Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MINI RISET

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam

Mata Kuliah Desain Pembelajaran

Disusun Oleh:

Nama : IHSAN (5191122016)

Prodi :Pendidikan Teknik Otomotif

Dosen pengampu : Dr.Erma Yulia,M.Pd

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGHANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Berkatdan Karunia-
Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Mini Riset desain pembelajaran
ini .Adapun makalah ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karenaitu dengan lapang dada dan
tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah Mini Riset ini.

Medan,8 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


DAFTAR ISI ......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan......................................................................................................................
C. Manfaat....................................................................................................................
BAB II ISI
A. Kajian Teori………………………………………………………………………
B. Pembahasan………………………………………………………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan/kompetensi, materi,
metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih atau menentukan model pembelajaran. Berkenaan dengan model pembelajaran,
makalah ini akan menjelaskan pembaca untuk memahami berbagai hal yang terkait dengan
model pembelajaran, macam-macam model pembelajaran, dan model pembelajaran yang efektif.
Keanekaragaman model pembelajaran yang hendak di sampaikan pada makalah ini merupakan
upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak
disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik
peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrsah Ibtidaiyah (MI). Ini berarti tidak
ada model pembelajaran yang paling baik, atau model pembelajaran yang satu lebih baik dari
model pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu
model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yang
hendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengelola
dan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.

B.Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran


2. Untuk mengetahui macam-macam model pembelajaran
3. Untuk mengetahui model pembelajaran yang efektif

C. Manfaat

1.Menambah pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran


2. Dapat dipertimbangkan sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai model pembelajaran
3. Memberikan gambaran kepada guru dalam merancang pembelajaran
BAB II
ISI

A.Kajian Teori

A. Pengertian Efetivitas

Efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan
yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efetivitas menurut Moore
D.Kenneth Dalam Moh Syarif (2015:1) efektivitas suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai, atau makn besar presentase target yang
dicapai, makin tinggi efektivitasnya.Pada kegiatan mengajar terkandung kemampuan
menganalisis kebtuhan siswa, mengambil putusan apa yang harusdilakukan , merancang
pembelajaran yang efektif dan efisien,mengaktifkan siswa melalui motifasi eksrinstik dan
ntrinsik,mengevaluasi hasil belajar, serta merevisi pembelajaran berikutnya agar lebih efektif
guna meningkatkan prestasi belajar siswa.

Pengertian efektivitas tersebut dapat disimpulkan bahwa


efektivitas merupakan suatu ukuran ang menyatakan seberapa jauh target (kuantias, kualitas dan
waktu) yang telah tercapai oleh manajmen,yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih
dahulu. Hal ini dapat di padankan dalam pembelajaran seberapa jauh tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan dapat dicapai dengan capaian kuantitas, kualitas dan waktu. Dalam konteks
kegiatan pembelajaran perlu dipertimbangkan efektivitas artinya sejauhmana tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai sesuai harapan.

B. Ciri-ciri Efektivitas

Menurut Harry Firman (1987) menyatakan bahwa keefektifan program pembelajaran


ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan


2) Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga
menunjang pencapaian tujuan instruksional
3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.Berdasarkan ciri program
pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak
hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi
proses dan sarana penunjang.
C. Kriteria efektivitas

Menurut Susanto (2007) menerangkan bahwa efektivitas metode pembelajaran


merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran.Keefektifan dapat diukur dengan melihat minat siswa terhadap kegiatan
pembelajaran. Jika siswa tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, maka tidak dapat
diharapkan ia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari materi pelajaran. Sebaliknya, jika
siswa belajar sesuai dengan minatnya, maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik.
Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat
keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu
pada :

1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 %


dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.
2) Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara
statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman
awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).
3) Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila
setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang
menyenangkan Jadi ketuntasan belajar diartikan sebagai pendekatan dalam
pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik dalam menguasai secara tuntas seluruh
standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan. Ketuntasan belajar
dapat dilihat secara perorangan maupun kelompok.

Model Pembelajaran

a. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran merupakan rencana yang digunakan oleh guru sebagai acuan dalam
melaksanakan pembelajaran. Dalam memperdalam pengertian model pembelajaran, berikut
pengertian model pembelajaran menurut ahli:

1) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan fungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang
dan melaksanakan akivitas belajar mengajar (Udin Saripudin Winataputra,1997:78).

2) Agus Suprijono (2012: 46) mengemukakan bahwa,“pengertian model pembelajaran ialah pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial”.
Definisi tersebut berarti bahwa model pembelajaran merupakan pola yang digunakan guru
sebagai pedoman dalam merencanakan serta melaksanakan pembelajran didalam kelas.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dikembangkan dari
adanya perbedaan karakteristik siswa yang bervariasi.
b. Jenis-jenis model pembelajaran

Proses pembelajaran dibutuhkan model pembelajaran yang bisa digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Dengan model pembelajaran yang tepat akan mempermudah mencapai
tujuan belajar tersebut. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan agar tujuan dari
pembelajaran tersebut dapat tercapai, Suprijono (2013: 46-68) memaparkan beberapa model
pembelajaran yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Model pembelajaran kooperatif


Model Pembelajaran Kooperatif merupakan model pengajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan
pembelajaran.

2) Model pembelajaran berbasis masalah


Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang
diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan
untyuk mengahadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitasnya ada. Pembelajaran berbasis
masalah siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta didorong untuk
menemukan pemecahan masalah dan solusi dari suatu masalah yang diberikan guru. Oleh karena
itu, model pembelajaran berbasis masalah dapat memotivasi siswa dalam memcahkan
masalah, mengembangkan kemampuan menganalisis,pengelolaan informasi, serta membantu
siswa dalam penguasaan pengetahuan yang telah disusun dengan baik.

3) Model pembelajaran langsung


Pembelajaran langsung merupakan gaya mengajar dimanaguru terlibat aktif dalam mengusung
isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas.
Pembelajaran ini menekankan belajar sebagaiperubahan tingkah laku. Pendekatan dalam model
pembelajaran ini adalah modeling yang berartimendemostrasikan suatu prosedur kepada peserta
didik. Dalammodel pembelajaran ini siswa hanya perlu mengingatinformasi yang disampaikan
atau perilaku yang telahdicontohkan oleh guru kemudian siswa menirukan. Oleh sebab itu,
pembelajaran langsung memang dipergunakan dalampenguasaan pengetahuan yang telah disusun
dengan baik sertapenguasaan keterampilan.

4) Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)


Model Missouri Mathematics Project ( MMP ) merupakansuatu program yang di desain untuk
membantu guru dalam halefektivitas penggunaan latihan – latihan agar siswa mencapai
peningkatan yang luar biasa. Latihan – latihan yang dimaksudyaitu lembar tugas proyek, dimana
pada saat kegiatan belajar mengajar guru memberikan tugas proyek kepada siswa agarsiswa
dapat mengerjakan soal – soal tersebut dengan tujuanuntuk membantu siswa agar lebih mudah
memahami materiyang dijelaskan oleh Guru.
Model Jigsaw
a. Pengertian model jigsaw

Model pembelajaran jigsaw adalah sebuah modelpembelajaran kooperatif yang menitik


kepada kerja kelompoksiawa dalam bentuk kelompok kecil, Menurut Arends, 1997
dalambukunya Yamin,2013 mengatakan bahwa pembelajarankooperatif tipe jigsaw adalah suatu
tipe pembelajaran kooperatifyang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar danmampu mengajarkan materi
tersebut kepada anggota lain dalamkelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif di mana peserta didikbelajar dan berkelompok kecil
yang terdiri dari 4-6 orang secaraheterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif
danbertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan
menyampaikan materi tersebut kepada anggotakelompok yang lain.

b. Ciri-ciri model pembelajaran jigsaw


Menurut Sugiyanto, dkk (2014) Ciri-ciri dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dinyatakan antara lain bahwa :

1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

3) Bilamana mungkin, anggota kelompok, berasal dari ras,budaya, suku, jenis kelaminyang
berbeda-beda.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok ketimbang kepada individu.

c. Langkah-langkah pembelajaran model jigsaw

Menurut Yamin, 2013 langkah-langkah dalam penerapan teknik jigsaw adalah sebagai berikut:

1) Pembelajar membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok,dengan setiap kelompok terdiri
4-6 peserta didik dengankemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok
asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikandengan jumlah bagian materi serta
didikan yang akan dipelajaripesera didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap peserta didik diberi tugasmempelajari salah satu bagian
meteri pembelajaran tersebut.Semua pesera didik dengan materi pembelajaran yang sama
belajar sama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli(Counterpart Group). Dalam
kelompok ahli, peserta didikmendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta
menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepadatemannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal inioleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). Misal
suatu kelas dengan jumlah 40 peserta didik dan materipembelajaran yang akan dicapai sesuai
dengan tujuanpembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 peserta didik akan terdapat 5 kelompok ahli yangberanggotakan 8 peserta didik dan
8 kelompok asal yang terdiri dari 5 peserta didik. Setiap anggota kelompok ahli akan
kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah
diperoleh atau dipelajari daalm kelompok ahli. Pembelajarmemfasilitasi diskusi kelompok baik
yang ada pada kelompokahli maupun kelompok asal.

2) Setelah peserta didik berdiskusi dalam kelompok ahli maupunkelompok asal, selanjutnya
dilakukan presentasi masing14masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telahdilakukan agar pembelajar dapat
menyampaikan persepsi padamateri pembelajaran yang telah didiskusikan.

3) Pembelajar memberikan kuis untuk peserta didik secaraindividual

4) Pembelajar memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan


perolehan nilai peningkatanhasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

5) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapabagian materi pembelajaran.

6) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untukbelajar materi baru maka perlu
dipersiapkan suatu tuntunan danisi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran jigsaw

1) Kelebihan pembelajaran tipe jigsaw

a) Lebih mudah menemukan dan memakai konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan teman-temanya.

b) Melalui diskusi akan terjadi komunikasi karena siswa saling,berbagi ide atau pendapat.

c) Melalui diskusi akan terjadi elaborasi kognitif yangbaik,sehingga meningkatkan daya nalar,
keterlibatan siswadalam situasi pembelajaran memberikan kesempatan kepadasiswa untuk
mengungkapkan pendapatnya.

d) Dengan model pembelajaran tipe jigsaw akan membantu mereka untuk meaksanakan
kurikulum atau kegiatan belajar mengajar secara efisien dan efektif.

e) Meningkatkan rasa tanggung jawab siswa tehadap pembelajaranya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain.

f) Siswa tidak hanya mempelajari materi yang di berikan dantetapi mereka harus siap
memberikan dan mengajarkanmateri tersebut pada anggota kelompok yang
lain.meningkatkan kerja sama kooperatif untuk mempelajari materi ang di tugaskan.

2) Kekurangan model pembelajaran jigsaw


a) Prinsip utama pembelajaran ini adalah peer teaching pembelajaran oleh teman sendiri, ini
akan menjdi kendala, karena perbedaan persepsi memahami konsep yang akan
didiskusikan bersama siswa lain.
b) Tidak semua siswa mempunyai percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi kepada
temanya.

c) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini di
tetapkan.

d) Data siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sedah dimiliki oleh guru, dan
butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe masing-masing siswa.

e) Model pembelajaran ini sulit diterapkan pada kelas yang memiliki siswa banyak(>40).

Metode-Metode Proses Pembelajaran

1. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Menurut Wahyu Bagja Sulfemi Dalam pelaksanaan Penelitian yang terdapat dua siklus.
Siklus pertama merupakan perbaiakan dari pembelajaran awal (prasiklus), dimana hasil belajar
peserta didik belum sesuai apa yang diharapkan. Sedangkan pada siklus kedua merupakan
perbaikan dari siklus pertama untuk meingkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik
sehingga sesuai yang diharapkan. Metode ini meningkatnya hal-hal sebagai berikut 1)
Penggunaan medel pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan teknik
pembelajaran yang bervariasi 4 Efektif yang sesuai secara maksimal sehingga peserta didik
tidak mengalami kesulitan dan hasil belajar dapat diperoleh secara maksimal, 2) Penggunakan
media pembelajaran dengan media miniatur lingkungan alam yang sesuai secara maksimal
sehingga terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif, dan menyenangkan bagi peserta
didik, 3) pemberian motivasi pada saat pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik tertarik
pada pelajaran, 4) pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya dan melibatkan
peserta didik dalam materi, dan 5) berikan reward dan umpan balik secara langsung selama
pembelajaran, sehingga peserta didik aktif

2. Metode pembelajaran Missouri Mathematics Project

Metode ini memberikan masukan terhadap perbaikan pelaksanaan pembelajaran dengan


cara melakukan pengamatan langsung diluar kelas atau biasa juga di sebut observasi penelitian
melaksanakan refleksi pada proses belajar mengajar diluar kelas untuk dapat berinteraksi
langsung dengan objek agar peserta didik dapat memahami maksud dari materi yang di
sampaikan pada saat pembelajaran di dalam kelas.
3. Metode pembelajaran Demontrasi Dan Media Audio Visual

Metode ini berhubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya dan
penelitian, dalam metode ini siswa dituntut untuk bisa memahami media audio visual yang
disampaikan oleh pendidik saat proses pembelajaran peserta didik wajib mengikuti perbaikan
pembelajaran penggunaan metode demokrasi terlebih dahulu dan pemberian tugas dengan
bantuan media audio visual, ada perubahan yang signifikan dalam proses maupun hasil belajar
peserta didik. Setelah diberi evaluasi.

4. Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping

Pada metode ini siswa berperan aktif untuk lebih memperdalam tentang mengekspor dan
mengimpor hasil yang telah di peroleh dalam sebuah proses pembelajaran yang telah di
laksanakan terutama pada nilai-nilai peserta didik yang kurang dari KKM yang telah di tetapkan
maka peserta didik harus melakukan observasi kembali untuk memperbaiki nilai yang kurang
tersebut. 5

5. Model Pembelajaran Discovery Learning

Yaitu model pembelajaran yang memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik agar
peserts didik dapat berfikir lebih tinggi kritis dan kreatif agar banyak mendapat pengetahuan
yang bermakna dalam kehidupan yang dekat dengan kehidupan nyatanya dan dapat merubah
prilaku seorang peserta didik menjadi lebih baik

Pembelajaran

a. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran adalah merupakan proses yang diperlukan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan untuk diterapkan kepada siswa.Pembelajaran menurut Lefrancois dalam bukunya
Yamin,2013 merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu
situasi belajar dalam rangka memudahkan pemelajar belajar,menyimpan (kekuatan mengingat
informasi), atau mentranfer pengetahuan dan keterampilan.Didi Supriadie (2012 : 9)
Pembelajaran atau intruksional dalah suatu konsepsi dari dua dimensi kegiatan (belajar dan
mengajar) yang harus direncanakan dan diaktualisasikan, serta diarahkan pada pencapaian tujuan
atau penguasaan sejumlah kompetensi dan indikatornya sebagai gambaran hasil belajar.
Persoalannya adalah bagaimana agar peserta didik melakukan kegiatan belajar secara optimal,
sehingga dapat mencapai tujuandan menguasai kompetensi. Konsep pembelajaran (Syaiful
Sagala 2005 : 9) dalam suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau
menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

b. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi
siswa stelah mengikuti kegiatan pembelajaran.Tujuan tersebut dirumuskan dalam bentuk
pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang menarik untuk di garis bawahi yaitu
dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus
diwujutkan dalam bentuk tetulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan
pembelajaran seyogyanya harus dibuat secara tertulis (written plan) Upaya merumuskan tujuan
pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana syaodih
sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan
pembelajaran, yaitu

1) Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa,


sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih mandiri.

2) Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.

3) Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran.

4) Memudahkan guru mengadakan penilaian.

c. Komponen-komponen yang mempengaruhi kualitas pembelajaran


Menurut Yamin (2013), dalam peningkatan kualitas pembelajaran, maka kita harus
memperhatikan beberapa komponen yang mempengaruhi pembelajaran, komponen-komponen
tersebut, adalah sebagai berikut:

1) Peserta didik, meliputi lingkungan/lingkungan sosial ekonomi,budaya dan geografis,


intelegensi, kepribadian, bakat danminat.

2) Pembelajar, meliputi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, beban mengajar, kondisi
ekonomi, motivasi kerja,komitmen terhadap tugas, disiplin dan kreatif.

3) Kurikulum, menurut Hamid (2012) kurikulum meliputi seperangkat kegiatan pembelajaran,


filosofi tujuan seluruh mata pelajaran, pengalaman yang digali dari aktivitas di dalam kelas, luar
kelas, dan pada kehidupan masyarakat yang luas.

4) Sarana dan prasarana pendidikan, meliputi alat peraga/alat praktik, laboratorium,


perpustakaan, ruang keterampilan, ruang bimbingan konseling , ruang UKS dan ruang serba
guna.

5) Pengelolaan sekolah, meliputi pengelolaan kelas, pengelolaan pembelajar, pengelolaan peserta


didik, sarana dan prasarana,peningkatan tata tertib/disiplin, dan kepemimpinan

6) Pengelolaan proses pembelajar, meliputi penampilan pembelajar, penguasaan


materi/kurikulum, penggunaan metode atau strategi pembelajaran, dan pemanfaatan fasilitas
pembelajaran.

7) Pengelolaan dana, meliputi perencanaan anggran (RAPBS), sumber dana, penggunaan dana,
laporan dan pengawasan.
8) Monitoring dan evaluasi, meliputi Kepala Sekolah sebagaisupervisor di sekolahnya, pengawas
sekolah dan komite sekolah sebagai supervisor.

9) Kemitraan. Meliputi hubungan sekolah dengan instansi pemerintah, hubungan dengan dunia
usaha dan tokoh masyarakat, dan lembaga pendidikan lainnya.

Model Pembelajaran Afektif


Pembelajaran afektif adalah pembelajaran yang mengarah pada emosi, suasana hati, dan
perasaan yang nampak melalui minat, sikap, nilai, apresiasi, dan penyesuaian.
Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran pembentukan sikap, sebagai berikut:
1. Model Konsiderasi
Model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk
kepribadian. Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian
terhadap orang lain. Implementasi model konsiderensi guru dapat mengikuti tahapan
pembelajaran seperti di bawah ini.
a. Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya yang
tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut, misalnya perasaan,
kebutuhan, dan kepentingan orang lain.
c. Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang dihadapinya.
d. Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori dari setiap
respons yang diberikan siswa.
e. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat dari setiap tindakan yang diusulkan siswa.
Dalam tahapan ini siswa diajak berpikir tentang segala kemungkinan yang akan timbul
sehubungan dengan tindakannya.
f. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang
(interdisipliner) untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu
dengan nilai yang dimilikinya.
g. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan
pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
2. Model Pengembangan Kognitif
Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkatan, dan setiap tingkat
terdiri dari 2 tahap, sebagai berikut:
a. Tingkat Prakonvensional
Pada tingkatan ini setiap individu memandang moral didasarkan pada pandangannya
secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat.
Pada tingkat prakonvensional ini terdiri atas dua tahap yaitu:
1) Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan
Anak hanya berpikir bahwa perilaku yang benar itu adalah perilaku yang tidak akan
mengakibatkan hukuman. Dengan demikian, setiap peraturan harus dipatuhi agar tidak
menimbulkan konsekuensi negatif.
2) Tahap orientasi instrumental-relatif
Pada tahap ini perilaku anak didasarkan kepada rasa ”adil” berdasarkan aturan
permainan yang telah disepakati.
b. Tingkatan Konvensional
Pada tingkat ini anak mendekati masalah didasarkan pada hubungan individu-
masyarakat. Pada tahap ini mempunyai 2 tahap sebagai kelanjutan dari tahap yang ada
pada tingkat prakonvernsional, yaitu:
1) Keselarasan interpersonal
Pada tahap ini ditandai dengan setiap perilaku yang ditampilkan individu didorong
oleh keinginan untuk memenuhi harapan orang lain.
2) Sistem sosial dan kata hati
Pada tahap ini perilaku individu bukan didasarkan pada dorongan untuk memenuhi
harapan orang lain yang dihormatinya, akan tetapai didasarkan pada tuntutan dan
harapan masyarakat.
c. Tingkat Postkonvensional
Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-
norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan
nilai-nilai yang dimilikinya secara individu. Seperti tingkat sebelumnya tingkat ini juga
terdiri dari dua tahap yaitu:
1) Tahap kontra social
Pada tahap ini perilaku individu didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang diakui
oleh masyarakat. Kesadaran individu untuk berperilaku tumbuh karena kesadaran
untuk menerpakan prinsip-prinsip sosial.
2) Tahap prinsip etis yang universal
Pada tahap terakhir, perilaku manusia didasarkan pada prinsip universal. Segala
macam tindakan bukan hanya didasarkan sebagai kontrak sosial yang harus dipatuhi,
akan tetapi didasarkan pada suatu kewajiban sebagai manusia.
3. Teknik Mengklarifikasi Nilai
Tehnik mengklarifikasi nilai (Value Clarification Technique) atau sering disingkat VCT
dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencapai dan
menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. John Jarolimek menjelaskan
langkah pembelajaran dengan VCT dalam 7 tahap yang dibagi ke dalam 3 tingkatan. Setiap
tahapan dijelaskan di bawah ini.
1) Kebebasan memilih. Pada tingkatan ini terdiri dari 3 tahap, yaitu:
a) Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentuan pilihan yang menurutnya
baik. Nilai yang dipaksakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh.
b) Memilih dari beberapa alternatif. Artinya, untuk menentukan pilihan dari beberapa
alternatif pilihan secara bebas.
c) Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang timbul sebagai
akibat pilihannya.
2) Menghargai. Terdiri atas 2 tahapan pembelajaran sebagai lanjutan dari
tingkat yang sebelumnya, yaitu:
a) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga
nilai tersebut akan menjadi bagian integral dari dirinya.
b) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum.
Artinya, bila kita menganggap nilai itu suatu pilihan, maka kita akan berani dengan
penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain.
3) Berbuat. Terdiri atas dua tahapan, yaitu:
a) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya. Artinya, nilai yang menjadi pilihan itu harus
tercermin dalam kehidupannya sehari-hari

B.Pembahasan

A. Obyek Riset
Riset kali ini tentang model pembelajaran yang efektif yang ada pada buku dan jurnal

C.Desain Riset
Desain riset kali ini terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencari sumber buku atau jurnal terlebih dahulu sebelum memulai riset
2. Memahami materi model pembelajaran yang efektif pada buku&jurnal
3. Membuat laporan hasil Riset
4. Mempresentasikan hasil Laporan.
Hasil Riset
Hasil dari riset yang saya dapatkan dari buku&jurnal adalah:

1.Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan/kompetensi, materi,
metode, dan evaluasi
2.Model pembelajaran merupakan rencana yang digunakan oleh guru sebagai acuan dalam
melaksanakan pembelajaran
3.Ada banyak.Jenis-jenis model pembelajaran seperti:

-Model pembelajaran kooperatif


-Model pembelajaran berbasis masalah
-Model pembelajaran langsung
-Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

4.Model Pembelajaran Afektif merupakan pembelajaran yang mengarah pada emosi, suasana
hati, dan perasaan yang nampak melalui minat, sikap, nilai, apresiasi, dan penyesuaian.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran pembentukan sikap, sebagai berikut:

Model Konsiderasi

Model Pengembangan Kognitif

Teknik Mengklarifikasi Nilai


BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dari hasil riset model pembelajaran yang efektif yang saya dapatkan dari
buku&jurnal, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan/kompetensi, materi,
metode, dan evaluasi
Efektivitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang
terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efetivitas menurut Moore
D.Kenneth Dalam Moh Syarif (2015:1)

keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

-Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan


-Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga
menunjang pencapaian tujuan instruksional
-Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.Berdasarkan ciri program
pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas, keefektifan program pembelajaran tidak
hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi
proses dan sarana penunjang.

Adapun Metode-Metode Proses Pembelajaran sbb:

-Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

-Metode pembelajaran Missouri Mathematics Project

-Metode pembelajaran Demontrasi Dan Media Audio Visual

-Model Pembelajaran Kooperatif Mind Mapping

-Model Pembelajaran Discovery Learning


Model pembelajaran merupakan rencana yang digunakan oleh guru sebagai acuan dalam
melaksanakan pembelajaran

Ada banyak.Jenis-jenis model pembelajaran seperti:

-Model pembelajaran kooperatif


-Model pembelajaran berbasis masalah
-Model pembelajaran langsung
-Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP)

Model Pembelajaran Afektif merupakan pembelajaran yang mengarah pada emosi, suasana hati,
dan perasaan yang nampak melalui minat, sikap, nilai, apresiasi, dan penyesuaian.

Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran pembentukan sikap, sebagai berikut:

Model Konsiderasi

Model Pengembangan Kognitif

Teknik Mengklarifikasi Nilai

B.SARAN 

Dalam pembelajaran guru diharapkan mampu memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Dimana dalam pemilihan Model pembelajaran meliputi
pendekatan suatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Khosim,Noer. 2017.Model-Model Pembelajaran.Bandung:Surya Media Publishing.

Sutirman. 2013.Media & Model-Model Pembelajaran Inovatif.Yogyakarta:Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai