Dosen Pengampu :
Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 11
ROMBEL G
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah tentang
“Guru Penggerak Merdeka,Manajemen dan Pola Organisi BK di Sekolah ”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................... 4
Rumusan Masalah................................................................................................... 4
Tujuan...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Makna Guru Penggerak, Merdeka Belajar..........................................................5
B. Peran Guru Penggerak dalam program Merdeka Belajar.......................................5
C. Manajemen dan Pola Organisasi BK di sekolah....................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................18
Kesimpulan..........................................................................................................18
Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) yaitu
Nadiem Anwar Makarim, telah mengemukakan konsep kurikulum baru pada akhir
tahun 2019. Konsep yang diberi nama ‘Merdeka Belajar’ ini diyakini menjadi solusi
untuk reformasi sistem pendidikan Indonesia. Melalui Merdeka Belajar, siswa
diharapkan menjadi seorang yang mandiri, berani, pintar bersosialisasi, sopan,
beradab, dan berkompetensi.
Konsep Merdeka Belajar memiliki beberapa perbedaan dengan konsep
pendidikan yang sebelumnya.Konsep ini akan merubah sistem pengajaran yang
biasanya terpaku di dalam kelas, kini dapat memasukkan instrumen lain di luar kelas
sebagai bahan ajar seperti observasi lingkungan maupun pencarian daring. Keaktifan
siswa dalam mencari ilmu baru dari sumber yang semakin beragam diharapkan dapat
meningkatkan kualitas siswa.
Peningkatan kualitas siswa tentunya diiringi peningkatan kualitas tenaga
pendidik. Sesuai dengan motto Merdeka Belajar yang digunakan yaitu ‘Merdeka
Belajar, Guru Penggerak’, konsep ini juga menuntut inisiatif guru sebagai tangan
pertama pemberi materi dan contoh bagi murid.
Oleh karena itu, tepatnya pada tanggal 3 Juli 2020, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) meluncurkan rangkaian Merdeka Belajar yang
ke lima yaitu Guru Penggerak. Sebelum kita mengetahui tujuan dari Guru Penggerak,
kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi dari Guru Penggerak itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Apa makna Guru Penggerak, Merdeka Belajar?
Apa saja peran Guru Penggerak dalam program Merdeka Belajar?
Bagaimana Manajemen dan Pola Organisasi BK di sekolah?
C. Tujuan
1. Menjelaskan makna Guru Penggerak, Merdeka Belajar
2. Mendeskripsikan peran Guru Penggerak dalam program Merdeka Belajar
3. Menganalisis Manajemen dan Pola Organisasi BK di sekolah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika kita ingin meningkatkan kualitas
siswa maka kita juga harus meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya. Tenaga
pendidik atau guru menjadi tombak utama dari kegiatan belajar mengajar. Program
Guru Penggerak dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan para guru
demi memenuhi konsep kurikulum Merdeka Belajar.
Peran ini merupakan peran yang dimiliki oleh kedua jenis guru, baik itu Guru
Penggerak maupun guru dengan definisi baik. Peran mendorong peningkatan prestasi
akademik murid selaras dengan tujuan Merdeka Belajar yaitu menciptakan generasi
hebat di masa yang akan datang. Peran ini juga sesuai dengan aspek Profil Pelajar
Pancasila yang mengharuskan siswa untuk bernalar kritis dan berakhlak mulia agar
prestasi akademiknya meningkat.
Guru yang baik mampu menemukan metode yang tepat dalam penyampaian
materi belajar, begitu juga Guru Penggerak. Terkadang siswa merasa jenuh ketika
bahan ajar yang dijelaskan guru hanya disampaikan dengan metode tradisional
semacam penyalinan buku teks. Melalui pengajaran dengan metode yang kreatif, guru
5
secara tidak langsung telah memberi contoh kepada siswa untuk selalu berinovasi
dalam mencari ilmu.
Mengembangkan diri secara aktif tak hanya menjadi sebuah keharusan untuk
siswa, tetapi berlaku juga untuk Guru Penggerak maupun guru dengan definisi baik.
Mengembangkan diri secara aktif berarti selalu berinovasi serta mampu berusaha
sendiri dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan salah
satu aspek Profil Pelajar Pancasila yaitu mandiri.
Mulai dari poin ke-4 hingga ke-6 adalah peran yang hanya dimiliki oleh Guru
Penggerak. Mereka mendorong tumbuh kembang murid secara holistik mengikuti
seluruh aspek Profil Pelajar Pancasila, bukan hanya di kelasnya tetapi juga di kelas
lain. Guru Penggerak tidak terpaku dengan kurikulum yang ditentukan. Mereka juga
melihat standar pencapaian Profil Pelajar Pancasila dan mencocokkan dengan metode
pengajarannya.
6
6. Menjadi Teladan dan Agen Transformasi Bagi Ekosistem Pendidikan
Perbedaan yang mendasar dari guru pada umumnya dan Guru Penggerak yaitu
besaran dampak yang dibuat. Guru Penggerak diharapkan menjadi teladan dan agen
perubahan di dalam ekosistem pendidikan. Mereka harus mempunyai dampak lain
selain perubahan positif di kelasnya sendiri. Guru Penggerak harus memberikan
dampak kepada guru-guru lain serta dampak kepada sekolahnya. Mereka layaknya
lilin/obor perubahan di masing-masing unit pendidikannya, bahkan di luar unit
pendidikannya.
7
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Anka Kreditnya beserta berbagai aturan
pelaksanaannya. Diantaranya yang pokok adalah sistem yang terlingkup
didalam “BK Pola 17” beserta penyusunan program, pelaksanaan, penilaian,
pengawasan, pembinaan, dan pengambangan kegiatan bimbingan dan konseling.
Dasar bimbingan konseling adalah pengelolaan menejmen yang bermutu, agar
layanan yang diberikan, jelas, terarah dan sistematis yang dilakuakan oleh guru
pembimbingan yang professional dengan syarat mengauasai beberpa kompetensi
dasar.
Menurut Stooner : management is the prossec of planning, organizing, leading,
controlling the effort of organizing members and of using all other organisasional
resources to achieve stated organizational goals.
Setelah memperhatikan pengertian di atas dapat diketahui ada beberapa aspek
fundamental yang menjadi acuan terselenggaranya suatu manajemen yang bermutu
diantaranya :
1. Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan konseling
2. Implementasi tugas guru pembimbing ( konselor )
3. Pengorganisasian bimbiongan dan konseling
4. Pemamfaatan fasilitas pendukung kegiatan BK
5. Pengadministrasian kegiatan BK
Seperti halnya kegiatan yang lain, layanan BK harus dan memerlukan
manajemen atau pengaturan. Mengenai arti dari manajemen itu sendiri Stoner
(Juntika: 2005) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the
process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing
members and of using all other organizational resources to achieve stated
organizational goals”.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rangka manajemen BK :
a) Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling.
Persiapan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan rencana
8
2. Manfaat pengorganisasian
Tiap personel BK menyadari tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
Terhindar dari tumpang tindih tugas.
Terjadi mekanisme kerja secara baik dan teratur
Terjadi kelancaran, efisiensi dan efektivitas.
9
d) Guru Mata Pelajaran, bertugas mensosialisasikan layanan BK,
menyediakan informasi tentang siswa saat proses belajar, mengidentifikasi
siswa, serta memantau perkembangan dan kemajuan siswa
e) Staf Administrasi, bertugas membantu mempersiapkan dan
mengadministrasikan kegiatan BK serta memberi informasi tentang
pelaksanaan layanan BK.
f) Konselor, bertugas:
Mengorganisasikan Layanan BK
Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa serta kondisi
sekolah.
Mengkoordinasikan seluruh personel layanan BK.
Menyusun, melaksanakan, mengevaluasi program.
Mempertanggungjawabkan semua kegiatan BK kepada Kepala
Sekolah.
10
Supervisi kegiatan bimbingan.
2) Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik secara pribadi maupun
secara kelompok.
3) Pengukuran minat, kemampuan, perilaku, kemajuan belajar mahasiswa.
11
e. Penetapan metode pelaksanaan kegiatan.
f. Penetapan personel kegiatan.
g. Persiapan fasilitas dan biaya kegiatan.
h. Perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.
Dalam proses layanan bimbingan dan konseling, konselor sebagai fasilitator
didalamnya berfungsi untuk merencanakan, mengorganisir, menyusun staf,
mengaktifkan dan mengendalikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
3. Tujuan manajemen bimbingan dan konseling.
Pada dasarnya manajemen dapat diterapkan dengan berhasil dalam setiap
kegiatan kerja sama manusia, khususnya dalam kegiatan bimbingan dan konseling,
untuk mengejar apa yang diinginkan maka perlu ditemukan suatu tujuan. Dalam
menetapkan tujuan, telah diperkenalkan sebuah teknik yang digunakan secara luas
yang disebut dengan management by objective. Peter Ducker (1996) dalam Ukas
(2006:108) mengatakan bahwa management by objective adalah manajemen yang
berdasarkan sasaran dimana setiap tindakan dan akibatnya diarahkan, sehingga
merupakan sumber utama daripada kemakmuran yang bisa menjamin kontinuitas
hidup daripada kegiatan suatu organisasi. Manajemen diperlukan agar tujuan
organisasi bimbingan dan konseling dapat dimengerti dan diterima oleh anggota
organisasi bimbingan dan konseling, serta masyarakat, dicamkan sedalam-dalamnya
dalam jiwa mereka untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan manajemen yang telah
dilakukan.
John F. Mee memberikan sifat-sifat yang seharusnya terkandung dalam tujuan
sehingga dapat lebih memahami terhadap arti yang terkandung dalam tujuan tersebut
yaitu diantaranya:
a. Apa yang menjadi tujuan ditentukan terlebih dahulu titik akhirnya.
b. Tujuan harus dapat dimengerti oleh mereka yang akan melaksanakannya.
c. Tujuan harus dinyatakan baik tertulis ataupun lisan untuk dijadikan pegangan
bagi para pelaksana dalam proses pencapaiannya.
Dalam bimbingan dan konseling manajemen memiliki peranan yang sangat
besar, diantaranya adalah sebagai alat agar sistem bimbingan dan konseling di
sekolah dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
kegiatan bimbingan dan konseling, serta untuk menegakkan akuntabilitas bimbingan
dan konseling
12
Adapun tujuan bimbingan dan konseling itu sendiri adalah terbagi kedalam dua
tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Diantaranya adalah:
1. Tujuan umum program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut:
a. Agar para siswa dapat memperkembangkan pengertian dan pemahaman
dirinya untuk mencapai kemajuan di sekolah.
b. Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja,
kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam meraih peluang dan memilih
suatu kesempatan kerja tertentu, sesuai dengan tingkat pendidikan dan
keterampilan yang dipersyaratkan.
c. Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan untuk memilih, dan
mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang peluang
dan kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab.
d. Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga
diri orang lain.
2. Tujuan khusus program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai
diantaranya:
a. Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
memahami dirinya sendiri.
b. Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan didalam
memahami lingkungannya, termasuk lingkungan sekolah, keluarga, dan
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
c. Agar para siswa memiliki kemampuan dalam mengatasi kesulitan, dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya baik itu
menyangkut masalah pribadi, belajar, sosial, dan karir.
d. Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan
potensi-potensi yang dimilikinya dalam bidang pendidikan dan dalam lapangan
kerja secara tepat.
4. Prinsip perencanaan bimbingan dan konseling.
a. Perencanaan tersebut sistematis, yaitu berurutan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
b. Perencanaan itu juga Berkesinambungan, sebagai suatu proses yang berlanjut
dan bertahap.
c. Perencanaan dapat mengarahkan pelaksanaan BK
13
d. Seluruh komponen dari perencanaan mampu dijalankan dengan baik.
5. Koordinator pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
Sebagai penanggung jawab utama pelayanan BK di sekolah, koordinator
memegang administrasi bimbingan, yaitu mengatur kerja sama tenaga-tenaga
bimbingan dan mengarahkan semua aktivitas atau kegiatan BK di sekolah yang
bersangkutan. Sebagai pimpinan staf bimbingan, koordinator harus memenuhi
tuntutan pendidikan akademik dan harus mampu menciptakan jaringan kerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan bimbingan.
Pembagian tugas di antara para anggota staf bimbingan, sesuai dengan
jabatannya masing-masing menjadi tanggung jawab koordinator. Ada lima
kemungkinan mengatur pembagian tugas antara para tenaga bimbingan di sekolah,
khususnya di sekolah menengah yaitu :
1) Pembimbing laki-laki melayani siswa laki-laki dan pembimbing perempuan
melayani siswa perempuan.
2) Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap tingkatan tertentu, sehingga
pembimbing setiap tahun pembelajaran memperoleh angkatan siswa yang baru.
3) Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap angkatan siswa tertentu yang
diikutinya terus dari saat angkatan itu masuk sekolah sampai tamat.
4) Setiap pembimbing memegang layanan-layanan bimbingan tertentu untuk seluruh
angkatan siswa, misalnya pembimbing A khusus melayani semua siswa yang akan
melanjutkan ke perguruan tinggi, pembimbing B khusus melayani semua siswa
yang akan langsung bekerja setelah tamat, dan pembimbing C menangani program
testing untuk semua siswa, dan lain sebagainya.
5) Kombinasi antara poin 2 dan 4, sehingga ada beberapa pembimbing yang
melayani siswa di tingkat kelas tertentu dan ada beberapa pembimbing yang
memegang aspek-aspek program bimbingan tertentu.
Selain itu, koordinator BK juga mengatur hubungan kerja sama di antara para
tenaga bimbingan dengan tenaga pembantu administratif atau tata usaha. Dalam
mengadministrasikan kegiatan-kegiatan bimbingan, sebaiknya dibedakan antara
kegiatan yang menyangkut :
1) Kegiatan profesional intern di antara anggota bimbingan.
2) Kegiatan membina hubungan dengan masyarakat, instansi pendidikan lain, atau
tenaga penunjang di luar sekolah yang bersangkutan.
14
3) Kegiatan yang berupa penulisan laporan yang harus dikerjakan oleh masing-
masing tenaga bimbingan.
4) Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pembantu administratif.
5) Kegiatan profesional ekstern yang berupa implementasi dari pelayanan bimbingan
yang diberikan kepada orang lain.
15
e. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tugas perkembangan dan
hasil belajar.
f. Keberhasilan siswa setelah menyelesaikan sekolah, baik pada studi
lanjutan maupun pada kehidupannya di masyarakat.
16
konseling (staf BK) yang lain dan tenaga penunjang. Koordinator bertanggung jawab
atas pelayanan bimbingan dan konseling disekolah yang bersangkutan. Contoh pola
manajemen BK yang non-professional adalahb sebagai berikut ; pada pola manajemen
atau struktur organisasi BK diatas, kepala sekolah tidak bertugas sebagai pembimbing
utama, namun pola diatas juga menunjukkan bahwa sekolah yang bersangkutan belum
atau tidak memiliki petugas atau tenaga bimbingan khusus, karena manajemen
bimbingan konseling dilaksanakan oleh wakil kepala Sekolah urusan kesiswaan dan
para wali kelas. Dengan pola diatas, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan para
wali kelas memiliki tugas rangkap.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru Penggerak merupakan suatu program pelatihan, identifikasi, atau
pembibitan calon pemimpin-pemimpin pendidikan Indonesia di masa depan.
Adapun peran guru penggerak dalam program merdeka belajar:
18
B.Saran
Kepemimpinan adalah segala-galanya bagi masing-masing unit pendidikan
kita. Tanpa kepemimpinan, masing-masing unit pendidikan yang kita miliki
hanya terpaku pada penyelesaian tugas-tugas struktural saja. Ketika kepala
sekolah dan pengawas sekolah dapat berfokus pada kualitas pembelajaran dan
peningkatan kemampuan masing-masing guru di sekolahnya, barulah
transformasi pendidikan akan terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/malik_ibrahim/58ce477c727e615b31638e3b/pola-
organisasi-dalam-bimbingan-dan-konseling?page=all diakses pada tanggal 27
November 2020 pukul 10.05
https://blog.kejarcita.id/6-peran-guru-penggerak-dalam-program-merdeka-
belajar/#:~:text=Guru%20Penggerak%20merupakan%20suatu
%20program,melahirkan%20generasi%20penerus%20unggul%20Indonesia. diakses
pada tanggal 27 November 2020 pukul 10.30
http://blognyahusnaratnasaribukhari1518.blogspot.com/2014/10/makalah-manajemen-
konseling-disekolah.html diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 11.00
19