Anda di halaman 1dari 18

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU DI INDONESIA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah

Etika Profesi Keguruan


Dosen Pengampu : Ibdaul Latifah, M.Pd.

Disusun:
1. Muhamad Iqbal Azasi (23070190068)
2. Vivi Utami (23070190070)
3. Ikhwan Rofiq (23070190076)
4. Ossy Ari Indarti (23070190078)

Kelas C

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat
kesehatan serta kemudahan dalam mengerjakan makalah ini, sehingga kami dapat
menyelesaikannya tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya, tentu kami tidak sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa kami ucapkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-nanti
syafa’atnya di yaumul akhir nanti.

Kami selaku penulis makalah ini mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahan nikmat sehat baik fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah dengan judul “Pembinaan
Profesionalisme Guru di Indonesia”. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini banyak kekeliruan maupun kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca. Agar
makalah ini nantinya menjadi makalah yang lebih baik. Untuk kekurangan dan
kesalahan dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya Ibu
Ibdaul Latifah, M.Pd. selaku dosen Etika Profesi Keguruan yang telah memberi
tugas sekaligus panduan dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah
ini bermanfaat. Terima kasih.

Salatiga, 8 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
A. Pengertian Pembinaan Profesionalisme Guru ......................................................... 3
B. Pembinaan Profesionalisme Guru ........................................................................... 5
C. Prinsip-Prinsip Pembinaan Profesionalitas Guru .................................................... 8
D. Bentuk Pembinaan untuk Profesi Guru ................................................................. 10
BAB III............................................................................................................................. 14
PENUTUP........................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru dalam dunia pendidikan menjadi sebuah teladan atau contoh utama. jika
terdapat ketidakprofesionalan guru dalam melaksanakan tugasnya berimplikasi
luas terhadap produk pendidikan. Padahal, produk pendidikan selayaknyalah
mengindikasikan apakah seorang guru profesional atau tidak dalam menjalankan
tugas profesionalnya. Profesionalisasi guru adalah simbol dan lambang sekaligus
untuk mengetahui apakah sistem pendidikan mampu mengakomodir aspirasi dan
inspirasi guru dalam melaksanakan tugas, yang bertujuan kepada anak peserta
didik. Profesi guru dapat dijadikan simbol masyarakat, guru adalah lambang bagi
kebudayaan yang dianut oleh suatu komunitas atau masyarakat yang telah
membangsa.

Seperti yang telah diketahui bersama, kompetensi guru terbagi menjadi 4,


yaitu pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Masing-masing kompetensi
tersebut memiliki komponen-komponen yang harus dikuasai dengan baik oleh
para guru. Chatib menuliskan Pidato Miriam Kronish (Kepala Sekolah SD John
Eliot 1988-2002, Needham, Massachusetts, Amerika Serikat- sekolah terbaik di
Amerika: “Masa depan pendidikan di Amerika ditentukan oleh sebuah kekuatan.
Jika saja kami punya kekuatan, kekuatan tersebut adalah program utama di
sekolah kami, yaitu pelatihan guru. Guru harus dilatih, seperti halnya aktor atau
penyair yang perlu berlatih. Setelah itu, guru baru dapat mengajarkannya kepada
orang lain.” Pendapat tersebut menguatkan pesan penting, yaitu bahwa guru harus
terus mendapat pelatihan dan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kompetensinya. Bahkan Chatib menuliskan bahwa cara memilih sekolah yang
bagus untuk anak adalah sekolah yang memiliki frekuensi waktu belajar
(pendidikan dan pelatihan) para guru paling banyak. Pada hakikatnya, seorang
pengajar adalah mereka yang tidak pernah berhenti belajar, sehingga pendidikan
dan pelatihan merupakan cara untuk terus meningkatkan kompetensinya.
Lalu bagaimana dengan Indonesia?

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Pembinaan Profesionalisme Guru?
2. Bagaimana Pembinaan Profesionalisme Guru?
3. Bagaimana Prinsip-Prinsip Profesionalitas Guru?
4. Bagaimana Bentuk Pendidikan Untuk Profesi Guru?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Pembinaan Profesionalisme Guru
2. Menjelaskan Pembinaan Profesionalisme Guru
3. Menyebutkan dan Menjelaskan Prinsip-Prinsip Profesionalitas Guru
4. Menjelaskan Bentuk Pendidikan Untuk Profesi Guru

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembinaan Profesionalisme Guru


Definisi profesi guru adalah pekerjaan yang dalam pelaksanaan tugasnya
memerlukan atau menuntut keahlian menggunakan teknik-teknik ilmiah dan
didekasi yang tinggi. Keahlian ini diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus
diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan.

Suprihistiningrum mendefinisikan pengembangan profesi guru:


pengembangan adalah suatu proses untuk membantu organisasi atau individu
dalam melekukan pekerjaan secara efektif. Pengembangan melibatkan suatu
strategi yang dapat membantu individu atau organisasi untuk lebih efektif dalam
melaksanakan pencapain individu atau visi organisasi, misi dan tujuan/hasil.1

Profesionalitas guru berakar pada kata profesi yang berarti pekerjaan yang
dilandasi oleh pendidikan dan keahlian. Profesionalitas itu sendiri dapat berarti
mutu, kualitas, tindak tanduk yang merupakan cirri dari suatu profesi atau orang
yang professional. Profesionalitas guru dapat berarti guru yang professional, yaitu
seseorang guru yang mampu merencanakn program belajar mengajar,
melaksanakan dan memimpin proses belajar mengajar, menilai kemajuan proses
belajar mengajar dan memanfaatkan hasl penilaian kemajuan belajar mengajar dan
informasi lainnya dalam penyempurnaan proses belajar mengajar.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam manajemen sumberdaya manusia


salah satu ialah pengembangan SDM itu sendiri. Pengembangan bersifat lebih
luas karna menyangkut banyak aspek, seperti peningkatan dalam keilmuan.
Program pengembangan bertujuan, antara lain untuk menutupi “gap” antara
kecakapan guru dan permintaan jabatan. Selain itu untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas kerja tenaga pendidikan dalam mencapai sasaran kerja untuk
melaksanakan program pengembangan, manajemen hendaknya dengan melakukan
analisis belajar tentang kebutuhan, tujuan, sasaran, isi, dan prinsip belajar terlebih
dahulu agar pelaksaan program tidak sia-sia.

1
Kompri, Manajemen pendidikan . (Jakata: Bumi Aksara, 2016), hal. 165.

3
Pembinaan (coaching) adalah upaya berharga untuk membantu orang lain
mencapai kinjerja puncak menurut foster & seeker, sedangkan menurut Thoha
mengartikan pembinaan yaitu sebagai suatu proses, tindakan, bimbingan, hasil
atau menjadi kepribadian yang lebih baik. pembinaan dapat diartikan sebagai
preskripsi dalam menciptakan perubahan, perbaikan, dan penyempurnaan yang
terencana secara sistematis dalam organisasi.2

Profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris Indonesia,


“profession berarti pekerjaan.” Arifin mengemukakan bahwa profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang
memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.
Kunandar mengatakan bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang
artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.
Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari
pendidikan akademis yang intensif. Jadi, profesi adalah suatu pekerjaan atau
jabatan yang menuntut keahlian tertentu.3

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi


adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang mensyaratkan kompetensi
intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperolah melalui proses
pendidikan secara akademis. Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman
yang kaya di bidangnya.

2
Dewi Tia Agustine, Tri Gunarto, Sulaeman Deni Ramdani. Strategi Pembinaan Untuk
Meningkatkan Profesionalisme Guru SMK. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 2, No.1, 2019, P-Issn 2620-9047, E-Issn 2620-9071, hal.
613.
3
Maimunah. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Metode Latihan di SD
Negeri 55 Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Jurnal PAJAR (Pendidikan dan
Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau Volume 1
Nomor 2 Novembe 2017, SSN Cetak : 2580-8435.

4
B. Pembinaan Profesionalisme Guru
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu
pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister
mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi
dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme
lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi
memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.4

Menurut Mukhtar Luthfi ciri profesional sebagai berikut: (1) keahlian khusus
bukan diwarisi, (2) panggilan hidup dan sepenuh waktu, (3) memiliki teori yang
baku secara universal, ada aturan yang jelas, dikenal secara umum, (4) untuk
masyarakat bukan untuk pribadi, (5) dilengkapi kecakapan diagnostik dan
kompetensi aplikatif, (6) otonomi dalam menunaikan profesinya, (7) punya kode
etik, dan (8) punya klien yang jelas, orang yang membutuhkan layanan.5

Sedangkan Finn menambahkan bahwa ciri profesional itu: (1) membutuhkan


organisasi profesi yang kuat, dan (2) mengenali hubungan dengan profesi lain.
Selanjutnya menurut pendapat yang lain bahwa ciri profesi itu sebagai berikut:
(1) adanya standar unjuk kerja; (2) adanya lembaga pendidikan khusus untuk
menghasilkan pelaku profesi tersebut dengan standar kualitas akademik yang
bertanggung jawab; (3) adanya organisasi profesi; (4) adanya etika dan kode etik
profesi; (5) adanya sistem imbalan; dan (6) adanya pengakuan masyarakat.6

Ani M. Hasan memaparkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan


rendahnya profesionalisme guru antara lain:7

a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya unutk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga sehingga waktu untuk
membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;

4
Mustofa. Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, April 2007., hal. 80.
5
Rusdiana Husaini. Pembinaan Profesionalisme Guru. Jurnal Tarbiyah Islamiyah: Jurnal
Ilmaih Pendidikan Agama Islam Volume 8 no 2. Juli – Desember 2018, hal. 4.
6
Ibid., Rusdianan, hal 4.
7
Ibid. Mustofa, hal 79.

5
b. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya
kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh
terhadap etika profesi keguruan;

c. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak
dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di
perguruan tinggi.

Secara lebih rinci, Akadum (1999) mengemukakan bahwa ada lima penyebab
rendahnya profesionalisme guru:8

a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,

b. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi
keguruan,

c. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih
belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,

d. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar


yang diberikan kepada calon guru,

e. Masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya


secara maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.

Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama


untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan
profesionalisme para anggotanya.

Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya


profesionalisme guru, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan kualifikasi
dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai
tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaraan Diploma II
8
Ibid. Mustofa, hal 79.

6
bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi
guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak,
kalau guru tersebut kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan. Selain
diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah
program sertifikasi sesuai amanat UU No. 14 Tahun 2005 pasal 42. Selain
sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan
profesionalisme guru, misalnya dengan mengaktifkan PKG (Pusat Kegiatan Guru,
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja
Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam
memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.

Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam


proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran,
pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat
terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan
kualitas calon guru dan kesejahteraan secara bersama-sama menentukan
pengembangan profesionalisme.9 Dengan demikian usaha meningkatkan
profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai
penghasil guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau
yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

Dari beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang
paling penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu
dengan menyetarakan banyaknya jam kerja dengan gaji guru. Program apapun
yang akan diterapkan pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk
mencukupi kebutuhannya. Tidak heran kalau guru-guru di negara maju
kualitasnya tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan terhadap jasa
guru sangat tinggi. Dalam Journal PAT (2001) dijelaskan bahwa di Inggris dan
Wales untuk meningkatkan profesionalisme guru pemerintah mulai
memperhatikan pembayaran gaji guru diseimbangkan dengan beban kerjanya. Di
Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak heran kalau pendidikan

9
Ibid., Mustofa, hal 84.

7
di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-negara ketiga.10 Di Indonesia telah
mengalami hal ini tetapi ketika jaman kolonial Belanda. Setelah memasuki jaman
orde baru semua berubah sehingga kini dampaknya terasa, profesi guru
menduduki urutan terbawah dari urutan profesi lainnya seperti dokter dan jaksa.
Selain itu melalui pembinaan ini diharapkan pemerintah memberikan
pelayanan suatu sistem bantuan profesional guna meningkatkan kemampuan
kompetensi dan profesionalitas guru secara continu, sehingga mutu standar
pengelolaan pendidikan terutama dalam proses pembelajaran terjabarkan dalam
planning, organizing, dan actuiting serta evaluating pembelajaran yang
bearkualitas. Dalam mengimplementasikan peningkatan profesionalitas guru
harus dilakukan dengan cara dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses
pembinaan. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam proses pembinaan
diantaranya, pembinaan lapangan, pembinaan penyegaraan, pembinaaan
berinteraksi dan komunikasi, pembinaan kepribadian, serta pembinaan keahlian.

C. Prinsip-Prinsip Pembinaan Profesionalitas Guru


Standar ebagai seorang guru professional,ada prinsip-prinsip profesionalitas
yang menjadi landasan.Seperti yang tercantum pada pasal 7 undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen,prinsip profesionalitas sebagai
seorang guru adalah sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.Prinsip ini biasanya
menjadi pematik bagi guru untuk tidak malas mengajar.
b. Mempunyai komitmen untuk senantiasa meningkatkan mutu (kualitas)
Pendidikan,keimanan,ketakwaan,dan akhlak mulia peserta didiknya.
c. Berkualifikasi akademik dan latar belakang Pendidikan sesuai dengan bidang
tugas yang di embannya.
d. Mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas yang di
embannya,mencakup kompetensi personal,social,professional dan
pendagogik.
e. Bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalnya.
f. Mendapatkan penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.

10
Ibid., Mustofa, hal 85.

8
g. Berkesempatan dalam pengembangan keprofeionalan yang berkelanjutan
dengan belajar sepanjang hayat.
h. Adanya jaminan dan perlindungan hukum bagi guru dalam pelaksanaan tugas
keprofesionalannya.
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan tugas keprosesinalan guru11
Suatu program pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan biasanya
diselenggarakan atas asumsi adanya berbagai kekurangan dilihat dari tuntutan
organisasi, atau karena adanya kehendak dan kebutuhan untuk tumbuh dan
berkembang di kalangan pendidik dan tenaga kependidikan itu sendiri, terdapat
beberapa prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan tenaga
kependidikan ini, yaitu:12
a. Pengembangan tenaga kependidikan patut dilakukan untuk semua jenis
tenaga kependidikan baik untuk tenaga struktural, tenaga fungsional,
maupun tenaga teknis penyelenggaraan pendidikan.
b. Pengembangan tenaga pendidikan berorientasi pada perubahan tingkah laku
dalam rangka peningkatan kemampuan profesional dan atau teknis untuk
pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan posisinya masing-masing.
c. Pengembangan tenaga kependidikan dilaksanakan untuk mendorong
peningkatannya konstribusi setiap individu terhadap organisasi pendidik
atau sistem sekolah, dan menyediakan bentuk-bentuk penghargaan,
kesejahteraan dan insentif sebagai imbalan guna menjamin terpenuhinya
segala secara optimal kebutuhan sosial ekonomis maupun kebutuhan sosial
psikologi.
d. Pengembangan tenaga kependidikan sebenarnya dirancang untuk memenuhi
tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan
masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja dan
ketahanan organisasi pendidikan.

11
Dikutip pada hari Minggu 1 November 2020,
https://www.google.com/amp/s/www.kerjausaha.com/2017/prinsip-profesionalitas-seorang-guru.html/amp.

12
Riyan Andika, Pembinaan Dan Pengembangan Profesionalitas Guru di Mts N 1 Tanggamus,
Skripsi Manajemen Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung, 2018.

9
e. Pengembangan tenaga pendidikan dirintis dan diarahkan untuk mendidik
dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatan posisi,
baik karena kebutuhan-kebutuhan yang berorientasi terhadap lowongan
jabatan/ posisi dimana yang akan datang.

D. Bentuk Pembinaan untuk Profesi Guru


Dalam garis besar bentuk pendidikan untuk profesi guru dibagi menjadi dua
garis besar, yaitu pre-service education dan in-service education.13 Program pre-
service education adalah program pendidikan yan dilakukan pada pendidikan
sekolah sebelum peserta didik mendapatkan tugas tertentu dalam suatu jabatan.
Lembaga penyelenggara program pre-service education ini adalah pendidikan
tinggi. Universitas yang menyediakan program ini berkenaan dengan kurikulum
pendidikan guru dan kemitraan dengan sekolah dengan membekali mahasiswa
calon guru dengan pengetahuan dan keterampilan formal kependidikan dan
pengetahuan tentang sekolah.
Program in-service education adalah program pendidikan yang mengacu pada
kemampuan akademik maupun profesional sesudah peserta didik mendapatkan
tugas tertentu dalam suatu jabatan. Orang tersebut berusaha meningkatkan
kinerjanya melalui pendidikan lanjut yang berijazah S-1, ke S-2, dan S-3 pada
jurusan tertentu yang relevan. Adapun upaya pemerintah untuk persiapan guru,
salah satu langkah pemerintah bersama Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (PMPTK) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
profesionalisme guru adalah dengan mengadakan sertifikasi guru dan pendidikan
profesi guru (PPG).
PPG adalah program pendidikan setelah S-1 yang mencakup keahlian khusus
yang terkait dengan kompetensi guru. PPG ini bertujuan untuk meningkatkan
mutu para tenaga pendidik.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang
telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi ini bertujuan untuk menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional,
meningkatkan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu.
13
Piet A. Sahertian, hal 69

10
Adapun perbedaan antara sertifikasi dengan PPG adalah:14
a. PPG diperuntukkan bagi calon guru atau new entry.
b. Program sertifikasi dilaksanakan oleh guru-guru yang telah menjalani
profesinya sebagai guru dan harus memenuhi persyaratan yang ada agar dapat
menjaga profesionalitasnya sebagai guru.
Menurut Made Pidarta, guru ideal sebagai berikut:15
1. Komponen afeksi guru – sabar, gembira, rendah hati, moral, bicara jelas
menarik, tekun dalam tugas, motif kuat terhadap jabatan guru, berprestasi,
jabatan sebagai karier, bekerja atas prinsip etik, tidak pamrih, tidak
mengadvertensikan profesinya, bertindak untuk kepentingan objektifitas murid;
2. Komponen penguasaan ilmu pengetahuan, pendidikan formal lama, spesifik,
mendalami dan memperluas terus menerus. Terintegrasi untuk mengorganisasi,
memotivasi & membantu belajar murid, menyusun materi kurikulum,
mengevaluasi dan mampu melaksanakan administrasi sekolah;
3. Komponen penyajian bahan; menanamkan cara belajar kritis, kreatif, percaya
diri, pandangan positif terhadap dunia. Promotor & konsultan murid, memberi
latihan kerja nyata, memperkenalkan kebudayaan lingkungan dan menjadi
penghubung terhadap lingkungan itu;
4. Komponen hubungan guru murid; kenal, senang, sensitif terhadap keadaan
murid, kasihan terhadap situasi tertentu, otonom dalam bertindak, tidak otoriter
dan membimbing;
5. Hubungan Guru dengan orang dewasa; anggota organisasi profesi, berteman
baik dengan kawan-kawan seprofesi dan anggota masyarakat. Sebagai contoh
taat beragama, sebagai petugas pendidikan sosial dan menjadi koodinator
lembaga nonformal di masyarakat.
Dalam rangka pengembangan profesionalisme guru secara berkelanjutan dapat
dilakukan dengan berbagai strategi antara lain:16
1. Berpartisipasi di dalam pelatihan atau in service training.

14
http://modulesemka.blogspot.com/2012/10/ppg-dan-plpg.html
15
Jurnal Tarbiyah Islamiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume 8 Nomor 2, Juli-
Desember 2018.
16
Ibid., Rusdianan, hal. 11-12.

11
Bentuk pelatihan yang fokusnya adalah keterampilan tertentu yang
dibutuhkan oleh guru untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Pelatihan
ini cocok dilaksanakan pada salah satu bentuk pelatihan pre-service atau in-
service. Model pelatihan ini berbeda dengan pendekatan pelatihan yang
konvensional, karena penekanannya lebih kepada evaluasi performan nyata
suatu kompetensi tertentu dari peserta pelatihan.
2. Membaca dan menulis jurnal atau makalah ilmiah lainnya
Dengan membaca dan memahami banyak jurnal atau makalah ilmiah lainnya
dalam bidang pendidikan yang terkait dengan profesi guru, maka guru dengan
sendirinya dapat mengembangkan profesionalisme dirinya, selanjutnya untuk
dapat memberikan kontribusi kepada orang lain, guru dapat melakukan dalam
bentuk penulisan artikel/makalah karya ilmiah yang sangat bermanfaat bagi
pengembangan profesionalisme guru yang bersangkutan maupun orang lain.
3. Berpartisipasi di dalam kegiatan ilmiah.
Pertemuan ilmiah memberikan makna penting untuk menjaga kemutakhiran
(up to date) hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru. Tujuan utama dari
kegiatan pertemuan ilmiah adalah menyajikan berbagai informasi dan inovasi
terbaru di dalam suatu bidang tertentu. Disamping itu dalam rangka
meningkatkan wawasan dan saling bertukar informasi yang berkaitan dengan
problema-problema pendidikan. Partisipasi guru pada kegiatan tersebut akan
memberikan kontribusi yang berharga dalam membangun profesionalisme
guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
4. Melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yang
merupakan studi sistematik yang dilakukan guru melalui kerja sama atau
tidak dengan guru lain dalam rangka merefleksikan dan sekaligus
meningkatkan praktik pembelajaran secara terus menerus juga merupakan
strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru. Berbagai kajian
yang bersifat reflektif oleh guru yang dilakukan untuk meningkatkan
kemantapan rasional, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang
dilakukan dalam melaksanakan tugasnya, dan memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran berlangsung akan bermanfaat sebagai inovasi
pendidikan. Dalam hal ini guru diberdayakan untuk mengambil berbagai

12
prakarsa profesional secara mandiri dengan penuh percaya diri. Jika proses ini
berlangsung secara terus menerus, maka akan berdampak pada peningkatan
profesionalisme guru.17
5. Partisipasi di dalam organisasi/komunitas profesional.
Ikut serta menjadi anggota organisasi profesional juga akan meningkatkan
profesionalisme seorang guru. Organisasi profesional biasanya akan melayani
anggotanya untuk selalu mengembangkan dan memelihara
profesionalismenya dengan membangun hubungan yang erat dengan
masyarakat. Dalam hal ini yang terpenting adalah guru harus pandai memilih
suatu bentuk organisasi profesional yang dapat memberi manfaat utuh bagi
dirinya melalui bentuk investasi waktu dan tenaga. Pilih secara bijak
organisasi yang dapat memberikan kesempatan bagi guru untuk
meningkatkan profesionalismenya.18

Usaha profesionalisasi guru merupakan hal yang mutlak karena uniknya


profesi guru. Seorang guru harus terus meningkatkan profesionalismenya melalui
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengelola
pembelajaran maupun kemampuan lain dalam upaya menjadikan peserta didik
memiliki keterampilan belajar, mencakup keterampilan dalam memperoleh
pengetahuan (learning to know), keterampilan dalam pengembangan jati diri
(learning tobe), keterampilan dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu (learning to
do), dan keterampilan untuk dapat hidup berdampingan dengan sesama secara
harmonis (learning to live together).

17
Ibid., Rusdianan, hal 12.
18
Ibid., Rusdianan, hal 12

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi profesi guru adalah pekerjaan yang dalam pelaksanaan tugasnya
memerlukan atau menuntut keahlian menggunakan teknik-teknik ilmiah dan
didekasi yang tinggi. Profesi adalah suatu pekerjaan atau keahlian yang
mensyaratkan kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang
diperolah melalui proses pendidikan secara akademis. Profesionalisme
menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen
beserta strategi penerapannya.
Upaya pemerintah untuk terus mengembangkan profesi pendidik sebagai
profesi yang kuat dan dihormati sejajar dengan profesi lainnya terlihat dari
lahirnya UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang berusaha
mengembangkan profesi pendidik melalui perlindungan hukum. Pemerintah telah
berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru diantaranya meningkatkan
kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga
pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program
penyetaraan Diploma II bagi guruguru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan
Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Upaya lain yang dilakukan pemerintah
adalah program sertifikasi, dan pembentukan PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan
KKG (Kelompok Kerja Guru). Di samping itu adanya peningkatan kesejahteraan
dengan mengupayakan adanya tunjangan profesi guru.
Dalam pembinaan profesionalisme guru, hal yang penting adalah membangun
kemandirian di kalangan guru sehingga dapat lebih mampu untuk
mengaktualisasikan dirinya guna mewujudkan pendidikan yang berkualitas.
Dalam hubungan ini tujuan pelajaran seperti yang dikemukakan oleh Prof. Idochi
dapat menjadi dasar pengembangan tersebut, sehingga dapat tumbuh sikap
inovatif guru dalam melaksanakan peran dan tugasnya mendidik masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik dan berkualitas.

14
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Tarbiyah Islamiyah. 2018. Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Volume
8 Nomor 2, Juli-Desember.
Kompri. 2016. Manajemen Pendidikan. (Jakata: Bumi Aksara).
Maimunah. 2017. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Metode
Latihan di SD Negeri 55 Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Jurnal
PAJAR (Pendidikan dan Pengajaran) Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Universitas Riau Volume 1 Nomor 2 November, SSN
Cetak : 2580-8435.

Mustofa. 2007. Upaya Pengembangan Profesionalisme Guru di Indonesia. Jurnal


Ekonomi & Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, April.
Riyan Andika. 2018. Pembinaan Dan Pengembangan Profesionalitas Guru di Mts
N 1 Tanggamus. Skripsi Manajemen Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah
Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Rusdiana Husaini. 2018. Pembinaan Profesionalisme Guru. Jurnal Tarbiyah
Islamiyah: Jurnal Ilmaih Pendidikan Agama Islam Volume 8 no 2. Juli –
Desember.
Tia Agustine, Dewi, dkk. 2019. Strategi Pembinaan Untuk Meningkatkan
Profesionalisme Guru SMK. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Vol. 2. No.1. P-Issn 2620-9047, E-Issn
2620-9071.
https://www.google.com/amp/s/www.kerjausaha.com/2017/prinsipprofesionalitas-
seorang-guru.html/amp.
http://modulesemka.blogspot.com/2012/10/ppg-dan-plpg.html

15

Anda mungkin juga menyukai