Sebagai gambaran sosiologi olahraga adalah suatu disiplin (cabang ilmu) sosiologi
yang dalam penelitiannya serta teori-teorinya berurusan dengan olahraga sebagai cabang
ilmu sosiologi berarti suatu sosiologi khusus seperti sosiologi ekonomi, sosiologi hokum
dan sebagainya yang memiliki bidang tindakan yang ada dalam masyarakat sebagai
obyek studi.
Munculnya sosiologi olahraga dimulai pada akhir abad 19. Ketika penelitian
psikologi social yang berhubungan dengan persaingan dan pace-making dilaksanakan.
Sosiologi olahraga mengalami meningkatkan perhatian pada tahun 1978 dengan
pembentukan masyarakat Amerika Utara untuk sosiologi olahraga. Pendidikan jasmani
dan sosiologi di Amerika Utara saling memiliki banyak hubungan sejak awalkedua
bidang. Munculnya sebagai bidang studi yang berbeda di Amerika Utara pada waktu yang
sama-pertengahan abad ke-19. Ikatan antara kedua bidang terlepas diparuh pertama abad
ke-20, kecuali bahwa komponen utama “Pendidikan Jasmani baru” yang didasarkan pada
pengakuan terhadap struktur social dan proses social-baik pusat perhatian dalam
sosiologi.
Sepanjang abad ke-20, teori telah ada dalam kurikuum pedagogig dan teori-teori dan
praktik dalam pendidikan jasmani karena pendidikan jasmani telah ditarik dari kurikulum
pendidikan secara luas teori-teori yang, pada gilirannya, meminjam dari teori-teori social.
Dengan munculnya sosiologi olahraga sebagai spesialisasi akademik yang berbeda pada
1960-an, pendidikan jasmani dan sosiologi telah digambar lebih dekat bersama karena
sarjana di kedua bidang telah terlihat dalam mengajar dan penelitian di bidang sosiologi
olahraga.
1
Olahraga adalah fenomena universal. Di sana dalam budaya yang tidak diketahui
tidak terlibat dalam semacam kegiatan olahraga, dan berpartisipasi dalm dan menjadi
penonton berbagai olahraga adalah mengambil bagian dalam organisasi permainan, dan
sangat jarang orang tidak tertarik sama sekali pada rooting for (atau melawan) tim
terorganisir tertentu
Studi olahraga, oleh karena itu, adalah nilai, baik demi dirinya sendiri dan untuk apa
yang dapat memberitahu kita tentang individu dan masyarakat dalam secara luas.
Sosiologi olahraga memberika langsung, siswa-ramah sosiologi kunci presentasi konsep
dan isu-isu yang berkaitan dengan studi dan analisis sosiologi olahraga dalam masyarakat
kontemporer.
Olahraga adalah menjadi bagian dari masyarakat dan budaya Amerika sebagai
lembaga social lain seperti keluarga, agama, politik ekonomi, dan pendidikan. Ada cerita
yang jauh lebih positif di bidang olahraga (meskipun seringkali penggambaran negative
media olahraga) yang membantu untuk menegaskan kembali bahwa tim favorit kami dan
atlet bukan merupakan usaha sia-sia.
Lembaha olahraga ini sangat penting, berguna dan bermanfaat bagi masyarakat
Amerika. Olahraga pemeluk berbagi roller coaster emosional dari kekayaan yang
pengalaman tim favorit mereka. Sosiologi olahraga tetap merupakan bidang profesi ahli
sosiologi yang tidak berorientasi pada pemecahan masalah khusus ilmu olahraga, tetapi
sosiologi olahraga juga dapat dianggap sebagai disiplin ilmu olahraga atau ilmu olahraga
khusus.
2
DEFINISI DAN TUJUAN SOSIOLOGI OLAHRAGA
Pada umumnya dimaklumi bahwa olahraga adalah hal yang penting dan akan
tetap penting selama bumi masih ada dan manusia masih tetap mendiaminya. Pandangan
orang mengenai olahraga menjadi berbeda karena orang akan cenderung tidak menerima
begitu saja pendapat orang lain mengenai olahraga, tapi dalam hal ini penulis ingin
mencoba mengungkapkan pendapat dari beberapa ahli mengenai olahraga tersebut.
Perkataan sport (olahraga) mula-mula dikenal di Inggris pada abad ke-18 sebagai
kata “field sport”, kegiatan ini dilakukan oleh para bangsawan (aristocrat). H. Grave
dalam bukunya “A Philosophy of Sport” telah menganalisis bahwa kata sport atau
olahraga berasal dari kata “Disport” yang sesungguhnya berasal dari kata abad
pertengahan ialah “Disportare” kata ini berarti bergerak dari satu tempat ke tempat lain
atau berarti pula menghindarkan diri.
Biasanya orang beranggapan bahwa istilah sport (olahraga) itu ialah sebuah kata
dalam bahasa Inggris namun anggapan itu keliru, sport adalah kata kerja dalam bahasa
Perancis “Desporter” yang berarti membuang lelah, sedangkan kalau membaca
ensiklopedia Jerman yang termasyur ”Der Grose Brockhous”. Dalam bahasa Indonesia
sering dipergunakan istilah sport mungkin sebagai warisan penajajahan atau karena sudah
terbiasa mengikuti kebiasaan internasional dengan ucapan-ucapan yang selalu berbicara
tentang olahraga itu kata-kata sport sehingga hal ini menjadi kebiasaan pula bangsa-
bangsa di dunia untuk mengertikan bahasa olahraga dengan ucapan sport.
3
olahraga yang dimaksud adalah melibatkan kegiatan otot-otot besar tubuh seperti lari,
lempar lompat yang membutuhkan energy untuk melaksanakannya yang dapat diukur
dari berat ringannya olahraga tersebut.
Pada zaman yunani kuno 500 th sm dikenal olahraga “utility” yaitu olahraga
untuk mencari nafkah seperti mencari ikan, atau burung dengan memanah, menembak
binatang, memanjat pohon untuk memetik buah-buahan yang pada saat sekarang sudah
tidak disebut olahraga lagi
Melihat ketentuan dari lembaga yang berwenang, dalam hal ini lembaga yang
berwenang akan menentukan suatu kegiatan jasmani termasuk kegiatan olahraga atau
bukan dengan sendirinya akan berkembang dari waktu ke waktu. Misalnya sebagai
contoh KONI telah mentapkan bahwa bermain sepatu roda sebagai salah satu cabang
olahraga dimana hal ini belum diakui sebelumnya.
4
mendorong, membangkitkan, mengembangkan, dan Pembina kekuatan jasmani
dan rohani manusia, (Keppres 131 Th1962).
4) Olahraga adalah segala kegiatan manusia yang wajar yang diperlukan dalam
hidupnya sesuai dengan kodratnya. (MUSRONAS I) Olahraga adalah bentuk
kegiatan jasmani yan terdapat dalam permainan, perlombaan, dan kegiatan
jasmani secara intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kesenangan dan
prestasi optimal. (Abdul Gafur) Olahraga adalah setiap kegiatan yang
mengandung sifat permainan berisi perjuangan diri sendiri atau bersama orang
lain atau konfrontasi denbgan unsur alam, (ICSP).
5) Smith (1971) mengemukakan bahwa olahraga merupakan perluasan dari bermain.
6) Matveyev (1981) mengatakan, olahraga merupakan suatu kegiatan otot yang
enerjik dan dalam kegiatan itu atlet memeragakan kemampuan geaknya dan
kemauannya semaksimal mungkin.
7) Lo (1968) mengemukakan olahraga memerlukan peragaan ketangkasan fisik
yang terungkap dalam keterampilan, kesegaran jasmani atau kombinasi kedua hal
itu.
Jadi olahraga adalah aktvitas gerak manusia menurut teknik tertentu dalam
pelaksanaannya ada unsur bermain : Ada rasa senang, dilakukan waktu luang,
aktivitas dipilih (sukarela), kepuasan dalam proses, jika tidak dilaksanakan ada sanksi
dan nilai positif.
1) Setiap kegiatan fisik yang menagndung sifat permainan dan berisi perjuangan
dengan diri sendiri atau dengan orang lain, atau konfrontasi dengan unsur-unsur
alam disebut olahraga.
2) Kalau kegiatan ini meliputu juga pertandingan/jiwa semangat sportif. Tidak
mungkin ada olaharag alam arti sebenarnya tanpa isi “fair play”
3) Olahraga seperti yang dinyatakan di atas merupakan alat pendidikan yang ampuh
5
2. Definisi Sosiologi
Sosiologi olahraga no normative beranggapan bahwa olahraga itu bebas nilai artinya
olahraga itu tidak apriori baik ataupun tidak apriori buruk. Oleh karena perkembangan
yang meluas dan cepat ini maka studi tentang sosiologi merupakan keharusan dan
sekaligus membataskannya secara tegas.
6
B. Tujuan Sosiologi Olahraga
a. Pelepasan emosi
b. Menunjukan identitas
c. Control social
d. Sosialisasi
e. Agen perubahan
f. Semangat kolektif
g. Sukses
Banyak hal yang sebetulnya bisa anda dapatkan dengan berolahraga. Tidak hanya
terwujud pada kesehatan fisik dan kesegaran fisik dan kesegaran mental, tapi aktivitas ini
juga memberikan kebanggan atas apa yang anda jalani dengan tekun. Misalnya, sebagai
atlet yang memperoleh prestasi dalam kegiatan keolahragaan. Dengan demikian, timbul
rasa senang dan tidak orang yang menjadikan olahraga sebagai hobby yang harus
dipuaskan. Selain itu manfaatnya adalah (1) Untuk kesehatan, (2) Untuk prestasi, (3)
Untuk kesenangan/prestasie.
Sosiologi Olahraga diberi peranan yang sangat penting dalam membentuk manusia,
membentuk komunitas yang ramah ditingkat nasional, regional maupun global. Melalui
olahraga orang dapat meningkatkan kemampuan/keterampilan dalam bermasyarakat,
dapat meningkatkan dan menjaga kesehatan, serta meningkatkan pemahaman terhadap
situasi lingkungannya.
Dalam aktivitas olahraga tentu ada aspek positif dan negatifnya. Aspek positifnya,
yaitu 1) mampu menggerakkan aktivitas social, ekonomi, dan politik: adanya interaksi
antar manusia (individu dan kelompok), adanya kegiatan jasa, adanya penyerapan tenaga
kerja. 2) mampu mengangkat harga diri pelaku olahraga /atlet /pelatih /Pembina
/organisasi/daerah dan bangsa, kesejahteraan Pembina olahraga, dan martabat bangsa di
dunia internasional. Sedang aspek negatifnya, antara lain seperti masih adanya
kecenderungan dari banyak atlet dalam mengikuti suatu pertandingan menggunakan
seagala cara dalam upaya memenangkan pertandingan/perlombaan, misalnya tidak fair
7
play, tidak disiplin, memanipulasi, melanggar ketentuan (peraturan
pertandingan/perlombaan), dan pemakaian doping.
8
FUNGSI SOSIAL DAN PENGARUH OLAHRAGA PADA BUDAYA MAJEMUK
Dari pandangan sosiologi olahraga itu tidak lain suatu intruksi antar individu dalam
situasi rasional yang kedudukannya ada diantara rentangan bekerja dan bermain. Secara
tegas Gunter Luscher (196&) menayatakn bahwa olahraga adalah kegiatan rasioanl yang
mengandung pemainan dengan imbalan yang bersifat ekstrintik, maka besar imbalannya
makin cenderung menjadi perkerjaan dan makin sedikit makin besar kecendrunganny
menjadi bermain. Mengacu system tindakan maka kegiatan ini sangat bergantung pada
system organic, kepribadian social dan budaya. Secara tradisional pendidkikan jasmani
dan olahraga mencoba menjelaskan system kegiatan tersebut pada umumnya atas dasar
system organic dan kadang-kadang mengacu kepada system kepribadaian, jarang sekali
yang berorientasi kepada system social budaya.
Mengacu kepada kedua pandangan tersebut dapat dinyatakan bahwa olahraga adalah
bagian terpadu dari kebudayaan, olahraga adalah unsur atau elemen kebudayaan seperti
halnya dengan politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Oleh karena olahraga itu
merupakan bagian penting dari keduanya. Maka olahraga itu mempunyai hubungan
antara dengan bagian-bagian yang lainnya, sehubungan dengan hal ini Daniels A.S (1966)
menagatakan bahwa dalam jalinan total masyarakat, olaharaga mempengaruhi dan
dipengaruhi politik, struktur social, ekonomi, agama, militer, pendidikan, tekonologi,
music, ilmu pengetahuan, dan kesustraan.
Culture atau kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang indah-indah atau dengan
lain perkataan terbatas pada kesenian. Di lain pihak orang mengunakan istilah
kebudayaan untuk menyatakan ciri-ciri yang keliatan pada kelompok anggota
masyarakattertentu sehingga dapat dipergunakan untuk membedakan dengan kelompok
masyarakat yang lain.
9
Perkembangan dan pengembangan akal-pikiran manusia menghasilkan apa yang
kita “kebudayaan”. Konsep kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa sansekerta. Kata
buddayah ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Oleh karena
itu, kebudayaan dapat diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan
akal”.
Dengan, demikian antara konsep dengan kebudayaan dengan konsep kultur itu
tidak berbeda, dalam arti berkenaan dengan daya atau kemampuan manusia menggunakan
dan memanfaatkan akal, dalam hal ini menggunakan serta memanfaatkan akal untuk
mengolah dan mengubah alam. Bakker (1990:22) yang mendefinisikan, “kebudayaan
adalah penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-nilai insani. Terlingkup di dalamnya
usaha manusia bahan mentah alam serta hasilnya”.
Olahraga, sebagaimana yang dikatakan Richard Scaht (1998:124), seperti halnya sex,
terlalu penting untuk dikacaukan dengan dengan tema lain. Ini tidak hanya tentang latihan
demi kesehatan. Tidak hanya permainan untuk hiburan, atau menghabiskan waktu luang,
10
atau untuk kombinasi dari maksud social dan rekresional. Olaharaga adalah aktivitas yang
memiliki akar eksistensi ontologisme sangat alami, yang dapat diamati sejak bayi dalam
kandungan sampai dengan bentuk-bentuk-bentuk gerakan terlatih. Olahraga juga adalah
permainan, senada dengan eksistensi manusiawi sebagai mahluk (homo ludens-nya
Huizinga). Olahraga adalah tontonan, yang memiliki akar sejarah yang panjang, sejak
jaman Yunani Kuno dengan aret, agon, pentathlon sampai dengan Olympic Games di
masa modern, di mana dalam sejarahnya, perang dan damai selalu mengawal peristiwa
keolahragaan itu.
Olaharaga adalah fenomena multidimensi, seperti halnya manusia itu sendiri. Mitos
dan agama Yunani awal menampilkan suatu pandangan dunia yang membantu
perkembangan kesalinghubungan insterinsik anatara maksa olahraga dan budaya dasar.
Keduanya juga merefleksikan kondisi terbatas dari eksistensi keduniaan, dan bukan
sebagaikerajaan transenden dari pembebasan.
11
Nilai-nilai budaya dalam olahraga merupakan nilai-nilai yang disepakati dan
tertanam dama suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang
mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan, symbol-simbol, dengan karakteristik
tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan
atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai budaya akan tampak pada symbol-simbol, slogan, moto, visi-misi, atau
sesuatu yang Nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini yaitu:
a. Symbol-simbol, slogan atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
b. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan, moto tersebut
c. Kepercayaan yang tertanam yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam
bertindak dan berprilaku (tidak terlihat)
Nilai pada umumnya berkaitan dengan pilihan yang menjadi sebab sesuatu tindakan
atau perilaku dengan pengertian lain, nilai itu pada umumnya diungkapkan sebagai sikap
batin manusia.
Nilai Budaya tidak diturunkan melalui garis keturunan, nilai itu berbeda inheren
dalam kebudayaan dimana seseoranga dilahirkan dan orang itu mempelajari atau
menerimanya sebagai suatu kewajiban generasi baru, masalahnya adalah nilai-nilai man
yang terkait dengan olahraga. Nilai budaya yang merasuk pada olahraga modern pada
masa kini adalah prestasi. Orientasi pada prestasi menjadi tujuan dari kebudayaan tinggi
zaman Yunani Purba, Reformasi kaum Protestan, industry dan olahraga modern.
Berdasarkan studi perbandingan antar budaya ditemukan bahwa system yang mendasari
keikutsertaan dan penampilan olahraga yang kuat itu adalah orientasi prestasi.
Ada indikasi keterhubungan yang nyata yang mnunjukan hubungan antar nilai
budaya dan prmainan.masyarakat yg menekankan kepada peluang seperti tebak tebakan
rolet dan sebagainya.sedangkan masyarakat yg menjungjung tinggi kepatuhan lebih
banyak memilih prmainan yang menekankan kepada strategi sperti bola volley dan bulu
tangkis. Sedangkan masyarakat yg beroetasi kepada prestasi lebih banyak memilih
permainan yg menuntut jasmani danstrategi. Gejala trsebut tentu saja dapat dipanpaatkan
dalam prkembangan orahraga kita.bangsa orahraga trdiri dari puluhan suku bangsa yang
mempunyai pilihan yg brbeda,sangat mungkin nilai trsebut mempunyai pengaruh trhadap
12
pncapaian prestasi cabang orahraga trtentu oleh suku bangsa trsebut,dengan mengetahui
hubungan antara nilai budaya dan orahraga, masalah pencarian bakat atau salon unggul
mungkin akan lebih meyakinkan.
Tujuan utama dari ilmu olahraga dan aktifitas fisik adalah untuk
memperoleh sebuah pemahaman tentang prilaku sejak kepribadian merupakan sebuah
abstraksi atau konstruksi hipotesis dari atau tentang prilaku (martens,1975)
Maka tidaklah mengejutkan bila secara historis kepribadian mrupakan salah satu
isu yang paling popular .
13
3. Kepribadian brsipat khusus atau khas,kepribadian mnunjukan pada sifat
individu yang unik dan membedaakan dengn orang lain atau menggambarkan
bagaimana seseorang brbeda dngn orang lain.
4. Kepribadian brupakesatuan .mengamburkan diri individu sbagain unit
tunggal,stuktur yg membentuk kesatu paduan organisasi dinamik dalam diri
individu
B. teori kepribadian
1. Teori Psikodinamik
yaitu dikembangkan prtama kali oleh Sigmund freud pada tahun 1933, teori ini
seri disebut teori psikonalisis (alwison 2007:15) dalam perkembangan banyak ahli yang
keimudianikut menggunakan teori psikonalis untuk mengembangkan psikologi
kepribadian seperti C.G.jung, A.Adler,Anna freud dan lainlain.
a.struktur kepribadian
Ego adalah aspek psiokologis adalah aspek kesadaran yg briorentasi pada realitas
kepribadian yg awal nya untuk memuskan kebutuhan kebutuhan aspek biologis .ego
brkerja atas dasar prinsip relitas artinya ego brhubungan secara baik dengan dunia nyata.
14
a. Perkembangan kepribadian
1.tahap infantile
Tahap infantile trdiri 3 fase yaitu fase oral ,fase anal, dan fase falik.
Fase oral adalah fase prkembang yg berlangsung pada tahun pertama dari
kehidupan individu sampai brkhir saat bayi disapih oleh itunya,menurutfreud
,kesenengan dan seksualitas salingbrkaitan,seksualitas pada bayi mnjukan pada
prangsangan atas daerah mulut dalam kaitanya memproleh makanan. Pada fase
ini ,focus pada energy ibidaldialihkan dari mulut k eke daerah dubur,serta
kesenengan atau kepuasan diperoleh daam kaitanya dngn tindakn
mempermainkan menahan kotoran, sepanjang tahap anal ini,laihan defakasi
(toelit training)memaksa anak utuk mnunda kepuasan bebas dari ktegangan anal
Fase falik brlangsung pada thun ke 4 dan ke 5 yaitu suatu fase ketika libido
sasaranya dialihkan dari daearah dubur ke darah alat klamin
2.tahap laten
Tahap laten perbedan influs seksual,brlangsung dari usia 5 atau 6 sampe masa
remaja
3. tahap genital
Tahap genital ini dimulai ketika anak masuk masa pubertas. Pada masa ini
individu mengalami kbangktan atau peningkaan dalam dorongan seksual, dimulai
menaruh prhatian dengan lawn jenis.
15
Sumber Teori belajar social dapat dirunut dari teori belajar yg dikemukakan
clalk hull dan teori behavioristik dari B.F skinner (1943,19953; dalam cox 2002:157).
Teori hulk dkenal dengn teori stimulus dan respon yg didasarkan pada hasil penelitian
eksperimen laboratium trhadap binatang sesuai dengn teori ini,pelaku indivindu
mrupakan fungsi pengalam yg dipelajari. Berdasarkan anggapan itulah , bandura
mengartikan priaku manusia sbagai sbagai fungsi dan blaja observasional atau blajar
melalui proses observasi lingkungn. Dalam teori blajar social,ada 2 mekanisme pokok
seorang belajar yaitu:
a. Stuktural kepribadian
b. Perkembangan kepribadian
Seperti telah dijelaskan bahwa kepribadian enurut teori belajar dapat dikembangkan
melalui belajar observasinal, dan ini blajar melalui observasi adalah modeling melibatkan
penambshan atau pengulangan tingkah laku yg tramati,menganalisir brbagai pengamatan
sekaligus dan melibatka proses kognitif.
Modelling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama, pertama,
tingkah laku model yang diterima secara social dapat memperkuat respon yang sudah
dimiliki pengamat. Kedua, tingkah laku model yang tidak diterima secara sosialdappat
memperkuat atau memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak
16
diterima secara social, tergantung apakah tingkah laku modelitu digambarkan atau
dihukum.
17
Anastasi dan Urbina, (1997:366) yang diyakini sebagai penyempurnaan dari ke 35 sifat
kepribadian yang dikembangkan oleh Cattel dan koleganya. Kelima sifat kepribadian
yang dimaksud adalah neurotisme, ekstreversi, keterburukan terhadap pengalaman,
kecocokan dan sikap hati-hati.
Sesuai dengan definisi diatas, yang menyatakan bahwa kepribadian tersusun dari
kategori, Cattel (Pervin dan John. 2001:243; Alwisol, 2007:282-284) membagi
sifatmenjadi 3 kategori, yaitu kategori kepemilikian, kategori kedalaman dan kategori
modalitas ekspresi.
Kategori kepemilikan terdiri atas sifat umum dan khusus. Sifat umum adalah sifat
yang dimiliki semua orang dalam tingkatan-tingkatan tertentu, sedangkat sifat khusus
adalah sifat yang dimiliki satu atau beberapa orang dengan kombinasi antar sifat yang
berbeda. Sifat khusus ini terutama berhhubungan dengan minat dan sikap,. Kategori
kedalaman terdiri atas sifat permukaan dan sifat sumber. Sifat permukaan adalah sifat
yang tampak, yang menjadi tema umum dari beberapa tingkah laku. Adapun sifat sumber
adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku, dan hanya dapat
diidentifikasi memakai analisis faktor. Sifat sumber dapat bersifat konstitusional atau
dibawa sejak lahir dan bersifatmembentuk lingkungan.
Kategori modalitas ekspresi meliputi tiga sub kategori sifat, yaitu sifat
kemampuan, sifat tempramen, dan sifat dinamik, sifat kemampuan adalah sifat yang
menentukan keefektifan seseorang dalam usaha mencapai tujuan, misalnya kecerdasan,
sifat tempramen menunjukkan kepada sifat gaya atau irama tingkah laku, misalnya
ketegangan, keberanian, santai, mudan terangsang dan lain-lain. Adapun sifat dinamik
adalah motivasi atau kekuatan pendorong tingkah laku.
18
b. Model kepribadian 5 faktor.
Essentially, the five faktor ,odel is an attempt to use a hierarchical pattern aof
analysis in order to simplify the vast collection of available data about the
affection behaviour of individuals. It thereby renders the information more
manageable in assessing individual and predicting their behaviour in given
situation.
Jadi menurut Anastasi dan Urbina, pada dasarnya model lima faktor adalah usaha
untuk menggunakan pola analisis hirarki dalam rangkamenyederhanakan koleksi data
yang tersedia tentang perilaku afektif individu. Karena model ini membuat informasi ini
lebih dapat dikelola dalam menafsirkan individu dan memprediksi perilaku mereka dalam
situasi yang ada.
Dua peneliti yang dianggap sebagai pengembang model kepribadian lima faktor
ini adalah Costa dan MeCrae. Setelah melakukan penelitian selama hamper 15 tahun
terhadap sampel orang dewasa dan juga sampel klinis, Costa dan MeCrae akhirnya
berhasil mengelaborasi kelima faktor utama di atas menjadi 40 indikator.
Upaya awal pengembangan model tersebut dimulai pada awal tahun1976an, saat
itu mereka bermaksud mengukur dan mengembangkan tiga faktor penting kepribadian,
yaitu neurotisme, ekstraversi dan keterburukan terhadap pengalaman. Setelah melakukan
penelitian beberapa tahun, pada tahun 1983, Costa dan MeCrae berhasil mengembangkan
ketiga faktor kepribadian tersebut menjadi lima faktor dan diberi nama model lima faktor
kepribadian (The Bigh Five Faktors Personality) dan mulai dipublikasikan pada tahun
1985 dengan nama The Revised NEO Personality Inventory Pada tahun 1992, Costa dan
MeCrae mempublikasikan 240 item inventtori NEO Personality yang telah diperbarui
yang mengukur 5 faktor dan 30 indikator sifat kepribadian, masing-masing faktor
memliki 6 indikator sifat kepribadian. Ke-240 item tersebut dikembangkan terhadap
19
sampel dewasa formaldan sampel klinis dengan menggunakan analisi faktor dan prosedur
validasi kontruksi tes multy method. Untuk kepentingan efisiensi dan efektivita, Costa
dan MeCrae pada akhirnya menetapkan 60 item NEO-P-IR yang dielaborasi dari 30
indikator dan 5 faktor kepribadian, masing-masing faktor dibangun oleh 6 indikator sifat
kepribadian.
Adapun uraian ringkas setiap faktor dan indikator di atas adalah sebagai berikut :
1) Nerotisme (Neroticsm)
Individu yang emmiliki neurotisme rendah cenderung akan lebih gembira dan
puas terhadap hidupnyadibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat
nerotisme yang tinggi. Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan
berkomitmen terhadap tugas dan pekerjaan, mereka yang memiliki neurotisme tinggi
juga memiliki tingkat self esteem yang rendah dan kondisi pribadi yang mudah
mengalami kecemasan, gelisah, rasa marah.,depresi dan memiliki kecenderungan
mereaksi rangsang secara emosional.
Ada enam faktor yang membangun faktor neurotisme, yaitu kecemasan (anxiety),
permusuhan marah (hostility), depresi (depression), kesadaran diri (self-
consciousness), implusif (impulsiveness), dan kerentanan (vulnerability), keenam
indikator tersebut akan dibicarakan sebagai berikut :
20
tubuh. Beberapa descriptor utama dari sifat ini antara lain gelisah, penuh
ketakutan, merasa kuatir, gugup dan tegang;
b) Permusuhan (hostility) : suatu sifat kepribadian yang mencerminkan
kecenderungan kekurangmampuan untuk menahan marah danmenghindari
kebencian, individu yang memiliki sifat ini biasanya sensitive, mudah marah dan
penuh kebencian. Karena iti pula, individu yang memiliki sifat ini biasanya suka
membahayakan orang;
c) Depresi (depression) : suatu sifat kepribadian yang mencerminkan kecenderugan
kekurangmampuan individu untuk memulai sesuatu aktivitas, terutama aktivitas
fisik. Deskriptornya antara lain kekurangan nergy dan mengalami kesulitan untuk
memulaisuatu aktivitas;
d) Kesadaran diri (self-consciouness) : suatu sifat kepribadian seseorang yang
menggambarakn kondisi emosi yang negatif yang ditandai dengan emosi malu,
merasa tidak nyaman diantara orang lain, sangat sensitif, dan mudah merasa
rendah diri atau khawatir dicemooh pleh orang lai;
e) Sifat implusif (impulsiveness) : suatu sifat kepribadian seseorang yang
menggambarkan kecenderungan ketidakmampuan individu untuk mengontrol
keinginan yang berlebihan atau dorongan untuk melakukan sesuatu, descriptor
pokok dari sifat ini adalah memiliki orientasi pada penghargaan jangka pendek;
f) Kerentanan (Vulneralbility) : suatu sifat kepribadian seseorang yang
mencerminkan ketidakmampuannya untuk menghadapi stress. Beberapa
descriptor dari sifat ini antara lain selalu bergantung pada orang lain,
mudahbingung dan panik terutama ketika menghadapi sesuatu yangdatang
mendadak, dan mudah menyerah.
2) Ekstraversi (Extraversion)
21
kesendirian dan menarik diri dari lingkungannya. Faktor ini emmiliki peranan penting
dalam kepribadian sebab bias memprediksi atau menjadi predikator untuk berbagai
tingkau laku sosial.
22
3) Keterbukaan pada pengalaman
Seperti hal nyakeempat faktor diatas, faktor kerebukaan memiliki enam indikator,
yaitu khayalan (fantasy), minat artistik (aesthetic), perasaan (feelings), tindakann
(action), gagasan (ideas), dan nilai-nilai (values).
23
e) Gagasan : sifat kepribadian yang menggambarkan kecenderungan individu untuk
berpikiran terbuka dan mau menyadari ide dari dan tidak konvensional. Senang
mengutarakan ide-ide, terbuka terhadap ide baru yang tidak biasa, dan senang
berdisusi tentang masalah-masalah intelektual merupakan deskriptor dari sifat ini;
f) Nilai-nilai : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan kecenderungan individu
untuk berpandangan luas dan terbuka, tidak sempit dan memandang permasalahan
dari berbagai segi yang bebeda;
4) Agreeableness (kesesuaian);
Seseorang yang memiliki nilai suka membantu orang lain, pemaaf dan
penyayang. Namun demikian juga dihadapkan dengan konflik, individu yang memiliki
skor kesesuaian tiinggi biasanya self-esteem mereka akan cenderung menurun, dan
juga akan berusaha menghindar dari usaha langsung untuk menyatakan kelebihannya
sebagai bentuk usaha memutuskan konflik dengan orang lain, individu yang memiliki
tingkat kesesuaian yang tinggi memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan
keluarga dan jarang memiliki konflik dengan teman yang berjenis kelamin
berlawanan, adapunindividu-individu dengan tingkat kesesuaian yang rendah
cenderung lebih agresif dan kurang kooperatif.
24
b) Sikap terus terang (stranghfirwardsness) : salah satu descriptor dari sifat
kesesuaian yang menggambarkan individu yang senang berterus terang atau
sungguh-sungguh dalam menyatakan sesuatu. Indikasi dari individu yang suka
berterus terang antara lain bertingkah laku jujur, bicara apa adanya, dan tulus;
c) Altruistik (altruism) : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan
kecenderungan keinginan seseorang untuk membantu orang lain, individu yang
sangat altruistik adalah individu yang memiliki rasa butuh untuk menolong orang
lain. Karena yaitu mereka sangat murah hati;
d) Kerelaan (compliance) : suatu sifat kepribadian yang menggambarkan
kecenderungan kemampuan seseorang dalam mereaksi konflik interpersonal
secara arif. Beberapa descriptor sifatnya antaralain tidak menyukai konfrontasi
dan berusaha menyesuaikan dengan orang lain;
e) Kesederhanaan (modesty) : suati sifat yang kepribadian yang menggambarkan
kecenderungan kemampuan seseorang utuk tetap sederhanaan dan rendah hati.
Individu yang memiliki skor tinggi untuk kesederhanaan tidak akan mengakui
atau menonjolkan kelebihan diri sendiri untuk dibandingkan dengan orang lain
dan bahkan sebaliknya;
f) Hati yang lembut (tender-mindedness) : suatu sifat kepribadian yang
menggambarkan kecenderungan kemampuan seseorang untuk bersikap simpatik
terhadap orang lain. Descriptor sifatnyaantara lain peduli dan penuh kasihan
kepada orang lain.
25
Seperti halnya dua faktor sebelumnya, sikap hati – hati dibangun oleh enam
indikator, yaitu kemampuan (competence), keteraturan (order), sikap memenuhi tugas
(dutifulness), usaha pencapaian (archievement strying), disiplin diri (self – discipline),
dan pertimbangan (deliberation), keenam indikator tersebut akan diahas secara singkat
berikut ini :
26
Sampai saat ini, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para psikolog dalam
hubungannya dengan kepribadian adalah berkaitan dengan perkembangan kekhasan
atau keunikan setiap individu. Beberapa pertanyaan seperti, bagaimana pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian berlangsung? Faktor – faktor apa saja yang
mempengaruhinya dan bagaimana hubungan antara faktor – faktor tersebut?
Seringkali masih menjadi perdebatan di antara psikolog dan praktisi pendidikan.
Manakah diantara kedua faktor ini yang lebih berpengaruh, apakah faktor genetik
atau lingkungan?
1. Faktor Genetik
Faktor genetik atau turunan (herediter) adalah faktor yang berasal dari dalam
diri individu, Faktor ini diyakini oleh berbagai kalangan memberikan pengaruh
terhadap kepribadian, Pentingnya faktor ini dijelaskan oleh beberapa ahli (Caspi,
2000; Plomin & Caspo 1999; Rowe, 1999, dalam pervi dan John, 2019:9) bahwa
“genetik faktor play a major role in determining personality, particularly in
relation to what is unique in the individual”. Ditegaskan lebih lanjut oleh Pervin
dan John (2001:11) bahwa “genes play role in making us alike as human as well
as different as individuals”, Ilustrasi klasik yang sering dibicarakan dan dijadikan
contoh tentang peranan faktor genetik ini antara lain: anak – anak yang dilahirkan
dari orangtua yang pernah menyandang atlet top atau orang tua yang berkiprah
dalam dunia seni, memiliki kemungkinan besar bakat olahraga atau seninya akan
diturnkan kepada anaknya dan akan mengikuti kiprah orang tuanya sebagai
olahragawan atau seniman.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan atau envoronment adalah faktor yang berasal dari luar
individu.
Pervon dan John (2001:11-14) menyambungkan empat sub faktor yang termasuk
faktor lingkungan, yaitu faktor budaya, kelas sosial, keluarga dan teman. Secara
singkat keempat faktor sub tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Sub faktor budaya
Diantara faktor lingkungan yang menentukan kepribadian individu adalah
sub faktor budaya. Sub faktor ini memperngaruhi kepribadian sebagai akibat
keangotaan atau keterlibatan individu dalam suatu budaya tertentu, setiap
buadaya memiliki pola – pola perilaku tirual dan keyakinan yang
27
dilembagakan dan disetujui secara umum, kemudian dijadikan adat atau
kebiasaan yang berlaku untuk komunikasi setempat artinya anggota dari
suatu budaya akan memiliki karakteristik kepribadian tertentu.
Budaya biasaya terkait erat dengan faktor sosial, karena itu sering disebut
sebagai sosio-kultural (socio cultural. Faktor ini bersumber dari lingkungan
sosial budaya setempat. Ada hubungan yang tidak dapat dipisahkan bahwa
kepribadian dan prestasi atlet ditentukan oleh lingkungan sosial budaya..
b. Sub faktor kelas sosial
Selain Karena sub faktor budaya pola – pola perilaku berkembang pula
sebagai akibat dari pengaruh kelas sosial. Beberapa sifat kepribadian individu
terkait dengan kelompok sosial dimana indivudu itu tinggal, sebuah
kelompok sosial, apakah kelas sosial rendah atau tinggi, kelas sosial pekerja
atau profseional, keberadaanya menjadi salah satu faktor yang menentukan
status individu, baik perannya, tugasnya, keterikatannya maupun
keterpuasannya did dalam kelompok itu sendiri dan juga dengan kelompok
lain. Faktor – faktor tersebut mempengaruhi bagaimana individu memandang
dirinya dan bagaimana menerima anggota kelompok sosial yang lain. Seperti
halnya sub faktor budaya, kelas sosial akan memperngaruhi cara – cara
individu mendefinisikan situasi dan bagaimana merespon situasi tersebut.
Oleh karena itu, kelas sosial mempengaruhi sifat – sifat kepribadian individu.
c. Sub faktor keluarga
Sub faktor lain yang tidak kalah pentingnya dari kedua sub faktor di atas
yang mempengaruhi kepribadian adalah sub faktor keluarga. Berbagai
literatur menyebutkan bahwa pengaruh keluarga merupakan salah satu faktor
lingkungan menyebutkan bahwa pengaruh keluarga merupakan salah satu
faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi profil
kepribadian individu (Collin etal, 2000, Halverson & Wampler, 1997;
Maccoby, dalam Pervin and John, 2001;12). Selama proses asuhan, mungkin
orang tua akan bersikap memperingati, mencintai, menolak, memarahi,
melindungi, memberikan kebebasan, sangat protektif, dan lain – lain. Apapun
yang orangtua lakukan, maka setiap pola perilaku orang tua akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
Masa bayi dan awal-anak memiliki peran penting dalam pembentukan
karakter atau kepribadian anak. Seperti dikemukakan Freud (Alwisol, 2007:
28
35) bahwa struktur dasar kepribadian sudah dibentuk pada usia 5 tahun dan
perkembangan kepribadian sesudah 5 tahun sebagian besar hanya merupakan
elaborasi dari struktur dasar tadi. Orang tua akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak – anaknya paling tidak melalui tiga cara,
yaitu: (1) melalui perilaku yang ditampilkan oleh orang tua. (2) orang tua
mempengaruhi anaknya sebagai model peran untuk proses identifikasi, (30)
orang tua secara selektif memberikan penghargaan atas perilaku anak.
Akhir – akhir ini, meskipun orang tua mengajukan pola-pola asuhan yang
relatif sama dalam mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, tetapi
kenyataannya masih banyak ditemukan dua orang anak yang berasal dari
keluarga yang sama memiliki ciri kepribadian yang berbeda. Hal ini tidak
hanya karena perbedaan situasi asuhan yang ada, tetapi juga karena
perbedaan pengalaman asuhan di dalam keluarga dengan perbedaan
pengalaman yang diperoleh anak d luar lingkungan (Dunn & Plomin, 1999,
Lomin & Capsi, 1999; Plomin dan Daniel, dalam Pervin & john, 2001:13).
Dengan kata lain, faktor lingkungan di luar keluarga mempunyai pengaruh
besar terhadap perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu orang tua
harus hati – hati dan waspada dalam mengebangkan pola asuh terhadap
anaknya sehingga berpengaruh positif terhadap perkembangan kepribadian
anak – anaknya.
d. Sub faktor Teman Sebaya
Sub faktor terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh
lingkungan teman sebaya. Pengalaman bergaul dalam kelompok pada masa
anak – anak dan masa remaja akan mempengaruhi perkembangan
kepribadian, karena anak memperoleh pengalaman yang berbeda di luar
rumah dan karena pengalaman yang diperoleh di dalam rumah tidak
membuat mereka sama, maka dua orang anak yang bersal dari keluarga yang
samapun akan memiliki kepribadian yang berbeda. Pengaruh ikatan keluarga
terutama orang tua terhadap perkembangan kepribadian akan dominan pada
awal – awal perkembangan, sedangkan pada tahap berikutnya, terutama
mulai masa remaja pengaruh teman sebaya menjadi lebih dominan.
Diantara kudua faktor di atas, faktor manakah yang paling berpengaruh?
Faktor keturunan atau lingkungan, seperti yang telah dijelaskan, pada awala
pertanyaan ini menjadi bahan perdebatan di kalangan psikolog, tetapi setelah
29
diketahui bahwa kedua faktor tersebut selalu berinteraksi satu sama lain
dalam mempengaruhi kepribadian, maka ahli berkesimpulan bahwa tidak ada
gen tanpa tanpa lingkungan dan sebaliknya, tidak ada lingkunan tanpa gen.
Oleh karena itu, perkembangan kepribadian merupaka sebuah proses
interaksi antar faktor keturunan dengan lingkungan, seperti yang dijleaskan
oleh Pervin dan kolin (2001 :14) bahwa proses perkembangan kepribadian
merupakan hasil dari interaksi terus menerus antara faktor lingkungan dengan
gen.
30
a. Sebuah penelitian tentang hubungan antara karakteristik kepribadian atlet
dengan bukan atlet telah dilakukan oleh Deatras (1997; dalam Apruebo,
2005:44). Penelitian dilakukan pada 5 cabang olahraga, yaitu bola basket,
softball, bisball, sepakbola dan bola voli, hasil penelitian tersebut
menunjukan bahwa :
1) Pada umumnya, individu yang bukan atlet menunjukan sifat
kepribadian yang kurang terbuka, kurang cerdas emosi kurang stabil,
kurang cermat, dan kurang menyenangi hal – hal yang baru, lebih
pencemas, dan lebih sering curiga dibandingkan dengan atlet namun
demikian, mereka menujukkan kemiripan dalam beberapa sifat
kepribadian seperti berpikir tenang, bersifat praktis, tidak terlalu
dominan, sangat berani, emosional dan sensitif.
2) Ada perbedaan signifikan dalam hal intelegensi umum antara atlet
dan bukan atlet. Dalam hal kapasitas mental akademik, individu yang
bukan atlet leih cerdas dan lebih bisa berfikir abstrak dibandingkan
dengan atlet. Atlet memiliki intelegensia umum rata – rata.
b. Hasil penelitian yang dilakukan Scgurr, dkk (1977) menunjukan bahwa
atlet yang berpartisipasi dalam olahraga individual dan beregu
menunjukan sifat – sifat kepribadian yang lebih mandiri, lebih objektif,
dan lebih tenang. Berdasarkan hasil penelitain Hardman (1973) terbukti
bahwa atlet lebih cerdas daripada bukan atlet. Sedangkan dari penelitian
yang dilakukan Cooper (1969) ternyata atlet memiliki sifat terbuka secara
sosial daripada bukan atlet. Hasil penelitian tadi menguatkan kesimpulan
hasil penelitian Morgan (1980) yang menyatakan bahwa atlet memiliki
sifat lebih terbuka dan memiliki kecerdasan rendah (Cox, 2002:166)
2. Hubungan jenis olahraga, posisi, pemain dan profil kepribadian
a. Krool dan Creshaw (1970) telah melakukan penelitian tentang
perbandingan profil kepribadian antara atlet tol sepak bola, gulat, senam,
dan karete. Setelah diukur dengan menggunakan kuesioner 16 faktor
kepribadian atlet sepak bola dengan gulan berbeda dengan gulat berbeda
secara signifikan dengan atlet senam dan karate; (2) profil kepribadian
atlet sepak bola hampir sama dengan atlet gulat, sementara, atlet senam
dengan karate berbeda satu sama lain, dan juga dengan atlet gulat dan
sepak bola. Penelitian serupa dilakukan oleh Churr, dkk (1977) terhadap
31
olahraga individual dengan beregu dan antara atlet olahraga langsung dan
olagraga pararel. Hasil penelitiannya menunjukkan : (1) adanya
perbedaan profil kepribadian antara atlet olahraga individual dengan
beregu. Atlet – atlet pada olahraga beregu menunjukan profil kepribadian
lebih pencemas. Mandiri, terbuka, lebih objektif, kurang objektif sensitif-
imajinasi daripada atlet olahraga individual. (2) profil kepribadian atlet –
atlet olahraga langsung (seperti bola basket, dan sepak bola) lebih
mandiri dan sosialis dibandingkan dengan atlet olahraga pararel seperti
bola voli dan baseball (Cox, 2002:167-168).
b. Sebuah penelitian tentang hubungan antara sifat – sifat kepribadian
dengan penampilan olahraga telah dilakukan oleh Figer (Apruebo, 1997)
terhadap atlet Filipina. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua tes
kepribadian Gordon personal profile (GPP) dan Gordon Personal
Inventory (GPI) Setelah dianalisis terbukti bahwa sifat – sifat kepribadian
seperti (tanggungjawab, keterampilan sosial, hubungan personal,
stabilitas emosi, semangat dan sikap kehati – hatian) dengan aktifitas
olahraga beregu (Apruebo,2005:44).
c. Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Cox (1987a) terhadap 157 atlet
bola voli wanita pada suatu kejuaraan bola voli. Cox bermaksud
membandingkan profil kepribadian atlet tersebut pada tiga posisi yang
berbeda yaitu posisi spiker (stong side hiters), bloker (center bloker), dan
pengumpan (setters). Hasilnya terbukti bahwa responden memiliki profil
kepribadian yang mirip, kecuali untuk variabel perhatian terfokus tentang
perbandingan sifat kepribadian antara posisi pemain dalam American
Footbal. Setelah data terkumpul dengan menggunakan instrumen Myers-
Briggs Type Inventory (MBTI), schurr menyimpulkan bahwa ada
perbedaan signifikan antara posisi pemain Linesmen dengan posisi
pemain Backfield dalam sifat permainan dan penilaian, pemain pada
posisi Linesman cenderung memiliki sifat lebih terorganisir dan praktis,
sementara pemain pada posisi defensive dan offensive lebih pleksibel dan
adaptable. Tidak ada perbedaan profil kepribadiaan antara pemain pada
posisi offensive linesman dengan defensive linesman, sementara pemain
pada posisi offensive back memiliki sifat terbuka dan pemain pada posisi
defensive back memiliki sifat tertutup (Cox, 2002:167).
32
Sesuai dengan hasil penelitian di atas, bisa disimpulkan bahwa : ada
hubungan antara profil kepribadian dengan panampilan olahraga.
Hubungan pada umumnya bersifat korelasional; (2) sifat kepribadian
tertentu bisa berfungsi lebih tinggi dalam suatu cabang olahraga tertentu;
(3) ada perbedaan profil kepribadian atlet dari cabang olahraga tertentu;
(4) ada perbedaan sifat kepribadian dalam posisi yang berbeda dari
cabang olahraga yang sama; (5) atlet memiliki profil kepribadian yang
berbeda dengan yang bukan atlet, tetapi juga memiliki kemampuan dalam
sifat – sifat kepribadian tertentu.
E. Pengukuran Kepribadian
Pada umumnya ada dua jenis tes psikologis yang biasa digunakan untuk
mengetahui kepribadian, yaitu tes psikometrik dan tes proyektif. Tes psikometrisk
adalah tes yang terstruktur dan direncanakan untuk mengukur kecerdasan, bakat, dan
sifat – sifat kepribadian, tes ini beknaan dengan pengukuran mental atau data obyektif
yang terstruktur yang dihasilkan dari penelitian kuantitatif beberapa sifat kepribadian
yang bisa digali melalui tes psikometrik antara lain tempramen, dikap, nilai konsep
diri, aspek – aspek sosial, agresifvitas, dan lain – lain. Alat ukur yang bisa digunakan
misalnya angket dan skala penilaian.
Tes proyektif adalah pengukuran yang tidak terstuktur dan bersifat subyektif. Tes
ini mengukur aspek – aspek perilaku yang tidak didasari dan diperoleh melaluli
metode kualitatif. Misalnya mengukur respon fantasi, hasrat, motif dan kebutuhan
yang tidak disadari, perasaan suka atau tidak suka terhadap olahraga dan lain – lain.
Beberapa jenis tesnya antara lain : tes Rorschah, tes Drwa-A-Person atau Bender-
Gestalt Visual Motor, tes Sach’s Sentence Completion, tes Role Playing dan
Psychodrama dan lain – lain. Tentu saja tidak semua jenis alat ukur akan dibahas
dalam penelitian in , dua diantaranya yang sering digunakan di bidang olahraga adalah
skala penelitian dan kuesioner.
KECABANGAN OLAHRAGA
PENGANTAR
33
olahraga adalah kegiatan yang menuntut kesanggupan jasmaniah tertentu untuk
menggunakan tubuh secara menyeluruh.
Setiap gerakan tertuju ada pencapaian maksud tertentu. Kegiatan jasmani ini
merupakan kegiatan utama dalam olahraga. Olahraga dilakukan dalam bentuk-bentuk
permainan, perlombaan, pertandingan, ataupun campuran dari bentuk-bentuk itu.
Pengaruh kepribadian pelaku merupakan ciri kedua dari pada olahraga.
1) Melawan waktu:
2) Melawan jarak:
Perlombaan lompat tinggi, lompat jauh, tolak peluru, lontar martil, dan
sebagainya.
34
3) Melawan keindahan:
4) Melawan beban:
Pada cabang olahraga ini tidak akan mungkin terjadi percampuran antara
lawan, sehingga tidak mungkin akan terjadi persentuhan.
Contoh : Sepak bola, bola basket, soft ball, hockey, polo air, rugby,
rounders, dan lain sebagainya.
Dalam permainan yang tidak dibatasi dengan jaring ini ada percampuran antara
lawan, sehingga ada kemungkinan terjadinya persinggungan antara lawan (body contact).
a. Darat
Contoh : Sepak bola, bola volly, bola basket, tenis meja, tenis, atletik, angkat besi, dan
sebagainya.
b. Air
35
Kelompok olahraga air ialah cabang-cabang olahraga yang dapat diselenggarakan di
air.
Contoh : Renang, polo air, loncat indah, mendayung, lomba layar, ski air, dan
sebagainya.
c. Udara
a. Atletik
Contoh : Lomba gerak jalan, Lari : 100m, 200m, 400m, 800m, 1500m, 5000m,
10.000m.
Maraton : lari dengan rintangan : lari gawang : 80m untuk puteri, 100m untuk putera,
3000m steeple cheese, lari sambung 4x100m, dan sebagainya.
2) Lempar
3) Lompat
b. Bela diri
1) Pencak silat
2) Anggar
36
3) Tinju
4) Gulat
5) Judo
c. Permainan
1) Permainan kanak-kanak
4) Permainan perorangan
5) Permainan beregu
d. Senam
1) Senam buyung
2) Senam irama
3) Senam pembentukan
4) Senampertandingan
5) Senam lantai
e. Renang
a) Gaya bebas
37
b) Gaya punggung
c) Gaya katak
d) Gaya kupu-kupu
e) Gaya dolfin
2) Loncat indah
3) Polo air
Sebagai contoh : cabang olahraga dalam musim dingin itu antara lain : Ski es, ice
sketting, hockey, dan sebagainya.
38
B. Kecabangan Olahraga dan Sifat Kepribadian
39
psikologi kepelatihan. Psikologi olahraga akan membahas mengenai mental dalam
aktifitas olahraga.
Dalam suatu kondisi fisik yang sudah lelah sekalipun, apabila secara mental
tangguh maka fisik masih bisa dipaksa untuk bekerja. Namun tidak demikian sebaliknya.
Apabila mental sudah down maka fisik prima pun seolah kurang berarti dalam situasi
pertandingan. Mengingat pentingnya pengaruh dan peranan psikologi olahrag dan
kepelatihan dalam olahraga, maka akan diuraikan bagaimana peran psikologi olahraga
dan psikologi kepelatihan.
Kegiatan olahraga yang diikuti oleh para olahragawan akan dapat membedakan
aspek kepribadian mereka, misalnya kegiatan olahraga beregu (seperti sepak bola, bola
voli, basket dan sebagainya) dan olahraga perorangan (judo, gulat, karate dan
sebagainya). Kemudian kegiatan olahraga itu dapat dibedakan berdasarkan kesempatan
mencetak skor secara langsung (seperti basket, sepak bola), dan yang bergiliran atau
pararel, yaitu olahraga yang mendapat kesempatan memukul secara bergiliran ( seperti
bola voli, dan soft ball), untuk lebih jelasnya lihat pada buku ini. (Rusli Lutan 2001).
40
pararel. Para pemain dari semua jenis olahraga tersebut di atas, cenderung memiliki sifat-
sifat kepribadian, seperti lebih terbuka, kurang pencemas, lebih bebas dan mandiri atau
independen dan lebih dapat berpikir objektif, dibandingkan dengan orang-orang yang
tidak terlibat atau aktif dalam kegiatan olahraga. (Richard H.Cox,1985).
41
EKONOMI POLITIK DALAM KONTEKS OLAHRAGA
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang.
42
B. Olahraga dan Politik
1. Pengertian Politik
Ada beberapa definisi yang diberikan oleh para philosopy tentang ilmu politik,
diantaranya:
a. Bluntschli, Garner, Frank Goodnow menyatakan bahwa ilmu politik adalah ilmu
yang mempelajari lingkungan kenegaraan.
b. Seely dan Stephen Leacokc, ilmu politik merupakan ilmu yang serasi dalam
menanggani pemerintahan.
c. Paul Janet menyikapi ilmu politik sebagai ilmu yang mengatur perkembangan
negara begitu juga prinsip-prinsip pemerintahan.
d. Lasweel menyetujui ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh dan
kekuaasan
Dari beberapa definisi diatas sudah jelas bahwa ilmu politik sangat dibutuhkan
didalam satu negara.
Salah satu karakteristik olahraga yang paling nyata adalah identifikasi individu yang
kuat terhadap kelompok klub, kota atau bahkan negara dan individu yang bersangkutan
merasa senang dengan proses identifikasi, larutnya individu kedalam kelompok itu tidak
hanya terbatas pada peserta aktif tetapi juga meliputi mereka yang nonton, yang sama-
sama menjadi anggota klub, lokasi, geografik dan sesuku atau sebangsa dengan peserta
aktif itu.
43
Hal tersebut itu mungkin karena salah satu karakteristik olahraga adalah kemampuan
melarutkan diri kedalam kelompok, organisasi masyarakat ataupun negara.
1. Definisi Agama
Unsuru-unsur yang terdiri dari agama, yaitu konsep kepercayaan, serta system
dan praktek-praktek direferensikan di atas, adalah penting untuk memahami agama sipil.
Unsur-unsur tersebut berfungsi seagai jembatan antara individu swasta konsepsi agama
dan masyarakat dukungan public hal-hal yang mereka yakni “realigius”.
Diantara unsuru-unsur yang paling penting agama, sipil atau sebaliknya, adalah
ruang suci. Definisi tentang apa yang “suci” didasarkan pada konsepsi mereka tentang
bagaimana orang memahami agama. Perspektif, suci telah diidentifikasi sebagai luar
biasa, mengagumkan, atau manifestasi dari realitas yang kuat, penuh paling penting.
44
3. Olahraga dan Budaya Agama
Semua agama sipil keseimbangan literal dengan teoretis dan public dengan
swasta. Seperti Thomas Luckmann menjelaskan hal itu, ada hal-hal yang agama sipil
harus bersaing dengan, realitas social sederhana mereka harus bertahan.
Sebuah olahraga harus mengadopsi bentuk dasar bahwa sebuah agama terjadi,
baik secara fisik dan rohani, untuk dianggap sebagai jenis agama sipil. Diantara
karakteristik sama untuk kedua agama dan olahraga adalah gagasan dan gambar yang
berkaitan dengan dewa, pengikut setia, dan yang paling penting kepercayaan.
Pada abad ke-20, penonton olaharaga menjadi lebih populer. Putney menulis
bahwa “YMCA, berpendapat bahwa karena banyak orang yang tidak bekerja di pertanian
lagi, mereka perlu latihan secara artifisial. Pada awal abad ke-21, ada banyak bukti dari
konvergensi dan kebingungan yang telah muncul antara olahraga dan agama Amerika
pencampuran telah menjadi terlibat dalam kesadaran sehari-hari sebagai kesaksian, ritual,
dan afiliasi pemain dan penggemar telah digambarkan di media populer, publikasi
keagamaan, dan buku-buku tebal ilmiah.
b. Keyakinan
45
e. Olahraga memiliki ahli-ahli Taurat
f. Olahraga memiliki “symbol-simbol iman”
g. Olahraga memiliki “pencari kerajaan”
3. Praktik
4. Lembaga
Dalam olahraga kita diajarkan untuk bersikap jujur dan sporif seperti yang
diajarkan agama kita harus selalu bersikap jujur dan adil. Kesehatan merupakan salah
satu anugerah atau nikmat yang diberikan oleh Tuhan terhadao hambanya.
46
1. Pengertian Ilmu Dan Tekonologi
Ada beberapa pendapat bahwa olahraga adalah cikal bakal industry dan
teknologi. Namun ada juga yang berpendapat bahwa perkembangan industry dan
tekonologi merupakan dasar perkembangan olahraga.
Prestasi olahraga yang sudah berkembang di SD, SMP dan juga SMA begitu luar
biasa berkat dukungan IPTEK. Hasil IPTEK itu diaplikasikan pada para atlet mereka dan
efeknya amat terasa, terutama untuk cabang-cabang. Suatu makna bahwa IPTEK
memiliki kaitan erat dengan olahraga, masalah ini tentulah merupakan tantangan bagi
pakar olahraga sehingga olahraga itu dapat dinyatakan berperan nyata bagi pembangunan.
Ada beberapa pendapat olahraga adalah cikal bakal industry dan industry dan
tekonologi merupakan dasar perkembangan olahraga, namun demikian anggapan terkahir
kurang mendasar, sebab tidak semua masyarakat berorintasi olahraga mempunyai
47
hubungan dengan industry dan tekonologi, tinjauan historis juga menunjukkan bahwa
perkembangan olahraga mendahului perkembangan industry dan tekonologi.
1. Pengertian Hukum
Definisi hukum dari beberapa aliran pemikiran dalam ilmu hukum yang ada,
sebab timbulnya perbedaan tentang sudut dipengaruhi oleh aliran yang
melatarbelakanginya. Adapun aliran-aliran dalam hukum
a. Aliran Sosiologis
b. Aliran Realis
c. Aliran Antropologi
d. Aliran Historis
e. Aliran Hukum Alam
f. Aliran Positivis
Hukum adalah olahraga sangat beragam dan menarik lapangan, dan industry
olahraga pengacara yang mewakili klien harus memiliki keahlian dalam beberapa bidang
hukum untuk mewakili klien mereka secara efektif. Meskipun pengacara olahraga telah
bervariasi latar belakang, kebanyakan dari mereka tidak memperoleh pekerjaan penuh-
waktu dengan organisasi olahraga atau memiliki industry olahraga stabil klien setelah
lulus dari sekolah hukum.
Dari sisi akademik, perhatian terhadap hukum olahraga pun terbilang lumayan.
Lex nasional dan internasional dan merupakan suatu isu penting bersifat fundamental
bagi disiplin hukum olahraga.
48
NILAI-NILAI OLAHARAGA DALAM SUDUT PANDANG SOSIAL
a. Sikap
Istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer pada tahun 1862
yang diartikan sebagai status mental indvidu (Azwar, 2003b) Lange (1888; dalam Azwar,
2003b) mendefinisikan sikap dalam eksperimen mengenai respons untuk menggambarkan
kesiapan subjek dalam menghadapi stimulus yang dating tiba-tiba. Sikap merupakan
suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap individu terhadap suatu objek adalah
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Lebih spesifik sikap diartikan sebagai
derajat afek positif dan afek negative terhadap suatu objek psikologis.
Sikap menurut Supratiknya (1993) adalah variable dinamik yang menjelma, ungkapan
struktur dinamik dasar yang dapat diamati, dari mana erg dan sentiment serta
hubungannya satu sama lain dapat disimpulkan.
b. Fair play/sportivitas
Fair play terdiri dari dua kata, fair mempunyai makna jujur dan play berarti bermain,
artinya bermain jujur. Fair play itu menyatu dengan kosenp persahabatan dan
menghormati yang lam dab selalu bermain dalam semangat sejati. Karena itu semakin
jelas bahwa nilai fair play melandasi pembentukan sikap, dan selanjutnya sikap menjadi
landasan perilaku.
Kesimpulan bahwa fair play adalah sebagai suatu kategori moral yang merupakan
suatu bentuk harga diri. Indicator fair play adalah (1) kepatuhan pada peraturan, (2)
kejujuran (3) semangat bermain, (4) hormat (respect) pada lawan, wasit, official, dan
penonton, (5) berjiwa besar walauapun kalah, (6) rendah hati dalam keadaan menang, dan
(7) menolak hal-hal yang merusak permainan.
49
NILAI KEDISIPLINAN DAN PERCAYA DIRI
Disiplin pada hakekatnya adalah taat dan rasa tanggung jawab untuk tidak
melanggar ketentuan, tata tertib dan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat.
Beberapa indicator bahwa atlet memiliki penguasaan diri (self control), diantaranya:
a. Atlet mampu melakukan sesuatu dengan baik dalam pertandingan besar seperti
yang atlet lakukan dalam pertandingan biasa
b. Atlet mampu kembali bergairah dan termotivasi setelah mengalami kekalahan
atau mendapat hukuman
c. Atlet mampu mengontrol tabiat yang didorong emosi, selalu bertindak positif dan
dewasa terhadap pelatih dan teman anggota tim
d. Atlet mampu menghadapi ketegagan dengan tidak melakukan sika-sikap dan
tindakan negative dalam bermain
e. Atlet selalu tenang dan penuh percaya diri dalam sitausi tertekan.
2. Jenis-jenis Disiplin
Disiplin dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu, disiplin semu dan disiplin diri.
3. Perkembangan Disiplin
50
d. Usahakan tidak memberikan hukuman kepada atlet yang sensitive
e. Memeperhatikan perasaan anggota tim pada waktu memeberikan perhatian
terhadap salah satu anggota tim
f. Hindarkan perbedaan pendapat atau pertentantangan antara pelatih dan atlet
g. Setelah melakukan hukuman harus segera bertindak normal kepada atlet yang
melakukan kesalah
h. Jangn menghukum seluruh pemain apabila kesalah hanya dilakukan oleh salah
satu pemain
B. Percaya Diri
Untuk berprestasi tinggi atlet harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi agar
lebih matang dalam menghadapi pertandingan/kompetisi. Pada hal ini harus memiliki
konsep yang bagus dalam menyikapi kepercayaan diri konsepnya seperti:
Dan ada juga optimal confidence dan teknik membangun kepercayaan diri:
a. Optimalisasi kepercayaan
b. Hubungan antara kepercyaan diri dengan zeigamik effect
c. Teknik membangun percaya diri
51
A. KELOMPOK
1. Karakteristik Kelompok
a. Efek sinergestik
Salah satu sifat kelompok yang penting ialah sinergi, prestasi anggota kelompok
secara bersama lebih besar dari pada jumlah prestasi anggota kelompok secara
terpisah-pisah
b. Persaingan dan kerjasama
Salah satu persoalan yang sering menjadi topic bahasan sosiologik adalah
persaingan atau sifat lain yaitu kerjasama yang harus menjadi karakteristik
kelompok olahraga.
2. Keterpautan Kelompok
Yang dimaksud dengan keterpautan kelompok ini adalah tenaga atau kekuatan
yang mendorong anggota bergabung dalam kelompok yang menahan anggota luar dari
kelompok.
B. Interaksi
Interaksi ini dapat dikatakan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu.
Dalam system ini tergantung hubungan timbal balik antar perseorangan, sebagai suatu
system tentu saja mempunyai model tertentu berdasarkan suatu asumsi, anggapan atau
teori. Beberapa model akan dikemukakan di bawah ini:
52
1. Interaksi komplementer
2. Interaksi sistemik
Perilaku social adalah interaksi antara dua dimensi organisasi yaitu nomotetik
dan ideografik.
53
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH OLAHRAGA
1. Sarana Prasarana
Intinya, sarana berarti alat yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan atau kegiatan.
Alata-alat olahara atau supplies, biasanya di pakai dalam waktu yang relative pendek
misalnya, bola, raket, jaring-jaing bola basket, jarring tenis pemukul bola kasti dan
sebagainya. Sifat-sifat dari bahan instrusional:
Istilah sarana mengandung arti sesuatu yang dapat digunakan atau dimanfaatkan.
Sarana pendidiakan hasmani ialah segala sesuatu yang dapat diguanakan atau didalam
pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan. Seperti halnya prasarana pendidikan
jasmani, maka sarana penjas juga bisa mewarnai pelaksanaan pembelajaran pendidikan
54
jasmani disekolah-disekolah. Maka alat apapun bisa dimanfaatkan yang terpenting adalah
kegiatan tersebut pada akhirnya tidak akan menghilangkan makna serta esensi pendidikan
jasmani antara lain:
Demikian isu tentang jasmani yang menjadi focus perhatian ini adalah nomor empat
tentang kelangkaan finansial dan peralatan. Tidka ada standar dalam pendidikan jasmani
sebab yang diperlukan adalah proses pendidikan. Kutipan ini setidak-tidaknya
mengemukakan beberapa hal penting, yaitu:
55
2. Kurikulm Penjas Nasional
Pada tingkat ini, maslaah yang dapat diidentifikasi adalah masih sangat sentralistinya
tujuan kurikuler dan tujuan instruksionalnya, dan terlalu mendetail serta tendensiusnya
standard kompetensi serta kompetensi dasar yang ditetapakan, sehingga oleh ebebrapa
pihak dianggap sangat membelegu guru.
Pada tahap berikutnya, kurikulum kita pun masih belum berhasil memberi arah pada
guru tentang kompetensi pedagogic dan kompetensi professional apa yang harus dikuasai
oleh guru. Tidak ada pembaharuan apapun di dalamnya, di samping lebih memperlebar
kemungkinan kebingungan di antara guru-guru.
3. Pelatih
Pelatih adalah beliau yang langsung bersentuhan dan berurusan dengan pelatihan dan
peningkatan prestasi pelatih adalah pihak yang dilupakan saat atletnya Berjaya, dan
dihujat saat atletnya terpuruk. Pelatih dipanggung olahraga Indonesia adalah juga mereka
yang berdedikasi dan rela menghabiskan waktu dan tenaga di tempat latihan dengan
imbalan yang tidak memadai (kecuali pelatih sepak bola).
4. Ilmuwan keolahragaan
Ketidak sesuaian antara peran, tanggung jawab dan pelaksanaan; ketidasesuaian antara
apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Masing-masing actor pada satu dimensi
berperan sebagaimana tokoh yang dibawakannya, tetapi pada dimensi lain berakting
menyimpang dari skrip atau scenario yang sesuai dengan perannya.
A. Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan olahraga yang bertumpu pada peran serta masyarakat dulu telah
dicoba dalam kemasan gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
masyarakat. Sedangkan dalam hal pembinaan olahraga prestasi perlu didukung
peningktan saraana prasarana olahraga dan sumber daya manusia yang kompeten.
56
Ancaman yang dibangkitkan oleh gaya hidup pasif, mendatangkan persoalan
yang sangat merugikan kehidupan manusia dengan aneka bentuk penyakit degenerative,
penyakit kurang gerak. Olahraga dan kesehatan memiliki kaitan langsung denag ekonomi.
Dalam pengembangan rencana starategis, perlu diperhatiakn beberapa kaidah seperti
prinsip inklusif yang menekankan keikutserataan semua warga masyarakat memalui
pemberian kesempatan dan akses untuk berolahraga. Jumlah penduduk berpengaruh
terhadap jumlah anak dan kaum muda sebagai calon olahragawan sehingga penduduk
yang besar seperti di Indonesia merupakan sebuah asset yang luar biasa nilainya.
B. Merencanakan Fasilitas
Seiring dengan berjalannya waktu dan tekonologi yang semakin maju dunia akan
pasti penuh dengan konflik dalam scenario di masa depan.
57
b. Alam yang kian tidak bersahabat
Dengan tekonologi yang semakin maju ada kemungkinan alam akan terancam
sehingga perlahan-lahan alam kian tidak bersahabat bagi dunia dan manusia.
Di masa depan, ketika system transportasi dan tat kota Indonesia semakin baik
dan canggih, diperlukan budaya tertib dan disiplin dari masyarakat.
58
PENGEMBANAGAN KEOLAHRAGAAN DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN
Para ahli juga berbeda pendapat dalam penggunaan istilah kurikulum ketika ia
berhubungan dengan istilah pengajaran (instruction). Kurikulum lebih sering digunakan
sebagai sebuah istilah umu yang luas, termasuk didalamnya pengajaran.
Jika yang dimaksud perubahan kurikulum adalah juga perubahan dalam bagaimana
guru menetapkan paradigm pembelajarannya termasuk lingkungan di mana pembelajaran
berlangsung, maka tentu saja Indonesia perlu merumuskan kurikulum barunya sesegera
mungkin, agar secara sistematis program penjas di Indonesia dapat direvitalisasi secara
utuh. Ada tiga karakteristik kurikulum, yaitu:
59
dan sasaran, menyusun persiapan intruksional, memenuhi segala persyaratan kebudayaan
social dan pribadi yang dilayani kurikulum.
Dalam pendidikan olahraga bisa menerima pengertian yang luas dalam kurikulum,
berarti menerima konsepsi modern, ialah seluruh usaha sekolah untuk merangsang siswa
belajar baik di dalam kelas maupun di halaman sekolah atau di luar sekolah.
a. Kurikulum meliputi pengalaman gerak yang dimiliki siswa dan di bawah asuhan
sekolah, sehingga kegiatan-kegiatan antar kelas dan antar sekolah merupakan
bagian daripada kurikulum sekolah.
b. Kurikulum pendidikan olahraga hendaknya berdasar atas bahwa semua siswa itu
mendapat kesempatan yang sama untuk melaksanakannya
c. Kurikulum itu hendaknya merupakan usaha kooperatif dari guru, dan orang tua
siswa untuk menyiapakan acara pendidikan olahraga yang memberi sumbangan
tentang pertumbuhan dan perkembangan siswa secara optimum.
d. Kurikulum dalam pendidikan olahraga hendaknya menjadikan kegiatan-kegiatan
atas dasar pertumbuhan dan perkemangan siswa dan juga berdasarkan atas
pengalaman yang telah dimiliki oleh para siswa.
e. Kurikulum pendidikan olahraga hendaknya, mengakui pula adanya perbedaan
perorangan atau individual.
f. Mempunyai perencanaan yang fleksibel, sesuai dengan pengalaman pendidikan
olahraga bagi setiap anak dan faktor-faktor perasaan dan sarana yang tersedia
g. Kurikulum itu hendaknya selalu mempertimbangkan dan disesuaikan dengan
perkemangan masyarakat.
60
belakang pendidikan, kepribadian, sikap dan minta yang dimiliki sesuai dengan pekerjaan
pendidikan olahraga tersebut.
Kurikulum tergantung pula pada penilaian dan kenaikan kelas kelas, antara lain:
kegiatan pendidikan olahraga tersebut dinilai atau tidak. Jika dinilia maka perlu
pengetahuan tentang penilaian dan penilaian itu dinilai itu berdasarkan atas kecakapan
yang tampak pada kapasitas atau abilitas dan pencapaian siswa.
Definisi guru menurut UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen sebagai
berikut “Guru adalah pendidikan professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan menevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
61
Guru pendidikan jasmani harus memiliki pengetahuan dan keterampilan manajerial
untuk mengatur dan merencanakan serta menyiapkan materi yang sebaik-sebaiknya dan
dapat dipahami oleh siswa.
Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Mengingat
peranan guru yang sangat sentral dalam proses belajar mengajar, dapat dikatakan bahwa
kualitas pendidikan di sekolah itu sangat ditentang oleh kualitas kemampuan guru,
meskipun ada faktor lain yang terkait. Ada tiga jenis tugas guru dan tanggung jawab guru,
yaitu:
a. Sebagai pengajar
b. Sebagai Pembimbing
c. Sebagai Adminitrator
Respon siswa berlangsung setelah guru menyampaikan tugas gerak dan siswa
melakukan tugas gerak tersebut. Siswa sebagai bagian dari kehidupan harus dibiasakan
untuk belajar di luar ruangan, dibiasakan belajar di kebun, taman atau yang lainnya agar
mau menyatu dengan lingkungan alam. Pembiasaan ini akan melahirkan kesadaran pada
diri setiap siswa untuk memelihara dan melestarikan lingkungan alam sebagai suatu
kewajiban beribadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar juga memerlukan suatu dorongan dari guru kepada siswa karena itu tidak bisa
datang selamanya dating dengan sendirinya, akan tetapi ada faktor lain yang
mempengaruhi. Pembelajaran secara berkelompok akan mendorong siswa untuk
berinteraksi dengan siswa sekelompoknya atau kelompok lain (lingkungan social).
62
B. Kualifikasi Akademik Guru Olahraga
63
Pengertian akademik adalah lebih bersifat teoritis dan ilmiah maka hal ini adalah
suatu persyaratan yang mengandung keilmiahan. Menurut pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa Indonesia (1995:15) akademik adalah suatu yang bersifat
akademik. Sedangkan akademis adalah (1) mengenai (hubungan) dengan akademik; soal-
soal; (2) bersifat ilmiah; bersifat ilmu pengetahuan; bersifat teori; tanpa arti praktis yang
langsung.
Kualifikasi akademik adalah ijazah akademik yang harus dimiliki guru dan
dosen sesuai dengan jenis jenjang dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan,
ayat 11 berbunyi, sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidikan untuk guru
dan dosen, ayat 12 berbunyi serifikat pendidik sebagai tenaga profesioanl. Dalam bab
IV pasa 8 ayat 8 dijelaskan, bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik yang
diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat.
Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, dan prestasi, selama guru yang
bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian,
pedagogic, professional, dan social). Komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi
akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik,
(7) organisasi di bidang kependidikan dan social, dan (10) penghargaan yang relevan
dengan bidang pendidikan.
64
Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam jabatan) adalah untuk
menilai kompetensi guru dalam menjalanakan tugas dan perannya sebagai agen
pembelajaran. Portofolio juga berfungsi sebagai: (1) wahana guru untuk menampilkan
dan atau membuktikan untuk kerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi
melalui karya-karya utama dan pendukung; (2) informasi/data dalam memberikan
pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan
standar yang telah ditetapkan; (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang
mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidikan atau belum); dan (4) dasar
memberikan rekomendasi bagi peserta kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan
pemboinaan dan pemberdayaan guru.
Rutinitas adalah aktivitas yang cenderung diulang0ulang pada setiap kali mengajar
dan apabila tidak dikelola dengan baik sangat potensial menganggu kelancaran bahkan
menghambat jalannya proses pembelajaran.
Belajar dan pembelajaran merupakan dua konsep yang berbeda, namun keduanya
merupakan sesuatu yang berpadu. Belajar adalah proses aktif individu dalam mereaksi
lingkungan sehingga terjadi perubahan pada individu yang bersangkutan. Sedangkan
pembelajaran adalah upaya aktif yang dilakukan oleh seseorang dalam hal pendidikan di
sekolah, yang ditunjukan agar terjadi proses belajar pada siswa.
Pembelajaran sebagai suatu proses dan hasil dikemukakan oleh Sudjana (2001;5-8)
yang menjelaskan bahwa: Proses pembelajaran dan hasil belajar dipengruhi oleh beberapa
faktor antara lain faktor guru, tujuan belajar yang ingin dicapai, materi pelajaran fasilitas
dan sarana.
65
Nurgiyanto (2001 : 22) menjelaskan bahwa hasil belajar dapat dibedakan menjadi
lima kategori yaitu:
1) Keterampilan intelektual
2) Keterampilan kognitif
3) Informasi verbal
4) Keterampilan motor
5) Sikap
Proses belajar mengajar merupakan suatu system yang terdiri atas beberapa komponen
yang interdependen dan saling berinteraksi dalm mencapai tujuan. Belajar mengajar
sebagai suatu proses mengandung 3 unsur yaitu:
a. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang
telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Eveluasi berhubungan dengan
keputusan nilai (value judgement)
b. Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa.
c. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angkat atau usaha
memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah
mencapai karakteristik tertentu. Hasil penialaian dapat beruba nilai kualitatif
(pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka).
Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut.
Pengukuran yang dilakukan dalam pendidikan olahraga berdasarkan atas hal-hal yang
berhubungan dengan:
a. Pencapaian tujuan yang seharusnya diukur, antara lain penyesuaian dengan luas
sempitnya tujuan yang ingin dicapai.
b. Bidang keolahragaan yang bersifat ilmiah dan erat hubungannya dengan
kemajuan olaharaga itu sendiri.
c. Perbaikan program dalam pendidikan olahraga
66
d. Penjumlah segala sesuatu yang terdapat dalam semua kejadian.
e. Nilai-nilai pendidikan olahraga
f. Pelaksanaan tes dan pengukuran.
a. Bagi siswa,
b. Bagi guru
1) Dengan penilaian yang diperoleh oleh guru akan dpaat mengetahui siswa
mana yang sudah berhak melanjutkan pelajaran karena sudah berhasil
menguasai bahan dan siswa yang belum menguasai bahan
2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa
3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau
belum
c. Bagi sekolah
1) Melalui penilaian secara umum kita dapat menyimpulkan apakah kondisi
belajar yang diciptakan sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum.
Hasil belajar mencerminkan kualitas sesuatu sekolah
2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa0masa
yang kaan dating
67