Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERKEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN DAN

KONSELING DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Orientasi Profesi Bimbingan dan
Konseling

Dosen Pengampu : Rima Irmayanti, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2

1. Eva Fauziah Said (22010028)


2. Maula Azahra (22010041)
3. Wardah Hasanah (22010024)
4. Sri Saniati (22010015)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya dengan judul “Perkembangan Profesi Bimbingan dan Konseling Di
Indonesia”. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah orientasi
profesi bimbingan dan konseling.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk bisa
semakin baik kedepannya dan dapat bermanfaat untuk pembaca.

Bandung, 15 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Profesi Bimbingan dan Konseling Di Indonesia ............ 3

2.2 Arah Pengembangan Konselor .............................................................. 5

2.3 Kendala Perkembangan Guru Bimbingan dan Konseling ...................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 8

3.2 Saran .................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Profesi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah bidang
pekerjaan yang ditempuh melalui pendidikan keahlian, seperti kejuruan atau
keterampilan tertentu. Profesi biasanya memiliki lisensi, kode etik dan
sertifikasi khusus di bidangnya. Di Indonesia profesi bimbingan dan konseling
mulai muncul di awal tahun 1960-an. Kegiatannya pun baru dilaksanakan di
sekolah menengah atas (SMA) saat merencanakan peningkatan mutu sekolah.
Salah satu organisasi profesi bimbingan dan konseling yang mendorong
pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah adalah IPBI (Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia). Perkembangan profesi bimbingan dan konseling dari
masa ke masa banyak berubah. Maka dari itu perkembangan profesi bimbingan
dan konseling harus bisa menyesuaikan lingkup global dan sejalan dengan
kebutuhan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana perkembangan profesi bimbingan dan konseling di Indonesia?

1.2.2 Apa saja organisasi profesi bimbingan dan konseling?

1.2.3 Kendala apa saja yang dirasakan dalam perkembangan profesi?

1.3 Tujuan Penulisan


Dengan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, tujuan pembuatan
makalah yaitu:

1.3.1 Mengetahui perkembangan profesi bimbingan dan konseling di Indonesia.

1.3.2 Mengetahui organisasi profesi bimbingan konseling.

1.3.3 Mengetahui kendala dalam perkembangan profesi.

1
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Memenuhi tugas mata kuliah orientasi profesi bimbingan dan konseling.
1.4.2 Dapat memberikan gambaran mengenai profesi bimbingan dan konseling.
1.2.3 Mampu memberikan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dan
penulis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Profesi Bimbingan dan Konseling Di Indonesia

Profesi bimbingan dan konseling mulai dibicarakan sekitar tahun 1960-an.


Hal ini ditandai dengan adanya perubahan sistem pendidikan di sekolah
menengah atas. Secara formal bimbingan dan konseling diprogramkan di
sekolah sejak kurikulum 1975. Pada tahun yang sama juga berdiri sebuah
organisasi profesi IPBI di malang. IPBI ini memberikan perngaruh terhadap
perluasan program bimbingan dan konseling.

Pada tahun 2001 perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia


menjadi semakin mantap karena IPBI berubah namanya menjadi Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN). Pemunculan nama ini dilandasi
oleh pemikiran bahwa bimbingan dan konseling harus tampil sebagai profesi
yang mendapat pengakuan dan kepercayaan publik.

Prayitno (2003) mengemukakan bahwa periodesasi perkembangan gerakan


bimbingan dan konseling dan penyuluhan di Indonesia melalui lima periode,
yaitu :

1. Periode 1 dan 2 (Prawacana dan Pengenalan sebelum 1960 sampai 1970-an)


Periode ini mulai membicarakan tentang bimbingan dan konseling.
Periode ini berpuncak dengan dibukanya Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan (BP) pada tahun 1963 di IKIP Bandung (sekarang Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI)). Pembukaan jurusan ini menandai dimulainya
periode kedua yang secara tidak langsung memperkenalkan pelayanan BP
kepada masyarakat akademik, dan pendidik. Sukses periode kedua ini
ditandai dengan dua keberhasilan, yaitu diluluskannya sejumlah sarjana BP,
dan semakin dipahami serta dirasakan kebutuhan layanan tersebut.
2. Periode 3 (Pemasyarakatan 1970 sampai 1990-an)
Pada periode ini diberlakukannya kurikulum 1975 untuk SD sampai
SMA. Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi yang bernama IPBI.
Periode ini juga ditandai dengan pemberlakuan kurikulum 1984 (yang

3
memfokuskan dalam bidang karier). Pada periode ini muncul beberapa
permasalahan, seperti:
a. Berkembangnya pemahaman yang keliru, yaitu mengidentikkan
bimbingan karir (BK) dengan bimbingan penyuluhan (BP), sehingga
muncul istilah (BP/BK).
b. Kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpan No.
26/Menpan/1989 terhadap penyelenggaraan layanan bimbingan di
sekolah. Dalam SK tersebut terimplikasi bahwa semua guru dapat
diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP. Akibatnya pelayanan
BP menjadi kabur, baik pemahaman maupun implementasinya.
3. Periode 4 (Konsolidasi 1990 sampai 2000-an)
Pada periode ini IPBI berusaha keras untuk mengubah kebijakan bahwa
pelayanan BP itu dapat dilaksanakan oleh semua guru. Pada periode ini
ditandai oleh:
a. Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling, istilah
yang dipakai sekarang adalah bimbingan dan konseling, disingkat
BK.
b. Pelayanan BK di sekolah hanya dilaksakan oleh guru pembimbing
yang secara khusus ditugaskan untuk itu.
c. Mulai diselenggarakannya penataran (nasional dan daerah) untuk
guru-guru pembimbing.
d. Mulai adanya formasi untuk pengangkatan menjadi guru
pembimbing.
e. Pola pelayanan BK di sekolah “dikemas” dalam “BK Pola 17”.
f. Dalam bimbingan kepengawasan sekolah dibentuk kepengawasan
bidang BK.
g. Dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK di sekolah
yang lebih operasional oleh IPBI.
4. Periode 5 (Lepas Landas)
Meskipun periode ini disebut dengan periode lepas landas,
kenyataannya menunjukkan bahwa masih ada permasalahan yang belum
terkonsolidasi yang berkenaan dengan Sumber Daya Manusia (SDM).

4
Setelah masa konsolidasi terdapat beberapa peristiwa yang dapat dijadikan
tonggak bagi pengembangan profesi konseling yaitu:
a. Pengantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN
(Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia).
b. Lahirnya undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yang di dalamnya termuat ketentuan bahwa
konselor termasuk salah satu jenis tenaga pendidik (Bab 1 Pasal 1
Ayat 4)
c. Kerja sama Pengurus Besar ABKIN dengan Dikti Depdiknas
tentang standarisasi profesi konseling.
d. Kerjasama ABKIN dengan Direktorat PLP dalam merumuskan
kompetensi guru bimbingan (konselor) SMP dan sekaligus
memberikan pelatihan kepada mereka.

Untuk memantapkan bimbingan dan konseling sebagai suatu profesi,


saat ini banyak kegiatan yang dilakukan, seperti seminar, lokakarya,
maupun penerbitan buku dan jurnal. Selain itu, di setiap kota atau kabupaten
sekarang sudah ada guru pembimbing dari MGBK (Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling), baik di tingkat SLTP maupun SLTA.

2.2 Arah Pengembangan Konselor

Arah pengembangan profesi konselor terdapat dalam berbagai latar


kehidupan. Pembagian pengembangannya terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Profesi Konselor Pada Setting Pendidikan


Profesi konselor pada setting pendidikan ada di lingkup pendidikan
formal, hal tersebut sudah dijelaskan pada PP No 17 tahun 2010 tentang
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.
Setiap jenjang pendidikan formal memiliki permasalahan yang khas.
Oleh sebab itu konselor pada setting pendidikan formal perlu untuk
memahami konselinya disesuaikan dengan tugas perkembangannya.
2. Profesi Konselor Pada Setting Non Pendidikan
Pada setting non pendidikan ini lebih fokus ke setting masyarakat
dan keluarga (informal). Hal ini sebenarnya bukanlah hal yang baru,

5
karena konseling masyarakat ini sudah diprakarsai oleh Frank Person
yang menemukan metode konseling karier di US (Persons, dalam Yusri,
2013). Contoh pendidikan non formal juga telah disebutkan pada pasal
100 ayat (2) PP No. 17 tahun 2010, beberapa diantaranya adalah
pendidikan kesetaraan yang terdiri atas paket A, B dan C, lembaga kursus
dan pendidikan pemberdayaan perempuan.
Permasalahan yang dihadapi konselor di setting masyarakat
tentunya lebih beragam dan kompleks dibandingkan dengan di setting
pendidikan. Hal yang mendasari beragam dan kompleksnya hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan adat, budaya, pola pikir, pengambilan
keputusan hingga perilaku individu.
Untuk itu, konselor harus memiliki standar kompetensi. Standar
kompetensi tersebut antara lain (Departemen Pendidikan Nasional,
2008):
1. Kompetensi akademik konselor
a. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani .
b. Menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling.
c. Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang
memandirikan.
d. Mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara
berkelanjutan.
2. Kompetensi professional konselor
Menurut Diniaty (2013) untuk menjadi konselor di masyarakat
perlu belajar melakukan hal-hal berikut ini:
a. Bersikap fleksibel
Hal ini dikarenakan konselor banyak dihadapkan konseli yang
memiliki bermacam-macam tipe dan karakteristik yang berbeda-
beda.
b. Berpengetahuan luas
Konselor di masyarakat di wajibkan untuk memiliki pengetahuan
luas dan mau mempelajari situasi perspektif konseli berdasarkan
tempat tinggal.

6
c. Mempunyai koneksi
Seorang konselor diharapkan memiliki koneksi profesi lainnya.
Hal ini diperlukan untuk memudahkan konselor dalam
menangani kasus-kasus tertentu yang memungkinkan konselor
melakukan referral (alih tangan kasus).
d. Siap dalam segala hal
Seorang konselor perlu menyiapkan diri dan mengembangkan
usaha pencegahan maka akan dengan mudah menghadapi situasi
yang nantinya akan terjadi.

2.3 Kendala Perkembangan Guru Bimbingan dan Konseling


Kesan lama, konseling sebagai “polisi sekolah” pun hingga kini masih
melekat kuat pada sebagian masyarakat, khususnya di kalangan siswa. Selain
itu, manfaat bimbingan dan konseling sepertinya masih belum dirasakan oleh
masyarakat, karena penyelenggaraan dan pengelolaannya tidak jelas. Berikut
merupakan persoalan yang masih terjadi dalam penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling sampai saat ini :
1. Kesenjangan rasio antara konselor dengan jumlah sekolah dan peserta didik.
2. Kurang optimalnya fungsi bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Belum familiar di kalangan masyarakat.
4. Kepala sekolah belum memahami program bimbingan dan konseling.
5. Citra buruk dari pihak konselor yang tidak professional.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kehadiran guru bimbingan dan konseling di Indonesia masih relatif
baru. Kehadiran profesi konselor sekolah ini semata-mata didasari bahwa
pendidikan tidak hanya untuk pengembangan aspek kognitif intelektual
saja tetapi juga untuk pengembangan kepribadian, keterampilan, sosial, dan
pembinaan karir.
Prayitno (2003) mengemukakan bahwa periodesasi perkembangan
gerakan bimbingan dan konseling dan penyuluhan di Indonesia melalui
lima periode, yaitu :
1. Periode 1 dan 2 (prawacana dan pengenalan sebelum 1960 sampai
1970-an).
2. Periode 3 (pemasyarakatan 1970 sampai 1990-an).
3. Periode 4 (konsolidasi 1990 sampai 2000-an).
4. Periode 5 (lepas landas).
Era globalisasi sangat mempengaruhi aspek kehidupan manusia,
sehingga diperlukannya sebuah layanan bantuan profesional supaya
peserta didik siap menghadapi tuntutan dan tekanan dari perubahan global
saat ini. Peserta didik yang menjadi cangkupan wilayah konselor terdiri
dari peserta didik formal, non-formal, dan informal.
Konselor di Indonesia harus memenuhi standar kompetensi yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah yang meliputi kompetensi akademik konselor,
serta kompetensi professional konselor.
Selain itu, konselor di Indonesia juga mengahadapi berbagai kendala
dalam perkembangan, antara lain seperti kelangkaan tenaga konselor,
kurang optimalnya fungsi bimbingan dan konseling di sekolah, dan lain
sebagainya.

8
3.2. Saran
Sesuai dengan prinsip diatas profesi bimbingan dan konseling ini
memegang teguh tanggung jawab kehidupan efektif konseli. Khususnya
pada perkembang konseling abad saat ini, profesi konselor di Indonesia
harus bisa berkembang mengikuti globalisasi dan menjadi profesi yang
kuat, hebat dan menjadi profesi yang dibanggakan oleh masyarakat
Indonesia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. (2010). Landasan Bimbingan dan


Konseling. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Danny Soesilo, Tritjahjo. (2012). Dasar-Dasar Konseling. Salatiga: Widya Sari


Press Salatiga.

Kartika Dewi, Noviyanti dan Tyas Martika Anggriana. (2019). Profesi Konselor
Dalam Menghadapi Problematika Kehidupan. Madiun: UNIPMA Press.

10

Anda mungkin juga menyukai