MK.PAEDAGOGI
OLAHRAGA
PRODI S1 PENDIDIKAN
KEPELATIHAN OLAHRAGA
Skor Nilai :
NIM : 6191121028
OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang MahaEsa, karena atas berkat
dan RahmatNya sehingga penulis dapat menyelaesaikan tugas makalah matakuliah Paedagogi
yang berjudul “Critical Book Review”.Penulis berterimakasih kepada Bapak dosen yang
bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bias menambah
pengetahuan bagi pembaca
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENGANTAR
A. Identitas Buku..........................................................................................................3
B. Tujuan Kritikan........................................................................................................3
A. Buku Pertama..........................................................................................................4
B. Buku Kedua.............................................................................................................25
A. Keunggulan Buku....................................................................................................36
B. Kelemahan Buku.....................................................................................................36
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................37
B. Saran........................................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENGANTAR
A. IDENTITAS BUKU
IDENTITAS BUKU I
IDENTITAS BUKU II
B. TUJUAN KRITIKAN
Untuk melatih mahasiswa dalam mengkritisi isi buku atau bab buku yang
digunakan dalam mata kuliah paedagogi olahraga atau buku relevan lainnya
(menentukan critical position mahasiswa). Dan dapat mengetahui keunggulan dan
kelemahan dari suatu buku yang telah di kritisi.
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
A. RINGKASAN BUKU 1
BAB 1
A. Pengertian Paedagogi Olahraga
Istilah paedogi olahraga kini sudah cukup diakui dan diterima oleh komuntias
internosional olahraga olahraga yang dibuktikan dengan diselenggarakannya program
konferensi internasional oleh aliane American for Health, Physycal Education, Recreation
and Dance (AAHPERD) dengan fokuskajian utamanya adalah disipiln ilmu kurikulum dan
pembelajaran.
B. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui dan tentang aktivitas fisik atau dalam
bahasa aslinnya adalah physical education is education of and through movement. Terdapat
tiga kata kunci dalam defenisi tersebut, yaitu 1) pendidikan (education), yang direfleksikan
dengan kompertensi ang ingin diraih siswa 2) melalui tenntang (through and of), sebagai kata
sambung yang menggambarkan keeratan hubungan yang dinyatakan dengan berhubungan
langsung dan tidakn langsung dan 3) gerak (movement) merupakan bahan kkajian
sevagaimana tertera dalam kurukulum pendidikan jasmani.
Beradasarkan definisi tersebut cukup jelas bahwa posisi movement atau dalam
kurukulum disebut bahan kajian yang terdiri dari tujuh bahan kajian (altivitas permainan dan
olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas uji diri/senam, aktivitas ritmik, aktivitas
air/aquatic, aktivitas luar kelas, dan kesehatan), dapat ditempatkan sebagai alat atau tujuan.
Empat katagori tujuan sepeti yang dikemukakan oleh Bucher (1964), yaitu:
E. Keberhasilan Program
Salah satu defenisi keberhasilan mengajar yang dapat kita jadikan rujukan
dikemukakan oleh Graham (1992). Ia mengemukakan bahwa defenisi keberhasilan mengajar
tidak hanya sekedar memelihara siswa aktif berolahraga, senang, dan segar pada saat dan
setelah melakukan pengajaran. Ada tiga karakteristik keberhasilan mengajar yang menonjol,
yaitu siswa, guru, dan sekolah.
BAB II
A. metode tradisional
A intitute judgement
Megandung arti bahwa supervisor atau orang yang ahli dalam mengajar
mengobservasi seorang guru yang sedang ,engajar dan selanjutnya membuat penilian tentang
apa yang dilihatnya
B. Eye baling
C. cacatan anekdot
Metode yang lebih intensif dan seliable. Pengamatan cacatan apa yang terjadi dalam
PBM. Pencacatan ii dimaksudkan agar informasi penting pada waktu mengajar dapat
dinrekam dengan baik.
Metode yang paling umum digunakan untuk menilai penampilan mengajar sekarang
ini adalah checkist
Even recording
Even recording atau pencacatan kejadian merupana dalah satu metode observasi yang
sistematis melauli pancacatan frekuensi terhadap kejadin-kejadin yang terjadi selama
berlangsugnya PBM penjas
1. Duration recording
Yang dijelaskan diatas akan menghasilkan data berupa frekuensi beberapa kali guru
memberikan misalnya: feedback kepada siswa dalam kurun waktu tertentu. Dengan
menggunakan alat tersebut, pbserver tidak diketahui data tentang berapa lama sisawa
misalnya, bepartisipasi dalam kegiatan belajar.
Proses pada guru berhubungan dengan penilaian guru pada waktu mengajar dan
diukur secara berlangsung dengan observasi pada saat guru sedang mengajat beberapa
keterampilan proses pada guru tersebut antara lain adalah sebagai beriut :
Proses pada siswa berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh siswa dan
secara potensial memberi distribusi atau menghambat terhadap hasil belajar. Beberapa contoh
variable proses oada siswa tersebut antara lain:
Menunggu giliran
Partisipasi siswa selama instruksi
Respon terhadap aktivitas belajar
Analisis respon skill
Perilaku meyimpang
BAB III
A. Analogi mengajar
1. mengajar adalah sebuah seni (art) yang tidak bisa dipelajari; guru yang baik adalah
pembawaaan sejak lahir dan bukannya dibuat.
2. mengajar cukup dibekali oleh motivasi/ keinginan membantu siswa yang kuat dan
penguasaan materi yan ghebat. Pandangan banyak dianut oleh orang-orang non keguruan.
Beberapa perumpamaan mengajar lainnya yang juga semarak diantara para guru antara lain
1. mengajar seolah-olah guru “in the eye of hurricane”
3. mengajar diumpamakan seperti hal nya tugas komposer atau konduktor dalam symphoni
5. Graham (1992) menganggap guru penjas yang berhasil sebagai artis. Guru mampu
menyusun, menata keterampilan –keterampilan mengajar dan mengembangkan pelajaran.
Mengajar terlalu suli untuk diramalkan. Guru yang baik mengikuti pendekatan seperti
halnya seorang artis. Mereka mendapatkan segudang ilmu, keterampilan, dan teknik yang
selanjutnya dikembangkan dan diterapkan sehingga sangat berarti dan bernilai bagi siswa.
1. keadaan siswa
2. isi pelajaran meliputi semua spektrum aktivitas: kognitif, afektif, dan fisik.
tahapan awal yang tidak menyenangkan adalah tahapan dimana anda marasa kaku,
malu, atau tidak nyaman karena anda tidak biasa melakukannya.
3. tahapan belajar melakukan sesuatu lebih dari satu pada waktu yang bersamaan
Belajar melakukan sesuatu lebih dari satu pada waktu yang bersamaan maksudnya
adalah belajar memelihara, paling tidak, satu teknik yang sudah berjalan atau diterapkan pada
saat belajar menguasai teknik lain yang belum berjalan dengan baik.
Pengalaman sendiri dalam mengajar, baik dalam PBM yang sebenarnya maupun
dalam “peer eaching” tidak akan menjamin adanya peningkatan kemamouan mengajar.
Berikut ini beberapa cara yang mungkin berguna dalam meningkatkan kemampuan mengajar
4. bantuan teman
Pemahaman guru terhadap esensi proses pembelajaran merupakan faktor penting agar
guru dapat melakukan inovasi pembelajaran secara sistematis dan berkelanjutan menuju pada
target sosok pembelajaran yang komprehensif dan efktif.
Secara garis besar proses ini dapat dibagi kedalam tiga kategori pengelolaan yaitu pengelola
rutinitas, pengelolaan ini proses belajar, serta pengelolaan lingkungan dan materi
pembelajaran.
BAB IV
PERENCANAAN PENGAJARAN
A. pentingnya perencanaan
pembuatan perencanaan mengajar sangat penting mengingat beberapa alasan.
Minat siswa. Aktivitas penjas biasanya diminati siswa sehingga aktivitas penjas
apapun yang diberikan guru akan tetap disegani siswa.
Persepsi guru. Manakalah guru meyepelekan penjas, guru akan enggan membuat
perencanaan kerena pembuatan perencanaan tersebut hanya akan membuang-buang
waktu.
Persepsi pihak luar. Banyak orang tua siswa atau pekerja administrasi dan bahkan
kepala sekolah dan guru kelas tidak mengerti akan pentingnya penjas bagi siswa.
C.Bentuk dan komponen umum perencanaan pengajaran
1. perencanaa periodik
Walaupun perencanaan periodik jenjang pendidikan tertentu misalnya tiga tahun
untuk jenjang pendidikan smp, namun para guru, sebagai pelaksana perencanaan tersebut
harus betul-betul mengetahui dan memahaminya.
2. perencanaan tahunan
Pertimbangan pembuatan perencanaan tahunannya pada prinsipnya sama dengan
pertimbangan pembuatan perencanaan periodik, yaitu antara lain: merumuskan tujuan dan
menetapkan program yang konsisten dengan program tahunan sebelum dan setelahnya.
Seperti hanya perencanaan periodik perencanaan tahunan juga sudah tercakup di dalam
kirikulum penjas.
3.Perencanaan harian
Sebelum menejelaskan lebih jauh tentang rencana mengajar, lihatlah dua contoh
rencana mengajar berikut ini:
Contoh satu
I. Topik : dribling
II. Kelas : III sd
III. Waktu : 30menit
IV. Target siswa : mampu mengontrol bola pada waktu dribling sambil bergerak
BAB V
Beberapa tahap yang dapat dilakukan antara lain: pertama guru menyatakan
harapannya tentang perilaku siswa yang bagaimana yang diinginkan dan yang tidak
diinginkan oleh gurunya terutama selama BPM berlangsung, berikutnya mengidentifikasi
dan mengelola harapan dalam PB lpenjas, selanjutnya mengajar danmelatihnya kepada
siswa.
A.Harapan Guru
Harapan guru pada dasarnya merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan
belajar yang dicita-citakan gurunya dan diharapkan bisaterwujud dalam kenyataan. Harapan
ini biasanya unatuk einginan positif yang apabila terwujud dapat membantu mencapai
tuujuan yang lebih ideal.
Peraturan ini selanjutnya harus diberikan dan dijelaskan kepada siswa, serta kepada guru
juga harus memberikan contoh-contoh perilaku yang sesuai dan tidak sesuai dengan
peraturan secara jelas dan dimengerti oleh siswa. Siswa yang perilakunya sesuai dengan
peraturan harus diberi penghargaan, misalnya dengan perkataan, bahasa isyarat, mimik muka,
nilai, dan sebagainya yang mempunyai artipenghargaan bagi anak didik.
Beberapa jenis aktivitas rutin dalam PBM Penjas tersebut, antara lain:
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya bahwa harapan guru tidak terwujud
dengan sendirinya akan tetapi melalui proses ajar yang langsung secara konsisten dan
terusmenerus melalui beberapa tahap penyadaran, pembentukan sikap, dan pembiasaan
sehingga tanpa merasa canggung, resah, atau terpaksa untuk melaksanakannya pada setiap
mengikuti PBM Penjas dan bahkan lebih jauh akan membawa dampak positif terhadap
perilaku sehari-hari baik diantara temannya, keluarga maupun masyarakat.
BAB VI
Walaupun satu strategi tidak bisa menjamin seratus persen, namun para guru sangat
perlu untuk mengetahui beberpa strategi untuk mengurangi kemungkinan siswa pasif dalam
belajar. Guru yang baik mempunyai segudang strategi yang digunakan untuk mengatasi
masalah, kadang-kadang disadari dan kadang-kadang tidak. Beberapa di antara macam-
macam teknik pengawasan tersebut adalah:
-Mendekati siswa
-Pengawasan melekat
-Secara terpadu
-Mengingat nama
-Pemodelan (pinpointing)
Hampir sudah bisa dipastikan bahwa setiap guru Penjas menghadapi siswa yang
kurang disiplin. Lepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, guru sebaiknya bersiap-
siap "sedia payung sebelum hujan" untuk menghadapi dan memecahkan masalah disiplin
tersebut melalui pembinaan disiplin siswa sejak dini. Dari hasil penelitian (Graham, 1992)
menunjukkan usaha pembinaan disiplin yang baik dilakukan dengan cara terintegrasi dengam
PBM Penjas pada setiap kali mengajar dari semenjak awal hingga akhir tahun ajaran. Sebagai
bahan literature, beberapa model pembinaan disiplin tersebut adalah sebagai berikut.
1. Modifikasi Perilaku
Teori modifikasi perilaku ini didasarkan pada pandangan B.F. Skinner yang
menyatakan bahwa: tingkah laku dibentuk oleh konsekuensi tingkah laku itu sendiri.
Konsekuensi yang baik (positif) mengakibatkan pengulangan tingkah laku itu. Fokus
pendekatan ini menekankan pada tingkah laku baik dan mengabaikan tingkah laku tidak baik.
Salah satu contoh penerapan pendekatan ini misalnya guru segera memberikan pujian,
dorongan, atau penghargaan kepada siswa yang berperilaku atau berpenampilan baik.
Sebaliknya guru membiarkan atau tidak memberi penghargaan pada siswa yang tidak
berperilaku baik.
2. Psikoanalitis
Tokoh dari teori ini adalah Carl Rogers, Ia mempunyai pandangan bahwa penyatuan
antara emosional, sikap, dan intelektualnya akan menambah kesadaran tentang dirinya dan
lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini guru bertindak selaku pendengar aktif, menerima dan
terbuka tanpa mempertimbangkan isi pesan yang dikemukakan siswa.
Orang pertama yang mengembangkan model ini adalah Canter (1976). Ia membuat
model pembinaan disiplin nama Canter's Assertive Discipline Model. Pendekatan ini
didasarkan pada beberapa pandangan sebagai berikut:
Sehubungan dengan itu ada beberapa strategi yang dilakukan oleh para guru untuk
mengurangi rasa kecewa atau marah sehingga bisa menguntungkan baik bagi guru maupun
siswanya.
BAB VII
MEMULAI PELAJARAN
Aktivitas Pengenalan
Aktivitas pengenalan sering juga disebut sebagai pemanasan yang istilahnya diambil dari
tujuan aktivitas pengenalan itu sendiri, yaitu pemanasan.
Cara-cara menyampaikan tujuan pelajaran kepada siswa akan sangat membantu sikap dan
motivasi siswa dalam belajarnya atau dalam melakukan isi pelajaran, bahkan dapat
mempengaruhi sikap dan motivasi belajar.oleh karena itu, dalam menyampaikan penjelasan
tujuan pelajaran hendaknya mempertimbangkan selera anak didik yang akan belajar
1. Stretching atau senam calisthenics, senam dan stertching diperlukan oleh siswa
dengan tujuan sebagai persiapan dalam melakukukan aktivitas tertentu.
2. Lari keliling lapangan, kritik yang dilontarkan terhadap penggunaan lari keliling
lapangan sebagai bentuk aktivitas pengenalan berbunyi bahwa lari keliling lapangan
tidak hanya membosankan bagi siswa tetapi juga membuang-buang waktu ( Graham,
1992) sehubungan dengan itu Graham (1992 ) menganjurkan untuk menggunakan
bentuk aktivias lain yang selain dapat meningkatkan suhu tubuh juga mempunyai nilai
tambah misalnya : tag games, mendribbling, listening games. Nilai tambah dari
bentuk latihan di atas akan meningkatkan body management
BAB VIII
A. Instruksi (instruction)
Instruksi pada dasarnya adalah proses pemberian informasi kepada anak, biasanya
disampaikan dengan penjelasan. Ada dua macam instruksi yang biasanya disampaikan oleh
guru Pendidikan Jasmani kepada siswa yaitu : pertama adalah instruksi yang berhubungan
dengan mengorganisasi siswa (instruksi organisasi) dan kedua adalah instruksi yang
berhubungan dengan informasi isi pelajaran (instruksi informasi)
B. Demonstrasi
Demonstrasi pada dasarnya adalah peragaan baik yang dilakukan oleh guru maupun
siswanya yang bertujuan untuk memperjelas konsep atau instruksi yang baru saja di berikan
oleh gurunya. Demonstrasi hendaknya dilakukan dengan mengikuti beberapa pertimbangkan
sebagai berikut:
Beberpa diantaranya keuntungan pinpointing adalah apabila dilakukan oleh lebih dari satu
siswa akan memungkinkan siswa tidak merasa engan atau malu menankan rasa percaya diri
pada merka yang melakukan peragaan dan memberi standar pedoman bagi yang melihatnya
untuk melakukan serupa.
F. Play-Teach-Play
Untuk alasan siswa yang tidak senang mendengar penjelasan konsep dari gurunya,
tidak senang latihan untuk meningkatkan keterampilan, dan tidak punya perhatiannyang
cukup terhadap materi yang diberikan, teknik lainnya yang bisa digunakan adalah: “play-
teach-paly” atau bermain-mengajar-bermain.
BAB IX
Tantangan berat bagi guru penjas pada waktu mengajar adalah bagaimana mengaktifkan
semua sisiwa yang bervariasi tingkat kemampuannya tersebut mempelajari suatu
keterampilan secara serempak dalam waktu yang bersamaan. jawaban sementara atas
tantangan tersebut adalah menciptakan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga aktifitas
belajar yang ada di dalamnya mempunyai karakteristik : berorientasi pada keberhasilan,
memotivasi secara intrinsik,dan sesuai dengan tingkat perkembangan.
1. Teaching by Invitation
2. intratask variation
3. Task Sheet (kertas tugas)
4. Station atau Learning centers
6.Videotaping
BAB X
MENGEMBANGKAN ISI PELAJARAN
Tugas guru penjas dalam mengajar pada dasarnya adalah mengajar dan memberi kesempatan
belajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyebabkan terjadinya :
1. Proses belajar yang lebih cepat dari pada hanya sekedar akibat dari trial and eror
2. Perkembangan runtun pelajaran yang bertahap dan berurutan yang menyebakan
adanya kemampuan siswa meningkat
3. Penanaman pemahaman mengenai cara – cara melakukan ketrampilan dengan benar
sehingga siswa tidak membuang – buang waktu pada tahun – tahun berikutnya untuk
memperbaiki “bad habit” yang terbentuk akibat pembalajaran yang salah
4. Pembelajaran berbagai keterampilan yang memungkinkan siswa memilihnya pada
tahun – tahun berikutnya siswa tidak merasa asing dengan ketrampilan yang akan di
pelajarinya
Selanjutnya, Rink (1985), Gusthart (1985), dan Masser (1987), memberi pandangan –
pandangan penting dalam pengembangan konten pengajaran pendidikan jasmani yang
meliputi : pembritahuan (informing), pengembangan (extending), perbaikan (refining), dan
penerapan (applying)
Salah satu aspek yang harus menjadi pertimbangan pada guru dalam mengembangkan
isi pelajaran adalah kapan guru harus merubah aktivitas belajar dari aktivitas pengembangan,
kepenyempurnaan, dan ketantangan. Guru yang baik tentu saja akan melakukan perubahan
ini berdasarkan pada perkembangan kemajuan ketrampilan yang dilakukan oleh siswanya
dari pada berdasarkan pada jumlah waktu yang tersedia atau jumlah aktivitas ketrampilan
yang akan diberikan. Terdapat beberapa pola pengembangan yangs sering dilakukan oleh
para guru pada waktu mengajar olahraga, antara lain sebagai berikut :
1. Pola satu penuh (pengembangan penuh)
Pola ini sering digunakan terutama pada awal pertemuan yang kebanyakan siswanya belum
begitu mengenal ketrampilan yanh diberikan oleh gurunya.
Pola satu dua satu dua atau pola pengembangan – penyempurnaan pengembangan –
penyempurnaan ini dapat dilihat dari perilaku guru yang merubah aktivitasnya dari aktivitas
pengembangan ke penyempurnaan dan kembali lagi kepengambangan selanjutnya ke
penyempurnaan lagi.
Pola ini diawali oleh pemberian aktivitas belajar diikuti oleh penyempurnaan beberapa kali
dan diakhiri oleh tantangan.
Walapun pola pengembangan isi pelajaran beraneka, ini tidak berarti bahwa pola yang satu
lebih bagus atau sebaliknya. Pola – pola pengembangan tersebut akan meberi informasi
kepada guru tentang kuantitas dan kualitas pengembangan, penyempurnaan, dan tantangan
aktivitas belajar yang diberikan kepada siswa.
BAB XI
- Jenis Feedback
1. General dan specific feedback
Feedback dikatakan general apabila merujuk pada, misalnya: gerakan umum,
tingkah laku siswa, atau pakaian yang digunakan. Feedback ini sering digunakan
guru untuk mendorong siswa terus belajar dan mencobanya.
Feedback dikatakan specific apabila berisiinformasi yang menyebabkan anak
mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan mengetahui bagaimana
seharusnya mereka berlatih.
2. Congruent dan Incongruent Feedback
Congruent feedback adalah feedback yang terfokus pada aktivitas belajar yang
sedang dipelajarinya.
Sementara itu, feedback yang berhubungan dengan stroke disebut sebagai
incongruent feedback.
3. Simple Feedback
Somple feedback adalah feedbcak yanghanya terfokus pada satu komponen
keterampilan dalam suatu saat.
4. Positif, Netral dan Negatif feedback
Contoh positif feedback sudah dikemukakan sebelumnya, misalnya dengan
menggunakan kata-kata: bagus, menyenangkan, pintar, menarik dan hebat.
Negaatif feedback adalah lawan dari positif feedback.
BAB XII
PROBLEM SOLVING
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mengajar penjas kepada siswa salah
satunya adalah Problem solving. Problem solving adalah siswa memcahkan masalah baik
secara individu maupun kelompok, problem solving memberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan fisik dan cognitive siswa secara bersama – sama (Pangrazi &
dauer, 1992; Graham, 1992, Susan, 1993; Pica, 1995, dan Cleland, 1995).
Dalam lingkup problem solving itu sendiri dikenal pula istilah divergent problem solving,
convergen problem solving, dan guided discovery, yang ketiganya sama – sama menuntut
siswa untuk memecahkan masalah baik secara kognitif ,maupun secara fisik. Adapun langkah
– langkah problem solving dibawah ini dapat digunakan sebagai model yang mungkin
dimodifikasi sesuai keadaan lingkungan tempat mengajar. Salah satu langkah penerapan
problem solving (Pangrazi dan Dauer, 1992) antara lain :
1. Menetapkan masalah
2. Meningkatkan variasi dan kedalaman gerakan
3. Mengembangkan kualitas gerak
4. Membuat urutab dan kombinasi pola gerak
5. Memasukkan aktifitas fatner dan aktivitas kelompok.
Keterampilan yang harus dimiliki oleh para guru penjas dalam menerapkan problem
solving yaitu
1. Keterampilan bertanya
2. Keterampilan mengidentifikasi masalah yang akan diberikan pada siswa
3. Sabar
4. Menguasai konten
5. Menganalisa perkembangan siswa
6. Menerima secara positif.
BAB XIII
A.Tindakan Guru
Banyak cara yang dapat dilakukan guru melalui tindakannya untuk siswa tanpa
membedakan kemampuan (yang pintar, yang terampil, dan yang kurang)
B. Pemilihan Aktivitas
Selain tindakan guru diatas, cara guru menyeleksi team dan aktivitas belajar yang
dipilih juga sangat potensial menjadi penyebab tumbuhnya sikap negative pada diri sendiri
C. Kompetisi
Kompetisi merupakan salah satu aktivitas belajar yang apabila kurang tepat
pemberiannya, hal ini dapat menyebabkan tumbuhnya sikap negative pada diri siswa. Namun
demikian ada beberapa cara untuk mengurangi keadaan ini, antara lain sebagai berikut :
1. Pilihan Permainan
2. Memodifikasi system penskoran
3. Aktivitas yang dibuat oleh siswa
D. Pengetesan
Situasi lainnya yang dapat menyebabkan siswa merasa inferior dan bodoh adalah
situasi pengetesan. Dalam situasi ujian tes tulis dikelas, hasil tes hanya diketahui oleh yang
dites dan gurunya saja.
A.Pendahuluan
Pertama adalah jumlah siswa yang cukup banyak.Lain halnya dengan guru kelas,Guru
penjas ,misalnya di SD,terkadang menghadapi jumlah siswa yang cukup banyak mulai dari
kelas satu sampai kelas enam ditambah dengan karakter kemampuan fisik yang berbeda-
beda,belum lagi jumlah kelas yang paralel.
Kedua adalah alokasi waktu pelajaran penjas yang relatif sedikit untuk mengadakan
pengetesan.Alokasi waktu pelajaran penjas di sekolah rata-rata satu kali seminggu dengan
waktu pertemuan nya adalah 2x30 atau 40 menit dan setiap caturwulannya kurang lebih tiga
bulan atau kurang lebih 12 minggu.
Salah satu tes yang sering digunakan oleh para guru penjas disekolah adalah tes kesegaran
jasmani.Lepas dari versi tersebut,ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh para guru
untuk menghemat waktu dan lebih bermanfaat bagi para siswa.
D.Tes kognitif
Banyak informasi kemampuan kognitif yang ingin diketahui dan dinilai oleh guru dari
siswa.Pada saat tersebut guru harus menentukan:informasi apa,kapan dan bagaimana
mengetesnya.
E.Tes Sikap
Selain tes-tes yang sudah diuraikan di atas,guru juga seharusnya mengadakan tes sikap
untuk mengetahui sikap anak didiknya terhadap aktivitas belajar yang diberikan dan sikap
terhadap diri nya sendiri.
F.Grading(Penentuan nilai)
BAB XV
BAB XVI
A. PENGEMBANGAN SILABUS
Silabus pada dasarnya merupakan rencana pembelajaran pada satu atau kelompok mata
pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar kedalam materi
pokok, kegiatan pembelajaran, dan indicator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Setelah selesai membuat silabus, para guru berikutnya harus menjabarkan program
yang yang ada dalam silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada dasarnya merupakan rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
dietpkan dalam standar isi dan di jabarkan dalam silabus.satu kompetensi dasar di capai
dalam satu pertemuan atau lebih sesuai dengan alokasi waktu sebagai mana telah di tetapkan
dalam silabus.
1. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembeajaran (RPP), lihat contoh RPP berikut ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah :...................................................
Mata pembelajaran :...................................................
Kelas/semester :...................................................
Standar Kompetensi :...................................................
Kompetensi Dasar :...................................................
Indikator :...................................................
....................................................
....................................................
Alokasi Waktu :............x 40 menit (...pertemuan)
A. Tujuan pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran
D. Langkah-Langkah kegiatan pembelajaran
Pertemuan 1:
Pertemuan 2:
E. Sumber belajar
F. Penialain
B. RINGKASAN BUKU II
BAB I
MODEL PEMBELAJARAN
Perkembangan TGFU
Model pembelajaran ini mengalami modifikasi dari bentuk yang pertama. Modifikasi
yang terjdi tidak jauh dari apa yang ttelah di bentuk oleh yang mencetuskn model ini.
Demikian juga nama dari model ini.ada yang menyebut pembelajaran game,pembelajaran
basis pada kompetisi,yang pada prinsipnya mengadopsi dari tactical game.prinsip
pelaksanaan TGFU ini pada prinsipnya tidak mengalami perubahan yang berarti dalam
pakem yang pertama,hal yang ada adalah memperjelas bagaimana pelaksanaan dengan
keterangan yang lebih mudah untuk pedoman oprasional pemakai adalah sebagai berikut:
1. Pemain. Disajikan yang semua siswa dapat menyajikan permainan,tiap anak untuk
berpartisipasi, dengan memodifikasi berbagai hal sperti peraturan,peralatan,area
bermain,da besarya kelompok.
2. Apresiasi permainan. Siswa belajar memahami dan mematuhi kebutuhan akan
peraturan disusun,mengimplementasikan dan memahami peraturan tersebut .
3. Kesadaran taktik. Siswa diharapkan memahami pemasalahan dalam permainan dan
berusaha memecah masalh yang telah dimainkan
4. Pemngambilan keputusan. Siswa belajar untuk membuat keputusan sesuai dengan
tingkat pemahaman dengan dibantu dengan pemahaman guru
5. Eksekusi keterampilan. Siswa termotivasi untuk mempelajari keterampilan karna
mereka dibelajarkan dalam konteks dan berlatih setelah permainan dimainkan.
6. Penampilan. Dengan siklus ini diharapkan siswa penampilanya meningkat sesuai
dengan jalanya siklus berulang
Dalam tataran pelaksanaan pembelajaran ada dua macam rencana pembelajaran yang
berbeda, perbedaan ini menurut analisa penulis berdasarkan pada tingkat keterampilan
siswa trutama skill dikecabangan dan pemahaman scara kognitif. Jika dalam metzler
plaksanaan tacikal game menggunakan krangka:
1 game
2 sesi pertanuyaan
3 teach(sesi latihan)
4 game(aplikasi teach ke aplikasi pemecahan masalah game)
Tahap pembelajaran menurut metzler ini kelihatanya scara oprasional lebih mudah
dilaksanakan ,bagian kedua yang tidak kalah penting adalah sesi pertanyaan.
Pertanyaan dan bagaimana bertanya merupakan kunci dari berjalanya model
pembelajaran ini.
Prosedur berikut dapat dipergunakan sbagai dasar untuk menyusun pertanyaan yang
efektif menurut phil pearson,paul webb(2008)
1 jenis permainan.
Prinsip dari pengelompokan game tersebut serta prinsip bermain bertahan dan
menyerang
2 komponen apa saja yang terpenting dari olahraga tersebut
3 penempatan analisis bagian bagian dalam olahraga pada sub bagian dalam olahraga
5 dalam setiap bagian daftar pertanyaan apa yang akan dikemabangkan dalam
olahraga. Sebagian contoh pertanyaan ada empat jenis recal,convergent,divegent,dan
value
2.Mengapa kamu harus berdiri di antara dua lawan basket dengan cara apa
kamu memulai fast break untuk mencuri
h.pembagian game
Brdasarkan pada pembagian game tersebut diharapkan pembelajaran dari game yang mudah
sampe yang tersulit.pada kenyataanya dalam pembagian game tersebut masih terdapat bagian
taktik bertahan dan menyerang.dalam pembagian tersebut masih di pecah peecah lagi
kedalam taktik yag lebih kecil berdasarkan tingkatan (level)masing masing kecabangan
BAB II
A. Hal yang diutamakan dalam proses belajar mengajar
Dalam model tactical ini hal yang diutamakan adalah bagaimana siswa memecahkan
permasalahan taktik yang disusun. Dalam memecahkan permasalahan ini siswa harus berfikir
secara bersama-sama. Ketika siswa telah melaksanakan diskusi dan memecahkan masalah
guru menganalisa dan menentukan apakah permasalahan dapat ditingkatkan atau masih harus
memecahkan permasalahan yang baru saja diberikan.
Berkaitan dengan pengetahuan taktik dan teknik guru harus menguasai dan dapat
menganalisa kebutuhan latihan apa yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan dalam
game secara kontektual.
Hal ini berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh guru tentang beberapa hal. Dalam hal
ini metzler menunjuk ada tujuh (7) hal yang menjadi tanggung jawab guru:
1. membuka kelas
2. presentasi tugas
6. struktur tugas
7. penilaian
Sesuai dengan tujuan utama adalah permasalahan taktik. Maka memulai setiap pembelajaran
dengan permasalahan taktik. Permasalahan ini harus selalau dipertimbangkan tingkat
kemampuan siswa agar dapat menyelesaikan. Sehingga pengetahuan terhadap tingkat
pemahaman taktik.
D. perkembangan TGFU
1. permainan. Disajikan yang semua siswa dapat memainkan permainan, tiap anak untuk
berpartisipasi, dengan memodifikasi beberapa hal seperti peraturan, peralatan,area permainan,
dan besarnya kelompok.
2. apresiasi permainan. Siswa belajar untuk memahai dan mematuhi kebutuhan dan peraturan
yang telah disusun, mengimplementasikan, dan memahami peraturan tersebut.
4. pengambilan keputusan. Siswa belajar untuk membuat keputusan sesuai denga tingkat
pemahaman dengan dipandu oleh pertanyaan guru. Yang akan mengindentikasi permasalahan
taktik dan keterampilan yang dibutuhkan seperti bagaimana mengantisipasi lawan, bagaimana
membantu teman-team, bagiamana mengimplementasikan skill yang telah dipilih.
6. penampilan. Dengan siklus ini diharapkan siswa penampilannya meningkat sesuai dengan
jalannya siklus berulang.
D. Dasar
Selama bertahun-tahun pembelajaran teknik dengan latihan yang terfokus sangat
merata dipergunakan hampir semua guru pendidikan jasmani. Persepsi awal adalah bahwa
dengan penguasahan teknik yang baik maka siswa akan lebih mudah untuk bermain. Ketika
pelajaran permainan sepak bola misalnya, siswa akan diajarkan bagaimana menendang,
mengontrol bola, menggiring bola dengan berbagai variasinya.
Setiap model lahir berpijak pada teori belajar sebagai pondasi model pembelajaran.
TGFU lahir dari teori kognisi. Model ini berisi pembelajaran konstruktif yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membuat pengetahuan baru berdasarkan pada pengetahuan
dan pengalaman yang telah dimiliki dalam konteks gerak. Kontek gerak yang dimaksudkan
adalah bagaimana melaksanakan keterampilan gerak dalam memecahkan permasalahan taktik
yang disusun oleh guru.
Guru meyediakan permasalahan taktik kepada siswa dalam bentuk permainan dan
siswa terlibat dalam pengambilan keputusan. Siswa bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya sementara guru menjadi fasilator. Dengan melalui pembelajaran dengan
permainan, siswa akan berpikir secara taktik, membuat keputusan dan memecahkan
pemersalahan permainan dengan taman sebaya dalam setting pembelajaran.
E. Hal yang diutamakan dalam proses belajar mengajar
Dalam model tactical ini hal yang utumakan adalah bagaimana siswa memecahkan
permasalahan taktik yang disusun. Dalam memecahkan permasalahan siswa harus berpikir
secara bersama-sama. Guru memberikan permasalahan dengan berbagai peraturan dan hasil
akhir yang harus dicapai. Permasalahan ini disampaikan sampai siswa mengerti titik
permasalahan yang harus dipecahkan. Ketika siswa telah melaksakan diskusi dan
memecahkan masalah guru menganalisis dan menentukan apakah permasalahan dapat
ditingkatkan atau masih harus memecahkan permasalahan yang baru saja diberikan.
Dalam pelaksanaan game, guru mengamati keterlaksanaan permainan apakah berjalan
lancar, atau cepat berakhir. Ketika cepat berakhir maka dibutuhkan modifikasi lain seperti
penambahan anggota salah satu team atau pengurangan tergabtung dari kebutuhan. Jika team
penjaga yang kewalahan maka penjaga dapat peyerang atau membawa bola tambahan.
F. Syarat pengetahuan guru terhadap game yang dipergunakan
Melihat sejarah awal pengembangan model ini adalah untuk mengembangkan metode
berlatih melatih sepak bola. Maka diharapkan guru setiidaknya menguasai kecabangan yang
dipergunakan dalam pembelajaran. Dalam upaya agar siswa dapat menggunakan model ini
maka guru disamping menguasi olahraga sebagai induk kedua harus memahami
impelementasi latihan sesuai dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan anak. Sehingga
pembelajaran buku sekedar melaksanakan apa yang telah direncanakan tetapi lebih pada
bagaimana memperbaiki kinerja siswa agar meningkat.
Berdasarkan pada skenario diatas maka dibutuhkan kemampuan guru untuk
mengamati beberapa hal yang berhubungan dengan kemampuan siswa, keterampilan motorik
yang telah dikuasai, repom kognitif dan penampilan dalam permainan sebagai respon tingkat
kepahaman siswa. Hal ini berkaitan dengan keterampilan mengajar mulai dari perencanaan
mendisain permainan, menetukan level pemahaman taktik, menentukan keterampilan yang
harus diajarkan, bagaimana meyusun pertayaan, pengamatan untuk melihat pemahaman
siswa ataupun observasi.
BAB III
VARIASI TGFU
Ada beberapa variasi yang telah dikembangkan berkaitan dengan model pembelajaran
TGFU. Beberapa variasi ini oleh pengembangan tetap menginduk pada model TGfu yang
asli. Yang menjadi perbedaan adalah beberapa padadanya latihan teknik atau tidak,guru yang
merancang atau dirancang oleh siswa atau dirancang bersama-sama. Beberapa variasi
tersebut adalah sebagai berikut
a. Berfikirlah kecil. Hal ini dimaksudkan mulai dengan pilihan pada pembagian
kelompok agar bekerja sama.
b. Pilihlah olahraga yang disenangi. Hal ini akan mempermudah terhadap modal awal
pengetahuan siswa.
c. Buat game- mu sendiri. Dalam framework telah disediakan apa yang dibutuhkan
untuk memulai pembelajaran. Hal yang penting dalam hal ini adalah dengan : a).
Kenali game apa yang akan dipergunakan, b). Permasalahan taktik apa yang akan
diberikan, apakah bertahan, menyerang (membuat skor, penguasaan), dan c).
Memisahkan latihan dengan bola atau tanpa bola.
d. Lakukan latihan game secara bertahap. Mulai kelas dengan game atau bentuk game.
Kemudian latihan untuk memecahkan permasalahan taktik, simpulkan pelajaran
dengan bentuk game.
e. Berfikir seperti dalam pemain sebenarnya. Berikan pembelajaran taktik sesuai dengan
irama dan tempo sama seperti dalam permainan sebenarnya.
f. Diskusi dengan pihak lain. Pihak luar yang lebih menguasai kecabangan yang akan
dipergunakan akan lebih baik sebagai tukar pendapat permasalahan yang akan digali
dalam taktik permainan.
Guru pendidikan jasmani kelas atas dapat menggunakan TGFU dalam pembelajaran.
TGFU dapat dipergunakan secara parsial sebagai salah satu model pembelajaran yang
dipergunakan untuk mengajar, tetapi dapat juga dipergunakan sebagai kurikulum dalam
pembelajaran. Sebagai salah satu model yang dipergunakan untuk pembelajaran, model ini
dipandang sebagai salah satu variasi yang menjadi pilihan dalam pendidikan jasmani. Ketika
menggunakan sebagai kurikulum maka, seluruh pembelajaran dalam pendidikan jasmani
dirancang dan dipergunakan model dan pendekatan TGFU. Sebagai salah satu pilihan model
pembelajaran akan diberikan beberapa contoh dari beberapa kecabangan olahraga.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah agar siswa familier dengan prinsip bermain, strategi,
taktik dan jenis game untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dalam kontek
sosial. Sehingga pembelajaran ini memiliki beberapa langkah untuk memulainya:
Salah satu prinsip dalam TGFU adalah modifikasi dan bermain. Modifikasi
diperuntukkan agar semua siswa dapat bermain dengan game yang sederhana dan dapat
memahami kebutuhan akan taktik dan strategi. Game harus dimainkan dengan jumlah yang
sedikit dengan memodifikasi peraturan, atau ukuran lapangan. guru memberikan bimbingan
kepada siswa terhadap pengambilan keputusan yang telah dilakukan.
Contoh lain dalam permainan sepak bola untuk kelas sekolah dasar. Siswa kelas 2
sekolah dasarketika tidak memiliki pengalaman bermain bola di luar jam sekolah akan
mengalami kesulitan menendang bola. Setelah bermain beberapa saat dengan team yang
berhadapan guru memiliki pilihan untuk meningkatkan kemampuan menendang siswa
dengan latihan drill atau tetap dalam bentuk bermain. Latihan drill dapat dilakukan dengan
berpasangan dengan peraturan siswa yang tentu tidak mudah, atau memilih siswa tetap dibagi
dua team dan diberi bola minimal setengah jumlah siswa. Lapangan dibagi menjadi dua dan
siswa diminta untuk saling menempatkan bola di area lawan dalam kurun waktu tertentu.
Dengan cara ini siswa sudah dengan sendirinya akan mencari bola dan saling menendang
bola ke lapangan lawan.
Dalam tahapan ini siswa dibebaskan untuk memilih game-nya sendiri. Dengan
membuat peraturan sendiri dan bermain dengan menggunakan peraturan yang telah
disepakati. Untuk kali yang pertama guru memberikan contoh bagaimana membuat game.
Hal ini akan membebaskan siswa unutk berfikir dan bermain dengan gamenya sendiri,
dengan peraturan, jumlah pemain, lama waktu. Proses siswa berfikir membuat game bersama
sama setelah bermain game game sebelumnya merupakan proses pemecahan masalah kreatif
yang dapat merangsang siswa menjadi semakin memiliki kesadaran yang tinggi terhadap
permainan.
BAB VI
Penilaian dalam TGFU yang harus menjadi penyadaran bersama adalah bukan semata
pada bagaimana siswa melakukan teknik tertentu. Penilaian dalam TGFU adalah penilaian
kemampuan bermain, sehingga kemampuan bermain merupakan representasi dari
keseluruhan pemahaman siswa terhadap penggunaan teknik, taktik dan afektif. Penguasaan
siswa terhadap penggunaan teknik merupakan hasil dari proses berfikir secara kognitif dan
kemudian dilihat dalam unjuk kerja mengkoordinasikan tubuh untuk melakukan gerakan.
Hasil akhir dari GPAI dapat dipresentasikan dalam bentuk laporan statistik, akan tetapi
penilaian ini bukanlah penentu merata tingkat pemahaman siswa. Hal yang terpenting dalam
penilaian ini adalah untuk memberikan gambaran kemampuan bermain anak dan bukan untuk
memfonis siswa seperti dalam evaluasi belajar.
Ketika guru pendidikan jasmani menginginkan untuk melakukan pengamatan lebih teliti
maka pengembangan instrumen dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat melihat
lebih terperinci apa yang telah dilakukan siswa.misalnya untuk pergunaan keterampilan
masih terbagi lagi posisi pemain, melakukan tendangan, operan, takling, bertahan zone,
bertahan man to man, lemparan kedalam, berapa kali penyerang melakukan sprint, pemain
bertahan overlap kedepan atau sebaliknya
PEMBAHASAN
A. Keunggulan Buku
Pada buku Dr. Adang Suherman M.A., materi yang dibahas dalam buku sesuai dengan
yang tertera dibagian daftar isi, pembahasannya juga relevan dengan judul materi. Bahasa
yang digunakan mudah dipahami dan sudah menggunakan bahasa indonesia yang
disempurnakan. Sehingga pembaca lebih memahami isi buku dan pembahasannya dibahas
dengan satu-persatu dan pembaca juga bisa memilah-milah satu persatu dari materi tersebut,
susunan kata ataupun kalimatnya sudah cukup rapi, memiliki rangkuman di setiap bab nya
memudahkan si pembaca untuk mengatahui inti dari bab tersebut dan nyaman dilihat
sehingga pembaca tertarik untuk membacanya.
Sedangkan pada buku Y. Touvani Juni Samodra S.Pd, M.Pd, buku ini menjelaskan
proseses tentang belajar, model pembelajaran, tujuan pembelajaran. Buku ini juga
menampilkan tabel-tabel dalam pembahasannya sehingga mempermudah penjelasan dalam
isi buku. Dan juga buku ini memiliki bahasa yang mudah dipahami dan sudah menggunakan
bahasa indonesia yang disempurkan.
Jadi kedua buku ini bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan pedoman
untuk menambah pengetahuan dalam pendidikan olahraga. Kedua buku ini juga bisa
dijadikan sebagai dasar pengetahuan mahasiswa untuk melanjutkan perkuliahan disemester
selanjutnya.
B. Kelemahan Buku
Pada buku Dr. Adang Suherman, M.A., tidak memiliki cover yang menarik dalam setiap
pembuatan buku seharsunya memiliki cover yang menarik agar si pembaca tertarik untuk
membaca buku tersebut. Pembahasanny memang di bahas satu-persatu, akan tetapi terlalu
bertele-tele dalam menjelaskan isi buku sehingga terkadang membingungkan pembaca dan
memiliki tabel yang sulit di mengerti oleh si pembaca.ukuran buku pertama ini limayan
besar, tebal dan berat sehingga kurang praktis untuk di bawa kemana-mana.
Sedangkan pada buku Y. Touvani Juni Samodra S.Pd, M.Pd, buku ini kurang menarik
minat pembaca karena pembahasan dalam buku hanya menjelaskan secara luas dan kurang
mencantumkan contoh- contoh yang nyata dalam dunia paedagogi. Dan dilihat dari segi
kualitas, buku ini kurang memadai karena buku ini sangat mudah rusak dan perancang kurang
rapi dalam menata buku.
Jadi, penulis berharap dari kedua buku yang sudah dikritik penulis buku ataupun
perancang buku agar lebih meningkatkan kualitas dan memperluas pembahasan dalam
buku serta mencantumkan berbagai macam contoh-contoh yang terkait dengan materi.
Sehingga dengan itu pembaca lebih tertarik untuk membaca buku dan nyaman
memakainya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kedua buku yang sudah di kritik memiliki keunggulan dalam hal isi materi yang dibahas
sesuai dengan yang tertera dibagian daftar isi, pembahasannya juga relevan dengan judul
materi. Bahasa yang digunakan juga sama-sama mudah untuk dipahami oleh pembaca dan
sudah menggunakan bahasa indonesia yang disempurkan. Sehingga pembaca lebih
memahami isi buku.
Kedua buku ini bisa digunakan untuk mahasiswa sebagai panduan dan pedoman
untuk menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan olahraga. Kedua buku ini juga
bisa dijadikan sebagai dasar pengetahuan mahasiswa untuk melanjutkan perkuliahan
disemester selanjutnya.
B. Saran
Didalam dua buku yang telah saya kritik ini saya berharap dalam percetakan buku
selanjutnya lebih baik dan materi yang digunakan lebih mendalam, agar pembaca mudah
mengerti dan pengetahuan yang didapat lebih banyak lagi.