Anda di halaman 1dari 67

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN SOSIOLOGI OLAHRAGA

A. Sejarah Sosiologi Olahraga

Sebagai gambaran sosiologi olahraga adalah suatu disiplin (cabang ilmu) sosiologi
yang dalam penelitiannya serta teori-teorinya berurusan dengan olahraga sebagai cabang
ilmu sosiologi berarti suatu sosiologi khusus seperti sosiologi ekonomi, sosiologi hokum
dan sebagainya yang memiliki bidang tindakan yang ada dalam masyarakat sebagai
obyek studi.

Sosiologi olaharaga mempelajari bentuk-bentuk hubungan aktivitas-aktivitas dan


makna untuk pemelihraan dan perubahan system yang sudah dipilih maupun posisi
system tersebut bidang didalam masyarakat yang akan dapat dikatakan sosiologi olahraga
mempelajari bidang tindakan olahraga dalam arti posisinya didalam berbagai bentuk
masyarakat dan perbedaan fungsionalnya dan arti simboliknya dalam masyarakat
tersebut.

Munculnya sosiologi olahraga dimulai pada akhir abad 19. Ketika penelitian
psikologi social yang berhubungan dengan persaingan dan pace-making dilaksanakan.
Sosiologi olahraga mengalami meningkatkan perhatian pada tahun 1978 dengan
pembentukan masyarakat Amerika Utara untuk sosiologi olahraga. Pendidikan jasmani
dan sosiologi di Amerika Utara saling memiliki banyak hubungan sejak awalkedua
bidang. Munculnya sebagai bidang studi yang berbeda di Amerika Utara pada waktu yang
sama-pertengahan abad ke-19. Ikatan antara kedua bidang terlepas diparuh pertama abad
ke-20, kecuali bahwa komponen utama “Pendidikan Jasmani baru” yang didasarkan pada
pengakuan terhadap struktur social dan proses social-baik pusat perhatian dalam
sosiologi.

Sepanjang abad ke-20, teori telah ada dalam kurikuum pedagogig dan teori-teori dan
praktik dalam pendidikan jasmani karena pendidikan jasmani telah ditarik dari kurikulum
pendidikan secara luas teori-teori yang, pada gilirannya, meminjam dari teori-teori social.
Dengan munculnya sosiologi olahraga sebagai spesialisasi akademik yang berbeda pada
1960-an, pendidikan jasmani dan sosiologi telah digambar lebih dekat bersama karena
sarjana di kedua bidang telah terlihat dalam mengajar dan penelitian di bidang sosiologi
olahraga.

1
Olahraga adalah fenomena universal. Di sana dalam budaya yang tidak diketahui
tidak terlibat dalam semacam kegiatan olahraga, dan berpartisipasi dalm dan menjadi
penonton berbagai olahraga adalah mengambil bagian dalam organisasi permainan, dan
sangat jarang orang tidak tertarik sama sekali pada rooting for (atau melawan) tim
terorganisir tertentu

Studi olahraga, oleh karena itu, adalah nilai, baik demi dirinya sendiri dan untuk apa
yang dapat memberitahu kita tentang individu dan masyarakat dalam secara luas.
Sosiologi olahraga memberika langsung, siswa-ramah sosiologi kunci presentasi konsep
dan isu-isu yang berkaitan dengan studi dan analisis sosiologi olahraga dalam masyarakat
kontemporer.

B. Perkembangan Sosiologi Olahraga

Olahraga adalah menjadi bagian dari masyarakat dan budaya Amerika sebagai
lembaga social lain seperti keluarga, agama, politik ekonomi, dan pendidikan. Ada cerita
yang jauh lebih positif di bidang olahraga (meskipun seringkali penggambaran negative
media olahraga) yang membantu untuk menegaskan kembali bahwa tim favorit kami dan
atlet bukan merupakan usaha sia-sia.

Lembaha olahraga ini sangat penting, berguna dan bermanfaat bagi masyarakat
Amerika. Olahraga pemeluk berbagi roller coaster emosional dari kekayaan yang
pengalaman tim favorit mereka. Sosiologi olahraga tetap merupakan bidang profesi ahli
sosiologi yang tidak berorientasi pada pemecahan masalah khusus ilmu olahraga, tetapi
sosiologi olahraga juga dapat dianggap sebagai disiplin ilmu olahraga atau ilmu olahraga
khusus.

Dalam hal perkemabngannya menuju kedewasaan, sosiologi olahraga dapat


digambarkan sebagai remaja akhir / awal dewasa. Diperdebatkan, dimana sosiologi
olahraga telah kurang berhasil dalam usahanya untuk mendapatkan penerimaan yang
lebih besar di antara praktisi olahraga, dan itu adalah masalah yang menyokong diskusi
ini.

2
DEFINISI DAN TUJUAN SOSIOLOGI OLAHRAGA

A. Definisi Sosiologi Olahraga


1. Definisi Olahraga

Pada umumnya dimaklumi bahwa olahraga adalah hal yang penting dan akan
tetap penting selama bumi masih ada dan manusia masih tetap mendiaminya. Pandangan
orang mengenai olahraga menjadi berbeda karena orang akan cenderung tidak menerima
begitu saja pendapat orang lain mengenai olahraga, tapi dalam hal ini penulis ingin
mencoba mengungkapkan pendapat dari beberapa ahli mengenai olahraga tersebut.

Pertumbuhan olahraga yang semakin pesat dewasa ini dengan keanekaragaman


ciri yang terdapat pada masing-masing cabang olahraga menyebabkan sukar diperoleh
suatu definisi yang tuntas. Pertumbuhan macam-macam cabang olahraga juga tidak lepas
dari pengaruh keadaan social, kondisi ekonomi, geografis bahkan kondisi politik.

a. Pengertian olahraga menurut asal katanya

Perkataan sport (olahraga) mula-mula dikenal di Inggris pada abad ke-18 sebagai
kata “field sport”, kegiatan ini dilakukan oleh para bangsawan (aristocrat). H. Grave
dalam bukunya “A Philosophy of Sport” telah menganalisis bahwa kata sport atau
olahraga berasal dari kata “Disport” yang sesungguhnya berasal dari kata abad
pertengahan ialah “Disportare” kata ini berarti bergerak dari satu tempat ke tempat lain
atau berarti pula menghindarkan diri.

Biasanya orang beranggapan bahwa istilah sport (olahraga) itu ialah sebuah kata
dalam bahasa Inggris namun anggapan itu keliru, sport adalah kata kerja dalam bahasa
Perancis “Desporter” yang berarti membuang lelah, sedangkan kalau membaca
ensiklopedia Jerman yang termasyur ”Der Grose Brockhous”. Dalam bahasa Indonesia
sering dipergunakan istilah sport mungkin sebagai warisan penajajahan atau karena sudah
terbiasa mengikuti kebiasaan internasional dengan ucapan-ucapan yang selalu berbicara
tentang olahraga itu kata-kata sport sehingga hal ini menjadi kebiasaan pula bangsa-
bangsa di dunia untuk mengertikan bahasa olahraga dengan ucapan sport.

b. Pengertian olahraga menurut hakekatnya

Menurut hakekatnya olahraga adalah aktivitas otot besar yang menggunakan


energy tertentu untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Erasono jelas bahwa

3
olahraga yang dimaksud adalah melibatkan kegiatan otot-otot besar tubuh seperti lari,
lempar lompat yang membutuhkan energy untuk melaksanakannya yang dapat diukur
dari berat ringannya olahraga tersebut.

Olahraga menurut hakekatnya adalah aktivitas otot-otot besar yang menggunakan


enegergy tertentu untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam buku pola pembangunan
olahraga di Indonesia KONI pusat merumuskan arti dan hakekatnya olahraga adalah
setiap kegiatan jasmani yang dilaksanakan dengan semangat perjuangan melawan diri
sendiri, orang lain atau unsur alam yang jika dipertandingkan harus dilaksanakan secara
ksatria sehingga merupakan sarana pendidikan pribadi yang ampuh menuju peningkatan
kualitas kehidupan yang lebih luhur.

c. Pengertian olahraga menurut kenyataannya

Pada zaman yunani kuno 500 th sm dikenal olahraga “utility” yaitu olahraga
untuk mencari nafkah seperti mencari ikan, atau burung dengan memanah, menembak
binatang, memanjat pohon untuk memetik buah-buahan yang pada saat sekarang sudah
tidak disebut olahraga lagi

Melihat ketentuan dari lembaga yang berwenang, dalam hal ini lembaga yang
berwenang akan menentukan suatu kegiatan jasmani termasuk kegiatan olahraga atau
bukan dengan sendirinya akan berkembang dari waktu ke waktu. Misalnya sebagai
contoh KONI telah mentapkan bahwa bermain sepatu roda sebagai salah satu cabang
olahraga dimana hal ini belum diakui sebelumnya.

d. Pengertian olahraga menurut batasan yang ada

Batasan-batasan yang dikemukakan mengenai olahraga tersebut sebagai berikut:

1) Coakley (1987:12) menurut Coakley mendefiniskan olahraga olahraga memiliki


batasan olahraga, batasan tersebut mengacu kepada aktivitas olahraga kompetitif
yang terorganisir.
2) Menurut Bennt dkk (1983:3) “olahraga (sport) adalah aktivitas jasmani yang
dilembagakan yang peraturannya ditetapkan bukan oleh pelakunya atau secara
eksternal dan sebelum melakukan aktivitas tersebut.
3) Olahraga adala seagala kegiatan manusia dengan ciri-ciri ada peserta, penonton,
pemenang, dan hadiah (menurut Maladi). Olahraga adalah segala usaha untuk

4
mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan Pembina kekuatan jasmani
dan rohani manusia, (Keppres 131 Th1962).
4) Olahraga adalah segala kegiatan manusia yang wajar yang diperlukan dalam
hidupnya sesuai dengan kodratnya. (MUSRONAS I) Olahraga adalah bentuk
kegiatan jasmani yan terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan
jasmani secara intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kesenangan dan
prestasi optimal. (Abdul Gafur) Olahraga adalah setiap kegiatan yang
mengandung sifat permainan berisi perjuangan diri sendiri atau bersama orang
lain atau konfrontasi denbgan unsur alam, (ICSP).
5) Smith (1971) mengemukakan bahwa olahraga merupakan perluasan dari bermain.
6) Matveyev (1981) mengatakan, olahraga merupakan suatu kegiatan otot yang
enerjik dan dalam kegiatan itu atlet memeragakan kemampuan geaknya dan
kemauannya semaksimal mungkin.
7) Lo (1968) mengemukakan olahraga memerlukan peragaan ketangkasan fisik
yang terungkap dalam keterampilan, kesegaran jasmani atau kombinasi kedua hal
itu.

Jadi olahraga adalah aktvitas gerak manusia menurut teknik tertentu dalam
pelaksanaannya ada unsur bermain : Ada rasa senang, dilakukan waktu luang,
aktivitas dipilih (sukarela), kepuasan dalam proses, jika tidak dilaksanakan ada sanksi
dan nilai positif.

Definisi olahraga menurut ICSPE (International Comite Sport and Physical


Education) yaitu:

1) Setiap kegiatan fisik yang menagndung sifat permainan dan berisi perjuangan
dengan diri sendiri atau dengan orang lain, atau konfrontasi dengan unsur-unsur
alam disebut olahraga.
2) Kalau kegiatan ini meliputu juga pertandingan/jiwa semangat sportif. Tidak
mungkin ada olaharag alam arti sebenarnya tanpa isi “fair play”
3) Olahraga seperti yang dinyatakan di atas merupakan alat pendidikan yang ampuh

5
2. Definisi Sosiologi

Sosiologi adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku


masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cababng ilmu social
yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Comte
menyebutkan ada tiga tahap perkembang intelektual, yang masing-masing merupakan
perkembangan dari tahap sebelumnya. Tiga tahapan itu adalah (1) tahap teologis, (2)
Tahap metafisis, (3) Tahap positif. Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis
dan sosiologi dinamis

3. Definisi Sosiologi Olahraga

Diantara prinsip-prinsip inti dari perspektif sosiologi adalah asumsi-asumsi dasar


sebagai berikut:

a. Individu, oleh alam, social, mahluk


b. Individu, untuk sebagian besar, ditentukan secara social
c. Individu membuat, mempertahankan, dan mengubah bentuk-bentuk social di
mana mereka menjalankan kehidupan mereka.

4. Pendekatan Dalam Sosiologi Olahraga

Sosiologi olahraga normative beranggapan bahwa nilai-nilai social itu seacara


implisit telah terbina dan ada secara alamiah dalam olahraga. Pendekatan ini menganggap
bahwa olahraga mempunyai pengaruh nyata terhadap sifat kepribadian dan selanjutnya
juga terhadap keseluruhan masyarakat. Selain itu pendekatan ini juga melahirkan
pandangan bahwa olahraga dapat menjadi wahana pembentuk watak.

Sosiologi olahraga no normative beranggapan bahwa olahraga itu bebas nilai artinya
olahraga itu tidak apriori baik ataupun tidak apriori buruk. Oleh karena perkembangan
yang meluas dan cepat ini maka studi tentang sosiologi merupakan keharusan dan
sekaligus membataskannya secara tegas.

6
B. Tujuan Sosiologi Olahraga

Olahraga mempunyai tujuan fungsi seperti uraian di bawah ini :

a. Pelepasan emosi
b. Menunjukan identitas
c. Control social
d. Sosialisasi
e. Agen perubahan
f. Semangat kolektif
g. Sukses

C. Manfaat Sosiologi Olahraga

Banyak hal yang sebetulnya bisa anda dapatkan dengan berolahraga. Tidak hanya
terwujud pada kesehatan fisik dan kesegaran fisik dan kesegaran mental, tapi aktivitas ini
juga memberikan kebanggan atas apa yang anda jalani dengan tekun. Misalnya, sebagai
atlet yang memperoleh prestasi dalam kegiatan keolahragaan. Dengan demikian, timbul
rasa senang dan tidak orang yang menjadikan olahraga sebagai hobby yang harus
dipuaskan. Selain itu manfaatnya adalah (1) Untuk kesehatan, (2) Untuk prestasi, (3)
Untuk kesenangan/prestasie.

Sosiologi Olahraga diberi peranan yang sangat penting dalam membentuk manusia,
membentuk komunitas yang ramah ditingkat nasional, regional maupun global. Melalui
olahraga orang dapat meningkatkan kemampuan/keterampilan dalam bermasyarakat,
dapat meningkatkan dan menjaga kesehatan, serta meningkatkan pemahaman terhadap
situasi lingkungannya.

Dalam aktivitas olahraga tentu ada aspek positif dan negatifnya. Aspek positifnya,
yaitu 1) mampu menggerakkan aktivitas social, ekonomi, dan politik: adanya interaksi
antar manusia (individu dan kelompok), adanya kegiatan jasa, adanya penyerapan tenaga
kerja. 2) mampu mengangkat harga diri pelaku olahraga /atlet /pelatih /Pembina
/organisasi/daerah dan bangsa, kesejahteraan Pembina olahraga, dan martabat bangsa di
dunia internasional. Sedang aspek negatifnya, antara lain seperti masih adanya
kecenderungan dari banyak atlet dalam mengikuti suatu pertandingan menggunakan
seagala cara dalam upaya memenangkan pertandingan/perlombaan, misalnya tidak fair

7
play, tidak disiplin, memanipulasi, melanggar ketentuan (peraturan
pertandingan/perlombaan), dan pemakaian doping.

8
FUNGSI SOSIAL DAN PENGARUH OLAHRAGA PADA BUDAYA MAJEMUK

A. Fungsi social olahraga

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga mempunyai hubungan yang


signifikan dengan unsur-unsur kehidupan social masyarakat seperti stratifikasi, hubungan
antar suku, perdaganagn mode, konsep undang-undang, bahasa dan nilai-nilai etika.
Olahraga dapat mencerminkan keadaan beberapa unsur kehidupan masyarakat.

B. Pengaruh Olahraga pada Budaya

Dari pandangan sosiologi olahraga itu tidak lain suatu intruksi antar individu dalam
situasi rasional yang kedudukannya ada diantara rentangan bekerja dan bermain. Secara
tegas Gunter Luscher (196&) menayatakn bahwa olahraga adalah kegiatan rasioanl yang
mengandung pemainan dengan imbalan yang bersifat ekstrintik, maka besar imbalannya
makin cenderung menjadi perkerjaan dan makin sedikit makin besar kecendrunganny
menjadi bermain. Mengacu system tindakan maka kegiatan ini sangat bergantung pada
system organic, kepribadian social dan budaya. Secara tradisional pendidkikan jasmani
dan olahraga mencoba menjelaskan system kegiatan tersebut pada umumnya atas dasar
system organic dan kadang-kadang mengacu kepada system kepribadaian, jarang sekali
yang berorientasi kepada system social budaya.

Mengacu kepada kedua pandangan tersebut dapat dinyatakan bahwa olahraga adalah
bagian terpadu dari kebudayaan, olahraga adalah unsur atau elemen kebudayaan seperti
halnya dengan politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Oleh karena olahraga itu
merupakan bagian penting dari keduanya. Maka olahraga itu mempunyai hubungan
antara dengan bagian-bagian yang lainnya, sehubungan dengan hal ini Daniels A.S (1966)
menagatakan bahwa dalam jalinan total masyarakat, olaharaga mempengaruhi dan
dipengaruhi politik, struktur social, ekonomi, agama, militer, pendidikan, tekonologi,
music, ilmu pengetahuan, dan kesustraan.

Culture atau kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang indah-indah atau dengan
lain perkataan terbatas pada kesenian. Di lain pihak orang mengunakan istilah
kebudayaan untuk menyatakan ciri-ciri yang keliatan pada kelompok anggota
masyarakattertentu sehingga dapat dipergunakan untuk membedakan dengan kelompok
masyarakat yang lain.

9
Perkembangan dan pengembangan akal-pikiran manusia menghasilkan apa yang
kita “kebudayaan”. Konsep kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa sansekerta. Kata
buddayah ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Oleh karena
itu, kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan
akal”.
Dengan, demikian antara konsep dengan kebudayaan dengan konsep kultur itu
tidak berbeda, dalam arti berkenaan dengan daya atau kemampuan manusia menggunakan
dan memanfaatkan akal, dalam hal ini menggunakan serta memanfaatkan akal untuk
mengolah dan mengubah alam. Bakker (1990:22) yang mendefinisikan, “kebudayaan
adalah penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani. Terlingkup di dalamnya
usaha manusia bahan mentah alam serta hasilnya”.

Soedijartidalam Rusli Lutan, (2001-61) menggolongkan kebudayaan sebagai:

1) Cara berpikir dan cara memperoleh pengetahuan


2) Bentuk seni dan style
3) Moral dan system nilai sebagai kerangka orientasi

Sementara Kluckhon dalam Koentjaraningrat (1986:28), mengatakan semua system


nilai budaya dalam semua kebudayaan adalah berkaitan dengan lima pokok masalah
dalam kehidupan manusia yaitu,

1) Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia


2) Masalah mengenai hakikat dan karya manusia
3) Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dalam ruang dan waktu
4) Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
5) Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya

Jadi, kebudayaan adalah perkembangan dan pengembangan akal pikiran manusia


untuk mengelolah dan mengubah dengan pengetahuan yang dimiliki warga sekelompok
yang diakumulasi untuk digunakan di masa depan.

1. Akar Eksistensi Olahraga

Olahraga, sebagaimana yang dikatakan Richard Scaht (1998:124), seperti halnya sex,
terlalu penting untuk dikacaukan dengan dengan tema lain. Ini tidak hanya tentang latihan
demi kesehatan. Tidak hanya permainan untuk hiburan, atau menghabiskan waktu luang,

10
atau untuk kombinasi dari maksud social dan rekresional. Olaharaga adalah aktivitas yang
memiliki akar eksistensi ontologisme sangat alami, yang dapat diamati sejak bayi dalam
kandungan sampai dengan bentuk-bentuk-bentuk gerakan terlatih. Olahraga juga adalah
permainan, senada dengan eksistensi manusiawi sebagai mahluk (homo ludens-nya
Huizinga). Olahraga adalah tontonan, yang memiliki akar sejarah yang panjang, sejak
jaman Yunani Kuno dengan aret, agon, pentathlon sampai dengan Olympic Games di
masa modern, di mana dalam sejarahnya, perang dan damai selalu mengawal peristiwa
keolahragaan itu.

Olaharaga adalah fenomena multidimensi, seperti halnya manusia itu sendiri. Mitos
dan agama Yunani awal menampilkan suatu pandangan dunia yang membantu
perkembangan kesalinghubungan insterinsik anatara maksa olahraga dan budaya dasar.
Keduanya juga merefleksikan kondisi terbatas dari eksistensi keduniaan, dan bukan
sebagaikerajaan transenden dari pembebasan.

Ekspresi Filosofis Kultur Olahraga

Friederich Nietzsche (terkenal dengan tesisnya: “Tuhan telah mati”) termasuk


filsuf yang pemikiran-pemikirannya berhutang banyak pada dunia Yunani Kuno yang
menghargai atletik sejajar dengan intelek. Nietzsche adalah seorang filsuf
kontrovesial yang paling banyak dirujuk sebagai penyumbang tak langsung debat
akademis tentang kaitan pemikiran filsafat dan ilmu keolahragaan. Menurut
Friederich Nietzsche, pertuntukan atletik adalah penampilan dan proses produksi
makna kultural penting. Ini dapat dilihat dari efek kesehatan dan pengembangan
kelainan fisik. Selain itu, pertunujukkan olaharaga juga dpat dipahami sebagai
tontonan public yang mendramatisir keterbatasan dunia yang hidup, pretasi teatrikal
dari keadaan umat manusia, pengejaran perjuangan-perjuangan sukses dan gagal.
Sudah jelas bahwa olahraga dapat menanamkan kebajikan-kebajikan tertentu dalam
keikutsertaan disiplin, kerja tim, keberanian dan intelegasi praktis. Konsekuensi dari
semua itu, permainan olaharaga adalah cukup “serius” untuk diangkat ke tingkat
penghargaan budaya yang lebih tinggi, sehingga filsafat mau tak mau harus berani
mengkaji ulang “tradisinya” sendiri yang menekankan jiwa atas tubuh, harmoni atas
konflik, dan mengakui bahwa olahraga memiliki kandungan nilai-nilai fundamental
bagi keberadaan manusia.

11
Nilai-nilai budaya dalam olahraga merupakan nilai-nilai yang disepakati dan
tertanam dama suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, symbol-simbol, dengan karakteristik
tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan
atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.

Nilai budaya akan tampak pada symbol-simbol, slogan, moto, visi-misi, atau
sesuatu yang Nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi.

Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu:

a. Symbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
b. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
c. Kepercayaan yang tertanam yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam
bertindak dan berprilaku (tidak terlihat)

Nilai pada umumnya berkaitan dengan pilihan yang menjadi sebab sesuatu tindakan
atau perilaku dengan pengertian lain, nilai itu pada umumnya diungkapkan sebagai sikap
batin manusia.

Nilai Budaya tidak diturunkan melalui garis keturunan, nilai itu berbeda inheren
dalam kebudayaan dimana seseoranga dilahirkan dan orang itu mempelajari atau
menerimanya sebagai suatu kewajiban generasi baru, masalahnya adalah nilai-nilai man
yang terkait dengan olahraga. Nilai budaya yang merasuk pada olahraga modern pada
masa kini adalah prestasi. Orientasi pada prestasi menjadi tujuan dari kebudayaan tinggi
zaman Yunani Purba, Reformasi kaum Protestan, industry dan olahraga modern.
Berdasarkan studi perbandingan antar budaya ditemukan bahwa system yang mendasari
keikutsertaan dan penampilan olahraga yang kuat itu adalah orientasi prestasi.

Ada indikasi keterhubungan yang nyata yang mnunjukan hubungan antar nilai
budaya dan prmainan.masyarakat yg menekankan kepada peluang seperti tebak tebakan
rolet dan sebagainya.sedangkan masyarakat yg menjungjung tinggi kepatuhan lebih
banyak memilih prmainan yang menekankan kepada strategi sperti bola volley dan bulu
tangkis. Sedangkan masyarakat yg beroetasi kepada prestasi lebih banyak memilih
permainan yg menuntut jasmani danstrategi. Gejala trsebut tentu saja dapat dipanpaatkan
dalam prkembangan orahraga kita.bangsa orahraga trdiri dari puluhan suku bangsa yang
mempunyai pilihan yg brbeda,sangat mungkin nilai trsebut mempunyai pengaruh trhadap

12
pncapaian prestasi cabang orahraga trtentu oleh suku bangsa trsebut,dengan mengetahui
hubungan antara nilai budaya dan orahraga, masalah pencarian bakat atau salon unggul
mungkin akan lebih meyakinkan.

Masalah pokok dalam hubungan orahraga dngn aspek kebudayaan adalah


bagaimna orahraga mempengaruhi sosio-cortural secara menyeluruh, hamper selama tiga
darsawarsa stelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadikan olahrag sebagai
wahana Pembina bangsa.ungkapan persatuan dan kesatuan slalu didengungkan setiap
pertemuan olahraga.khususnya setiap pecan olahraga nasional.

FIGURE KEPRIBADIAN PELAKU OLAHRAGA

Tujuan utama dari ilmu olahraga dan aktifitas fisik adalah untuk
memperoleh sebuah pemahaman tentang prilaku sejak kepribadian merupakan sebuah
abstraksi atau konstruksi hipotesis dari atau tentang prilaku (martens,1975)

Maka tidaklah mengejutkan bila secara historis kepribadian mrupakan salah satu
isu yang paling popular .

A. Pemhaman tentang kepribadian

Pada awalnya konsep kepribadian yg dalam bahasa inggris disebut personality


berkembang dikalangan masyarakat awam.kepribadian itu diartikan sangat sebagai
tingkah laku yg ditampakan kelingkungan social.tingkah laku yang dimksud adalah brupa
kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditanggkap oleh lingkungan social.

Sesuai ke 4 definisi diatas sesunggunya ada 4 persamaan yg menjadi karakteristik


pokok untuk memahami kpribadian yaitu :

1. Kepribadian brsifat menetap artinya kepribadian adalah suatu sikap individu


yg brsikap tetap, ajeg Tidak mudak brubah sepanjang waktu.
2. Kepribadian brsifat umum, dalam hal ini kepribadin digunakan sebagai
menggambarkan sikap umum seseorang dalam halpikiran atau perasaan yg
secara sistematik berpengaruh pada kseluruhan tingkahlakunya.

13
3. Kepribadian brsipat khusus atau khas,kepribadian mnunjukan pada sifat
individu yang unik dan membedaakan dengn orang lain atau menggambarkan
bagaimana seseorang brbeda dngn orang lain.
4. Kepribadian brupakesatuan .mengamburkan diri individu sbagain unit
tunggal,stuktur yg membentuk kesatu paduan organisasi dinamik dalam diri
individu

B. teori kepribadian

1. Teori Psikodinamik

yaitu dikembangkan prtama kali oleh Sigmund freud pada tahun 1933, teori ini
seri disebut teori psikonalisis (alwison 2007:15) dalam perkembangan banyak ahli yang
keimudianikut menggunakan teori psikonalis untuk mengembangkan psikologi
kepribadian seperti C.G.jung, A.Adler,Anna freud dan lainlain.

Teori psikonalisis merupakan teori komprehensif yang diantara teori teori


kepribadian lainya teori teori ini didasarkan terutama analisis diri dan observasi klinis yg
dilakukan secara luas terhadap para penderita penyakit nuroutic.

a.struktur kepribadian

menurut freud kepribadian adalaah sebuah stuktur yg mempunyai 3 aspek penting


yaitu , aspek biologis (das es atau the id ), aspek psikologis (das ich atau the ego ) dan
aspek sosiologis (das ueber ich atau the super ego ).

Ego adalah aspek psiokologis adalah aspek kesadaran yg briorentasi pada realitas
kepribadian yg awal nya untuk memuskan kebutuhan kebutuhan aspek biologis .ego
brkerja atas dasar prinsip relitas artinya ego brhubungan secara baik dengan dunia nyata.

Karna aspek ini merupakan pelaksanaan yg memiliki 2 utama sperti yg


dijelaskan oleh alwisol (2007:18) yaitu

1. Memilih stimuli mana yg hndak direspon atau diinsting mana yg akan


dipuaskan sesuai dngan prioritas kebutuhan.
2. menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu akan dipuaskan sesuai
dengan trsedianya peluang yg resikonya minimal.

14
a. Perkembangan kepribadian

Sigmund freud pada umumnya dianggap sebagai orang prtama yg berusaha


memusatkan perhatian kepada perkembangan kepribadan dan menekankan peranan yg
menentukan dari pada tahun tahun pemulaan masa kanak kanan dalam meletakan
dasardasar struktur kpribadian. Freud (alwisol, 2007:35)membagi perkembangan
kepribadian menjadi 3 tahap yaitu

1.tahap infantile

Tahap infantile trdiri 3 fase yaitu fase oral ,fase anal, dan fase falik.

 Fase oral adalah fase prkembang yg berlangsung pada tahun pertama dari
kehidupan individu sampai brkhir saat bayi disapih oleh itunya,menurutfreud
,kesenengan dan seksualitas salingbrkaitan,seksualitas pada bayi mnjukan pada
prangsangan atas daerah mulut dalam kaitanya memproleh makanan. Pada fase
ini ,focus pada energy ibidaldialihkan dari mulut k eke daerah dubur,serta
kesenengan atau kepuasan diperoleh daam kaitanya dngn tindakn
mempermainkan menahan kotoran, sepanjang tahap anal ini,laihan defakasi
(toelit training)memaksa anak utuk mnunda kepuasan bebas dari ktegangan anal
 Fase falik brlangsung pada thun ke 4 dan ke 5 yaitu suatu fase ketika libido
sasaranya dialihkan dari daearah dubur ke darah alat klamin

2.tahap laten

Tahap laten perbedan influs seksual,brlangsung dari usia 5 atau 6 sampe masa
remaja

3. tahap genital

Tahap genital ini dimulai ketika anak masuk masa pubertas. Pada masa ini
individu mengalami kbangktan atau peningkaan dalam dorongan seksual, dimulai
menaruh prhatian dengan lawn jenis.

2. TEORI BELAJAR SOSIAL

15
Sumber Teori belajar social dapat dirunut dari teori belajar yg dikemukakan
clalk hull dan teori behavioristik dari B.F skinner (1943,19953; dalam cox 2002:157).
Teori hulk dkenal dengn teori stimulus dan respon yg didasarkan pada hasil penelitian
eksperimen laboratium trhadap binatang sesuai dengn teori ini,pelaku indivindu
mrupakan fungsi pengalam yg dipelajari. Berdasarkan anggapan itulah , bandura
mengartikan priaku manusia sbagai sbagai fungsi dan blaja observasional atau blajar
melalui proses observasi lingkungn. Dalam teori blajar social,ada 2 mekanisme pokok
seorang belajar yaitu:

 Melalui pemodelan (modeling)dan penguatan social (social reinforcement.


 Penguatan yang diberikan dapat bebrbentuk komunikasi vrbal dan non vrbal.
 Melalui komunikasi ini dapat diharapkan meningkatan kekuatan respon.

a. Stuktural kepribadian

Sebuah struktur yg memiliki 3 komponen yaitu komponen system diri,regulsidiri,


dan inflikasi diri. System ini adalah unsure stuktur kepribadin yg mengacu kpada stuktur
kogniti yg memberikan pedoman mekanisme dan seperangkat pungsi pungsi presepsi
,evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Regulasi ini adalah kemampuan brfikir untuk
memanipulasi lingkungan.sehingga mnjadi prubahan lingkungan akibat kegiatan
manusia.

b. Perkembangan kepribadian

Seperti telah dijelaskan bahwa kepribadian enurut teori belajar dapat dikembangkan
melalui belajar observasinal, dan ini blajar melalui observasi adalah modeling melibatkan
penambshan atau pengulangan tingkah laku yg tramati,menganalisir brbagai pengamatan
sekaligus dan melibatka proses kognitif.

Modelling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama, pertama,
tingkah laku model yang diterima secara social dapat memperkuat respon yang sudah
dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosialdappat
memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak

16
diterima secara social, tergantung apakah tingkah laku modelitu digambarkan atau
dihukum.

Selanjutnya, Bandura (Alwisol, 2007:352) dan Ormrod (2003:342-343)


mengemukakanempat proses penting agar belajar melalui observasi dapat terjadi :

1) Perhatian (attention), sebelum melakukan peniruan, observer harus


memperhatikan dengan seksama gerakan yang dilakukan oleh model;
2) Retensi (retention), sebelum melakukan peniruan, observer harus mengingat apa
yang dilakukan model. Oleh karena itu, gerakan yang ditampilkan model harus
disimbolisasikan dalam ingatan;
3) Peniruan tingkah model (motor reproduction),setelah kedua proses diatas
dilakukan oleh moel. Proses ini sebenarnya merupakan proses mengubah
gambaran mental atau pikiran menjadi tingkah laku;
4) Motivasi dan penguatan (motivation and reinforcement), prosesbelajar tidak akan
terjadi jika individu tidak memiliki motivasi. Karena itu individu harus
dimotivasi melalui penguatan.

3. Teori Sifat (Trait Theory)


Teori sifatdikembangkan pertama kali oleh Gordon Allport, dan alam
perkembangannya muncul ahli-ahli lain seperti Hand Eysenck, Raymond B, Cattel dan
lain-lain. Menurut teori sifat, kepribadian artikan sebagai karakteristik umum sifat yang
memiliki oleh-oleh individu (Apruebo, 2005:36). Sifat tersebut merupakan predisposisi
atau kecenderungan untuk berperilaku melalui cara-cara tertentu dan bersifat stabil,
lestari, dan konsisten terhadap berbagai situasi yang berbeda.
Sifat merupakan dimensi kepribadian dan banyak tipe atau ragamnya. Contoh
yang paling banyak digunakan dalam dunia olahraga adalah sifat-sifat kepribadian yang
dikembangkan oleh Raymond B Cattel, yang dituangkan dalam sebuah inventori
kepribadian pada awal penelitiannya Cattel menemukan ada 35 sifat yang berbeda yang
diyakini menggambarkan kepribadian. Dan dalam penelitian berikutnya, ke 35 sifat
kepribadian tersebut mendasari munculnya inventori 16 faktor kepribadian atau the cattel
16 personality faktor questionnaire (Cattel 16PF) melalui sebuah proses statistik yang
disebut analisis faktor.
Dalam beberapa tahun terakhir, para psikologi kepribadian telah
mengindentifikasi model lima faktor sifat kepribadian (Costa dan MeCrae 1992) dalam

17
Anastasi dan Urbina, (1997:366) yang diyakini sebagai penyempurnaan dari ke 35 sifat
kepribadian yang dikembangkan oleh Cattel dan koleganya. Kelima sifat kepribadian
yang dimaksud adalah neurotisme, ekstreversi, keterburukan terhadap pengalaman,
kecocokan dan sikap hati-hati.

a. Model teori Sifat Cattel

menurut Cattel (Alwisol, 2007:282) kepribadian adalahstruktur kompleks dari


sifat yang disusun dalam berbagai kategori, yang memungkinkan memprediksi tingkah
laku seseorang dalam situasi tertentu, mencakup seluruh tingkah laku-baik yang konkrit
maupun yang abstrak. Dijelaskannya lebih lanjut (Cox, 2002:158) bahwa respon perilaku
yang ditampilkan insividumerupakansebuah antara lingkungan dengan disposisi
kepribadian. Formulasi untuk menggambarkan fungsi tersebut adalah R = SxP, R adalah
Respon; S adalah situation, dan P adalah personality.

Sesuai dengan definisi diatas, yang menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari
kategori, Cattel (Pervin dan John. 2001:243; Alwisol, 2007:282-284) membagi
sifatmenjadi 3 kategori, yaitu kategori kepemilikian, kategori kedalaman dan kategori
modalitas ekspresi.

Kategori kepemilikan terdiri atas sifat umum dan khusus. Sifat umum adalah sifat
yang dimiliki semua orang dalam tingkatan-tingkatan tertentu, sedangkat sifat khusus
adalah sifat yang dimiliki satu atau beberapa orang dengan kombinasi antar sifat yang
berbeda. Sifat khusus ini terutama berhhubungan dengan minat dan sikap,. Kategori
kedalaman terdiri atas sifat permukaan dan sifat sumber. Sifat permukaan adalah sifat
yang tampak, yang menjadi tema umum dari beberapa tingkah laku. Adapun sifat sumber
adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku, dan hanya dapat
diidentifikasi memakai analisis faktor. Sifat sumber dapat bersifat konstitusional atau
dibawa sejak lahir dan bersifatmembentuk lingkungan.

Kategori modalitas ekspresi meliputi tiga sub kategori sifat, yaitu sifat
kemampuan, sifat tempramen, dan sifat dinamik, sifat kemampuan adalah sifat yang
menentukan keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan, misalnya kecerdasan,
sifat tempramen menunjukkan kepada sifat gaya atau irama tingkah laku, misalnya
ketegangan, keberanian, santai, mudan terangsang dan lain-lain. Adapun sifat dinamik
adalah motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.

18
b. Model kepribadian 5 faktor.

Dalam beberapa tahu terakhir, para psikolog kepribadian telah mengidentifikasi


muncul model lima faktor sifat kepribadian (Costa dan MeCrae (1992) dalam Anastasi
dan Urbina, 1977:366), terdiri atas neoritisme, ekstravesi, keterbukaan terhadap
pengalaman, kecocokan dan sikap hati-hati. Kelima faktor sifat kepribadian tersebut
dirangkum dari ke 35 sifat kepribadian yang dikembangkan oleh Cattel dan koleganya.
Lebih lanjut Anastasi dan Urbina (1977:364) menjelaskan bahwa :

Essentially, the five faktor ,odel is an attempt to use a hierarchical pattern aof
analysis in order to simplify the vast collection of available data about the
affection behaviour of individuals. It thereby renders the information more
manageable in assessing individual and predicting their behaviour in given
situation.

Jadi menurut Anastasi dan Urbina, pada dasarnya model lima faktor adalah usaha
untuk menggunakan pola analisis hirarki dalam rangkamenyederhanakan koleksi data
yang tersedia tentang perilaku afektif individu. Karena model ini membuat informasi ini
lebih dapat dikelola dalam menafsirkan individu dan memprediksi perilaku mereka dalam
situasi yang ada.

Dua peneliti yang dianggap sebagai pengembang model kepribadian lima faktor
ini adalah Costa dan MeCrae. Setelah melakukan penelitian selama hamper 15 tahun
terhadap sampel orang dewasa dan juga sampel klinis, Costa dan MeCrae akhirnya
berhasil mengelaborasi kelima faktor utama di atas menjadi 40 indikator.

Upaya awal pengembangan model tersebut dimulai pada awal tahun1976an, saat
itu mereka bermaksud mengukur dan mengembangkan tiga faktor penting kepribadian,
yaitu neurotisme, ekstraversi dan keterburukan terhadap pengalaman. Setelah melakukan
penelitian beberapa tahun, pada tahun 1983, Costa dan MeCrae berhasil mengembangkan
ketiga faktor kepribadian tersebut menjadi lima faktor dan diberi nama model lima faktor
kepribadian (The Bigh Five Faktors Personality) dan mulai dipublikasikan pada tahun
1985 dengan nama The Revised NEO Personality Inventory Pada tahun 1992, Costa dan
MeCrae mempublikasikan 240 item inventtori NEO Personality yang telah diperbarui
yang mengukur 5 faktor dan 30 indikator sifat kepribadian, masing-masing faktor
memliki 6 indikator sifat kepribadian. Ke-240 item tersebut dikembangkan terhadap

19
sampel dewasa formaldan sampel klinis dengan menggunakan analisi faktor dan prosedur
validasi kontruksi tes multy method. Untuk kepentingan efisiensi dan efektivita, Costa
dan MeCrae pada akhirnya menetapkan 60 item NEO-P-IR yang dielaborasi dari 30
indikator dan 5 faktor kepribadian, masing-masing faktor dibangun oleh 6 indikator sifat
kepribadian.

Adapun uraian ringkas setiap faktor dan indikator di atas adalah sebagai berikut :

1) Nerotisme (Neroticsm)

Faktor nerotisme adalah sifat kepribadian yang menggambarkan berbagai perasaan


negatif. Sifat ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi seseorang dan
mengidentifikasi kecenderungan individu apakah mudah mengalami stress,
mempunyai ie-ide yang tidak realities, atau mempunyai coping response yang
maladaptif. Dengan kata lain sifatini menggambarkan seseorang yang memiliki
masalah emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara
emosional mereka lebih dan cenderung mengubah perhatian menjadi suatu yang
berlawanan.

Individu yang emmiliki neurotisme rendah cenderung akan lebih gembira dan
puas terhadap hidupnyadibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat
nerotisme yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan
berkomitmen terhadap tugas dan pekerjaan, mereka yang memiliki neurotisme tinggi
juga memiliki tingkat self esteem yang rendah dan kondisi pribadi yang mudah
mengalami kecemasan, gelisah, rasa marah.,depresi dan memiliki kecenderungan
mereaksi rangsang secara emosional.

Ada enam faktor yang membangun faktor neurotisme, yaitu kecemasan (anxiety),
permusuhan marah (hostility), depresi (depression), kesadaran diri (self-
consciousness), implusif (impulsiveness), dan kerentanan (vulnerability), keenam
indikator tersebut akan dibicarakan sebagai berikut :

a) Kecemasan (Anxiety) : suatu sifat kepribadian yang menunjukan kecenderungan


kekurang mampuannya untuk tetap tenang atau rileks. Kecemasan adalah perasaan
subyektif atau keadaan emosi negative yang disertai dengan perasaan neurvous,
cemas, dan ketakutan yang dihubungkan dengan aktivasi atau kesiagaan pada

20
tubuh. Beberapa descriptor utama dari sifat ini antara lain gelisah, penuh
ketakutan, merasa kuatir, gugup dan tegang;
b) Permusuhan (hostility) : suatu sifat kepribadian yang mencerminkan
kecenderungan kekurangmampuan untuk menahan marah danmenghindari
kebencian, individu yang memiliki sifat ini biasanya sensitive, mudah marah dan
penuh kebencian. Karena iti pula, individu yang memiliki sifat ini biasanya suka
membahayakan orang;
c) Depresi (depression) : suatu sifat kepribadian yang mencerminkan kecenderugan
kekurangmampuan individu untuk memulai sesuatu aktivitas, terutama aktivitas
fisik. Deskriptornya antara lain kekurangan nergy dan mengalami kesulitan untuk
memulaisuatu aktivitas;
d) Kesadaran diri (self-consciouness) : suatu sifat kepribadian seseorang yang
menggambarakn kondisi emosi yang negatif yang ditandai dengan emosi malu,
merasa tidak nyaman diantara orang lain, sangat sensitif, dan mudah merasa
rendah diri atau khawatir dicemooh pleh orang lai;
e) Sifat implusif (impulsiveness) : suatu sifat kepribadian seseorang yang
menggambarkan kecenderungan ketidakmampuan individu untuk mengontrol
keinginan yang berlebihan atau dorongan untuk melakukan sesuatu, descriptor
pokok dari sifat ini adalah memiliki orientasi pada penghargaan jangka pendek;
f) Kerentanan (Vulneralbility) : suatu sifat kepribadian seseorang yang
mencerminkan ketidakmampuannya untuk menghadapi stress. Beberapa
descriptor dari sifat ini antara lain selalu bergantung pada orang lain,
mudahbingung dan panik terutama ketika menghadapi sesuatu yangdatang
mendadak, dan mudah menyerah.

2) Ekstraversi (Extraversion)

Ekstraversi dikenal juga dengan istilah faktor-faktor dominan-patuh (dominance-


submissiveness). Ekstraversi adalah sifat kepribadian seseorang yang minatnya lebih
mengarah ke alam luar dan fenomena sosial. Secara umum, faktor ini menunjukkan
sifat kesenangan seseorang akan berhubungan dengan dunia luar. Seseorang yang
memiliki sifat ekstraversi tinnggi akan cenderung ramah, terbuka dan menghabiskan
banyak waktu untuk mempertahankan dan menukmati sejumlah besar hubungan
dengan dunia luar. Sebaliknya dengan seseorang yang memiliki hubungan yang lebih
sedikit dan tidak seperti kebanyakan orang lain, mereka akan lebih senang dengan

21
kesendirian dan menarik diri dari lingkungannya. Faktor ini emmiliki peranan penting
dalam kepribadian sebab bias memprediksi atau menjadi predikator untuk berbagai
tingkau laku sosial.

Faktor ektraversimemiliki enam indikator sifat keprinbadian, yaitu kehangatan


(warmth), suka bersama (gregariousness), assertif (assertiveness), aktivitas (activity),
mencari kesenangan (excitement seeking), dan memiliki emosi positif (cheerfulness).
Keenam indikator tersebut adalah :

a) Kehangatan : sifat kepribadian yang menunjukkan kecenderungan untuk mudah


bergaul dan membagi kasih sayang kepada orang lain. Indikator sifat ini ditandai
dengan beberapa descriptor sifat menyukai oranglain, memiliki pandangan positif
terhadap orang lain, den mudah menjadi dekat atau akarb;
b) Suka berteman : suatu sifat kepribadian yang menunjukkan kecenderungan
seseorang untuk banyak berteman dan berinteraksi kecenderungan seseorang
untuk banyak teman dan berinteraksi dengan orang banyak. Deskriptor sifatnya
antara lain senang dan menikmati berada diantara orang banyak, serta memiliki
tingakt motivasi yang tinggi dalam bergaul;
c) Ketegasan : suatu sifat kepribadian yang menunjukkan kecenderungan seseorang
yang bersikap tegas.beberapa descriptor sifatnya antara lain menyukai
mengeluarkan pendapat, aktif, mengarahkan orang lain, dan cenderung ingin
menjadi pemimipin;
d) Ativitas : suatu sifat kepribadian yang ditandai oleh adanya kecenderungan untuk
terlibat dalam berbagai aktivitas, memiliki energi dan semangat yang tinggi.
Beberapa deskriptor sifatnya antara lain aktif, enerjik, dinamis dan tertarik dengan
banyak hal;
e) Mencari kesenangan : suatu sifat kepribadian seseorang yang ditandai oleh
kecenderungan untuk mencari sesuatu dan suka mengambil resiko. Beberapa
deskriptor sifatnya antara lain menyukai kesibukan, mudah bosan, mudah
termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hisup dan tantangan, menyenangi
kegiatan yang mengandung resikotinggi dan penuh ketegangan;
f) Emosi positif : suatu sifat kepribadian seseorang yang menunjukkan
kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi yang positif seperti bahagia, cinta
dan kegembiraan, beberapa deskriptor sifatnya antara lain memiliki antusiasme
yang tinggi, optimis dan riang gembira.

22
3) Keterbukaan pada pengalaman

Faktor keterbukaan dengan kesetiaan seseorang untuk melakukan penyesuaian


terhadap sesuatu idea atau situasi yang baru sifat keterbukaan umumnya ditandai
dengan sikap toleran, memiliki kapasitas yang tinggi untuk menyerap informasi,
sangat focus dan mrmiliki kewaspadaan terhadap berbagai perasaan, pemikiran
danimpulsivitas. Individu yang memiliki tingkat keterbukaan yang tinggi digambarkan
sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, kreatif dan inovatif. Sedangkan
seseorang yang memiliki tingkat keterbukaan yang rendah memiliki nilai kepatuhan
dan keamanan bersama, memiliki pemikiran yang sempit konservatif dan tdak
menyukai adanya perubahan.

Sesuai dengan ciri-ciri keterbukaan diatas, individu yang memiliki keterbukaan


akan dapat membangun pertumbuhan pribadi yang lebih baik, pencapaian kreatifitas
lebih banyak dan lebih bernilai, memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar dan akan
lebih mudah untuk mendapatkan solusi atas masalah yag dihadapinya.

Seperti hal nyakeempat faktor diatas, faktor kerebukaan memiliki enam indikator,
yaitu khayalan (fantasy), minat artistik (aesthetic), perasaan (feelings), tindakann
(action), gagasan (ideas), dan nilai-nilai (values).

Keenam indikator tersebut akan dibahas secara singkat sebagai berikut :

a) Khayalan : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan kecenderungan


kemampuan individu untuk berimajinasi secara aktif dan kreatif. Descriptor
utamanya adalah memiliki fantasi yang kuat untuk membuat dunia lebih kaya dan
menarik;
b) Minat artistik : suatu sifat kepribadian yang mencerminkan kecenderungan
kemampuan yang tinggi dari individu untuk mengapresiasi seni dan keindahan;
c) Perasaan : suati sifat kepribadian yang mencerminkan kecenderungan kemampuan
individu untuk menyadar dan menyelami emosi dan perasaannya sendiri.
d) Tindakan : suatu sifat kepribadian yang mencerminkan kecenderungan keinginan
individu terhadap hal-hal yang baru. Beberapa deskriptornya antara lain memiliki
keinginan yang tinggi untuk mencoba aktivitas baru, senang bepergian dan
menconba hal-hal yang berbeda;

23
e) Gagasan : sifat kepribadian yang menggambarkan kecenderungan individu untuk
berpikiran terbuka dan mau menyadari ide dari dan tidak konvensional. Senang
mengutarakan ide-ide, terbuka terhadap ide baru yang tidak biasa, dan senang
berdisusi tentang masalah-masalah intelektual merupakan deskriptor dari sifat ini;
f) Nilai-nilai : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan kecenderungan individu
untuk berpandangan luas dan terbuka, tidak sempit dan memandang permasalahan
dari berbagai segi yang bebeda;

4) Agreeableness (kesesuaian);

Faktor kesesuaian adalah sifat kepribadian yang menunjukkan kecenderungan


kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan prang lain. Oleh karena itu
faktor ini disebut juga dengan sosial adaptability atau kemampuan menyesuaikan diri
secara sosial dengan lingkungan sosialnya.

Beberapa indikasi perilakunya antara lain, ramah, memiliki kepribadian mengalah,


menghindari konflik, dan memiliki kecenderungan mengikutiorang lain.

Seseorang yang memiliki nilai suka membantu orang lain, pemaaf dan
penyayang. Namun demikian juga dihadapkan dengan konflik, individu yang memiliki
skor kesesuaian tiinggi biasanya self-esteem mereka akan cenderung menurun, dan
juga akan berusaha menghindar dari usaha langsung untuk menyatakan kelebihannya
sebagai bentuk usaha memutuskan konflik dengan orang lain, individu yang memiliki
tingkat kesesuaian yang tinggi memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan
keluarga dan jarang memiliki konflik dengan teman yang berjenis kelamin
berlawanan, adapunindividu-individu dengan tingkat kesesuaian yang rendah
cenderung lebih agresif dan kurang kooperatif.

Faktor kesesuaian memiliki enam indikator sifat kepribadian, yaitu kepercayaan


(trust), terus terang (stranghfirwardsness), altruistic (altruism), kerelaan (compliance),
kesederhanaan (modesty) dan hati yang lembut (tender-mindedness). Keenam
indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a) Kepercayaan (trust) : suatu kepribadian yang menggambarkan kecenderungan


tingkat kepercayaan seseorang kepada orang lain, individu yang memiliki skor
tinggi untuk sjor ini akan berasumsi bahwa orang lain akan berlaku adil, jujur, dan
memiliki perhatian yang baik;

24
b) Sikap terus terang (stranghfirwardsness) : salah satu descriptor dari sifat
kesesuaian yang menggambarkan individu yang senang berterus terang atau
sungguh-sungguh dalam menyatakan sesuatu. Indikasi dari individu yang suka
berterus terang antara lain bertingkah laku jujur, bicara apa adanya, dan tulus;
c) Altruistik (altruism) : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan
kecenderungan keinginan seseorang untuk membantu orang lain, individu yang
sangat altruistik adalah individu yang memiliki rasa butuh untuk menolong orang
lain. Karena yaitu mereka sangat murah hati;
d) Kerelaan (compliance) : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan
kecenderungan kemampuan seseorang dalam mereaksi konflik interpersonal
secara arif. Beberapa descriptor sifatnya antaralain tidak menyukai konfrontasi
dan berusaha menyesuaikan dengan orang lain;
e) Kesederhanaan (modesty) : suati sifat yang kepribadian yang menggambarkan
kecenderungan kemampuan seseorang utuk tetap sederhanaan dan rendah hati.
Individu yang memiliki skor tinggi untuk kesederhanaan tidak akan mengakui
atau menonjolkan kelebihan diri sendiri untuk dibandingkan dengan orang lain
dan bahkan sebaliknya;
f) Hati yang lembut (tender-mindedness) : suatu sifat kepribadian yang
menggambarkan kecenderungan kemampuan seseorang untuk bersikap simpatik
terhadap orang lain. Descriptor sifatnyaantara lain peduli dan penuh kasihan
kepada orang lain.

5) Conscientiousness (sikap hati-hati)

Faktor sikap hati-hati adalah sifat kepribadian yang mencerminkan kemampuan


seseorang untuk dapat mengontrol, meregulasi dan Mengarahkan impuls – impuls Faktor
ini disebut juga dependability, impulse control, atau will to achieve, yang
menggambarkan perbedaan keteraturan dan disiplin diri seseorang. Perbedaan tingkat
keteraturan dan disiplin diri ini akan terindikasi dalam kemampuannya untuk mengontrol,
meregulasi, dan mengarahkan lingkungan sosialnya. Sisi baik diri individu yang memiliki
sikap hati – hati yang tinggi antara lain mereka akan berpikir sebelum bertidak, menunda
kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, memprioritaskan
tugas, terorganisir dengan baik, tepat waktu, dan juga ambisius. Sisi negatifnya dari sifat
ini antara lain sangan perfeksionis, kompulsif, membosankan, ceroboh, dan tidak terarah
dan mudah teralih perhatiannya.

25
Seperti halnya dua faktor sebelumnya, sikap hati – hati dibangun oleh enam
indikator, yaitu kemampuan (competence), keteraturan (order), sikap memenuhi tugas
(dutifulness), usaha pencapaian (archievement strying), disiplin diri (self – discipline),
dan pertimbangan (deliberation), keenam indikator tersebut akan diahas secara singkat
berikut ini :

a) Kemampuan (competence): satu sifat kepribadian seseorang yang mencerminkan


kecenderungan kemampuannya untuk percaya terhadap kemampuan yang
dimilikinya dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu, beberapa deskriptor yang
menandai sifat ini antara lain kepercayaan terhadap kecerdasan diri, memiliki
kontrol diri yang tinggi dan dorongan kuat untuk sukses
b) Keteraturan (order) : suatu sifat kepribadian seseorang yang mencerminkan
kecenderungan kemampuannya untuk mengorganisasikan sesuatu tugas atau
pekerjaan, sifat ini ditandai oleh beberapa deskriptor antara lain sangan
terorganisir, menyukai rutinitas dan aktivitasnya sangan terjadwal.
c) Patuh (dutifulness) : suatu sifat kepribadian seseorang yang mencerminkan
kecenderungan kemampuannya untuk memegang erat prinsip hidup. Deskriptor
yang paling menonjol dari orang yang memiliki sifat ini adalah memiliki
tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas atau pekerjaan yang harus
dilakukannya.
d) Usaha pencapaian (achievement striving) : suatu sifat kepribadian yang
mencerminkan kecenderungan kemampuan seseorang untuk berusaha sedemikain
rupa mencapai kesempurnaan. Beberapa deskriptor dari sifat ini anatara lain kerja
keras, pantang menyerah, ulet, tekun dan tidak menganal putus asa.
e) Disiplin diri (self-dicilines) : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan
kecenderungan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri. Kemampuan
menepis rasa malas dan mengabaikan gangguan yang ada merupakan dua
deskriptor utama dari sifat ini.
f) Pertimbangan (deliberation) : suatu sifat kepribadian seseorang yang
menggambarkan kecenderungan kemampuannya untuk mempertimbangkan atau
memikirkan secara seksama dan mendalam kemungkinan – kemungkinan yang
akan di hadapi sebelum bertindak.

C. Faktor – faktor yang Memperngaruhi kepribadian

26
Sampai saat ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para psikolog dalam
hubungannya dengan kepribadian adalah berkaitan dengan perkembangan kekhasan
atau keunikan setiap individu. Beberapa pertanyaan seperti, bagaimana pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian berlangsung? Faktor – faktor apa saja yang
mempengaruhinya dan bagaimana hubungan antara faktor – faktor tersebut?
Seringkali masih menjadi perdebatan di antara psikolog dan praktisi pendidikan.
Manakah diantara kedua faktor ini yang lebih berpengaruh, apakah faktor genetik
atau lingkungan?
1. Faktor Genetik
Faktor genetik atau turunan (herediter) adalah faktor yang berasal dari dalam
diri individu, Faktor ini diyakini oleh berbagai kalangan memberikan pengaruh
terhadap kepribadian, Pentingnya faktor ini dijelaskan oleh beberapa ahli (Caspi,
2000; Plomin & Caspo 1999; Rowe, 1999, dalam pervi dan John, 2019:9) bahwa
“genetik faktor play a major role in determining personality, particularly in
relation to what is unique in the individual”. Ditegaskan lebih lanjut oleh Pervin
dan John (2001:11) bahwa “genes play role in making us alike as human as well
as different as individuals”, Ilustrasi klasik yang sering dibicarakan dan dijadikan
contoh tentang peranan faktor genetik ini antara lain: anak – anak yang dilahirkan
dari orangtua yang pernah menyandang atlet top atau orang tua yang berkiprah
dalam dunia seni, memiliki kemungkinan besar bakat olahraga atau seninya akan
diturnkan kepada anaknya dan akan mengikuti kiprah orang tuanya sebagai
olahragawan atau seniman.

2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan atau envoronment adalah faktor yang berasal dari luar
individu.
Pervon dan John (2001:11-14) menyambungkan empat sub faktor yang termasuk
faktor lingkungan, yaitu faktor budaya, kelas sosial, keluarga dan teman. Secara
singkat keempat faktor sub tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Sub faktor budaya
Diantara faktor lingkungan yang menentukan kepribadian individu adalah
sub faktor budaya. Sub faktor ini memperngaruhi kepribadian sebagai akibat
keangotaan atau keterlibatan individu dalam suatu budaya tertentu, setiap
buadaya memiliki pola – pola perilaku tirual dan keyakinan yang

27
dilembagakan dan disetujui secara umum, kemudian dijadikan adat atau
kebiasaan yang berlaku untuk komunikasi setempat artinya anggota dari
suatu budaya akan memiliki karakteristik kepribadian tertentu.
Budaya biasaya terkait erat dengan faktor sosial, karena itu sering disebut
sebagai sosio-kultural (socio cultural. Faktor ini bersumber dari lingkungan
sosial budaya setempat. Ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan bahwa
kepribadian dan prestasi atlet ditentukan oleh lingkungan sosial budaya..
b. Sub faktor kelas sosial
Selain Karena sub faktor budaya pola – pola perilaku berkembang pula
sebagai akibat dari pengaruh kelas sosial. Beberapa sifat kepribadian individu
terkait dengan kelompok sosial dimana indivudu itu tinggal, sebuah
kelompok sosial, apakah kelas sosial rendah atau tinggi, kelas sosial pekerja
atau profseional, keberadaanya menjadi salah satu faktor yang menentukan
status individu, baik perannya, tugasnya, keterikatannya maupun
keterpuasannya did dalam kelompok itu sendiri dan juga dengan kelompok
lain. Faktor – faktor tersebut mempengaruhi bagaimana individu memandang
dirinya dan bagaimana menerima anggota kelompok sosial yang lain. Seperti
halnya sub faktor budaya, kelas sosial akan memperngaruhi cara – cara
individu mendefinisikan situasi dan bagaimana merespon situasi tersebut.
Oleh karena itu, kelas sosial mempengaruhi sifat – sifat kepribadian individu.
c. Sub faktor keluarga
Sub faktor lain yang tidak kalah pentingnya dari kedua sub faktor di atas
yang mempengaruhi kepribadian adalah sub faktor keluarga. Berbagai
literatur menyebutkan bahwa pengaruh keluarga merupakan salah satu faktor
lingkungan menyebutkan bahwa pengaruh keluarga merupakan salah satu
faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi profil
kepribadian individu (Collin etal, 2000, Halverson & Wampler, 1997;
Maccoby, dalam Pervin and John, 2001;12). Selama proses asuhan, mungkin
orang tua akan bersikap memperingati, mencintai, menolak, memarahi,
melindungi, memberikan kebebasan, sangat protektif, dan lain – lain. Apapun
yang orangtua lakukan, maka setiap pola perilaku orang tua akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
Masa bayi dan awal-anak memiliki peran penting dalam pembentukan
karakter atau kepribadian anak. Seperti dikemukakan Freud (Alwisol, 2007:

28
35) bahwa struktur dasar kepribadian sudah dibentuk pada usia 5 tahun dan
perkembangan kepribadian sesudah 5 tahun sebagian besar hanya merupakan
elaborasi dari struktur dasar tadi. Orang tua akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak – anaknya paling tidak melalui tiga cara,
yaitu: (1) melalui perilaku yang ditampilkan oleh orang tua. (2) orang tua
mempengaruhi anaknya sebagai model peran untuk proses identifikasi, (30)
orang tua secara selektif memberikan penghargaan atas perilaku anak.
Akhir – akhir ini, meskipun orang tua mengajukan pola-pola asuhan yang
relatif sama dalam mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, tetapi
kenyataannya masih banyak ditemukan dua orang anak yang berasal dari
keluarga yang sama memiliki ciri kepribadian yang berbeda. Hal ini tidak
hanya karena perbedaan situasi asuhan yang ada, tetapi juga karena
perbedaan pengalaman asuhan di dalam keluarga dengan perbedaan
pengalaman yang diperoleh anak d luar lingkungan (Dunn & Plomin, 1999,
Lomin & Capsi, 1999; Plomin dan Daniel, dalam Pervin & john, 2001:13).
Dengan kata lain, faktor lingkungan di luar keluarga mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua
harus hati – hati dan waspada dalam mengebangkan pola asuh terhadap
anaknya sehingga berpengaruh positif terhadap perkembangan kepribadian
anak – anaknya.
d. Sub faktor Teman Sebaya
Sub faktor terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh
lingkungan teman sebaya. Pengalaman bergaul dalam kelompok pada masa
anak – anak dan masa remaja akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian, karena anak memperoleh pengalaman yang berbeda di luar
rumah dan karena pengalaman yang diperoleh di dalam rumah tidak
membuat mereka sama, maka dua orang anak yang bersal dari keluarga yang
samapun akan memiliki kepribadian yang berbeda. Pengaruh ikatan keluarga
terutama orang tua terhadap perkembangan kepribadian akan dominan pada
awal – awal perkembangan, sedangkan pada tahap berikutnya, terutama
mulai masa remaja pengaruh teman sebaya menjadi lebih dominan.
Diantara kudua faktor di atas, faktor manakah yang paling berpengaruh?
Faktor keturunan atau lingkungan, seperti yang telah dijelaskan, pada awala
pertanyaan ini menjadi bahan perdebatan di kalangan psikolog, tetapi setelah

29
diketahui bahwa kedua faktor tersebut selalu berinteraksi satu sama lain
dalam mempengaruhi kepribadian, maka ahli berkesimpulan bahwa tidak ada
gen tanpa tanpa lingkungan dan sebaliknya, tidak ada lingkunan tanpa gen.
Oleh karena itu, perkembangan kepribadian merupaka sebuah proses
interaksi antar faktor keturunan dengan lingkungan, seperti yang dijleaskan
oleh Pervin dan kolin (2001 :14) bahwa proses perkembangan kepribadian
merupakan hasil dari interaksi terus menerus antara faktor lingkungan dengan
gen.

D. Hubungan Kepribadian Dengan Penapilan Olahraga


Secara umum sejah tahun 1960-an, para psikolog olahraga telah berupaya untuk
mengembangkan hubungan antara kepribadian dengan penampilan olahraga. Misalnya
Auwcele, dkk (1993, dalam Apurcbes, 2005:43) telah menyimpulkan adanya
hubungan positif antara kepribadian dengan beberapa aspek dari penampilan olahraga.
Hubungan tersebut dalam bentuk korelasional dan tidak menunjukan hubungan sebab
akibat. Ditegaskan oleh Morgan (1980), dalam Cox, 2002. 165) bahwa hubungan
tersebut dalam bentuk korelasional dan tidak menunjukkan hubungan sebab akibat.
Ditegaskan oleh Morgan (1980, dalam Cox, 2002:165) bahwa hubungan tersebut akan
konsisten, jika (1) respon yang tidak sesuai di eliminir sedemikian rupa; dan (2) data
dianalisis dengan menggunakan pedekatan multivariate. Pendekatan multivariate ini
cocok digunakan karena kepribadian merupakan domensi konstruk yang memiliki
komponen yang komplek.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sifakt – sifat kepribadian merupakan
penunjuk kemungkinan seseorang mencapai keberhasilan dan sifat kepribadian
tertentu dapat berfungsi lebih baik untuk cabang olahraga tertentu. Dalam kaitan itu,
sejumlah penelitian korelasional yang telah dilakukan pada umumnya diarahkan pada
upaya untuk memperoleh jawaban atas pernyataan-pernyataan, seperti : sifat – sifat
kepribadian apa yang dapat mengantarkan seorang atlet dapat mencapai keberhasilan
dalam menjalani karinya sebagai atlet cabang olah raga tertentu? Mengapa satu tim
berhasil menjadi juara beberapa kali sedangkan yang lain tidak? Mengapa
pebulutangkis Rudi Hartono berhasil menjadi juara All England 7 kali berturut –
turut? Sifat – sifat kepribadian apa yang dimiliki oleh atlet tersebut? Berkaitan dengan
hal tersebut, para penelitian penelitian tersebut, akan diuraikan sebagai berikut:
1. Perbandingan karakteristik Kepribadian atlet dengan bukan atlet.

30
a. Sebuah penelitian tentang hubungan antara karakteristik kepribadian atlet
dengan bukan atlet telah dilakukan oleh Deatras (1997; dalam Apruebo,
2005:44). Penelitian dilakukan pada 5 cabang olahraga, yaitu bola basket,
softball, bisball, sepakbola dan bola voli, hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa :
1) Pada umumnya, individu yang bukan atlet menunjukan sifat
kepribadian yang kurang terbuka, kurang cerdas emosi kurang stabil,
kurang cermat, dan kurang menyenangi hal – hal yang baru, lebih
pencemas, dan lebih sering curiga dibandingkan dengan atlet namun
demikian, mereka menujukkan kemiripan dalam beberapa sifat
kepribadian seperti berpikir tenang, bersifat praktis, tidak terlalu
dominan, sangat berani, emosional dan sensitif.
2) Ada perbedaan signifikan dalam hal intelegensi umum antara atlet
dan bukan atlet. Dalam hal kapasitas mental akademik, individu yang
bukan atlet leih cerdas dan lebih bisa berfikir abstrak dibandingkan
dengan atlet. Atlet memiliki intelegensia umum rata – rata.
b. Hasil penelitian yang dilakukan Scgurr, dkk (1977) menunjukan bahwa
atlet yang berpartisipasi dalam olahraga individual dan beregu
menunjukan sifat – sifat kepribadian yang lebih mandiri, lebih objektif,
dan lebih tenang. Berdasarkan hasil penelitain Hardman (1973) terbukti
bahwa atlet lebih cerdas daripada bukan atlet. Sedangkan dari penelitian
yang dilakukan Cooper (1969) ternyata atlet memiliki sifat terbuka secara
sosial daripada bukan atlet. Hasil penelitian tadi menguatkan kesimpulan
hasil penelitian Morgan (1980) yang menyatakan bahwa atlet memiliki
sifat lebih terbuka dan memiliki kecerdasan rendah (Cox, 2002:166)
2. Hubungan jenis olahraga, posisi, pemain dan profil kepribadian
a. Krool dan Creshaw (1970) telah melakukan penelitian tentang
perbandingan profil kepribadian antara atlet tol sepak bola, gulat, senam,
dan karete. Setelah diukur dengan menggunakan kuesioner 16 faktor
kepribadian atlet sepak bola dengan gulan berbeda dengan gulat berbeda
secara signifikan dengan atlet senam dan karate; (2) profil kepribadian
atlet sepak bola hampir sama dengan atlet gulat, sementara, atlet senam
dengan karate berbeda satu sama lain, dan juga dengan atlet gulat dan
sepak bola. Penelitian serupa dilakukan oleh Churr, dkk (1977) terhadap

31
olahraga individual dengan beregu dan antara atlet olahraga langsung dan
olagraga pararel. Hasil penelitiannya menunjukkan : (1) adanya
perbedaan profil kepribadian antara atlet olahraga individual dengan
beregu. Atlet – atlet pada olahraga beregu menunjukan profil kepribadian
lebih pencemas. Mandiri, terbuka, lebih objektif, kurang objektif sensitif-
imajinasi daripada atlet olahraga individual. (2) profil kepribadian atlet –
atlet olahraga langsung (seperti bola basket, dan sepak bola) lebih
mandiri dan sosialis dibandingkan dengan atlet olahraga pararel seperti
bola voli dan baseball (Cox, 2002:167-168).
b. Sebuah penelitian tentang hubungan antara sifat – sifat kepribadian
dengan penampilan olahraga telah dilakukan oleh Figer (Apruebo, 1997)
terhadap atlet Filipina. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua tes
kepribadian Gordon personal profile (GPP) dan Gordon Personal
Inventory (GPI) Setelah dianalisis terbukti bahwa sifat – sifat kepribadian
seperti (tanggungjawab, keterampilan sosial, hubungan personal,
stabilitas emosi, semangat dan sikap kehati – hatian) dengan aktifitas
olahraga beregu (Apruebo,2005:44).
c. Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Cox (1987a) terhadap 157 atlet
bola voli wanita pada suatu kejuaraan bola voli. Cox bermaksud
membandingkan profil kepribadian atlet tersebut pada tiga posisi yang
berbeda yaitu posisi spiker (stong side hiters), bloker (center bloker), dan
pengumpan (setters). Hasilnya terbukti bahwa responden memiliki profil
kepribadian yang mirip, kecuali untuk variabel perhatian terfokus tentang
perbandingan sifat kepribadian antara posisi pemain dalam American
Footbal. Setelah data terkumpul dengan menggunakan instrumen Myers-
Briggs Type Inventory (MBTI), schurr menyimpulkan bahwa ada
perbedaan signifikan antara posisi pemain Linesmen dengan posisi
pemain Backfield dalam sifat permainan dan penilaian, pemain pada
posisi Linesman cenderung memiliki sifat lebih terorganisir dan praktis,
sementara pemain pada posisi defensive dan offensive lebih pleksibel dan
adaptable. Tidak ada perbedaan profil kepribadiaan antara pemain pada
posisi offensive linesman dengan defensive linesman, sementara pemain
pada posisi offensive back memiliki sifat terbuka dan pemain pada posisi
defensive back memiliki sifat tertutup (Cox, 2002:167).

32
Sesuai dengan hasil penelitian di atas, bisa disimpulkan bahwa : ada
hubungan antara profil kepribadian dengan panampilan olahraga.
Hubungan pada umumnya bersifat korelasional; (2) sifat kepribadian
tertentu bisa berfungsi lebih tinggi dalam suatu cabang olahraga tertentu;
(3) ada perbedaan profil kepribadian atlet dari cabang olahraga tertentu;
(4) ada perbedaan sifat kepribadian dalam posisi yang berbeda dari
cabang olahraga yang sama; (5) atlet memiliki profil kepribadian yang
berbeda dengan yang bukan atlet, tetapi juga memiliki kemampuan dalam
sifat – sifat kepribadian tertentu.

E. Pengukuran Kepribadian
Pada umumnya ada dua jenis tes psikologis yang biasa digunakan untuk
mengetahui kepribadian, yaitu tes psikometrik dan tes proyektif. Tes psikometrisk
adalah tes yang terstruktur dan direncanakan untuk mengukur kecerdasan, bakat, dan
sifat – sifat kepribadian, tes ini beknaan dengan pengukuran mental atau data obyektif
yang terstruktur yang dihasilkan dari penelitian kuantitatif beberapa sifat kepribadian
yang bisa digali melalui tes psikometrik antara lain tempramen, dikap, nilai konsep
diri, aspek – aspek sosial, agresifvitas, dan lain – lain. Alat ukur yang bisa digunakan
misalnya angket dan skala penilaian.
Tes proyektif adalah pengukuran yang tidak terstuktur dan bersifat subyektif. Tes
ini mengukur aspek – aspek perilaku yang tidak didasari dan diperoleh melaluli
metode kualitatif. Misalnya mengukur respon fantasi, hasrat, motif dan kebutuhan
yang tidak disadari, perasaan suka atau tidak suka terhadap olahraga dan lain – lain.
Beberapa jenis tesnya antara lain : tes Rorschah, tes Drwa-A-Person atau Bender-
Gestalt Visual Motor, tes Sach’s Sentence Completion, tes Role Playing dan
Psychodrama dan lain – lain. Tentu saja tidak semua jenis alat ukur akan dibahas
dalam penelitian in , dua diantaranya yang sering digunakan di bidang olahraga adalah
skala penelitian dan kuesioner.

KECABANGAN OLAHRAGA

PENGANTAR

Olahraga adalah kegiatan jasmaniah atau kegiatan fisik manusia yang


berpengaruh terhadap kepribadian dan pelakunya. Sudah tentu kegiatan fisik dalam

33
olahraga adalah kegiatan yang menuntut kesanggupan jasmaniah tertentu untuk
menggunakan tubuh secara menyeluruh.

Setiap gerakan tertuju ada pencapaian maksud tertentu. Kegiatan jasmani ini
merupakan kegiatan utama dalam olahraga. Olahraga dilakukan dalam bentuk-bentuk
permainan, perlombaan, pertandingan, ataupun campuran dari bentuk-bentuk itu.
Pengaruh kepribadian pelaku merupakan ciri kedua dari pada olahraga.

A. Pengelompokan cabang-cabang Olahraga yang sejenis

Pengelompokan atau penggolongan cabang-cabang olahraga dengan suatu atau


beberapa ketentuan dapat menunjukan sifat-sifat yang sama atau sejenis. Tujuannya
dengan pengelompokan cabang olahraga sejenis diharapkan dapat lebih mengenal sifat-
sifat cabang olahraga dan mengetahui olahraga yang sejenis menurut ketentuan-ketentuan
tertentu.

1. Pengelompokan menurut sifat cabang olahraga:

a. Sifat pertandingan. Yang dimaksudkan dengan pertandingan ialah dalam


kegiatan untuk memperoleh kemenangan para olahragawan atau peserta harus
mencurahkan kelebihan akan jasmani dan rokhani. Kemampuan dan teknik
kemahiran, taktik dan dalam pertandingan para olahragawan akan saling
berhadapan.

b. Sifat perlombaan, dalam perlombaan para olahragawan harus berjuang untuk


memperoleh waktu yang sependek-pendeknya atau waktu yang lama,
mencapai jarak yang setinggi-tingginya atau sejauh-jauhnya. Dan mungkin
juga harus berusaha menguasai bentuk gerak yang seindah-indahnya dan
dalam berlomba para olahragawan atau peserta tidak saling berhadapan tetapi
harus melawan waktu,jarak, keindahan atau beban;

1) Melawan waktu:

Perlombaan lari, renang, terbang layang, layar dan sebagainya.

2) Melawan jarak:

Perlombaan lompat tinggi, lompat jauh, tolak peluru, lontar martil, dan
sebagainya.

34
3) Melawan keindahan:

Perlombaan senam loncat indah, dan sebagainya.

4) Melawan beban:

Perlombaan angkat besi.

2. Pengelompokan menurut peraturan

a. Permainan yang lapangannya atau tempat bertandingnya dipisahkan dengan


jaring (Net).

Contoh : Tenis, Tenis meja, bola volly, sepak takraw, badminton.

Pada cabang olahraga ini tidak akan mungkin terjadi percampuran antara
lawan, sehingga tidak mungkin akan terjadi persentuhan.

b. Permainan yang lapangannya atau tempat bertandingnya tidak dipisahkan


dengan jaring;

Contoh : Sepak bola, bola basket, soft ball, hockey, polo air, rugby,
rounders, dan lain sebagainya.

Dalam permainan yang tidak dibatasi dengan jaring ini ada percampuran antara
lawan, sehingga ada kemungkinan terjadinya persinggungan antara lawan (body contact).

3. Pengelompokkan menurut tempat penyelenggaraan

a. Darat

Kelompok olahraga darat adalah cabang-cabang olahraga yang dapat diselenggarakan


di darat.

Contoh : Sepak bola, bola volly, bola basket, tenis meja, tenis, atletik, angkat besi, dan
sebagainya.

b. Air

35
Kelompok olahraga air ialah cabang-cabang olahraga yang dapat diselenggarakan di
air.

Contoh : Renang, polo air, loncat indah, mendayung, lomba layar, ski air, dan
sebagainya.

c. Udara

Kelompok olahraga udara ialah cabang-cabang olahraga yang dapat diselenggarakan


di udara.

Contoh : Terbang layang, terjun payung, dan sebagainya.

4. Pengelompokan menurut cabang-cabang olahraga di sekolah

a. Atletik

Yang termasuk olahraga atletik ialah :

1) Lomba jalan dan lari

Contoh : Lomba gerak jalan, Lari : 100m, 200m, 400m, 800m, 1500m, 5000m,
10.000m.

Maraton : lari dengan rintangan : lari gawang : 80m untuk puteri, 100m untuk putera,
3000m steeple cheese, lari sambung 4x100m, dan sebagainya.

2) Lempar

Contoh : Lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru, lontar martil.

3) Lompat

Contoh : Lompat tinggi, lompat jauh, lompat jangkit.

b. Bela diri

Termasuk bela diri antara lain ialah cabang-cabang olahraga:

1) Pencak silat

2) Anggar

36
3) Tinju

4) Gulat

5) Judo

c. Permainan

Termasuk cabang olahraga permainan antara lain :

1) Permainan kanak-kanak

2) Permainan bola kecil

3) Permainan bola besar

4) Permainan perorangan

5) Permainan beregu

d. Senam

Termasuk cabang olahraga senam antara lain ialah:

1) Senam buyung

2) Senam irama

3) Senam pembentukan

4) Senampertandingan

5) Senam lantai

e. Renang

Termasuk cabang olahraga renang antara lain:

1) Renang dalam macam-macam gaya antara lain:

a) Gaya bebas

37
b) Gaya punggung

c) Gaya katak

d) Gaya kupu-kupu

e) Gaya dolfin

2) Loncat indah

3) Polo air

5. Pengelompokan berdasarkan musim

a. Olimpiade musim panas

Yang dimaksud dengan olimpiade musim panas ialah olimpiade yang


diselenggarakan pada waktu musim panas, olimpiade musim panas ini merupakan
kelanjutan dari olimpiade yunani yang diselenggarakan sebelum tahun masehi dan di
permodern atas anjuran Baron piere de Coubertin yang dimulai pada tahun 1896. Adapun
cabang-cabang olahraga dalam olimpiade musim panas ini antara lain: Atletik, anggar,
angkat besi, bola basket, bola volley, tenis meja, sepak bola, menembak, panahan, renang,
layar, mendayung, gulat, tinju, dan sebagainnya.

b. Olimpiade musim dingin

Dalam olimpiade musim dingin ini diselenggarakan pertandingan-pertandingan


atau perlombaan-perlombaan cabang olahraga yang membutuhkan salju atau es sebagai
alas dalam pertandingan atau berlomba.

Sebagai contoh : cabang olahraga dalam musim dingin itu antara lain : Ski es, ice
sketting, hockey, dan sebagainya.

38
B. Kecabangan Olahraga dan Sifat Kepribadian

Olahraga merupakan kebutuhan manusia. Melalui olahraga yang diharapkan


didapatkan tubuh yang sehat dan bugar sehingga mampu meningkatkan produktifitas
kerja. Dalam keadaan sakit, mudah lelah dan tidak bugar bisa dipastikan bekerja tidak
bisa maksimal. Olahraga adalah aktifitas yang berkaitan dengan gerak tubuh. Menurut
undang-undang No. 3 tahun2005 tentang Sistem keolahragaan Nasional BAB VI pasal 17
disebutkan bahwa olahraga dikelompokan menjadi 3 yaitu: 1) Olahraga Pendidikan
adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses
pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian,
keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. 2) Olahraga rekreasi adalah olahraga
yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk
kesehatan, kebugaran dan kesenangan. 3) Olahraga prestasi adalah olahraga yang
membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan
berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Berdasarkan hasil Semiloka Nasional Ilmu
Keolahragaan (2000) dihasilkan bahwa selain ketiga kelompok tersebut diatas juga ada
kelompok olahraga rehabilitasi yaitu jenis kegiatan olahraga, atau latihan jasmani yang
menekankan tujuan bersifat terapi atau aspek psikis dan perilaku. Kelompok olahraga
yang lain adalah olahraga kesehatan yaitu jenis kegiatan olahraga yang lebih menitik
beratkan pada upaya mencapai tujuan dan fitness yang tercakup dalam konsep well being
melalui kegiatan berolahraga.

Dalam mengembangkan semua kelompok olahraga tersebut perlu didukung


berbagai disiplin ilmu yang lain, seperti: ilmu faal, gizi, perkembangan motorik,
biomekanika, psikologi dan lain sebagainya. Dalam aktifitas olahraga prestasi khususnya
faktor psikis menjadi hal penting yang sering “ lupa/dilupakan” selama proses latihan
maupun dalam pertandingan. Faktor psikologis atau sering disebut mental atlet
diibaratkan sebagai obor yang memacuh semangat dan menghasilkan kinerja maksimal
atlet. Diakui bahwa psikologi semakin berperan dalam dunia olahraga maupun dunia
kepelatihan. Secara lebih khusus hal ini dipelajari melalui psikologi olahraga maupun

39
psikologi kepelatihan. Psikologi olahraga akan membahas mengenai mental dalam
aktifitas olahraga.

Dalam suatu kondisi fisik yang sudah lelah sekalipun, apabila secara mental
tangguh maka fisik masih bisa dipaksa untuk bekerja. Namun tidak demikian sebaliknya.
Apabila mental sudah down maka fisik prima pun seolah kurang berarti dalam situasi
pertandingan. Mengingat pentingnya pengaruh dan peranan psikologi olahrag dan
kepelatihan dalam olahraga, maka akan diuraikan bagaimana peran psikologi olahraga
dan psikologi kepelatihan.

Kegiatan olahraga yang diikuti oleh para olahragawan akan dapat membedakan
aspek kepribadian mereka, misalnya kegiatan olahraga beregu (seperti sepak bola, bola
voli, basket dan sebagainya) dan olahraga perorangan (judo, gulat, karate dan
sebagainya). Kemudian kegiatan olahraga itu dapat dibedakan berdasarkan kesempatan
mencetak skor secara langsung (seperti basket, sepak bola), dan yang bergiliran atau
pararel, yaitu olahraga yang mendapat kesempatan memukul secara bergiliran ( seperti
bola voli, dan soft ball), untuk lebih jelasnya lihat pada buku ini. (Rusli Lutan 2001).

Olahraga beregu Olahraga perorangan

Langsung Bola Basket Gulat, Karate

Sepak Bola Judo

Pararel Bola Voli Tenis, renang

Softball Lari, senam

Para pemain olahraga beregu, ternyata memiliki sifat-sifat kepribadian, seperti


pencemas, dan lebih bergantung kepada orang lain, tetapi lebih terbuka sifatnya dan lebih
dapat berpikir objektif, bila dibandingkan dengan para pemain olahraga perorangan, para
pemain sepak bola dan basket, cenderung bersifat lebih bebas dan lebih kuat egonya, bila
dibandingkan dengan para pemain olahraga yang mendapat kesempatan bergilir atau

40
pararel. Para pemain dari semua jenis olahraga tersebut di atas, cenderung memiliki sifat-
sifat kepribadian, seperti lebih terbuka, kurang pencemas, lebih bebas dan mandiri atau
independen dan lebih dapat berpikir objektif, dibandingkan dengan orang-orang yang
tidak terlibat atau aktif dalam kegiatan olahraga. (Richard H.Cox,1985).

41
EKONOMI POLITIK DALAM KONTEKS OLAHRAGA

A. Olahraga dan Ekonomi


1. Pengertian ekonomi

Ilmu ekonomi mencoba memecahkan masalah dengan cara menciptakan atau


menghasilkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan. Akhirnya sacara
bertahap ilmu ekonomi yang dikembangkan oleh para pakar ekonomi semakin maju dan
canggih. Secara sederhana ekonomi dapat diartika sebagai kaidah-kaidah, aturan-aturan,
ataua cara pengelolaan suatu rumah tangga. Definisi yang lebih populer ilmu ekonomi
adalah salah satu cabang ilmu social yang khusus mempelajari tingkah laku manusia atau
segolongan masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan yang relative tak terbatas
dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas adanya.

2. Hubungan Ekonomi dalam Konteks Olahraga

Industri olahraga yang dijadikan unggulan adalah industry perlatan olahraga


dengan merk global yang menembus pasar seantero dunia. Bidang media komunikasi dan
informasi dan produk hiburan untuk pemanfaatan waktu senggang juga telah lama
dikembangkan.

Beberapa kategori yang menjadi focus pengembangan industry olahraga antara


lain; pertama, pengembangan produk kreatif pakaian olahraga dan berbagai peralatan
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan olahraga prestasi yang berstandar nasional dan
internasioanl. Kedua, mengembangkan berbagai event kejuraan olahraga pada kategori
Olympic games, berbagai kejuaraan/kompetisi, dan festival olahraga rekreasi termasuk
olahraga masyarakat dan olahraga tradisional, olahraga ekstrim, termasuk adventure
sport, yang diintegrasikan dengan gelar kesenian, kebudayaan tradisional, kesenian
komporer, potensi sumber daya alam, dan promosi pariwisata. Ketiga, pengembangan
konsultansi olahraga, penumbuhan klub-klub olahraga, penumbuhan media informasi dan
komunikasi olahraga, memacu kegiatan promosi, dan pemasaran industry olahraga di
dalam dan di luar negeri. Keempat, meningkatkan kapasitas kemampuan pelaku industry
olahraga dan industry olahraga.

Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang.

42
B. Olahraga dan Politik
1. Pengertian Politik

Ada beberapa definisi yang diberikan oleh para philosopy tentang ilmu politik,
diantaranya:

a. Bluntschli, Garner, Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari lingkungan kenegaraan.
b. Seely dan Stephen Leacokc, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam
menanggani pemerintahan.
c. Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu yang mengatur perkembangan
negara begitu juga prinsip-prinsip pemerintahan.
d. Lasweel menyetujui ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh dan
kekuaasan

Dari beberapa definisi diatas sudah jelas bahwa ilmu politik sangat dibutuhkan
didalam satu negara.

2. Politik dalam Konteks Olahraga

Nampaknya hubungan tau keterakaitan bahkan persekutuan antara olahraga dan


politik ini tidak bisa dihindarkan. Sebab bagaimanapun juga keadaannya itu memang
merupakan unsur dan system kebudayaan sebagaimana teori system unsur-unsurnya
saling berhubungan dan saling berketergantungan satu sama lain. Sebab keterhubungan
tidak selamanya berfungsi positif, bisa terjadi sebaliknya.

Salah satu karakteristik olahraga yang paling nyata adalah identifikasi individu yang
kuat terhadap kelompok klub, kota atau bahkan negara dan individu yang bersangkutan
merasa senang dengan proses identifikasi, larutnya individu kedalam kelompok itu tidak
hanya terbatas pada peserta aktif tetapi juga meliputi mereka yang nonton, yang sama-
sama menjadi anggota klub, lokasi, geografik dan sesuku atau sebangsa dengan peserta
aktif itu.

Pemanfaatan keterlibatan secara pribadi maupun perwakilan dalam olahraga sebagai


alat perwujudan dari citra politik dan posisi tokoh-tokoh politik. Pemanfaatan olahraga
sebagai alat pengembang keterpautan masyarakatdapat diwujudkan melalui publikasi
yang meluas tentang keberhasilan tim local sekolah, univesitas atau yang professional.

43
Hal tersebut itu mungkin karena salah satu karakteristik olahraga adalah kemampuan
melarutkan diri kedalam kelompok, organisasi masyarakat ataupun negara.

AGAMA, IPTEK DAN HUKUM DALAM KONTEKS OLAHRAGA

A. Olahraga dan Agama

1. Definisi Agama

Agama adalah (atau mencoba menjadi) didasarkan pada keyakinan.


Mendefinisikan Agama sipil Ungkapan (Civil agama dapat dikaitkab dengan esai yang
dikembangkan oleh jean Jacque Rousseau), The Social ContactI. Rousseau “menjabarkan
dogma sederhana agama sipil: keberadaan Tuhan, kehidupan yang akan dating, pahala
kebajikan dan hukuman wakil, dan mengesampingkan agama intoleransi.

Unsuru-unsur yang terdiri dari agama, yaitu konsep kepercayaan, serta system
dan praktek-praktek direferensikan di atas, adalah penting untuk memahami agama sipil.
Unsur-unsur tersebut berfungsi seagai jembatan antara individu swasta konsepsi agama
dan masyarakat dukungan public hal-hal yang mereka yakni “realigius”.

2. Agama dan Ruang Sakral

Diantara unsuru-unsur yang paling penting agama, sipil atau sebaliknya, adalah
ruang suci. Definisi tentang apa yang “suci” didasarkan pada konsepsi mereka tentang
bagaimana orang memahami agama. Perspektif, suci telah diidentifikasi sebagai luar
biasa, mengagumkan, atau manifestasi dari realitas yang kuat, penuh paling penting.

Ada beberapa pertimbangan ketika mempertimbangkan lingkungab dibangun


sebagai elemen dari ruang suci. Filsuf Mircea Eliade berpendapat “suci meletus,
diwujudkan, atau muncul ditempat-tempat tertentu, menyebabkan mereka untuk menjadi
kuat atau bermakna pusat dunia. Dengan kata lain, bahkan ruang tidka dimaksudkan
untuk penunjukan sebagai suci pada kontruksinya bisa, pada waktunya, dianggap sebagai
demikian.

44
3. Olahraga dan Budaya Agama

Semua agama sipil keseimbangan literal dengan teoretis dan public dengan
swasta. Seperti Thomas Luckmann menjelaskan hal itu, ada hal-hal yang agama sipil
harus bersaing dengan, realitas social sederhana mereka harus bertahan.

Sebuah olahraga harus mengadopsi bentuk dasar bahwa sebuah agama terjadi,
baik secara fisik dan rohani, untuk dianggap sebagai jenis agama sipil. Diantara
karakteristik sama untuk kedua agama dan olahraga adalah gagasan dan gambar yang
berkaitan dengan dewa, pengikut setia, dan yang paling penting kepercayaan.

4. Bisbol sebagai Agama Budaya


a. Sejarah

Sejarah olahraga dan rekreasi di Amerika melembaga sebagai perwujudan dari


nilai-nilai nasional. Baseball tidak terkecuali. Lembaga-lembaga keagamaan telah
menggunaka liga olahraga dan permainan untuk memperluas jangkauan evangelis dan
untuk meminta oleh kelompok lain.

Pada abad ke-20, penonton olaharaga menjadi lebih populer. Putney menulis
bahwa “YMCA, berpendapat bahwa karena banyak orang yang tidak bekerja di pertanian
lagi, mereka perlu latihan secara artifisial. Pada awal abad ke-21, ada banyak bukti dari
konvergensi dan kebingungan yang telah muncul antara olahraga dan agama Amerika
pencampuran telah menjadi terlibat dalam kesadaran sehari-hari sebagai kesaksian, ritual,
dan afiliasi pemain dan penggemar telah digambarkan di media populer, publikasi
keagamaan, dan buku-buku tebal ilmiah.

b. Keyakinan

Harry Edward, mantan professor Sosiologi di University of California, pernah


mengidentifikasi tiga belasdaerah-daerah lain di mana tedapat tumpang tindih juga.
Mereka termasuk:

a. Olahraga juga memiliki “orang kudus”


b. Olahraga juga memiliki leluhur yang berkuasa
c. Olahraga memiliki “dewa”
d. Olahraga memiliki dewan tinggi-tinggi

45
e. Olahraga memiliki ahli-ahli Taurat
f. Olahraga memiliki “symbol-simbol iman”
g. Olahraga memiliki “pencari kerajaan”

3. Praktik

Praktik-atau ritual- yang membentuk permainan adalah elemen penting kedua


untuk setiap pemahaman bisbol sebagai bentuk budaya agama. Permianan bisbol adalah
mungkin yang paling terstruktur dari semua olahraga professional.

Singkatnya, manusia perlu mengatur system kepercayaan, ritual, dan tempat-


tempat untuk berkumpul dalam kelompok besar untuk tujuan mencari keselamatan, dan
makna. Baseball dan agama yang lebih tradisional membantu kebutuhan itu.

4. Lembaga

Selain aturan-aturan dan ritual permainan, lembaga-lembaga yang membentuk


permainan bisbol membantu memenuhi syarat permainan sebagai bentuk budaya agama.
Sebuah kasarnya atau stadion, seperti lapangan permainan dimainkan, adalah sebuah situs
untuk pertemuan uang makna rohani, tempat ibadah, sebuah katedral semacam.
Kesemapatan itu, Price menjelaskan, sore hari adalah waktu doa yang dikenal sebagai
mincha.

5. Nilai Agama dalam Olahraga

Peran serta dalam kegiatan olahraga dapat mengembangkan aspek keagamaan


seperti ketawakalan dan keoimanan atau sangat mungkin fanatisme, radikalisme dan
agresifisme. Hubungan antara olahraga dan agama yaitu tentang kejujuran dan keadilan.
Agama mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan adil.

Dalam olahraga kita diajarkan untuk bersikap jujur dan sporif seperti yang
diajarkan agama kita harus selalu bersikap jujur dan adil. Kesehatan merupakan salah
satu anugerah atau nikmat yang diberikan oleh Tuhan terhadao hambanya.

Dalam pertandingan olahraga, peran agamapun penting, seperti sebelum


bertanding kita berdoa. Seperti sifat rasul yang selalau sederhana tidak pernah sombong
dan selalu menyanyangi setia manusia tanpa harus memandang status orang tersebut.

B. Olahraga dan IPTEK

46
1. Pengertian Ilmu Dan Tekonologi

Penguasaan IPTEK memiliki beragam makna strategis yaitu untuk meningkatkan


kepercayaan diri, kemandirian, kesejahteraan ekonomi, dan kewibawaan ke empat makna
strategis tersebut dan pentingnya penguasaan IPTEK secara umum dapat disepakati oleh
para ahli. Beberapa indicator dapat dijadikan sebagai tingkat penguasaan IPTEK antara
lain: tingkat (melek huruf), rasio jumlah tenaga ahli atau pakar terhadap jumlah populasi,
jumlah anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan keilmuan (riset dan pengembangan).

Dalam pandangan management of Technology, Teknologi dapat digambarkan


dalam beragam cara:

1. Tekonologi sebagai makna untuk memenuhi suatu maksud di dalamnya


terkandung apa saja yang dibutuhkan untuk mengubah
(mengkonversikan)suberdaya (resources) ke suatu produk atau jasa.
2. Teknologi tidak ubannya sebagai pengetahuan, seumber daya yang diperlukan
untuk mencapai suatu tujuan (objective).
3. Tekonologi adalah suatu tubuh dari ilmu pengetahuan dan rekayasa (engineering)
yang dapat diaplikasikan pada perancangan produk dan atau proses atau pada
penelitian untuk mendapatkan pengetahuan baru

Ada beberapa pendapat bahwa olahraga adalah cikal bakal industry dan
teknologi. Namun ada juga yang berpendapat bahwa perkembangan industry dan
tekonologi merupakan dasar perkembangan olahraga.

2. Hubungan IPTEK dalam Konteks Olaharaga

Prestasi olahraga yang sudah berkembang di SD, SMP dan juga SMA begitu luar
biasa berkat dukungan IPTEK. Hasil IPTEK itu diaplikasikan pada para atlet mereka dan
efeknya amat terasa, terutama untuk cabang-cabang. Suatu makna bahwa IPTEK
memiliki kaitan erat dengan olahraga, masalah ini tentulah merupakan tantangan bagi
pakar olahraga sehingga olahraga itu dapat dinyatakan berperan nyata bagi pembangunan.

Ada beberapa pendapat olahraga adalah cikal bakal industry dan industry dan
tekonologi merupakan dasar perkembangan olahraga, namun demikian anggapan terkahir
kurang mendasar, sebab tidak semua masyarakat berorintasi olahraga mempunyai

47
hubungan dengan industry dan tekonologi, tinjauan historis juga menunjukkan bahwa
perkembangan olahraga mendahului perkembangan industry dan tekonologi.

C. Olahraga dan Hukum

1. Pengertian Hukum

Definisi hukum dari beberapa aliran pemikiran dalam ilmu hukum yang ada,
sebab timbulnya perbedaan tentang sudut dipengaruhi oleh aliran yang
melatarbelakanginya. Adapun aliran-aliran dalam hukum

a. Aliran Sosiologis
b. Aliran Realis
c. Aliran Antropologi
d. Aliran Historis
e. Aliran Hukum Alam
f. Aliran Positivis

2. Hukum dalam konteks Olahraga

Hukum adalah olahraga sangat beragam dan menarik lapangan, dan industry
olahraga pengacara yang mewakili klien harus memiliki keahlian dalam beberapa bidang
hukum untuk mewakili klien mereka secara efektif. Meskipun pengacara olahraga telah
bervariasi latar belakang, kebanyakan dari mereka tidak memperoleh pekerjaan penuh-
waktu dengan organisasi olahraga atau memiliki industry olahraga stabil klien setelah
lulus dari sekolah hukum.

Dari sisi akademik, perhatian terhadap hukum olahraga pun terbilang lumayan.
Lex nasional dan internasional dan merupakan suatu isu penting bersifat fundamental
bagi disiplin hukum olahraga.

48
NILAI-NILAI OLAHARAGA DALAM SUDUT PANDANG SOSIAL

NILAI FAIR PLAY/SPORTIVITAS

A. Sikap Fair Play/Sportivitas

1. Konsep Sikap dan Fair Play/Sportivitas

a. Sikap

Istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862
yang diartikan sebagai status mental indvidu (Azwar, 2003b) Lange (1888; dalam Azwar,
2003b) mendefinisikan sikap dalam eksperimen mengenai respons untuk menggambarkan
kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang dating tiba-tiba. Sikap merupakan
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap individu terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Lebih spesifik sikap diartikan sebagai
derajat afek positif dan afek negative terhadap suatu objek psikologis.

Sikap menurut Supratiknya (1993) adalah variable dinamik yang menjelma, ungkapan
struktur dinamik dasar yang dapat diamati, dari mana erg dan sentiment serta
hubungannya satu sama lain dapat disimpulkan.

b. Fair play/sportivitas

Fair play terdiri dari dua kata, fair mempunyai makna jujur dan play berarti bermain,
artinya bermain jujur. Fair play itu menyatu dengan kosenp persahabatan dan
menghormati yang lam dab selalu bermain dalam semangat sejati. Karena itu semakin
jelas bahwa nilai fair play melandasi pembentukan sikap, dan selanjutnya sikap menjadi
landasan perilaku.

Kesimpulan bahwa fair play adalah sebagai suatu kategori moral yang merupakan
suatu bentuk harga diri. Indicator fair play adalah (1) kepatuhan pada peraturan, (2)
kejujuran (3) semangat bermain, (4) hormat (respect) pada lawan, wasit, official, dan
penonton, (5) berjiwa besar walauapun kalah, (6) rendah hati dalam keadaan menang, dan
(7) menolak hal-hal yang merusak permainan.

49
NILAI KEDISIPLINAN DAN PERCAYA DIRI

A. konsep Dasar dan Jenis Disiplin Dalam Olahraga

1. Konsep dasar Disiplin dan Penguasaan Diri

Disiplin pada hakekatnya adalah taat dan rasa tanggung jawab untuk tidak
melanggar ketentuan, tata tertib dan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat.
Beberapa indicator bahwa atlet memiliki penguasaan diri (self control), diantaranya:

a. Atlet mampu melakukan sesuatu dengan baik dalam pertandingan besar seperti
yang atlet lakukan dalam pertandingan biasa
b. Atlet mampu kembali bergairah dan termotivasi setelah mengalami kekalahan
atau mendapat hukuman
c. Atlet mampu mengontrol tabiat yang didorong emosi, selalu bertindak positif dan
dewasa terhadap pelatih dan teman anggota tim
d. Atlet mampu menghadapi ketegagan dengan tidak melakukan sika-sikap dan
tindakan negative dalam bermain
e. Atlet selalu tenang dan penuh percaya diri dalam sitausi tertekan.

2. Jenis-jenis Disiplin

Disiplin dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu, disiplin semu dan disiplin diri.

3. Perkembangan Disiplin

Perkembangan disiplin mengandung kepatuhan/ketaatan pada nilai-nilai, harus


dimulai sejak masa kanak-kanak, artinya disiplin harus dipelajari sejak dini. Karena
disiplin banyak dipengaruhi oleh pengalaman sekitar khususnya pengaruh pendidikan.
Peranan pelatih dalam menanamkan disiplin: pelatih dan Pembina dalam menanamkan
disiplin atletnya memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai prestasi
maksimal.

Teknik menanamkan disiplin adalahtanamkan kepatuhan yang didasarkan pada


pemahaman dan kesadaran, rasa tanggung jawab, kesanggupan menguasai diri, dan
mengutamakan kepentingan orang lain. Petujunk praktik yang harus diperhatikan dalam
menanamkan disiplin, yaitu: usaha preventif lebih baik daripada memperbaiki yang
kurang disiplin.

a. Membuat acara yang padat yang menarik minat atlet


b. Memebrikan pujian dan penghargaan terhadap atlet yang disiplin
c. Memperhatikan perbedaan individual untuk memberikan perlakuan yang tepat

50
d. Usahakan tidak memberikan hukuman kepada atlet yang sensitive
e. Memeperhatikan perasaan anggota tim pada waktu memeberikan perhatian
terhadap salah satu anggota tim
f. Hindarkan perbedaan pendapat atau pertentantangan antara pelatih dan atlet
g. Setelah melakukan hukuman harus segera bertindak normal kepada atlet yang
melakukan kesalah
h. Jangn menghukum seluruh pemain apabila kesalah hanya dilakukan oleh salah
satu pemain

B. Percaya Diri

Untuk berprestasi tinggi atlet harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi agar
lebih matang dalam menghadapi pertandingan/kompetisi. Pada hal ini harus memiliki
konsep yang bagus dalam menyikapi kepercayaan diri konsepnya seperti:

a. Kesiapan mental dalam pertandingan


b. Ketakutan akan gagal
c. Konsep dasar percaya diri
d. Manfaat percaya diri pada diri atlet

Dan ada juga optimal confidence dan teknik membangun kepercayaan diri:

a. Optimalisasi kepercayaan
b. Hubungan antara kepercyaan diri dengan zeigamik effect
c. Teknik membangun percaya diri

NILAI-NILAI DALAM KELOMPOK

Kegiatan olahraga pada dasarnya merupakan kegiatan kelompok menurut batasan


sosiologi, setiap kelompok mengandung kriteria berikut yang berfungsi memadukan dan
mempertahankan individu itu menjadi anggota kelompok. Kriteria itu meliputi hal-hal
sebagai berikut : 1) interaksi berdasarkan pola jaringan individu diantara beberapa atau
seluruh anggota, 2) memeperjuangkan satu atau lebih tujuan bersama 3) perilaku dan
sikap anggota kelompok tunduk pada system dan nilai, 4) mempertahankan pola
hubungan peran atau role relationship yang stabil, 5) memebntuk sub kelompok-
kelompok berdasarkan jalinan daya tarik (kesenangan, keengganan).

Yang dimaksud dengan kelompok dalam kegiatan organisasi olahraga yang


formal berdasarkan kriteria tersebut ialah pelatih dan olahragawan, korp wasit, para
pengurus, dan donatur.

51
A. KELOMPOK

Interaksi terjadi pelatih dan olaharagawan antara olaharagawan sesamanya, antara


pelatih dan asisten pelatihnya merupakan suatu proses social yang terjadi dalam suatu
kelompok. Selain kriteria tersebut di atas dalam kelompok itu sering muncul kriteria
informal yang sekaligus membentuk kelompok informal yang meliputi juga pimpinan
kelompok informal, pengikut informal, dan hubungan informal.

1. Karakteristik Kelompok

Kriteria keterpaduan kelompok mempunyai pengaruh berbeda kepada sifat,


watak, karakter, bahkan iklim kelompok. Banyak faktor yang memang bisa menimbulkan
perbedaan itu, yang menjadi masalah adalah karakteristik mana yang dapat meingkatkan
prestasi kelompok khususnya kelompok olahraga.

Beberapa karakteristik tersebut secara agar lebih terperinci akan dikemukakan


sebagai berikut:

a. Efek sinergestik
Salah satu sifat kelompok yang penting ialah sinergi, prestasi anggota kelompok
secara bersama lebih besar dari pada jumlah prestasi anggota kelompok secara
terpisah-pisah
b. Persaingan dan kerjasama
Salah satu persoalan yang sering menjadi topic bahasan sosiologik adalah
persaingan atau sifat lain yaitu kerjasama yang harus menjadi karakteristik
kelompok olahraga.

2. Keterpautan Kelompok

Yang dimaksud dengan keterpautan kelompok ini adalah tenaga atau kekuatan
yang mendorong anggota bergabung dalam kelompok yang menahan anggota luar dari
kelompok.

Carron mengemukakan tiga prosedur pembinaan keterpautan melalui peningkatan


koordinasi. Secara garis besrnya dikemukakan sebagai berikut:

1. Koordinasi melalui standarisasi


2. Koordinasi melalui perencanaan
3. Koordinasi melalui penyesuaian

B. Interaksi

Interaksi ini dapat dikatakan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu.
Dalam system ini tergantung hubungan timbal balik antar perseorangan, sebagai suatu
system tentu saja mempunyai model tertentu berdasarkan suatu asumsi, anggapan atau
teori. Beberapa model akan dikemukakan di bawah ini:

52
1. Interaksi komplementer

Kebutuhan antara perseorangan ini dapat diperoleh melalui perilaku inklusi,


pengendalian, dan afeksi

a. Inklusi adalah segala perbuatan yang berhubungan dengan hubungan komunikasi


dan kemitraan.
b. Pengendalaian adalah segala perbuatan yang berhubungan dengan dan diarahkan
kepada proses pengembalian keputusan, kekuasaan kewenangan, penagruh dan
pengendalian diantara orang-orang.
c. Afeksi mengacu pada perasaan emosional-implusi antara orang dengan orang.

2. Interaksi sistemik

Perilaku social adalah interaksi antara dua dimensi organisasi yaitu nomotetik
dan ideografik.

a. Dimensi nomotetik adalah dimensi organisasi yang menciptakan lembaga,


peranan, dan persyaratan terhadap individu yang memegang peranan-peranan
yang telah diciptakan
b. Dimensi ideografik meliputi unsur-unsur individu yang mempunyai kepribadian
tertentu dan berbagai kebutuhan pribadi

Pelatih hendaknya mampu menyerasikan kepribadian dengan peranan seseorang,


kebutuhan pribadi dan kebutuhan lembaga.

53
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH OLAHRAGA

A. Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan yang dimaksud adalah: Pertama, permasalahan dalam kaitannya dengan


pengembangan dan keserasian kebijakan olahraga. Masalah paling kritis dalam
pembangunan olahraga nasioanal dewasa ini adalah ketidamampuan seluruh intansi
keolahragaan untuk melaksanakan upaya pembinaan yang berlandaskan pada sebuah
system manajemen yang mantap, yang ditandai dengan adanya interkoneksitas dan
keterpaduan segenap unsur terkait secara nasioanal.

Sementara itu aspek ekonomi olaharaga membutuhkan perhatian sejalan dengan


pengembangan industry olahraga. Baru sebagain masyarakat Indonesia yang menyadari
olahraga sebagai sebuah kebutuhan. Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengajar
kesenangan dan kenyamanan fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur gerak.
Kedua, pergeseran gaya hidup pun mempenagruhi masyarakat dalam memandang
olahraga. Ketiga, pilihan jenis dan tujuan olahraga pun bergeser.

Ternyata, industrilisasi olahraga pun mengalamai globalisasi pengaruh olahraga


terhadap ekonomi juga bisa bersifat tidak langsung. Olahraga telah mengurangi beban
pengeluaran masyarakat dalam aspek kesehatan. Demikian pula dengan peningkatan
implementasi pemangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan social yang
berlandaskan agam dan budaya Nasional membutuhkan dukungan masyarakat yang sehat
secara fisik dan mental.

B. Ragam Permasalahan Olahraga

1. Sarana Prasarana

a. Konsep sarana Prasarana Olahraga

Intinya, sarana berarti alat yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan.
Alata-alat olahara atau supplies, biasanya di pakai dalam waktu yang relative pendek
misalnya, bola, raket, jaring-jaing bola basket, jarring tenis pemukul bola kasti dan
sebagainya. Sifat-sifat dari bahan instrusional:

a. Fasilitas atau prasarana dan perlengkapan, mempunyai pengaruh yang sangat


besar terhadap “program pendidikan olahraga”
b. Hanya sedikit sekalai sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas perlengkapan yang
cukup untuk melaksanakan program pendidikan olahraga yang optimum.

Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan.
Sarana pendidiakan hasmani ialah segala sesuatu yang dapat diguanakan atau didalam
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Seperti halnya prasarana pendidikan
jasmani, maka sarana penjas juga bisa mewarnai pelaksanaan pembelajaran pendidikan

54
jasmani disekolah-disekolah. Maka alat apapun bisa dimanfaatkan yang terpenting adalah
kegiatan tersebut pada akhirnya tidak akan menghilangkan makna serta esensi pendidikan
jasmani antara lain:

a) Siswa tetap memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran pendidikan


jasmani.
b) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi.
c) Karena selalu difasilitasi dengan pembelajaran pola gerak dasr umum yang
banyak dan berkali-kali dilakukan, maka pada akhirnya diharapkan siswa dapat
melakukan pola gerak secara benar.

Mengenai sumbangan pendidikan jasmani terhadap olahraga, sebagai berikut:

1) Memberikan kesempatan yang komprehensif kepada semua anak untuk


menguasai keterampilan dasar yang diperlukan sepanjang hayat dan
berprestasi dalam kegiatan olahraga dan aktivitas jasmani
2) Sebagai pondasi yang sistematis dan berkeseimbangan bagi pembinaan
olahraga
3) Persiapan pembinaan moral dan social bagi anak untuk berolahraga
dengan menjunjung tinggi sportivitas dan hormat kepada pemain (kawan
dan lawan), guru, pelatih dan ofisial

b. Masalah sarana olahraga

Keterbatasan atau kekurangan sarana olaharagdalam pembelajaran di sekolah dasar


tampaknya bukan sekedar isu. Kekurangan dana atau lebih tepat ketiadanya dana sering
ditunjukkan sebagai faktor penyebab utama keadaan itu. Ada enam kesimpulan negative
tentang pendidikan jasmani:

1) Pendidikan jasmani pada urutan terbawah pada kurikulum


2) Pengurangan lokasi waktu dalam kurikulum
3) Kesenjangan antara kurikulum yang dikehendakinya dengan pelaksanaannya
4) Kelangkaan sumber finansial dan perlengkapan
5) Standar professional guru pendidikan jasmani
6) Isu kesetaraan gender

Demikian isu tentang jasmani yang menjadi focus perhatian ini adalah nomor empat
tentang kelangkaan finansial dan peralatan. Tidka ada standar dalam pendidikan jasmani
sebab yang diperlukan adalah proses pendidikan. Kutipan ini setidak-tidaknya
mengemukakan beberapa hal penting, yaitu:

a. Kelangkaan alat-alat olahraga tidak boleh menjadi hambatan dalam pembelajaran


b. Guru harus mempunyai kreativitas untuk menciptakan alat olahraga yang mudah,
murah dan tidak menghilangkan esensi dari pembelajaran
c. Kepala sekolah sebagai supervisor harus lebih memperhatiakn penyelenggaraan
pembelajaran

55
2. Kurikulm Penjas Nasional

Pada tingkat ini, maslaah yang dapat diidentifikasi adalah masih sangat sentralistinya
tujuan kurikuler dan tujuan instruksionalnya, dan terlalu mendetail serta tendensiusnya
standard kompetensi serta kompetensi dasar yang ditetapakan, sehingga oleh ebebrapa
pihak dianggap sangat membelegu guru.

Pada tahap berikutnya, kurikulum kita pun masih belum berhasil memberi arah pada
guru tentang kompetensi pedagogic dan kompetensi professional apa yang harus dikuasai
oleh guru. Tidak ada pembaharuan apapun di dalamnya, di samping lebih memperlebar
kemungkinan kebingungan di antara guru-guru.

3. Pelatih

Pelatih adalah beliau yang langsung bersentuhan dan berurusan dengan pelatihan dan
peningkatan prestasi pelatih adalah pihak yang dilupakan saat atletnya Berjaya, dan
dihujat saat atletnya terpuruk. Pelatih dipanggung olahraga Indonesia adalah juga mereka
yang berdedikasi dan rela menghabiskan waktu dan tenaga di tempat latihan dengan
imbalan yang tidak memadai (kecuali pelatih sepak bola).

4. Ilmuwan keolahragaan

Ilmuwan keolahragaan adalah beliau-beliau yang bertengger di menara gading


keilmuan. Ilmu dan pengetahuan yang ingin dibaktikan sering tidak sesuai dengan
kenyataan dan kondisi di lapangan sehingga tidak dapat “diserap” oleh pelatih, atlet
bahkan Pembina olahraga.

Ketidak sesuaian antara peran, tanggung jawab dan pelaksanaan; ketidasesuaian antara
apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Masing-masing actor pada satu dimensi
berperan sebagaimana tokoh yang dibawakannya, tetapi pada dimensi lain berakting
menyimpang dari skrip atau scenario yang sesuai dengan perannya.

MENGATASI PERMASALAHAN OLAHRAGA

A. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam konteks ini, permasalahan system keolahragaan nasional tidak terlepas


dari tekanan politik, ekonomi, dan budaya global. Dari aspek social diakui bahwa
olahraga merupakan sebuah aktivitas yang unik karena sangat potensial untuk
memperkuat integrasi social.

Pembangunan olahraga yang bertumpu pada peran serta masyarakat dulu telah
dicoba dalam kemasan gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat. Sedangkan dalam hal pembinaan olahraga prestasi perlu didukung
peningktan saraana prasarana olahraga dan sumber daya manusia yang kompeten.

56
Ancaman yang dibangkitkan oleh gaya hidup pasif, mendatangkan persoalan
yang sangat merugikan kehidupan manusia dengan aneka bentuk penyakit degenerative,
penyakit kurang gerak. Olahraga dan kesehatan memiliki kaitan langsung denag ekonomi.
Dalam pengembangan rencana starategis, perlu diperhatiakn beberapa kaidah seperti
prinsip inklusif yang menekankan keikutserataan semua warga masyarakat memalui
pemberian kesempatan dan akses untuk berolahraga. Jumlah penduduk berpengaruh
terhadap jumlah anak dan kaum muda sebagai calon olahragawan sehingga penduduk
yang besar seperti di Indonesia merupakan sebuah asset yang luar biasa nilainya.

B. Merencanakan Fasilitas

Beberapa prinsip perencanaan fasilitas olahraga antara lain:

1. Ditetapkan lebih dahulu prioritas penggunaan fasilitas


2. Rancangan fasilitas yang sesuai dengan ciri-ciri khas masyarakat, terutama bagi
mereka yang berbeda usianya.
3. Rancangan fasilitas untuk efisiensi
4. Pengurus sekolah dan taman hendaknya bekerjasama yang lebih erat terhadap
fasilitas tersebut
5. Guru pendidikan olahraga hendaknya merupakan kunci pendorong untuk
mewujudkan konsep-konsep fasilitas yang baru dan mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang perencanaan fasilitas dan perlengkapan
6. Harus dipertimbangkan juga perencanaan bagi mereka, para penderita cacat
(olahraga luar biasa)
7. Prasarana atau fasilitas hendaknya jangan meniru dari fasilitas yang sudah ada,
sebagian dari kebutuhan tiap-tiap tempat dan situasinya berbeda-beda
8. Guru pendidikan olahraga hendaknya mencoba untuk menemukan fasilitas yang
mempunyai kemungkinan serbaguna, mengingat pada waktu yang sama dapat
dipergunakan pada berbagai kegiatan
9. Perencanaan untuk sekolah hendaknya memikirkan akan perbedaan tipe kegiatan
dalam program pada tiap tingkatan pendidikan
10. Fasilitas hendaknya direncanakan untuk mereka para peserta, siswa atau
mahasiswa

C. Menetapkan Skenario Untuk Kurikulum Penjas Masa Depan

Scenario terseut diperlukan untuk mencoba-coba merumuskan Kurikulum penjas


secara umum untuk memecahkan persoalan yang akan dihadapi di masa depan

a. Dunia yang penuh konflik

Seiring dengan berjalannya waktu dan tekonologi yang semakin maju dunia akan
pasti penuh dengan konflik dalam scenario di masa depan.

57
b. Alam yang kian tidak bersahabat

Dengan tekonologi yang semakin maju ada kemungkinan alam akan terancam
sehingga perlahan-lahan alam kian tidak bersahabat bagi dunia dan manusia.

c. Pentingnya disiplin dan ketertiban masyarakat

Di masa depan, ketika system transportasi dan tat kota Indonesia semakin baik
dan canggih, diperlukan budaya tertib dan disiplin dari masyarakat.

d. Nilai Acuan dalam Pengembangan Kurikulum Penjas

Setiap upaya pengembangan kurikulm sudah tentu dilandasi oleh perspektif


filosofis yang biasanya memuat asumsi-asumsi dasar tentang masyarakat, manusia,
dan pendidikan. Dalam perspektif filosofis tersebut terkandung harapan, gagasan,
nilai-nilai, serta kepercayaan masyarakat yang memberikan arah dan kerangka untuk
merenacanakan suatu kurikulum.

58
PENGEMBANAGAN KEOLAHRAGAAN DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. Pengertian Kurikulum dan Pengembangannya


1. Pengertian Kurikulum

Kurikulm sering diartikan sebagai keseluruhan pengalaman peserta didik yang


ditemui di lingkungan persekolahan, dari mulai yang berlangsungformal di dalam kelas,
hingga kegiatan ekstra di lapangan olahraga. Sedangkan secara khusus, kurikulum
diartikan sebagai suatu rangkaian yang terencana dari pengalaman-pengalaman
pengajaran formal yang disajikan oleh guru di dalam kelas.

Para ahli juga berbeda pendapat dalam penggunaan istilah kurikulum ketika ia
berhubungan dengan istilah pengajaran (instruction). Kurikulum lebih sering digunakan
sebagai sebuah istilah umu yang luas, termasuk didalamnya pengajaran.

Jika yang dimaksud perubahan kurikulum adalah juga perubahan dalam bagaimana
guru menetapkan paradigm pembelajarannya termasuk lingkungan di mana pembelajaran
berlangsung, maka tentu saja Indonesia perlu merumuskan kurikulum barunya sesegera
mungkin, agar secara sistematis program penjas di Indonesia dapat direvitalisasi secara
utuh. Ada tiga karakteristik kurikulum, yaitu:

1) Kurikulm merupakan dokumen tertulis


2) Kurikulum itu berisikan garis-garis besar rumusan tujuan
3) Kurikulum itu berisikan materi ajar dan dengan materi itu tujuan-tujuan
kurikulum dapat dicapai.

Jadi, kurikulm merupakan rencana pendidikan atau pengajaran dan system


persekolahan terbentuk atas subsistem yaitu, mengajar belajar, pembelajaran, dan
kurikulm. Ada empat dimensi pandangan tentang kurikulum, yaitu:

a) Kurikulum sebagai ide (konsepsi)


b) Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis
c) Kurikulum sebagai kegiatan (proses)
d) Kurikiulum sebagai suatu hasil belajar

Kemudian ada cakupan kurikulum sebagai rencana:

1. Tujuan (aims, goals, and objective)


2. Isi/materi
3. Proses belajar mengajar (learning)
4. Evaluasi (evaluation)

Menurut pandangan lama, merupakan sekumpulan mata-mata pelajaran yang harus


disampaikan guru, atau dipelajari oleh siswa, anggapan telah ada sejak zaman Yunani
Kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu, pandangan ini masih dipakai sampai
sekarang. Pengembangan kurikulum sebagai suatu proses perencanaan yang melibatkan
upaya mengadakan analisis berbagai kebutuhan, mengadakan identifikasi tujuan-tujuan

59
dan sasaran, menyusun persiapan intruksional, memenuhi segala persyaratan kebudayaan
social dan pribadi yang dilayani kurikulum.

2. Kurikukulum Pendidikan Olahraga

Dalam pendidikan olahraga bisa menerima pengertian yang luas dalam kurikulum,
berarti menerima konsepsi modern, ialah seluruh usaha sekolah untuk merangsang siswa
belajar baik di dalam kelas maupun di halaman sekolah atau di luar sekolah.

Kurikulm senantiasa bertalian dengan erat dengan filsafat pendidikan, filsafat


menentukan tujuan yang akan dicapai dengan alat yang disebut kurikulum, perbedaan
filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, jadi
juga dalam bahan pelajaran yang harus diberikan untuk mencapai tujuan tersebut.
Memerlukan beberapa asas dari perkembangan kurikulum pendidikan olahraga sebagai
olahraga antara lain:

a. Kurikulum meliputi pengalaman gerak yang dimiliki siswa dan di bawah asuhan
sekolah, sehingga kegiatan-kegiatan antar kelas dan antar sekolah merupakan
bagian daripada kurikulum sekolah.
b. Kurikulum pendidikan olahraga hendaknya berdasar atas bahwa semua siswa itu
mendapat kesempatan yang sama untuk melaksanakannya
c. Kurikulum itu hendaknya merupakan usaha kooperatif dari guru, dan orang tua
siswa untuk menyiapakan acara pendidikan olahraga yang memberi sumbangan
tentang pertumbuhan dan perkembangan siswa secara optimum.
d. Kurikulum dalam pendidikan olahraga hendaknya menjadikan kegiatan-kegiatan
atas dasar pertumbuhan dan perkemangan siswa dan juga berdasarkan atas
pengalaman yang telah dimiliki oleh para siswa.
e. Kurikulum pendidikan olahraga hendaknya, mengakui pula adanya perbedaan
perorangan atau individual.
f. Mempunyai perencanaan yang fleksibel, sesuai dengan pengalaman pendidikan
olahraga bagi setiap anak dan faktor-faktor perasaan dan sarana yang tersedia
g. Kurikulum itu hendaknya selalu mempertimbangkan dan disesuaikan dengan
perkemangan masyarakat.

B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Olahraga

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurikulum Pendidikan Olahraga

Beberapa faktir yang langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi kurikulum


pendidikan olahraga antara lain: peraturan pemerintah, ini menentukan banyaknya waktu
yang digunakan dalam pendidikan olahraga, juga persyaratan bagi para gurunya.

Kurikulum dalam pendidikan olahraga dipengaruhi pula oleh latar belakang


kemasyarakatan antara lain: keududukan social suku bangsa, keyakinan dan lain-lain.
Kurikulum tersebut tergantung daripada guru yang melaksanakannya misalnya: latar

60
belakang pendidikan, kepribadian, sikap dan minta yang dimiliki sesuai dengan pekerjaan
pendidikan olahraga tersebut.

Kurikulum tergantung pula pada penilaian dan kenaikan kelas kelas, antara lain:
kegiatan pendidikan olahraga tersebut dinilai atau tidak. Jika dinilia maka perlu
pengetahuan tentang penilaian dan penilaian itu dinilai itu berdasarkan atas kecakapan
yang tampak pada kapasitas atau abilitas dan pencapaian siswa.

2. Bagaimanakah Seharusnya Pendidikan yang Seimbang itu ?

Dengan demikian jelaslah bahwa seseorangan, apapun perannya dalam masyrakat,


selama pendewasaannya memerlukan suatu keseimbangan dalam perkembangan
intelektual, fisik, moral, dan estetika. Bahwasannya keseimbangan pendidikan olahraga
hendaknya ditekankan pada kegiatan fisik bagi para siswa yang diperoleh 1/3-1/6 bagian
dari seluruh waktu, dengan catatan bahwa pertandingan makin kecil sesuai dengan
mendewasakan anak.

Kriteria tentang isi kurikulum:

1. Isi kurikulum hendaknya memenuhi keperluan lain


2. Harus mempertiumbangkan minat anak atau siswa
3. Kurikulum itu berdasarkan pengalaman orang yang ahli dalam mata pelajaran
tersebut
4. Perhatian terhadap peranan kegiatan-kegiatan yang diberikan dalam pendidikan
olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan total.

3. Revisi Terhadap Kurikulum

Maksud dari revisi kurikulum antara lain untuk:

a. Memperbesar kemungkinan memberi kesempatan pengalamn belajar yang lebih


baik
b. Mempengaruhi guru agar selalu mencari faktor-faktor yang memperbaiki belajar
mengajar baik para guru dan siswa

A. Profil Guru Olahraga


1. Konsep Guru

Definisi guru menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai
berikut “Guru adalah pendidikan professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan menevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.

61
Guru pendidikan jasmani harus memiliki pengetahuan dan keterampilan manajerial
untuk mengatur dan merencanakan serta menyiapkan materi yang sebaik-sebaiknya dan
dapat dipahami oleh siswa.

2. Peran Guru Olahraga

Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Mengingat
peranan guru yang sangat sentral dalam proses belajar mengajar, dapat dikatakan bahwa
kualitas pendidikan di sekolah itu sangat ditentang oleh kualitas kemampuan guru,
meskipun ada faktor lain yang terkait. Ada tiga jenis tugas guru dan tanggung jawab guru,
yaitu:

a. Sebagai pengajar
b. Sebagai Pembimbing
c. Sebagai Adminitrator

Dalam tugasnya sebagai pengajar (membelajarkan orang) lebih menekankan pada


tugas guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Adapun lima jenis
tugas guru dalam proses pembelajaran:

a. Tanggung jawab dalam pengajaran


b. Tanggungjawab dalam memeberikan bimbingan
c. Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi
d. Tanggung jawab dalam mengembangkan kurikulum
e. Tanggungjawab dalam membina hubungan dengan masyarakat

Untuk dapat menjalankan proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, maka seorang


guru harus mampu memerankan fungsi mengajar pada saat menjalankan
pembelajarannya. Fungsi mengajar adalah fungsi guru dalam proses belajar mengajar.

Respon siswa berlangsung setelah guru menyampaikan tugas gerak dan siswa
melakukan tugas gerak tersebut. Siswa sebagai bagian dari kehidupan harus dibiasakan
untuk belajar di luar ruangan, dibiasakan belajar di kebun, taman atau yang lainnya agar
mau menyatu dengan lingkungan alam. Pembiasaan ini akan melahirkan kesadaran pada
diri setiap siswa untuk memelihara dan melestarikan lingkungan alam sebagai suatu
kewajiban beribadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Belajar juga memerlukan suatu dorongan dari guru kepada siswa karena itu tidak bisa
datang selamanya dating dengan sendirinya, akan tetapi ada faktor lain yang
mempengaruhi. Pembelajaran secara berkelompok akan mendorong siswa untuk
berinteraksi dengan siswa sekelompoknya atau kelompok lain (lingkungan social).

Masyarakat belajar akan terjadi apabila setiap anggotanya saling ketergantungan,


siswa saling belajar sesamanya baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.
Dalam proses belajar dikenal pembelajarannya kontrutivisme yang merupakan filosofi
model kontekstual yaitu pengetahuan dibangun manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyongnya.

62
B. Kualifikasi Akademik Guru Olahraga

Hasil belajar menunujukkan bahwa (1) kompetensi pedagogic guru pendidikan


jasmani relative optimal dilihat dari waktu aktif belajar gerak dan angka partisipasi siswa
dalam pembelajaran; sayangnya masa kerja berbanding terbalik dengan kompetensi yang
dimiliki; (2) kompetensi professional pada saat pre-service maupun in-service masih
sangat kurang; (3) kompetensi kepribadian dan social guru relative tinggi, sayangnya
semakin lama masa kerja semakin menurun kompetensi kepribadian dan sosialnya; (4)
waktu untuk mengembangkan profesionalisme masih relative rendah, yakni 24-42 menit
per hari. Berdasarkan temuan-temuan diatas, maka dpaat direkomendasikan hal-hal
sebagai berikut: (1) penyegaran kompetensi pedagogic, profesionalisme, kepribadian, dan
social perlu dilakukan pada guru pendidikan jasmani, terutama mereka yang memiliki
masa kerja cukup lama; (2) perlu peningkatan aksesabilitas bagi para guru pendidikan
jasmani untuk meningkatkan kompetensinya; (3) LPTK sebagai penyedia layanan guru
perlu memperbaiki diri, baik dari sisis kurikulum maupun system pengajaran.

Kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu:

a. Mampu untuk membuat program pembelajaran


b. Mampu memimpin atas melaksanakan proses pembelajaran
c. Mapu menilai kemajuan proses dan hasil belajar
d. Menguasai isi pelajaran atau bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya.

Seorang guru perlu memililik kecakapan akademik yang meliputi kecakapan


mengidentifikasi. Pemerintah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualifikasi
guru sebagai mana yang diamanatkan melalui UU no 14 tahun 2005 yang berbunyi:

1) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membina dan mengembangkan


akademik dan kompetensi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat.
2) Sataun pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru
3) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan anggaran untuk
meningkatkan professional dan pengabdian guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat.

Tuntutan kualifikasi dalam suatu pekerjaan memang merupakan suatu persyaratan


yang perlu dimiliki. Kualifikasi menurut pusat pembinaan dan pengembangan bahasa
(1995:533) adalah:

1. Pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian


2. Keahlian yang diperlukan untuk suatu (menduduki jabatannya)
3. Tingkatan
4. Pembahasan

63
Pengertian akademik adalah lebih bersifat teoritis dan ilmiah maka hal ini adalah
suatu persyaratan yang mengandung keilmiahan. Menurut pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia (1995:15) akademik adalah suatu yang bersifat
akademik. Sedangkan akademis adalah (1) mengenai (hubungan) dengan akademik; soal-
soal; (2) bersifat ilmiah; bersifat ilmu pengetahuan; bersifat teori; tanpa arti praktis yang
langsung.

Kualifikasi akademik minimum dan setifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan


mengajar ditegaskan dalam UU RI nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
sebagai berikut:

Kualifikasi akademik adalah ijazah akademik yang harus dimiliki guru dan
dosen sesuai dengan jenis jenjang dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan,
ayat 11 berbunyi, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidikan untuk guru
dan dosen, ayat 12 berbunyi serifikat pendidik sebagai tenaga profesioanl. Dalam bab
IV pasa 8 ayat 8 dijelaskan, bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik yang
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat.

Selanjutnya pemerintah telah menerapkan suatu standar nasional pendidikan yang


dimuat melalui PP RI nomor 9 tahun 2005 yang menyatakan bahwa:

1) Pendidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen


pembelajaran, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
2) Kualifikasi akademik yang dimaksud tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidikan yang dibuktikan dengan ijazah dan atau
sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku
3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendiidikan usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogic
b. Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi professional
d. Kompetensi social
4) Seorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud di atas tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan
dapat diangkat menjadi pendidikan setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan

Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi, selama guru yang
bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian,
pedagogic, professional, dan social). Komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi
akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik,
(7) organisasi di bidang kependidikan dan social, dan (10) penghargaan yang relevan
dengan bidang pendidikan.

64
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam jabatan) adalah untuk
menilai kompetensi guru dalam menjalanakan tugas dan perannya sebagai agen
pembelajaran. Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk menampilkan
dan atau membuktikan untuk kerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi
melalui karya-karya utama dan pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan
pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan; (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang
mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidikan atau belum); dan (4) dasar
memberikan rekomendasi bagi peserta kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan
pemboinaan dan pemberdayaan guru.

Rutinitas adalah aktivitas yang cenderung diulang0ulang pada setiap kali mengajar
dan apabila tidak dikelola dengan baik sangat potensial menganggu kelancaran bahkan
menghambat jalannya proses pembelajaran.

EVALUASI DAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN OLAHRAGA

Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang berbeda, namun keduanya
merupakan sesuatu yang berpadu. Belajar adalah proses aktif individu dalam mereaksi
lingkungan sehingga terjadi perubahan pada individu yang bersangkutan. Sedangkan
pembelajaran adalah upaya aktif yang dilakukan oleh seseorang dalam hal pendidikan di
sekolah, yang ditunjukan agar terjadi proses belajar pada siswa.

A. Hasil Belajar Pendidikan Olahraga

Peraturan pemerintah RI nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan


memuat tentang proses pembelajaran pada satuan pendidikan Indonesia, sebagai mana
dalam pasal 19 bahwa:

1) Proses pembelajaran satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,


menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik
2) Proses pembelajaran pendidikan memberikan keteladanan
3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, dan
pengawas proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efektif dan efisien

Pembelajaran sebagai suatu proses dan hasil dikemukakan oleh Sudjana (2001;5-8)
yang menjelaskan bahwa: Proses pembelajaran dan hasil belajar dipengruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor guru, tujuan belajar yang ingin dicapai, materi pelajaran fasilitas
dan sarana.

65
Nurgiyanto (2001 : 22) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat dibedakan menjadi
lima kategori yaitu:

1) Keterampilan intelektual
2) Keterampilan kognitif
3) Informasi verbal
4) Keterampilan motor
5) Sikap

B. Evaluasi Pendidikan Olahraga

Proses belajar mengajar merupakan suatu system yang terdiri atas beberapa komponen
yang interdependen dan saling berinteraksi dalm mencapai tujuan. Belajar mengajar
sebagai suatu proses mengandung 3 unsur yaitu:

a. Tujuan pengajaran (intruksional)


b. Pengalaman (proses) belajar mengajar
c. Hasil belajar

Banyak orang mencampuradukan pengertian antara evaluasi, pengukuran (measurement),


tes, dan penilaian (assessment), padahal keempatnya memiliki pengertian yang berbeda.

a. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang
telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Eveluasi berhubungan dengan
keputusan nilai (value judgement)
b. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa.
c. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angkat atau usaha
memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah
mencapai karakteristik tertentu. Hasil penialaian dapat beruba nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut.

Pengukuran yang dilakukan dalam pendidikan olahraga berdasarkan atas hal-hal yang
berhubungan dengan:

a. Pencapaian tujuan yang seharusnya diukur, antara lain penyesuaian dengan luas
sempitnya tujuan yang ingin dicapai.
b. Bidang keolahragaan yang bersifat ilmiah dan erat hubungannya dengan
kemajuan olaharaga itu sendiri.
c. Perbaikan program dalam pendidikan olahraga

66
d. Penjumlah segala sesuatu yang terdapat dalam semua kejadian.
e. Nilai-nilai pendidikan olahraga
f. Pelaksanaan tes dan pengukuran.

Adapun fungsi pokok evaluasi yang penting ialah:

a. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan siswa, setelah mengalamai


kegiatan belajar selama jangkat waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui sampai sejauhmanakah keberhasilan suatu metode atau system
penagajaran yang dipergunakan
c. Dengan mengetahui kekurangan serta keburukan yang diperoleh dari hasil
evaluasi itu, maka selanjutnya dapat berusaha untuk memberikan perbaikan.

Dalam dunia pendidikan khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai


makna:

a. Bagi siswa,

Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauhmana telah


berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru

b. Bagi guru
1) Dengan penilaian yang diperoleh oleh guru akan dpaat mengetahui siswa
mana yang sudah berhak melanjutkan pelajaran karena sudah berhasil
menguasai bahan dan siswa yang belum menguasai bahan
2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa
3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau
belum

c. Bagi sekolah
1) Melalui penilaian secara umum kita dapat menyimpulkan apakah kondisi
belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum.
Hasil belajar mencerminkan kualitas sesuatu sekolah
2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa0masa
yang kaan dating

67

Anda mungkin juga menyukai