Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN REKAYASA IDE

MK. PROFESI KEPENDIDIKAN

PRODI S1 PENDIDIKAN BISNIS

PENTINGNYA PROFESIONALISASI GURU DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWI : ENDANG KRISTINA PANGGABEAN


NIM : 7193343001
DOSEN PENGAMPU : Dr. YASARATODO WAU, M.Pd
MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS A 2019

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


ABSTRAK

Mengajar itu adalah seni, karena setiap guru yang mengajar memiliki gaya dan
karakteristik tersendiri. Karena itu, setiap guru mengajar memiliki gaya dan
teknik yang berbeda. Dalam mengajar, diharapkan guru tidak terjebak dengan
rutinitas mengajar secara tradisional (teacher-centered), yang menganggap
peserta didik itu adalah sebuah “botol kosong” dan harus diisi dengan
pengetahuan sebanyak-banyaknya. Pertama, guru harus memiliki kualifikasi dan
kompetensi minimal sebagai calon guru. Kedua, memahami tingkat
perkembangan siswa. Ketiga, guru harus sering diberi kesempatan untuk
mengikuti pelatihan tentang implementasi kurikulum dan pembelajaran sesuai
dengan jenjang pendidikannya masing-masing. Keempat, tiap semester, guru
diwajibkan untuk menerapkan salah satu model pembelajaran yang dapat
mengaktifkan peserta didik (child-centered) di sekolah.

Kunci : guru profesional, techer-centered, student-centered, pembelajaran yang


efektif, sistem pembelajaran

Teaching it is an art because every teacher has their own style and
characteristics. So is their performance, models, they ways they deliver the
material, the use of methods and media as well as evaluation. The traditional
concept of teaching has long been an issue in education, but in fact until now
there are still many teachers who implement such methods at schools. First,
teachers must have a minimum qualification and competence as a teacher
candidate. Second, they have to understand the developmental level of
students. Third, teachers must often be given the opportunity to attend training
on the implementation of the curriculum and learning according to each level of
education. Fourth, each semester, teachers are required to implement a
learning model that can activate learners (student - centered) at school.

Keywords: Professional teacher, teacher-centered, student-centered,


effective learning, learning system.

2|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta hidayahnya penulis dapat menyelesaikan rekayasa
ide yang berjudul “Pentingnya Profesionalisasi Guru Di Indonesia ” ini dengan
baik. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan. Penulis
sangat berharap hasil makalah ini dapat berguna bagi semua orang.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang lain. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini diwaktu
yang akan datang.

Medan, 06 April 2020

Endang Kristina Panggabean

3|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................ 2

KATA PENGANTAR............................................................................. 3

DAFTAR ISI ...................................................................................... 4

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 5

A. Rasionalisasi Permasalahan TRI .................................................... 5


B. Tujuan TRI ............................................................................ 5
C. Manfaat TRI ........................................................................... 5

BAB II. IDENTIFIKASI PEMASALAHAN ....................................................... 6


A. Permasalahan Umum Profesi Kependidikan ...................................... 6
B. Identifikasi Permasalahan Profesionalisasi Guru di Indonesia ................. 7
1. Masalah Pada Guru .............................................................. 7
2. Profesionalisme Guru ............................................................ 9
3. Tantangan Profesionalme Guru ............................................... 10
4. Dunia Pendidikan Indonesia Menghadapi Mea .............................. 11

BAB III. SOLUSI DAN PEMBAHASAN ........................................................ 12


A. Solusi Pembahasan Permasahan Bagian I ....................................... 12
B. SolusiPembahasan Pembahasan Bagian II ....................................... 14
C. Solusi Pembahasan Permasalahan Bagian III .................................... 16
D. Solusi Pembahasan Permasalahan Bagian IV .................................... 17

BAB IV. PENUTUP............................................................................. 18


A. Kesimpulan ......................................................................... 18
B. Rekomendasi ....................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19

4|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Permasalahan TRI

Saat ini Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya dalam


bidang pendidikan. Bisa dilihat dari jumlah anak didik yang tidak lulus ujian
nasional selalu bertambah setiap tahunnya. Hal ini menujukan bahwa
pendidikan di Indonesia mengalami kemunduran yang drastis. Salah satu
faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu
pembelajaran adalah profesionalisme yang dimiliki oleh pendidik, dalam
hal ini adalah guru. Tidak semua orang bisa menjadi guru. Kurangnya
profesioalisme guru saat ini, mungkin disebabkan ketidaktahuan tentang
apa yang disebut sebagai guru yang profesional, apa saja kriterianya dan
bagaimana cara menjadi seorang guru yang profesional dalam bidangnya.

Oleh karena itu, perlu adanya suatu penjelasan yang lebih rinci
mengenai pentingnya profesionalisme guru dalam suatu pembelajaran.
Makalah ini akan membahas pentingnya profesionalisme guru dalam
mengajar, sehingga diharapkan mampu menjadi motivasi bagi para guru
untuk lebih meningkatan profesionalisme yang dimilikinya guna
menghasilkan anak didik yang berkualitas tinggi.

B. Tujuan TRI
1. Untuk mengetahui apa itu guru
2. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar
3. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar

C. Manfaat TRI
1. Untuk mengetahui apa itu guru
3. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam mengajar
4.Untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan profesionalisme guru dalam mengajar.

5|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


BAB II

IDENTIFIKASI PERMSALAHAN

A. Permasalahan Umum Profesi Kependidikan


Dalam dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru
merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan
bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan
formal, informal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya
peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru tidak dapat dilepaskan
dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi mereka.
Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah
menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru
di Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda
bahkan multi fungsi. Mereka di tuntut tidak hanya sebagai pendidik yang
harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi
sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak didik. Bahkan tidak jarang,
para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang tua anak didik
dalam proses pendidikan secara global.
Saat ini setidak-tidaknya ada empat hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang dihadapi guru di Indonesia, yaitu : pertama, masalah
kualitas/mutu guru, kedua, jumlah guru yang dirasakan masih kurang,
ketiga, masalah distribusi guru dan masalah kesejahteraan guru.
1. Masalah Kualitas Guru
Kualitas guru Indonesia, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan.
Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD saat ini,
hanya 8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada
akhirnya akan mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan.
Belum lagi masalah, dimana seorang guru (khususnya SD), sering
mengajar lebih dari satu mata pelajaran (guru kelas) yang tidak
jarang, bukan merupakan inti dari pengetahuan yang dimilikinya, hal
seperti ini tentu saja dapat mengakibatkan proses belajar mengajar
menjadi tidak maksimal.

6|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


2. Jumlah Guru yang Masih Kurang
Jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang, apabila
dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah
murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan
masih kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas
sering di isi lebih dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal
untuk sebuah proses belajar dan mengajar yang di anggap efektif.
Idealnya, setiap kelas diisi tidak lebih dari 15-20 anak didik untuk
menjamin kualitas proses belajar mengajar yang maksimal.

3. Masalah Distribusi Guru


Masalah distribusi guru yang kurang merata, merupakan masalah
tersendiri dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di daerah-daerah
terpencil, masing sering kita dengar adanya kekurangan guru dalam
suatu wilayah, baik karena alasan keamanan maupun faktor-faktor
lain, seperti masalah fasilitas dan kesejahteraan guru yang dianggap
masih jauh yang diharapkan.

B. Identifikasi Permasalahan Profesionalisasi Guru di Indonesia

1. Masalah Pada Guru

Salah satu keberhasilan guru dalam mengajar ditentukan oleh keberhasilan


murid-muridnya dalam studi berupa prestasi belajarnya. Guru dapat dipandang
sebagai sutradara sekaligus sebagai pemain dan penonton. Sebagai sutradara
guru hendaknya mampu menyusun skenario dan rencana yang akan dilaksanakan
sendiri di saat bertugas sebagai pemain. Sebagai pemain, guru berkewajiban
melaksanakan rencana yang dibuatnya, berinteraksi dalam situasi belajar
mengajar.

7|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


Sebagai penonton, guru berkewajiban mengevaluasi proses dan hasil
belajar (MD. Dahlan, 1982: 14). Pengertian guru secara etimologi adalah orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Guru dalam
arti profesi mempunyai tugas mengajar dan mendidik dalam konteks pendidikan
(belajar-mengajar) sebab sementara ada guru yang mengajar menganggap
sebagai pekerjaan yang menyenangkan, menyebalkan, dan menjemukan sehingga
perlu dikaji mengenai hakikat guru yang sebenarnya (Imam Syafi'ie, 1992: 30).

Thomas Gordon, dalam rangka memahami masalah yang dihadapi guru,


mengemukakan definisi "guru ideal" yang kebanyakan dianut para guru, yaitu
diambil dari mitos umum tentang guru dan pengajaran. Ia mengembangkan 8
mitos guru yang dianggapnya baik. Kedelapan mitos tersebut adalah:

1. Guru yang baik adalah guru yang kalem, tidak pernah berteriak, selalu
bertemperamen baik, selalu tenang, dan tidak pernah menunjukkan
emosi yang tinggi.
2. Guru yang baik tidak pernah berprasangka buruk. Guru yang baik tidak
pernah membeda-bedakan anak atas dasar suku, ras dan lain jenis.
3. Guru yang baik menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya kepada
murid-muridnya.
4. Guru yang baik menerima semua anak dengan pandangan yang sama.
Guru yang baik tidak pernah punya favorit dan tidak pilih kasih.
5. Guru yang baik menyediakan lingkungan belajar yang menarik,
merangsang, tenang, bebas, dan sesuai dengan aturan pada setiap
saat.
6. Guru yang baik selalu konsisten. Guru yang baik tidak pernah merasa
tinggi, rendah, tidak pernah lupa atau membuat kesalahan, tidak
pernah menunjukkan sebagiansebagian dan tidak pernah beraneka
ragam.
7. Guru yang baik selalu tahu jawaban. Guru yang baik mempunyai
pengetahuan yang lebih banyak dibandingkan dengan muridmuridnya.

8|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


8. Guru yang baik selalu membantu satu sama lain, selalu menjadi
barisan dalam menghadapi anakanak tanpa memperhitungkan perasaan
nilai atau hukuman.

Dari kedelapan mitos tersebut, bila disimpulkan guru yang baik adalah
harus lebih baik, lebih mengerti, lebih memiliki ilmu pengetahuan, lebih
sempurna dari pada anak didiknya. Orang yang menganut mitos ini berarti guru
dituntut untuk mengatasi kelemahan manusia itu sendiri. Guru dituntut untuk
berbuat sesuai dengan idealismenya, sehingga ia akan berperan pura-pura
sebagai seorang yang ideal di satu sisi, dan di sisi lain ia harus berperan sebagai
pribadi ada adanya (Imam Syafi'I, 1992: 32).

Pandangan lain tentang guru yang baik juga dikemukakan oleh Winarno
Surakhmad (1973: 60). Menurutnya guru yang baik dan disukai adalah guru yang
mempunyai sifat ramah dan bersedia memahami setiap orang, bersifat sabar dan
suka membantu memberi perasaan tenang, bersifat adil dan tidak memihak
namun tegas, cerdas dan mempunyai minat yang berbagai ragam (luas), memiliki
rasa humor dan kesegaran pergaulan, dan memperlihatkan tingkah laku dan
lahiriyah yang menarik.

Guru pada dasarnya harus mempunyai idealisme dan kepribadian yang


baik, sebab diharapkan guru mampu menjadi suri tauladan dalam semua
tindakannya. Adapun hakikat guru adalah seorang yang memberikan ilmu
pengetahuan atau keterampilan kepada orang lain dan harus mempunyai
kepribadian yang baik serta mampu menjalankan tugas dan kewajibannya secara
baik.

2. Profesionalisme Guru

Supriyadi (1999) mengatakan bahwa bahwa profesionalisme menunjuk pada


derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu
pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan
rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota
profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesi.

9|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


Dengan demikian profesionalisme merupakan performance quality dan
sekaligus sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam
koridor profesionalisme. Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus
menjunjung profesionalisme. Pengertian umum profesionalisme menunjukkan
kerja keras secara terlatih tanpa adalanya persyaratan tertentu. Pemahaman
secara scientific profesionalisme menunjuk pada ide, aliran, atau pendapat
bahwa suatu profesi harus dilksanakan oleh profesional denganmengacu kepada
profesionalisme (Wirawan: 2003).
Berbicara tentang profesionalisme guru tentunya berhubungan dengan
kompetensi yang dimiliki oleh guru sebagi tenaga pendidik. Yang harus memiliki
kemampuan pedagogic, emosional, serta kemampuan sosial guru juga diharapkan
mampu menjadi tenaga pendidik yang professional. Seperti yang teramanat pada
UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan
bagian dari sebuah profesi dan dituntut untuk dapat professional”. Kompeten
berada di dalam diri seseorang berupa kemampuan atau kecakapan untuk
melakukan sesuatu,yang berkaitan dengan pola-pola perilaku yang dapat diamati
Harris dalam Mantja (2007:219).

3. Tantangan Profesionalisme Guru

Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, terjadinya revolusi


teknologi informasi merupakan sebuah tantangan yang harus mampu
dipecahkan secara mendesak. Adanya perkembangan teknologi informasi yang
demikian akan mengubah pola hubungan guru-murid, teknologi instruksional dan
sistem pendidikan secara keseluruhan. Kemampuan guru dituntut untuk
menyesuaikan hal demikian itu. Adanya revolusi informasi harus dapat
dimanfaatkan oleh bidang pendidikan sebagai alat mencapai tujuannya dan
bukan sebaliknya justru menjadi penghambat.

10|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


Untuk itu, perlu didukung oleh suatu kehendak dan etika yang dilandasi
oleh ilmu pendidikan dengan dukungan berbagai pengalaman para
praktisi pendidikan di lapangan. Perkembangan teknologi (terutama
teknologi informasi) menyebabkan peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan
akan mulai bergeser. Sekolah tidak lagi akan menjadi satu-satunya pusat
pembelajaran karena aktivitas belajar tidak lagi terbatasi oleh ruang dan waktu.
Peran guru juga tidak akan menjadi satu-satunya sumber belajar karena
banyak sumber belajar dan sumber informasi yang mampu memfasilitasi
seseorang untuk belajar.
Ada sisi-sisi tertentu dari fungsi dan peranan sekolah yang tidak
dapat tergantikan, misalnya hubungan guru-murid dalam fungsi
mengembangkan kepribadian atau membina hubungan sosial, rasa
kebersamaan, kohesi sosial, dan lain-lain. Teknologi informasi hanya mungkin
menjadi pengganti fungsi penyebaran informasi dan sumber belajar atau sumber
bahan ajar.

4. Dunia Pendidikan Indonesia Mengalami Mea


Pada tahun 2015 kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau Pasar
Ekonomi ASEAN mulai berlaku. Kesepakatan ini tak hanya berdampak pada sektor
ekonomi, tapi juga sektor-sektor lainnya. Tak terkecuali “pendidikan” sebagai
modal membangun sumber daya manusia yang kompetitif. Era perdagangan
bebas ASEAN, harus disambut oleh dunia pendidikan dengan cepat, agar sumber
daya manusia Indonesia siap menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan
negara-negara lain.
Mengacu pada faktor penentu kemajuan suatu negara yaitu, penguasaan
inovasi (45%), penguasaan jaringan/networking (25%), penguasaan teknologi
(20%), serta kekayaan sumberdaya alam hanya (10%), maka pendidikan di
Indonesia harus lebih menekankan pada tiga kemampuan tersebut untuk
meningkatkan kemajuan di Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut,
pemerintah harus mampu menyiapkan sekolah-sekolah khusus yang sesuai
dengan kebutuhan di lapangan kerja, misalnya sekolah pertanian.

11|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Bagian I


1. Ruang Lingkup Solusi
Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru
tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan
teknologi saja, melainkan juga harus mengemban tugas yang dibebankan
masyarakat kepadanya. Tugas tersebut meliputi mentransfer kebudayaan
dalam arti luas, keterampilan dalam menjalani hidup (life skills), dan nilai
serta beliefs (Purwanto, 2004). Melihat tugas yang demikian berat tersebut,
maka sudah selayaknya bila kemampuan profesional guru juga terus
ditingkatkan agar mereka mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Terkait
dengan hal ini guru sendiri harus mau membuat penilaian atas kinerjanya
sendiri atau mau melakukan otokritik di samping harus pula memperhatikan
berbagai pendapat dan harapanmasyarakat.
Kualitas guru Indonesia, saat ini disinyalir sangat memprihatinkan.
Berdasarkan data tahun 2002/2003, dari 1,2 juta guru SD saat ini, hanya
8,3%nya yang berijasah sarjana. Realitas semacam ini, pada akhirnya akan
mempengaruhi kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah,
dimana seorang guru (khususnya SD), sering mengajar lebih dari satu mata
pelajaran (guru kelas) yang tidak jarang, bukan merupakan inti dari
pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti ini tentu saja dapat mengakibatkan
proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal.
Selain itu jumlah guru di Indonesia saat ini masih dirasakan kurang,
apabila dikaitkan dengan jumlah anak didik yang ada. Oleh sebab itu, jumlah
murid per kelas dengan jumlah guru yag tersedia saat ini, dirasakan masih
kurang proporsional, sehingga tidak jarang satu raung kelas sering di isi lebih
dari 30 anak didik. Sebuah angka yang jauh dari ideal untuk sebuah proses
belajar dan mengajar yang di anggap efektif. Idealnya, setiap kelas diisi tidak
lebih dari 15-20 anak didik untuk menjamin kualitas proses belajar mengajar
yang maksimal.

12|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


2. Solusi/Strategi

Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem


sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem
pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem
pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem
ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain
meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan. Maka, solusi untuk masalah-masalah yang
ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya
jumlah kurangnya guru, distribusi guru dan kesejahteraan guru – berarti
menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang
efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem
ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib
dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan
bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan
negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang
berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan
masalah kualitas guru. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi
peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan
berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi
siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas
materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana
pendidikan, dan sebagainya.

13|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


B. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Bagian II
1. Ruang Lingkup Solusi
Penerapan profesionalisme tentunya bukan hanya tanggung jawab
semata dari guru tersebut, akan tetapi semua elemen yang mendukung dalam
tugas guru. Berbagai masalah dalam mencapi profesionalisme guru kedepan
sangatlah kompleks, dengan kondusi tersebut apabila tidak ada kesiapan
secara baik akan berdampak terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.

Sementara saat ini, negara-negara di sekitar Indonesia memendang


peningkatan mutu pendidikan melalui perbaikan kinerja guru sudah
berkembang dengan pesat. Perbaikan sumber daya dalam hal ini adalah guru
merupakan prioritas,perbaikan dalam hal jangka panjang untuk menyiapkan
kemampuan guru, misalnya dalam kemampuan penguasaan teknologi
informasi. Penguasaan teknologi informasi saat ini merupakan hal yang sangat
penting, melihat perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada
saat ini. Perkembangan tersebut tentunya berdampak pula pada dunia
pendidikan, bagaimana pendidikan mampu beradaptasi dengan perkembangan
tersebut.

2. Solusi/Strategi
a. Menempuh pendidikan jenjang yang tinggi sesuai kualifikasi akademik.
Hal ini berdasarkan Undang-Undang Guru Dosen bahwa guru untuk
mendapatkan kompetensi profesional harus melalui pendidikan profesi dan
guru juga dituntut untuk memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 atau D4.
Apalagi pada saat sekarang ini, perkembangan dunia pendidikan dan sistem
pendidikan semakin meningkat. Dengan melanjutkan tingkat pendidikan
diharapkan guru dapat menambah pengetahuannya dan memperoleh
informasi-informasi baru dalam pendidikan sehingga guru tersebut mengetahui
perkembangan ilmu pendidikan.

14|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


b. Melalui Program Sertifikasi Guru
Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah
melalui sertifikasi dimana dalam sertifikasi tercermin adanya suatu uji
kelayakan dan kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-
kriteria yang secara ideal telah ditetapkan. Dengan adanya sertifikasi akan
memacu semangat guru untuk memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ilmu,
dan profesionalisme dalam dunia pendidikan.

c. Memberikan Diklat dan pelatihan bagi guru


Diklat dan pelatihan merupakan salah satu teknik pembinaan untuk
menambah wawasan / pengetahuan guru. Kegiatan diklat dan pelatihan perlu
dilaksanakan oleh guru dengan diikuti usaha tindak lanjut untuk menerapkan
hasil – hasil diklat dan pelatihan.

d. Gerakan Guru Membaca ( G2M )


Guru hendaknya mempunyai kesadaran akan pentingnya membaca untuk
mengembangkan wawasan dan pengetahuannya. Tidak lucu bukan kalau guru
menyuruh murid-muridnya rajin membaca sedangkan gurunya enggan untuk
membaca. Kita sebagai guru harus lebih serba tahu dibandingkan peserta
didik. Untuk itu perlu digalakkan Gerakan Guru Membaca.

e. Melalui organisasi KKG (Kelompok Kerja Guru)


KKG adalah wadah kerja sama guru – guru dan sebagai tempat
mendiskusikan masalah yang berkaitan dengan kemampuan profesional, yaitu
dalam hal merencanakan, melaksanakan dan menilai kemajuan murid.

f. Melalui organisasi MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)


MGMP merupakan suatu wadah asosiasi atau perkumpulan bagi guru mata
pelajaran yang berada di suatu sanggar/kabupaten/kota yang berfungsi
sebagai sarana untuk saling berkomunikasi, belajar dan bertukar pikiran dan
pengalaman dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebaga praktisi/perilaku
perubahan reorientasi pembelajaran di kelas.

15|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


C. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Bagian III
1. Ruang Lingkup Solusi
Dalam praktiknya, seorang guru sering kali lebih banyak berjibaku
(baca: berkonsentrasi) dengan usahanya dalam memenuhi kesejahteraan
keluarga. Akhirnya, seiring dengan perjalanan waktu, sisi-sisi peningkatan
kualitas akademis menjadi tersisihkan dan hal ini terus berlangsung sampai
sekarang. Minimnya kesejahteraan guru dalam jangka waktu lama telah
menggiring budaya/tradisi akademis menjadi terpinggirkan. Permasalahan
moral muncul hampir berbarengan dengan permasalahan kultural. Hemat
penulis, permasalahan moral ini bisa disamakan dengan permasalahan watak
dari guru itu sendiri.
Minimnya kesejahteran guru secara tidak langsung telah menggiring
guru-guru dalam ruang-ruang sempit pragmatisme. Yang terbayang oleh
seorang guru ketika melaksanakan proses pendidikan adalah bagaimana
seorang guru bisa dengan cepat menyelesaikan target studi yang telah
dirancang. Setelah itu guru bisa langsung beralih profesi sejenak demi
mendapatkan tambahan pendapatan karena kesejahteraannya minim.
Akhirnya, pendidikan yang seyogianya diselenggarakan melalui proses
memadai terabaikan. Hasil akhir menjadi target utama dibandingkan dengan
proses yang dilaksanakan. Inilah wujud nyata dari watak-watak pragmatis
sekaligus tantangan berat profesionalisme guru.

2. Solusi/Strategi
Diperlukan kerjasama dari kita semua untuk dapat saling membantu agar
guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan dari
keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan
sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud, maka kualitas
pendidikan kita pun akan meningkat. Jangan menyerah dan pasrah dengan
keadaan yang ada. Justru gurulah yang harus menjadi motivator dan inspirator
bagi lingkungannya. Dan untuk mengantisipasinya perlulah seorang guru
memiliki profil yang mampu menampilkan sosok kualitas personal, sosial
dalam menjalankan tugasnya.

16|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


D. Solusi dan Pembahasan Permasalahan Bagian IV
1. Ruang Lingkup Solusi
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan harus mampu beradaptasi
juga, langkah awal yang harus dilakukan adalah menumbuhkan minat guru
terhadap teknologi informasi melalui stimulus-stimulus yang mengharuskan
guru berhubungan langsung dengan teknologi informasi. Sebagai contoh
sekolah memberikan instruksi kepada guru agar setiap kegiatan pembelajaran
menggunakan media teknologi.
Dengan begitu secara terbiasa guru akan mudah menguasai teknologi
informasi, tentunya juga harus didukung sarana yang memadai dari sekolah.
Pengembangan kemampuan guru dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang perlu disaiapkan adalahkepemimpinan, public speaking,
penguasaan bahasa asing, dan jaringan. Apabila hal tersebut mampu dikuasai
oleh guru, maka akan mudah guru untuk menghadapai MEA dan siap bersaing
dengan SDM dari negara anggota MEA serta mempunyai profesionalisme yang
baik dalam bekerja.

2. Solusi/Strategi

a. Menciptakan situasi “menang-menang” (win-win solution) bukan situasi


“kalah menang.” Diantara pihak yang berkepentingan dengan lembaga
pendidikan (stakeholders). Dalam hal ini guru harus saling menguntungkan
satu sama lain dalam meraih mutu produk/jasa yang dihasilkan oleh
lembaga pendidikan tersebut.

b. Perlunya ditumbuh kembangkan adanya motivasi instrinsik pada setiap


orang yang terlibat dalam proses meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga
pendidikan harus tumbuh motivasi bahwa hasil kegiatannya mencapai mutu
tertentu yang meningkat terus-menerus, terutama sesuai dengan kebutuhan
dan harapan pengguna/langganan dan setiap pimpinan harus berorientasi
pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan manajemen mutu terpadu
dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka pendek, tetapi
usaha jangka panjang yang konsisten dan terus menerus.

17|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Problematika pendidikan Indonesia saat ini terletak pada sistem dan
sumber daya manusia nya yang masih belum bisa bersinergi, sehingga
aturan yang dibuat kadang kala tidak menyesuaikan kemampuan SDM yang
di lapanagan, begitupun sebaliknya SDM terkadang enggan untuk menuruti
aturan yang berlaku. Masalah tersebut mempunyai dampak yang sangat
besar terhadap pendidikan, karena hubungan nya langsung dengan
bagaimana guru menjalankan kegiatannya dan mampu dikatakan
profesional.
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus
sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam
koridor profesionalisme.Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus
menjunjung profesionalisme.
Tantangan yang menghadang di depan dalam mewujudkan
profesionalisme guru adalah bagaimana guru mampu menguasai teknologi
dan informasi, desentralisasi dan sentralisasi dalam pendidikan sehingga
terkadnag membatasi gerak guru untuk menggeluarkan kemempuannya.
Dan tantangan yang paling besar adalah adanya MEA yang mengharuskan
SDM di Indonesia mampu bersaing dengn SDM dari luar yang kan masuk ke
Indonesia.

B. Rekomendasi
Mewujudkan profesionalisme guru merupakan tugas setiap stakeholder
pendidikan, baik dari jajaran pembuat keputusan sampai pelaksana
keputusan. Strategi semua ini harus dilakukan agar perbaikan mutu guru
dalam berbagai kemampuan dapat terwujud. Melihat tantangan yang ada
di depan yang sangat terjal, solusinya memang harus saling bahu membahu
dalam perbaikan profesionalisme guru.

18|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN


DAFTAR PUSTAKA

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/7275

http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/view/2074

https://www.neliti.com/publications/17245/upaya-pengembangan-
profesionalisme-guru-di-indonesia

http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/13-Aziz-Shofi-
Nurdiansyah.pdf

https://ejournal.upi.edu/index.php/edutech/article/view/3225

19|REKAYASA IDE PROFESI KEPENDIDIKAN

Anda mungkin juga menyukai