Anda di halaman 1dari 33

CRITICAL BOOK REVIEW

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DISUSUN

OLEH :

Nama : UMI ANGGREANI

NIM : (7151141041)

Kelas : B Regular Pendidikan Ekonomi 2015

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi pendidikan merupakan bahan ajar yang dapat digunakan untuk membantu
untuk mengembangkan kompetensi pedagogik bagi profesinal guru, terutama dalam
menguasai konsep untuk memahami perilaku dan proses kognitif di dalam proses belajar dan
pembelajaran. Kompetensi ini dibangun melalui proses belajar, sehingga hasilnya diperoleh
berupa pembaharuan pengetahuan, kemampuan untuk mengemas perasaan, pembahasan
sikap, kecakapan dalam bertindak dan tumbuhnya kesadaran untuk bertanggung jawab.
Mengingat betapa urgensinya persoalan psikologi dalam kehidupan manusia
khususnya dalam dunia pendidikan maka factor ini mendorong psikologi terus dikaji dan
dipelajari oleh banyak orang, guru, pengacara, manajer perusahaan, pembina dan lain
sebagainy. Perkembangan psikologi pada akhirnya mencuat dan melintas lewat pemekaran
disiplin, hal ini menjadikan psikologi berhak menjadi psikologi-psikologi praktis yang
termasuk di dalamnya adalah psikologi pendidikan.
Mempertimbangkan factor pertama bahwa psikologi pendidikan adalah perangkat
utama untuk kegiatan belajar mengajar. Ilmu pengetahuan sebagai unsur kebudayaan maka
kehadiran dan perkembangan sejalan atau seirama dengan tingkat wujud kerja serta proses
ilmu pengetahuan itu selalu hadir dalam aktivitas sehari-hari manusia. Psikologi ini
diharapkan dapat membantu pendidik dalam menerapkannya dalam proses belajar dan
pembelajaran.
B.TUJUAN
Critical Book Report ini bertujuan :
1. Mengulas isi sebuah buku
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku
3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari buku utama dan buku pembanding
4. Membandingkan isi buku pertama dan buku kedua

C. MANFAAT
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Psikologi Pendidikan”
2. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang psikologi pendidikan
3. Untuk mengetahui kelemahan dan kelemahan buku utama dan buku pembanding.

2
BAB II
ISI BUKU
A. Identitas Buku

1. Identitas Buku Utama

Penulis : Prof.Dr. Sri Milfayetty,S.Psi., Ms.Kons

Jumlah Halaman : iii,204 halaman, 16x24 cm


Cetakan : ke-7

Penerbit : Pps Unimed

Tahun penerbit : 2018

ISBN : 978-602-8207-18-8

3
2. Identitas Buku Pembanding I

Buku : Psikologi Pendidikan

Penulis : Drs. Sumadi Suryabrata,B.A., M.A., Ed.S., Ph.D

Jumlah Halaman : xvi, 354 hal., 21 cm


Cetakan : ke-20,

Penerbit : PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Tahun penerbit : 2013

ISBN : 979-421-082-x

3. Identitas Buku Pembanding II

4
Buku : Psikologi Pendidikan

Penulis : Dr. Muhibbin Syah, M.Ed

Jumlah Halaman : xi, 268 halaman


Cetakan : ke-15

Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA

Tahun penerbit : 2010

ISBN : 979-692-972-6

5
B. Ringkasan Buku Utama
BAB 1
PENDAHULUAN
Generasi X dan Y memiliki potensi lebih banyak pada otak kiri (analitis, keuangan,
administrative, teknikal, pabrikasi) maka generasi C lebih banyak memiliki potensi keunikan
pada otak kanan (desain, sintesis, hubungan interpersonal dan sebagainya). Generasi C
memiliki gaya hidup dunia digital. Hampir semua bakat, minat generasi berujung pada
“screen” yaitu tulisan, foto, audio, video yang bisa dilihat lewat akses web maupun gadget.
Oleh karena itu pendidik perlu focus pada kekuatan dan keterbatasan dan menyiasati
dengan hal-hal yang tidak produktif yang menjadi kelemahannya. Tidak akan mungkin
generasi C di jauhkan dai internet dan gadget. Juga tidak mungkin melupakan dunia maya
yang menyediakan banyak ilmu pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat. Tidak
mungkin menutup mata dengan kenyataan bahwa peserta didik menyukai hal-hal baru yang
inovatif dan ide yang menantang, komunitas yang berdaya dan kepimpinan yang terbuka.
Para pendidik perlu mengarahkan mereka menggunakan dunia maya untuk menemukan
sumber pengetahuan, pakar dan komunitas yang relevan.
Selain itu pendidik di harapkan trampil menggunkan teknologi agar proses
pembelajaran menjadi efektif.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran psikologi pendidikan melalui buku ini diarahkan untuk mencapai tiga domain
yaitu pengetahuan ,sikap dan ketarampilan.
TUJUAN
Isi buku ini disusun mengacu pada pengembangan kompetensi pedagog melalui
materi psikologi pendidikan. Secara khusus, diharapkan pembaca dapat
mengkonstrukpemahaman baru dari konsep teori yang ada pada buku ini kemudian
menggunkannya utuk membangun sikap dan keterampilan yang dapat di terapkan dan
dibiasakan dalam belajar dan pembelajaran, sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik.
SISTEMATIKA
Buku ini disusun dengan sistematika berikut. Bab pertama adalah pendahuluan,
memuat informasi tentang kompetensi dan tujuan penulisan buku serta penggunaannya. Pada
bab dua dibahas pengertian psikologi pendidikan setelah terlebih dahulu dijelaskan
pengertian pendidikan, mengajar dan pembelajaran.

6
Bab tiga, membahas perkembangan dan proses belajar. Implementasi teori koognitif
dalam proses belajar. Pada Bab empat dijelaskan tentang perbedaan individu. Perbedaan
kecerdasan, gaya belajar dan karakteristik lainnya dalam pembelajaran, perbedaan budaya
dan keberagaman serta anak berkebutuhan khusus. Motivasi dalam belajar dibahas pada bab
lima dan pada Bab enam membahas tentang disain pembelajarmTan dan pada bab tujuh
dibahas evaluasi hasil belajar.
PENGORGANISASIAN MATERI
Materi pada buku ini diorganisasikan secara terpadu dengan mengaitkan setiap materi
menjadi bagian dari materi lainnya. Dengan cara ini di harapkan seluruh materi ini tidak
terlepas dan menjadi kesatuan yang utuh dalam membangun kompetensi sebagai guru
profesional.
BAB 2
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
B. KONSEP
Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan prilaku. Sedangkan pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari nilai-nilai karakter dan cara menanamkannya. Definisi psikologi
pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni,
ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.
Proses pembelajaran diartikan pengalaman interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan member dampak terhadap perolehan sesuatu yang baru melalui alat indra pada
kognitif dan atau perilaku. Pendidkan pada hakikatnya adalah pemolaan pengaruh terhadap
peserta didik. Pemolaan ini dapat berlangsung secara sistematis dan idak sitematis
pembelajaran yang di lakukan di sekolah merupakan salah satu bentuk pemolaan pengaruh
yang sistematis. Sedangkan pembahasan tentang kurikulum tidak diajarkan pada psikologi
pendidikan melainkan pada ilmu pendidikan. Jadi psikologi pendidikan akan menjawab
pertanyaan bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana pendidik efektif
melaksanakan pembelajaran. Sedangkan apa yang di ajarkan tidak dibahas dalam psikologi
pendidikan melainkan pada ilmu pendidikan.
Proses belajar bagi peserta didik dapat diibaratkan seperti berubahnya ulat
yang berada di dalam kepompong. Semakin kuat seekor ulat berjuang di dalam
kepompong, maka semakin menyebarlah zat-zat yang di perlukan untuk membangun
keindahan warna dan kekuatannya untuk terbang. Jika ulat di dalam kepompong dipaksa

7
keluar sebelum waktunya, maka akan lahirlah kupu-kupu yang idak cantik dan lemah.
Demikianlah ibaratnya peserta didik. Sekolah adalah kepompong bagi pesrta didik. Semakin
tangguh seseorang berjuang untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya maka semakin
berkembanglah dirinya menuju kedewasaan.
Seseorang pendidik yang memiliki keahlian mendidik akan mampu membuat
orang belajar. Pendidik ahli ini tampil sebagai uru yang berpengalaman, efektif dalam
menyelesaikan berbagai persoalan di dalam kelas. Pemahaman nya tentang proses
pembelajaran dan isi pelajaran, luas dan terorganisasi dengan baik.
Hasil penelitian tentang pengaruh pendidik terhadap kehidupan peserta didik
menunjukan bahwa kualitas hubungan pendidik dan peserta didik member pengaruh
signifikan di dalam berbagai bidang kehidupan peserta didik. Hasil penelitian lain
menunjukan bahwa kualitas pendidik merupakan predictor yang kuat terhadap
peningkatan kemampuan peserta didik dalam pelajaran matematika dan membaca.
Penelitian ini juga menunjukan bahwa kualitas pendidik memberi pengaruh terhadap
peningkatan kompetensi peserta didik (woolfolk, 2007).
Berbagai penjelasan tentang psikologi pendidikan yang di bahas pada pembahasan
terdahulu menunjukan bahwa focus utama pengkajian psikologi pendidikan adalah peserta
didik dalam proses belajar dan pendidik pada proses pembelajaran. Psikologi pendidikan
adalah ilmu yang memfokuskan perhatiannya pada proses belajar dan pembelajaran,
menerapkan metode dan psikologi dan menjadikannya menjadi teorinya secara
berkesesuaian (woolfolk.2007).
Berdasarkan uraian-uraian tentang pendidikan , mendidik dan psikologi pendidikan
dapat disimpulkan sering di pakai riset evaluasi program, riset aksi dan guru sebagai periset.
Penelitian Evaluasi Program riset evaluasi program sering difokuskan pada lokasi
atau tipe program tertentu. Karena seringkali di maksudkan untuk menjawab persolan ang
berhubungan dengan sistem sekolah atau sekolah tertentu.
Penelitian Tindakan penelitian ini dipakai untuk memecahkan problem kelas atau
sekolah spesifik, memperbaiki strategi mengajar dan pendidikan, atau untuk membuat
keputusan pada lokasi tertentu.
Guru sebagai peneliti penelitian ini para pendidik dapat melakukan sendiri untuk
meningkatkan praktik mengajar mereka. Ini adalah perkembangan penelitian tindakan yang
penting. Beberapa pakar pendidikan percaya bahwa penekanan pada guru sebagai peneliti
memperluas peran pendidik.

8
Belajar adalah pendidikan. Seseorang pendidik dianggap efektif dalam mendidik jika
menguasai materi pelajaran, menggunakan strategi pembelajaran yang efektif, punya keahlian
dalan bidang perencanaan dan penentuan tujuan, manajemen kelas, motivasi, komunikasi,
bekerja dengan kelompok etnis dan cultural yang berbeda dan teknologi, memiliki motivasi
dan komitmen kerja.

BAB 3
BELAJAR

A. Belajar Vs Kematangan
Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama tentang kehidupannya. Namun
tidak semua perubahan ini disebakan proses belajar, melainkan ada juga yang disbabkan
kematangan (matuaration). Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika
berlangsung dalam kondisi kematangan tertentu. Ilustrasi tentang adanya hubungan antara
kematangan dengan proses belajar dari pengalaman ataupun belajar pada instusi pendidikan
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara belajar dengan perkembangan. Sehingga
dapat dikatakan perkembangan dan belajar merupakan proses yang saling mendukung
(muntual) dalam kehidupan manusia. Proses pengembangan dalam diri individu pada
hakikatnya menyatu, namun secara konsep ada ahli yang mengelompokkannya atas dimensi
fifik, kognitif, bahasa, pribadi, sosial, dan moral. Dalam kondisi demikian, proses belajar juga
menyatu dalam semua perkembangan, meskipun secara konsep para ahli menekankan
teorinya pada satu atau beberapa dimensi tertentu.

B. Otak Belajar
Kendali seluruh saraf yang ada di dalam diri manusia adalah otak. Oleh karena itu
dalam belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti juga mengembangkan
otak. Sejak lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 milyar sel. Setiap sel siap
dikembangkan untuk merespon berbagai informasi. Pertama otak reptil, terletak di dasar
batang otak yang terhubung dengan tulang belakang. Bagian otak ini berfungsi untuk
kordinasi sensori motorik tubuh. Kedua otak mamalia adalah pintu gerbang menerima
informasi.
Otak terdiri dari otak kiri dan otak kanan. Otak kiri mempunyai fungsi dan cara
belajar yang khusus yaitu menyukai hal-hal yang berurutan, belajar maksimal dari hal-hal

9
yang bersifat detail, baru kemudian golabal, menyukai sistem membaca yang berdasarkan
fonetik, menyukai kata-kata, simbol dan huruf, menyukai sesuatu yang terstruktur dan dapat
diprediksi, mengalami banyak fokus internal dan ingin mengumpulkan informasi yang
faktual. Sedangkan otak kanan lebih menyukai hal-hal yang bersifat acak, belajar dari yang
global ke detail, menyukai sistem membaca secara menyeluruh, menyukai gambar dan grafik,
lebih suka melihat dulu atau mengalami sesuatu, lingkungan belajar spontan alamiah, fokus
eksternal, ingin pendektan yang bersifat terbuka, baru dan memberikan kejutan yang
menantag.
C. Perkembangan dan Belajar
1. Perkembangan Kognitif dan Belajar
Perkembangan kognitif adalah proses perubahan kemampuan individu dalam berpikir.
Tokoh yang paling populer dalam membahas perkembangan kognitif adalah piaget.
Perkembangan kognitif di dalam teori kognitif piaget mencakup proses-proses yaitu skema,
assimilasi, akomodasi, organisasi dan equiblirasi. Piaget mengemukakan bahwa
perkembangan kognitif berlangsung dalam urutan empat tahapan perkembangan usia anak.
1) Tahap sensori motorik
2) Tahap praoprasional
3) Tahap operasional konkret
4) Tahap operasional formal
2. Perkembangan Bahasa dan Belajar
Bahasa merupakan alat komunikasi dapat berbentuk lisan, tulisan atau simbol. Semua
bahasa manusia mengikuti aturan fonologi, morfologi, sintaks dan pragmatis. Noam
Chomsky (1957) mengemukakan bahwa manusia cenderung mempelajari bahasa pada waktu
tertentu dengan cara tertentu..
3. Perkembangan Sosial dan Belajar
Perkembangan social mengecu pada perubahan jangka panjang di dalam konteks membina
hubungan,interaksi pribadi,teman sebaya dan keluarga.Termasuk di dalam nya cara pembina
persahabatan dan perubahan yang negative seperti agressifitas dan kekerasan.Perkembangan
sosial yang sangat relevan di bahas dalam konteks sosial di sekolah adalah (1) Perubahan
konsep diri (self concept)dan dalam konteks hubungan antara guru dan peserta didik,
(2)perubahan kebutuhan dasar dan motif personal, (3)perubahan pada sense tentang
hubungan dan tanggung jawab.

10
4. Perkembangan Diri
Pada pembahasan tentang teori psikososial tampak perlunya keseimbangan antara
perkembangan diri dengan perkembangan sosial dalam belajar.penjelasan tentang pengaruh
otakdan belajar di kemukakan bahwa proses belajar baru akan berlangsung jika anak merasa
dirinya aman selama proses tersebut.konsep yang sering di hidup kan dengan perkembangan
diri adalah konsep diri(self concept),harga diri (self esteem)konsep diri secara umum di
artikan sebangai pengetahuan atau keyakinan individu tentang dirinya, tentang ide-ide,
perasaan, sikap dan harapannya (Pajares & Shurk, 2001 dalam Woolfolk, 2009). Konsep diri
merupakan upaya membangun sebuah skema yang mengorganisasikan perasaan dan sikap
tentang diri.
5. Perkembangan Moral
Sejalan dengan perkembangan Theory of Mind and Intensi pada anak, maka
perkembangan juga di dalam diri mereka perkembangan perasaan benar dan salah. Hal ini
berhubungan dengan penalaran moral (moral reasoning) yaitu pikiran tentang benar dan
salah serta kontruksi aktif pertimbangan moral (moral judgementi). Damon 1995
mengemukakan bahwa perkembangan moral yang paling awal yang berlangsung di dalam
kelas-kelas di sekolah adalah moral untuk berbagi dalam menggunakan bahan-bahan ataupun
perlengkapan sekolah secara bersama-sama.
Perkembangan moral menurut Lawrence Kholberg berlangsung dalam tahapan sebagai
berikut :
1) Preconventional Reasoning. Pada level ini belum berlangsung internalisasi nilai-nilai
norma. Penaralaran moral dikontrol oleh hukuman dan ganjaran eksternal.
2) Conventional Reasoning. Pada tahap ini internalisasi masih setengah-setengah. Anak
patuh secara internal pada standar tertentu, tetapi standar itu pada standar tertentu,
tetapi standar itu pada dasarnya ditetapkan oleh orang lain seperti orang tua, guru atau
aturan sosial.
3) Postconventional Reasoning. Pada tahapan ini moralitas sepenuhnya diinternalisasika
n dan tidak didasarkan pada standar eksternal. Siswa mengetahui aturan-aturan moral
alternatif, mengeksplorasi pilihan dan kemudian memutuskan sendiri kode moral apa
yang terbaik untuk dirinya.

11
BAB 4
KARAKTERISTIK BELAJAR

A. Inteligensi
Alfred Binet pada tahun 1857-1911 bersama Theodore Simon mendefenisikan
inteligensi sebagai kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan
kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocritism. Pada tahun 1916
Lewis Madison mendefenisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berfikir
abstark.
Dari berbagai defenisi tentang inteligensi dapat diambil suatu pemahaman yang sama
bahwa inteligensi adalah kemampuan menunjukkan fikiran dengan jernih, pengetahuan
mengenai masalah yang dihadapi, kemampuan mengambil keputusan dengan tepat,
kemampuan menyelesaikan masalah secara optimal.
Tinggi rendahnya tingkat inteligensi dinyatakan dengan menterjemahkan hasil tes
inteligensi ke dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat
kecerdasan seorang dibandingkan secara reelatif terhadap suatu norma. Angka normatif tes
inteligensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamai dengan intelegence quotient
(IQ). Meskipun tidak semua tes inteligensi akan menghasilkan angka IQ melainkan ada yang
memberikan klasifikasi tingkat inteligensi seperti level III berarti normal.

B. Gaya Belajar
Berikut ini konsep yang dibahas adalah proses belajar internal yang berlangsung pada
diri individu sebagai hasil proses pembelajaran. Pembahasan tentang ini diawali dengan
memahami terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam beraktivitas
termasuk belajar. Yaitu, perhatian, pengamatan, pendengaran, perabaan dan penciuman.
Gaya belajar dapat dikelompokkan atas dua elemen yang mempengaruhinya. Pertama
adalah gaya belajar independen dan kedua gaya belajar tergantung. Gaya independen
membutuhkan suasana yang terang dan tidak mau diganggu suara sedikitpun sedangkan gaya
tergantung perlu ditemani radio atau lagu-lagu ketika belajar.Seseorang yang bergaya belajar
mandiri adalah yang berusaha membebaskan diri dari lingkungannya pada saat dia belajar
atau pada saat dia membuat keputusan tentang sesuatu hal. Seseorang yang bergaya belajar
bergantung adalah yang mudah terpengaruh lingkungan pada saat belajar.

12
C. Gaya Berfikir
Gaya berfikir dapat digolongkan atas gaya implusif, reflektif, mendalam dan dangkal.
Gaya yang reflektif dan impulsif disebut sebagai tempo konseptual. Maksudnya,
kecenderungan individu untuk bereaksi dalam waktu tertentu dalam memberi respon dan
merenungkan akurasi jawaban.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan guru dalam menghadapi peserta didik yang
impulsif adalah :
1. Pantau peserta didik dikelas untuk mengetahui yang imlusif.
2. Bicara dengan mereka agar mau meluangkan lebih banyak waktu untuk berfikir
sebelum memberikan jawaban.
3. Dorong mereka untuk menandai informasi baru saat mereka membahasnya.
4. Jadilah guru bergaya reflektif.
5. Bantu peserta didik untuk menentukan standar tinggi bagi kinerjanya.

D. Gaya Perilaku (Tempramen)


Tempramen adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi
tanggapan. Berdasarkan gaya berprilaku ini, individu dapat dikatagorikan atas : 1) Gaya
perilaku yang mudah. Pada umumnya memilki mood positif, cepat membangun rutinitas dan
mudah beradaptasi dengan pengalaman baru. 2) Gaya perilaku sulit yaitu yang cenderung
bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri dan lamban menerima pengalaman
baru. 3) Gaya perilaku lamban tapi cenderung hangat yaitu yang biasanya beraktivitas
lamban, agak negatif menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi dan intesitas mood yang
rendah. Individu yang memiliki gaya perilaku sulit dan lamban cenderung mengalami
kesulitan dalam belajar.
Gaya berpikir dikelompokkan atas gaya berpikir sekuensial konkrit (SK), acak konkrit
(AK), acak abstrak (AA), sekuensial abstrak (SA).
1. Pemikiran sekuensial konkreat mendasarkan dirinya pada realitas, mereka
merespon informasi dengan cara teratur, urut, dan linear. Bagi mereka realitas
adalah apa yang dapat mereka serap melalui indra fisik yaitu pengihatan, persentuhan,
pengucapan, pencecapan, dan pembauan.
2. Pemikir acak konkreat suka bereksperimen. Seperti tipe sekuensial konkret,
mereka mendasarkan diri pada realitas, tetapi cenderung lebih melakukan pendekatan

13
coba-coba. Oleh karena itu mereka sering membuat lompatan intuitif yang diperlukan
untuk pemikiran kreatif sejati.
3. Pemikiran acak abstrak mengatur informasi melalui refleksi dan berkembang
pesat dalam lingkungan tak terstruktur dan beriorentasi kepada manusia. Bagi
para acak abstark (AA) adalah dunia perasaan dan emosi. Pikiran AA menyerap
berbagai gagasan, informasi, dan kesan, lalu mengatur kembali melalui refleksi.
Mereka dapat mengingat dengan baik jika informasinya dibuat menurut selera
mereka.
4. Pemikiran sekuensial abstrak suka sekali dengan dunia teori dan pikiran
abstark. Mereka suka berpikir konseptual dan menganalisis informasi. Mereka
berpotensi menjadi filosof dan ilmuan peneliti yang hebat.

BAB 5
PENDEKATAN DAN TEKNIK BELAJAR
A. Pendekatan Behavior
Belajar adalah perubahan penegetahuan,keterampilan dan sikap yang relatif permanen
di dalam diri individu yang tampak dari tampilan individu (overt behavior). Beberapa teori
belajar memfokuskan perhatiannya terhadap pembentukan prilaku di maksud.
Thorndike dalam teori connectionism,mengemukakan bahwa belajar adalah proses
“satamping in” (diingat), froming, hubungan antara stimulus dan respon. Dari penelitian
Thorndike disimpulkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara
stimulus dan respond an penyelesaian masalah yang dapat di lakukan dengan cara trial and
error.
Beberapa hukum belajar yang di kemukakan Thorndike yaitu :

1) law of readiness yaitu hukum kesiapan. Maksudnya seseorang akan lebih mudah
belajar jika sudah memiliki kesiapan untuk hal di maksud.
2) law of exercise yaitu hukum latihan. Ikatan antara stimulus dan respon dalam belajar
akan lebih kuat jika dilakukan pengulangan-pengulangan.
3) Law of effect yaitu hukum pengaruh, mengarah pada hadiah yang konkrit.

Teori belajar menurut Pavlov bahwa dalam belajar terjadi proses pengkondisisan
(conditioning). Stimulus yang di kondisikan untuk mendapatkan respon yan terkondisi.
Pengkondisian ini di lakukan seiring dengan pembentukan prilaku yang di inginkan.

14
Teori menurut waston manusia di lahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi emosi,
ketakutan,cinta dan marah. Semua tingkah laku dikembangkan pembentukan hubungan
stimulus respon baru melalui conditioning.
Skinner memandang penguatan (reinforcement) sebagai unsure yang paling penting
dalam proses belajar, individu cendrung untuk belajar jikat diikuti dengang penguatan. Jika
tingkah laku individu diikuti dengan penguatan yang menyenangkan maka tingkah laku
dikenal dua metode yaitu pembentukan (shaping) dan pemodelan (modeling).
b. Pendekatan Koognitif
Ahli-ahli teori koognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha yang individu
untuk mengerti dunia. Di dalam pendekatan koognitif reinforcement berfungsi sebagai umpan
balik. Berbeda dengan pendekatan prilaku yang melihat reinforcement sebagai pengikat
antara stimulus dan respon. Dalam pendekatan koognitif, belajar dianggap sebagai sesuatu
yang aktif.
Penjelasan tentang teori kognitif dalam belajar sudah di lakukan pada bab 3 tentang
perkembangan dan belajar.
c. Teknik Belajar
Teknik belajar merupakan cara yang dapat di tempuh untuk belajar efektif. Beberapa
bentuk teknik belajar yang di terapkan adalah:

1) Sikap Mental
2) Rencana Belajar
3) Berkonsentrasi

d. Mengikuti pelajaran
Kemampuan untuk mengikuti pelajaran di dalam kelas seperti mendengar, menyimak
dan memberi respon. Posisi duduk ketika mengikuti pelajaran perlu diperhatikan. Orang yang
bersemangat dalam belajar biasanya berada dalam keadilan tubuh condong kedepan sedikit,
menggunakan kepala tanda persetujuan,mengacungkan jari ketika bertanya, mendengar
sambil membuat catatan singkat.
e. Tujuan Belajar
Memahami tujuan belajar. Belajar pada hakekat nya adalah untuk mendapatkan
pengertian karena belajar merupakan jalan untuk mencapai tujuan hidup. Makin banyak yang
di ketahui, maka makin banyak yang dapat di perbuat.

15
d. Teknik Mengingat
Kemampuan mengingat dapat dilatih dengan teknik menumpuk, teknik asosiasi.
Misalnya, untuk mengingat faktor-faktor yang membuat suskses dengan membuat perkalian
A x B x C x D = sukses.
Kemampuan mencatat dapat dilatih dengan membuat bagan, peta pikiran (mihd mapping)
selain mencatat dengan symbol-simbol. Mencatat membantu berkonsentrasi di dalam kelas
dan dan catatan merupakan bantuan dalam mengingat kembali saat di perlukan.
Teknik membaca membaca dilakukan dengan mempersiapkan diri meminimalkan
gangguan,duduk dengan siapa tegak,meluangkan tegak, meluangkan waktu beberapa saat
untuk menengkan pikiran,menggunkan jari jika diperlukan dan melihat sekilas bahan bacaan
sebelum membaca.
Teknik mengikuti ujian sebelum mengikuti ujian anggaplah pertandingan lawan menguji,
coba membuat pertanyaan dan menjawabnya , pelajari kembali catatan ,usahakan untuk
mengetahui yang tidak jelas, tidur segera setelah belajar. Selama ujian, tenang, santai dan
lupakan oang lain, baca petunjuk hati-hati, baca seluruh ajan ujian dulu untuk mengira-ngira
waktu, membaca setiap pertanyaan dua kali sebelum menjawabnya.
Teknik memcahkan masalah hal ini dapat dilakukan dengan prosedur menetapkan masalah,
mencari penyebab,menemukan beberapa alternatif solusi dengan menetapkan cara satu, dua
dan tiga, melaksanakan nya dan jika belum berhasil menggunkan cara dua atau tiga.

BAB 6
MODEL PEMBELAJARAN
A. Konsep

Beberapa model pembelajaran yang diimplemntasikan di dalam elas adalah model


pengajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan startegi-
strategi belajar.
a. Model Pengajaran Langsung

Pengajaran Langsung merupakan model pembelajaraan yang berpusat pada guru.


Model ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu seperti : menghafal rumus, informasi
factual) dan pengetahuan procedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu)
yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap.

16
Elemen penting yang perlu diperhatikan di sini adalah perhatian (atensi), mengulang
(retensi), mengolah (produksi) dan motivasi (slavin, 1994).
1) Atensi, guru memberi contoh kegiatan dengan mendemonstrasikan di depan siswa.
Siswa mengamati dan kemudian mendiskusikan hasil pengamatan siswa serta
kekurangan dan kesuitan siswa alam memahami langkah-langkah kegiatan.
2) Retensi, gruu menjelaskan struktur langkah-langkah dan menunjukkannya pada siswa
3) Produksi, siswa mendemontrasikan langkah-langkah dan kemudian mendiskusikan
hasilnya dengan guru.
4) Motivasi, presentasi hasil simulasi dan mendiskusikan hailnya.
b. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan membuat


siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Pada belajar
kooperatif, terdapat saling ketergantungan positif, saling membant dan saling memberikan
motivasi sehingga ada interaksi promotive, sedangkan pada belajar konvensional, guru saling
membiarkan adanya sswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada
kelompok.
Beberapa pendekatan dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a) Student Team Achievement Division (STAD)
b) Menghitung skor kelompok
c) Tim Ahli (Jigsaw)
d) Investigasi kelompok (Group Investigation)
e) Think Pair Share (TPS)

c. Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem Bsed Instruction)

Pengajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan


kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual; belajar berbagai
peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan
lan: ralistis sesuai kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat
inquiri siswa, Retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan memecahan masalah.
d. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan konsep yang menghubungkan antara materi


pelajaran dengan situasi siswa dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara

17
engetahuan yang dimilikinya dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran
kontekstual yakni: konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan dan
penilaian autentik.
e. Pembelajaran Diskusi Kelas

Diskusi kelas digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan


berkomunikasi siswa dan untuk meningkatkan semanat siswa terlibat di dalam pelajaran.
Tujuan pembelajaran diskusi kelas adalah untuk meningatkan cara berpikir siswa deham jalan
membantu siswa membangkitkan pemhaman isi pelajaran.
f. Strategi-Strategi Belajar
a) Strategi mengulang (rehearsal strategies)
Strategi dapat dikelompokkan atas yang sederhana dan kompleks. Startegi
sederhana dilakuka untuk menghapal sesuatu dalam jangka waktu pendek.
b) Strategi elaborasi
Elaborasi merupakan proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan
menjadi lebih bermakna, oleh karana itu membuat memori jangka pendek ke
memeori jangka Panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara
inormasi baru dengan apa yang diketahui.
c) Strategi organisasi
Hal ini dilakukan dengan pengelompokkan ulang ide-ide yang lebih kecil.
d) Strategi meta kognitif
Strategi ini berhubungan dengan pengetahuan siswa tentang dirinya sendiri dan
kemampuan mereka menggunakan strategi belajar dengan tepat.
g. Strategi PQ4R
a) Preview
b) Question
c) Read
d) Reflect
e) Recite
f) Review
h. Strategi Belajar Peta Konsep

Peta konsep adalah ilustrasi grafis konsep yang mengidentifikasikan bagaimana


sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsep-konsep lain pada kategori yang sama.

18
Bab 7
Motivasi Belajar
a. Konsep
Motivasi dalam bahasa latin disebut motivum. Artinya, alasan yang menyebabkan
sesuatu bergerak. Woolfolk (2007) menyebutkan bahwa motivasi adalah suatu keadaan
internal yang dapat membangkitkan semangat, mengarahkan dan memelihara suatu perilaku.
Motivasi pada dasarnya bermakna kontekstual, mempunyai intentitas arah. Karena itu
motivasi dapat dipahami dari motif yang memndasarinya. Misalnya, motif biologis, motif
kompetisi, motif yang dipelajari, motif berprestasi dan sebagianya.
b. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam belajar.
Wloodkowski (2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah dan ketahanan
perilaku siswa dalam belajar. Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah
goyah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama
motivasi belajar adalah kebutuhan, dorongan dan tujuan belajar.
c. Komponen-komponen motivasi belajar
Keller dalam Suciati (2001) mengemukakan empat komponen motivasi belajar yang
disebutnya sebagai model ARCS. Yaitu, Attention (perhatian), Relevansi, Confidence
(Kepercayaan diri), dan Satisfaction (kepuasaan).
1. Attention (perhatian) siswa terhadap pelajaran di sekolah muncul didorong oleh
rasa ingin tahu.
2. Relevansi, menunjukkan adanya hubungan materi pelajaran dengan kondisi siswa.
3. Confidence (percaya diri) yaitu perasaan mampu dalam diri siswa yang merupakan
potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan.
4. Satisfaction (Kepuasaan), Usaha belajar yang dilakukan siswa dipengaruhi
konsekuensi yang diterimanya. Konsekuensi yang sesuai dengan harapan akan
memberikan kepuasaan.

d. Pentingnya Motivasi Belajar


Belajar memberikan perubahan mental pada diri siswa. Bekerja menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi diri pelaku dan orang lain. Motivasi belajar dan bekerja merupakan
penggerak kemajuan masyarakat. Bagi siswa motivasi belajar ini penting sebagai upaya untuk
memberikan kesadaran diri tentang kedudukannya pada awal kegiatan belajar, pada proses

19
dan hasil akhir belajar. Motivasi belajar juga penting diketahui guru. Pengetahuan dan
pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru terutama dalam
membangkitkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.
Unsur-unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Beberapa unsur yang mempengaruhinya menurut Dimyanti (2002) adalah cita-cita
atau aspirasi siswa, kemampuan siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan siswa, unsur-unsur
dinamis dalam belajar dan pembelajaran serta upaya guru dalam membelajarkan siswa.
1. Cita-cita atau aspirasi siswa untuk menjadi seseorang (misalnya untuk menjadi
pemain bulu tangkis) akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan
perilaku belajar.
2. Unsur berikutnya yang mempengaruhi motivasi belajar adalah kemampuan siswa.
Keinginan seseorang siswa perlu dibarengi dengan kecakapan atau kemampuan
untuk mencapainya.
3. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi
belajar siswa.
4. Kondisi lingkungan siswa seperti keadaan alam, tempat tinggal, pergaulan sebaya
dan kehidupan kemasyarakatan, organisasi intra sekolah serta organisasi
kemasyarakatan yang di ikuti siswa juga mempengaruhi motivasi belajar siswa.
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Perasaan, perhatian,
kemauan, ingatan dan pikiran merupakan unsur-unsur dinamis di dalam diri siswa
yang akan mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
di sekolah maupun di luar sekolah memberi pengaruh terhadap motivasi belajar
siswa.

e. Penerapan Teori Motivasi Siswa dalam Pembelajaran


Motivasi adalah proses yang member semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Perilaku termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Beberapa
pendekatan tentang motivasi yang dapat diterapkan di dalam lingkungan sekolah yaitu sebgai
berikut :
a. Pendekatan Behavioral
b. Pendekatan Humanistis
c. Pendekatan Kognitif

20
d. Teori atribusi
e. Teori Ekspektansi x Nilai
f. Pandangan Sosiokultural
g. Teori Self Determination
h. Goal Setting Theory (teori tujuan)

BAB 8
DESAIN PEMBELJARAN
A. Konsep

1.Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan startegi sistematik dan tertata


untuk melaksanakan pembelajaran. Prosedur penyusunan rencana pembelajaran diawali
dengan aktivitas menetapkan saran perilaku, menganalisis tugas dan menyusun taksanomi
instruksional.
a. Menyusun taksonomi instruksional

Taksonomi Bloom terdiri dari tiga domain yaitu ognitif, afektif, dan psikomotor.
Taksonomi Bloom untuk domai kognitif, afektif dan psikomotor dapat digunakan untuk
merancang pembelajaran. Saat ini desain pengetahuan mengandung empat kategori yaitu:
1) Factual
2) Konseptual
3) Procedural
4) Metakognitif

Dalam pembaharuan proses kognitif terdapat enam kategori yang berada di dalam
kontinum yaitu :
1) Mengingat
2) Memahami
3) Mengaplikasikan
4) Menganalisa
5) Mengevaluasi
6) Mencipta

21
Pembelajaran terintegrasi karakter memasukkan nilai-nilai ke dalam pembelajaran.
Berikut ini contoh ”Klarifikasi Nilai” yang dapat dilakukan melalui pembelajaran
a. Bahasa dan Sastra
b. Kosa Kata (Bahasa Inggris)
c. Sejarah
d. Ilmu Sosial
e. Matematika
f. Biologi
g. Kimia
h. Fisika
i. Ekonomi Rumah Tangga

2. Pembelajaran Berpusat pada Guru

Pada pendekatan berpusat pada guru, pembelajaran didesain dalam pengajaran secara
langsung gruu kepada siswa. Pendekatan berpusat pada guru ini dilakukan dalam aktivitas
beberapa aktivitas yaitu :
1) Orientasi Materi Baru
2) Advance Organizer
3) Pengajaran, Penjelasan dan Demonstrasi
4) Bertanya dan Diskusi
5) Mastery learning
6) Pekerjaan Rumah

a. Pembelajaran Berpusat Pada Siswa

Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelara yang aktif dan reflektif. Hubungan
interpersonal dengan guru merupakan factor penting yang memperkuat motivasi dan prestasi
siswa.
b. Manajemen Kelas

Manajemen kelas merupakan aktivitas memberi perhatian pada kebutuhan siswa


untuk mengembangkan hubungan dan kesempatan menata diri agar efektif dalam
pembelajaran.
1) Manata ruang belajar

22
Ruang kelas dapat diatat sesuai dengan keperluan. Mendesai kelas perlu dilakukan
untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam mendesain kelas yaitu : mempertimbangkan jenis aktivitas yang akan dilakukan di
dalam kelas, memebuat rancangan denah susunan mobile dan perlengkapannya sebelum
menata kelas, libatkan siswa dalam perencanaan tata ruang dan hiasab kelas, mencoba
rancangan yang telah disusun dn dapat mengubahnya sesuai dengan keperluan.
2) Menciptakan suasana positif untuk pembelajaran

Suasana yang dimaksud disini adalah gaya yang digunakan guru dalam manajemen
aktivitas kelas secara efektif. Suasana kelas yag positif dapat diciptakan dengan menerpkan
gaya otoatif. Gaya ini berasal dari gaya parenting/pengasujhan orang tua.
c. Menciptakan Lingkungan yang positif untuk embelajaran

Gaya otoritatif. Guru yang otoratif melibatkan murid dalam kerja sama give and take
dan menunjukkan sikap perhatian kepda mereka.
Gaya otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitive. Murid dikelas yang
otoritarian cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif aktivitas, mengekspresikan
kekhawatiran tentang perbandingan social, dan memiliki keterampilan komunikasi yang
buruk.
Gaya permisif memberi banyak otonomi pada murid tetai tidak memberi banyak
dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan prilaku mereka.
d. Mengelola aktivitas kelas secara efektif

Jacob Kounin (1970) menyimpulkan bahwa guru yang efektif berbeda dengan guru
yang tidak efektif bukan dalam cara mereka merespons prilaku menyimpng murid, tetapi
berbeda dalam cara mereka mengelola aktivitas kelompok secara kompeten.
e. Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan dan produser
Membedakan aturan dan prosedur. Aturan focus pada ekspektasi umum atau spesifik
atau standar perilaku.Prosedur, atau routines juga berisi ekspektasi tentang perilaku namun
biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan,
bukan untuk melanggar perilaku tertentu atau menciptakan standar umum.
e. Mengajak murid untuk berbagi dan mengembangkan tanggung jawab

Beberapa pedoman untuk mengajak murid berbagi dan mengembangkan tanggung jawab di
kelas :
1. Libatkan murid dalam perencanaan dan implementasi inisiatif sekolah dan kelas

23
2. Dorong murid untuk menilai tindakan mereka sendiri
3. Jangan menerima dalih
4. Beri waktu agar murid mau menerima tanggung jawab.
f. Memberi hadiah terhadap perilaku yang tepat

Beberapa pedoman untuk menggunakan imbalan dalam mengelolakelas :


1. Memilih penguatan yang efektif
2. Gunakan promts dan shaping secara efektif
3. Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan untuk
mengontrol perilaku murid

g. Menjadi Komunikator yang baik

Tiga aspek utama dari komunikasi adalah keterampilan berbicara, mendengar dan
komunikasi nonverbal.
1. Keterampilan berbicara
- Menggunakan tata Bahasa dengan benar
- Memilih kosa kata yang mudah di pahami dan tepat bagi level grade murid
- Menerapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan murid dalam memahami
apa yang anada katakan.
- Berbicara dengan tempo yang tepat, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
- Tidak menyampaikan hal-hal yang kabur
- Menggunakan perencanaan dan pemikiran logis sebagai dasar untuk berbicara
secara jelas di kelas.
2. Keterampilan mendengar
Mendengar aktif berarti memberi perhatian penuh pada pembicara, memfokuskan diri
pada isi intelektual dan emosional dari pesan.
3. Berkomunikasi secara nonverbal
- Ekspresi wajah dan komunikasi mta
- Sentuhan
- Ruang
h. Menghadapi perilaku bermasalahan
Intervensi minor
- Gunakan isyarat nonverbal
- Terus lanjutkan aktifitas belajar
24
- Dekat murid
- Arahkan perilaku
- Beri instruksi yang dibutuhkan
- Suruh murid berhenti dengan nada tegas dan langsung
- Beri murid pilihan

Intervensi moderat
- Jangan beri aktivitas yang mereka inginkan
- Buat perjanjian behavioural
- Pisahkan atau keluarkan murid dari kelas
- Kenakan hukuman atau sanksi
i. Menggunakan sumber daya lain
- Mediasi teman sebaya
- Konfereni guru – orang tua
- Minta bantuan kepada kepaal sekolah atau konselor
- Cari mentor
j. Menghadapi Agresi

Perkelahian dan Bullyng. Mengejek wajah dan ucapan adalah bentuk bullyng sering
dipakai. Murid yang menjadi korban bullyng dapat merasa tersiksa baik itu dalam jangka
pendek maupun jangka Panjang. Bullyng dapat menimbulkan problem serius bagi pelaku
maupun korban.
Bab 9
Penilaian
a. Pengertian Penilaian
Menurut Astin (1993), mengemukakan penilaian merupakan suatu peoses
mengumpulkan informasi secara sistematik untuk membuat keptusan tentang individu.
Keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang diperoleh berdasarkan aturan tertentu.
Keterkaitan Penilai (Evaluation), Penilaian (Assessment), Pengukuran (Measurement),
dan Pengujian (Test)
Ada beberapa kata yang terkait dengan penilaian. Dua diantaranya paling sering
muncul, yaitu pengukuran (measurement) dan pengujian (test). Kata asesmen (assessment)
yang sering diartikan sebagai penilaian belakangan ini juga banyak digunakan. Dalam

25
pembelajaran keempatnya sering kali diartikan sama. Sebenarnya keempatnya mempunyai
arti yang berbeda.
Evaluasi dan pengukuran berkaitan dengan asesmen. Sehubungan dengan hal itu,
Popham (1975) menyatakan bahwa asesmen seringkali dimaksudkan sama dengan evaluasi,
yakni kata asesmen dianggap lebih ‘ramah’ dibandingka dengan evaluasi. Evaluasi berkaitan
dengan tes. Pernyataan tersebut sejalan dengan Fernandes (1984) yang mengemukakan
bahwa tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk menggambarka perilaku
seseorang dalam bentuk numerik atau kategori. Pengukuran (measurement) adalah penetapan
angka terhadap suatu objek. Suharismi (2003) menyatakan bahwa mengukur adalah proses
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran.
b. Pentingnya Penilaian Dalam Pembelajaran
Beberapa guru sering beranggapan bahwa penilaian hanya dilakukan di akhir
pembelajaran. Sebenarnya tidak lah demikian. Penilaian merupakan bagian integral dari
pembelajaran. Penilaian memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan bagian-bagian
lain dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang melaksanakan pembelajaran perlu
memiliki pemahaman yang benar tentang penilaian.
Pada saat guru meramu materi pelajaran, evaluasi juga dilakukan. Apakah materi yang
akan diberikan tersebut bermanfaat dalam pembentukan kemampuan peserta didik seperti
dalam rumusan tujuan pembelajaran. Pada saat merancang evaluasi yang akan digunakan
untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran perlu dipertanyakan apakah
evaluasi yang digunakan benar-benar dapat mengungkap ketercapaian tujuan.
c. TES
Tes merupakan suatu proses pemberian pertanyaan atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat dan atribut pendidikan atau
gambaran psikologik yang dalam setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai
jawaban atau ketentuan yang dianggap benar atau salah.
d. Bentuk Tes
Tes dapat dikelompokkan berdasarkan bentuknya. Asmawi dan Noehi (1997)
mengelompokkan tes berdasarkan bentuk, tipe, dan ragam. Berdasarkan bentuknya, ada tes
uraian (essay test) dan objektif (objective test). Bila dilihat dari tipe tes, tes uraian terdiri dari
tes uraian terbatas (restricted essay), dan tes uraian bebas (extended test). Bentuk tes objektif
menurut tipenya terdiri dari tes benar-salah (true-false), tes menjodohkan (matching) dan tes
pilihan ganda (multiple choice).

26
e. Pengembangan Tes Hasil Belajar
Perencanaan tes menduduki posisi penting dalam rangka menghasilakan tes yang
dipertanggungjawabkan. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes, yaitu
1) pengambilan sampel dan pemilihan butir, 2) tipe tes yang digunakan, 3) aspek yang akan
di uji, 4) jumlah butir, 5) distribusi tingkat kesukaran.
f. Penentuan Nilai
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan nilai hasil belajar. Dua
pendekatan yang dimaksud terdiri dari penilaian acuan norma disingkat PAN (Norm-
Referenced Instruments) dan penilaian acuan patokan disingkat PAP (Criterion-referenced
Instruments).
Penilaian acuan norma adalah kriteria yang disusun berdasarkan proses standarisasi
instrumen melalui sekumpulan data yang diperoleh dari sampel sasaran instrumen dengan
menggunakan instrumen itu sendiri. Kriteria dengan acuan patokan adalah kriteria yang
ditetapkan berdasarkan proses standarisasi atau tidak sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
evaluasi.
g. NON TES
Pendekatan non tes digunakan juga dalam evaluasi dan asesmen pembelajaran. Ada
beberapa metode non tes yang sering digunakan guru, yaitu metode observasi dengan
menggunakan berbagai pencatatan, angket, dan wawancara.

27
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Setiap Buku

1. Pembahasan Buku Utama (Buku Prof.Dr. Sri Milfaytty,S.Psi., MS.Kons, Psikologi


Pendidikan )

Didalam buku ini mendidik perlu diletakkan pada landasan filosofi pendidikan yang
benar, kuat dan bermakna besar. Keberhasilan pendidikan di tandai dengan kualitas manusia
terdidik yaitu tidak hanya mengetahui yang benar tetapi juga bertindak mulia. Semua orang
harus bertanggung jawab membuat lintasan menuju masa depan dirinya sendiri dan secara
kolektif bersama orang lain untuk masa depan bangsa dan seluruh umat manusia.

Belajar adalah inti dari pendidikan. Seseorang pendidik dianggap efektif dalam
mendidik jika menguasai materi pelajaran, menggunakan strategi pembelajaran yang
efektif,punya keahlian dalam bidang perencanaan dan penentu tujuan, manajemen kelas,
motivasi,komunikasi,bekerja dengan kelompok etnis dan cultural yang berbeda.

2. Pembahasan Buku Pembanding I (Buku Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S,
Ph.D. Psikologi pendidikan)

Didalam buku ini membahas tentang “ Proses Pendidikan ”. Cara pendekatan yang
dipakai pada buku ini adalah operasional, cara ini di tempuh dengan maksud supaya sebagai
ilmu pengetahuan ilmiah, psikologi pendidikan benar-benar memenuhi fungsinya.
Sesuai dengan dasar pandangan bahwa pada hakikatnya pendidikan itu berlangsung
sepanjang hidup manusia ( life long education), maka persoalan psikologis yang
bersangkutan dengan pendidikan luas sekali. Seperti di jelaskan di atas isi buku ini bersifat
merangkum, mencakup hampir semua persoalan psikologis di dalam praktik pendidikan.
Pada setiap akhir penyajian mengenai praktik suatu unit disertakan catatan praktis, di
pandang dari segi praktik pendidikan. Beberapa catatan praktis
a) Aktivitas yang di dorong oleh motif intrinsic ternyata lebih sukses dari pada
yang di dorong oleh motif ekstrinsik, karena itu alangkah baiknya kalau dapat
ditimbulkan seluas mungkin motif instrinsik itu pada anak-anak didik kita
b) Persaingan yang sehat, baik antar individu maupun antar kelompok, dapat
meningkatkan motif untuk bekerja.

28
c) Diskusi yang terbimbing mengenai aspirasi yang di khendaki juga sangat baik
untuk perkembangan motif itu

3. Pembahasan Buku Pembanding II ( Buku Dr. Muhibbin Syah, M.Ed. Psikologi


Pendidikan dengan Pendekatan Baru )
Didalam buku ini membahas teori psikologi pendekatan dan daftar model dan table.
Kandungan pokok buku ini terdiri atas dua macam, yakni : 1) hal belajar dan 2) hal mengajar.
Hal-hal pokok tersebut di jadikan pembahasan untuk mengingat peranannya yang vital dalam
proses pengajaran yang baik dalam satuan pendidikan sekolah maupun satuan pendidikan
luar sekolah..
Pembahasan mengenai hal belajar di hubungkan langsung dengan kegiatan siswa saat
melakukan proses belajar (tahapan prilaku mempelajari materi) baik di lingkungan sekolah
ataupun di linkungan luar sekolah.
Dalam buku ini, pembahasan mengenai belajar dan mengajar dengan segalah bentuk
dan manifestasinya di lakukan dengan aplikasi pendekatan kognitif. Artinya, setiap topic
bahasan mengenai belajar dan mengajar yang melibatkan siswa dan guru itu sebagian
besartidak seluruh nya di uraikan berdasarkan teori-teori dan temuan-temuan riset psikologi
kognitif.

Kelebihan dan Kelemahan Buku


1. Kelebihan dan Kelemahan Buku Utama
Kelebihan dari buku utama :
1. Buku ini menulis rangkuman di setiap akhiran chapternya, yang mempermudah
peserta didik memahami isi buku tanpa harus membaca keseluruhan isi buku.
2. Buku tersebut menjelaskan secara rinci dan detail setiap babnya sesuai dengan topik
yang tertera didalam buku.
3. Buku ini sangat baik untuk dibaca terutama untuk jurusan psikologi dan untuk calon
guru karena didalam buku tersebut bias membantu kita untuk mengetahui tumbuh dan
berkembangnya peserta didik.
4. Buku tersebut memuat beberapa contoh –contoh yang jelas sehingga pembaca lebih
mudah untuk mengerti.

29
Kelemahan dari buku utama :

1. Pada buku pertama cover yang digunakan tidak bagus.


2. buku tersebut ada beberapa kalimat yang berbelit-belit da nada kata-kata asing yang
sulit dipahami.
3. Sistematika pada buku diktat ada beberapa kata yang kurang seperti kata seseorang
ditulis seserng dll.
4. Pada buku ini sedikit membahas mengenai psikologi belajar pada anak dan remaja.
5. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding I
Kelebihan dari buku pembanding I :
1. Dari segi cover sudah sangat menarik karena perpaduan warna yang sesuai dan
sampul bergambar yang sangat sesuai dengan isi materi yang di bahas.
2. Pembahasan yang cukup detail di setiap teori–teori psikologi yang ditampilkan.
Ditambah ada bagan dan skema yang menjelaskan dan membantu pemahaman
pembaca agar mudah membayangkan keterhubungan faktor dalam teori–teori yang
dijelaskan.
3. Tulisan dengan jarak spasi yang pas antar barisnya membuat nyaman dibaca
meskipun ukuran font bisa dibilang agak kecil (sekitar 10 pt). Dalam tiap teori juga
dijelaskan sekilas tentang konteks lahirnya teori atau bagaimana background ilmuan
yang menghasilkan teori tersebut sehingga pembaca sedikit banyak bisa mengaitkan
mengapa kecenderungan teori psikologinya mengarah pada pandangan–pandangan
tertentu
Kelemahan buku pembanding I :
1. Isi dalam buku ini sangatlah lengkap dan menyeluruh namun bahasa yang digunakan
dalam buku ini sangatlah tinggi, sehingga calon pendidik kurang bisa memahami isi
yang terkandung dalam buku tersebut.
2. dari buku ini terletak pada diksi dan kalimatnya. Sebagai orang awam psikologi perlu
2 kali bahkan lebih untuk membaca agar bisa memahami maksud lembar per
lembarnya. Selain itu, tidak adanya footnote pada penjelasan tentu menjadi nilai
minus tersendiri sehingga buku yang harusnya bisa lebih bernilai tinggi
keilmiahannya di bidang akademik, menjadi sedikit berkurang. Akan lebih baik lagi
jika dalam buku ini menunjukkan skema makro perkembangan teori–teori psikologi
kepribadian dari masa ke masa sehingga pembaca bisa memahami lebih integral dan
menambah wawasan tentang perkembangan teori psikologi kepribadian. Bisa juga

30
ditambahkan skema yang merangkum aliran–aliran teori psikologi kepribadian. Tentu
ini akan memudahkan pembaca juga. Di samping itu, jika ada ulasan perbandingan
antar teori pasti akan lebih bagus lagi.
3. Ditambah sedikit penjelasan tentang penerapan teori ini dalam kehidupan sehari–hari
akan menjadikan buku ini lebih aplikatif untuk dipelajari. Porsi penjelasan yang
dominan teoritik dan kurangnya contoh, membuat pembaca akan sulit
mengabstraksikan bagaimana realitas teori tersebut dalam dunia nyata.
6. Kelebihan dan Kelemahan Buku Pembanding II
Kelebihan dari buku pembanding II :
1. Cover pada buku pembanding memiliki cover yang berwarna kuning. Cover pada
buku ini cukup simpel tetapi tetap memiliki kesan menarik saat melihat covernya.
Memasukkan sedikit ilustrasi pada sampul bagian depan membuat buku terlihat
menarik.
2. Jika dibandingkan dengan buku utama yang jauh lebih dulu diterbitkan disbanding
buku pembanding , tentu saja Bahasa yang digunakan pada buku pembanding sudah
disesuaikan pada zaman sekarang. Bahasa pada buku pembanding cenderung baku
namun mudan untuk dipahami pembaca.
3. Buku pembanding isi cukup bagus dan cukup mudah dipahami, jika dibandingkan
dengan buku utama tentu saja buku ini lebih direkomendasikan untuk dibaca Karena
Bahasa yang mudah dimengerti dan bahasan dalam buku ini tidak terlalu berat.

Kelemahan dari buku pembanding II :

1. Kelemahan buku ini terletak pada sampulnya yang masih terlihat terlalu simple
2. Meskipun penggunaan Bahasa pada buku ini sudah diakatakan cukup baik , akan
tetapi masih saja ada bagian atau kata istilah yang dirasa kurang dimengerti pembaca
yang dapat menyulitkan pembaca dalam memahami maksud tulisan tersebut.
3. Meskipun begitu masih saja terdapat kata-kata ataupun istilah yang sulit untuk
dimengerti oleh pembaca.

31
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus
mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan. Hubungan antara teoritis dan praktis memiliki keterkaitan dan
tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seharusnya berlandaskan pada teori pendidikan.
Demikian pula, teori-teori pendidikan seharusnya bercermin dari praktik pendidikan.
Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan.
Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik
pendidikan.
SARAN
Dalam penulisan makalah critical book report ini, penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan senantiasa penyusunan nanti dalam upaya evaluasi. Penulis
berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaannya penulisan dan penyusunan manakalah ini
adalah ditemukan sesuatu yang bermanfaat atau bahkan hikmah dari penulis, pembaca, dan
bagi seluruh Universitas Negeri Medan. Sehingga teori-teori psikologi belajar bisa menjadi
patokan dan dapat di aplikasikan ketika kita melakukan proses belajar mengajar kelak.

32
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr. Sri Milfayetty,S.Psi., MS.Kons “Psikologi Pendidikan”2018
Drs. Sumadi Suryabrata, B.A., M.A., Ed.S., Ph.D. “Psikologi pendidikan” 2013
Dr. Muhibbin Syah, M.Ed “Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru” 2010

33

Anda mungkin juga menyukai