Terbatas
Buku Saku
Bimbingan Konseling
2 SKS
M. Arli Rusandi, M. Pd
Assalamualaikum wr wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
berkat dan rahmat-Nya lah sehingga “Buku Saku Bimbingan Konseling”
ini bisa diselesaikan.
Buku saku ini digunakan untuk pegangan dosen pengampu mata kuliah
Bimbingan Konseling dilingkungan FKIP Universitas Riau dan
diharapkan tidak disebarluaskan untuk umum, karena masih dalam tahap
pengembangan.
Saya menyadari bahwa Buku Saku Bimbingan Konseling ini masih jauh
dari kesempurnaan, namun saya berharap dengan ketidak sempurnaan
tersebut bisa menjadi bahan perbaikan di masa yang akan datang. Maka
dari itu saran dan masukan
Semoga Buku Saku ini bermanfaat untuk mengawali mata kuliah
Bimbingan Konseling di FKIP Universitas Riau.
Terima kasih,
Wassalamualaikum wr. wb.
M. Arli rusandi
2
Daftar Isi
Cover --------------------------------------------------------------- 1
Prakata ------------------------------------------------------------ 2
Daftar isi ---------------------------------------------------------- 3
Bab I LATAR BELAKANG, PENGERTIAN, PERSAMAAN,
DAN PERBEDAAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH ------------------------------------------------------ 4
A. Sejarah Singkat Lahirnya Bimbingan dan
Konseling di Indonesia -------------------------------- 4
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan
Konseling Di Sekolah ---------------------------------- 8
C. Pengertian Bimbingan dan Konseling ------------- 24
D. Persamaan dan Perbedaan antara Bimbingan
dan Konseling ------------------------------------------- 32
E. Beberapa Kesalahpahaman tentang Bimbingan
dan Konseling di Sekolah ----------------------------- 36
F. Ringkasan ------------------------------------------------ 40
G. Pertanyaan dan Tugas -------------------------------- 42
H. Daftar Pustaka ------------------------------------------ 42
BAB II URGENSI DAN KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
FORMAL ----------------------------------------------------------- 44
A. Urgensi Bimbingan dan Konseling ----------------- 44
B. Kedudukan Bimbingan dan Konseling dalam
Pendidikan Formal ------------------------------------ 46
C. Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru dan
Konselor ------------------------------------------------- 50
D. Ringkasan ------------------------------------------------ 54
E. Pertanyaan dan Tugas -------------------------------- 55
F. Daftar Pustaka ------------------------------------------ 55
3
BAB I
5
Dengan diberlakukannya Kurikulum 1994, mulailah ada ruang gerak
bagi layanan ahli bimbingan dan konseling dalam sistem persekolahan
di Indonesia, sebab salah satu ketentuannya adalah mewajibkan tiap
sekolah untuk menyediakan 1 (satu) orang konselor untuk setiap 150
(seratus lima puluh) peserta didik, meskipun hanya terealisasi pada
jenjang pendidikan menengah. Sejumlah hal dilakukan sebagai
konsolidasi profesi sehingga Bimbingan dan Konseling menjadi profesi
yang utuh dan berwibawa antara lain kata penyuluhan menjadi
konseling dan pelayanan bmbingan dan konseling di sekolah hanya
dilakukan oleh guru Pembimbing. Pada tahun 2001 dalam kongres di
Lampung Ikatan Pertugas Bimbingan Indonesia (IPBI) berganti nama
menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Sudah
banyak peraturan pemerintah yang diterbitkan sebagai regulasi atas
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
6
pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat
mendukung pencapaian kompetensi lulusan.
4. Permendiknas 27 tahun 2008 Tentang standar kulaifikasi
akademik dan kompetensi konselor. Setiap satuan pendidikan
wajib mempekerjakan konselor yang memiliki standar kualifikasi
akademik dan kopetensi konselor yang berlaku secara nasional.
5. Permendiknas no 20 tahun 2007 Tentang standar penilaian
pendidikan. Tentang standar pelaksanaan penilaian di dalam
pendidikan dimana konselor juga merupakan pendidik.
6. PP No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, yang mencantumkan beban
kerja guru bimbingan dan konseling/konselor.
7. Permendiknas No. 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya yang menyebutkan konselor juga
sebagai guru, menangani 150 siswa dan tugas guru BK.
8. Permendikbud No.18. A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum. Pada lampiran IV Permen ini menjelaskan secara
detail tentang implementasi penyelenggaraan BK di sekolah
seperti jenis pelayanan, format layanan, kewajiban masuk kelas 2
jam per/minggu/rombongan belajar.
9. Permendikbud No. 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Secara resmi mulai diterapkannya pola Bimbingan dan Konseling
Komprehensif, sebagaimana diisyaratkan dalam Pasal 6 ayat 1
yang menyebutkan bahwa: “Komponen layanan Bimbingan dan
Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup: (a)
layanan dasar; (b) layanan peminatan dan perencanaan
individual; (c) layanan responsif; dan (d) layanan dukungan
sistem”.
7
B. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling Di Sekolah
8
perkembangan adalah mencapai kedewasaan yang sempurna
secara optimal.
9
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya
untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau
mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan
masyarakat; (5) Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku
yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas; (6)
Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam
peranannya sebagai pria atau wanita; (7) Mempersiapkan diri,
menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan
fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan
yang sehat; (8) Memiliki kemandirian perilaku ekonomis; (9)
Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan
karir dan apresiasi seni; (10) Mencapai kematangan hubungan
dengan teman sebaya; dan (11) Mencapai kematangan dalam
kesiapan diri menikah dan hidup berkeluarga.
10
psikisnya. Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak
ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek
pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. Individu
yang satu berbeda dari individu yang lainnya yang sering disebut
dengan istilah individual deffereces. Timbulnya perbedaan
individu ini dapat kita kembalikan kepada faktor bawaan dan
lingkungan sebagai komponen utama yang mempengaruhi.
Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu
meskipun dengan lingkungan yang sama. Sebaliknya lingkungan
yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbedaan
individu meskipun pembawaannya sama. Dengan adanya ciri-ciri
yang khas ini maka perlu diperhatikan bahwa setiap individu
pasti memiliki perbedaan-perbedaan dimana perbedaan ini
sering disebut sebagai perbedaan perorangan.
11
diberikan kepada siswa. Kenyataan adanya perbedaan tersebut
akan membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan
khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode belajar,
alat-alat belajar, penilaian, dan pelayanan lainnya. Di samping itu
perbedaan-perbedaan ini sering kali banyak menimbulkan
masalah-masalah baik bagi siswa itu sendiri maupun bagi
lingkungan. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam
penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan tuntutan dalam
lingkungannya. Hal ini disebabkan karena pada umumnya
layanan program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar
ukuran-ukuran umum atau rata-rata. Untuk mencapai
perkembangan setiap individu secara optimal maka walaupun
proses pembelajaran dilakukan secara klasikal namun tetap
berorientasi pada pendekatan individual.
12
kebutuhan menurut Maslow. Secara jelas Maslow
mengemukakan lima tingkatan kebutuhan sebagai berikut:
14
masyarakat. Proses penyesuaian diri dengan orang lain akan
efektif apabila individu dapat menerima penilaian-penilaian
orang lain terhadap dirinya secara wajar serta mampu menilai
orang lain secara objektif.
15
gejala-gejala tersebut. Di sinilah peranan bimbingan dan
konseling sangat dibutuhkan.
5) Masalah belajar
16
Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu
hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam
mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar.
Di sinilah letak pentingnya program bimbingan dan konseling
untuk membantu mereka dalam keberhasilan belajar.
17
yang diinginkan. Hidup di dunia sekarang dan masa depan, menuntun
penguasaan ilmu dan teknologi. Beberapa arah perubahan sosial
budaya menurut Syamsidar (2015) antara lain:
18
mengatasi berbagai permasalahan yang dilaminya dan menyiapkan
siswa terjun di masyarakat dengan berhasil. Oleh karena itu,
sangatlah diperlukan adanya layanan bimbingan dan konseling di
sekolah, yang secara khusus diberi tugas dan tanggung jawab untuk
memberi bantuan kepada siswa dalam mencegah terjadi
permasalahan sebagai akibat dari perubahan sosial budaya,
memecahkan berbagai masalah, baik masalah belajar, penyesuaian
diri, maupun masalah-masalah pribadi, yang apabila dibiarkan akan
menghambat tercapainya tujuan belajar siswa di sekolah.
19
2010: 32 ) menjelaskan kelemahan potensial dari penggunaan sistem
teknologi baru ini meliputi: (a) tidak diketahuinya efektivitas hasil
konseling dengan biaya yang sudah dikeluarkan, (b) efek konseling
bagi motivasi klien tidak diketahui secara pasti, dan (c) klien bisa
keliru dalam menafsirkan diskusi apapun kalua kehadiran konselor
terus dihilangkan.
20
Lebih lanjut lagi, saat mebahas problem-problem di atas kita
mencatat kalau banyak dari isu tersebut bukan hanya penanganan
segera tetapi juga upaya preventif agar tidak membesar dan
merembes kemana-mana. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar problem tersebut berada di wilayah kerja
konselor.
21
Dalam hubungan inilah bimbingan mempunyai peranan yang
amat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak
didik agar berkembang secara optimal. Dengan demikian maka hasil
pendidikan sesungguhnya akan tercermin pada pribadi anak didik
yang berkembang baik secara akademik, psikologis, maupun sosial.
1) Perkembangan Pendidikan
22
lapangan (sekolah) baik dari segi sarana dan prasara dan segi
ketrampilan guru-guru belum siap sehingga meresahkan
masyarakat dalam hal ini sekolah. Kedaan seperti tersebut akan
berdampak negatif bagi kegiatan belajar siswa. Pelaksanaan Ujian
Nasional berbasis komputer yang baru-baru ini dilaksanakan di
Indonesia juga menimbulkan keresahan masyarakat karena
fasilitas belum merata bagi seluruh sekolah di Indonesia,
sehingga menimbulkan kekawatiran dan kecemasan bagi para
siswa khususnya mereka yang secara fasilitas belum memadai.
Masih banyak contoh lain permasalahan yang dialami oleh siswa
sebagai akibat dari perubahan kurikulum.
2) Peranan Guru
23
Di samping memahami siswa, salah satu tugas guru yang tidak
boleh diabaikan adalah mengenal dan mamahami dirinya.
Memahami dan mengenal siswa tidak mungkin dapat dilakukan
dengan baik tanpa mengenal dan memahami dirinya sendiri. Guru
harus mempunyai informasi yang cukup untuk dirinya
sehubungan dengan peranannya, pekerjaan, kebutuhan dan
motivasinya, kesehatan mentalnya, dan tingkatan kecakapan
yang harus dimilikinya.
24
maupun kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian
penyelenggara kegiatan itu adalah manusia dengan segenap derajat,
martabat, dan keunikan masing-masing yang terlibat di dalamnya.
Proses bimbingan dan konseling seperti itu melibatkan manusia dan
kemanusiaannya sebagai totalitas, yang menyangkut segenap potensi-
potensi dan kecenderungannya, perkembangannnya, dinamika
kehidupannya, permasalahan-permasalahannya, dan interaksi dinamis
antara berbagai unsur yang ada itu.
1. Pengertian Bimbingan
25
Berbagai rumusan tentang bimbingan tersebut di antaranya adalah
sebabgai berikut:
26
6) Jones, Staffire & Stewart (dalam Prayitno 2015)
mengemukakan bimbingan adalah bantuan yang diberikan
kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan
penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan ini
berdasarkan prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan
hak setiap individu untuk memilih jalan hidupnya sendiri
sejauh tidak mencampuri hak orang lain.
7) Bimbingan juga merupakan layanan yang bersifat profesi hal
yang diberikan oleh para konselor yang memiliki latar
belakang pendidikan, dan keahlian di bidang bimbingan dan
konseling.
8) Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh konselor
yang memiliki kompetensi (profesional) kepada individu dari
berbagai tahapan usia untuk membantu mereka
mengarahkan kehidupannya, mengembangkan pandangan
hidupnya, menentukan keputusan bagi dirinya, dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, (Laksmi, 2003:
3).
27
4) Bantuan diberikan kepada individu, baik secara perorangan
ataupun kepada kelompok. Sasaran pelayanan bimbingan
adalah orang yang diberi bantuan, baik orang seseorang
secara individul maupun secara kelompok.
5) Bimbingan dilaksanakan dengan menggunakan berbagi
bahan, interaksi, nasehat, ataupun gagasan, serta alat-alat
tertentu baik yang berasal dari diri klien sendiri, konselor,
maupun lingkungan.
6) Bimbingan tidak hanya diberikan kepada kelompok-
kelompok umur tertentu saja, tetapi meliputi semua usia,
mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dengan
demikian bimbingan dapat diberikan di semua lingkungan
kehidupan, di dalam keluarga, di sekolah, dan di luar sekolah
7) Bimbingan diberikan oleh orang-orang yang ahli, yaitu orang-
orang yang memiliki kepribadian yang terpilih dan telah
memperoleh Pendidikan serta latihan yang memadai dalam
bidanhg bimbingan dan konseling.
8) Pembimbing tidak selayaknya memaksakan keinginan-
keinginannya kepada klien karena klien memiliki hak dan
kewajiban untuk menentukan arah dan jalan hidupnya
sendiri.
9) Bimbingan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan norma-
norma yang berlaku. Hal ini berarti bahwa upaya bimbingan,
baik bentuk, isi, maupun tujuan serta aspek-aspek
penyelenggaraannya tidak bertentangan dengan norma-
norma yang berlaku. Namun justru harus menunjang
kemampuan konseli untuk mengikuti norma-norma tersebut.
Norma tersebut dapat berupa: aturan, nilai dan ketentuan
yang bersumber dari agama, adat, hukum, ilmu, dan kebiasaan
yang berlaku di masyarakat.
2. Pengertian Konseling
29
3) Pendapat McCleland dalam Sertzer dan Stone (1974)
konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan
tatap muka antara seorang individu yang terganggu oleh
karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasi sendiri
dengan seorang pekerja yang profesional, yaitu orang yang
telah terlatih dan berpengalaman membantu orang lain
mencapai pemecahan-pemecahan terhadap berbagai jenis
kesulitan pribadi. Rumusan ini mengandung makna bahwa (1)
konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan, (2)
dilakukan dalam suasan hubungan tatap muka, (individu yang
dikonseling adalah individu yang sedang mengalami
gangguan atau masalah, (4) dilakukan oleh seorang ahli
(profesional), (5) bertujuan untuk mengatasi masalah.
4) Devision of Counseling Psychology. Konseling adalah suatu
proses membantu individu untuk mengatasi hambatan-
hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai
perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya.
Rumusan ini mengandung makna (1) konseling merupakan
suatu proses pemberian bantuan, (2) bantusan diberikan
kepada individu yang sedang mengalami gangguan atau
hambatan dalam mencapai proses perkembangnya, (3)
konseling dapat dilakukan setiap waktu, (4) konseling
bertujuan agar individu dapat mencapai perkembangnnya
secara optimal.
5) Tolbert mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan
pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang
dalam mana konselor melalui hubungan itu menyediakan
situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami
diri sendiri, keadaannnya sekarang, dan kemungkinan
keadaan yang akan datang, lebih lanjut konseli dapat belajar
bagaimana memecahkan masalah-masalah yang sedang
dihadapinya, dan akhirnya mampu menemukan kebutuhan-
kebutuhan yang akan dating. Rumusan ini memiliki makna:
(1) konseling dilakukan dalam suasana hubungan tatap muka,
(2) konseling dilakukan oleh orang yang ahli, (3) konseling
merupakan proses belajar bagi klien, yiatu belajar memahami
30
diri sendiri, membuat rencana masa depan, dan mengatasi
masalah-masalahnya.
31
5) Konseling merupakan proses yang dinamis, artinya
individu konseli dibantu untuk dapat mengembangkan
dirinya, mengembangkan kemampuan-kemapuannya
dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi klien.
6) Konseling didasari atas penerimaan-penerimaan konselor
secara wajar tentang diri klien, yaitu atas dasar
penghargaan terhadap harkat dan martabat klien.
32
2. Apakah bimbingan dan konseling itu memiliki perbedaan yang
nyata antara yang satu dengan yang lain?
3. Apakah bimbingan dan konseling saling berhubungan antara
yang satu dengan yang lain?
Kedua istilah itu tidak terpisah satu sama lain, sehingga istilah
bimbingan selalu dirangkaikan dengan istilah konseling. Berkenaan
dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998); Hansen, Stefic, dan
Warner (1977) sebagaimana yang dikemukakan oleh Prayitno (2015)
menyatakan bahwa bimbingan adalah suatu pelayanan khusus yang
terorganisasikan dan teritegrasikan ke dalam program sekolah untuk
menunjang perkembangan siswa secara optimal. Sedangkan konseling
menyangkut usaha pemberian bantuan kepada siswa secara perorangan
dalam mempelajari cara-cara baru guna penyesuaian diri. Lebih lanjut,
Moser dan Moser (dalam Prayitno,2015) menyatakan bahwa di dalam
keseluruhan pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari
proses pemberian bantuan. Sejalan dengan ini Mortensen dan Schmuller
(dalam prayitno: 2015) lebih tegas menyatakan bahwa konseling adalah
jantung hatinya program bimbingan.
33
dapat dikemukakan, karena masing-masing memiliki alasan dan latar
belakang yang berbeda. Tetapi sebagai pegangan bagi kita dengan
memperhatikan literatur-literatur yang ada dan praktek bimbingan dan
konseling di sekolah-sekolah, kiranya pandangan ketiga lebih banyak
diterapkan oleh para ahli di sekolah dan masyarakat.
34
SEGI BIMBINGAN KONSELING
misalnya: masalah
belajar, pemilihan
jurusan, persiapan
pekerjaan.
Tujuan Mengutamakan Mengutamakan
pencegahan agar pemecahan
siswa terhindar permasalah siswa
dari permasalahan agar siswa mampu
mengatasi
permasalahan yang
mereka hadapi.
Layanan Secara kelompok Lebih bersifat
meskipun kadang individual,
bisa secara walaupun kadang
individual berkelompok
Fungsi Preventif dan Selain memiliki
pengembangan fungsi-fungsi
bimbingan tetapai
lebih fokus pada
kuratif,
Peranan Membantu Membantu
pencapaian berlangsungnya
program dan perkembangan
tujuan pendidikan pribadi siswa
secara sehat
Petugas Guru bidang studi, Konselor yang
wali kelas, kepala harus
sekolah yang berpendidikan
pernah khusus yaitu
mendapatkan sarjana Bimbingan
pengetahuan dan Konseling.
mengenai dasar-
dasar praktis
bimbingan di
sekolah
35
E. Beberapa Kesalahpahaman tentang Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
36
sepihak saja, tetapi kedua belah pihak, klien dan konselor sama-
sama aktif memecahkan masalah. Melalui bimbingan dan
konseling konselor mengajak klien menentukan pilihannya
sendiri dan memutuskan sendiri apa yang akan dikerjakannya.
3. Bimbingan dan konseling melayani orang yang sakit dan kurang
normal
Kesan ini sering muncul di kalangan siswa bahwa bila ada siswa
yang datang kepada konselor dia akan diberi cap sebagai anak
yang sakit atau sebagai anak yang abnormal. Kesan ini muncul
mungkin karena konselor dalam membantu siswa kurang
profesional. Untuk itu maka konselor harus memberikan
sosialisasi tentang tentang tugas dan tanggung jawab konselor,
tentang program kerja layanan bimbingan dan konseling,
terutama program layanan bimbingan dan konseling yang berisi
tentang rencana kerja bagi siswa di sekolah termasuk di
dalamnya program kerja untuk kegiatan yang berfungsi preventif.
4. Konselor dianggap sebagai polisi sekolah
Masih banyak anggapan bahwa konselor adalah orang yang
bertindak sebagai polisi sekolah, yaitu orang yang harus menjaga
tata tertib sekolah, disiplin, dan keaman sekolah. Kesan ini
muncul karena sering diketahui bahwa barang siapa yang
melanggar tata tertib sekolah harus berurusan dengan konselor.
Sampai saat ini masih ada konselor yang merangkap sebagai
penegak disiplin, bertugas memberi sanki kepada siswa yang
melanggar tata tertip sekolah. Untuk itu maka sebaiknya petugas
kedisiplinan di sekolah bukan dirangkap oleh konselor, tetapi
oleh personil lain yang bertanggung jawab lansung terhadap tata
tertib.
5. Konselor yang harus aktif sedangkan klien pasif
Hal yang sebenarnya bukanlah yang demikian karena proses
bimbingan adalah proses yang sistematis artinya konselor
bertugas memberikan beberapa alternatif jalan keluar dan
biarkanlah klien yang akan memilih dan menentukan cara
pemecahan permasalahannya.
37
6. Adanya anggapan bahwa layanan bimbingan dan konseling dapat
dilakukan oleh siapa saja
Pandangan seperti ini muncul karena adanya anggapan bahwa
pekerjaan bimbingan dan keonseling sekedar memberikan
nasehat saja. Padahal layanan bimbingan dan konseling adalah
pekerjaan yang profesioan, sehingga hanya bisa dilakukan oleh
orang-orang yang memiliki pendidikan khusus yaitu lulusan dari
jurusan bimbingan dan konseling.
7. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Dalam bimbingan dan konseling proses pemecahan masalah
bukanlah seperti resep dalam bidang medis. Cara pemecahan
masalah dalam bidang bimbingan dan konseling harus
memperhatikan inidividu yang dibimbing sehingga harus dikaji
secara mendalam walaupun masalah klien tampak sama.
8. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani
masalah-masalah incidental
Memang sering terjadi pelayanan bimbingan dan konseling
bertitik tolak dari masalah yang sedang dirasakan klien sekarang
yang sifatnya dadakan (tiba-tiba). Namun pada hakekatnya
pelayanan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas,
yaitu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Di samping itu
konselor tidak seyogyanya menunggu saja klien yang datang dan
mengemukakan masalahnya. Untuk keperluan itu guru
bimbingan dan konseling harus terus menerus memasyarakatkan
dan membangun suasana bimbingan dan konseling. Guru
bimbingan dan konseling yang bertugas di sekolah harus
menyusun program pelayanan bimbingan secara menyeluruh
dan berkisnambungan dari waktu ke waktu, dimana program
pelayanan bimbingan dan konseling harus disusun berdasarkan
need assessment (analisis kebutuhan siswa) dan tugas-tugas
perkembangan siswa di sekolah.
9. Guru Bimbingan dan Konseling bekerja sendiri
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak akan bisa
berjalan efektif dan mencapai tujuan secara maksimal tanpa
adanya peran serta semua kompenen di sekolah, yaitu guru
bidang studi, wali kelas, kepala sekolah, dan staf adnimistrasi,
38
Kerja sama dengan orang tua siswa juga sangat dianjurkan karena
waktu anak terbanyak justru di rumah bersama orang tua.
10. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus
segera dilihat
Disadari bahwa semua pihak menghendaki agara masalah yang
dihadapi oleh klien segera mungkin dapat diatasi, hasilnyapun
hendaknya dapat dilihat dengan segera. Namun harapan itupun
sering kali tidak terkabul. Pengubahan pandangan ataupun sikap
ataupun perilaku seringkali harus melalui suatu proses yang
mungkin bisa berlangsung beberapa hari, minggu, dan bahkan
bulan. Oleh karena itu, dalam hal ini bagi orang-orang yang
menginginkan hasil segera tampak akan menjadi kecewa dan
kekecewaan itu justru akan mementahkan usaha-usaha
pengubahan pandangan, sikap, dan perilaku yang diinginkan.
11. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada
penggunaan instrumen
Perlengkapan dan sarana utama yang pasti dan dapat
dikembangkan pada diri konselor adalah ketrampilan pribadi.
Dengan kata lain, instrumen (alat-alat tes, inventori, angket, dan
sebagainya) hanyalah sekedar membantu. Ketiadaan alat-alat
tersebut tidak boleh menghambat dan mengganggu apalagi
melumpuhkan sama sekali pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Oleh karena itu konselor tidak boleh menjadikan
ketiadaan alat-alat (instrument) itu sebagai alasan atau dalih
untuk mengurangi apalgi tidak melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling di sekolah.
12. Bimbingan dan konseling hanyalah menangni masalah yang
dianggap ringan
Ukuran berat-ringannya suatu masalah memang sangat relatif,
seringkali masalah seseorang dianggap ringan dan sepele, namu
setelah dilakukan analisis secara mendalam ternaya masalah
orang tersebut kompleks dan sangat berat. Demikian sebaliknya,
masalah seseorang kelihatanya sangat berat, namun setelah
dilakukan analisis secara mendalam ternyata masalahnya
sederhana dan ringan. Menyikapi keadaan ini maka perlu
diketahui bahwasannya tugas guru bimbingan dan konseling di
39
sekolah yang paling penting adalah membantu memecahkan
masalah siswa sampai tuntas. Namun perlu diketahui bahwa guru
bimbingan dan konseling juga memiliki keterbatasan, jadi apabila
ada masalah siswa di luar kemampuannnya maka guru
bimbingan dan konseling perlu mereferal kepada para ahli yang
berkompeten.
F. Ringkasan
40
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bidang pelayanan
yang sangat diperlukan dalam proses pelaksanaan program Pendidikan
formal di sekolah. Kebutuhan pelaksanaan bimbingan dan konseling
berlatar belakang beberapa aspek, yaitu aspek psikologis, sosial budaya,
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan paedagogies. Bimbingan sendiri
dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan
oleh seorang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu,
baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku. Adapun konseling dapat
diartikan sebagai suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
41
diri secara bertanggung jawab, sehingga tercapai kebahagiaan dan
kesejahteraan dalam kehidupannya.
H. Daftar Pustaka
Direktorat jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga
Pendidikan Nasional, (2007), Rambu-Rambu Penyelenggaran
Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta,
Dirjen Dikti.
Gladding, S.t. (2012), Konseling Profesi yang Menyeluruh, Edisi
Keenam, Jakarta, Pt Indeks.
Gibson, R.L & Mithcell, M.H. (2011), Bimbingan dan Konseling, Edisi
Ketujuh, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Hurlock, E.B. (1980) Psikologi Perkembangan, Suatau Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru
dan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan (2016), Panduan
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Atas (SMA)
42
Permendikbud No. 111 tahun 2014, (2014), Tentang Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar dan Menengah
Prayitno dan Amti, E. (2015), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Edisi Revisi, Jakarta, Rineka Cipta.
Supriatna, M. (2013) Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,
Orientasi Dasar Perkembangan Profesi, Edisi Revisi, Jakarta, Raja
Grapindo Persada.
Sutirna, (2013), Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non
formal, dan Informal, Yogyakarta, Andhi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
43
BAB II
44
lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti: maraknya tayangan
pornografi di televisi dan VCD; penyalahgunaan alat kontrasepsi,
minuman keras, dan obat-obat terlarang/narkoba yang tak terkontrol;
ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga; dan dekadensi moral
orang dewasa sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup
konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari
kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti: pelanggaran tata
tertib Sekolah/Madrasah, tawuran, meminum minuman keras, menjadi
pecandu Narkoba atau NAPZA
45
pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang
berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor,
kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif.
Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental
Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif.
47
Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling akan lebih terasa
jika melihat berbagai keadaan yang terjadi di sekolah. Keadaan-keadaan
yang dimaksudkan misalnya adalah sebagai berikut.
48
Perkembangan Optimum Siswa
Misi bersama guru
Standar Kompetensi
dan konselor dalam
Kemandirian utk Standar Kompetensi
memfasilitasi
mewujdudkan diri Lulusan mata
perkembangan
(akademik, karir, pelajaran
peserta didik
sosial, pribadi) (Pembelajaran
seutuhnya dan
(Bimbingan dan bidang studi)
pencapaian tujuan
Konseling)
pendidikan nasional
Wilayah
Wilayah Konselor Penghormatan Wilayah Guru
bersama
Gambar 2.1 Kesamaan dan Keunikan Wilayah Kerja Guru dan
Konselor
49
Gambar 3. Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum
(KTSP) dalam Jalur Pendidikan Formal
50
Matriks 1
Kontribusi Unik dan keterkaitan Layanan Guru dan Konselor
Worldview Guru Konselor
Wilayah Gerak Khususnya Sistem Khususnya Sistem
Pendidikan Formal Pendidikan Formal
Tujuan Umum Pencapaian tujuan Pencapaian tujuan
pendidikan nasional pendidikan
nasional
1. Konteks Tugas Pembelajaran yang Layanan B & K yang
berdampak Mendididk menumbuhkan
melalui Mata pelajaran Kemandirian
dengan Skenario Guru dalam
Pengambilan
Keputusan oleh
Konseli mengenai
pendidikan dan
karier dengan
fasilitasi Konselor
Masalah yang terkait dengan mata masalah pribadi,
dihadapi pelajaran sosial, (sebagian)
Peserta didik belajar, karier
Hubungan Alih tangan sesuai Alih tangan sesuai
kerja hakekat masalah hakekat masalah
2. Target
Intervensi
Individual Minim Utama
Kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis
Klasikal Utama Minim
3 Ekspektasi
Kinerja
Ukuran Pencapaian Standar Kemandirian
keberhasilan Kompetensi Lulusan Konseli dalam
Pengambilan
Keputusan dengan
Standar Ipsatif
Dampak Utama Minim
Langsung
tindak
intervensi
Dampak tidak Pilihan strategis Utama
langsung
51
Worldview Guru Konselor
tindak
intervensi
Pendekatan Optimasi pemanfaatan Pengenalan diri
umum Instructional Effects & oleh Konseli
Nurturant Effects melalui diperhadapkan
Mata Pelajatan, dalam dengan pengenalan
Pembelajaran yang lingkungan dalam
Mendidik, Skenario rangka pengatasan
tindakan diatur oleh masalah pribadi,
Guru (Wawasan sosial, (sebagian)
kependidikan guru) belajar, dan karier,
Skenario tindakan
merupakan hasil
transaksi yang
merupakan
keputusan
Konseli
(Worldview
konselor)
Perencanaan Penetapan kebutuhan Penetapan
tindak belajar oleh guru kebutuhan
intervensi (keputusan situasional penataan diri
oleh guru) diputuskan secara
transaksional
oleh Konseli,
difasilitasi oleh
Konselor
Pelaksanaan Penyesuaian sambil jalan Penyesuaian sambil
tindak berdasarkan respons jalan berdasarkan
intervensi ideosinkratik Peserta transaksi makna
didik terhadap antara Konseli
keputusan dan tindakan dengan Konselor
guru (keputusan (keputusan
transaksional oleh transaksional
guru) diambil oleh
konseli)
Penilaian Ketercapaian Standar Aproksimasi
proses dan Kompetensi Kemandirian
hasil dengan Standar
Ipsatif
52
Worldview Guru Konselor
Lintasan Menuju ketercapaian Menuju
Perkembangan Tujuan Utuh Kemandirian
peserta didik Pendidikan (holistik) dalam pengambilan
keputusan
Pendidikan dan
Karier dalam
konteks Tujuan
Utuh Pendidikan
(holostik)
53
itu guru juga dapat memberikan informasi yang akurat yang
dibutuhak konselor dalam penyelesaian masalah siswa di
sekolah.
3. Komponen Layanan Perencanaan Individual, yaitu layanan yang
dimaksudkan untuk memfasilitasi siswa secara individual di
dalam merencanakan masa depannya berkenaan dengan
kehidupan akademik maupun karir. Pemahaman siswa secara
mendalam dengan segala karakteristiknya dan penyediaan
informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang
dimiliki siswa amat diperlukan sehingga siswa mampu memilih
dan mengambil keputusan yang tepat di dalam mengembangkan
potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan
kebutuhan khusus peserta didik. Kegiatan orientasi, informasi,
konseling individual, rujukan, kolaborasi, dan advokasi
diperlukan di dalam implementasi layanan ini. Guru sebagai
orang yang memiliki waktu lebih banyak berjumpa dengan siswa
di sekolah dapat membantu konselor dalam menyediakan
berbagai data yang dibutuhkan dalam pelayanan undividual.
4. Komponen Sistem Pendukung, yaitu kegiatan yang terkait dengan
dukungan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya,
Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan
kemampuan profesional konselor secara berkelanjutan.
D. Ringkasan
54
pertentangan itu sangatlah sulit guru untuk menyelesaikannya. Untuk
itu perlulah adanya pihak ketiga atau pihak lain yang dapat
menyelesaikan konflik tersebut. (c) Sering ditemukannya masalah-
masalah pribadi siswa, sehingga diperlukan seorang ahli khusus yang
dapat membantu mengatasi masalah tersebut, yaitu seorang konselor
yang memang sudah dididik untuk tugas penanganan masalah sesuai
dengan langkah-langkah yang benar.
F. Daftar Pustaka
Direktorat jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga
Pendidikan Nasional, (2007), Rambu-Rambu Penyelenggaran
Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta,
Dirjen Dikti.
Gladding, S.t. (2012), Konseling Profesi yang Menyeluruh, Edisi
Keenam, Jakarta, Pt Indeks.
55
Gibson, R.L & Mithcell, M.H. (2011), Bimbingan dan Konseling, Edisi
Ketujuh, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Hurlock, E.B. (1980) Psikologi Perkembangan, Suatau Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta, Erlangga.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Guru
dan Tenaga Kependidikan dan Kebudayaan (2016), Panduan
Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Atas (SMA)
Permendikbud No. 111 tahun 2014, (2014), Tentang Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Dasar dan Menengah
Prayitno dan Amti, E. (2015), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling,
Edisi Revisi, Jakarta, Rineka Cipta.
Supriatna, M. (2013) Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi,
Orientasi Dasar Perkembangan Profesi, Edisi Revisi, Jakarta, Raja
Grapindo Persada.
Sutirna, (2013), Bimbingan dan Konseling Pendidikan Formal, Non
formal, dan Informal, Yogyakarta, Andhi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
56