Tak ada kata yang lebih patut dan layak untuk diucapkan selain
“Alhamdulillah”, segala Puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan kami
begitu banyak nikmat, kemudahan dan pertolongan dalam segenap upaya kami
untuk menuntut ilmu di jalanNya. Karena berkat rahmatNya akhirnya makalah
Dasar-dasar PENJASKES ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari pengawasan Dosen
Pwngampu yang bersangkutan, untuk itu kami sampaikan terimah kasih kepada :
Bapak M. Zaim Zen, M.Pd.
Makalah ini bersumber dari web yang ada relevansinya dengan judul makalah
ini. Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan,
untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah kami.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan acuan
atau referensi mahasiswa lainnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Lebih menyadari akan arti dan rasa dari gerak itu sendiri, serta
menyenanginya baik sebagai pelaku maupun sebagai penonton.
4
Aktivitas belajar yang tertuang dalam kurikulum pada model ini dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga katagori, yaitu : tari (dance), senam
(gymnastics), dan permainan (games). sebab model ini berada dibawah
payung Human Movement, maka aktivitas belajar dalam kurikulumnya
merupakan penjabaran dari konsep gerak (movement concepts), seperti:
kesadaran ruang (general dan self spance), kualitas usaha (waktu dan
kekuatan), dan hubungan (dengan orang dan benda)
Sementara itu aktivitas senam dan permainan dalam kurikulum model ini
tidak lagi menekankan pada aspek kompetisinya, akan tetapi lebih
menekankan pada perolehan kreativitas dan kesenangan estetisnya. Oleh
karena itu, model movement education cenderung lebih menghargai gerak
dari dimensi estetis dari pada dimensi kompetisi. Anak didik diajarkan
bagaimana menghargai gerak dari sisi estetis dan maknanya sebagaimana kita
menghargai kemenangan dari suatu pertandingan.
5
2.2 Fitness Approach
Tujuan dari model ini antara lain adalah agar anak didik :
6
Hal yang menarik dari program ini adalah, dibeberapa wilayah di
Australia dan Kanada, program ini dilaksanakan secara terpisah dari program
pendidikan jasmani serta mempunyai status yang khusus di SD. Program ini
dimaksudkan untuk memperkenalkan pentingnya melakukan latihan yang
teratur dengan intensitas yang memadai untuk meningkatkan dan memelihara
tingkat kebugaran jasmani anak didiknya.
7
Lulusan mampu menyusun aktivitas pembelajaran yang dapat mendorong
siswa memiliki keterampilan memecahkan masalah
Lulusan secara bertahap memiliki rasa tanggung jawab terhadap hasil dam
kemajuan belajar siswa
8
anak didik. Tokoh yang terkenal mengembangkan model ini adalah Donald
Hellison (1973, 1978, 1982).
Hampir bisa dipastikan, tidak semua siswa masuk level 0. pada kasus
seperti ini, pembelajaran lebih bersifat umum. Siswa dari masing-masing
level diberi pengalaman belajar yang mengakibatkan siswa memahami dan
mendapatkan perkembangan individu dan sosial yang lebih baik pada
9
levelnya. Pada kesempatan lain, siswa diberi aktivitas belajar yang bersifat
individu yang bertujuan untuk mengembangkan tanggung jawab dan
pengendalian dirinya. Pada kesempatan yang lain juga, siswa diberi aktivitas
belajar yang bersifat kelompok dengan tujuan untuk memperoleh
pengalaman kerja kelompok, misalnya: melakukan opensif atau devensif
dalam permainan team.
10
pada semua tingkat usia. Model ini menerapkan konsep: sport for all” dengan
terlebih dahulu memperkenalkan aktivitas permainan bagi anak-anak usia
tiga tahun dan dilanjutkan dengan macam-macam program pada berbagai
tingkatan usia, termasuk olahraga untuk orang dewasa.
Setiap siswa harus menjadi anggota team olahraga secara konsisten dari
mulai musim persiapan sampai musim pertandingan berakhir
11
Dari setiap awal tahun ajaran, guru bertindak sebagai fasilitator, dari
mulai membuat team, berlatih secara individu maupun kelompok. Dan
bertanding. Selain dari itu, siswa dididik dan dilatih untuk berperan sebagai
pelatih, wasit dan pelaksana administrasi. Dalam model ini kemenangan
dalam bertanding bukan merupakan tujuan utama. Tujuan utamanya adalah
siswa menjadi olahragawan yang baik, menjadi wasit yang baik, berperilaku
jujur, tidak kaget dengan kemenangan dan kesalahan, dan fair play dalam
pertandingan.
12
Mekipun kurikulum model ini dapat diterapkan di lingkungan sekolah
(misalnya untuk panjat tali), namun akan lebih leluasa apabila juga
diterapkan di lingkungan luar sekolah. Beberapa tujuan dari model ini:
13
2.8 Development Education
14
tersebut pada asarnya disediakan untuk melayani berbagai kebutuhan dan
minat siswa pada tingkkatannya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia. Pendidikan berlangsung seumur
hidup, sejak manusia terlahir ke dunia sudah mulai mendapatkan pendidikan dari
kedua orang tua, lingkungan sekitar, sampai manusia meninggal dunia
Implementasi program pendidikan jasmani terus berkembang sesuai dengan
pandangan para pelaksana terhadap tuntutan perkembangan masyarakat.
3.2 Saran
16
Daftar Pustaka
Bab_2_Penjas_Life_Skills_SMA.pdf
Pembelajaran_Pendidikan_Jasmani_di_Sekolah_Dasar.pdf
17