain ada Penjaga Sekolah, tukang Kebun, tenaga
Kebersihan, pengemudi, dan pesuruh.

C. Syarat-syarat Profesi Kependidikan

Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya sudah ada yang mencoba menyusunnya. Misalnya
National Education Association (NEA) (1948) mensyaratkan kriteria bentuk :

 Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.


 Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
 Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.
 Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanent.
 Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
 Jabatan yang lebih mementingkan layanan d iatas keuntungan pribadi.
 Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat dan terjalin erat.

D. Sejarah Perkembangan Profesi Keguruan/Kependidikan

Perkembangan Profesi Keguruan Kalau kita ikuti perkembangan profesi keguruan


Indonesia, jelas bahwa pada mulanya guru-guru indonesia diangkat dari orang-orang yang tidak
berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru. Dalam bukunya Sejarah Pendidikan
Indonesia, Nasution (1987) sejarah jelasmelukiskan perkembangan guru di Indonesia. Pada
mulanya guru diangkat dari orang-orang yang tidak memiliki pendidikan khusus yang ditambah
dengan orang-orang yang lulus darisekolah guru (kweekschool) yang pertama kali didirikan di
Solo tahun 1852. Karena mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia Belanda
mengangkat lima macam guru yaitu:

1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru.
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal dari warga
yang perna mengecap pendidikan.

Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebadai jabatan profesional penuh, status
mulaimembaik. Di indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di DPR/MPR. Dalam sejarah
pendidikan guru indonesia, guru pernah mempunyai status yang sangat tinggidi masyarakat,
mempunyai wibawah yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu. Peranan
guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan kelas, mendidik masyarakat, tempat
masyarakat untuk bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial. Namun,
wibawah guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan zaman,  perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan keperluan guru yang meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan
ataukemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan
bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih
merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan.Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh berbeda dengan dengan
guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika Serikat pengembangan
profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley
(1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu:

1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru


sainsmemerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif
dan metodemetode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses observasi
fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan
tersebut berdasarkanfenomena alam.

2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru


sainsmemerlukan pengintegrasianpengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan
siswa, jugamenerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru yang efektif
tidak hanya tahusains namun mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang
efektif dapat memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting,
konsep-konsep apa yang mampudipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi
yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa
belajar.

3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains
memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaransepanjang
masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah
berkomit menuntuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga
guru berkesempatan terus untuk belajar.
4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains
haruskoheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal
kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan tidak
berkelanjutan. Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru
sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia
Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar professional guru sebagaimana uraian di
atas, di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership
1993 (dalam Supriadi 1998) dijelaskan bahwan untuk menjadi profesional seorang guru
dituntut untuk memiliki lima hal:

a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya


b. Guru menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran yang diajarkannya serta
caramengajarnya kepada siswa
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi
d. Guru Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar
dari pengalamannya
e. seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru


memilikitugas dan peran bukan hanya memberikaninformasi-informasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era
hiperkompetisi.

Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap
berbagaitantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan
peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional,
dan keterampilan.Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus
mempersiapkangenerasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan
diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional. Akadum (1999)
menyatakan dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutualkorelasi yang
pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil
kebijakan :
1. Profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. Rendahnya
gaji berimplikasi pada kinerjanya
2. Profesionalisme guru masih rendah. Akadum (1999) juga mengemukakan bahwa ada
lima penyebab rendahnya profesionalisme guru
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total
b. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan
c. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilankebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum
mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan
d. masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikankepada calon guru
e. Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
makssimalmeningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI
bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure
group agar dapat meningkatkankesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa
mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para
anggotanya.

Dengan melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru,


pemerintah berupaya untuk mencari alternative untuk meningkatkan profesi guru.Upaya
Meningkatkan Profesionalisme Guru Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan
profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan
yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi.

Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan
Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna
banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan.
Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah
adalah program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk
meningkatkan profesionalisme guru,  misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG
(Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam
memecahkanmasalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi,
1998).

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses
ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari
organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,
penegakan kodeetik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara
bersama-samamenentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.Dari
beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling penting agar guru-
guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya jamkerja
dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji gururendah,
jelaslah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahanuntuk
mencukupi kebutuhannya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak heran
kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara ketiga. DiIndonesia
telah mengalami hal ini tetapi ketika jaman kolonial Belanda. Setelah memasuki jamanorde baru
semua berubah sehingga kini dampaknya terasa, profesi guru menduduki urutanterbawah dari
urutan profesi lainnya seperti dokter, jaksa,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari  pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan :

Profesi merupakan suatu pekerjaan yang mengandalkan keterampilan dan keahlian khusus
yang didapatkan pada pekerjaan sebelumnya. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan
pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengertian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi.

Dilihat dari sejarah, pada awalnya orang-orang diangkat menjadi guru belum
berpendidikan khusus keguruan, dan secara perlahan-lahan tenaga guru ditambah dengan
mengangkat dari lulusan guru (kweek school) yang pertama kali didirikan di SOLO pada tahun
1852. karena kebutuhan penambahan sejumlah guru yang semakin mendesak.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan
senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis hanya bisa berharap,
bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan
sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi
seluruh mahasiswa Universitas Negeri Makassar.
DAFTAR PUSTAKA

http://cintakamiakdarbanafsaj.blogspot.com/2012/02/konsep-dasar-profesi-keguruan.html

http://uipjeuns.blogspot.com/2012/05/makalah-profesi-keguruan-tentang.html

http://lia2009sospol.blogspot.com/2010/10/jenis-profesi-dalam-bidang-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai