Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN REKAYASA

IDE MK. PROFESI


KEPENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDKAN
FISIKA

SKOR NILAI :
Rekayasa Ide Profesi Kependidikan

“Pentingnya Profesionalisasi Guru Dalam Pendidikan”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

1. ELVA SELLYA R TARIGAN (4193321007)


2. JUNIJA GISRIANI (4193321026)
3. M. ALI HAMZAHAS (4191121016)
4. PUTRI PRATIWI (4191121005)

Dosen Pengampu : Lala Jelita Ananda, S.Pd.,M.Pd

PROGRAM STUDI (S1) PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
ABSTRAK
Guru adalah kunci keberhasilan anak didiknya. Seorang guru tidak hanya mengajar, namun
juga mendidik. Mengajar hanya sebatas memberikan ilmu, namun mendidik adalah
mentransformasikan ilmu pengetahuan sekaligus nilai-nilai moral kepada anak didik. Untuk itu seorang
guru harus mempunyai keahlian dalam bidangnya. Jadi syarat yang paling utama yang harus dimiliki
oleh guru adalah memiliki keahlian dalam bidang tertentu dan mampu mentranformasikan ilmu
tersebut kepada anak didikya. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru.
Guru ideal adalah sosok seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi dalam
mengajar anak didiknya. Oleh karena sangat penting bagi seorang guru untuk memiliki prefesionalisme
yang tinggi dalam guru yang baik adalah harus lebih baik, lebih mengerti, lebih memiliki ilmu
pengetahuan, lebih sempurna dari pada anak didiknya. Orang yang menganut mitos ini berarti guru
dituntut untuk mengatasi kelemahan manusia itu sendiri. Guru dituntut untuk berbuat sesuai dengan
idealismenya, sehingga ia akan berperan pura-pura sebagai seorang yang ideal di satu sisi, dan di sisi
lain ia harus berperan sebagai pribadi ada adanya.
Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian
umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu.
Pemahaman secara scientific profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat bahwa suatu
profesi harus dilksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada profesionalisme Dalam rangka
meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi teknologi informasi merupakan sebuah
tantangan yang harus mampu dipecahkan secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi
informasi yang demikian akan mengubah pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan
sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan hal demikian
itu.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan sekolah-sekolah khusus yang
sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya sekolah pertanian, sekolah peternakan, sekolah
perikanan, sekolah teknik mesin, sekolah teknik bangunan, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut
harus benar-benar mampu membekali kompetensi untuk berinovasi dan untuk membangun
jaringan/networking. Kompetensi berinovasi dapat dilakukan dengan peningkatan berbagai
ketrampilan yang ada.

ii
ABSTRACT
Teachers are the key to the success of their students. A teacher not only teaches, but also
educates. Teaching is only limited to providing knowledge, but educating is transforming knowledge
as well as moral values to students. For this reason, a teacher must have expertise in his field. So the
most important requirement that must be owned by the teacher is to have expertise in certain fields and
be able to transform the knowledge to their students. Therefore, not everyone can become a teacher.
The ideal teacher is the figure of a teacher who has high professionalism in teaching their
students. Because it is very important for a teacher to have a high professionalism in a good teacher is
to be better, more understanding, more knowledgeable, more perfect than his students. People who
embrace this myth means the teacher is required to overcome the weaknesses of humans themselves.
The teacher is required to act according to his idealism, so that he will act as an ideal person on the one
hand, and on the other hand he must act as a person there is.
Teachers are professional workers and therefore must uphold professionalism. The general
understanding of professionalism shows hard work in a trained manner without any specific
requirements. Scientific understanding of professionalism refers to the idea, flow, or opinion that a
profession must be carried out by professionals with reference to professionalism In order to improve
teacher professionalism, the occurrence of information technology revolution is a challenge that must
be able to be solved urgently. The development of such information technology will change the pattern
of teacher-student relations, instructional technology and the education system as a whole. The ability
of teachers is required to adapt to such things.
In this regard, the government must be able to prepare special schools that are suitable to the
needs in the workforce, for example agricultural schools, animal husbandry schools, fisheries schools,
mechanical engineering schools, construction engineering schools, and so on. These schools must
really be able to equip competencies to innovate and to build networks / networking. Innovation
competency can be done by improving various existing skills.

ii
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan rekayasa ide yang berjudul
“Pentingnya Profesionalisasi Guru di Indonesia” ini dengan baik. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan. Penulis sangat berharap hasil makalah ini
dapat berguna bagi semua orang.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
lain. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
perbaikan makalah ini diwaktu yang akan datang.

Medan, Maret 2020

Penyusun
Kelompok 7

i
v
DAFTAR ISI

ABSTRAK...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Rasionalisasi Permasalahan / Isu........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................1

D. Manfaat Penulisan...............................................................................................................2

BAB II IDETIFIKASI PERMASALAHAN..........................................................................3

A. Definisi Guru.......................................................................................................................3
B. Definisi Guru Ideal..............................................................................................................3
C. Masalah Pada Guru..............................................................................................................4

D. Profesionalisme Guru.........................................................................................................5
E. Tantangan Profesionlisme Guru.......................................................................................6

F. Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA..............................................................7

BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN............................................................................9

BAB IV PENUTUP.............................................................................................................13

A. Kesimpulan.....................................................................................................................13

B. Rekomendasi...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Permasalahan / Isu

Saat ini Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya dalam bidang


pendidikan. Bisa dilihat dari jumlah anak didik yang tidak lulus ujian nasional selalu
bertambah setiap tahunnya. Hal ini menujukan bahwa pendidikan di Indonesia
mengalami kemunduran yang drastis. Salah satu faktor utama yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan suatu pembelajaran adalah profesionalisme yang dimiliki oleh
pendidik, dalam hal ini adalah guru. Tidak semua orang bisa menjadi guru. Kurangnya
profesioalisme guru saat ini, mungkin disebabkan ketidaktahuan tentang apa yang
disebut sebagai guru yang profesional, apa saja kriterianya dan bagaimana cara menjadi
seorang guru yang profesional dalam bidangnya.

Oleh karena itu, perlu adanya suatu penjelasan yang lebih rinci mengenai
pentingnya profesionalisme guru dalam suatu pembelajaran. Makalah ini akan
membahas pentingnya profesionalisme guru dalam mengajar, sehingga diharapkan
mampu menjadi motivasi bagi para guru untuk lebih meningkatan profesionalisme yang
dimilikinya guna menghasilkan anak didik yang berkualitas tinggi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan guru?


2. Bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal?
3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru dalam mengajar?
4. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru
dalam mengajar?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu guru


2. Untuk mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal
3. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar
4. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam mengajar

1
D. Manfaat Penulisan

1. Dapat mengetahui apa itu guru


2. Dapat mengetahui bagaimana kriteria-kriteria menjadi guru ideal
3. Dapat mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar
4. Dapat mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
profesionalisme guru dalam mengajar
BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Definisi Guru
Menurut Husnul Chotimah (2008),”guru adalah orang yang memfasilitasi
alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik”. Memfasilitasi berarti
seorang guru berperan sebagai jembatan penghubung ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya. Hal ini berarti peran seorang guru sangat menentukan keberhasilan dari suatu
pendidikan, disamping orang tua. Oleh karena itu guru sering disebut sebagai orang tua
kedua di sekolah. Guru adalah kunci keberhasilan anak didiknya. Seorang guru tidak
hanya mengajar, namun juga mendidik. Mengajar hanya sebatas memberikan ilmu,
namun mendidik adalah mentransformasikan ilmu pengetahuan sekaligus nilai-nilai
moral kepada anak didik. Untuk itu seorang guru harus mempunyai keahlian dalam
bidangnya. Jadi syarat yang paling utama yang harus dimiliki oleh guru adalah
memiliki keahlian dalam bidang tertentu dan mampu mentranformasikan ilmu tersebut
kepada anak didikya. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru.

B. Definisi Guru Ideal

Guru yang pandai belum tentu bisa menjadi guru ideal. Menurut Wijaya
Kusumah (2009),”guru ideal adalah sosok guru yang mampu menjadi panutan dan
selalu memberikan keteladaan. Ilmunya seperti mata air yang tak pernah habis.
Semakin diambil semakin jernih airnya. Mengalir bening dan menghilangkan rasa
dahaga bagi siapa saja yang meminumnya”.

Pada dasarnya seorang guru tidak hanya dituntut untuk memiliki keahlian
dalam bidangnya, namun seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi murid-
muridnya. Menurut Desi Reminsa (2008),” syarat untuk menjadi guru ideal antara lain
harus memiliki kemampuan intelektual yang memadai, kemampuan memahami visi dan
misi pendidikan, keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi
pembelajaran, mampu memahami konsep perkembagan anak/psikologi perkembangan,
kemampuan mencari problem solving (pemacahan masalah), kreatif dan memiliki seni
dalam megajar”.
Dari beberapa pendapat para pakar diatas, guru ideal adalah sosok seorang
guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi dalam mengajar anak didiknya. Oleh
karena sangat penting bagi seorang guru untuk memiliki prefesionalisme yang tinggi
dalam mengajar.

C. Masalah Pada Guru

Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan oleh keberhasilan


murid-muridnya dalam studi berupa prestasi belajarnya. Guru dapat dipandang sebagai
sutradara sekaligus sebagai pemain dan penonton. Sebagai sutradara guru hendaknya
mampu menyusun skenario dan rencana yang akan dilaksanakan sendiri di saat
bertugas sebagai pemain. Sebagai pemain, guru berkewajiban melaksanakan rencana
yang dibuatnya, berinteraksi dalam situasi belajar mengajar.

Sebagai penonton, guru berkewajiban mengevaluasi proses dan hasil belajar


(MD. Dahlan, 1982: 14). Pengertian guru secara etimologi adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru dalam arti profesi
mempunyai tugas mengajar dan mendidik dalam konteks pendidikan (belajar-mengajar)
sebab sementara ada guru yang mengajar menganggap sebagai pekerjaan yang
menyenangkan, menyebalkan, dan menjemukan sehingga perlu dikaji mengenai hakikat
guru yang sebenarnya (Imam Syafi'ie, 1992: 30). Thomas Gordon, dalam rangka
memahami masalah yang dihadapi guru, mengemukakan definisi "guru ideal" yang
kebanyakan dianut para guru, yaitu diambil dari mitos umum tentang guru dan
pengajaran. Ia mengembangkan 8 mitos guru yang dianggapnya baik. Kedelapan mitos
tersebut adalah:

1. Guru yang baik adalah guru yang kalem, tidak pernah berteriak, selalu
bertemperamen baik, selalu tenang, dan tidak pernah menunjukkan emosi yang
tinggi.
2. Guru yang baik tidak pernah berprasangka buruk. Guru yang baik tidak pernah
membeda-bedakan anak atas dasar suku, ras dan lain jenis.
3. Guru yang baik menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya kepada murid-
muridnya.
4. Guru yang baik menerima semua anak dengan pandangan yang sama. Guru yang
baik tidak pernah punya favorit dan tidak pilih kasih.
5. Guru yang baik menyediakan lingkungan belajar yang menarik, merangsang,
tenang, bebas, dan sesuai dengan aturan pada setiap saat.
6. Guru yang baik selalu konsisten. Guru yang baik tidak pernah merasa tinggi,
rendah, tidak pernah lupa atau membuat kesalahan, tidak pernah menunjukkan
sebagiansebagian dan tidak pernah beraneka ragam.
7. Guru yang baik selalu tahu jawaban. Guru yang baik mempunyai pengetahuan
yang lebih banyak dibandingkan dengan muridmuridnya.
8. Guru yang baik selalu membantu satu sama lain, selalu menjadi barisan dalam
menghadapi anakanak tanpa memperhitungkan perasaan nilai atau hukuman.

Dari kedelapan mitos tersebut, bila disimpulkan guru yang baik adalah harus
lebih baik, lebih mengerti, lebih memiliki ilmu pengetahuan, lebih sempurna dari pada
anak didiknya. Orang yang menganut mitos ini berarti guru dituntut untuk mengatasi
kelemahan manusia itu sendiri. Guru dituntut untuk berbuat sesuai dengan
idealismenya, sehingga ia akan berperan pura-pura sebagai seorang yang ideal di satu
sisi, dan di sisi lain ia harus berperan sebagai pribadi ada adanya (Imam Syafi'I, 1992:
32). Pandangan lain tentang guru yang baik juga dikemukakan oleh Winarno
Surakhmad (1973: 60). Menurutnya guru yang baik dan disukai adalah guru yang
mempunyai sifat ramah dan bersedia memahami setiap orang, bersifat sabar dan suka
membantu memberi perasaan tenang, bersifat adil dan tidak memihak namun tegas,
cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam (luas), memiliki rasa humor dan
kesegaran pergaulan, dan memperlihatkan tingkah laku dan lahiriyah yang menarik.

Guru pada dasarnya harus mempunyai idealisme dan kepribadian yang baik,
sebab diharapkan guru mampu menjadi suri tauladan dalam semua tindakannya.
Adapun hakikat guru adalah seorang yang memberikan ilmu pengetahuan atau
keterampilan kepada orang lain dan harus mempunyai kepribadian yang baik serta
mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara baik.

D. Profesionalisme Guru

Supriyadi (1999) mengatakan bahwa bahwa profesionalisme menunjuk pada


derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan
sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah.
Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk
bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesi.
Dengan demikian profesionalisme merupakan performance quality dan
sekaligus sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor
profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung
profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara
terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Pemahaman secara scientific
profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat bahwa suatu profesi harus
dilksanakan oleh profesional denganmengacu kepada profesionalisme (Wirawan:
2003).

Berbicara tentang profesionalisme guru tentunya berhubungan dengan


kompetensi yang dimiliki oleh guru sebagi tenaga pendidik. Yang harus memiliki
kemampuan pedagogic, emosional, serta kemampuan sosial guru juga diharapkan
mampu menjadi tenaga pendidik yang professional. Seperti yang teramanat pada UU
No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan bagian
dari sebuah profesi dan dituntut untuk dapat professional”. Kompeten berada di dalam
diri seseorang berupa kemampuan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu,yang
berkaitan dengan pola-pola perilaku yang dapat diamati Harris dalam Mantja
(2007:219).

E. Tantangan Profesionlisme Guru

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi


teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu dipecahkan
secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang demikian akan
mengubah pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan sistem pendidikan
secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk menyesuaikan hal demikian itu.

Adanya revolusi informasi harus dapat dimanfaatkan oleh bidang pendidikan


sebagai alat mencapai tujuannya dan bukan sebaliknya justru menjadi penghambat.
Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi oleh ilmu
pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para praktisi pendidikan di
lapangan.

Perkembangan teknologi (terutama teknologi informasi) menyebabkan


peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi
akan menjadi satu-satunya pusat pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi
terbatasi oleh ruang dan waktu. Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya
sumber
belajar karena banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi
seseorang untuk belajar.

Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak
dapat tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi mengembangkan
kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-
lain. Teknologi informasi hanya mungkin menjadi pengganti fungsi penyebaran
informasi dan sumber belajar atau sumber bahan ajar. Bahan ajar yang semula
disampaikan di sekolah secara klasikal, lalu dapat diubah menjadi pembelajaran yang
diindividualisasikan melalui jaringan internet yang dapat diakses oleh siapapun dari
manapun secara individu. Inilah tantangan profesi guru. Apakah perannya akan
digantikan oleh teknologi informasi, atau guru yang memanfaatkan teknologi
informasi untuk menunjang peran profesinya.

F. Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi MEA

Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau


Pasar Ekonomi ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada
sektor ekonomi, tapi juga sektor-sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai
modal membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Era perdagangan bebas
ASEAN, harus disambut oleh dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber daya
manusia Indonesia siap menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan negara-
negara lain.

Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan


inovasi (45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi (20%),
serta kekayaan sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di Indonesia harus
lebih menekankan pada tiga kemampuan tersebut untuk meningkatkan kemajuan di
Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah harus mampu menyiapkan


sekolah- sekolah khusus yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya
sekolah pertanian, sekolah peternakan, sekolah perikanan, sekolah teknik mesin,
sekolah teknik bangunan, dan sebagainya. Sekolah-sekolah tersebut harus benar-benar
mampu membekali kompetensi untuk berinovasi dan untuk membangun
jaringan/networking. Kompetensi berinovasi dapat dilakukan dengan peningkatan
berbagai ketrampilan yang ada.
Ketrampilan ini bisa diupayakan dengan cepat karena siswa akan diajarkan
bagaimana cara bekerja yang kreatif dan inovatif. Sedangkan kompetensi membangun
jaringan dilakukan dengan pengembanga sikap dan mengelola sumber daya manusia
seperti, kepemimpinan, kerja sama serta komunikasi.
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

Banyak guru yang tidak memahami hakekat profesinya sehingga ia tidak bertindak
professional dalam mengemban tugasnya. Kenyataan dilapangan mengindikasikan bahwa
jabatan guru masih jauh dari hakekat profesi keguruan, sehingga kurang mendapat
penghargaan dan pengakua di mata masyarakat. Intervensi penyelenggaraan pendidikan dan
bahkan masyarakat terhadap pekerjaan guru semakin menurunkan derajat profesionalisme
guru.

Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang professional dipersyaratkan mempunyai;

1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan
masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang
terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada
praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
3. Pengembangan kemampuan professional berkesinambungan, profesi guru merupakan
profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara lembaga
pendidikan yang menyediakan layanan sebagai pencetak guru dengan praktek
pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya
program pre-service dan in-service karen berbagai pertimbangan.

Menurut Mohammad, Riva (2008), “guru yang professional seharusnya memiliki


empat kompetensi paedogenesi, kognitif, kepribadian, dan sosial. Namun masih banyak
guru di Indonesia saat ini yang belum memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, perlu
adanya suatu upaya utuk mengatasi masalah ini.

Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru


diantaranya:

1. Penyelenggaraan Pelatihan

Penyelenggaraan pelatihan ini bertujuan untuk lebih meningkatkan kompetensi guru


dalam mengajar. Karena kompetensi merupakan syarat utama untuk menjadi guru yang
profesional
2. Penyetaraan Pendidikan dan Membuat Standardisasi Minimum Pendidikan

Dengan adanya standardisasi minimum bagi seorang guru, maka akan lebih banyak
dihasilkan guru ideal yang inovatif dan mampu melahirkan anak didik yang berkualitas
tinggi.

Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak hanya
bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja, melainkan juga
harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya. Tugas tersebut meliputi
mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan dalam menjalani hidup (life skills),
dan nilai serta beliefs (Purwanto, 2004). Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka
sudah selayaknya bila kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka
mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau
membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di samping harus
pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapanmasyarakat.

Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru


harus selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan standar
profesi yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena:

1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara.


2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi
secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih
baik.

Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara
terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat
perkembangan baru di bidangnya.

Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan


dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar
yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini
dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memperoleh
sertifikasi.

Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan
guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui
apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk
mencapai
sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru
memperoleh akses terhadap inovasiinovasi di bidang profesinya.

Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan


pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan
profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan
pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai
stakeholder . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang
didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan


teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam
kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide
baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies)
dan juga pendekatanpendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies) .

Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi
dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan
artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa harus kesejahteraan guru
yang harus ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi yang sangat luas. Di satu sisi,
dengan kesejahteraan guru yang memadai akan mampu mendukung kinerja guru secara
optimal. Guru tidak lagi memikirkan bagaimana mencari "pekerjaan sampingan" untuk
mempertahankan dan membiayai kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada
pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam membina anak didiknya.

Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab semata dari guru
tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam tugas guru. Berbagai masalah
dalam mencapi profesionalisme guru kedepan sangatlah kompleks, dengan kondusi
tersebut apabila tidak ada kesiapan secara baik akan berdampak terhadap kualitas
pendidikan di Indonesia. Sementara saat ini, negara-negara di sekitar Indonesia
memendang peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru sudah
berkembang dengan pesat.

Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru merupakan prioritas,perbaikan
dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan kemampuan guru, misalnya dalam
kemampuan penguasaan teknologi informasi. Penguasaan teknologi informasi saat ini
merupakan hal yang sangat penting, melihat perkembangan teknologi informasi yang
sangat pesat pada saat
ini. Perkembangan tersebut tentunya berdampak pula pada dunia pendidikan, bagaimana
pendidikan mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut.

Hal tersebut akan terwujud apabila komponen-komponen di dalam pendidikan


mampu beradaptasi pula. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu
beradaptasi juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru
terhadap teknologi informasi melalui stimulus-stimulus yang mengharuskan guru
berhubungn langsung dengan teknologi informasi. Sebagai contoh sekolah memberikan
instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran menggunakan media teknologi.

Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi informasi,
tentunya juga harus didukung sarana yang memadai dari sekolah. Pengembangan
kemampuan guru dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang perlu
disaiapkan adalahkepemimpinan, public speaking, penguasaan bahasa asing, dan jaringan.
Apabila hal tersebut mampu dikuasai oleh guru, maka akan mudah guru untuk
menghadapai MEA dan siap bersaing dengan SDM dari negara anggota MEA serta
mempunyai profesionalisme yang baik dalam bekerja.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan sumber
daya manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga aturan yang dibuat
kadang kala tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang di lapanagan, begitupun
sebaliknya SDM terkadang enggan untuk menuruti aturan yang berlaku. Masalah
tersebut mempunyai dampak yang sangat besar terhadap pendidikan, karena hubungan
nya langsung dengan bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan
profesional.
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai
tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru
sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme.Guru
adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme. Pengertian
umum profesionalisme menunjukkan kerja keras secara terlatih tanpa adalanya
persyaratan tertentu.
Tantangan yang menghadang di depan dalam mewujudkan profesionalisme
guru adalah bagaimana guru mampu menguasai teknologi dan informasi, desentralisasi
dan sentralisasi dalam pendidikan sehingga terkadnag membatasi gerak guru untuk
menggeluarkan kemempuannya. Dan tantangan yang paling besar adalah adanya MEA
yang mengharuskan SDM di Indonesia mampu bersaing dengn SDM dari luar yang kan
masuk ke Indonesia.

B. Rekomendasi
Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder
pendidikan, baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana keputusan. Sinergi
semua lini harus dilakukan agar perbaikan mutu guru dalam berbagai kemampuan dapat
terwujud. Melihat tantangan yang ada di depan yang snagat terjal, solusinya memang
harus saling bahu membahu dalam perbaikan profesionalisme guru.

Begitu pentingya profesionalisme yang tinggi bagi seorang guru, maka


hendaknya setiap guru berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan
profesionalisme yang ada pada dirinya. Karena keberhasilan pendidikan negara kita
sangat bergantung pada keberhasilan seorang guru dalam menciptakan kader-kader masa
depan yang memiliki intelektual yang tinggi dan memilki sikap moral yang tinggi pula.
DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. Tips menjadi guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.

Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: manajemen pendidikan dan


supervisi pengajaran. Malang : Elang Mas.

Supriyadi, D. 1999. Menggangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya
Nusa.

Syamsudin, A. 2006. Profesi Keguruan. Jakarta: UT

Undang-undang No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai