Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi pentingnya CBR
Mengkritik buku merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan untuk
memberikan tanggapan dan penilaian terhadap isi sebuah buku. Adapun tujuan
dari kritikal buku ini adalah memberikan informasi atau pemahaman yang
komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
Selain itu juga memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu
pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Kritik buku bermanfaat
untuk dapat menambah pengetahuan intisari dari buku yang dikritik. Pembaca
yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang keseluruhan isi buku tersebut
selanjutnya akan mencari di toko-toko atau situs yang menjual buku-buku itu.

Dalam tugas CBR, penulis meringkas dan menilai 2 buku. Buku 1 yang
berjudul Inovasi Model Pembelajaan yang menggunakan bahasa Indonesia.
Buku ini membahas tentang model-model pembelajaran untuk kurikulum 2013
Model-model pembelajaran yang dibahas buku ini ada 7 jenis, antara lain
Model CTL, Model Pembelajaran Kooperatif, Model Pembelajaran Berbasis
Masalah, Model Pakem, Model Pembelajaran E-Learning, Model
Pembelajaran Inkuiri dan Model Pembelajaran VTC. Sedangkan Buku 2
Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) yang menggunakan bahasa
Inggris.

1.2 Tujuan penulisan CBR


1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Kajian Mandiri.
2. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah
buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
3. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis
yang sama atau penulis lainnya.
4. Mengungkapkan keunggulan dan kelemahan suatu penulisan atau sistem
penulisan

1.3 Manfaat CBR


Dengan adanya resensi buku, kita akan menjadi mudah dengan kabar buku
terbaru sehingga menimbulkan minat membaca dan membeli buku tersebut.

1.4 Identitas Buku yang di Review


Buku 1
1. Judul : Inovasi Model Pembelajaran
2. Edisi :-

1
3. Pengarang/Editor : Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni
4. Penerbit : Nizamia Learning Center
5. Kota terbit : Sidoarjo
6. Tahun terbit : 2016
7. ISBN : 978-602-6937-21-6

Buku 2
1. Judul : Learning to Teach
2. Edisi :9
3. Pengarang/Editor : Richard I. Arends
4. Penerbit : McGraw-Hill
5. Kota terbit : New York
6. Tahun terbit : 2012
7. ISBN : 978-0-07-802432-0

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU
2.1 Buku 1
Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat membaca
semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkan
keterampilan berpikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam
memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah (disingkat PBM).
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat
pada masalah. Istilah berpusat berarti menjadi tema, unit, atau isi sebagai fokus
utama belajar.

Tujuan PBM yaitu: (1) membantu siswa mengemukakan kemampuan


berpikir dan memecahkan masalah; (2) belajar berbagai peran orang dewasa
melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata; (3) menjadi para siswa yang
otonom. kejadian-kejadian yang harus muncul dalam implementasi PBM, adalah:
(1) keterlibatan (engagement): mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai
pemecah masalah dengan bekerja sama, (2) inkuiri dan investigasi: mengeksplorasi
dan mendistribusikan informasi, (3) performansi: menyajikan temuan, (4) tanya
jawab(debriefing): menguji keakuratan dari solusi, dan (5) refleksi terhadap
pemecahan masalah.

Lingkungan belajar yang harus disiapkan dalam PBM adalah lingkungan


belajar yang terbuka, menggunakan proses demokrasi, dan menekankan pada peran
aktif siswa. Seluruh proses membantu siswa untuk menjadi mandiri dan otonom
yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri. Lingkungan belajar
menekankan pada peran sentral siswa bukan pada guru.

Dalam aplikasinya PBM membutuhkan kesiapan guru dan siswa untuk bisa
berkolaborasi dalam memecahkan masalah yang diangkat. Guru harus siap menjadi
pembimbing sekaligus tutor bagi para siswa yangdapat memberikan motivasi,
semangat, dan membantu dalam menguasai keterampilan pemecah masalah. Siswa
harus siap menjalani setiap tahap PBM untuk bisa bertahan hidup dalam situasi
kehidupan yang semakin kompleks.

Tugas guru dalam PBM, yaitu: (a) guru hendaknya menyediakan lingkungan
belajar yang memungkinkan self regulated dalm belajar pada diri siswa
berkembang; (b) guru hendaknya selalu mengarahkan siswa mengajukan masalah,
atau pertanyaan atau memperluas masalah; (c) guru hendaknya menyediakan
beberapa situasi masalah yang berbeda-beda, berupa infirmaso tertulis, benda
manipulative, gambar atau yang lainnya; (d) guru dapat memberikan masalah yang
berbentuk open-ended; (e) guru dapat memberikaan contoh cara merumuskan dan

3
mengajukan masalah dengan beberapa tingkat kesukaran, baik tingkat kesulitan
pemecahan maslah; dan (f) guru menyelenggarakan reciprocal teaching, yaitu
pelajaran yang berbentuk dialok antara siswa mengenai materi pelajaran dengan
cara menggilir siswa berperan sebagai guru (peer teaching).

2.2 TEORI BEHAVIORISME


Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini berpengaruh terhadap pengembangan
teori dan praktik pendidikan dan pembeajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada bentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Teori behaviorisme menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Teori ini
menggunakan model hubungan stimulus-respons dan menempatkan peserta didik
sebagai individu yang pasif. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) berdasarkan hukum-hukum
mekanistis. Pembelajaran dilakukan dengan memberi stimulasi kepada peserta
didik agar menimbulkan menimbulkan respon yang tepat seperti yang diinginkan.
Hubungan stimulus dan respon ini jika diulang akan menjadi sebuah kebiasaan.
Respon atau perilaku tertentu diperoleh dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan. Jika peserta didik menemukan kesulitan atau masalah, guru dapat
menyuruhnya untuk mencoba dan mencoba lagi (trial and error) sampai
memperoleh hasil. Penguatan (reinforcement) dapat dilakukan untuk memperkuat
timbulnya respon. Munculnya perilaku akan semakin kuat jika diberikan penguatan
dan akan menghilang jika dikenakan hukuman. Guru mengamati masukan berupa
stimulus dan keluaran berupa respon. Deskripsi proses belajar mengajar menurut
teori behaviorisme diilustrasikan sebagai berikut.

Penguatan +

Stimulus Proses Respon

Penguatan -
Gambar: Proses Belajar Menurut Teori Behaviorisme
Penguatan positif: frekuensi respon meningkat karena diikuti dengan
stimulus yang mendukung (ada sesuatu yang ditambah). Penguatan negatif:
frekuensi respon yang meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus
yang merugikan/ tidak menyenangkan (ada sesuatu dikurangi).

Teori Belajar Behaviorisme

Tingkah laku normal Belajar melalui 4


stimulus respon

Belajar jika ada


Konsep Belajar Proses
Belajar

Gambar: Aspek-aspek Teori Belajar Behaviorisme


Pakar Teori Behaviorisme

Pakar Deskripsi
John B. Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
Watson (S) dan respon (R), namun S-R harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur.
Edward Lee Thorndike menyimpulkan bahwa belajar merupakan peristiwa
Thorndike terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang
disebut stimulus (S) dan respon (R).
Clark Leonard Stimulus dalam belajar hampir semuanya dikaitkan dengan
Hull kebutuhan biologis, walaupun responnya bervariasi.
Edwin Ray Hubungan stimulus dan respon cenderung bersifat sementara
Guthrine sehingga perlu diberikan stimulus secara berkala agar
hubungannya bersifat lebih tetap. Hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar.
Burrhus Teori operant conditioning dari Skinner lebih komprehensif, di
Frederick mana tingkah laku tidak hanya merupakan respon dan stimulus,
Skinner tetapi suatu tindakan yang disengaja.
Tujuan pembelajaran dalam teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan. Aplikasi teori ini bergantung pada tujuan pembelajaran,
sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, serta media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Teori ini menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di dunia nyata
terstruktur rapi dan teratur sehingga peserta didik harus dihadapkan aturan yang
jelas.

Teori behaviorisme tidak mampu menjelaskan penyimpangan-


penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon dan tidak mampu
menjelaskan situasi belajar yang kompleks. Teori behaviorisme juga cenderung

5
mengarahkan peserta didik untuk berpikir linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak
produktif.

2.3 TEORI KOGNITIVISME


Menurut teori kognitivisme, pembelajaran terjadi dengan mengaitkan indera
siswa agar memperoleh pemahaman. Pengaktifan indra siswa agar memperoleh.
Pengaktifan indra dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode/alat bantu
melalui berbagai metode. Pendidikan menurut teori kognitif adalah sebagai berikut.
1. Pendidikan menghasilkan individu atau peserta didik yang memiliki
kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
2. Kurikulus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan pengetahuan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
3. Latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok
dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
4. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya.
5. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang membuat
situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada peserta
didik.
Ciri-ciri teori kognitivisme adalah:
1. Mementingkan apa yang ada pada diri individu
2. Mementingkan keseluruhan
3. Mementingkan peranan fungsi kognitif
4. Mementingkan keseimbangan dalam diri individu
5. Mementingkan kondisi saat ini
6. Mementingkan pembentukan struktur kognitf

2.4. TEORI KONSTRUKTIVISME SOSIAL


Konstruktivisme sosial dikembangkan oleh Lev Semenovich Vygotsky.
Teori ini merupakan teori sosiogenesis, yang membahas tentang faktor primer
(kesadaran sosial) dan faktor sekunder (individu), serta pertumbuhan kemampuan.
Proses konstruksi pengetahuan dilakukan secara bersama-sama dengan bantuan
yang diistilahkan dengan scaffolding. Teori ini melandasi munculnya pembelajaran
kolaboratif/koperatif, pembelajaran berbasis masalah (PBL), dan pembelajaran
konstektual.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran


konstektual, yaitu pengetahuan yang dibangun oleh manusia secara sedikit demi
sedikit dan hasilnya diperluas melalui konteks terbatas. Menurut konstruktivisme,
salah satu yang dimaksud belajar adalah proses aktif dan konstruktif yang terjadi di
lingkungan luar kelas. Menurut teori ini, pengetahuan ada dalam pikiran manusia

6
dan merupakan interpretasi manusia terhadap pengalamannya tentang dunia,
bersifat persfektif, konvensional, tentatif, dan evolusioner. Prinsip dari teori ini
adalah yaitu:

1. Pembelajaran sosial: peserta didik belajar melalui interaksi dengan orang


dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
2. Zona perkembangan terdekat: peserta didik lebih mudah belajar konsep jika
konsep itu berada pada zona perkembangan terdekat mereka.
3. Pemagangan kognitif: peserta didik secara bertahap memperoleh keahlian
melalui interaksinya dengan orang lain yang telah menguasai bidangnya.
4. Scaffolding. Peserta didik diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistis
untuk kemudian diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-
tugas tersebut.
Implikasi teori konstruktivisme sosial dalam pembelajaran dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Dasar pembelajaran adalah bahwa dalam diri siswa sudah ada pengetahuan,
pemahaman, kecakapan, pengalaman tertentu.
2. Peserta didik belajar dengan mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman,
kecakapan, pengalaman lama menjadi pengetahuan, pemahaman, kecakapan,
dan pengalaman yang baru.
3. Guru berperan dalam mefasilitasi terjadinya proses konstruksi pengetahuan.

Menurut konstruktivisme sosial, pengetahuan dibangun oleh siswa sendiridan tidak


dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid
sendiri untuk menalar.

Pengetahuan,
Struktur Kognitif
pemahaman,
Lama
kecakapan,
pengalaman peserta Peran guru: fasilitas
didik Proses
terjadinya proses
Pembelajaran
Peserta didik merevisi konstruksi pengetahuan
dan memodifikasi
Proses Konstruksi
pengetahuan,
pemahaman, dan
kecakapan
Bagan : Konstruksi Pengetahuan menurut Konstruktivisme Sosial
Struktur Kognitif
Ciri tahapan pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut:
Baru
1. Orientasi: mengembangkan motivasi dan mengadakan observasi.
2. Elisitasi: mengungkapkan ide secara jelas serta mewujudkan hasil observasi.
3. Restrukturisasi: klarifikasi ide, membangun ide baru, dan mengevaluasi ide
baru.
4. Penggunaan ide dalam banyak situasi.

7
5. Review atau kaji ulang: merevisi dan mengubah ide.
Beberapa kelebihan pembelajaran konstruktivisme yaitu sebagai berikut.

1. Peserta didik terlibat secara langsung dalam membangun pengetahuan baru,


mereka akan lebih paham dan dapat mengaplikasikannya.
2. Peserta didik aktif berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan
membuat keputusan.
3. Selain itu, murid terlibat secara langsung dan akif belajar sehingga dapat
mengingat konsep secara lebih lama.

Eksplorasi

Eksplonasi (penjelasan)
Konsepsi lebih luas

Ekspansi

Evaluasi
Bagan : Metode Belajar Konstruktivistik

2.5 TEORI HUMANISME


Humanisme adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an
sebagai reaksi tehadap behaviorisme dan psikoanalisis. James Bugental (1964)
mengemukakan lima postulat psikologi humanisme, yaitu sebagai berikut.

1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.


2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang
lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional. Meeka, mencari makna, nilai, dan memiliki
kreativitas.

Teori humanistik menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika


peseta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Prinsip teori belajar
humanistik adalah sebagai berikut.

1. Manusia mempunyai cara belajar alami.


2. Belajar terjadi secara signifikan jika materi pelajaran dirasakan mempunyai
relevansi dengan maksud tertentu.
3. Belajar menyangkut perubahan dalam persepsi mengenai diri peserta didik.
4. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya.

8
5. Belajar akan berjalan lancer jika peserta didik dalam proses belajar.
6. Kepecayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan maas
diri.
7. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.

Menurut Carl Ransom Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran


adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.


2. Peserta didik akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
3. Pengorganisasian bahan pengajaan berarti mengorganisasikan bahan dan ide
baru sebagai bagian yang bermakna bagi peserta didik.
4. Belajar yang bemakna dalam masyarakat moder berarti belaja tentang
proses.
Habermas membagi tipe belajar menjadi 3 macam tipe yaitu sebagai berikut.
1. Belajar teknis (technical learning) yakni bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan alam secara benar.
2. Belajar praktis (practical learning) yakni bagaimana seseorang dapat
berinteraksi secara baik dengan lingkungan sosialnya atau dengan orang-
orang sekelilingnya.
3. Teori emansipator (emancipatory leanrning) menekakan upaya agar
seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan
perubahan atau transfomasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
2.6 TEORI SIBERNETIK

Menurut teori ini, tidak ada satupun cara belajar ideal untuk segala situasi.
Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seoarang peserta didik dengan satu
macam proses belajar, namun informasi yang sama mungkin akan dipelajari peserta
didik yang melalui proses belajar yang berbeda.

Ada Sembilan langkah pengajaran yang harus diperhatikan guru dalam menerapkan
teori sibernetik, yaitu:

1. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian peserta didik.


2. Memberikan infomasi kepada peserta didik mengei tujuan pengajaran dan topik
yang akan dibahas.
3. Merangsang peserta didik untuk memulai aktivitas pembelajaran.
4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuia dangan topik yang telah
ditetapkan.
5. Memberikan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan aktivitas dalam
pembelajaran.
6. Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran peserta didik.
7. Memberikan umpan balik tehadap perilaku yang ditunjukkan peserta didik.

9
8. Melaksanakan penilaian proses hasil belajar.
9. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengingat dan
menggunakan hasil pembelajaran.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Isi Buku
Di buku Utama (Inovasi Belajar), materi teori belajar terdapat di Bab 1,
dengan Subbab: Pentingnya Teori Belajar, Teori Behaviorisme, Teori
Kognitivisme, Teori Konstruktivisme Sosial, Teori Humanisme, dan Teori
Sibernetik. Berarti di buku ini membahas tentang 5 jenis teori belajar. Di buku ini,
banyak pendapat para ahli yang dikemukakan dalam bab teori belajar ini di buku
ini.

Di buku utama, teori belajar di pengaruhi oleh dua aliran psikologi yaitu
behaviorisme dan konstuktivisme. Konstruktivisme dapat dibagi menjadi
kognitivisme dan humanisme. Namun pada pembagian teori belajar ini berdasarkan
empat teori utama, yakni (1) teori behavouristik, yakni teori Thorndike, Clark Hull,
Edwin Guthrie, dan Skinner; (2) teori kognitivistik, yakni teori Piaget, Ausubel,
Bruner, Koffka, Kohler, Wetheimer, dan Dienes; (3) teori humanistik, yakni teori
Bloom, Krathwahl, Kalb, Honey, Mumford, Habermas, dan Dewey; (4) teori
Sinektik, yakni teori Landa, Pask dan Scott. Pada buku ini, dijelaskan dulu secara
rinci mengenai teori behavoristik kognitivisme, teori konstruktivisme sosial, dan
humanisme. Dan disetiap dalam isi teori tersebut, dijelaskan juga pendapat ahli
menurut pakar-pakarnya. selain itu, didalam buku ini juga terdapat skema mengenai
proses, aspek dan ciri-ciri tiap teori yang ada serta implikasinya terhadap
pembelajaran.
Di buku Pembanding 1 (Belajar dan Pembelajaran), materi teori belajar
terdapat di Bab 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Bab 3 membahas tentang teori belajar
behavioristik, Bab 4 membahas tentang teori belajar kognitif, Bab 5 membahas
tentang teori belajar konstruktivistik, Bab 6 membahas tentang teori belajar
Humanistik, Bab 7 membahas tentang teori belajar Sibernetik, dan Bab 8 membahas
tentang teori belajar revolusi-sosiokultural.

Di buku Pembanding 2,materi teori belajar terdapat di bab 3 , tepatnya di


subbab D yang membahas tentang koneksionisme, pembiasaan klasik, pembiasaan

10
perilaku respon, pembiasan asosiasi dekat, teori kognitif dan teori pembelajaran
sosial.

Diantara ketiga buku, buku yang isi materinya yang terlengkap adalah buku
Pembanding 1 yang membahas 6 teori belajar, dan 3 diantaranya sudah di
presentasikan dan juga buku ini khusus untuk membahas tentang teori belajar,
sedangkan buku yang kurang lengkap adalah buku pembanding 2, yang hanya
membahas teori kognitif dan tidak ada membahas teori behaviorisme dan teori
konstruktivisme yang telah di presentasikan.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Buku


1. Aspek Tampilan Buku
Tampilan buku sudah menarik karena di bagian cover terdapat gambar
puzzle yang membentuk bola dunia (globe) dengan berbagai warna dan
ada 6 kata dalam bahasa Inggris yang berhubungan inti dari isi buku
tersebut atau di cover tersebut bisa menunjukkan apa yang dibahas buku
tersebut.
2. Aspek Layout dan Tata Letak
Layout nya sudah tertata rapi dengan margin dan ukuran kertas yang
sesuai. Tata letak nya sudah bagus dan di buku tersebut tertera bagan dan
dilengkapai dengan penjelasan yang singkat di bawahnya. Penulisan sudah
baik dengan menggunakan kata baku tetapi ada kesalahan pengetikan
sehingga ada kata yang berulang-ulang. Penggunaan font style dengan font
size nya sudah baik.
3. Aspek Isi Buku
Isi buku sudah lengkap tetapi ada kesalahn dibagian teori kognitif karena
di awal paragraf membahas pembagian teori konstruktivisme.
4. Aspek Tata Bahasa
Tata bahasa nya sudah baik dengan menggunakan kata baku dan kalimatnya
disusun dengan baik dan efektif sehingga mudah untuk dipahami.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut saya, buku yang paling bagus adalah buku pembanding 1
yang berjudul Belajar dan Pembelajaran karena buku ini khusus untuk

11
membahas teori belajar karena di setiap bab selalu membahas tentang
berbagai jenis teori belajar alaupun tidak semua bab membahas tentang teori
belajar. Buku ini membahas 6 teori belajar yang 3 diantaanya telah
dipresentasikan. Di buku ini membahas semua yang ada di buku utama dan
buku kedua dan di tambah dengan teori belajar yang lain lagi. Lalu di buku
Belajar dan Pembelajaran pembahasan teori belajarnya lebih banyak dari
pada buku yang lain.

4.2 Rekomendasi
Saya sarankan buku ini untuk digunakan oleh mahasiswa dan
mahasiswi yang sebagai calon guru dan juga yang sudah berprofesi sebagai
pendidik. Agar bisa memahami hal-hal yang berhubungan dengan belajar
dan pembelajaran sehingga dapat berpengaruh baik pada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, Asri. 2004. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta :


Rineka Cipta.
Sani, R.A. 2015. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
RajaGrafindo Persada

12

Anda mungkin juga menyukai