Anda di halaman 1dari 19

GURU PENGGERAK MERDEKA BELAJAR,MANAJEMEN

DAN POLA ORGANISASI BK DI SEKOLAH

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu :
Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 11

1. Annisa Ulfatun N. (1401418313/04)


2. Wafiqoh Ramadhani (1401418314/05)
3. Vivi Lestiyani (1401418315/06)
4. Rr. Tias Permata Herawati(4301420020/37)

ROMBEL G

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan penulis kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis mengucapkan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik
maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah tentang
“Guru Penggerak Merdeka,Manajemen dan Pola Organisi BK di Sekolah ”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 28 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................... 4
Rumusan Masalah................................................................................................... 4
Tujuan...................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Makna Guru Penggerak, Merdeka Belajar..........................................................5
B. Peran Guru Penggerak dalam program Merdeka Belajar.......................................5
C. Manajemen dan Pola Organisasi BK di sekolah....................................................7
BAB III PENUTUP.......................................................................................................18
Kesimpulan..........................................................................................................18
Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Mendikbud) yaitu
Nadiem Anwar Makarim, telah mengemukakan konsep kurikulum baru pada akhir
tahun 2019. Konsep yang diberi nama ‘Merdeka Belajar’ ini diyakini menjadi solusi
untuk reformasi sistem pendidikan Indonesia. Melalui Merdeka Belajar, siswa
diharapkan menjadi seorang yang mandiri, berani, pintar bersosialisasi, sopan,
beradab, dan berkompetensi.
Konsep Merdeka Belajar memiliki beberapa perbedaan dengan konsep
pendidikan yang sebelumnya.Konsep ini akan merubah sistem pengajaran yang
biasanya terpaku di dalam kelas, kini dapat memasukkan instrumen lain di luar kelas
sebagai bahan ajar seperti observasi lingkungan maupun pencarian daring. Keaktifan
siswa dalam mencari ilmu baru dari sumber yang semakin beragam diharapkan dapat
meningkatkan kualitas siswa.
Peningkatan kualitas siswa tentunya diiringi peningkatan kualitas tenaga
pendidik. Sesuai dengan motto Merdeka Belajar yang digunakan yaitu ‘Merdeka
Belajar, Guru Penggerak’, konsep ini juga menuntut inisiatif guru sebagai tangan
pertama pemberi materi dan contoh bagi murid.
Oleh karena itu, tepatnya pada tanggal 3 Juli 2020, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) meluncurkan rangkaian Merdeka Belajar yang
ke lima yaitu Guru Penggerak. Sebelum kita mengetahui tujuan dari Guru Penggerak,
kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi dari Guru Penggerak itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
 Apa makna Guru Penggerak, Merdeka Belajar?
 Apa saja peran Guru Penggerak dalam program Merdeka Belajar?
 Bagaimana Manajemen dan Pola Organisasi BK di sekolah?
C. Tujuan
1. Menjelaskan makna Guru Penggerak, Merdeka Belajar
2. Mendeskripsikan peran Guru Penggerak dalam program Merdeka Belajar
3. Menganalisis Manajemen dan Pola Organisasi BK di sekolah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna Guru Penggerak, Merdeka Belajar

Guru Penggerak merupakan suatu program pelatihan, identifikasi, atau


pembibitan calon pemimpin-pemimpin pendidikan Indonesia di masa depan. Program
ini bertujuan untuk mencari agen-agen perubahan yang di masa depan akan
memberikan dampak besar bagi institusi pendidikan guna melahirkan generasi
penerus unggul Indonesia. Program ini sangat penting dan diharapkan sukses agar
masa depan unit pendidikan Indonesia dapat terjaga.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ketika kita ingin meningkatkan kualitas
siswa maka kita juga harus meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya. Tenaga
pendidik atau guru menjadi tombak utama dari kegiatan belajar mengajar. Program
Guru Penggerak dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kemampuan para guru
demi memenuhi konsep kurikulum Merdeka Belajar.

B. Peran Guru Penggerak dalam program Merdeka Belajar

1. Mendorong Peningkatan Prestasi Akademik Murid

Peran ini merupakan peran yang dimiliki oleh kedua jenis guru, baik itu Guru
Penggerak maupun guru dengan definisi baik. Peran mendorong peningkatan prestasi
akademik murid selaras dengan tujuan Merdeka Belajar yaitu menciptakan generasi
hebat di masa yang akan datang. Peran ini juga sesuai dengan aspek Profil Pelajar
Pancasila yang mengharuskan siswa untuk bernalar kritis dan berakhlak mulia agar
prestasi akademiknya meningkat.

2. Mengajar dengan Kreatif

Guru yang baik mampu menemukan metode yang tepat dalam penyampaian
materi belajar, begitu juga Guru Penggerak. Terkadang siswa merasa jenuh ketika
bahan ajar yang dijelaskan guru hanya disampaikan dengan metode tradisional
semacam penyalinan buku teks. Melalui pengajaran dengan metode yang kreatif, guru

5
secara tidak langsung telah memberi contoh kepada siswa untuk selalu berinovasi
dalam mencari ilmu.

3. Mengembangkan Diri Secara Aktif

Mengembangkan diri secara aktif tak hanya menjadi sebuah keharusan untuk
siswa, tetapi berlaku juga untuk Guru Penggerak maupun guru dengan definisi baik.
Mengembangkan diri secara aktif berarti selalu berinovasi serta mampu berusaha
sendiri dalam meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan salah
satu aspek Profil Pelajar Pancasila yaitu mandiri.

4. Mendorong Tumbuh Kembang Murid Secara Holistik

Mulai dari poin ke-4 hingga ke-6 adalah peran yang hanya dimiliki oleh Guru
Penggerak. Mereka mendorong tumbuh kembang murid secara holistik mengikuti
seluruh aspek Profil Pelajar Pancasila, bukan hanya di kelasnya tetapi juga di kelas
lain. Guru Penggerak tidak terpaku dengan kurikulum yang ditentukan. Mereka juga
melihat standar pencapaian Profil Pelajar Pancasila dan mencocokkan dengan metode
pengajarannya.

5. Menjadi Pelatih (Coach/Mentor) Bagi Guru Lain untuk Pembelajaran


yang Berpusat Pada Murid

Guru Penggerak memiliki program untuk melatih potensi mentorshipdan


kepemimpinan mereka untuk mampu membantu guru-guru lain. Guru Penggerak
memiliki tempat pelatihannya berbentuk sekolah, sehingga para guru yang lulus baru
bisa menjadi Guru Penggerak. Jalur karir dari Guru Penggerak yaitu menjadi kepala
sekolah, pengawas sekolah, serta instruktur pelatihan guru. Ketiga posisi tersebut
membutuhkan skill kepemimpinan yang tinggi.

Guru Penggerak diharapkan mampu untuk melakukan perubahan di masing-


masing institusi pendidikan mereka. Dalam mewujudkannya, Kemendikbud akan
berkolaborasi dengan semua kepala dinas dan pemerintah daerah untuk memastikan
hal ini terjadi, sehingga peran Guru Penggerak dapat mencakup seluruh wilayah
Indonesia.

6
6. Menjadi Teladan dan Agen Transformasi Bagi Ekosistem Pendidikan

Perbedaan yang mendasar dari guru pada umumnya dan Guru Penggerak yaitu
besaran dampak yang dibuat. Guru Penggerak diharapkan menjadi teladan dan agen
perubahan di dalam ekosistem pendidikan. Mereka harus mempunyai dampak lain
selain perubahan positif di kelasnya sendiri. Guru Penggerak harus memberikan
dampak kepada guru-guru lain serta dampak kepada sekolahnya. Mereka layaknya
lilin/obor perubahan di masing-masing unit pendidikannya, bahkan di luar unit
pendidikannya.

Guru Penggerak Adalah Ujung Tombak Reformasi Pendidikan


Indonesia

Pak Nadiem berpesan bahwa kepemimpinan adalah segala-galanya bagi masing-


masing unit pendidikan kita. Tanpa kepemimpinan, masing-masing unit pendidikan
yang kita miliki hanya terpaku pada penyelesaian tugas-tugas struktural saja. Ketika
kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat berfokus pada kualitas pembelajaran dan
peningkatan kemampuan masing-masing guru di sekolahnya, barulah transformasi
pendidikan akan terjadi.

C. Manajemen dan Pola Organisasi BK di sekolah

1.    Dasar manajemen bimbingan dan konseling.


Pada dasarnya manajemen dalam layanan  bimbingan dan konseling dilakukan
untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang bermutu, yaitu layanan
yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan
program, personil, fasilitas dan pembiayaan layanan bimbingan dan konseling secara
optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.
Konsep pelayanan bimbingan dan konseling yang bermutu menurut Goetsch
dan Davis adalah layanan bimbingan dan konseling yang merujuk pada proses dan
produk layanan bimbingan dan konseling yang mampu memenuhi harapan siswa,
masyarakat dan pemerintah.
Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah didasarkan kepada ketentuan
yang termasuk didalam peraturan perundangan yang berlaku, khususnya SK Menpan
tentang jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, dan SK Menpan tentang

7
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Anka Kreditnya beserta berbagai aturan
pelaksanaannya.  Diantaranya yang pokok adalah sistem yang terlingkup
didalam “BK Pola 17” beserta penyusunan program, pelaksanaan, penilaian,
pengawasan, pembinaan, dan pengambangan kegiatan bimbingan dan konseling.
Dasar bimbingan konseling adalah pengelolaan menejmen yang bermutu, agar
layanan yang diberikan, jelas, terarah dan sistematis yang dilakuakan oleh guru
pembimbingan yang professional dengan syarat mengauasai beberpa kompetensi
dasar.
Menurut Stooner : management is the prossec of planning, organizing, leading,
controlling the effort of organizing members and of using all other organisasional
resources to achieve stated organizational goals.
Setelah  memperhatikan pengertian di atas dapat diketahui ada beberapa aspek
fundamental yang menjadi acuan terselenggaranya suatu manajemen yang bermutu
diantaranya :
1.    Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan bimbingan konseling
2.    Implementasi tugas guru pembimbing ( konselor )
3.    Pengorganisasian bimbiongan dan konseling
4.    Pemamfaatan fasilitas pendukung kegiatan BK
5.    Pengadministrasian kegiatan BK
Seperti halnya kegiatan yang lain, layanan BK harus dan memerlukan
manajemen atau pengaturan. Mengenai arti dari manajemen itu sendiri Stoner
(Juntika: 2005) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the
process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing
members and of using all other organizational resources to achieve stated
organizational goals”.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam rangka manajemen BK :
a)    Perencanaan program dan pengaturan waktu pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling.
 Persiapan pelaksanaan
 Pelaksanaan kegiatan, sesuai dengan rencana

b)   Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling.


1.    Pengorganisasian berarti suatu bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja,
prosedur dan pola kerja kegiatan layanan BK.

8
2.    Manfaat pengorganisasian
 Tiap personel BK menyadari tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
 Terhindar dari tumpang tindih tugas.
 Terjadi mekanisme kerja secara baik dan teratur
 Terjadi kelancaran, efisiensi dan efektivitas.

3.    Tujuan Pengorganisasian, merupakan manifestasi dari tujuan BK itu sendiri.


4.    Implementasi pengorganisasian dalam Bimbingan dan Konseling.
Tanpa pengorganisasian, BK tidak akan terlaksana secara sistematis,
tidak ada suatu koordinasi, perencanaan, sasaran yang jelas, serta
kepemimpinan yang proporsional dan profesional. Pengorganisasian BK
membantu seluruh personel sekolah, siswa dan orang tua dalam
mengoptimalkan peran masing-masing serta mencegah terjadinya
penyalahgunaan tugas tiap personel. Hal yang perlu diperhatikan agar
pengorganisasian BK berjalan baik :
 Semua personel sekolah dihimpun dalam satu wadah, agar terwujud satu
kesatuan cara bertindak kaitannya dalam memberikan layanan BK.
 Mekanisme kerja harus tunggal.
 Tugas, wewenang dan tanggguang jawab tiap personel jelas.

Tugas dan peran masing-masing personel yaitu:


a) Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab seluruh kegiatan sekolah,
pemantau dan suvervisi pelaksana BK.
b) Wakil Kepala Sekolah, bertugas sesuai dengan bidang garapannya.
Tugas-tugasnya yaitu:
 Pelaksana kebijakan kepala sekolah, terutama yang berkaitan dengan
BK
 Penyedia informasi
 Mensosialisasikan program BK sesuai dengan bidangnya.
c) Wali Kelas, bertugas sebagai penyedia informasi, pemantau
perkembangan dan kemajuan siswa, fasilitator dalam mensosialisasikan
layanan BK serta membantu mengidentifikasi siswa yang membbutuhkan
layanan responsif.

9
d) Guru Mata Pelajaran, bertugas mensosialisasikan layanan BK,
menyediakan informasi tentang siswa saat proses belajar, mengidentifikasi
siswa, serta memantau perkembangan dan kemajuan siswa
e) Staf Administrasi, bertugas membantu mempersiapkan dan
mengadministrasikan kegiatan BK serta memberi informasi tentang
pelaksanaan layanan BK.
f)  Konselor, bertugas:
 Mengorganisasikan Layanan BK
 Menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa serta kondisi
sekolah.
 Mengkoordinasikan seluruh personel layanan BK.
 Menyusun, melaksanakan, mengevaluasi program.
 Mempertanggungjawabkan semua kegiatan BK kepada Kepala
Sekolah.

Tugas konselor dalam surat keputusan bersama Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan dan Meteri Badan Administrasi Negara, Nomor
0433/P/1993 dan Nomor 25 tahun 1993, meliputi:
 Penyusunan program layanan, dihargai 12 jam.
 Pelaksanaan layanan, dihargai 18 jam.
 Evaluasi pelaksanaan layanan, dihargai 6 jam.
 Membimbing 150 orang siswa, dihargai 18 jam. Selebihnya dihargai
sebagai kelebihan mengajar.

c)    Pemanfaatan fasilitas pendukung kegiatan Bimbingan dan Konseling.


d)   Pengadministrasian kegiatan Bimbingan dan Konseling.
e)    Pengarahan, Supervisi, dan penilitian kegiatan Bimbingan dan Konseling.
 Pengarahan

1)   Untuk menciptakan suatu kordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf


bimbingan yang ada.
2)   Untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3)   Memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan program yang
telah direncanakan.

10
 Supervisi kegiatan bimbingan.

1)   Mengontrol kegiatan-kegiatan dari para personel bimbingan yaitu


bagaimana pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka masing-masing.
2)   Mengontrol adanya kemungkinan hambatan-hambatan yang ditemui oleh
para personal bimbingan dalam melaksanakan tugas masing-masing.
3)   Mencari solusi atas pertayaan atau masalah-masalah yang dihadapi.
4)   Memungkinkan terlaksananya program bimbingan secara lancar ke arah
pencapai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
 Penilaian program layanan

Beberapa kegiatan dalam BK yang dievaluasi :


1)   Konseling individual dan kelompok.

2)   Konsultasi dengan siswa, orang tua, dan guru baik secara pribadi maupun
secara kelompok.
3)   Pengukuran minat, kemampuan, perilaku, kemajuan belajar mahasiswa.

4)   Kordinasikan dengan pihak sekolahan.


2.      Fungsi manajemen bimbingan dan konseling.
Fungsi manajemen yang diimplementasikan dalam BK terlihat dan dapat
diwujudkan dalam perencanaan program, pengorganisasian aktivitas, dan semua unsur
pendukung BK. BK perlu dilakukan sebagai aktivitas layanan bermutu, yaitu yang
mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola dan mendayagunakan semua
sumber daya secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi individu.
Materi layanan hendaknya membumi atau sesuai dengan kebutuhan siswa. Alat
dan fasilitas digunakan secara efektif dan efisien. Kegiatan dilakukan secara tepat
disertai materi yang sesuai dengan waktu yang diberikan. Sosialisasi program juga
perlu mendapat perhatian dan pemikiran strategi agar keberadaan dan kedekatan
antara BK dengan penggunanya selalu terjaga.
Untuk tercapainya program perencanaan BK yang efektif dan efisien, maka ada
beberapa hal yang harus dilakukan:
a.    Analisis kebutuhan siswa.
b.    Penentuan tujuan BK.
c.    Analisis situasi sekolah.
d.   Penentuan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan.

11
e.    Penetapan metode pelaksanaan kegiatan.
f.     Penetapan personel kegiatan.
g.    Persiapan fasilitas dan biaya kegiatan.
h.    Perkiraan tentang hambatan kegiatan dan antisipasinya.
Dalam proses layanan bimbingan dan konseling, konselor sebagai fasilitator
didalamnya berfungsi untuk merencanakan, mengorganisir, menyusun staf,
mengaktifkan dan mengendalikan seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
3.      Tujuan manajemen bimbingan dan konseling.
Pada dasarnya manajemen dapat diterapkan dengan berhasil dalam setiap
kegiatan kerja sama manusia, khususnya dalam kegiatan bimbingan dan konseling,
untuk mengejar apa yang diinginkan maka perlu ditemukan suatu tujuan.  Dalam
menetapkan tujuan, telah diperkenalkan sebuah teknik yang digunakan secara luas
yang disebut dengan management by objective.  Peter Ducker (1996) dalam Ukas
(2006:108) mengatakan bahwa management by objective adalah manajemen yang
berdasarkan sasaran dimana setiap tindakan dan akibatnya diarahkan, sehingga
merupakan sumber utama daripada kemakmuran yang bisa menjamin kontinuitas
hidup daripada kegiatan suatu organisasi.  Manajemen diperlukan agar tujuan
organisasi bimbingan dan konseling dapat dimengerti dan diterima oleh anggota
organisasi bimbingan dan konseling, serta masyarakat, dicamkan sedalam-dalamnya
dalam jiwa mereka untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan manajemen yang telah
dilakukan.
John F. Mee memberikan sifat-sifat yang seharusnya terkandung dalam tujuan
sehingga dapat lebih memahami terhadap arti yang terkandung dalam tujuan tersebut
yaitu diantaranya:
a.    Apa yang menjadi tujuan ditentukan terlebih dahulu titik akhirnya.
b.    Tujuan harus dapat dimengerti oleh mereka yang akan melaksanakannya.
c.    Tujuan harus dinyatakan baik tertulis ataupun lisan untuk dijadikan pegangan
bagi para pelaksana dalam proses pencapaiannya.
Dalam bimbingan dan konseling manajemen memiliki peranan yang sangat
besar, diantaranya adalah sebagai alat agar sistem bimbingan dan konseling di
sekolah dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
kegiatan bimbingan dan konseling, serta untuk menegakkan akuntabilitas bimbingan
dan konseling

12
Adapun tujuan bimbingan dan konseling itu sendiri adalah terbagi kedalam dua
tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.  Diantaranya adalah:
1.    Tujuan umum program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut:
a.    Agar para siswa dapat memperkembangkan pengertian dan pemahaman
dirinya untuk mencapai kemajuan di sekolah.
b.    Agar siswa dapat memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja,
kesempatan kerja, serta rasa tanggung jawab dalam meraih peluang dan memilih
suatu kesempatan kerja tertentu, sesuai dengan tingkat pendidikan dan
keterampilan yang dipersyaratkan.
c.    Agar siswa dapat memperkembangkan kemampuan untuk memilih, dan
mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang peluang
dan kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggung jawab.
d.   Agar siswa dapat mewujudkan penghargaan terhadap kepentingan dan harga
diri orang lain.
2.    Tujuan khusus program bimbingan dan konseling yang ingin dicapai
diantaranya:
a.    Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan dalam
memahami dirinya sendiri.
b.    Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi kesulitan didalam
memahami lingkungannya, termasuk lingkungan sekolah, keluarga, dan
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
c.    Agar para siswa memiliki kemampuan dalam mengatasi kesulitan, dalam
mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya baik itu
menyangkut masalah pribadi, belajar, sosial, dan karir.
d.   Agar para siswa memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyalurkan
potensi-potensi yang dimilikinya dalam bidang pendidikan dan dalam lapangan
kerja secara tepat.
4.      Prinsip perencanaan bimbingan dan konseling.
a.    Perencanaan tersebut sistematis, yaitu berurutan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
b.    Perencanaan itu juga Berkesinambungan, sebagai suatu proses yang berlanjut
dan bertahap.
c.    Perencanaan dapat mengarahkan pelaksanaan BK

13
d.   Seluruh komponen dari perencanaan mampu dijalankan dengan baik.
5.      Koordinator pelayanan bimbingan dan konseling disekolah.
Sebagai penanggung jawab utama pelayanan BK di sekolah, koordinator
memegang administrasi bimbingan, yaitu mengatur kerja sama tenaga-tenaga
bimbingan dan mengarahkan semua aktivitas atau kegiatan BK di sekolah yang
bersangkutan. Sebagai pimpinan staf bimbingan, koordinator harus memenuhi
tuntutan pendidikan akademik dan harus mampu menciptakan jaringan kerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait dengan pelayanan bimbingan.
Pembagian tugas di antara para anggota staf bimbingan, sesuai dengan
jabatannya masing-masing menjadi tanggung jawab koordinator. Ada lima
kemungkinan mengatur pembagian tugas antara para tenaga bimbingan di sekolah,
khususnya di sekolah menengah yaitu :
1)   Pembimbing laki-laki melayani siswa laki-laki dan pembimbing perempuan
melayani siswa perempuan.
2)   Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap tingkatan tertentu, sehingga
pembimbing setiap tahun pembelajaran memperoleh angkatan siswa yang baru.
3)   Setiap pembimbing diberi tanggung jawab terhadap angkatan siswa tertentu yang
diikutinya terus dari saat angkatan itu masuk sekolah sampai tamat.
4)   Setiap pembimbing memegang layanan-layanan bimbingan tertentu untuk seluruh
angkatan siswa, misalnya pembimbing A khusus melayani semua siswa yang akan
melanjutkan ke perguruan tinggi, pembimbing B khusus melayani semua siswa
yang akan langsung bekerja setelah tamat, dan pembimbing C menangani program
testing untuk semua siswa, dan lain sebagainya.
5)   Kombinasi antara poin 2 dan 4, sehingga ada beberapa pembimbing yang
melayani siswa di tingkat kelas tertentu dan ada beberapa pembimbing yang
memegang aspek-aspek program bimbingan tertentu.
     Selain itu, koordinator BK juga mengatur hubungan kerja sama di antara para
tenaga bimbingan dengan tenaga pembantu administratif atau tata usaha. Dalam
mengadministrasikan kegiatan-kegiatan bimbingan, sebaiknya dibedakan antara
kegiatan yang menyangkut :
1)   Kegiatan profesional intern di antara anggota bimbingan.
2)   Kegiatan membina hubungan dengan masyarakat, instansi pendidikan lain, atau
tenaga penunjang di luar sekolah yang bersangkutan.

14
3)   Kegiatan yang berupa penulisan laporan yang harus dikerjakan oleh masing-
masing tenaga bimbingan.
4)   Kegiatan yang dilakukan oleh tenaga pembantu administratif.
5)   Kegiatan profesional ekstern yang berupa implementasi dari pelayanan bimbingan
yang diberikan kepada orang lain.

6.      Aspek manajemen bimbingan dan konseling.


Aspek-aspek manajemen program layanan bimbingan dan konseling diantaranya
adalah:
a.    Perencanaan serta pengorganisasian program layanan bimbingan dan konseling.
Perencanaan pengorganisasian program layanan bimbingan dan konseling
menurut Hatch dan Stefflre diantaranya adalah:
1)   The precence of a need
2)   An analysis of the situation
3)   A review of alternate possibilities
4)   The choice of a course of action
b.    Pengarahan kegiatan bimbingan dan konseling.
Menurut Hatch dan Stefflre pengarahan adalah sebagai suatu fase administratif
yang mencakup koordinasi, kontrol, dan stimulasi terhadap yang lain.
1)   Supervisi kegiatan bimbingan dan konseling
Menurut Arthur Jones, supervisi itu mancakup dua bentuk kegiatan, yaitu:
a.    Sebagai kontrol kualitas yang direncanakan untuk memelihara,
menyelenggarakan, dan menentang perubahan
b.    Mengadakan perugahan, penataran, dan mengadakan perubahan perilaku
2)   Penilaian program layanan bimbingan dan konseling
Merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan dan
konseling, yaitu usaha untuk menilai sejauh mana peleksanaan program itu
menca[pai tujuan yang telah ditetapkan.  Aspek yang dinilai diantaranya adalah:
a.    Kesesuaian antara program dengan pelaksanaan
b.    Keterlaksanaan program
c.    Hambatan-hambatan yang dijumpai.
d.   Respons siswa, personil sekolah, orangtua, dan masyarakat terhadap layanan
bimbingan dan konseling.

15
e.    Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tugas perkembangan dan
hasil belajar.
f.       Keberhasilan siswa setelah menyelesaikan sekolah, baik pada studi
lanjutan maupun pada kehidupannya di masyarakat.

7.      Pola-pola manajemen bimbingan konsleing di sekolah.


Sebagai suatu unit kerja, sekolah dikelola menurut pola-pola atau kerangka
hubungan struktural tertentu. Kerangka hubungan ini sebagai pola manajemen atau
struktur pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Kepala sekolah bisa saja
menjadi pembimbing utama di suatu sekolah, pola seperti ini disebut pola non-
profesional. Sedangkan pola profesional, guru pembimbing di sekolah direkrut dari
alumni BK baik S1, S2, dan S3, yang memang berprofesi sebagai guru pembimbing
dan konselor sekolah

 Pola Manajemen bimbingan dan Konseling

Yang dimaksud pola manajemen bimbingan dan konseling adalah kerangka


hubungan struktural antara berbagai bidang atau sebagai kedudukan dalam
pelaksanaan disekolah dan madrasah kerangka hubungan tersebut digambar dalam
suatu struktur organisasi. Sesuai dengan pola yang dianut oleh masing-masing
sekolah, maka pola manajemen BK ini terbagi menjadi dua bagian, yakni pola
professional dan pola non professional. Yang dimaksud pola professional disini
adalah guru pembimbing di sekolah yang bersangkutan direkrut dari alumni BK baik
strata satu (S1), strata dua (S2) dan strata tiga (S3), sedangkan yang dimaksud pola
non professional adalah guru pembimbing direkrut bukan dari alumni BK. Pola non
professional biasanya menetapkan kepala sekolah, guru mata pelajaran tertentu atau
wali kelas sebagai petugs bimbingan.

Dari keterangan tersebut, maka pemakalah menyimpulkan pola manajemen


/struktur organisasi bimbingan dan konseling di sekolah yang menganut pola
professional akan berbeda dengan struktur organisasi sekolah yang menganut pola
non professional. Contoh pola manajemen BK yang professional adalah sebagai
berikut : Pola manajemen atau struktur organisasi pelayanan BK diatas, ditunjuk
koordinator manajemen BK dan Koordinator menetapkan tenaga-tenaga bimbingan

16
konseling (staf BK) yang lain dan tenaga penunjang. Koordinator bertanggung jawab
atas pelayanan bimbingan dan konseling disekolah yang bersangkutan. Contoh pola
manajemen BK yang non-professional adalahb sebagai berikut ; pada pola manajemen
atau struktur organisasi BK diatas, kepala sekolah tidak bertugas sebagai pembimbing
utama, namun pola diatas juga menunjukkan bahwa sekolah yang bersangkutan belum
atau tidak memiliki petugas atau tenaga bimbingan khusus, karena manajemen
bimbingan konseling dilaksanakan oleh wakil kepala Sekolah urusan kesiswaan dan
para wali kelas. Dengan pola diatas, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan dan para
wali kelas memiliki tugas rangkap.

Penyusunan program bimbingan dan konseling dan pelaksanaannya tidak mungkin


sisa dilaksanakan sendiri oleh kepala sekolah atau oleh petugas bimbingan sekolah,
maka program tersebut akan melibatkan berbagai pihak yang terkait disekolah
(stakeholders) agar dapat mencapai peningkatan muutu pelayanan bimbingan dan
konseling di Sekolah.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Guru Penggerak merupakan suatu program pelatihan, identifikasi, atau
pembibitan calon pemimpin-pemimpin pendidikan Indonesia di masa depan.
Adapun peran guru penggerak dalam program merdeka belajar:

1. Mendorong Peningkatan Prestasi Akademik Murid

2. Mengajar dengan Kreatif

3. Mengembangkan Diri Secara Aktif

4. Mendorong Tumbuh Kembang Murid Secara Holistik

5. Menjadi Pelatih (Coach/Mentor) Bagi Guru Lain untuk Pembelajaran yang


Berpusat Pada Murid

6. Menjadi Teladan dan Agen Transformasi Bagi Ekosistem Pendidikan

Manajemen dalam layanan  bimbingan dan konseling dilakukan


untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang bermutu, yaitu
layanan yang mampu mengintegrasikan, mendistribusikan, mengelola, dan
mendayagunakan program, personil, fasilitas dan pembiayaan layanan bimbingan
dan konseling secara optimal agar dapat mengembangkan seluruh potensi siswa.

Pola manajemen bimbingan dan konseling adalah kerangka hubungan


struktural antara berbagai bidang atau sebagai kedudukan dalam pelaksanaan
disekolah dan madrasah kerangka hubungan tersebut digambar dalam suatu
struktur organisasi.

18
B.Saran
Kepemimpinan adalah segala-galanya bagi masing-masing unit pendidikan
kita. Tanpa kepemimpinan, masing-masing unit pendidikan yang kita miliki
hanya terpaku pada penyelesaian tugas-tugas struktural saja. Ketika kepala
sekolah dan pengawas sekolah dapat berfokus pada kualitas pembelajaran dan
peningkatan kemampuan masing-masing guru di sekolahnya, barulah
transformasi pendidikan akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/malik_ibrahim/58ce477c727e615b31638e3b/pola-
organisasi-dalam-bimbingan-dan-konseling?page=all diakses pada tanggal 27
November 2020 pukul 10.05
https://blog.kejarcita.id/6-peran-guru-penggerak-dalam-program-merdeka-
belajar/#:~:text=Guru%20Penggerak%20merupakan%20suatu
%20program,melahirkan%20generasi%20penerus%20unggul%20Indonesia. diakses
pada tanggal 27 November 2020 pukul 10.30
http://blognyahusnaratnasaribukhari1518.blogspot.com/2014/10/makalah-manajemen-
konseling-disekolah.html diakses pada tanggal 27 November 2020 pukul 11.00

19

Anda mungkin juga menyukai